Rabu, 11 Juni 2025

 

MENINGKATKAN  KEMAMPUAN  MENULIS SISWA KELAS II MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) MATA PELAJARAN 
BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR NEGERI 46/II DESA SIRIH SEKAPUR 
KECAMATAN JUJUHAN KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI


Miftahul Jannah Siregar NIM 204210303 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

miftahuljannahs@gmail.com




ABSTRAK

Penelitian ini membahas masalah Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas II Menggunakan Metode Cooperative Integrated Reading And Composition  (CIRC) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri 46/II Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.  Berdasarkan hasil observasi di kelas II Sekolah Dasar Negeri 46/II Desa Sirih Sekapur, ditemukan masalah dalam pembelajaran menulis yang belum optimal. Hal ini dikarenakan guru belum menggunakan model pembelajaran yang menarik minat siswa dalam pembelajaran menulis. Nilai merangkum tulisan siswa pun masih mendapatkan nilai di bawah KKM. Maka diperlukan sebuah upaya untuk memperbaiki rendahnya kemampuan menulis siswa yaitu melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe CIRC pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 46/II Desa Sirih Sekapur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas keterampilan menulis siswa dari siklus pertama sampai siklus terakhir, mengetahui peningkatkan keterampilan menulis siswa melalui penerapan Cooperative Learning Tipe CIRC. Jenis penelitian ini adalah penelitian Tindakan kelas (PTK). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, wawancara, tes dan dokumentasi. Teknik yang digunakan untuk menjamin kebenaran data dilakukan dengan triangulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian ini menunjukkan data yang diperoleh pada pra siklus mencapai presentase 32,53%, siklus I mencapai presentase 64.71%  dan siklus II mencapai presentase 94.12. Dari presentase hasil belajar siswa pada prasiklus, siklus I, dan siklus II menunjukan bahwa penerapan Cooperative Learning Tipe CIRC dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas II.

Kata Kunci: Penerapan, Menulis, Bahasa Indonesi, Metode CIRC 


ABSTRACT

The study discusses the problem of Improving the Writing Ability of Class II Students Using the Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Method for Indonesian Language Subjects at State Elementary School 46/II, Sirih Sekapur Village, Jujuhan District, Bungo Regency, Jambi Province. Based on the results of observations in class II of State Elementary School 46/II, Sirih Sekapur Village, problems were found in writing learning that were not optimal. This is because teachers have not used learning models that attract students' interest in learning to write. The value of summarizing students' writing is still below the KKM. So an effort is needed to improve the low writing ability of students, namely through the application of the CIRC Type Cooperative Learning learning model to class II students of State Elementary School 46/II, Sirih Sekapur Village. This study aims to determine the quality of students' writing skills from the first cycle to the last cycle, to find out the improvement of students' writing skills through the application of CIRC Type Cooperative Learning. This type of research is Classroom Action Research (CAR). The data collection techniques used are observation, tests, interviews, tests and documentation. The technique used to ensure the accuracy of the data is carried out by triangulating sources and techniques. The results of this study indicate that the data obtained in the pre-cycle reached a percentage of 32.53%, cycle I reached a percentage of 64.71% and cycle II reached a percentage of 94.12. From the percentage of student learning outcomes in the pre-cycle, cycle I, and cycle II, it shows that the implementation of Cooperative Learning Type CIRC can improve students' writing skills in learning Indonesian in class II students.

Keywords: Implementation, Writing, Indonesian, CIRC Method


Latar Belakang Masalah

Keterampilan menulis memegang peranan penting dalam perkembangan bahasa dan keberhasilan akademik siswa, terutama di tingkat sekolah dasar (Lusiani, 2019). Namun, banyak siswa Sekolah Dasar yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran dan ide dengan baik dalam tulisan (Idammatussilmi & Latifah, 2021). Menulis  permulaan  merupakan  prasyarat  dalam  upaya  belajar  berbagai bidang studi yang lain. Karena kesulitan menulis permulaan tidak hanya menim- bulkan masalah bagi peserta didik tetapi juga guru, misalnya tulisan yang tidak jelas baik peserta didik maupun guru tidak dapat membaca tulisan tersebut. Jika menulis permulaan tidak bisa dipahami peserta didik dengan baik dan benar, maka pembelajaran perlu diulang kembali, dan guru bertugas untuk mencari faktor penyebab peserta didik tersebut mengalami kesulitan dalam belajar menulis permulaan, serta bagaimana cara memilih metode dan model pembelajaran yang tepat, agar membantu peserta didik memahami pembelajaran menulis permulaan  (Wulandari, 2015).

Dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca dan menulis peserta didik, peneliti memilih model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) sebagai solusi yang efektif. Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan oleh (Nafi’ah, 2018), penggunaan model pembelajaran CIRC telah terbukti memberikan hasil yang signifikan dalam meningkatkan keterampilan membaca dan menulis secara bersamaan. Melalui pendekatan ini, peserta didik terlibat dalam berbagai aktivitas pembacaan yang terintegrasi dengan kegiatan penulisan, yang pada gilirannya memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan bahasa secara holistik. Penelitian lain yang dilakukan oleh (Slamet, 2017) juga menegaskan pentingnya pendekatan CIRC sebagai strategi pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai materi pelajaran. Dalam konteks pembelajaran tematik, model CIRC memungkinkan peserta didik untuk menghubungkan konsep dan pengetahuan yang berbeda, memperkuat pemahaman mereka tentang konteks yang lebih luas, dan menerapkan pengetahuan tersebut dalam kegiatan menulis. Dalam konteks keterampilan membaca dan menulis di tingkat lanjutan, Dewi, dkk. (2019) mengemukakan bahwa penggunaan model CIRC telah terbukti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja secara kolaboratif, berinteraksi dengan sesama peserta didik, dan memberikan umpan balik yang konstruktif dalam proses membaca dan menulis. Dengan demikian, keterampilan berpikir kritis dan pemahaman mendalam tentang teks dapat dikembangkan, sekaligus meningkatkan kemampuan mereka dalam mengungkapkan ide secara efektif dalam tulisan.

Permasalahan tentang kesulitan peserta didik dalam pembelajaran menulis permulaan tidak terbatas dari hal itu saja. Bahan ajar yang digunakan guru dalam pembelajaran  menulis  permulaan  juga  berpengaruh  terhadap keterbatasan peserta didik dalam menulis. Hal ini karena perubahan kurikulum 2013 yang menerapkan buku tema. Buku tema lebih ditujukan bagi peserta didik yang sudah mampu dalam membaca dan menulis, karena di dalam buku tema tersebut berisi teks-teks bacaan dan tugas-tugas menulis beberapa kata dan kalimat. 

Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) adalah Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolahan kelas.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Sekolah Dasar Negeri 46/II Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo saat selama penerapan model pembelajaran cooperative integrated reading and composition (CIRC) dalam kelas II, penulis menemukan bahwa faktor-faktor yang berperan penting dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa adalah konsentrasi belajar, kerja kelompok, keberanian mengeluarkan pendapat, berpikir kritis, dan fokus belajar. Selama observasi, penulis memenumakan bahwa siswa yang lebih fokus dan terkonsentrasi pada tugas menulis cenderung menghasilkan tulisan yang lebih baik. Mereka mampu memusatkan perhatian mereka pada kegiatan menulis dan menghindari gangguan-gangguan eksternal. Konsentrasi belajar yang baik memungkinkan siswa untuk memperhatikan detail, mengorganisir ide dengan baik, dan menghasilkan tulisan yang lebih terstruktur. Selain itu, saat siswa bekerja dalam kelompok kecil, terlihat bahwa mereka saling berinteraksi, berbagi ide, dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Kerja kelompok ini memungkinkan siswa untuk belajar dari pengalaman dan pengetahuan teman sekelasnya. Mereka dapat melihat contoh tulisan yang baik dan mendapatkan saran serta dukungan dari anggota kelompok. Kolaborasi ini mendorong perkembangan keterampilan menulis siswa karena mereka dapat memperoleh wawasan baru dan belajar dari sudut pandang yang berbeda (Observasi, 23 Januari 2025).

Disamping itu, sebelum penulis melaksanakan penelitian, penulisi melakukan tes pra-tindakan untuk mengetahui kondisi awal keterampilan menulis peserta didik kelas II. Hasil tes keterampilan menulis pada pra-tindakan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. 

Tabel 1.1: Hasil Tes Pra-tindakan Keterampilan Menulis Siswa Kelas II SDN 46/II Sirih Sekapur

Nilai Frekuensi Persentase Keterangan

0-30 8 47% Tidak Tuntas

31-50 3 17% Tidak Tuntas

51-69 2 12% Tidak Tuntas

70-80 4 24% Tuntas

81-100 0 - -


(Sumber Data : Keterampilan Menulis Siswa Kelas II SDN 46/II Sirih Sekapur)

Berdasarkan Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa keterampilan menulis siswa kelas II sebelum tindakan diberikan berada kategori yang rendah karena dari 17 peserta, hanya 4 peserta didik atau 24% yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Sebaliknya, 76% peserta didik belum mencapi KKM. Kesalahan peserta didik dalam mengerjakan tes pra-tindakan antara lain adalah pada penggunaan bunyi bahasa, kesalahan susunan kata, dan soal yang tidak dijawab. 

Berdasarkan  uraian  di  atas,  penulis ingin  mengembangkan  suatu  metode  pembelajaran agar memudahkan dalam menyampaikan suatu pembelajaran yang nantinya dijadikan sebuah metode untuk mempermudah siswa memahami materi pelajaran yaitu menggunkana metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC). Dari latar belakang masalaha diatas, penulis tertarik meneliti lebih jauh permasalahan yang terjadi dilapangan dalam sebuah karya ilmiyah yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas II Menggunakan Metode Cooperative Integrated  Reading And Composation (CIRC) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar Negeri 46/II Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Provinsi Jambi”. 


Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut .

1.  Kemampuan menulis siswa masih rendah dan terpusat pada guru 

2. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis permulaan  masih rendah.

3. Guru belum menggunakan metode (CIRC) pada saat pembelajaran menulis permulaan.


Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu

l. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Cooperative Integrated Reading And Composation (CIRC)

2. Materi yang dijadikan dalam penelitian ini adalah pembelajaran bahasa Indonesia subtema Hewan dan Tumbuhan

3. Subjek penelitian adalah wali kelas II dan siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 46/II Desa Sirih Sekapur.


Rumusan Masalah

     Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas II Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Negeri 46/II Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

    

Kajian Teoritis

1. Keterampilan Menulis 

a. Pengertian menulis

Dalam belajar bahasa ada empat keterampilan yang harus dikuasai, yakni berbicara, menyimak, membaca, dan menulis.    Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang penting   untuk dikuasai dalam belajar bahasa. Pembelajaran menulis diajarkan sejak SD kelas rendah, secara bertahap (Sabarti, 2014).

Menulis dalam arti yang sederhana adalah merangkai-rangkai huruf menjadi kata atau kalimat (Zainuddin, 2019:97). Kemampuan menulis berarti kemampuan untuk mengungkapkan gagasan , pendapat, dan  perasaan  kepada  pihak  lain  melalui  bahasa  tulis.  Kemampuan menulis diperoleh melalui proses yang panjang. Dimulai dari mengenal huruf, menyalin huruf, menulis kata, menulis kalimat, menulis paragraf, dan seterusnya sampai menulis karya ilmiah. Tentu saja pada tahap sekolah dasar tahap menulis belumlah kompleks. Karena itu, belajar menulis tersebut, terus dipelajari sampai perguruan tinggi. 

Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik dan mengungkapkannya secara tersurat (Sabarti Akhadiah, dkk, 1988). Hal itu  berarti  dalam  menulis  gagasan  diungkapkan  secara  terstruktur. Sedangkan,  Zainuddin  (1992:97)  memaparkan  bahwa  menulis  adalah merangkai-rangkai huruf mejadi kata atau kalimat. Selanjutnya, Tample 1988  (Saleh Abbas, 2006:127) menerangkan bahwa menulis adalah proses berpikir yang berkesinambungan, mulai dari mencoba, dan sampai dengan mengulas kembali. Menulis sebagai proses berpikir berarti bahwa sebelum dan atau saat setelah menuangkan gagasan dan perasaan secara tertulis diperlukan keterlibatan proses berpikir.

b. Kemampuan menulis

Pembelajaran menulis dilaksanakan sejak dini, yakni sejak SD kelas rendah. Hal tersebut dilakukan mengingat betapa pentingnya kemampuan menulis itu. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan sesuatu yang ada dalam pikirannya, sehingga dapat dibaca oleh orang lain. Untuk mempelajari ilmu yang lain tidak bisa lepas dari menulis.

Kemampuan menulis yang siswa miliki memungkinkan siswa untuk mengkomunikasikan ide, penghayatan dan pengamalan ke berbagai pihak, terlepas dari ikatan waktu dan tempat. Berkomunikasi tidaklah hanya dengan berbicara, tetapi menulis juga merupakan salah satu bentuk dari komunikasi. Sebagai contoh, untuk berkomunikasi dengan suatu instansi biasanya memakai surat. Tulisan jangkauannya juga lebih luas dibandingkan hanya dengan berbicara. Misalnya, tulisan di surat kabar akan menjangkau semua pembaca surat kabar tersebut walaupun pembaca berada di tempat yang jauh. (Darmiyati, dkk. (2021) Jadi menulis bertujuan agar seseorang dapat mengkomunikasikan ide, penghayatan dan pengamalan ke berbagai pihak, terlepas dari ikatan waktu dan tempat. Selain itu. menulis juga bertujuan untuk dapat memahami bahasa komunikasi. Dengan belajar menulis, maka seseorang akan dapat melakukan komunikasi dalam kehidupan sosialnya sehari-hari.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi menulis

Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak menulis, seperti berikut.

1). Motorik

Anak yang  perkembangan  motoriknya  belum  matang atau  mengalami  gangguan,  akan  mengalami  kesulitan menulis. Tulisannya tidak jelas, terputus-putus atau tidak mengikuti garis.

2). Perilaku

Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan menulis.

3). Persepsi

Anak  yang terganggu  persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya yang terganggu, memungkinkan anak sulit membedakan bentuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti “d” dengan “b”, “p” dengan “q”, “h” dengan “n” atau “m” dengan “w”. Jika persepsi auditorisnya yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menuliskan kata-kata yang diucapkan guru.

4). Memori

Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. (Lerner 1985:402)

d. Manfaat menulis

Kemampuan baca tulis dikenal sebagai kunci pembuka untuk memasuki dunia yang lebih luas. Seperti yang dikemukakan oleh Ahmad Rofi’uddin bahwa melalui pengajaran baca-tulis yang baik akan dapat dipacu penguasaan kemampuan berpikir kritis - kreatif dan perkembangan dimensi afektif dapat dioptimalkan. Itu berarti, selain membaca, menulis juga sangat penting manfaatnya bagi siswa. (Ahmad Rofi’uddin, 1998: 37). Dengan tulisan, maka gagasan/ ide dapat diketahui oleh orang lain tanpa harus bertemu langsung. Anak juga akan dapat berpikir kritis dan kreatif dengan menuangkan gagasannya/ pemikirannya ke dalam tulisan secara sistematis.  Kemampuan  afektif anak  pun  dapat  dikembangkan melalui menulis, yakni kemampuan siswa mengembangkan perasaan dan emosinya secara lebih professional dan bertanggung jawab kearah tercapainya keseimbangan antara rasio, indera, persepsi imajinasi, dan karsa. 

e. Prinsip-prinsip perkembangan menulis

 Perkembangan menulis mengikuti prinsip - prinsip berikut.

1). Prinsip keterulangan

Siswa menyadari bahwa suatu kata bentuk yang sama terjadi berulang-ulang.  Siswa  memperagakannya  dengan  cara menggunakan suatu bentuk secara berulang-ulang.

2). Prinsip generatif

Anak menyadari bentuk-bentuk tulisan secara lebih rinci, menggunakan beberapa huruf dalam kombinasi dan pola yang beragam. Mereka mulai memperhatikan adanya keteraturan huruf dalam suatu kata.

3).  Konsep tanda

Anak memahami kearbriteran  tanda-tanda dalam bahasa tulis. Untuk mempermudah kegiatan komunikasi, orang dewasa perlu menghubungkan benda tertentu dengan kata yang mewakilinya.

4). Fleksibilitas

Anak menyadari bahwa suatu tanda secara fleksibel dapat berupa tanda yang lain, dengan menambahkan tanda-tanda tertentu.

5). Arah tanda

Anak menyadari bahwa tulisan bersifat linier, bergerak dari satu huruf ke huruf yang lain sampai membentuk suatu kata, dari arah kiri menuju ke arah kanan, bergerak dari baris yang satu menuju baris yang lain. (Ahmad Rofiuddin  dan  Darmiyati  Zuchdi,  1998:77)

f. Kajian Menulis Permulaan

Anak-anak sudah terdorong untuk menulis jauh sebelum anak masuk TK. Anak sering kelihatan memegang alat tulis dan sibuk menulis. Hasil tulisannya walaupun masih berupa corat-coret atau gambar, jika anak ditanya menulis apa, anak akan menjawab sesuai dengan apa yang mereka maksudkan. Anak menulis dengan cara anak sendiri. Hal ini sebagai bukti bahwa anak sudah belajar menulis secara alami di rumah dan di masyarakat. Begitu anak mulai belajar menggunakan simbol-simbol untuk kata-kata, anak menyadari   bahwa tulisan itu memiliki makna.

Menulis permulaan adalah tujuan sementara yang kemudian diharapkan siswa akan berkembang dan menggunakan kemampuan menulisnya untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan pribadinya lebih lanjut (Sabarti Akhdiah, 1991:75). Pembelajaran menulis permulaan difokuskan pada: penulisan huruf, penulisan kata, penulisan kalimat sederhana, dan penulisan tanda baca. Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1998/ 1999: 80) juga mengemukakan bahwa menulis permulaan difokuskan pada penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan kalimat sederhana, dan tanda baca (huruf capital, titik, koma, dan tanda tanya). Sedangkan Sabarti Akhadiah (1992:66) menyatakan  bahwa  siswa  kelas  2  SD  diharapkan  dapat  menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan dapat menyatakan ide/ pesan secara tertulis.

g. Tahap-tahap perkembangan menulis

Tahapan-tahapan perkembangan  menulis  anak  adalah  tahap  mencoret  dan  menggores pengulangan  linear,  huruf  acak,  menulis  fonetik,  eja  transisi,  dan  eja konvensional. Adapun dapat dijelaskan sebagai berikut:

1). Tahap mencoret dan menggores (scrible stage)

Pada tahap ini anak mulai membuat coretan. Bagi anak, coretan itu adalah sebuah tulisan yang bermakna. Pada tahap ini, tulisan  guru  dan  orang  tua  sangat  dibutuhkan  sebagai  model menulis bagi anak.

2). Tahap pengulangan linear (linear repetitive stage)

Tahap ini anak “menulis dengan bentuk linear dan menangkap kesan bahwa kata-kata ada yang berbentuk panjang, dan ada pula yang pendek. “kata-kata” itu diwujudkan dalam garis bergelombang panjang atau pendek. Pada tahap ini anak membutuhkan dukungan, sehingga garis-garis bergelombang itu mudah membentuk huruf-huruf.

3). Tahap huruf acak (random letter stage)

Pada tahap  ini  anak  mulai  menuliskan  huruf-huruf  yang walaupun bukan kata-kata yang konvensional, tetapi bagi mereka adalah kata-kata.

4). Tahap menulis fonetik (phonetik writing stage) 

       Pada tahap ini, anak mulai menghubungkan bentuk tulisan dengan bunyinya. Tahap ini disebut menulis nama huruf karena anak menuliskan huruf-huruf yang nama dan bunyinya sama.

5). Tahap eja transisi (transitional spelling stage)

Pada tahap ini anak mulai belajar tentang sistem tulisan, yaitu bahasa tulis yang konvensional. Mereka mulai melafalkan huruf-huruf dalam rangkaian kata secara konvensional.

6). Tahap eja konvensional (conventional spelling stage) 

Pada tahap ini anak dapat menulisdengan bentuk yang konfensional. Kata mendung  misalnya ditulis “mendunng”dan bukan “mendong”. (Tadkiroatun    Musfiroh    (2009:6)

h. Teknik pengajaran menulis permulaan

Teknik strategi pengajaran menulis permulaan antara lain adalah ; mengeblat, menghubungkan titik-titik, menyalin, dan dikte. Adapun dapat dijelaskan sebagai berikut:

1). Mengeblat

Pengajaran mengeblat adalah menirukan atau menebalkan suatu  tulisan  yang  telah  ada.  Pengajaran  mengeblat  ini dimaksudkan untuk melatih gerakan jari-jari siswa dalam menulis suatu   tulisan.   Langkah-langkah   pengerjaannya   adalah   guru membagikan kertas yang bertuliskan beberapa kata atau huruf dengan tulisan tipis. Selanjutnya siswa diinstruksikan untuk menebalkan tulisan tersebut. dalam hal ini, guru hendaknya memperhatikan cara siswa ketika memegang pensil, sikap duduk dan proses penulisan. Guru hendaknya juga memberikan dorongan dan bimbingan kepada siswa. 

2). Menghubungkan titik-titik

Untuk melatih siswa menulis permulaan dapat juga dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk huruf atau tulisan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih jari-jari siswa dalam menuliskan suatu tulisan.

3). Menyalin

Apabila siswa dianggap guru telah terlatih dalam mengkoordinasikan mata, ingatan dan jari-jarinya. Langkah selanjutnya adalah menyalin tulisan. Tulisan yang disalin tersebut dapat berupa hasil yang terdapat dalam buku pelajaran atau tulisan guru di papan tulis.

i. Indikator Menulis

Menulis merupakan   keterampilan   yang   kompleks   dan   sulit dukuasai. Indikator menulis menghendaki penguasaan bebagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi unsur karangan. Baik unsur bahasa atau unsur isi pesan harus terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut, padu, dan berisi. (Nurgiyantoro, 2010:422). Secara lebih rinci indikator menulis yaitu bermakna, jelas, bulat atatu utuh, ekonomis, dan memenuhi kaidah-kaidah gramatikal. (Fachruddin,1988: 8)

a. Bermakna

Karangan yang baik harus mampu menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi seseorang dan memberikan bukti terhadap apa yang dikatakannya itu. Karangan harus memiliki makna dan meninggalkan  kesan  bagi  pembaca.  Karangan  yang  tidak meninggalkan  makna  atau  kesan  akan  cenderung sia-sia,  meskipun karangan itu ditulis dengan baik dan benar. 

b. Jelas

Tulisan dapat dikatakan jelas jika itu mudah dipahami maknanya dan tidak membuat bingung pembacanya. Tulisan yang memiliki makna sumbang akan cenderung membuat tujuan penulis tidak tersampaikan kepada pembaca, dan bahkan dapat menimbulkan perbedaan persepsi antara pembaca dan penulis.

c. Padu dan Utuh

Sebuah tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutikarangan  dengan  mudah  karena  tulisan  itu  terorganisir dengan   jelas.   Antara   paragraf   satu   dengan   yang   lain   saling berhubungan satu sama lain dan tidak melompat-lompat. 

d. Ekonomis

Sebuah karangan dikatakan ekonomis jika kalimat-kalimat di dalamnya banyak menggunakan kalimat efektif. Seorang penulis karangan harus mampu mengurangi kata-kata yang berlebihan jika tujuan utamanya adalah memberi informasi. karangan yang tidak ekonomis akan cenderung membuat waktu pembaca hilang terbuang sia-sia.

e. Mengikuti Kaidah Gramatika

Karangan  yang  mengikuti  kaidah  gramatika  adalah  tulisan yang di dalamnya menggunakan kata-kata baku yang sesuai dengan EYD. Pemakaian bahasa baku akan membantu pembaca untuk memahami isi tulisan, karena bahasa baku dapat mudah dipahami oleh masyarakat  karena  sudah  dipelajarai  sejak  Sekolah  Dasar  hingga

Perguruan Tinggi.

2. Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)

a. Pengertian Metode (CIRC)

Metode CIRC merupakan suatu program komprehensif untuk pengajaran

membaca dan menulis pada kelas-kelas rendah maupun kelas tinggi. Siswa bekerja dalam tim belajar kooperatif yang beranggotakan empat orang (Nur, 2005: 12). Siswa terlibat dalam rangkaian kegiatan bersama, saling membacakan satu sama lain, menulis tanggapan terhadap isi bacaan, membuat ikhtisar, berlatih pengejaan, dan pembendaharaan kata. Metode CIRCadalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif-kelompok (Suyatno, 2009: 8).

Metode (CIRC) merupakan singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition. Dimana cooperative merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama satu sama lain lalu integrated yang berarti terpadu atau suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam mata pelajaran. Reading artinya membaca  yang dimana membaca disini fokus dalam pemahaman siswa dalam membaca teks cerita maupun kosakata. Sedangkan composition/komposisi yang artinya menulis yaitu siswa mampu menyimpulkan isi dari teks cerita tersebut lalu

menulisnya.

Pada metode ini siswa dibentuk kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap wacana dengan langkah langkah sebagai berikut; (1) membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen, (2) guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran, (3) siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada kertas, (4) mempresentasikan hasil kelompok, (5) guru membuat kesimpulan, (6) refleksi

 Dari beberapa pendapat diatas maka dapat Dapat  disimpulkan  CIRC  merupakan  salah  satu  model  pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis, dimana peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dalam membaca,  menulis,  memahami  kosakata  dan  seni  berbahasa.  Fokus  utama kegiatan CIRC adalah membuat penggunaan waktu menjadi lebih efektif. Siswa dikondisikan dalam tim-tim kooperatif yang kemudian dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya memenuhi tujuan lain seperti pemahaman membaca,   kosakata,   pembacaan   pesan,   dan   ejaan.   Dengan   begitu   siswa termotivasi untuk saling bekerja sama dalam sebuah tim. 

b. Langkah-langkah Model CIRC

Langkah-langkah pembelajaran model CIRC adalah sebagai berikut:

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.

3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kerja.

4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.

5. Guru membuat kesimpulan bersama.

6. Penutup (Suprijono, 2009)

Langkah-langkah model pembelajaran CIRC dibagi menjadi beberapa rase. Fase-fase tersebut sebagai sebagai berikut:

a. Fase pertama, yaitu orientasi. Pada fase ini kegiatan yang dilakukan guru adalah memberi pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Selain itu, juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.

b. Fase kedua, yaitu organisasi. Pada Case ini kegiatan yang dilakukan guru adalah membagi siswa dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan keheterogenan akademik. Memberikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada siswa. Selain itu, juga menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung. (Shoimin, 2014).

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode CIRC

Adapun Kelebihan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) menurut Slavin adalah :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC amat tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pembelajaran.  

2. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. 

3. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok. 

4. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaan.  

5. Membantu siswa yang lemah dalam memahami tugas yang diberikan 

6.  Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. (Izzaaljannah, 2017:13)

Adapun kekurangan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah dimana metode CIRC adalah pada saat presentasi, hanya siswa yang aktif, yang tampil memerlukan waktu yang relatif lama, adanya kegiatan-kegiatan kelompok yang tidak bisa berjalan seperti apa yang diharapkan. Akan tetapi,  Penggunaan model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) menimbulkan sebuah masalah yaitu apabila guru sedang mengajarkan satu kelompok membaca, siswa lain di dalam kelas tersebut harus diberikan kegiatan-kegiatan yang dapat mereka selesaikan dengan sedikit pengarahan dari guru. Hal ini dapat dihindari apabila guru bisa mengelola waktu dan kelas secara baik. Pembelajaran dengan metode ini dapat efektif apabila dilakukan dengan periode 

yang panjang. 

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia 

    a. Pengertian Bahasa Indonesia

Menurut KTSP 2006 (Depdiknas, 2006: 317), secara mendasar Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia. Karena itu, standar kompetensi yang terdapat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia harus dikuasai oleh peserta didik, karena standar kompetensi merupakan persyaratan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi peserta didik.

   b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD 

Menurut Ahmad Susanto (2013: 245) tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD antara lain bertujuan agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Adapun tujuan khusus pengajaran Bahasa Indonesia, antara lain agar siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra untuk meningkatkan kepribadian, mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupannya.

Menurut Hartati (2013) tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: 

1. Siswa menghargai dan mengambangkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara 

2. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk makna, dan fungsi, serta menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan keperluan dan keadaan.

3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. 

4. Siswa memiliki disiplin dengan berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis) 

5. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

 Dari pendapat diatas pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa dan agar siswa memiliki disiplin dengan berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis).


c. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD 

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendikan (Depdiknas, 2006: 18) ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan barbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 

1. Mendengarkan, seperti mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, dan bunyi atau suara, bunyi bahasa lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicaraan narasumber, dialog atau percakapan, pengumuman serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan menonton drama anak. 

2. Berbicara, seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata petunjuk, dan laporan, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menuliskan hasil sastra berupa dongeng cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. 

3. Membaca, seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kemus, ensiklopedi, serta mengapresiasi dan berekspresi, sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. 

4. Menulis, seperti menulis karangan naratif dan normatif dengan tulisan rapi dan jelas dengan meperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca, dan kosa kata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi. Berdasarkan ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia diatas, maka pembelajaran Bahasa Indonesia mengarah kepada peningkatan kemapuan berkomunikasi, karena keempat kemampuan berbahasa tersebut saling terkait.

d. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD 

Menurut Ahmad Susanto (2013: 242), pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama di sekolah dasar tidak akan terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa bagi manusia sangat diperlukan. Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi, berkomunikasi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa sebagai media, baik berkomunikasi menggunakan bahasa lisan. Juga berkomunikasi menggunakan bahasa tulisan Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran di SD, berdasarkan peraturan Menteri No. 22 (2006: 5) tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah “pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri dari aspek menyimak, menulis surat, menulis, dan berbicara. Aspek yang dipilih dalam penelitian ini adalah aspek menulis. 


 

Hasil Penelitian

1. Pra Siklus

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan tes pra-tindakan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan menulis peserta didik kelas II di Sekolah Dasar Negeri 46/II Sirih Sekapur Kabupaten Bungo. Prates dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran terkait kemampuan awal siswa dalam menulis sebelum dilaksanakannya model CIRC. Pada tahap ini, terlebih dahulu, peneliti memberikan tes menulis dan siswa diminta untuk menjawab 5 pertanyaan dengan jenis soal uraian terbatas mengenai kalimat sederhana dalam paragraf teks ringkas sesusi dengan EYD. 

Tabel 4:4. Hasil Pra-tindakan Kemampuan menulis siswa kelas II SDN 46/II Sirih Sekapur 

NO NAMA Kerapian Tulisan Kejelasan Tulisan Huruf Kapital Tanda Titik Nilai Ket

1 Ahmad Sodiq 5 10 5 10 30 Tidak Tuntas

2 Amanda 5 5 5 10 25 Tidak Tuntas

3 Amelia Ifanda 10 15 10 15 50 Tidak Tuntas

4 Dian Ayu 15 20 20 15 70 Tuntas

5 Dinda Kurnia 10 5 5 10 30 Tidak Tuntas

6 Dodi Irawan 5 10 5 5 25 Tidak Tuntas

7 Etin Irdona 15 20 20 20 75 Tuntas

8 Indra Kumar 5 10 5 10 30 Tidak Tuntas

9 Jesika Kamala 5 5 10 10 30 Tidak Tuntas

10 Lukiyatul 10 10 15 15 50 Tidak Tuntas

11 M. Ilham Azizi 10 25 5 15 55 Tidak Tuntas

12 M. Nurul Huda 20 20 15 20 75 Tuntas

13 Rasyidin 10 10 10 10 40 Tidak Tuntas

14 Sri Romadoni 15 15 15 20 65 Tidak Tuntas

15 Sukron Makmun 10 10 5 5 30 Tidak Tuntas

16 Tia Monika 5 10 5 10 30 Tidak Tuntas

17 Yumi Febria 20 15 15 25 75 Tuntas

Jumlah 785

Nilai Rata-Rata 46.18

Tuntas 4 23.53%

Tidak Tuntas 13 76.47%


Berdasarkan Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan menulis siswa kelas II sebelum tindakan diberikan berada kategori yang rendah karena dari 17 peserta, hanya 4 peserta didik atau 23,53 % yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Sebaliknya, 76% peserta didik belum mencapi KKM. 

Gambar. 4.2. Grafik Hasil Pra Siklus Keterampilan Menulis


 


Setelah melaksanakan tes pra-tindakan, peneliti mengimplementasikan model cooperative integrated reading and composition. Implementasi model cooperative integrated reading and composition dilaksanakan sebanyak 2 siklus atau 4 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran CIRC yang terdiri dari dua fase. Fase pertama adalah Pengenalan Konsep, di mana guru memperkenalkan konsep baru kepada siswa. Fase kedua adalah Eksplorasi dan Aplikasi, di mana siswa mengembangkan pengetahuan baru dan menjelaskan fenomena yang mereka alami. 

Dengan menggunakan CIRC, siswa dapat aktif terlibat dalam pembelajaran, mengembangkan pemahaman, dan meningkatkan kemampuan menulis. Berikut frekuensi dan persentase kemampuan menulis siswa Kelas II pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dari hasil tes pra siklus. 


Tabel 4:5. Hasil frekuensi dan persentase kemampuan menulis siswa Kelas II pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 46/II Sirih Sekapur.

Nilai Frekuensi Persentase Keterangan

0-30 8 47% Tidak Tuntas

31-50 3 17% Tidak Tuntas

51-69 2 12% Tidak Tuntas

70-80 4 24% Tuntas

81-100 0 - -


(Sumber Data : Kemampuan Menulis Siswa Kelas II SDN 46/II Sirih Sekapur)

Berdasarkan Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan menulis siswa kelas II sebelum tindakan diberikan berada kategori yang rendah karena dari 17 peserta, hanya 4 peserta didik atau 24% yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Sebaliknya, 76% peserta didik belum mencapi KKM. Kesalahan peserta didik dalam mengerjakan tes pra-tindakan antara lain adalah pada penggunaan bunyi bahasa, kesalahan susunan kata, dan soal yang tidak dijawab. Setelah melaksanakan tes pra-tindakan, peneliti mengimplementasikan model cooperative integrated reading and composition. Implementasi model cooperative integrated reading and composition dilaksanakan sebanyak 2 siklus atau 4 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran CIRC yang terdiri dari tiga fase.

2. Siklus I

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk memaparkan proses awal hingga akhir dalam meningkatkan kualitias pembelajaran melalui 2 siklus dengan menerapkan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Hasil evaluasi peserta didik setelah diterapkan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

Tindakan penelitian pada siklus 1 dilaksanakan pada 24 Februari 2025. Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Penelitian tindakan kelas terdiri dari dari 4 tahap. Adapun 4 tahapan tersebut adalah sebagai berikut:


1) Perencanaan

Tahap perencanaan dilakuakan dengan melakukan observasi terhadap pembelajaran meliputi kegiatan guru dan peserta didik. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung, penggunaan metode, model, strategi, serta media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Peneliti juga mencatat pemahaman konsep yang diperoleh oleh siswa khususnya pada kemampuan meunulis. 

    Berdasarkan pengamatan dan hasil catatan terhadap pembelajaran serta pemahaman konsep tersebut diperoleh informasi sebagai data awal. Adapun langkah-langkah perencanaan dalam siklus I ini terdiri dari :

a) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi Bahasa Indonesia yang akan diajarkan dengan menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

b) Persiapan sarana dan media pembelajaran sebelum mata pelajaran dilaksanakan serta lembar observasi dan catatan lapangan.

c)  Penyusunan pedoman angket dan wawancara untuk siswa dan guru.

d) Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal kuis untuk individu.

e) Pembuatan kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang yang akan dibimbing oleh guru. Pembentukan kelompok yaitu dengan mencampurkan siswa yang aktif dengan siswa yang kurang aktif, lalu anak tersebut diminta menjadi ketua kelompoknya. Dengan hal ini diharapkan semua siswa akan aktif mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. 

2) Pelaksanaan

         Tahap pelaksanaan penelitian ini menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition). Proses dimulai dengan kegiatan awal, seperti salam pembuka, presensi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan apersepsi terkait kemampuan menulis kalimat. Kemudian, dilanjutkan dengan kegiatan inti seperti membentuk kelompok, memberikan wacana, diskusi kelompok, dan penulisan kolaboratif. 



1. Kegiatan Awal:

o Salam pembuka untuk menciptakan suasana yang kondusif. 

o Presensi untuk memastikan kehadiran siswa. 

o Sampaikan tujuan pembelajaran, yaitu untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis secara terpadu. 

o Apersepsi tentang kemampuan menulis kalimat, misalnya dengan memberikan contoh kalimat atau tanya jawab singkat. 


2. Kegiatan Inti:

o Pembentukan Kelompok: Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (biasanya 4 orang) yang heterogen. 

o Penyerahan Wacana: Guru memberikan wacana/bahan bacaan yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari. 

o Diskusi Kelompok: Siswa berdiskusi secara kolaboratif untuk memahami isi wacana, menemukan ide-ide pokok, dan memberikan tanggapan. 

o Penulisan Kolaboratif: Siswa bekerja sama untuk menuliskan hasil diskusi mereka dalam bentuk komposisi (tulisan). 

o Presentasi: Setiap kelompok mempresentasikan hasil karya mereka. 

3. Kegiatan Penutup:

o Refleksi: Siswa dan guru bersama-sama melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan. 

o Kesimpulan: Guru memberikan kesimpulan akhir mengenai materi yang telah dipelajari. 


Tahap pelaksanaan, peneliti menerapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).  Kegiatan dimulai dengan kegiatan awal dengan salam pembuka, melakukan presesi, menyampaikan tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi tentang kemampuan menulis kalimat. Dilanjutkan dengan kegiatan inti dengan membagi siswa ke dalam kelompok kemudian membaikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk dikerjakan secara berkelompok. Dalam LKPD siswa diminta untuk menuliskan sebuah kalimat melalui teks di LKPD.

Tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, serta diadakan evaluasi setiap selesai pembelajaran dengan pemberian tugas, hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah pembelajaran menggunakan metode CIRC.

3) Observasi

          Observasi dilakukan dengan mengamati proses kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Observasi akan dilakukan peneliti dan dibantu teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi mencakup aktivitas siswa dan guru, serta kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pada kegiatan observasi mendapatkan hasil adanya peningkatan aktivitas siswa, ditunjukkan ketika siswa tampak lebih antusias dan tertarik mengikuti pembelajaran sehingga perhatian siswa lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran dan kegiatan berkelompok.

a). Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan terhadap guru kelas II, dalam pembelajaran yang diperoleh dari tindakan sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam penelitian ini maka dapat diketahui hasil belajar terhadap kemampuan menulis siswa terdapat peningkatan. 

Dalam hal ini pengumpulan data terhadap aktivitas guru kelas II, dengan memberikan ceklis pelaksanaan tindakan penelitian dan skor pada setiap butir indikator peningkatan aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) siswa kelas II mata pelajaran Bahasa Indonesia SD Negeri 46/II Sirih Sekapur. 

Adapun butir indikator peningkatan aktivitas guru dalam proses mengajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4:6. Lembar Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I

No Indikator Tingkat Kemampuan Skor

1 2 3 4

1 Kesiapan Mengajar 75

2 Pengelolaan Kelas 75

3 Penguasaan Materi 50

4 Penggunaan Media 25

Jumlah Nilai 225

Persentase 56.25%


Keterangan :

Sangat Baik (SB) = Skor 4 (76 – 100)

Baik (B) = Skor 3 (49 – 75)

Cukup (C) = Skor 2 (26 – 50)

Kurang (K) = Skor 1 (01 – 25)


Dari hasil aktivitas guru di atas pada siklus I dapat dilihat bahwa aktivitas yang dilakukan guru masih belum mencapai nilai yang memuaskan dalam proses belajar-mengajar di kelas II, dimana penguasaan materi dan pengguna media masih belum maksimal dan jika dilihat bahwa hasil yang diperoleh dari aktivitas tersebut baru mencapai 56.25%. 

b). Aktivitas Siswa

Pada kegiatan observasi mendapatkan hasil adanya peningkatan aktivitas siswa, ditunjukkan ketika siswa tampak lebih antusias dan tertarik mengikuti pembelajaran sehingga perhatian siswa lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran dan kegiatan berkelompok. 

Hal ini dapat terlihat pada tabel aktivitas siswa pada siklus I dalam keaktifan siswa dalam proses belajar di kelas II SD Negeri 46/II Sirih Sekapur Kecamatan Jujugan Kabupaten Bungo Provinsi Jambi dibawah ini:

Tabel 4:7. Lembar Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I

No Aspek Nilai Skor

1 2 3 4

1 Keaktifan siswa dalam melaksanakan tahapan menulis 60

2 Kemampuan siswa dalam menulis dengan benar 50

3 Kemampuan siswa dalam memahami tulisan 75

4 Kemampuan siswa dalam memperbaiki tulisan 25

Jumlah Nilai 210

Persentase 52.5%


Keterangan :

Sangat Baik (SB) = Skor 4 (76 – 100)

Baik (B) = Skor 3 (49 – 75)

Cukup (C) = Skor 2 (26 – 50)

Kurang (K) = Skor 1 (01 – 25)


Dari hasil aktivitas siswa di atas pada siklus I masih terdapat aktivitas yang belum mencapai nilai yang baik yaitu pada kemampuan siswa dalam memperbaiki tulisan dalam katagori kurang. Sementara pada keseluruhan aktivitas sudah terlihat adanya peningkatan dari pra siklus sebelum guru dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) yaitu mencapai 52.5%. 

Pada kegiatan observasi mendapatkan hasil adanya peningkatan aktivitas siswa Meskipun demikian ada beberapa aspek yang menjadi kekurangan dalam pelaksanaan siklus I terkait dengan aktivitas siswa. Kekurangan tersebut di antaranya: masih ada siswa yang bermain sendiri dengan temannya selama pembelajaran berlangsung, serta masih ada siswa yang mengobrol terutama saat memperhatikan penjelasan guru, melakukan diskusi, dan saat diberi tugas.

c). Hasil Pengamatan Kemampuan Siswa dalam Menulis

Setelah berlangsungnya kegiatan belajar mengajar pada siklus I, kemudian guru memberikan sebuah tes tulisan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis kalimat permulaan dengan KKM yang telah di tentukan yaitu 70.

Tabel 4:8. Hasil Siklus I Kemampuan menulis siswa kelas II SDN 46/II Sirih Sekapur  

NO NAMA Kerapian Tulisan Kejelasan Tulisan Huruf Kapital Tanda Titik Nilai Ket

1 Ahmad Sodiq 15 30 20 25 90 Tuntas

2 Amanda 10 10 10 25 55 Tidak Tuntas

3 Amelia Ifanda 15 25 15 20 75 Tuntas

4 Dian Ayu 25 25 35 15 100 Tuntas

5 Dinda Kurnia 20 15 25 25 85 Tuntas

6 Dodi Irawan 10 20 15 20 65 Tidak Tuntas

7 Etin Irdona 25 25 25 25 100 Tuntas

8 Indra Kumar 10 15 15 20 60 Tidak Tuntas

9 Jesika Kamala 10 15 20 15 60 Tidak Tuntas

10 Lukiyatul 10 30 25 30 95 Tuntas

11 M. Ilham Azizi 10 25 30 20 85 Tuntas

12 M. Nurul Huda 15 30 30 25 100 Tuntas

13 Rasyidin 10 25 25 25 85 Tuntas

14 Sri Romadoni 20 25 20 25 90 Tuntas

15 Sukron Makmun 20 15 15 15 65 Tidak Tuntas

16 Tia Monika 15 20 10 15 60 Tidak Tuntas

17 Yumi Febria 20 25 30 25 100 Tuntas

Jumlah 1370

Nilai Rata-Rata 80.59

Tuntas 11 64.71%

Tidak Tuntas 6 35.29%


Berdasarkan Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan menulis siswa kelas II pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) sudah dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat bahwa 11 siswa sudah dikategorikan tuntas atau dengan persentase 64.71% dari sebelumnya hanya mencapai 23.53%. Sementara masih terdapat 6 siswa yang belum mencapai nilai KKM yaitu 70 atau dengan persentase 35.29%.


Gambar. 4.3. Grafik Hasil Siklus I Keterampilan Menulis Siswa


 


Grafik di atas menunjukan bahwa adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dari pra siklus ke siklus I yaitu dimana siswa yang menacapai ketuntasan belajar terdapat 11 siswa dari 17 orang siswa dengan persentase 64.71%.  

4) Refleksi

          Pada tahap ini semua data yang diperoleh dianalisis dan direfleksikan dengan guru kelas. Tahap ini merupakan tahap yang penting karena peneliti dapat mengetahui kekurangan pada saat melakukan pembelajaran. Refleksi dilakukan oleh peneliti apabila hasil yang di dapat belum baik. Refleksi dilakukan peneliti berdasarkan hasil tukar pendapat dengan guru mata pelajaran mengenai observasi yang dilakukan. Data observasi merupakan hasil observasi peneliti dengan siswa saat mata pelajaran berlangsung dan hasil pengisian angket setelah mengikuti pelajaran. 

Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau kendala pada siklus I, sehingga dapat diperoleh kesimpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Setelah melakukan diskusi dengan teman sejawat, guru kelas, dan para ahli, banyak hal yang harus menjadi perbaikan. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, perbaikan dilakukan pada langkah pembelajaran dengan menerapkan Siklus II pada penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II SDN 46/II Sirih Sekapur. 

3. Siklus II

Siklus II merupakan tindak lanjut siklus sebelumnya, dimana hasil yang belum mencapai ketuntasan belajar akan dievaluasi kembali kekurangan dari siklus sebelum. Tindakan penelitian pada siklus II dilaksanakan pada 04 Maret 2025. Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 

1) Perencanaan

Perencanaan dilakuakan kembali dengan melakukan observasi terhadap pembelajaran meliputi kegiatan aktivitas guru dan aktivitas peserta didik. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana peningkatan penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II SDN 46/II Sirih Sekapur.

 Adapun langkah-langkah perencanaan dalam siklus II sebagi berikut:

a) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b) Persiapan sarana dan media pembelajaran.

c)  Penyusunan pedoman angket dan wawancara untuk siswa dan guru.

d) Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal kuis untuk individu.

e) Pembuatan kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang yang akan dibimbing oleh guru. 

2) Pelaksanaan

         Pada tahap pelaksanaan peneliti menggunakan kembali menerapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).  Kegiatan dimulai dengan kegiatan awal dengan salam pembuka, melakukan presesi, menyampaikantujuan pembelajaran, melakukan apersepsi tentang kemampuan menulis kalimat kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti dengan membagi siswa ke dalam kelompok kemudian membaikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk dikerjakan secara berkelompok. 

Tindakan yang dilakukan pada tahap ini sama halnya pada siklus sebelumnya yaitu proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) sesuai dengan RPP yang telah dibuat, serta diadakan evaluasi setiap selesai pembelajaran dengan pemberian tugas.

- Kegiatan AWAL 

Secara bersama-sama mengamati gambar (cara memegang pensil) 

Menyalin  (titik berat pada cara memegang alat tulis) 

- Kegiatan INTI 

Secara bersama-sama atau kelompok: 

Siswa menebalkan dan menjiplak huruf  pada kata “tangan”(g) 

Siswa menebalkan huruf untuk suku kata dan kata  “hidung”(h) 

Siswa melengkapi kata dengan huruf  pada kata “lidah” (i) 

Siswa melengkapi kalimat dengan kata “jari” (j) 

Siswa membentuk gambar dan menulis nama “kaki” (k) 

- Kegiatan AKHIR 

Guru menceritakan tentang kegunaan anggota tubuh. 

Memberi tugas/latihan 


3) Observasi

          Observasi mencakup aktivitas siswa dan guru, serta kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pada kegiatan observasi mendapatkan hasil adanya peningkatan aktivitas siswa, ditunjukkan ketika siswa tampak lebih antusias dari kegiatan sebelumnya dan lebih memperhatikan proses pembelajaran sehingga perhatian siswa lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran dan kegiatan berkelompok.

a). Aktivitas Guru

Aktivitas guru kembali diobservasi dalam pembelajaran yang diperoleh dari tindakan siklus sebelumnya dan sesudah diterapkannya model pembelajaran CIRC dalam penelitian ini maka dapat diketahui hasil belajar terhadap kemampuan menulis siswa terdapat peningkatan. 

Aktivitas pengamatan terhadap guru kelas II sama halnya dengan siklus sebelumnya yaitu memberikan ceklis pelaksanaan tindakan penelitian dan skor pada setiap butir. 

Tabel 4:9. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II


No

Indikator Tingkat Kemampuan Skor

1 2 3 4

1 Kesiapan Mengajar 90

2 Pengelolaan Kelas 85

3 Penguasaan Materi 75

4 Penggunaan Media 95

Jumlah Nilai 345

Persentase 86.25%


Dari hasil aktivitas guru pada siklus II sudah mencapai nilai yang memuaskan dalam proses belajar-mengajar, dimana kesiapan mengajar, pengelolaan kelas  penguasaan materi dan pengguna media sudah mencapai 86.25%, dengan kata lain, bahwa aktivitas yang dilakukan guru pada siklus II ini sudah mencapai ketuntasan mengajar dari siklus seblumnya hanya 52.5% atau terdapat peningkatan sebesar 30% dari siklus I ke siklus II.

b). Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa pada siklus II ini setelah didakan observasi terhadap aktivitas yang dilakukan siswa mendapatkan hasil yang sangat memuaskan dari siklus sebelumnya. Peningkatan aktivitas siswa ini ditunjukkan ketika siswa tampak lebih antusias dan tertarik mengikuti pembelajaran sehingga perhatian siswa lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran dan kegiatan berkelompok. 

Tabel 4:10. Lembar Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I

No Aspek Nilai Skor

1 2 3 4

1 Keaktifan siswa dalam melaksanakan tahapan menulis 100

2 Kemampuan siswa dalam menulis dengan benar 75

3 Kemampuan siswa dalam memahami tulisan 100

4 Kemampuan siswa dalam memperbaiki tulisan 95

Jumlah Nilai 370

Persentase 92.5%


Tabel diatas sudah menunjukan peningkatan aktivitas siswa dari siklus I. pada siklus II ini peningkatan aktivitas siswa terhadap proses belajar mencapai ketuntasan belajar yaitu dengan persentase 92.5%. hal ini terlihat pada keseluruhan aktivitas sudah memenuhi kriteria indikator dalam menerapkan model pembelajaran CIRC) jika dibandingkan siklus I yaitu hanya mencapai 52.5%. 

c). Hasil Pengamatan Kemampuan Siswa dalam Menulis

Pengamatan kemampuan siswa dalam menulis dilanjutkan pada siklus II dimana dalam proses kegiatan belajar mengajar pada siklus II kriteria ketuntasan belajar siswa sudah memenuhi KKM, dimana dari 17 siswa terdapat 16 siswa sudah mencapai nilai KKM diatas 70. 

Tabel 4:11. Hasil Siklus II Kemampuan menulis siswa kelas II SDN 46/II Sirih Sekapur  

NO NAMA Kerapian Tulisan Kejelasan Tulisan Huruf Kapital Tanda Titik Nilai Ket

1 Ahmad Sodiq 20 30 25 25 100 Tuntas

2 Amanda 20 25 25 30 100 Tuntas

3 Amelia Ifanda 15 25 15 20 75 Tuntas

4 Dian Ayu 25 25 35 15 100 Tuntas

5 Dinda Kurnia 20 25 25 25 95 Tuntas

6 Dodi Irawan 20 30 20 25 95 Tuntas

7 Etin Irdona 25 25 25 25 100 Tuntas

8 Indra Kumar 20 20 25 20 85 Tuntas

9 Jesika Kamala 15 25 20 20 80 Tuntas

10 Lukiyatul 15 30 25 30 100 Tuntas

11 M. Ilham Azizi 25 25 30 20 100 Tuntas

12 M. Nurul Huda 15 30 30 25 100 Tuntas

13 Rasyidin 10 25 25 25 85 Tuntas

14 Sri Romadoni 20 25 30 25 100 Tuntas

15 Sukron Makmun 20 30 20 15 85 Tuntas

16 Tia Monika 20 20 10 15 65 Tidak Tuntas

17 Yumi Febria 20 25 30 25 100 Tuntas

Jumlah 1565

Nilai Rata-Rata 92.06

Tuntas 16 94.12%

Tidak Tuntas 1 5.88%


Berdasarkan Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan menulis siswa kelas II pada siklus II dengan menerapkan model pembelajaran CIRC sudah memenuhi indikator keberhasilan siswa dalam proses belajar, dimana tingkat ketuntasan belajar siswa dari 17 siswa sudah mencapai 16 siswa yang tuntas atau dengan persentase ketuntasan sebesar 94.12%.  Adanya peningkatan yang sangat luar biasa dimana dari siklus I 64.71% menjadi 94.12%.  pada siklus II, artinya ada peningkat dari siklus I ke siklus sebesar 30%. 

Gambar. 4.4. Grafik Hasil Siklus II Keterampilan Menulis Siswa

 


Grafik di atas menunjukan bahwa tingkat ketuntsan siswa sudah mencapai 94.12% atau 16 siswa sudah memenuhi kentusan belajar dari 16 siswa. 


4) Refleksi

          Pada tahap ini penelitia kembali merefleksi semua data yang diperoleh dianalisis dan direfleksikan dengan guru kelas. Apakah dengan penerapan model pembelajaran CIRC siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis dan sejauhmana tingkat ketuntasan belajas siswa dalam kemampuan menulis mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II di SDN 46/II Sirih Sekapur. Jika tingkatkan ketuntasan belajar siswa belum mencapai 90%, maka dilanjukan dengan siklus berikutnya. 

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada siswa kelas II SDN 46/II Sirih Sekapur dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapay meningkatkan kemampuan menulis siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. 

Hasil evaluasi pembelajaran pada siklus I (pertemuan 1 dan pertemuan 2) setelah diterapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition pada peserta didik kelas II berjumlah 17 peserta didik. Peserta yang telah memenui kriteria ketuntasan terdapat 11 peserta didik (61,71%) dan yang belum memenui kriteria ketuntasan sebanyak 6 peserta didik (35,29%). 

Pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition terdapat 16 peserta didik (94,12%) mencapai kriteria ketuntasan minimal dan 1 peserta didik (55,88%) belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. 

Rata-rata nilai pada siklus I sebesar 80,59. Peserta didik yang mencapai kriteria kentuntasan minimal ≥ 70 sebanyak 11 anak dan 6 peserta didik belum mencapai kriteria ketuntasan minimal < 70. Persentase ketuntasan sebesar 61,71% dan persentase belum tuntas sebesar 35,29%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terjadi peningkatan ketuntasan klasikal yang telah dicapai peserta didik dalam menulis dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition. Peningkatan tersebut dapat dilihat berdasarkan nilai yang diperoleh pada siklus I dan siklus I. 

Nilai evaluasi pada saat siklus I dan II mengalami peningkatan. Keberhasilan yang dicapai oleh peneliti merupakan hasil kerjasama antara peneliti dan kolaborator selama penelitian. penelitian dilakukan melalui tahap perencanaan dengan kolaborator, tahapan pelaksanaan pemebelajaran dan observasi, serta hasil dalam setiap siklus dilakukan refleksi.

Hal tersebut sesuai dengan langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu (1) perencanan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi. Setelah dilakukan siklus I dan siklus II peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 1 siswa. Siswa tersebut belum mencapai KKM dikarenakan belum bisa mencapai tujuan yang ditetapkan bukan karena model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition, siswa tersebut kurang serius dalam mengerjakan soal evaluasi, karena pada saat pemebelajaran  peserta didik tersebut kurang berpartisipasi aktif. Berdasarkan peningkatan yang terjadi, peserta didik yang mendapat nilai diatas KKM mengalami perubahan yang lebih baik.

Perbandingan peningkatan hasil kemampuan menulis siswa kelas II SDN 46/II Sirih Sekapur sebelum Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 

Tabel 4:12. Perbandingan peningkatan hasil kemampuan menulis siswa kelas II SDN 46/II Sirih Sekapur sebelum Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II. 

Pra-Siklus Siklus I Siklus II Keterangan

23.53% 64.71% 94.12% Tuntas

76.47% 35.29% 5.88% Tidak Tuntas


Tabel di atas menunjukkan bahwa adanya perbandingan peningkatan kemampuan siswa kelas II dalam menulis setelah menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, dimana sebelum Pra Siklus terdapat tingkat ketuntasan belajar siswa hanya memperoleh 23.53%. Namun setelah diterapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa sudah mampu menulis dengan baik, yaitu pada siklus I mencapai 64.71% kemudian pada siklus II sudah mencapai 94.12%. dengan demikian model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan dalam menulis.

Gambar. 4:5. Grafik Perbandingan Peningkatn Hasil Kemampuan Menulis Siswa  Pra-Tindakan, Siklus I dan Siklus II

 Grafik di atas menunjukan bahwa adanya peningkatan kemampuan siswa pada setiap aktivitas dalam proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, dimana proses belajaran pada Pra-tindakan atau sebelum menggunakan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) tingkat ketuntasan hanya mencapai 23.53%. kemudian setelah diterapkannya model pembelajaran CIRC terdapat kenaikan peningkatan padasetiap siklusnya, dari siklus I 64.71% tingkat ketuntasan belajar menjadi 94.12% pada siklus II.

Berdasarkan pemberian soal pre-test sebelum diterapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC diperoleh nilai rata-rata = 46.18, setelah diterapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC diperoleh nilai rata-rata = 80.59 Data ini menjelaskan bahwa keterampilan menulis melalui model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC memiliki perbedaan yang signifikan.

Terjadinya perbedaan kemampuan menulis siswa tersebut pada hasil pre-test disebabkan karena adanya perlakuan pada kelas dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC. Dimana nilai menulis siswa setelah adanya perlakuan atau diterapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC lebih baik daripada hasil pre-test atau sebelum perlakuan.

Terdapat empat aspek penilaian pada lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran, yaitu aspek perhatian, partisipasi siswa, pemahaman siswa, dan kerja sama. Pada masing aspek terbagi atas empat indikator yang digunakan pada aspek perhatian, yaitu memahami tujuan pembelajaran, mencatat atau hanya mendegarkan penjelasan dari guru, mengumpulkan informasi dari guru, serta memperhatikan penjelasan dari guru dan bertanya apabila kurang jelas. Indikator yang digunakan pada aspek partisipasi siswa yaitu turut serta membantu dalam menyelesaikan persoalan, member pendapat dalam menyelesaikan persoalan, aktif dalam menyelesaiakan soal-soal latihan, serta bertanggun jawab dalam melaksanakan tugas. Indikator yang digunakan pada aspek pemahaman siswa, yaitu siswa mampu memberikan penjelasan tentang suatu hal, siswa mampu mengaitkan persoalan yang dihadapkan dengan hal sebelumnya, siswa mampu menyelesaikan soal dengan benar, serta siswa mampu menyelesaikan soal dengan tepat waktu. Indikator yang digunakan pada aspek kerjasama, yaitu hadir dalam proses pembelajaran, mengerjakan soal latihan secara bersama-sama, saling menghargai dan mendukung pendapat teman, serta saling memberikan motivasi siswa yang lain untuk berpartisipasi secara aktif.

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh cukup mendukung teori yang telah dikemukakan bahwa model pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan model pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran sangat membantu keefektivan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, model pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan informasi.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC, bila ditinjau dari keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran pada saat eksperimen ternyata dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC, menampakkan minat yang tinggi, dan siswa dapat belajar secara efektif. Menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC dapat membantu siswa dalam mengembangkan imajinasi, menuangkan ide dalam bentuk tulisan terutama bagi siswa yang kurang terampil dalam merangkai kata. Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC dapat membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan menulisnya. Dari hasil penelitian terdapat beberapa aspek pengamatan yang di gunakan dalam lembaran pengamatan aktivitas siswa yaitu: perhatian, partisipasi siswa, sikap siswa, pemahaman siswa, kerjasama.

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munik. (2015). Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam.

Abdurrahman Mulyono. (2016). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Renika Cipta.

Aida Nursanti. (2020). Penerapan Metode Struktur Analitik Sintetik (SAS) Dalam Membeca Permulaan Siswa Kelas II SDN Batu Rijal Hulu. Jakarta: Media Press.

Azhar. (2017). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Broto, As. (2016). Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.

Devianty, Rina. (2017). Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan. Jurnal Tarbiyah Vol,2, 12.

Dwi Nurhayati. (2016). Meningkatkan Kemampuan Bahasa Dengan Media Flaschard. Jurnal PG-Paud Trunojoyo, Vol.3 No.2, 381.

Enggar Riyani. (2014). Pengembangan Media Buku Bergambar Tema Tanah Airku Untuk Menstrimulasi Aspek Bahasa Anak Taman Kana-kanak Kelompok B. Skripsi.

Halimah Andi. (2016). Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis Pemulaan di SD/MI. Makasar: UIN Alaudin.

Ine Agustina. (2017). Penerapan Metode SAS Untuk Meningkatkan Ketarampilan Menulis Huruf Tegak Bersambung Kelas I SD. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol.2 No.3 September, Hal. 28.

Ishak Saidulkarnain. (2014). Cara Menulis Mudah. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Meliyawat. (2016). Pemahaman Dasar Membaca. Yogyakarta: CV. Budi Utama.

Mulyati, Yeti Cahyani, Isah. (2017). Ketarampilan Berbahasa Indonesia SD. Tanggerang: Bumi Aksara.

Muslich Masnur. (2018). Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta: Bumi Aksara.

Nazwa, dkk. (2020). Penerapan Metodes SAS (Struktur Analitik Sintetik) Untuk Meningkatkan Ketarampilan Menulis Tegak Bersambung Kelas I SD di Bandung. Jurnal JPGSD, Volume.5 No.III .

Rahmania Taipo. (2019). Penerapan Metode Struktur Analitik Sintetik Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Pada Kelas II SDN 11 Kendari, Journal of Basication (JOB). Jurnal Pendidikan Dasar. Volume 3 No. 2.

Sadiman Arief. (2016`). Media Pendidkan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Setadi Susilo. (2016). Pedoman Penyelenggaran PAUD. Jakarta: Media Pustaka.

Sinta Bella Arista. (2019). Penerapan Metode Bercerita Berbantua Media Wayang Kartun Untuk Meningkatkan Ketarampilan Menyimak Peserta Didik Pada Kelas III di SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung. Skripsi.

Sri Sunarti. (2021). Pembelajaran Membaca Pemahaman di Sekolah Dasar. Jakarta: NEM Pustaka.

Sugiono. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D . Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Renika Cipta.

Supritna Agus. (2015). Pendidkan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Wardani, Naniek Sulistya. (2018). Pengaruh Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Tematik. Jakarta: Universitas Kristen Satyawacana.

Yasbiati. (2017). Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Penguasaan Bahasa Sunda Anak Usia Dini Pada Kelompok B. Jurnal PAUD Agapedia, Vol. 1 No.1.

Yuniarti. (2014). Penerapan Metode Bercerita Berbantua Media Buku Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuna Bercerita Anak Pada Anak TK Usia 5-6 Tahun . Bengkulu: PAUD FKIP Universitas Bengkulu.













 Pelantikan PPPK Tahap 1 Kemenag 2024



Senin, 26 Mei 2025. Bertempat di Ruang Amphi Theater Lantai IV GMPU UIN Jambi Kampus Sei. Duren dilaksanakannya Pelantikan PPPK Tahap I Formasi Tahun 2024 di Lingkungan Kementerian Agama tepat pukul 14.00 WIB Menteri Agama secara resmi melantik PPPK tahap 1 tahun 2024 seluruh Indonesia. 


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sutha Jambi
1. Wardah, S.Pd.I 
2. Khairul Akman, S.Pd.I 
3 Juwita Asna Dewi, S.H.I 
4. Yoni Elmawaddati, S.E
5. M. Fauzi, S.Pd
6. Zul Arsyil, S.Pd


Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sutha Jambi
                                                1. Zul Arsyil
                                                    2. Tri Pengstu
                                                        3. Dina Maria Ulfa
                                                            4. Maratun Sanata
                                                            5. Khairul Akman, S.Pd.I 




UPT Bahasa UIN Sutha Jambi
Wardah
Khairul Akman
Reni Octaviani
Khusnul Khotimah





 

Fakultas Adab dan Humaniora jalin kerjasama dengan Raaso University Ethiopia




Kamis, 08/05/2025. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora bersama dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Dekan Fakultas Syari’ah dan Dekan Fakultas Ushuluddin menandatangani Memorandum of Agreement (MoA) dengan Faculty of Syariah, Faculty of Arabic, Faculty of al-Quran Raaso University Ethiopia. 

Penandatangan dilakukan di ruang rapat Rektorat lt 3. Penandatangan MoA didahului dengan penandatanganan MoU oleh Rektor UIN STS Jambi dan Rektor Raaso University. Kegiatan dihadiri oleh seluruh pejabat UIN STS Jambi dan pihak Raaso University melalui zoom meeting. 



Melalui MoU dan MoA kedua belah pihak bersama akan melaksanakan kegiatan tridharma PT untuk peningkatan kualitas akademik sesuai bidang pengembangan yg sedang dilakukan. Kerjasama ini akan berlangsung selama 5 tahun ke depan.





Postingan Populer

Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Kota Jambi, Indonesia

Putra Muaro Bungo

Putra Muaro Bungo
Jadilah Diri Sendiri Tanpa Berharap Kepada Manusia

Simpel Aja

Simpel Aja

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

My Famili

SELAMAT DATANG DI

BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN

Pengikut

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman

TERIM KASIH

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT