Jumat, 09 Agustus 2024

 



BAB I

PENDAHULUAN      

 

A.  Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu keperluan yang utama. Pembelajaran pengetahuan atau keterampilan biasanya sekelompok orang yang di berikan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian (Sofia Sebayang dan Tiur, 2019). Berdasarkaan ketentuan pasal 7 ayat (4) dan ayat (5) peraturan pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang wajib belajar bahwa pemerintah daerah dapat menetapkan kebijakan untuk meningkatkan jenjang pendidikan wajib belajar sampai pendidikan menegah dan pemerintah daerah dapat mengatur lebih lanjut pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun, sesuai dengan kondisi daerah masing-masing melalui peraturan daerah.

Program wajib belajar 12 tahun ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan pendidikan menengah yang bermutu dan terjangkau bagi penduduk, baik melalui jalur formal maupun non formal. Program ini merupakan peningkatan dari program wajib belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9 (Sembilan) tahun. Keberhasilan program wajib belajar 12 tahun tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah saja tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat, dengan demikian diharapkan masyarakat juga ikut berperan serta dalam pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun baik sebagai peserta didik, orang tua/wali peserta didik, maupun badan/lembaga swasta asing/dalam negeri, organisasi masyarakat/ kemasyarakatan, dan atau orang pribadi.

1

Uraian di atas dapat kita lihat bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang utama untuk membentuk generasi yang terdidik terlatih dan terpelajar baik dengan kebijakan pendidikan wajib belajar 9 tahun maupun wajib belajar 12 tahun. Karna begitu pentingnya peran pendidikan, maka dibutuhkan kualitas pendidikan yang baik.

      Kualitas pendidikan hanya bisa terpenuhi jika lembaga pendidikan memiliki pimpinan yang bisa mengatur dan mengelola seluruh resources yang tersedia. Dalam mengelola pendidikan, keberadaan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin merupakaan unsur penting sebab menjadi penentu dan penggerak arah lembaga ke depan. Kehadiran kepala sekolah sedianya harus bisa berperan secara vital supaya dapat menunjang terwujudnya sekolah bermutu (Rahmawati, 2021).

Setiap satuan pendidikan atau sekolah seharusnya memenuhi standar yang telah ditetapkan atau menerapkan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, setiap satuan pendidikan hendaknya menerapkan manajemen mutu dalam mengelola lembaga sekolah secara komprehensif dan terintegrasi dalam upaaya meningkatkan mutu sekolah secara sistemik, sistematik, dan berkelanjutan. Manajemen mutu tersebut perlu diarahkan dalam upaya a) memenuhi kebutuhan konsumen secara konsisten dan, b) mencapai peningkatan mutu secara terus menerus dalam setiap aspek aktivitas organisasi. Manajemen mutu sekolah dapat dinyatakan sebagai cara mengelola selalu sumber daya sekolaah, dengan mengarahkan semua orang yang terlibat didalamnya untuk melaksanakan tugas sesuai standar, dengan penuh semangat dan berpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan pekerjaan sehingga menghasilkaan lulusan dan jasa pendidikan yang sesuai atau melebihi kebutuhan pihak yang berkepentingan (Ridwan Abdul Sani, 2015).

Hakekatnya, untuk meningkatkan mutu sekolah dibutuhkan suatu strategi dalam memperbaiki mutu pendidikan dengan memberikan kewenangan serta tanggung jawab dalam mengambil sebuah keputusan pemimpin sekolah atau kepala sekolah dengan melibatkan individual, baik dari semua personal sekolah maupun anggota masyarakat. Peran kepemimpinan sangat di butuhkan mengingat zaman yang selalu berkembang. Kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang mempunyai keseimbangan sebagai manejer dan leader. Seorang pemimpin harus dan mampu membaca setiap perubahan yang akan dihadapi sekolahnya guna untuk meningkatkan mutu pendidikan membaca setiap perubahan yang akan datang untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya. Selaku pemimpin, kepala sekolah harus mempunyai strategi supaya perubahan tersebut dapat terwujud dan memberikan inovasi-inovasi baru yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas sekolah yang dilihat dari tingkat tercapainya tujuan yang sudah ditentukan, dalam hal ini perubahan bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut (Dwi et al., 2021).

Pendidikan di sekolah tidak sekedar proses yang berkaitan dengan pengetahuan, tetapi mencakup berbagai hal yang berkaitan dengan masalah fisik, emosional, dan aspek-aspek finansial. Oleh sebab itu, pendidikan harus merefleksikan berbagai program nyata dan melayani berbagai kebutuhan pengguna jasa pendidikan. Pendidikan yang baik harus berkaitan dengan kehidupan itu sendiri, yang mengimplementasikan pengetahuan secara biologis, sosial, emosional, spiritual, psikologis, dan masalah ekonomi. Sebagian pendidikan harus dapat memenuhi tuntunan dan kebutuhan masyarakat, terutama dalam kaitannya dengan berbagai permasalahan yang di sebabkan oleh beberapa hal yang ada di masyarakat, seperti social change, turbulence, complexity, dan chaos, sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengeetahuan teknologi, dan seni, khususnya teknologi informasi yang berlangsung begitu pesat. Pendidikan juga harus mampu mengembangkan lingkungan dan memahami berbagai hal yang berhubungan dengan komponen-komponen sistem lingkungan (Mulyasa, 2019).

Berkenaan dengan kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan meliputi proses penggerakan, mempengaruhi, menguasai dan menggerakkan orang-orang di lembaga atau organisasi pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

Masalah kepemimpinan makin penting artinya apabila kita menyadari bahwa hingga sekarang kita belum mempunyai konsep yang jelas tentang pola kepemimpinan di dalam pengeelolaan suatu organisasi, terdapat di dalam dunia pendidikan. Masalah kepemimpinan dalam dunia pendidikan harus menjadi bahan pengkajian kita semua, terutama di kalangan mahasiswa calon pendidikaan dan para pendidik sendiri. Karena dari tentang merekalah yang nantinya akan meelanjutkan dan melaksanakan kepemimpinan di dalam dunia pendidikan, terutama di lingkungan sekolah-sekolah (Suparman, 2019) .

Kepemimpinan merupakan aktivitas manajerial yang penting di dalam setiap organisasi khususnya dalam pengambilan kebijakan dan keputusan. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang anggotaanya menjadikan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi, baik itu kebutuhan bekerja, motivasi, rekreasi, kesehatan, sandang, pangan, tempat tinggal, meskipun kebutuhan lainya yang pantas didapatkannya. Kepala sekolah juga memiliki peranan pimpinan yang sangat berpengaruh di lingkungan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas kepala sekolah sebagai pemimpin ialah membantu para guru mengembangkan kesanggupan-kesanggupan mereka secara maksimal dan membuat suasana hidup sekolah yang sehat mendorong guru-guru, pegawai-pegawai tata usaha, siswa, orang tua siswa untuk mempersatukan kehendak, pikiran, tindakan dalam kegiatan kegiatan kerja sama yang efektif sebagai tercapainya tujuan-tujuan sekolah (Hamdan, Chaniago & Takriyanti, 2021).

Kepemimpinan menuntun seseorang untuk mengerti hakekat diri dan potensi diri, tanpa menantikan hidayah dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Bijaksana. Sebagaimana harus disadari bahwa setiap orang adalah pemimpin. Baik sebagai pemimpin untuk diri sendiri, kelurga bahkan mungkin juga orang lain atau masyaraakat (Suparman, 2019).

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُم مَسئُوَ لٌ عَنْ رَ عِيَّتِهِ

 

Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinya (H.R. Bukhori).

Kepala sekolah merupakan seorang pemimpin yang harus memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan administrasi sekolah, membina tenaga kependidikan, dan mendayagunakan sekaligus memelihara sarana praserana. Melihat peranan kepala sekolah selaku seorang pemimpin kepala sekolah mempunyai tantangan untuk dapat menjalankan pendidikan di sekolah agar terarah, terencana dan berkeseimbangan dengan menetapkan kebijakan dan memberikan ide yang dapat meningkatkan mutu pendidikan (Wahyudi, 2012).

Kepala sekolah merupakan pimpinan pendidikan tingkat satuan pendidikan yang harus mempunyai dasar kepemimpinan yang kuat, setiap kepala sekolah harus memahami kunci sukses kepemimpinannya, yang mencakupi pentingnya kepemimpinan kepala sekolah, indikator kepemimpinan kepala sekolah efektif, sepuluh kunci sukses kepemimpinan kepala sekolah, model kepemimpinan kepala sekolah yang ideal, masa depan kepemimpinan kepala sekolah, harapaan guru terhadap kepala sekolah, dan etika kepemimpinan kepala sekolah. Dimensi-dimensi tersebut harus dimiliki, dan menyatu pada setiap pribadi kepala sekolah, agar mampu melaksanakan manajemen dan kepemimpinan secara efektif, efisien, mandiri, produktif, dan akuntabel (Mulyasa, 2019).

Dilihat dari lembaga sekolah, dalam hal ini mendukung kelancaran aktivitas pembelajaran, kepala sekolah membawakan peran yang cukup penting, karena berkontribusi siknifikan terhadap mutu hasil belajar, kepala sekolah sebagai pemimpin, manajer, pendorong dan penggerak dapat memberikan kontribusi besar untuk pencapaaiaan tujuan pendidikan khususnya dalam pembeelajaraan. Kepala sekolah dalam pengelolaan lembaga dan program kerja memiliki peran positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan salah satu faktor penting yang menunjang kualitas dalam pembelajaran adalah kompetensi yang di miliki guru.

Kualitas pada lembaga pendidikan seringkali di istilahkan dengan mutu pendidikan. Pengertian mutu menjadi persoalan pokok untuk menjamin perubahan sekolah menuju arah yang lebih mapan di tengah kencangnya persaingan di bidang pendidikan modern yang semakin maju.

Berdasarkan hasil observasi penulis ditemukan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang ada di Kota Jambi. Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi identik dengan semi militer yang di bawah naungan 2 orang bintara pelatih sehingga membuat taruna/i lebih di siplin dan berkarakter tidak hanya cerdas di akademik saja. Dengan demikian tentu memiliki kualitas mutu pendidikan yang sangat baik dan memiliki ciri khas dari Sekolah Menegah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi dalam mempersiapkan kebutuhan tenaga kerja program pendidikan yang memiliki daya saing yang sama dengan sekolah-sekolah yang ada di provinsi Jambi sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja, menyiapkan taruna/i agar mampu memiliki karir, dan menyiapkan lulusan agar menjadi warga Negara yang produktif, adaptif, dan normative. Adapun jurusan yang ada pada Sekolah Menegah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi adalah Nautika Kapal Niaga, Teknika Kapal Niaga, Teknik Kendaraan Ringan, Audio Video.

 Kualitasnya taruna taruni yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi ini dapat digolongkan baik, karena mengutamakan guru-guru yang professional sehingga sekolah tersebut menghasilkan taruna taruni yang berprestasi yang mana hal ini ditunjang dari kegiatan pendidikan bintal, drumband, karate, silat, pramuka, olahraga bebas, renang, pedang pora, dan lainnya. Sekolah juga memiliki program yang bagus  dengan semi militer mengutamakan visi dan misi sekolah. Kepala sekolah juga sangat menekankan kedisplinan di sekolah, peraturan yang di buat bukan hanya untuk taruna taruni bahkan semua guru, staf harus menataati peraturan yang dibuat, bahkan wali murid, juga ikut bekerja sama dalam meningkatkan mutu sekolah.

Berkenaan dengan uraian di atas maka penulis temukan bahwa pendidikan memiliki permasalahan dalam semua pihak, dalam hal ini yang dihadapi oleh Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi. Oleh sebab itu pihak Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi berusaha dalam memberdayakan dan mengikut sertakan keterlibatan semua pihak dalam kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan sekolah. Agar semua elemen masyarakat dapat berperan dalam mengsukseskan pendidikan taruna/i dengan mutu yang lebih baik. Demikian hal ini sebagai bagian dari tindakan terhadap kebijakan pemerintah dalam menetapkan undang-undang dan keputusan menteri pendidikan nasional yang terkait dengan mengikut sertakan masyarakat dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Sekolah Mengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi”.

B.  Fokus Permasalahan

Fokus penelitian ini digunakan agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan semula, pada pembahasan ini penelitian memfokuskan pada bagaimana Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Indonesia Jambi.

C.  Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.      Bagaimana Implementasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi?

2.      Apa Saja Faktor Penghambat Kepala Sekolah dalam Meningkaatkat Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi?

3.      Bagaimana Upaya Yang Dilakukan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi?

D.  Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.      Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi. Selain itu tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.       Untuk Mengetahui Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Tarina Indonesia Jambi.

b.      Untuk Mengetahui Kendala Yang Dihadapi Oleh Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi.

c.       Untuk Mengetahui Implementasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Menegah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi.

2.      Kegunaan penelitian                                       

Dan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikit:

a.       Untuk memberi penjelasan tentang meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menegah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi.

b.      Bagi peneliti untuk melengkapi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan (S1).

c.       Untuk memberi kontribusi kepada pihak Sekolah Menegah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN STUDI RELEVAN

 

A.  Kajian Pustaka

1.    Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Menurut Wahab, (2014), mengemukakan pendapatnya mengenai pelaksaan atau implementasi, adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat, kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang memfokuskan pada terciptanya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Pengertian implementasi yang dikemukankan itu, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang dan berkepentingan, baik pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita serta tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi berkaitan dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan dan merealisasikan program yang telah disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan, karena pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak dicapai.

Pengertian Implementasi menurut para ahli dalam (Wahab, 2014), diantara lain sebagai berikut :

a.      

9

Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan “Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”.

b.      Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”.

         Penadapat Cleaves (Wahab, 2014) secara tegas menyebutkan bahwa implementasi mencakup proses bergerak menuju kebijakan dengan cara langkah administrasif dan politik. Keberhasilan atau kegagalan implementasi sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam mengoprasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumnya.

         Sedangkan menurut Van Meter dan Van Horn (Wahab, 2014) Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individuindividu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keutusan kebijakan.

        Secara sederhana penulis mencoba menyimpulkan tentang keterkaitan implemaentasi dalam hal pembelelajaran di sektor pendidikan atau ruang lingkup sekolahan yaitu bagaimana propses pelaksanaan dan penerapan tentang strategi pembelajaran yang baik yang tentu harus sesuai dengan standar kompetensi dan standar isi materi pembelajaran yang ingin dicapai oleh pendidik.

 

2.    Kepemimpinan Kepala Sekolah

 

Kepemimpinan adalah faktor penentu dalam keberhasilan suatu lembaga kependidikan. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan pendidikan secara sangat terstruktur, dan mempunyai hubungan persahabatan yang sangat baik, saling percaya, saling menghargai, dan senantiasa hangat dengan bawahannya. Maksudnya pemimpin harus dapat menciptakan suasana yang penuh dengan kekeluargaan dengan bawahannya (Fadhli et al., 2017).

Kepemimpinan merupakan sesuatu yang wajib ada dalam kehidupan manusia, dimana pun dan kapan pun, agar kehidupan menjadi teratur dan keadilan bisa ditegakkan, sehingga tidak berlaku hukum rimba. Kepemimpinan juga penting untuk memanfaatkan dan mengelola potensi setiap anggota dengan cara-cara yang tepat, efektif dan efisien (Baharudin dan Umiarso: 2012). Secara sederhana kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain (Nurul Khatimah, 2021).

Adapun konsep kepemimpinan yaitu suatu kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapai tujuan. Kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin. Kepemimpinan sebagai fungsi kelompok (function of the group) menurut konsep tersebut sukses tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya di pengaruhi oleh kemampuan sifat-sifat yang ada pada seseorang bahkan ada yang lebih penting adalah di pengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang di pimpinnya. Kepemimpinan dilihat sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation), konsep itu menunukkan bahwa kepemimpinan seorang pemimpin telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan bisa menjalankan fungsinya sebagai anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinan masih dijelaskan oleh situasi yang berubah rubah dan perubahannya pasti mempengaruhi perkembangan kehidupaan kelompok yang di pimpin (Achmad, 2016).

Kepemimpinan kepala sekolah perlu benar-benar dapat di pertanggung jawabkan, sebab tanggung jawab kepala sekolah sangat penting dan memastikan tinggi rendahnya hasil belajar para taruna/i, produktivitas dan semangat kerja guru tergantung kepala sekolah dalam arti sampai sepanjang mana kepala sekolah mampu mendorong bawahanya untuk berkerja sesuai dengan kebijakan dan program yang telah digariskan sehingga produktivitas kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa meningkat.

Kepala sekolah ialah orang yang memiliki tangung jawab yang besar dalaam upaya memajukan pendidikan  (pendidikan bermutu) di setiap satuan pendidikan yang di pimpinya, besarnya tanggung jawab kepala sekolah tentunya menuntut orang yang memiliki komitmen dan kompetensi yang tinggi sehinggah dapat melaksanakan tugas dalam upaya menciptakan pendidikan bermutu disekolah yang pada akhirnya menciptakan pendidikan bermutu secara nasional (Fadhli et al., 2017).

Kepala sekolah merupakan pemimpin yang memiliki kedudukan sentral dalam sebuah lembaga pendidikan. Peran, tugas, dan tanggung jawabnya sangat penting dan mutlak serta berpengaruh besar pada anggotanya termasuk peserta didiknya, kepala sekolah juga diperlukan dalam pengorganisasian dan pengelolaan program pendidikan yang telah direncanakan dalam lembaga tersebut. Baik dari aspek, sarana dan prasarana, administrasi, kurikulum, ketenagakerjaan, pendidik dan tenaga kependidikan, atau di bidang pengajaran, maupun pengawasan perkembangannya atau yang disebut supervisi, yang harus dilaksanakan secara maksimal.

Sebagai seorang kepala sekolah harus memiliki kompetesi profesional dalam memimpin organisasi di sekolah dan tugas merancanakan, mengatur, dan mengevaluasi oragnisasi dan kerjasama dengan para komponen yang ada di sekolah yaitu guru-guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai salah satu tujuan pendidikan. Pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan akan mudah dilaksanakan berdasarkan tugas dan fungsi yang di milikinya, kepala sekolah harus memahami kebutuhan/keperluan sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru makin bertambah dan berkembang dengan pesat sehingga guru yang professional terwujud adanya, perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik secara individu maupun secara kelompok (Muslim et al., 2020).

Selaku pemimpin di dalam sekolah tersebut maka kepala sekolah dituntun memiliki visi dan misi yang tegas, dan mewujudkan sekolah bermutu apalagi zaman sekarang ini serba modern dan perubahan-perubahan harus respon cepat agar dapat mengikuti zaman serta tuntunan stakeholder sehinggah menciptakan lulusan-lulusan terbaik di sekolah tersebut. serta strategi manajemen pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu pendidikan yang baik. Strategi ini ialah usaha yang terkonsep secara sistematis dan terkoordinasi secara continue memperbaiki kualitas layanan pendidikan sehingga di arahkan ke taruna/i, orang tua, para alumni, guru, karyawan, pemerintah, dan masyarakat. Kepala sekolah juga harus membuat sebuah budaya di dalam sekolah agar sekolah tersebut memiliki suatu keunikan yang unggul dan identitas yang melekat pada sekolah tersebut.

Kinerja kepala sekolah merupakan upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan manajemen kepala sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien, produktif, dan akuntabel. Maka dari itu, kepala sekolahmemiliki posisi yang sangat penting dalam menggerakkan manajemen sekolah agar dapat berjalan sesuai dengan tuntunan masyaraksat dan perkembangan kebutuhan zaman, khususnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan seni. Pentingnya kepemimpinan kepala sekolah ini perlu lebih ditekankan lagi, terutama dalam kaitanya dengan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Dalam desentralisasi pendidikan yang menekankan pada manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah memiliki otonomi yang tinggi dalam memajukan dan mengembaangkan sekolah (Mulyasa, 2019).

 

3.    Pentingnya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Seorang pemimpin juga harus berperan sebagai pengelola. Dapat dilihat dari fungsi-fungsi manajemen, yaitu planing (perencanaan), organizing (pengorganisasian) dan controlling (pengawasan), maka kepala sekolah harus berperan pula sebagai supervisor pengajaran serta sebagai evaluator program sekolah. Kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mengujudkan kualitas sekolahnya. Dilihat fungsinya sebagai manajer ia adalah orang yang akan merencanakan misi dan visi, tujuan dan kebijakan sekolah; mengorganisasikan, mengawasi, mengarahkan, dan mengevaluasi seluruh kegiatan di sekolah. Saat melaksanakan fungsinya, pemimpin dilembaga pendidikan hendaknya memiliki tanggung jawab besar ketika menjalankan institusinya dan mengarahkan semua elemen dalam mendukungnya menuju pencapaian kualitas yang lebih baik (Helmawati, 2014).

Sekolah merupakan salah satu unit penting yang keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari masyarakat. Oleh karena itu, program pengembangan sekolah harus berorientasi pada peserta didik agar para peserta didik mampu mengambil peran penting saat mereka kembali ke masyarakat Peran kepemimpinan Kepala sekolah sebagai figur pemimpin di lembaga sekolah sangat penting dalam menentukan berhasil tidaknya peserta didik memperoleh prestasi yang memuaskan, karena hasil dan prestasi peserta didik itu merupakan suatu capaian yang dianggap konkrit bagi masyarakat sebagai acuan apakah lembaga sekolah tersebut berhasil mendidik anak anak yang merupakan cikal bakal penerus bangsa. Keberhasilan ataupun kesuksesan kepala sekolah dalam memimpin sekolahnya di lembaga pendidikan dapat dilihat dari pola dan metode kepemimpinan yang diterapkannya. Karena hal itu, maka pada artikel ini penulis akan membahas pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi peserta didik di sekolahnya (Nurul Khatimah, 2021) .

Proses kepemimpinan kepala sekolah (Fadhli et al., 2017) yaitu:

a.       Mengambil keputusan

b.      Mengembangkan kesetiaan

c.       Meengembangkan imajinasi

d.      Melaksanakan keputusan dengan memberikan dorongan kepada para pengikutnya

e.       Mengendalikan wewenang kepada bawahanya

f.        Memprakarsai, menggiatkan, dan mengendalikan rencana

g.      Melaksanakan control dan perbaikan-perbaikan atas kesalahan

h.      Memanfaakan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

4.    Fungsi dan Peran Kepala Sekolah dalam Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan ini berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan-kehidupan organisasi atau kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan itu memiliki dua di mensi yaitu Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam aktifitas / tindakan peemimpin, yang terlibat pada tanggapan orang-orang yang dipimpin. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melakukan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijelaskan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakasamaan-kebijaksanaan pemimpin (Achmad, 2016).

Sebagai kepala sekolah komponen utama dalam pendidikan harus memahami tugas dan fungsi kepala sekolah, sebagai berikut:

a.       Membuktikan orang lain tentang perlunya perubahan menuju kondisi yang lebih baik.

b.      Memajukan tujuan akhir dari perubahan.

c.       Memimpin dan menyusun situasi, mengendalikan kegiatan kelompok organisasi atau lembaga, menjadi moderator  kelompok.

d.      Memperhadapkan orang dengan sumber dana yang di perlukan.

e.       Membanntu kelancaran proses perubahan, khusunya mengatasi masalah dan membina hubungan antar pihak yang berkaitan.

Kepala sekolah dalam hal memimpin di sekolah yaitu seseorang yang menjadi tokoh disetiap aktifitas warga sekolahnya dan dituntut untuk mampu membuat keputusan ataupun kebijakan demi tercapainya tujuan sekolah dan hal itu akan tercapai ketika di kelola pemimpin yang baik (Mesty Hermauli Gultom, 2021).

Sebagai kepala sekolah pasti mempunyai peranan sebagai seorang kepala sekolah, berikut adalah peranan kepala sekolah dalam kepemimpinan (Sayuti, 2016).

 

a.       Kepala sekolah sebagai Manejer

Manajer dapat di jelaskan sebagai orang yang merencanakan, mengorganisasikan usaha anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kepala skolah sebagai pengandali roda organisasi di sekolah mampu merencanakan semua kegiatan untuk jangka pendek, menegah, dan jangka panjang dengan tetap mengacu pada visi dan misi, tujuan dan sasaran sekolah yang akan dicapai.

b.      Kepala sekolah sebagai administrator

Sebagai administrator pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah nya. Atau kerjasama antara dua atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu secara produktif, atau secara efisien dan efektif.

c.       Kepala sekolah sebagai edukator

Edukator (pendidikan) merupakan sebagai orang mendidik, mendidik diri sendiri dapat disebut memberikan latihan (ajaran, pimpinan). Dan peran utama selau konsisten dengan apa yang di lakukan dan mengkoordinirkan program-program pengajaran dan menemukan metode pengajaran yang baik, dan memastikan bahwa guru memahami materi yang akan diajarkan.

d.      Kepala sekolah sebagai supervisor

Selain mengajar, kepala sekolah juga tugaskan untuk memberikan perhatian yang seimbang dengan tugasnya merencanakan, melaksanakan, hingga mengevaluasi kegiatan pendidikan di sekolah.

e.       Kepala sekolah sebagai innovator

Inovasi merupakan gagasan, perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks social tertentu dan pada jangka waktu tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi.

 

 

 

 

f.        Kepala sekolah sebagai motivator

Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, faktor motivasi bagi semua warga sekolah perlu dipupuk dengan baik secara terus menerus atau berkelanjutan oleh kepala sekolah.

g.      Kepala sekolah sebagai leader

Kepala sekolah bertugas untuk mengatur dan mengurus perjalanan roda organisasi di sekolah. Dan wajib untuk membuat program dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di hadapan peserta didik begitu juga layaknya seorang guru mata pelajaran lainnya, kepala sekolah ialah salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

ada lima kewajiban dan tanggung jawab kepala sekolah yaitu:

a.     Berinisiatif dalam meningkatkan teknik dan metode pengajaran

b.    Melaksanakan kurikulum secara baik sesuai kebutuhan pelajar

c.     Mengatur para guru untuk memotivasi para pelajar pada tingkatan optimal

d.    Memberikan peluang kepada para guru untuk mengikuti program pengembangan pribadi guru

e.     Mengatur para guru memberikan koordinasi dan menempatkan mereka mengajar mata pelajaran tertentu dengan tingkatan yang baik.

Kepala sekolah yang sadar dengan kepemimpinannya maka akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan segala tindakannya agar setiap tujuan awal yang telah ditetapkan diawal dapat tercapai. Karena kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan yang baik akan bisa menganalisa apa saja yang bisa membuat tujuannya tercapai sehingga dibuat lah rancangan dan program-programnya. Selanjutnya kepala sekolah akan memberikan arahan kepada bawahan nya termasuk guru untuk bekerja sesuai alur yang telah ditetapkan secara bersama dalam hal ini kepala sekolah selalu melakukan pengontrolan terhadap kerja setiap guru, maka dengan itu guru akan terdorong untuk bekerja secara profesional dan sesuai dengan prosedur yang mengarah pada pencapaian tujuan, melalui cara ini keprofesionalan guru akan tercipta dengan sendirinya sesuai kemampuan karena adanya arahan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sehingga dengan adanya arahan yang yang bijaksana dari kepala sekolah maka kinerja guru pun akan dapat ditingkatkan dan ini akan memberikan dampak signifikan terhadap capaian prestasi peserta didik di sekolahnya. Seorang pemimpin hendaklah mengerti pentingnya kerjasama. Dengan adanya kemampuan kerjasama ini, maka seorang kepala sekolah juga akan di anggap sukses dalam peranan kepemimpinan dan itu karena kepala sekolah berhasil menggerakkan pengikut mereka untuk bekerja sama dalam hal ini yaitu guru sehingga secara positif capaian hasil belajar dan prestasi peserta didik pun akan semakin bagus dan meningkat (Nurul Khatimah, 2021).

5.    Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah Efektif

Kepala sekolah yang efektif sedikitnya harus mengetahui, menyadari, dan memahami tiga hal: 1) mengapa pendidikan yang berkualitas diperlukan di sekolah, 2) apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas sekolah, dan 3) bagaimana mengelola sekolah secara efektif untuk mencapai prestasi yang tinggi. Kemampuan menjawab ketiga pertanyaan tersebut dapat dijadikan tolak ukur sebagai standar kelayakan apakah seseorang dapat menjadi kepala sekolah yang efektif atau tidak.

Indikator kepala sekolah efektif secara umum dapat diamati dari tiga hal pokok sebagai berikut: pertama; komitmen terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya, kedua; menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah, dan ketiga; senantiasa memfokuskan kegiatannya terhadap pembelajaran dan kinerja guru di kelas. Proses kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan gaya kepemimpinan yang digunakannya. Dari berbagai gaya kepemimpinan kepala sekolah, gaya kepemimpinan situasional cendrung lebih fleksibel dalam kondisi operasional sekolah. Gaya kepemimpinan situasional berangkat dari anggapan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan kepala sekolah yang baik, melainkan bergantung pada situasi dan kondisi sekolah. Situasi dan kondisi tersebut antara lain meliputi tingkat kematangan guru dan staf, yang dapat dilihat dari dua dimensi, yakni dimensi kemampuan (kesadaran dan pemahaman) dan dimensi kemauan (tanggung jawab, kepedulian, dan komitmen) (Mulyasa, 2019).

Selain pendekatan situasional, terdapat indikator-indikator kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sebagai berikut.

a.       Menerapkan pendekatan kepemimpinan partisipatif terutama dalam proses pengambilan keputusan.

b.      Memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis, lugas, dan terbuka

c.       Menyiapkan waktu untuk berkomunikasi secara terbuka dengan para guru, peserta didik, dan warga sekolah lainnya.

d.      Menekankan kepada guru dan seluruh warga sekolah untuk memenuhi norma-norma pembelajaran dengan disiplin yang tinggi.

e.       Mengalokasikan dana yang di perlukan untuk menjamin pelaksanaan program pembelajaran sesuai prioritas dan peruntukannya.

f.        Melakukan berbagai kunjungan kelas untuk mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung.

g.      Mengarahkan perubahan dan inovasi dalam organisasi.

h.      Membangun kelompok kerja aktif, kreatif, dan produktif.

i.        Memiliki komitmen yang jelas terhadap penjamina mutu lulusan

j.        Menjamin kebutuhan peserta didik, guru, staf, orangtua, dan masyarakat sebagai pusat kebijakan.

6.    Mutu Pendidikan

Mutu adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. Didefenisikan sebagai M-kecil dan M-besar. M-kecil adalah mutu dalam arti sempit, berkenaan dengan kinerja bagian sekolah, dan tidak dikaitkan dengan kebutuhan semua jenis pelanggan. M-besar adalah mutu dalam arti luas, berkenaan dengan seluruh kegiatan yang dikaitkan dengan kebutuhan semua jenis pelanggan. M-besar inilah yang di maksudkan dengan mutu terpadu. Dan mutu juga dapat diartikan dengan suatu gagasan yang dibicarakan oleh semua orang Internasional Standar Organization (IS0 9000) merupakan badan yang memberikan standarisasi dan sertifikasi mengenai mutu. Pada zaman sekrang mutu telah merambah ke dunia pendidikan. Pendidikan di inggris sudah lama merepkan mutu dalam mekanismenya. Dalam menerapkan mutu di lembaga pendidikan melibatkan faktor ekternal yang meliputu akreditasi lembaga yang menggambarkan mutu dari lembaga pendidikan tersebut. Lembaga akreditasi dan para pengawas merupakan faktor ekternal yang diharapkan dapat menciptakan mutu, dan setiap lembaga pendidikian direkomendasikan dan diberi kewenangan untuk menjalankan serta menegmbangkan suatu system yang dapat meningkatkan mutu lembaga tersebut sehingga lembaga dapat diberikan layanan yang bermutu (Diding Nurdin, 2021).

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajarkan dan pelatihan bagi perannya di masa yang akan dating. Pendidikan artinya jenjang dalam melakukaan pembelajaraan yang ingin digapai dalam membentuk peserta didik yang cerdas dan kompeten dalam generasi (Pramono et al., 2022).

Mutu pendidikan merupakan kesesuaian antara kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan (stekeholders) dengan layanan yang diberikan oleh pengelola pendidikan. Kerangka filisofi pendidikan dalam pengembangan sekolah bermutu ialah kesesuaian input, proses, dan hasil sekolah dengan kebutuhan para pengaku kepentingan. Setiap satuan pendidikan seharusnya menghasilkan lulusan dan jasa pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan stakeholders / peserta didik, lulusan pendidikan dan jasa pendidikan dilakukan karena adanya kebutuhan dari berbagai pihak terhadap layanan dan hasil pendidikan, lulusan/layanan pendidikan dapat dikatakan bermutu jika dapat memenuhi atau melebihi kebutuhan dan harapan pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan (Ridwan Abdul Sani, 2015).

Mutu pendidikan juga dapat diartikan sebagai kemampuan sistem pendidikan, baik berasal segi pengelolaan juga dari segi proses pendidikan itu sendiri, pendidikan yang berkualitas hanya muncul apabila terdapat lembaga pendidikan yang berkualitas karena upaya peningkatan mutu pendidikan ialah titik strategi dalam upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas. Mamajemen mutu pendidikan ialah suatu metode peningkatan mutu yang berpegangan pada lembaga itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik dan kemampuan organisasi guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat (Mulyasa, 2019).

Pada era ini, ada begitu banyak hal baru dalam kehidupan social mengenai suatu nilai kelembagaan dalam pendidikan. Jika kita hanya terfokus pada lembaga sekolah yang terkenal lagi terdidik. Hal ini tentunya memacu tiap-tiap sekolah untuk lebih lagi dalam menaikkan nilai kualitas pandang masyarakat dalam bentuk berbagai macam hal baru yang ada sehingga dapat memiliki nilai yang dibutuhkan. Seperti meningkatkan aspek-aspek dalam memajukan kelembagaan pendidikan di Indonesia (Mahmud MY, Najmul Hayat, Fransisko Chaniago, 2022).

Ada dua faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan selama ini kurang berhasil. Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented. Strategi input oriented didasarkan pada asumsi bahwa jika semua input pendidikan telah terpenuhi, maka secara otomatis lembaga pendidikan akan menghasilkan output yang bermutu. Input pendidikan yang dimaksud berupa ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan, serta pemberdayaan sumber daya manusia pengelola lembaga pendidikan. Sedangkan strategi macro oriented didasarkan pada kebijakan birokrasi pusat (macro) terhadap lembaga pendidikan di daerah (micro) (Tilaar, 2009). Sehingga kadang terjadi ketidaksesuaian antara kebijakan birokrasi dengan implementasi di daerah (Neni Mika Triana, 2022).

Untuk mengkur pendidikan yang berkualitas tentunya diperlukan kriteria/ indicator, ada beberapa indicator mutu yang baik di lembaga pendidikan yaitu sebagai berikut: (Ridwan Abdul Sani, 2015).

a.         Nilai-nilai norma/karakter yang tinggi

b.        Hasil ujian yang sangaat baik

c.         Sumber daya melimpah

d.        Keperdulian dan perhatian bagi taruna/i

e.         Dukungan orang tua

f.          Kurikum yang seimbang dan relevan

g.        Implementasi teknologi terbaru.

Dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat dipengaruhi oleh faktor input pendidikan dan faktor proses manajemen pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input pendidikan terdiri dari seluruh sumber daya sekolah yang ada. Komponen dan sumber daya sekolah terdiri dari orang (man), dana (money), sarana dan prasarana (material) serta peraturan (policy) (Muwafiqus Shobri, 2017).

Pengertian di atas maka input pendidikan yang merupakan faktor mempengaruhi mutu pendidikan dapat berupa:

1. Sumber daya manusia sebagai pengelola sekolah yang terdiri dari:

a)    Kepala sekolah, merupakan guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. (Sisdiknas tahun 2003 Bab II Pasal 2).

b)   Guru, adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. (UU Nomor 14 tahun 2005 Bab I pasal 1).

c)    Tenaga administrasi.

2. Sarana dan prasarana.

Proses pembelajaran tidak hanya komponen guru, peserta dan kurikulum saja, kehadiran sarana dan prasarana pendidikan sudah menjadi suatu keharusan dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.

Sarana dan prasarana pendidikan, merupakan media belajar atau alat bantu yang pada hakikatnya akan lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan.

a.    Kesiswaan

Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang turut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Penerimaan peserta didik didasarkan atas kriteria yang jelas, transparan dan akuntabel.

b.    Keuangan (Anggaran Pembiayaan)

Salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan mutu dan kesesuaian pendidikan adalah anggaran pendidikan yang memadai.Sekolah harus memiliki dana yang cukup untuk menyelenggarakan pendidikan. Oleh karena itu dana pendidikan sekolah harus dikelola dengan transparan dan efisien.

c.    Kurikulum.

Salah satu aplikasi atau penerapan metode pendidikan yaitu kurikulum pendidikan. Pengertian kurikulum adalah suatu program atau rencana pembelajaran. Kurikulum merupakan komponen substansi yang utama di sekolah. Prinsip dasar dari adanya kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolak ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.

d.    Keorganisasian.

Pengorganisasian sebuah lembaga pendidikan, merupakan faktor yang dapat membantu untuk meningkatkan kualitas mutu dan pelayanan dalam lembnaga pendidikan. Pengorganisasian merupakan kegiatan yang mengatur dan mengelompokkan pekerjaan ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah untuk ditangani.

e.    Lingkungan fisik.

Belajar dan bekerja harus didukung oleh lingkungan karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap aktivitas guru, siswa dalam aktivitas pembelajaran.

f.     Perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan atau teknologi.

Di samping faktor guru dan sarana lainnya yang berkaitan dengan dunia pendidikan yaitu faktor eksternal yang berupa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekolah sebagai tempat memperoleh ilmu pengetahuan dan berfungsi sebagai transfer ilmu pengetahuan kepada siswa, dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, sesuai dengan bidang pengajarannya.

g.    Peraturan

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional dan untuk menghasilkan mutu sumber daya manusia yang unggul serta mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan yang disesuaikan dengan perubahan global dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR RI pada tanggal 11 Juni 2003 telah mengesahkan Undang- undang Sisdiknas yang baru, sebagai pengganti. (Undang-undang Sisdiknas nomor 2 tahun 2009)

h.    Partisipasi atau Peran serta masyarakat.

Partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan diharapkan menjadi tulang punggung, sedangkan pihak pemerintah sebatas memberikan acuan dan binaan dalam pelaksanaan program kegiatan sekolah. Peran serta masyarakat di dalam penyelenggaraan pendidikan berarti pula pemberdayaan masyarakat itu sendiri di dalam ikut serta menentukan arah dan isi pendidikan.

i.      Kebijakan Pendidikan

Salah satu peran pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan desentralisasi pendidikan. Dengan adanya desentralisasi tersebut, maka berbagai tantangan untuk pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan mengharuskan adanya reorientasi dan perbaikan sistem manajemen penyelenggaraan pendidikan.

Selain faktor input yang telah dikemukakan tersebut, faktor lain yang menentukan mutu pendidikan adalah proses manajemen pendidikan. Secara garis besar, ada dua faktor utama yang mempengaruhi mutu proses dan hasil belajar mengajar di kelas, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun yang termasuk ke dalam faktor internal berupa: faktor psikologis, sosiologis, dan fisiologis yang ada pada diri siswa dan guru. Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksternal ialah semua faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar mengajar di kelas selain faktor (Muwafiqus Shobri, 2017).

7.    Proses Penjaminan Mutu Sekolah

Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009, pasal 7, menyatakan bahwa penyelenggara satuan atau program pendidikan melakukan supervise, mengawasi dan dapat memberi faasilitas, saran, arahan, dan bimbingan kepada satuan atau program pendidikan dalam penjaminan mutu pendidikan. Berdasarkan aturan tersebut, satuan pendidikan harus melakukan kegiatan penjaminan mutu secara internal. Penjaminan mutu internal dimaksudkan untuk menumbuhkan budaya mutu pada pihak penyelenggara pendidikan dalam melaksanakan proses pendidikan, guna mengasilkan lulusan kompeten. Pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan diperlukan karena mempertimbangkan hal-hal sebagaai berikut.

a.         Mutu pendidikan bervariasi antar sekolah dan antar daerah

b.         Setiap siswa berhak memperoleh layanan pendidkan bermutu

c.         Perbaikan mutu sekolah berkelanjutan merupakan kebutuhan

d.         Mutu pendidikan yang rendah akan menyebabkan daya saing SDM rendah.

Telah dijabarkan bahwa penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan sehinggs konsumen dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan (Ridwan Abdul Sani, 2015).

Upaya dalam peningkatan mutu pendidikan merupakan isu yang terus menerus akan menjadi perbincangan dalam pengelolaan atau manajemen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan usaha yang harus diusahakan dengan terus menerus agar harapan untuk pendidikan yang berkualitas dan relevan dapat tercapai. Pendidikan yang beerkualitas merupakan harapan dan tuntunan seluruh pendidikan, semua orang tentunya akan lebih suka menuntuk ilmu pada lembaga yang memiliki mutu yang baik. Atas dasarnya maka sekolah atau lembaga pendidikan dapat memberikan pelayanan dan mutu yang baik agar tidak di tinggalkan dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya (Fadhli et al., 2017).

Kerangka manajemen mutu sekolah, berkaitan dengan pemahaman manajemen mutu pendidikan di sekolah, beberapa hal perlu mendapaat perhatian dalam hal implementasi visi dan misi sekolah. Untuk menginplementasikan visi dan misi sekolah ada sejumlah langkah yang mesti ditempuh yaitu sebagai berikut:

a.         Mewujudkan kultur sekolah

b.        Lakukan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait

c.         Hargai propesi guuru

d.        Nyatakan apa yang ada hargai

e.         Perbanyak unsur yang anda hargai

f.          Menetapkan orang sesuai dengan keahlianya

g.        Gunakan birokrasi untuk memudahkan bukan untuk mempersulit

h.        Buatlah jejaring (networking) seluas mungkin

Implementasi dalam meraih mutu dilaksanakan dalam kerangka manajemen mutu terpadu/total quality management. Untuk memperbaiki mutu pendidikan di sekolah maka sekolah harus memiliki manajemen secara efektif (effective scholl) yang dalam pelaksanaanya memerlukan kegiatan manajemen yang bermutu. Komponen-komponen yang berkaitan dengan manajemen lembaga persekolahan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan antara lain peserta didik, guru, pengelola, sekolah, sarana dan praserana, kurikulum, proses belajar mengajar dan lain-lain. Manjemen komponen-komponen tersebut menurut norma atau standar yang berlaku sehingga harus ada menghasilkan nilai tambah dalam pengembangan sumber daya manusia (Diding Nurdin, 2021).

Penjaminan mutu dimulai dengan melaksanakan Evaluasi Diri Sekolah (EDS), menggunakan instrument yang di kembangkan sendiri berdasarkan kebutuhan sekolah, atau menggunakan instrument EDS yang dapat diperoleh dari berbagai pihak. Pedoman yang harus digunakan dalam melaksanakan EDS ialah upaya mengindentifikasi permasalahan sekolah lain dalam kaitanya dengan pencapaian visi dan pemenuhan standar/buku mutu yang telah di tetapkan, sekolah perlu melakukan analisis hasil EDS untuk memastikan penyebab permasalahan sehinggah dapat memastikan solusi yang sebenarnya dilakukan dalam upaya perbaikan/peningkatan mutu proses pendidikan. Sekolah perlu membuat rencana kegiatan/rencana pemenuhan mutu berdasarkan analisis EDS yang telah dilaksanakan. Lantas, pelaksanaan kegiatan tersebut harus didukung oleh semua pihak yang terlibat sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Inti dari proses pendidikan di sekolah adalah proses pembelajaran, seperti yang dideskripsikan oleh International Institute for Educational Planning (Ridwan Abdul Sani, 2015).

Ada beberapa hal penting yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran pada mutu pendidikan di sekolah: (1) Mutu, sekolah harus bisa menjadi tempat yang unggul dalam pembelajaran, dengan visi misi yang jelas serta upaya ke arah perbaikan mutu pendidikan; (2) Aspek peningkatan mutu, partisipasi peserta didik, pendidik serta orang tua; (3) Faktor utama dalam peningkatan mutu, pendidik dan tenaga pendidikan yang profesional, fasilitas yang memadai serta partisipasi peserta didik dan orang tua dalam program sekolah; dan (4) Program penunjang perbaikan mutu, program penunjangnya yaitu kurikulum yang berlaku (Neni Mika Triana, 2022).

 

8.      Faktor Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan di Sekolah

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada hakekatnya adalah akumulasi daripenyebab rendahnya mutu pendidikan di sekolah. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia (Kusnandi, 2017).

1.    Rendahnya kualitas sarana fisik

Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dasar yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

2.    Rendahnya kualitas guru

Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajarmemberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

3.      Rendahnya Kesejahteraan Guru

Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang kurang layak, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya. Kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal.

4.      Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 jutasiswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untukmengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

5.      Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan

Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Menurut data Balitbang Depdiknas, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

6.      Mahalnya biaya pendidikan

Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk men-justifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi pemerintah.

 

9.      Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah

Kepala Sekolah merupakan tokoh pemegang amanah yang diamanahkan kepada seseorang dalam bentuk jabatan yang mempunyai tanggung jawab kepada bawahaannya untuk terwujudnya pendidikan yang efektif dan efisien. Sejalan dengan tanggung jawab kepala sekolah tentu mempunyai upaya-upaya dalam meningkatkan kapabilitas sekolahnya. Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan harus mempunyai sikap yang loyalitas, integritas, dan komitmen. Adapun upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan antara lain:

a.       Loyalitas; hal yang harus dibangun oleh kepala sekolah bersama para guru dan staf, untuk mewujudkan suatu tujuan yang sesuai dengan visi misi sekolah, dengan adanya loyalitas yang dimiliki sehingga tujuan sekolah bisa dengan mudah tercapai.

b.      Integritas; hal yang harus diwujudkan dalam suatu kepemimpinan, adalah integritas, dengan adanya integritas akan menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potesi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran.

c.        Komitmen; suatu keadaan dimana seseorang membuat perjanjian (keterikatan), baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, begitulah yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin yang harus membangun komitmen bersama dengan bawahannya (Guru dan staf) untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan tujuan sekolah.

Ketiga hal tersebut harus diterapkan dalam suatu kepemimpinan guna untuk meningkatkan mutu pendidikan, karena tanpa adanya loyalitas, integritas dan komitmen dalam menjalankan suatu kepemimpinan tentulah kepemimpinan itu tidak akan bisa mempunyai mutu yang berkualitas (Hj. Erlena, 2022).

 

B.  Studi Relevan

1.    (Fadhli et al., 2017) yang berjudul “Manajemen Mutu Pendidikan”. Fokus penelitianya ini tentang Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sebenarnya merupakan diskusi yang telah lama ada. Tetapi hingga saat ini permasalahan mutu tidak juga kunjung selesai. Pendidikan yang berkualitas merupakan harapan dan tuntunan seluruh stakeholder pendidikan. Semua orang tentunya akan lebih sukaa menuntut ilmu pada lembaga yang memiliki mutu yang baik, atas dasarnya sekolah lembaga pendidikan harus dapar memberikan pelayanan dan mutu yang baik agar tidak di tinggalkan dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lainya. Dari berbagai pandangan, kriteria serta indikator yang dapat di ambil bahwa pendidikan yang bermutu dapat ditingkatkan apabila sekolah mempunyai (1). Dukungan dari pemerintah, (2). Kepemimpinan sekolah yang efektif, (3). Kinerja guru yang baik, (4). Kurikulum yang relevan, (5). Lulusan yang berkualitas, (6). Budaya dan iklim organisasi yang efektif, (7). Dukungan masyarakat dan orang tua siswa. Implementasi manajemen dalam peningkatan mutu pendidikan merupakan sebuah solusi nyata yang menjadi harapan supaya dapat mengelola indicator mutu pendidikan untuk saling bersinergi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Adapun Persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadulu dengan yang peneliti bahas adalah, dari sisi persamaan ialah sama-sama membahas tentang mutu pendidikan, dan menggunakan metode kualitatif. Sedangkan dari sisi perbedaanya yaitu peneliti terdahulu memfokuskan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, sedangkan peneliti memfokuskan tentang implementasi kepemimpinan kepala sekolah dalam neningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

2.    (Masruri, 2019) yang berjudul “Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidkan Islam (Studi Kasus di MAS Jam’iyyah Islamiyyah Pondok Aren”. Penelitian ini membahas tentang dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam semakin di hadapkan kepada berbagai tantangan yang cukup berat. Karena umat Islam hidup di era modern yang banyak tantangan dan sekaligus peluang. Lembaga pendidikan khususnya madrasah masih mengalami kendala dalam meningkatkan mutu pendidikannya. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai aspek mulai dari tujuan kurikulum, tenaga pendidikan, motologi pembelajaran, sarana praserana, dan dipecahkan secara tuntas, untuk itu dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam di madrasah diperlukan leadership yang kuat dari kepala sekolah. Adapun tujuan peneliti ini adalah untuk mengevaluasi (1). Usaha kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru, (2). Usaha kepala sekolah dalam meningkatkan mutu sarana praserana pendidikan, (3). Usaha kepala sekolah dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran, (4). Usaha kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa di MAS Jam’iyyah Islamiyyah Pondok Aren. Penelitian ini menggunakan metode dan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan menggunakan tiga instrument penelitian yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) MAS Jam’iyyah Islamiyyah Pondok Aren sudah mengalami peningkatan mutu yang baik. Dibawah kepemimpinan kepala sekolah yang handal, MAS Jam’iyyah Islamiyyah Pondok Aren kini dapat menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam yang berada di depan dan mampu menghasilkan output yang berprestasi. 2) Usaha kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan peneliti bahas adalah, dari sisi persamaan ialah sama-sama membahas tentang kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, dan menggunakan metode kualitatif. Sedangkan dari sisi perbedaannya yaitu peneliti terdahulu hanya memfokuskan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan islam, sedangkan peneliti memfokuskan tentang implementasi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

3.    (Achmad, 2016) yang berjudul “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”. Fokus Penelitian ini tentang Kepemimpinan sekolah memiliki tugas dan taanggung jawab yang cukup berat. Kepala sekolah melalui peran dan tanggung jawabnya untuk mendelegasikan kepada para wakil dan bidang terkait. Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan meliputi: gaya kepemimpinan instruktif, gaya kepemimpinan konsultatif, gaya kepeimpinan partisipatif, gaya kepemimpinan delegatif dan kualitas pendidikan melalui proses penentuan in-put dan out-put. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekolah diperlukan pembinaan untuk guru dan karyawan oleh kepala sekolah mempunyai (1). Gaya kepemimpinan instruktif ditunjukkan kepada guru dan karyawan yang tidak memiliki kemampuan akademik dan semangat kinerja kurang, (2). Gaya kepemimpinan konsultatif membina kemampuan guru dan karyawan akademik kurang dan semangat yang baik, (3). Gaya kepemimpinan partisipatif dalam membina guru dan karyawan yang memiliki kemampuan akaademik yang baik, dan sangat baik dalam kinerja.

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan yang peneliti bahas adalah sama-sama membahas tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan menggunakan metode kualitatif. Sedangkan perbedaannya yaitu peneliti terdahulu hanya memfokuskan tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, sedangkan peneliti lebih memfokuskan tentang implementasi kepemimpinan kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

4.    (Setiyo, 2021) yang berjudul “Peranan Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan di Sekolah”. Fokus penelitian ini adalah Penjaminan mutu pendidikan dilakukan guna meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan di lembaga satuan pendidikan sekolah. Selain itu dengan sistem penjaminan mutu pendidikan, hingga para stekeholders merasa puas dengan adanya sistem penjaminan mutu tersebut, sehingga dapat mengetahui kualitas lembaga pendidikan tersebut untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat yang disesuaikan dengan standar pendidikan nasional. Penjaminan mutu pendidikan diharapkan dapat terus dilaksanakan oleh badan Akreditasi Nasional Sekolah sebagai lembaga indenpenden. Lembaga ini perlunya kerja sama yang baik dengan pihak pemerintah sebagai pemegang kepentingan. Sebagai pelaksana akreditasi yang dilakukan oleh asesor guna melaksanakan verifikasi terhadap kelayakan sekolah baik negeri dan swasta, untuk kesesuaian dengan standar nasional pendidikan. Sebagai asesor pendidikan perlunya diklat khusus mengenai etika profesionalisme pendidikan dan kompetensi asesor tersebut, guna mendapatkan hasil yang akuntanbel dan dapat dipertanggung jawabkan kelayakan terhadap satuan pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan akan sulit terwujud bila tidak dilakukan secara professional dan perlunya hubungan yang baik antara internal satuan pendidikan dengan lembaga eksternal pendidikan dan tim penjaminan mutu serta hubungan baik antara pemerintah dengan lembaga pendidikan tersebut.

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan yang peneliti bahas adalah, dari sisi persamaan yaitu sama-sama membahas tentang mutu pendidikan dan menggunakan metode kualitatif. Sedangkan perbedaanya yaitu peneliti terdahulu memfokuskan tentang peranan penjaminan mutu satuan pendidikan di sekolah, sedangkan peneliti lebih memfokuskan tentang implementasi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

5.    Yoyoh Rokayah (2013) yang berjudul “Model Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Sekolah di SMA Negri I Dukuputang Kabupaten Cirebon. Fokus penelitian ini adalah tentang masalah pemdidikan merupakan kegiatan yang kompleks. Pemberian otonomi yang luas kepada sekolah dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran beserta sistem evaluasinya merupakan kepedulian pemerintah terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi instusi yang digunakan untuk memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usaha sendiri. Keberhasilan instusi pendidikan dalam menjalankan program yang telah di rencanakan perlu didukung dengan sebuah kepemimpinan kepala sekolah, mengingat kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber daya yang dimiliki lembaga.

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan yang peneliti bahas adalah, dari sisi persamaan yaitu sama-sama membahas tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, dan menggunakan metode kualitatif. Sedangkan perbedaannya yaitu peneliti terdahulu memfokuskan tetntang model kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, sedangkan peneliti memfokuskan implementasi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

A.  Pendekatan dan Metode Penelitian

1.      Pendekatan Penelitian

Terdapat 4 hal pokok yang mendasari penelitian kualitatif yaitu: secara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Adapun yang dimaksud dengan penelitian yang dilakukan secara ilmiah adalah kegiatan penelitian yang berdasarkan pada kerasionalan, empiris dan sistematis. Rasional yaitu penelitian dilakukan dengan langkah dan tahapan yang masuk akal dengan langkah dan tahapan yang masuk akal dengan pemikiran yang terjangkau oleh orang pada umumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa (Afifudin & Ahmad, 2014).

2.      Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilaksanakan pada kondisi alamiah disebut juga sebagai metode etnographi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Lexy J. Moleong, 2014)

35

Berdasarkan uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengamati dan melihat kejadian-kejadian yang ada dilapangan guna mendapatkan data yang akurat dengan cara menggambarkan suasana dan keadaan yang kita temui dilapangan.

B.  Setting dan Subjek Penelitian

1.    Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi, yang terletak di Jalan Marsda Surya Dharma, Kenali Asam Bawah, Kota Baru.

2.    Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang memberikan informasi tentang data yang perlu diteliti, dan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, waka kurikulum, dan guru. Penentuan subjek berdasarkan tujuan yang dilakukan untuk meningkatkan kegunaan informasi yang di dapatkan dari subjek yang kecil. Informan dalam penelitian ini di wawancarai lalu di amati dan di observasi secara langsung.

C.  Jenis dan Sumber Data

1.      Data Primer

Data primer yaitu data yang di ambil langsung dari penelitian kepada sumbernya, tanpa ada perantara. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek peneliti menggunakan hasil wawancara yang didapatkan dari informan mengenai topik penelitian sebagai data primer. Teknik pengumpulan data primer ini tergantung dari jenis data yang diperlukan, jika yang diperlukan adalah tentang sekolah, maka peneliti langsung terjun lapangan untuk mengetahui subjek atau setting yang diteliti (Cohen et al., 2017).

Adapun kunci di impurman adalah kepala sekolah. Sedangkan waka kurikulum, guru, taruna/i merupakan data pendukung.

2.      Data Skunder

Data skunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data atau data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulanya oleh peneliti, misalnya lewat orang lain, dokumen, koran, keterangan-keterangan atau publikasin lainya. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah sesuai Undang-Undang ketenagakerjaan, buku, jurnal, artikel yang berkaitan dengan topik penelitian mengenai sistem pengadilan internal atas sistem dan prosedur penggajian dalam usaha mendukung efisiensi biaya tenaga kerja (Cohen et al., 2017).

Adapun yang menjadi data sekundernya yaitu:

a.    Geografi

b.    Struktur Organisasi

c.    Arsip

d.    Visi Visi dan Tujuan

3.      Sumber Data

Yang dimaksud Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data ini digunakan untuk mempermudah proses penelitian, adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini, yaitu :

a.       Kepala sekolah

b.      Waka kurikulum

c.       Guru

d.      Taruna/i

D.  Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka penelitian tidak akan mendapaatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1.    Observaasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fakta yang dileliti. Adapun yang akan diobservasi yaitu bagaimana mutu pendidikan di sekolah (Sugiyono, 2010). Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi partisipan, di mana peneliti sebagai pengamat atau observer melibatkan diri secara langsung dalam lingkungan peneliti mengenai Implementasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi.

2.    Wawancara

Peneliti menggunakan teknik wawancara dengan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu, kemudian wawancara kepada semua pihak yang terkait untuk memperoleh data. Ciri utama dari wawancara ini adalah dengan kontak langsung atau tatap muka antara peneliti dengan objek (Sugiyono, 2010).

Adapun objek sasaran wawancara ini adalah kepala sekolah,waka kurikulum, guru, taruna/i. Wawancara ini dilakukan kepada informen atau objek sasaran wawancara guna mendapatkan gambaran utuh berupa deskripsi mengenai Implementasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Sekolah Menegah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi.

3.    Dokumentsi

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data noninsani. Dokumentasi merupakan pembuatan dan penyiapan bukti-bukti (gambar, tulisan, suara, dan lain-lain) yang terkait dengan Implementasi Kepemimpinan Kepala Sekola Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi.

Penelitian ini, dokumentasi penulis gunakan sebagai intrumen utama untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan dengan gambar umum Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi, seperti:

a.       Gambaran umum Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi

b.      Struktur Organisasi

c.       Visi dan Misi Sekolah

E.  Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari, menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasi data ke dalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, memilih yang mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehinggah mudah di pahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis sesuai dengan teknik analisis data menurut satori dan komariah yaitu: pertama, Redukasi data (Reduction) merupakan proses berpikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Kegiatan redukasi data ini meliputi memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan data pada hal-hal yang penting. Kedua, penyajian data (Data Display) untuk memudahakan dan memahami apa yang terjadi, juga untuk merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Dan ketiga, penarikan kesimpulan (Verification) merupakan temuan baru yang sebelumnya masih belum ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Komariah, 2014).

F.   Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik ini menggunakan teknik triangulasi data. Triangulasi adalah teknik yang dilakukan untuk menguji keyakinan data dengan memanfaatkan hal-hal lain diluar data tersebut untuk kepentinganmengadakan pengecekan atau perbandingan terhadap data yang dikumpulkan, sedangkan teknik diperlukan agar menghasilkan data-data yang valid dan akurat tentang objek yang diteliti yang berasal dari observasi, dan wawancara.

Teknik triangulasi ini pada umumnya dilakukan dengan jalan perbandingan dan pengecekan (cross chek) data ialah dengan membandingkan sumber data dokumentasi, hasil observasi, dan wawancara (Mukhtar, 2013)

Untuk meyakinkan kepercayaan data, maka di perlukan teknik pemeriksaan yang digunakan dalam pengecekan keabsahan temuan, dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.    Uji Kredibilitas

Kredibilitas adalah validitas internal dalam penilaian kualitatif. Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan enam teknik yaitu perpanjangan pengamatan, peningkatan ketentuan dalam penelitian, triangulasi data, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, menggunakan bahan referensi dan member chek (Sugiyono, 2013).

a.    Peningkatan ketekunan

Dalam peningkatan ketekunan dilaksanakan secara lebih cermat dan berkesinambungan agar kepastian data daan urutan peristiwa dapat di rekam secara pasti dan sistematis. Juga dengan meningkatkan ketekunan, peneliti dapat melaksanakan pengecekan kembali apakah data yang didapatkan itu salah atau tidak dan juga peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat daan sistematis tentang apa yang diamati.

b.    Triangulasi

Triangulasi dalam penguji kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan sebagai itu terdapat trangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu. Triangulasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang ditemukan, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi teknik. Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kreabilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dengan teknik observasi atau dokumentasi (Sugiyono, 2010).

c.    Menggunakan bahan referensi

Penggunaan bahan referensi dalam penilaian ini adalah sebagai pendukung untuk memastikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Adapun bahan referensi yang digunakaan peneliti berupa wawancara, observasi/pengamatan melalui indera penglihatan dan pendengar, serta catatan hasil wawancara dan lain sebagainya (Sugiyono, 2013).

2.    Uji Dependality

Uji dependality adalah uji keabsahan data dengan melaksanakan audit tentang keseluruhan proses penelitian oleh auditor indenpenden, dalam penelitian ini peneliti melaksanakan uji dependality dengan audit secara langsung oleh pembimbing mulai menentukan masalah atau fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis, melakukan uji keabsahan data sampai membuat kesimpulan (Sugiyono, 2013).

 

G.       Jadwal Penelitian

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian di lapangan, maka peneliti menyusun agenda penelitian secara sistematis yang terlihat pada table 3.1 jadwal penelitian disusun bertujuan untuk menjadi pedoman dalam melakukan langkahlangkah penelitian nantinya. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

 

No.

 

Jenis Kegiatan Peneitian

Tahun 2022-2023

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

Januari

1.

Pengajuan judul

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.

Penyusunan Proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

Izin Seminar proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.

Seminar Proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.

Perbaikan Proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6.

Pengurusan Izin Riset

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7.

Riset Lapangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8.

Pengumpulan Data

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

9.

Penulisan Skripsi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

10.

Bimbingan Skripsi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

11.

Sidang Munaqasah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

 

A.    Temuan Umum

1.      Sejarah Beridirinya Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi

SMK Taruna Indonesia Jambi  merupakan salah satu satunya sekolah swasta bidang  pelayaran dengan Program Keahlian Nautika Kapal Niaga dan Teknika Kapal Niaga  berlokasi di Jambi yang beralamat jalan Marsda surya Darma Km. 7 Kelurahan Kenali Asam Bawah Kecamatan Kota Baru Kota Jambi,  dari sekian banyak SMK Swasta SMK Taruna Indonesia Jambi  termasuk sekolah favorit dan menjadi icon pendidikan di Kota Jambi.  Ini terlihat terutama pada saat penerimaan siswa baru,  Siswa – siswa lulusan SMP/Mts baik dan Negeri maupun SMP/MTs Swasta lainnya  dari berbagai daerah di luar Kota Jambi atau dari Kabupaten lainnya di Propinsi Jambi.

Berbagai prestasi akademik dan non akademik sampai tingkat nasional banyak diraih setiap tahunnya oleh siswa/Taruna SMK Taruna Indonesia Jambi.  SMK Taruna Indonesia Jambi yang berdiri sejak tahun 2000  yang berada di bawah naungan Yayasan Pembangunan  Pendidikan  Nusantara Cabang Jambi yang berada dibawah Akta Notaris H. Indra Jaya, SH sudah memiliki Akreditasi oleh BAN-S/M Propinsi Jambi, dan sudah memiliki Seritifkat Approval dari Dirjen Perhubungan Laut.

Pelaksanaan diklat pendidikannya SMK Taruna Indonesia Jambi sudah banyak menghasilkan Pelaut-pelaut muda dan calaon-calaon pelaut  yang siap mengarungi Samudera Luas dalam Negeri maupun Luar Negeri dengan berbekal Ijazah yang berstandar Internasional yang sudah diakui oleh dunia dengan didasari oleh UU RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Standar IMO (Internasional Maritime Organization SCTW 1978 beserta  Amandemennya.

 

42

 


SMK Taruna Indonesia Jambi dalam Pelaksanaan PPDB calon Taruna/siswa Baru harus melaksanakan Medical Cek up setelah itu dilanjutkan dengan beberapa test (Akademik, Wawancara dan Fisik) dan  dalam pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Taruna di didik dalam kedisiplinan, mental dan keagamaan. Tahun 2019 SMK Taruna Indonesia Jambi berjumlah  sebanyak 121 orang dengan Program Keahlian Nautika Kapal Niaga dan Teknika Kapal Niaga. Tenaga Pendidik dan kependidikannya dari berbagai bidang ilmu sesuai dengan yang dipersyaratkan dari berbagai Perguruan Tinggi lainnya.

SMK Taruna Indonesia Jambi yang dipimpin oleh Kepala Sekolah dan dibantu oleh beberapa orang Wakil Kepala Sekolah yang membidangi beberapa bidang penting lainnya. Disamping itu juga memiliki Quality Manajemen (QMR), Kepala Tata Usaha dan Ketua Program Keahlian Nautika Kapal Niaga, Teknika Kapal Niaga dan dibantu oleh karyawan/ti serta tanaga pengajar sesuai dengan Program Keahlian yang dimiliki. Dalam kegiatan sehari-harinya SMK Taruna Indonesia Jambi khususnya bidang Ketarunaan  juga melaksanakan kegiatan ekstra Kurikuler (Karate, PBB, Drum Band, Pencak Silat, Renang dll) yang sudah meraih beberapa prestasi yang membanggakan.

Gambar 4.1

Kondisi SMK Taruna Indonesia Jambi

 


 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Sejarah Sekolah SMK Taruna Indonesia Jambi

 

2.      Keadaan tenaga pendidik dan peserta didik

Table 4.2

Data Tenaga Pendidik Dan Kependidikan SMK Taruna Indonesia Jambi

Tahun Pelajaran 2022/2023

NO

KELAS

L

P

JUMLAH

1

TENAGA KEPENDIDIKAN

17

10

27

2

TENAGA PENDIDIK

24

18

42

JUMLAH

41

28

69

 

Berdasarkan tabel di atas tenaga kependidikan di SMK Taruna Indonesia Jambi berjumlah 27 orang, yaitu 17 laki-laki dan 10 perempuan dan jumlah tenaga pendidik berjumlah 42 orang, yaitu 24 laki-laki dan 18 perempuan, dan total keseluruhan tenaga kependidikan dan tenaga pendidik berjumlah 69 orang.

 

Table 4.3

Data Jumlah Taruna SMK Taruna Indonesia Jambi

Tahun Pelajaran 2022/2023

NO

KELAS

L

P

JUMLAH

1

X NAUTIKA KAPAL NIAGA

36

14

50

2

X TEKNIKA KAPAL NIAGA

14

 

14

3

X TEKNIK KENDARAAN RINGAN

21

1

22

4

XI NAUTIKA KAPAL NIAGA

29

11

40

5

XI TEKNIKA KAPAL NIAGA

19

 

19

6

XI TEKNIK KENDARAAN RINGAN

17

 

17

7

XII NAUTIKA KAPAL NIAGA

28

5

33

8

XII TEKNIKA KAPAL NIAGA

13

 

13

9

XII TEKNIK AUDIO VIDEO

4

11

15

10

XII TEKNIK KENDARAAN RINGAN

23

 

23

JUMLAH

246

 

Berdasarkan tabel di atas jumlah taruna taruni kelas X yaitu 86 orang, jumlah taruna taruni kelas XI berjumlah 76 orang, dan jumlah taruna taruni kelas XII berjumlah 84 orang, jadi jumlah keseluruhan taruna taruni di SMK Taruna Indonesia Jambi berjumlah 246 orang.

 

3.      Visi Misi, dan Tujuan

a.       Visi

SMK Unggulan, berkerakter dan berdaya saing menghadapi revolusi industry 4.0

b.      Misi

Sudah menjadi komitmen kami untuk menghasilkan tenaga kerja tingkat menegah yang trampil dengan:

1)      Meningkatkan kualitas organisasi dan manajemen sekolah dalam memberikan pelayanan bidang pendidikan.

2)      Menyelenggarakan kegiatan dan pendampingan keagamaan sesuai dengan ajaran yang dianut.

3)      Menyelenggarakan sistem pendidikan yang terintegrasi dunia kerja.

4)      Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran berbasis proyek riil dan teknologi.

5)      Membangun kemitraan dengan dunia kerja yang relevan.

6)      Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi dan keterampilan abad 21.

c.       Tujuan

1)      Terlaksanakan penerapan system manajemen mutu (SMM) ISO 90001:2015

2)      Terlaksananya kegiatan dan pendamping keagamaan kepada peserta didik sesuai dengan ajaran yang dianut.

3)      Terlaksananya sistem pendidikan bagi peserta didik yang terintegrasi dengan dunia kerja.

4)      Terlaksannya kegiatan pembelajaran berbasis proyek riil dan teknologi kepada peserta didik.

5)      Terlaksananya kemitraan dengan dunia kerja yang relevan.

6)      Terciptanya lulusan yang memiliki kompetensi dan keterampilan abad 21.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.      Struktur Organisasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


5.      Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Taruna Indonesia Jambi

Tabel 4.4

Sarana dan Prasarana SMK Taruna Indonesia Jambi

NO

GEDUNG

NAMA RUANG

KODE RUANG

KETERANGAN

1

Gedung A

Ruang Kepala Sekolah (LANTAI 2)

RK 1

615 cm x 380 cm

Ruang Waka I (LANTAI 2)

RK 2

370 cm x 387 cm

Ruang YYS (LANTAI 2)

RK 3

382 cm x 376 cm

Ruang TU, Bendahara, QMR, Waka II (LANTAI 2)

RK 4

780 cm x 374 cm

Ruang Operator, Waka Ketrn (LANTAI 2)

RK 5

382 cm x 376 cm

Gudang

 

150 cm x 376 cm

WC

 

180 cm x 160 cm

Teras

 

946 cm x 366 cm

Bengkel Otomotif

RLAB.TKR

2000 cm x 900 cm

NO

GEDUNG

NAMA RUANG

KODE RUANG

KETERANGAN

1

Gedung A

Ruang Kepala Sekolah (LANTAI 2)

RK 1

615 cm x 380 cm

Ruang Waka I (LANTAI 2)

RK 2

370 cm x 387 cm

Ruang YYS (LANTAI 2)

RK 3

382 cm x 376 cm

Ruang TU, Bendahara, QMR, Waka II (LANTAI 2)

RK 4

780 cm x 374 cm

Ruang Operator, Waka Ketrn (LANTAI 2)

RK 5

382 cm x 376 cm

Gudang

 

150 cm x 376 cm

WC

 

180 cm x 160 cm

Teras

 

946 cm x 366 cm

Bengkel Otomotif

RLAB.TKR

2000 cm x 900 cm

2

Gedung B

Mushola

 

1220 cm x 1200 cm

WC Murid

 

800 cm x 90 cm

Laboratorium Audio Video

RL.TAV

1060 cm x 770 cm

Ruang Lab

R.Korp

500 cm x 450 cm

3

Gedung C

Ruang Kelas A

RKL.XN 1

818 cm x 795 cm

Ruang Kelas B

RKL.XN 2

890 cm x 882 cm

Ruang Pembina

R.Pembina

420 cm x 274 cm

Ruang Koperasi

R.Korp

200 cm x 274 cm

4

Gedung D

Ruang Kelas C (dibuat 2004)

RKL.X T

900 cm x 700 cm

Ruang Kelas D (dibuat 2004)

RKL.X TKR

900 cm x 700 cm

Ruang Guru

RG

888 cm x 684 cm

Pantry

RD

400 cm x 285 cm

Gudang

RGD1

400 cm x 380 cm

WC Guru

 

280 cm x 213 cm

5

Gedung E

Ruang Kelas E

RKL.XIIIN

900 cm x 680 cm

Ruang Kelas F

RKL.XIIIT

890 cm x 680 cm

Ruang Kelas G (LANTAI 2)

RKL.XI N

450 cm x 600 cm

Ruang Kelas H (LANTAI 2)

RKL.XI TKR

900 cm x 680 cm

Ruang Bursa Kerja

R.BuK

890 cm x 680 cm

6

Gedung F

Ruang Kelas J

RKL.XII T

840 cm x 500 cm

Ruang Kelas K

RKL.XI T

840 cm x 500 cm

Ruang Kelas L

RKL.XIAV

840 cm x 500 cm

 

 

 

 

 

 

Ruang Kelas M

RKL.XIIAV

840 cm x 500 cm

RPS (LANTAI 2)

R.LAB.PETA

788 cm x 650 cm

RPS (LANTAI 2)

RLAB.LLE

788 cm x 650 cm

Kantin

RCFT

1350 cm x 1000 cm

7

Gedung G

Ruang Laboratorium Bahasa

RLAB.BHS

787 cm x 734 cm

Ruang Laboratorium Komputer

RLAB.KOMP

788 cm x 730 cm

Ruang Perpustakaan

RPERP

788 cm x 734 cm

Ruang Asrama (barak IV)

R.ASRAMA

788 cm x 734 cm

WC Taruni

WC

450 cm x 125 cm

Ruang Pembina Taruni

RLAB.LLE

470 cm x 365 cm

Ruang BK

RBK

470 cm x 365 cm

Ruang Asrama (barak III)

R.ASRAMA

790 cm x 370 cm

Ruang Lab Penanganan Muatan (L 2)

RLAB.PM

394 cm x 325 cm

Ruang Lab Sains (LANTAI 2)

R LAB SAINS

788 cm x 650 cm

Ruang Asrama (barak I) (LANTAI 2)

R.ASRAMA

788 cm x 650 cm

Ruang Asrama (barak II) (LANTAI 2)

R.ASRAMA

789 cm x 650 cm

8

Gedung H

Ruang D-Breafing Nautika

R.DBN

630 cm x 550 cm

Ruang Bridge Simulator

R.BS

500 cm x 400 cm

Ruang Instruktor

R.Ins

400 cm x 200 cm

Ruang D-Breafing Teknika

R.DBT

345 cm x 240 cm

Ruang Simulator Teknika

R.ES

750 cm x 460 cm

Ruang CBT

RS.CBT

690 cm x 417 cm

Ruang Navigasi/Bahari

RS.N/B

943 cm x 420 cm

Ruang Guru Produktif

R.GP

463 cm x 417 cm

 

9

Gedung I

Kamar Mandi/WC asrama

RKM

587 cm x 320 cm

Ruang Labor Teknika

RLAB.T

1783 cm x 890 cm

Gudang

RGD2

1783 cm x 80 cm

10

 

Ruang Korp Pos Jaga

 

620 cm x 320 cm

11

 

Lapangan Upacara

 

2450 cm/2920 cm 3250 cm/ 3735 cm

12

 

Tempat Parkir 1 Taruna/i

 

2790 cm x 1160 cm/930 cm

13

 

Tempat Parkir 2 Taruna/i

 

2900 cm/2730 cm/1690 cm/1510

14

 

Tempat Parkir Karyawan

 

1300 cm x 600 cm

15

 

Tempat Parkir Guru

 

850 cm x 550 cm

16

 

Gapura

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B.     Temuan Khusus dan Pembahasan

1.      Implementasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi

Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat, kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Salah satu upaya mewujudkan dalam suatau sistem adalah implementasi. Kebijakan yang telah ditentukan, karena tanpa implementasi sebuah konsep tidak akan pernah terwujudkan. Implementasi kebijaksanaan sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan- keputusan politik ke dalam prosedur- prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa memperoleh apa dari suatu Kebijaksanaan (Wahab, 2014).

Adapun konsep kepemimpinan yaitu suatu kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapai tujuan. Kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin. Kepala sekolah ialah orang yang memiliki tangung jawab yang besar dalaam upaya memajukan pendidikan  (pendidikan bermutu) di setiap satuan pendidikan yang di pimpinya, besarnya tanggung jawab kepala sekolah tentunya menuntut orang yang memiliki komitmen dan kompetensi yang tinggi sehinggah dapat melaksanakan tugas dalam upaya menciptakan pendidikan bermutu disekolah yang pada akhirnya menciptakan pendidikan bermutu secara nasional (Achmad, 2016).

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah tentang implementasi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi beliau mengatakan:

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi ini yang saya lakukan pertama adalah perencanaan kita di awal ada program tahunan, program semester, dan ada program jangka pendek, jangka menegah, dan jangka panjang, jadi kita harus merencanakan apa-apa yang akan harus kita lakukan kedepan. Dan juga perubahan yang ada, kita selalu menyampaikan kepada guru, karyawan tentang pembaharuan aturan yang ada secara musyawarah agar di terima oleh semua kalangan, Jadi itu yang pertama kita lakukan setelah kita membuat perencanaan tersebut baru nanti kita bagi personilnya setelah itu baru kita bagi lagi tugas dan fungsinya, selanjutnya barulah kita aturkan dalam upaya untuk mencapai tujuan perencanaan dan perubahan tersebut. Selanjutnya baru diadakan monitoring, diklat dan worhdsop serta evaluasi dimana tujuan yang telah direncanakan sebelumnya sejauh mana yang bisa dicapai dari evaluasi tersebut. (Wawancara, 26 Oktober  2022).

    

       Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan ditemukan bahwa kepala sekolah SMK Taruna Indonesia Jambi telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMK tersebut. Hal ini kepala sekolah telah melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan mutu kepemipinan beliau di SMK tersebut yakni dalam segi perencanaan, dimana bapak kepala sekolah dalam hal tersebut merencanakan perencanaan di awal yaitu:

1.      Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, berisi garis-garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun dan dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan seperti : melakukan analisis kalender pendidikan, memberikan tanda tersendiri pada hari libur awal tahun ajaran baru, pekan atau mingguan efektif untuk belajar serta waktu yang efektif belajar setiap minggu, menelaah jumlah mata pelajaran pada suatu kelas.

2.      Program semester merupakan program yang berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut seperti : berisikan identitas (satuan pendidikan, muatan pelajaran, kelas/semester, tahun pelajaran), berisikan format isian (mata pelajaran, pembelajaran ke alokasi waktu, dan bulan yang terinci per minggu, dan keterangan yang diisi kapan pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

3.      Program jangka pendek merupakan program kerja organisasi dalam suatu periode tertentu, yang jangka waktunya berkisar antara 1-3 tahun, yang dirancang untuk memenuhi berbagai kebutuhan organisasi pada masa tersebut seperti : Kurukulum (menyusun program pelajaran, membuat program semester, satuan pengajaran dan pengajaran dan rencana pengajaran, menyampaikan laporan kemajuan menyampaikan lapor kelas VII, VIII, DAN IX setiap selesai ulangan umum semester, mendalam isi silabus, ujian dan simulasi dan pengayaan). Kesiswaan (penerimaan siswa baru, penyusunan kelas, kegiatan bintal, pemilihan pengurus korop baru). Hubungan dengan masyarakat (penyempurnaan pengurus komite, pertemuan dengan orang tua taruna/i. 7K (keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, kekeluargaan, penghijauan atau kerindangan dan kesehatan). Program oragnisasi dan manajemen (memberikan tugas kepada guru dalam rapat pembagian tugas, mengadakan supervisi kelas, mengadakan rapat evaluasi caturulan dan ulangan tahunan).

4.      Program jangka menegah merupakan  sebuah program yang bisa dilakukan bersama dengan program jangka pendek, mungkin karena program jangka pendek sebagian telah seelesai seperti : Kurikulum (pengadaan buku-buku pokok dan penunjang, meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun program perbaikan dan pengayaan serta melaksanakannya, melaksanakan ulangan umum semester 1 dan 2). Kesiswaan (perencanaan dan penerimaan siswa baru, pengenalan lingkungan sekolah, peningkatan keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa, peningkatan karakter dan kedisiplinan). Perlengakapan sarana praserana (pengadaan ruang kelas baru, pengadaan meja kursi belajar siswa atau komputer dan ruangan simulator). Oragnisasi dan manajemen (melanjutkan program penataan organisasi dan manajemen, melanjutkan penataan pendataan guru atau pegawai).

5.      Program jangka panjang merupakan  jenis program yang berkelanjutan atau berulang dalam jangka waktu yang lama seperti : Kurikulum (melanjutkan program jangka pendek dan jangka menengah mengenai pedalaman silabus, pemantauan kelengkapan administrasi, meningkatkan kualitas mutu, mengupayakan tingkat kelulusan mencapai 100%). Kesiswaan (meningkatkan kualitas input dengan seleksi yang ketat, mengeefektifkan kegiatan hari pertama sekolah, bintal dll). Bidang humas (melanjutkan program kerja jangka pendek dan menengah dalam hal kerja sama dengan komite sekolah, instansi terkait, dll). Ketatalaksaan (melanjutkan program kerja jangka pendek dan menengah dalam rangka meningkatkan keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, kekeluargaan, kerindangan dan kesejahtraan). Program oragnisasi dan manjemen (melajutkan program kerja jangka pendek dan jangka menengah, meningkatkan kesejahtraan guru atau pegawai).

Mengacu pada konsep manajemen, proses evaluasi pendidikan dapat dibaagi menjadi tiga bagian utama: Perencanaan (Planning), Implementasi (Implementing), dan Evaluasi (Evaluating). Dalam proses ini kita mulai dengan merencanakan evaluasi. Kita perlu merencanakan dan melaksanakan evaluasi secara sistematis dengan cara a) mengindentifikasi kebutuhan, b) memilih strategi yang tepat dari berbagai alternative, c) memonitor perubahan yang muncul, dan d) mengukur dampak dari perubahan tersebut.

Mengevaluasi evaluasi berarti bahwa evaaluasi itu hendaknya memang harus di evaluasi (meta-evaluation). Jelas bahwa proses perencanaan evaluasi merupakan bagian yang paling penting dalam proses evaluasi secara keseluruhan, kita harus memiliki perencanaan evaluasi yang baik sebelum hal tersebut diimplementasikan. Dengan perencanaan yang baik, diharapkan bahwa implementasi evaluasi akan berjalan lancer sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Selanjutnya penulis juga mengadakan wawancara dengan wakil kurikulum tentang implementasi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia jambi beliau mengatakan:

Kepemimpinan kepala sekolah sangat penting. Beliau adalah sebagai manajer. Dimana perannya berjalan dengan baik sesuai aturan menentukan maju mundurnya sekolah karena dengan banyak membuat kegiatan yang dilakukan disekolah yang sifatnya dapat meningkatkan mutu pendidikan sebagaimana yang diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi yang pertama sekali mutu pendidikan itu ditentukan oleh guru yang berupaya membantu dalam mengembangkan kemampuan, bakat, dan minat  yang ada pada diri taruna taruni guna meningkatkan prestasi taruna taruni lebih baik lagi serta dapat memotivasi taruna/i nya dalam proses belajar mengajar baik yang disampaikan secara materi maupun praktek. Guru-guru yang mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi cukup disiplin, masuk tepat waktu, menguasai materi pembelajaran serta membuat perangkat pengajaran sesuai dengan yang dibutuhkan. (Wawancara, 26 Oktober 2022).

 

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di temukan bahwa kepala  sekolah sebagai manajer dan pengelola lembaga pendidikan memiliki andil yang besar dalam menciptakan suasana yang kondusif dalam lingkungan kerjanya. Suasana kondusif tersebut merupakan faktor yang penting dalam menciptakan guru yang berprestasi. Guru sebagai pendidik memiliki peran  yang sangat penting terhadap kemajuan bangsa, guru sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan (Ilmin Sakir, 2018).

Selain itu penulis juga mengadakan wawancara dengan guru tentang implementasi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah kejuruan taruna Indonesia Jambi:

“Melakukan peran sebagai taruna/i, harus memiliki kemampuan membimbing dalam melaksanakan tugas dengan baik serta harus memiliki cara dan strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme pendidik agar prestasi siswa-siswanya dapat meningkat. Kepala sekolah sangat berperan didalam memberikan motivasi untuk mendorong para guru lebih profesional dalam menjalankan tugas baik kepada guru maupun karyawan lainnya. Sehingga kami para staf dapat bekerja dengan baik dan profesional serta membantu menumbuhkan rasa semangat didalam menjalankan tugas. Disiplin menjadi hal yang utama yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta kerja sama menjadikan kita lebih berpartisipasi dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang lebih baik. Kepemimpinan kepala sekolah sangat baik, tepat waktu dan disiplin. Selain itu kepala sekolah juga memberikan motivasi dan mendorong kita untuk saling bekerja sama khususnya para guru dan karyawan agar lebih profesionalisme dalam menjalankan tugas dibidangnya masing-masing. Sehingga akan dapat memudahkan proses belajar mengajar dalam meningkatkan mutu pendidikan dan dapat menunjang taruna/i lebih rajin dan lebih berani untuk mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya (Wawancara, 26 Oktober 2022).

 

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di temukan bahwa kepemimpinan kepala sekolah sebagai pembimbing terlihat jelas bahwa kepala sekolah menciptakan situasi yang dapat menumbuhkan kreativitas dan memberikan peluang kepada warganya untuk melakukan eksperimentasi untuk menghasilkan kemungkinan-kemungkinan baru, meskipun hasilnya tidak selalu benar (salah). Dengan kata lain, kepala sekolah mendorong warganya untuk mengambil dan mengelola resiko serta melindunginya sekiranya hasilnya salah (Tri Hartini, 2016).

Selanjutnya penulis juga mengadakan wawancara dengan taruna taruni tentang implementasi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah kejuruan taruna Indonesia Jambi:

Kepemimpinannya sudah sangat baik, dan sudah cukup bagi kami karna bagaimanapun  kepala sekolah sudah berusaha  untuk memajukan  fasilitas maupun kegiatan kegiatan yang ada di sekolah ini, dan juga kepala sekolah kami displin masuk tepat waktu, mengarahkan, dan memotivasi untuk menjadi yang lebih baik lagi. Kepala sekolah juga mengupayakan sumber belajar yang baik seperti mengadakan sumber belajar perpustakaan, ruang simulator, sumber belajar sistem intenet, baik itu secara praktek maupun materi. (Wawancara, 05 Desember 2022).

 

  Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di temukan bahwa peran kepala sekolah yaitu kepala sekolah sebagai Educator, kepala sekolah sebagai Manajer, kepala sekolah sebagai Administrator, kepala sekolah sebagai Supervisor, kepala sekolah sebagai Wirausaha, sejalan dengan peran sekolah tersebut kepala sekolah juga di sarankan untuk memahami peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dengan memiliki pemahaman maka akan kepala sekolah akan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinya maka ini menunjukkan kepala sekolah menunjukkan tanggup jawabnya dalam bekerja (Yadi Sutikno, 2022).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, hasil observasi peneliti mengenai implementasi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah kejuruan taruna Indonesia Jambi, yaitu mengadakan sumber belajar dari perpustakaan sehingga dapat mempermudah taruna taruni dalam mencari sumber pengetahuan, dan juga menggunakan ilmu teknologi atau internet untuk membantu mempermudahkan proses belajar mengajar baik itu untuk guru maupun taruna taruni. Menyediakan sumber belajar yang bermanfaat untuk taruna taruni, serta menyediakan sarana dan prasarana yang memadai supaya dapat meningkatkan kenyamanan belajar taruna/i serta menciptakan iklim yang aman dan nyaman, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. (Wawancara, 05 Desember 2022).

Berdasarkan keterangan di atas kepala sekolah sebagai fasilitator yang bertugas memberikan dukungan terhadap ide-ide atau inisiasi perubahan yang selaras dengan visi perubahan yang telah ditetapkan, menyediakan sumber daya yang di butuhkan, melaksanakan pemberdayaan kepada warga sekolah untuk melakukan perubahan, memonitor dan mengevaluasi kemajuan perubahan yang dilakukan, membantuh memecahkan masalah-masalah perubahan, dan juga memberikan penguatan baik moril maupun materiil atas setiap keberhasilan perubahan yang dilakukan, serta dituntun untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja untuk mencapai visi dan misi sekolah dengan kreatif dan inovatif, menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkat pelaksanaan, melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan program sekolah dengan prosedur yang tepat, dan harus memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah, dan kemampuan merencanakan program supervisi akademik dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru dan memberikan motivasi kepada seluruh warga sekolah untuk meningkatkan kualitas sekolah yang lebih baik lagi (Dwi Esti Andriani, 2021).

2.      Faktor Penghambat Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada hakekatnya adalah akumulasi daripenyebab rendahnya mutu pendidikan di sekolah. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia (Kusnandi, 2017).

a.       Sumber Daya Manusia (SDM)

Pada dasarnya untuk menjadi SDM yang unggul memerlukan keadaan guru yang memiliki sikap rajin, kreatif dan inovatif. Namun, Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru tentang Sumber Daya Manusia dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi:

“Proses pencapaian kualitas guru di Indonesia sanggat di harapkan, selain itu guru harus memiliki sikap rajin, kreatif, dan inovatif. Hal tersebut sanggat di harapkan dalam dunia pendidikan karna kualitas guru dan pengajar yang rendah dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan peserta didik”. (Wawancara, 05 Desember).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di temukan bahwa pendidikan di masa kini menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa dimana sumber daya manusianya adalah individu-individu yang cerdas, berkualitas, dan berkompeten. Secara umum penilaian kualitas suatu bangsa dapat di tinjau dari mutu pendidikan yang ada pada bangsa tersebut. Mutu pendidikan di Indonesia sendiri belakangan ini masih menjadi bahan diskusi yang serius di ranah pemerintahan, pihak swasta, lembaga pendidikan dan masyarakat umum. Karna mutu pendidikan yang ada akan sangat menentukan kualitas lulusan hasil pendidikan itu sendiri. Apabila mutu pendidikan rendah, maka kecil harapan untuk memiliki sumber daya manusia yang bermutu, oleh karna itu kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan dan faktor-faktor yang menunjang mutu pendidikan hingga saat ini masih terus dikaji dan menjadi bahan pertimbangan (Ida Rohma Susiani, 2021).

b.      Sarana Prasarana

Adapun yang menjadi sarana fisik masih adanya gedung yang rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Perpustakaan yang belum lengkap serta peralatan praktek yang belum lengkap.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah tentang Sarana Praserana dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi:

“Adapun sarana prasarana di Sekolah Menengah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi gedungnya masih terdapat yang rusak peralatan belum lengkap seperti, penggunaan media belajar masih kurang, peralatan alat praktek yang belum lengkap dengan demikian kegiatan proses belajar mengajar masih membutuhkan sarana praserana yang lengkap guna menciptakan hasil yang maksimal”. (Wawancara, 05 Desember 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di temukan bahwa fasilitas pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan. Kelengkapan dan ketersediaan fasilitas pendidikan di sekolah sangat berpengaruh terhadap keefektifan dan kelancaran pembelajaran di dalam kelas. Secara sederhana, manajemen perlengkapan sekolah dapat didefenisikan sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien, dan keberhasilan program pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sekolah dan oleh optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatannya (Ike Malaya Sinta, 2019).

c.       Pengadaan Buku

Pengadaan buku sangat diperlukan dalam dunia pendidikan terutama untuk taruna/i , karena adanya pengadaan buku dapat mempermudah untuk belajar dan menggali pengetahuan yang lebih dalam. Namun, dalam sekolah ini pengadaan masih kurang lengkap dengan begitu taruna/i masih membutuhkan referensi yang lebih untuk memperbanyak pengetahuan yang terkait dengan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru tentang faktor penghambat yang dihadapi dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi:

Proses pencapaian mutu di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi yaitu disegi buku paket atau lembaran yang berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh taruna taruni. Dimana buku paket tersebut tidak diperbolehkan dikelola disekolah sehingga hal tersebut dapat menghambat dalam mengupayakan peningkatan wawasan pada taruna taruni serta sebagian dari peserta didik berada pada ekonomi kalangan bawah dan menengah kebawah. Sehingga sedikit menghambat tercapainya proses pembelajaran yang kondusif. Pengadaan buku di sekolah ini  sangat di butuhkan, karna dengan adanya pengadaan buku dapat menunjang proses belajar mengajar yang maksimal, selain itu taruna/i dapat menambah referensi dalam membaca buku. Pengadaan buku di sekolah ini sanggat minim dengan begitu kepala sekolah harus lebih meningkatkan penggadaan buku di sekolah ini”. (Wawancara, 05 Desember 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di temukan bahwa kegiatan pengadaan tidak lain adalah suatu system mulai dari proses pembelian bahan pustaka, pemberian maupun yang lainnya yang berkaitan dengan kegiatan administrasi di pandang sebagai proses yang penting mulai dari pemilihan jenis bahan pustaka yang akan diadakan sampai kepada prosedur pengusulan bahan pustaka yang nantinya akan disediakan (Dedy Hermawan, 2021).

d.      Kedisiplinan

Rendahnya kedisiplinan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan. Dengan adanya guru yang kurang disiplin seperti datang tidak tepat waktu, masuk jam ngajar tidak tepat waktu, serta kurangnya kesadaran diri guru untuk mengodisikan sesuai dengan kebijakan yang telah disepakati disekolah, hal tersebut dapat memicu kualitas pendidikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah tentang Kedisiplinan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi:

“Kedisiplinan Guru di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi perlu di tingkatkan, karna jika kedisplinan guru itu rendah, seperti datang tidak tepat waktu, masuk jam ngajar terlambat, maka dapat memicu kualitas pendidikan di sekolah ini. Selain itu kedisiplinan guru sangat penting karna guru merupakan aktor utama bagi taruna/i yang harus di patuhi”. (Wawancara, 05 Desember 2022).

 

 

Selanjutnya penulis juga mengadakan wawancara dengan taruna taruni tentang bagaimana solusi yang diambil dalam memecahkan masalah yang menjadi penghambat dalam peningkatkan mutu pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi:

“faktor penghambat yang sering terjadi yaitu keterlambatan kalau cuaca tidak mendukung, seperti hujan lalu para guru guru dan taruna taruni menjadi terlambat untuk melakukan pembelajaran, kurang nya kedisiplinan taruna taruni di sini seperti terlambat masuk sekolah, paling hanya itu faktor penghambat yang sering dialami sekolah ini, solusinya dengan cara yang terlambat mendapatkan hukuman agar kedepannya tidak terlambat lagi ”(Wawancara, 08 Desember 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di temukan bahwa adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan. Jadi setiap taruna/i yang mempunyai disiplin yang tinggi adalah mereka mentaati segala peraturan dan tata tertib dengan sadar tanpa adanya tuntunan dari pihak luar, baik ada yang mengawasi maupun tidak. Keteladanan merupakan hal yang pokok dalam keberhasilan dalam pengembangan kedisiplinan, mengingat anak-anak merupakan peniru ulang maka mereka perlu contoh dan figure yang perlu di teladani dalam kehidupan sehari-hari termasuk kehidupan di lingkungan sekolah. Keteladanan tersebut dapat berupa dating dan pulang tepat waktu, berseragam sesuai dengan tuntunan dan patuh pada peraturan yang telah ditetapkan dengan adanya keteladanan ini diharapkan akan dapat memotivasi taruna/i untuk disiplin (Ahmad Manshur, 2019).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, hasil observasi peneliti mengenai faktor penghambat yang dihadapi dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi, yaitu proses pencapaian kualitas guru di Indonesia sanggat di harapkan, selain itu guru harus memiliki sikap rajin, kreatif, dan inovatif. Dan sarana prasarananya masih terdapat yang rusak peralatan belum lengkap seperti, penggunaan media belajar masih kurang, peralatan alat praktek yang belum lengkap dengan demikian kegiatan proses belajar mengajar masih  belum maksimal, dan pengadaan buku di SMK masih kurang nya sumber pengetahuan yang didapatkan seperti pada kurangnya ketersediaan buku paket yang dimana buku tersebut juga merupakan faktor pendukung dan dapat mempermudah dalam proses belajar taruna taruni. Hal ini tentunya akan menghambat berlansungnya proses belajar maupun mengajar, dan kurangnya kedisiplinan guru dan taruna taruni saat masuk sekolah, mungkin di tingkatkan lagi agar visi dan misi berjalan dengan baik (Observasi, 08 Desember 2022 ).

Berdasarkan keterangan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kebijakan bapak kepala sekolah selaku pemimpin Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi, sangat baik dan siap bertanggung jawab, karena kebanyakan taruna taruninya berada pada ekonomi kalangan bawah dan menengah kebawah sehingga menghambat tercapainya proses pembelajaran yang kondusif serta peningkatan mutu yang berkualitas.

3.      Upaya dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi

Menjadi tenaga kependidikan yang profesional tidak akan terwujud begitu saja tanpa adanya upaya untuk meningkatkannya. Adapun salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan mengembangkan profesionalisme. Hal ini membutuhkan dukungan dari pihak yang mempunyai peran penting dalam sekolah dalam hal ini yaitu kepala sekolah, dimana kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan lansung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah.

Adapun upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagaimana wawancara penulis beliau menyimpulkan upaya sebagai berikut:

a.    Dukungan dari Kepala Sekolah untuk mengadakan pelatihan

Kepala sekolah memberi dukungan penuh kepada guru untuk mengkuti kegiatan seperti seminar nasional, seminar internasional, worshop .

b.    Mengajukan proposal untuk pengdaan buku ke dinas pendidikan

Mengadakan sumber belajar dari perpustakaan dan internet sehingga dapat mempermudah peserta didik dalam mencari sumber pengetahuan, dan juga untuk membantu proses belajar mengajar, baik itu untuk guru, taruna taruni dan seluruh warga sekolah.

c.    Memperdayakan sarana prasarana yang ada

Pengelolaan sarana prasarana salah satu cara untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran, jika proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik maka sumber daya pendidikan di sekolah yang di pimpin dapat di tingkatkan dengan baik.

 

d.    Mengajukan sartivikasi guru

Kepala sekolah memberi masukan kepada guru untuk mengambil kuliah PPG (profesi keguruan), supaya bisa mengambil sartivikasi guru bagi guru yang sudah sesuai dengan syarat dan ketentuan.

 

Mengenai hal tersebut kepala sekolah sangat berperan penting dalam menentukan maju, mundurnya proses pendidikan sekolah, karena kepala sekolah dituntun untuk menjadi seseorang yang tidak mudah dalam mengambil keputusan, yang dapat mengarahkan, serta dapat menjadikan siswanya lebih bersemangat dalam menuntut ilmu, serta mendukung setiap kegiatan yang dapat membantu meningkatkan kualitas sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah tentang upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi :

Mengadakan sumber belajar dari perpustakaan dan internet sehingga dapat mempermudah peserta didik dalam mencari sumber pengetahuan, dan juga untuk membantu proses belajar mengajar, baik itu untuk guru, taruna taruni dan seluruh warga sekolah. Menyediakan yang bermanfaat untuk peserta didik, dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai yang nantinya dapat meningkatkan kenyamanan belajar siswa serta menciftakan iklim yang nyaman, aman, dan kondusif. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, dan kita harus mengkuti acuan mulai dari mengkuti aturan undang-undang pendidikan, dan kita harus sering update tentang perubahan yang ada di kementrian pendidikan, dan selanjutnya kami akan diklat untuk perubahan itu agar apa yang di rubah itu guru kita bisa mengkutinya. (Wawancara, 15 Desember 2022).

 

 

Selanjutnya penulis juga mengadakan wawancara dengan wakil kurikulum tentang upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi :

“Melakukan sebuah peran sebagai pendidik, kepala sekolah dituntun harus memiliki kemampunan membimbing dalam melaksanakan tugas dengan baik serta harus memiliki cara dan strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme pendidik agar prestasi taruna taruninya dapat meningkat. Sesuia dengan tata aturan penerimaan guru khususnya indonesia, jadi guru-guru yang akan masuk di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi harus melalui seleksi, baik seleksi administrasi, seleksi kesehatan, seleksi akademik dan seleksi sosial mereka. Ada empat seleksi yang dilakukan , maka dengan adanya seleksi tersebut disamping memiliki kemampuan akdemik yang terpenting adalah komitmen untuk mewujudkan sekolah dengan memperoleh tenaga pendidik yang berkualitas, hasilnya tentu mulai dari kopetensi sebagai SDM sebagai leader atau kepemimpinan kepala sekolah nah itu tentu akan ada implemetasinya dan turunannya tentu ke semua SDM yang ada di sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan. Dan untuk kriterianya yaitu tentu mulai dari kedisiplinan dan semua aturan-aturan terkait dengan SMK itu bisa di terapkankan dan  terealisasi apapun bentuknya, kemudian sampai berkopetensi atau lulusan yang berkompetensi dari hasil sekolah ini. (Wawancara, 15 Desember 2022).

 

Selanjutnya penulis juga melakukan wawancara dengan guru tentang upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi :

Kepala sekolah sangat berperan penting dalam memberikan motivasi untuk mendororng para guru lebih profesional dalam menjalankan tugas, baik kepada guru maupun karyawan-karyawan lainnya. Sehingga para staf dapat bekerja dengan baik, dapat memberikan program belajar dengan kondusif, dan dapat membantu menumbuhkan rasa semangat didalam menjalankan tugas. Disiplin menjadi hal yang utama yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta kerja sama menjadikan kita lebih baik, dan untuk memfokuskan implemetasi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, yang pertama manajerial, kemudian monev atau monitoring dan evaluasi terhadap semua bidang kemudian nanti ada hasilnya itu ada tindaklanjut untuk dilakukan perubahan-perubahan sesuai dengan aturan yang berlaku jika ada kegiatan ataupun  pelaksanaan yang tidak sesuai itu akan ada tindaklanjut untuk kemudian di perbaiki (Wawancara, 15 Desember 2022).

 

Berdasarkan hasil wawancara di atas, hasil observasi peneliti tentang upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi, yaitu dimana kepala sekolah selalu berusaha menjadi teladan atau contoh yang baik untuk seluruh warga sekolah, baik itu guru maupun peserta didik dengan menerapkan nilai-nilai kedisiplinan, kesopanan, kejujuran serta rasa semangat yang dapat menumbuh kembangkan jiwa berani. Disini jiwa berani yang dimaksudkan adalah berani menyampaikan pemikiran, saran dengan segala yang berhubungan dengan kegiatan sekolah maupun pengetahuan lainnya disekolah. Hal tesebut memiliki arti bahwa bagaimana seseorang harus bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap proses pembelajaran, baik yang berlansung maupun yang akan datang. (Observasi, 15 Desember 2022).

Berdasarkan keterangan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kepala sekolah memang melakukan peningkatan kualitas mutu guru, mulai dari penerimaann guru yang melalui beberapa seleksi, dan dari hasil penyeleksian itulah kepala sekolah memperoleh guru yang berkualitas dan mampu memajukan sekolah. Karena kepala sekolah mengerti bahwa guru sangat berperan penting dalam membantu perkembangan taruna taruni, karena keberhasilan taruna/i tergantung pada keberhasilan guru. Serta seluruh warga sekolah dituntun untuk senantiasa melakukan hal yang positif dalam membantu mengembangkan kualitas serta kemampuan taruna taruni dalam rangka tercapainya proses belajar pengajar yang efektif dan efisien.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 BAB V 

PENUTUP

A.  Kesimpulan

1.         Implementasi Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK Taruna Indonesia Jambi sudah dirasakan optimal ini dapat dilihat dari Implementasi Kepemimpinan Kepala sekolah sebagai menejer, membuat perencanaan sampai melakukan evaluasi, membimbing, dan sebagai fasilitator.

2.         Faktor Penghambat Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan yaitu Sumber Daya Manusia, Sarana Prasarana, Pengdaan Buku, dan Kedisiplinan.

3.         Upaya dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi. Yaitu dengan mengadakan sumber belajar dari perpustakaan sumber teknologi atau internet untuk membantu proses belajar mengajar, baik itu untuk guru, siswa dan seluruh warga sekolah. Menyediakan yang bermanfaat untuk peserta didik, dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai yang nantinya dapat meningkatkan kenyamanan belajar siswa serta menciftakan iklim yang nyaman, aman, dan kondusif.

B.     Saran

    Dari hasil pembahasan skripsi ini, penulis bermaksud memberikan beberapa saran dan pemikiran sebagai bahan pertimbangan untuk kemajuan sekolah yang bersangkutan khususnya dan kemajuan pendidikan umumnya, antara lain :

1.   

67

Kepada kepala sekolah, Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Indonesia Jambi untuk tetap mengeloala sekolah menjadi lebih baik lagi dan melakukan pengawasan terhadap segala program sekolah secara berkelanjutan dan memberikan kualitas dalam proses pelaksanaan belajar mengajar maupun dalam kegiatan-kegiatan sekolah lainnya.

2.    Dalam melaksanakan kepemimpinan hendaknya kepala sekolah mengupayakan kekurangan-kekurangan yang dapat menghambat peningkatan mutu pembelajaran.

3.    Kepada dosen dan rekan-rekan mahasiswa yang membaca skripsi ini diharapkan untuk dapat memberikan kritik dan saran karena penulis merasa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, semua ini bukanlah hal yang disengaja namun dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. K. (2016). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal MPI, 1(2).

 

Ahmad Manshur. (2019). Strategi Pengembangan Kedisiplinan Siswa. Journal Pendidikan Islam, 4(1).

 

Afifudin & Ahmad. (2014). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung; Pustaka Setia.

 

Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2017). Research Methods in Education. In Research Methods in Education. London: https://doi.org/10.4324/9781315456539

 

Dedy Hermawan. (2021). Komparasi Proses Pengadaan Bahan Pustaka Dalam Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi. Journal Pustaka Karya, 9(2).

 

Diding Nurdin. (2021). Manajemen Mutu Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama.

 

Dwi, A. J., Sari, R., & Giatman, M. (2021). Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 5(3).

 

Dwi Esti Andriani. (2021). Peran Kepala Sekolah dalam Upaya Mewujudkan Sekolah Efektif. Journal Manajemen Pendidikan, 7(1).

 

Fadhli, M., Agama, I., Negeri, I., & Lhokseumawe, I. (2017). Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, 1(2).

 

Hamdan, Chaniago, F., & Takriyanti, R. (2021). Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Tenaga Pendidik di Madrasah Tsanawiyah. Jurnal Manajemen Dan Pendidikan Islam, 7(1), 51–64.

 

Helmawati. (2014). Meningkatkan Kinerja kepala sekolah/madrasah melalui managerial skills. Bandun: Remaja Rosdakarya.

 

Hj. Erlena, S. P. (2022). Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Manajemen Pendidikan, 2(2).

Ida Rohma Susiani. (2021). Kualitas Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Indonesia. Journal Modeling, 8(2).

Ike Malaya Sinta. (2019). Manajemen Sarana dan Praserana. Journal Islamic Educational Management, 4(1).

 

Ilmin Sakir. (2018). Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer. Journal Kebijakan Dan Pengembangan Pendidikan, 6(2).

 

Komariah, S. dan. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

 

Kusnandi. (2017). Konsep Dasar dan Strategi Penjaminan Mutu Pendidikan. 1(2).

 

Lexy J. Moleong. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 

Mahmud MY, Najmul Hayat, Fransisko Chaniago, M. E. (2022). Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam Meningkatkan Citra Sekolah. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 5(1).

 

Masruri, A. (2019). Stategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam (studi kasus di Mas Jam’iyyah Islam Pondok Aren). Jurnal Mumtaz, 3(1), 96–112.

 

Mesty Hermauli Gultom, D. (2021). Implementasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pelaksanaan Mutu Pendidikan Dengan Konsep Manajemen Berbasis Sekolah di SD Swasta Parulian 2 Kecamatan Tegal Sari Mandala II. Jurnal Implementasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pelaksaan Mutu Pendidikan Dengan Konsep Manajemen Berbasis, 6(1).

 

Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. In Jurnal Referensi (GP Press Group. Jakarta: GP Press Group.

 

Mulyasa. (2019). Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

 

Muslim, B., Harapan, E., Kesumawati, N., Sekolah, K., & Pendidikan, M. (2020). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Negeri 1 Indralaya Selatan. Jurnal Intelektualits: Keislaman, Sosial, Dan Sains, 9(1).

 

Muwafiqus Shobri. (2017). Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah Hasan Jufri. Studi Keislaman, 3(1).

 

Neni Mika Triana, D. (2022). Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan pada SMA Abdi Utama Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas. Journal Pendidikan Tambusai, 6(1).

 

Nurul Khatimah. (2021). Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Peserta Didik. 1, 263–268.

 

Pramono, R., Utami, N. T., Anggraini, S., & Zebua, V. F. (2022). Manajemen Strategi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMK Hafsyah Medan. Edumaspul, 6(1), 723–726.

 

Rahmawati, S. I. (2021). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan : Studi Kasus di SMK Nurul Jadid. Jurnal Penelitian Agama, 22(1). https://doi.org/10.24090/JPA.V22I1.2021.PP115-125

 

Ridwan Abdul Sani, D. (2015). Penjamin Mutu Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

 

Sayuti, F. (2016). Peran Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Dan Manajemen Islam, 3(1).

 

Setiyo. (2021). Peran Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan di Sekolah. Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 11(2).

 

Sofia Sebayang dan Tiur. (2019). Pengaruh Pendidikan, Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru di SD SMP Swasta Murni 3 Medan. Jurnal Ilmu Manajemen Methonomix, 2(2).

 

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

 

Sugiyono, P. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

 

Suparman. (2019). Kepemimpinan Kepala Sekolah & Guru. -: Uwais Inspirasi Indonesia.

 

Tri Hartini. (2016). Peranan Kepala Sekolah, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Peningkatan Mutu Pendidikan. Journal Pendidikan, 7(2).

 

Wahab, S. A. (2014). Analisis Kebijakan. Jakarta; Bumi Aksara.

 

Wahyudi. (2012). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar. Bandung: Alfabeta.

 

Yadi Sutikno. (2022). Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Journal Maitreyawira, 3(1).

 

 

 

 


0 $type={blogger}:

Postingan Populer

Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Kota Jambi, Indonesia

Putra Muaro Bungo

Putra Muaro Bungo
Jadilah Diri Sendiri Tanpa Berharap Kepada Manusia

Simpel Aja

Simpel Aja

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

My Famili

SELAMAT DATANG DI

BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN

Arsip Blog

Pengikut

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman

TERIM KASIH

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT