Jumat, 12 Juli 2024

 


BAB I

PENDAHULULAN

 

A.      Latar Belakang  Masalah

          Pariwisata merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain
yang bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok sebagai
usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu[1]. Menurut Sujali, dalam penekanan kajian geografi didasarkan dengan pendekatan keruangan dengan melalui pendekatan unsur-unsur geogarafi seperti unsur letak, luas, bentuk, batas dan persebaran. Pariwisata dapat mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat secara ekonomis, sosial, dan budaya
.[2] Menurut Yoeti, kegiatan pariwisata berkaitan erat dengan tingkat perekonomian yang dicapai oleh suatu negara. Semakin tinggi tingkat perekonomian yang dicapai, maka kegiatan pariwisata di negara tersebut juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang memiliki tingkat perekonomian lebih rendah.[3]

Pariwisata merupakan salah satu pemanfaatan sumber daya alam yang dapat bernilai ekonomi tinggi bagi suatu daerah yang mengelola sumber daya alam menjadi suatu tempat wisata yang dapat menarik pengunjung baik dari dalam maupun dari luar negeri. Pariwisata merupakan salah satu industri baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Disamping bernilai ekonomi yang tinggi, pariwisata dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa bangga terhadap bangsa sehingga akan tumbuh masyarakat yang lebih peduli terhadap suatu bangsa. Pariwisata juga sangat potensial untuk membangun dan mengembangkan suatu kawasan, baik di lingkungan perkotaan maupun perDesaan. Selain itu, sektor pariwisata juga memberikan multiplier effect dan nilai manfaat yang besar bagi masyarakat, seperti menciptakan lapangan pekerjaan baru dan menurunkan angka pengangguran.

Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini dicanangkan selain sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang cukup andal, juga  merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi. Untuk mengembangkan sektor ini pemerintah berusaha keras membuat rencana dan berbagai kebijakan yang mendukung kearah kemajuan sektor ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah menggali, menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.[4]

Kabupaten Merangin merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jambi yang memiliki beragam sumber daya alam dan budaya sebagai objek daya tarik wisata. Kabupaten Merangin menjadi salah satu tujuan wisatawan di Provinsi Jambi yang memiliki potensi wisata alam yang sangat indah, baik dari alam maupun budaya dari daerah itu sendiri. Seperti Gunung, Danau, Air Terjun, Air Panas, Gua, Geopark dan berbagai wisata modern yang kini tengah dikembangkan. Gua Tiangko menjadi salah satu Gua di Kabupaten Merangin yang cukup sering dikunjungi para pecinta wisata susur Gua. Selain memiliki berbagai ornamen cantik berupa batuan, stalaktit dan stalakmit, Gua ini juga sering dijadikan tempat penelitian peradaban purbakala,secara administratif, Gua Tiangko berada pada Desa Tiangko, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Jambi. Lokasi Gua berjarak kurang lebih 49 kilometer dari Kota Bangko, dan wisatawan pun harus melakukan perjalanan selama kurang lebih satu jam. Sebelum menuju ke Gua, pengunjung harus terlebih dahulu singgah di Desa Tiangko dan harus melanjutkan perjalanan dengan tracking.medan pun cukup menantang dan akan menghadirkan sensasi berpetualang yang seru.[5]

Wisatawan harus berjalan sejauh 800 meter, melewati hutan dan sebuah bukit yang cukup terjal. Perjalanan ini pun akan terasa sangat menyenangkan, karena wisatawan akan ditemani dengan indahnya alam yang masih lestari. Kicauan burung tiada hentinya berbunyi, serta terkadang akan dijumpai beberapa hewan liar selama perjalanan.Gua ini merupakan salah satu dari deretan Gua yang ada di Desa Tiangko.

Gua Tiangko memang menjadi Gua yang cukup populer, tak hanya karena keindahannya tetapi juga karena nilai sejarah di dalamnya. Gua ini memiliki luas yang mencapai 206 meter persegi, dengan lebar 10 meter dan kedalaman sekitar 23 meter. Sedangkan lebar pintu Gua bagian depan sekitar 4 meter, dan pada pintu bagian belakang 11,5 meter. Saat wisatawan masuk ke dalam Gua, hawa sejuk dengan semilir angin lembut akan terasa. Hal ini dikarenakan Gua yang cukup luas, sehingga tak lembab dan pengap seperti GuaGua kecil pada umumnya. Semakin memasuki ke dalam perut Gua, suasana lembab pun terasa dan wisatawan disarankan membawa alat penerangan karena kondisi Gua yang gelap.[6]

Sepanjang perut Gua, wisatawan akan banyak menemukan berbagai stalakmit dan stalaktit dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pada Gua ini juga ditemukan batu cavalier yang berguna untuk pembentukan stalaktit dan stalakmit. Pada dinding Gua, juga dapat dijumpai ceruk-ceruk yang terbentuk akibat dari rembesan air. Selain itu, ditemukan pula semacam grafiti yang menghiasi dinding. Lantai Gua Tiangko merupakan pasir putih dari bebatuan, sehingga tak licin dan wisatawan pun bisa merasa nyaman saat menyusuri Gua. Di dalam perut Gua, juga menjadi tempat tinggal bagi kelelawar dan burung walet. Banyak ditemukan, sarang-sarang walet di Gua ini yang menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama masyarakat setempat. Keunikan lain, Gua ini juga memiliki struktur bawah tanah yang unik dan rumit menyerupai sebuah labirin. Selain itu, konon juga terdapat sungai bawah tanah yang mengalir tepat di bawah Gua. Di dalam Gua juga terdapat beberapa ruangan yang memiliki ukuran dan luas berbeda. Salah satunya, diperkirakan merupakan tempat ibadah bagi manusia purba.

Selain menjadi tempat wisata, di Gua ini juga sering dilakukan penelitian mengenani peradaban purbakala. Pada sekitar tahun 1970, para peneliti menemukan barang-barang yang diperkirakan digunakan oleh manusia purba seperti tembikar, alat serpih dan juga batu-batuan obsidian. Tempat wisata ini cukup mendapatkan perhatian pemerintah, karena masuk dalam Cagar Alam Gua Ulu Tiangko. Meskipun begitu, fasilitas yang ditawarkan belum bisa dikatakan memadai. Di sekitar  Gua masih belum dibangun toilet, tempat parkir dan juga tempat ibadah. Selain itu, akses jalan menuju ke Gua pun cukup sulit, dan belum dibangun jalan baru yang lebih mudah dilalui untuk menuju ke Gua Tiangko, terdapat alternatif transportasi yang bisa digunakan.[7]

Desa Tiangko salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin Provinsi Jambi terdapat salah satu Gua yang dinamakan Gua Tiangko. Gua Tiangko berlokasi di Desa Tiangko, ditemukan sejumlah Gua yang menjadi kediaman manusia purba ribuan tahun yang lalu. Luasnya hanya 206 meter persegi dan lebar mulut bagian depan setinggi 4 meter serta mulut bagian belakang setinggi 11,5 meter.  Berdasarkan hasil penelitian Bennet Bronson dan Teguh Amat pada tahun 1974, di tempat ini ditemukan lapisan tembikar yang di bawahnya terdapat alat-alat obsidian. Penemuan itu pun lantas menyimpulkan bahwa Gua Tiangko menjadi pemukiman tertua di Jambi. Gua ini dindingnya berupa ceruk-ceruk bebatuan yang ditumbuhi lumut, langit-langitnya pun dipenuhi sarang burung walet dan kelelawar yang begelantungan.[8]

Pemerintah selaku pejabat yang berwenang memberikan perhatian lebih pada objek wisata yang berpotensial menghasilkan pendapatan dan mengarahkan sektor ini sebagai investasi yang menguntungkan ke depannya serta memberikan asumsi yang baik bagi para wisatawan dalam kemudahan prosedur untuk mengikat daya tarik. Namun tidak hanya pendapatan bagi pemasukan pemerintah tapi juga kesejahteraan untuk masyarakat di sekitar objek wisata. Penanganan objek wisata pada peningkatan sumberdaya manusia yang memadai secara konsisten, menyeluruh, terpadu dan sistematis oleh pemerintah kepada masyarakat perlu dilakukan karena keberhasilan upaya-upaya strategi pengembangan dan pengelolaan kegiatan pariwisata merupakan suatu tindakan, baik itu tindakan pemerintah, swasta maupun masyarakat sehingga terciptanya kerjasama yang baik dan harmonis dan mewujudkan sapta pesona.

Keberadaan sektor pariwisata dalam suatu wilayah dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Namun, pada dasarnya tergantung pada manajemen dan tata pengelolaan kepariwisataan yang diperankan oleh segenap pemangku kepentingan (stakeholders) baik dari unsur pemerintah, masyarakat yang ada pada wilayah tersebut. Pencapaian tujuan dan misi pembangunan kepariwisataan yang baik, berkelanjutan (sustainable tourism) dan berwawasan lingkungan hanya akan dapat terlaksana manakala dalam proses pencapaiannya dapat dilakukan melalui tata kelola kepariwisataan yang baik (good tourism governance).[9]

 

Organisasi pariwisata dunia, UNWTO, mendefinisikan pariwisata
sebagai aktivitas perjalanan dan tinggal seseorang di luar tempat tinggal
dan lingkungannya selama tidak lebih dari satu tahun berurutan untuk
berwisata, bisnis, atau tujuan lain dengan tidak untuk bekerja di tempat
yang dikunjunginya tersebut. Menurut Hunzieker dan Krapf dalam
Soekadijo, pariwisata dapat didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan
dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu
tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk
melakukan suatu pekerjaan yang penting yang memberikan keuntungan
yang bersifat permanen maupun sementara.[10]

Untuk semakin mewujudkan semangat otonomi daerah hingga pada level pemerintahan Desa dan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi dalam wilayah Desa dan mewujudkan kemandirian serta kesejahteraan bagi wilayah Desa maka pemerintah pada Tahun 2014 mengeluarkan kebijakan perundang-undangan baru yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa[11]. Munculnya undang-undang Desa tersebut semakin memberi keleluasaan kepada Desa untuk melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Desa.

Dari uraian diatas perlu disadari oleh pemerintah daerah terutama pemerintah Desa Tiagko yang berperan penting dalam mengembangkan Desa sehingga dapat mengangkat ekonomi Desa apabila setiap obyeknya dikelola dengan baik oleh pemerintah maupun pihak-pihak Di sekitar  obyek wisata tersebut sehingga banyaknya kunjungan wisatawan akan berpengaruh pada naiknya pendapatan Desa. Solusi-solusi yang dimaksud dalam hal ini adalah strategi terkait dengan pengembangan objek wisata Gua agar dapat lebih berdaya saing dalam menarik wisatawan. Strategi sebagai bentuk upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan melestarikan kawasan wisata dengan menggunakan dimensi-dimensi strategi yang menciptakan strategi yang sesuai dengan pengembangan kawasan obyek wisata Gua ini.

Hasil penelitian awal penulis atau Grand Tour Observation pada tanggal 12 Juli 2020 di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau, meskipun Desa Tiangko sangat berpotensi sebagai Desa wisata, namun berbagai kendala yang harus dihadapi pemerintah Desa Tiangko dalam pengembangan objek wisata Gua seperti infrastruktur yang kurang baik contohnya kondisi jalan menuju Gua yang butuh perjuangan dengan kondisi curam dan dan berbatu, terbatasnya fasilitas pendukung seperti tempat penginapan yang belum tersedia yang akan mengurangi nilai (value) yang didapatkan wisatawan menjadi hambatan pelaksanaan kegiatan pariwisata di Desa Tiangko.[12] Wisatawan masih enggan untuk mengunjungi ataupun berlama-lama berada di Desa ini karena segala sesuatu yang mungkin mereka butuhkan belum tersedia. Hal ini juga yang dapat memicu rendahnya angka wisatawan yang berkunjung ulang sebagai repeater tourist. Pada dasarnya pengembangan pariwisata di Desa Tiangko sangat penting untuk dilakukan. Pengembangan pariwisata di Desa Tiangko akan memberikan perubahan dan keberlangsungan baik jangka pendek maupun jangka panjang bagi masyarakat lokal dan pemerintah Merangin.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik menenliti lebih jauh mengenai permasalahan diatas dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul Pengelolaan Pariwisata Gua Tiangko Berbasis Swadaya Masyarakat : Studi di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin.”

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Potensi Parawisata di Desa Tiangko Kecaamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin?

2.     Bagaimana Pengelolaan Pariwisata Gua Tiangko Berbasis Swadaya Masyarakat di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan judul yang penulis angkat, maka bahasan yang menjadi tumpuan utama dari karya ilmiah ini agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam pembahasan, baik terhadap penulis maupun pembaca, maka dalam penulisan ini hanya memfokuskan kepada permasalahan terkait strategi pemerintah Desa dalam mengembangkan objek pariwisata di Desa Tiangko Kecamatan Desa Sungai Manau Kabupaten Merangin.

 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.    Tujuan Penelitian

Berdsarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

a)    Ingin mengetahui Potensi Parawisata di Desa Tiangko Kecaamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin.

b)   Ingin mengetahui Pengelolaan Pariwisata Gua Tiangko Berbasis Swadaya Masyarakat di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin

2.    Kegunaan Penelitian

       Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dan jugaberguna untuk semua kalangan, baik untuk Pemerintah ataupun masyarakat luas.

a)    Bagi Pemerintah Desa Sebagai bahan evaluasi Pemerintah Desa dalam melakukan pengelolaan wisata lokal yang ada di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin agar nantinya bisa menjadi lebih baik dan berkembang semakin pesat.

b)   Bagi wisatawan bisa sebagai referensi wisata lokal ataupun wisata Desa. Dan juga untuk mengetahui perkembangan wisata lokal yang ada.

c)    Bagi masyarakat Sebagai peluang berwirausaha dikawasan wisata yang ada di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin.

d)   Bagi Penulis merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata  (S1) pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

 

 

 

 

 

 

E. Kerangka Teori

1. Pengelolaan Objek Wisata

Dalam pengelolaan pariwisata ini, Undang-Undang Nomor 32 pasal 1 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bahwa upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.Pengembangan pariwisata yang berbasis pada masyarakat harus memperhatikan empat pertimbangan utama yaitu :

a. Aksesbilitas dengan isu pokok kenyamanan dan keadaan.

b. Pelestarian lingkungan isu pokok manfaat dan siklus bisnis.

c. Kemajuan ekonomi isu pokok manfaat dan siklus bisnis.

d. Pengelolaan yang berkesinambungan isu pokok tujuan dan metode.[13]

Didalam menghadapi isu pokok pertimbangan utama dalam pengembangan pariwisata perlu dipersiapkan sebagai respon strategis antara lain :

a. Jalur-jalur transportasi dan terminalnya.

b. Keramah tamahan pelayanan.

c. Penggarapan pelayanan.

d. Penonjolan penyajian warisan budaya lokal.

e. Siversifikasi dan pengendalian produk.

f. Investasi dan penyerapan tenaga kerja lokal.

g. Kesertaan masyarakat dalam segala kegiatan.

Berdasarkan peraturanpemerintahan nomor 67 tahun 1996, pengelolaan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam meliputi 5 hal yaitu :

1). Pembangunan sarana dan prasarana pelengkap beserta fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan.

2). Pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam termasuik sarana dan prasarana yang ada.

3). Penyediaan sarana dan fasilitas bagiu masyarakat dan sekitarnya untuk berperan serta dalam kegiatan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.

4). Penyelenggaraan persetujuan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah terhadap objek wisata dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.

5). Penyelenggaraan persetujuan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah terhadap objek dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.

 

2. Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Pariwisata

Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan ala, komunikasi dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal.

Menurut Dowling dan Fennel, pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut :

a. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal dan special lokal yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.

b. Preservasi, proteksi dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata.

c. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengatur pada khasanah budaya lokal.

d. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan lokal.

e. Memberikan dukungan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif tetapi sebaliknya mengendalikan atau menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas lingkungan alam atau ekseptabilitas sosial walaupun disisi lain mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.[14]

3. Peranan Pemerintah

Setiap manusia dalam kehidupannya masing-masing memiliki peran dan fungsi dalam menjalankan kehidupan. Dalam melaksanakan perannya, setiap manusia memiliki cara atau sikap yang berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosialnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010), menjelaskan pengertian peran sebagai berikut:

a. Peran adalah pemain yang diandaikan dalam sandiwara maka ia adalah pemain sandiwara atau pemain utama.

b. Peran adalah bagian yang dimainkan oleh seorang pemain dalam sandiwara, ia berusaha bermain dengan baik dalam semua peran yang diberikan.

c. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.

Peran merupakan aspek yang dinanis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran. [15]

Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994) yakni sebagai berikut :

1) Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen

2) Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status

3) Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata

4) Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya

5) Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat

Dari sudut pandang yang lain, peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang atas sekelompok orang dalam suatu peristiwa (Poerwadarminta, 1995). Dari berbagai pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian peranan dalam hal ini peran pemerintah dalam melaksanakan fungsi dan tujuannya dalam pelayanan, pembangunan, pemberdayaan, dan pengaturan masyarakat. Dapat dijelaskan bahwa peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan apabila seseorang melaksanakan hak-hak serta kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia telah melakukan sebuah peranan.

4. Tugas dan Fungsi Pemerintah

Pemerintah merupakan suatu gejala yang berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat yaitu hubungan antara manusia dengan setiap kelompok termasuk dalam keluarga. Masyarakat sebagai suatu gabungan dari sistem sosial, akan senantiasa menyangkut dengan unsur-unsur pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti keselamatan, istirahat, pakaian dan makanan. Dalam memenuhi kebutuhan dasar itu, manusia perlu bekerja sama dan berkelompok dengan orang lain; dan bagi kebutuhan sekunder maka diperlukan bahasa untuk berkomunikasi menurut makna yang disepakati bersama, dan institusi sosial yang berlaku sebagai kontrol dalam aktivitas dan mengembangkan masyarakat.

Kebutuhan sekunder tersebut adalah kebutuhan untuk bekerjasama, menyelesaikan konflik, dan interaksi antar sesama warga masyarakat. Dengan timbulnya kebutuhan dasar dan sekunder tersebut maka terbentuk pula institusi sosial yang dapat memberi pedoman melakukan kontrol dan mempersatukan (integrasi) anggota masyarakat.[16] Untuk membentuk institusi-institusi tersebut, masyarakat membuat kesepakatan atau perjanjian diantara mereka, yang menurut Rosseau adalah konflik kontrak sosial (social contract). Adanya kontrak social tersebut selanjutnya melahirkan kekuasan dan institusi pemerintahan. 29[17]

5. Problem Pengolaal Pariwisata

Dengan berkembangnya kepariwisataan Indonesia, maka potensi pariwisata yang terdapat di daerah-derah yang memiliki potensi pariwista yang baik, dapat dijadikan andalan atau penyumbang paling tinggi untuk peningkatan perekonoman masyarakat suatu daerah, hal ini sesuai dengan GBHN 1993, antara lain

a. Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi termasuk kegiatan sektor lain yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat daerah kecamatan dan negara serta penerima devisa meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan potensi kepariwisataan nasional.

b. Dalam pembagunan kepariwisataan harus dijaga tetap terpeliharanya kepribadian serta kelestaraian fungsi dan mutu lingkungan hidup. Kepariwisataan perlu ditata secara menyeluruh dan terpadu dengan melibatkan sektor yang terkait dalam suatu keutuhan usaha kepariwisataan yang saling menunjang dan saling menguntungkan baik yang berskala kecil, menengah maupun besar. Pengembangan pariwisata nusantara dilakukan sejalan dengan upaya memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional, terutama dalam bentuk penggalakkan pariwisata remaja dan pemuda dengan lebih meningkatkan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kepariwisataan.

c. Upaya pengembangan objek dan daya tarik wisata serta kegiatan promosi dan pemasarannya, baik didalam maupun diluar negeri terus ditingkatkan secara terencana, terarah, terpadu dan efektif maka antara lain dengan memanfaatkan secara optimal kerja sama kepariwisataan regional dan global guna meningkatkan hubungan antara bangsa.

  Adapun dalam pengembangan pemerintah daerah melakukan promosi yaitu dengan cara melalui media massa seperti internet, majalah, televisi, radio, maupun surat kabar. Agar pariwisata yang ada di kecamatan 29 Kuok mempunyai kekuatan yang sinergik karena keterkaitan yang erat sekali dengan sektor lainnya.Dan menjadi tumpuan pariwisata sebagai kekuatan daya saing negara sumber daya yang terolah.

6. Hambatan Dalam Mengembangkan Objek Wisata 

Menurut Oka A. Yoeti (1997:172) jika suatu obyek tidak di dukung aksesibilitas yang memadai maka obyek kepariwisataan banyak tergantung pada tranportasi dan komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Yang membuat suatu kawasan lebih banyak di kunjungi adalah sarana akses seperti infrastruktur jalan, obyek dekat dengan bandara dan ada transportasi untuk menuju objek wisata.

7. Objek dan Jenis-jenis Wisata

Objek wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan
wisatawan karena mempunyai sumberdaya baik alamiah maupun buatan
manusia, seperti keindahan alam atau pegunungan, pantai flora dan
fauna, kebun binatang, bangunan kuno bersejarah, monumen-monumen,
candi-candi, tari-tarian, atraksi dan kebudayaan khas lainnya.[18] Menurut Fandeli, objek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.[19]

Undang-Undang Repulik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan Pasal 1 ayat 5 mengatakan bahwa : “Daya tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan”.[20]

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa objek wisata yaitu suatu
tempat yang menjadi kunjungan wisatawan karena mempunyai
sumberdaya dimana sumberdaya yang dimaksud adalah perwujudan
daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa
dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk
dikunjungi wisatawan sehingga terjadi interkasi antara sesama manusia.

8. Pengembangan Destinasi Wisata

Pengembangan destinasi wisata merupakan salah satu cara untuk menjadikan lingkungan lebih maju, baik, dan berguna bagi semua kalangan. Suwantoro (2009: 74) berpendapat beberapa bentuk produk pariwisata yang berpotensi untuk dikembangkan adalah pariwisata budaya (cultural tourism), ekowisata (ecotourism), pariwisata bahari (marine tourism), pariwisata petualangan  (adventure tourism), pariwisata agro (agro tourism), pariwisata
peDesaan (village tourism), gastronomy (culinary tourism), dan pariwisata spiritual (spiritual tourism). [21]

Sementara dalam Permendagri No. 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah pada Pasal 2 menjelaskan jenis ekowisata di daerah adalah ekowisata bahari, ekowisata hutan, ekowisata pegunungan, dan/atau ekowisata karst. Adapun pelaku ekowisata adalah pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat yang bergerak di bidang wisata (Permendagri No. 33 Tahun 2009, Pasal 1 Ayat 6).

Pola seperti ini dapat juga dikembangkan oleh beberapa Desa di Indonesia yang memiliki daya tarik untuk memaksimalkan peran pemberdayaan masyarakat. Widjaja (2011) menjelaskan Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa.  Ini berdasar keanekaragaman, partisipasi, otonomi, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat. Maka, masyarakat di Desa sudah seharusnya dilibatkan dan berpartisipasi dalam pembangunan. Karena ini bisa menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pengembangan Desa, terlebih yang akan menjadikan Desa sebagai destinasi wisata. Aturan hukum yang berlaku di Desa ketika mengembangkan kepariwisataan adalah tanpa mengesampingkan tradisi dan adat
masyarakat lokal. Sebab, melalui kebudayaan yang dilestarikan, masyarakat mampu membangkitkan rasa cinta lingkungan sehingga tetap terjamin keaslian. Belum tentu di Desa lain menemukan keunikan sebagaimana dimiliki
Desa tersebut. Artinya, hukum dapat diambil secara tegas dalam rangka melahirkan sebuah kebijakan yang melindungi kebudayaan bangsa. Inilah dasar dari ekowisata, termasuk juga untuk melestarikan kekayaan alam.[22]

Seperti halnya destinasi wisata, konsep ekowisata juga memiliki beragam model. Antara lain peDesaan, agro, pegunungan, pantai, kuliner, dan lain-lain. Wisata peDesaan ini juga populer dengan istilah Desa wisata, namun
kekayaan potensi yang dimiliki hasil integrasi alam dengan tradisi yang menyatu. Sehingga melalui konsep Desa wisata ini wisatawan akan tinggal dan membaur di dalam atau dekat dengan suasana tradisional. Sementara wisata
agro memperkuat jatidiri Desa yaitu dengan mengangkat hasil-hasil pertanian untuk dinikmati oleh wisatawan. Begitu pula dengan pegunungan dan pantai karena sudah menjual keindahan alam. Terkait kuliner, diakui Indonesia
yang kaya akan rempah-rempah dengan segala manfaat dapat dimaksimalkan untuk masyarakat lokal.

Dalam Buku Pedoman Kelompok Sadar Wisata yang dikeluarkan oleh Kementerian Pariwisata pada 2012 dijelaskan detail mengenai mekanisme Pokdarwis tersebut. Kegiatan pembangunan kepariwisataan, sebagaimana
halnya pembangunan di sektor lainnya pada hakekatnya melibatkan peran dari seluruh stakeholder yang ada dan terkait yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Karena masing-masing stakeholder tidak dapat berdiri sendiri,
maka harus saling bersinergi dan melangkah bersama-sama untuk mencapai dan mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan yang disepakati. Pemerintah sesuai dengan tugas dan kewenangan menjalankan peran dan fungsinya sebagai fasilitator dam pembuat peraturan (regulator) dalam kegiatan pembangunan kepariwisataan.[23]

9. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Badan Keswadayaan Masyarakat merupakan singkatan dari BKM. Badan Keswadayaan Masyarakat ini juga sering disebut dengan LKM yaitu lembaga keswadayaan masyarakat. Pada hakikatnya BKM/LKM itu adalah organisasi yang sama. BKM/LKM adalah kepemimpinan kolektif dari organisasi masyarakat warga suatu kelurahan yang anggota-anggotanya dipilih bedasarkan kriteria kemanusiaan, sehingga berperan secara penuh sebagai pemimpin masyarakat warga[24] Kolektifitas kepemimpinan dalam BKM itu sangat penting karena dalam rangka memperkuat kemampuan individu untuk dapat menghasilkan dan mengambil keputusan yang lebih adil dan bijaksana oleh sebab terjadinya proses saling asuh, saling asah, dan saling asih antar anggota yang pada akhirnya akan menjamin terjadinya demokrasi, tanggung gugat, dan transparasi. Kepemimpinan kolektif juga merupakan desinsentif bagi para pemimpin yang justru ingin mendapatkan kekuatan absolut di satu tangan yang pada gilirannya yang akan melahirkan tirani dan anarki yang mementingkan diri sendiri dan ketidakadilan.[25]

 

 

 

10. Lembaga Swadaya Masyarakat

Riker (dalam Gaffar, 2006:200) mengungkapkan bahwa LSM atau yang umum dikenal dengan Organisasi non-Pemerintah (Non Government Organization) adalah organisasi yang berasal dari masyarakat dan bersifat mandiri. NGO/LSM merupakan organisasi yang tidak memiliki ketergantungan terhadap negara atau pemerintah, khususnya dalam segi dukungan finansial atau keuangan serta sarana dan prasarana. NGO/LSM juga mendapat dukungan dana dari lembaga-lembaga internasional. Meskipun begitu, NGO/LSM tidak sama sekali terlepas dari pemerintah, karena tidak jarang pemerintah memberikan fasilitas penopang, misalnya dengan adanya pembebasan pajak untuk aktivitas dan aset yang dimiliki oleh NGO. Riker (dalam Gaffar, 2006:202) juga mengungkapkan bahwa kehadiran NGO/LSM memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah tatanan masyarakat. Hal itu terjadi karena dalam kenyataannya kapasitas atau pemerintah masih belum maksimal. Kebutuhan masyarakat tidak sepenuhnya dapat dikabulkan oleh pemerintah.

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGO LSM atau NGO memiliki peran dalam proses pembangunan sebuah negara. Noeleen Heyzer (dalam Gaffar, 2006:203) mengidentifikasi 3 (tiga) jenis peran yang dapat dimainkan oleh berbagai NGO, yaitu:

1) Meningkatkan pengaruh politik secara meluas, melalui jaringan kerja sama, dalam suatu negara ataupun dengan lembaga-lembaga internasional lainnya,

2) Ikut mengambil bagian dalam menentukan arah dan agenda pembangunan.

3) Mendukung dan memberdayakan masyarakat pada tingkat “grassroots”, yang sangat esensial, dalam rangka menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.

F. Tinjaun Pustaka

            Untuk mengadakan penelitian, tidak terlepas dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil dari penelitian yang sedang dilakukan. Selain itu, juga bertujuan untuk membandingkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Berikut ringkasan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian.

1.      Aruwa, (2018), skripsi yang berjudul Peningkatan Potensi Ekonomi Masyarakat Melalui Marketing Mix pada Geopark Sebagai Media Community Based Tourism Di Desa Guguk Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekonomi yang ada di kawasan hutan adat geopark merangin, faktor pendukung dan penghambat dari potensi, serta peran pemerintah. Metode yang digunaknan dalam penelitian ini yaitu Kualitatif Deskriptif dengan mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah ada 4 potensi ekonomi yang dikembangkan yaitu potensi ekonomi wisata, kerajinan tangan, makan olahan, dan sumber daya alam. Sedangkan faktor pendukungnya adalah marketing mix 4P yaitu produck, price, place, dan promotion. Sedangkan faktor penghambatnya adalah modal, infrastruktur dan pemanfaatan teknologi dan kurangny kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki. Peran pemerintah adalah  memberi pelatihan, sebagai pengawas, pemberi bantuan seperti penanaman bibit. Hasil penelitian diketahui di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat Desa guguk geopark merangin mempunyai potensi dan masalah. Banyaknya minat dan bakat masyarakat serta tersedianya sumber daya alam menjadi potensi sedangkan masalahnya masih adanya faktor penghambat yang membuat susahnya untuk mempromosikannya karena masih ada sarana- prasarana lain yang masih belum dibangun.

2.      Ismi Atikah Jamalina, (2014), Strategi Pengembangan Ekowisata Melalui Konsep Community Based Tourism (CBT) dan Manfaat Sosial dan Ekonomi Bagi Masyarakat Di Desa Wisata Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul. Metode penelitian Analisis Deskriptif Dan Fishbone Analysis. Hasi penelitian di ketahui bahwa tingkat ketercapaian seluruh indikator dapat dikatakan bahwa penerapan konsep community based tourism telah berhasil dikembangkan pada Desa Wisata Nglanggeran Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul.

3.      Tunjung Wuland, (2002), Identifikasi potensi dan masalah Desa Wonosoco Upaya mengembangkan Sebagai Desa Wisat di Kabupaten Kudus. Metode penelitian Kualitatif deskriptif. Hasil penelitin diketahui bahwa di dalam pengembangan Desa wonosoco terdapat potensi dan masalah. Tingginya pasar wisata Di sekitar  Desa wisata Wonosoco ini menjadi potensi dalam mengembangannya sedangakn rendahnya produk merupakan permasalahannya.dari produk wisata disebabkan masih adanya sarana penting yyang masih belum terbangun, kondisi eksisbilitas yang masih kurang serta belum adanya kelembagaan atau biro yang menangani Desa ini.

 

Dari penelitian diatas, perbedaan penelitian ini berfokus pada strategi pemerintah Desa dengan mengembangkan objek pariwisata di Desa Tiangko (Studi Kecamatan Kecamatan Sungai Manau), serta peran pemerintanya dan lokasi penelitian berbeda, penelitian ini berlokasi di Desa Tiagko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin.

Adapun pesamaan dalam penelitian ini dengan peneitian di atas, dimana sama-sama meneliti peran pemerintahan daerah dalam membaungun objek parawisata. Sedangkan perbedaannya adalah dimana penulis lebih mempokuskan pada objek parawisata Gua yang ada di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau, sedangkan pada peneliti di atas ada yang mempokus pada potensi ekonomi masyarakat melalui Marketing Mix pada Geopark dan ada pula mempokuskan pada strategi pengelolaan Desa dan pengembangan ekowisata melalui konsep Community Based Tourism (CBT).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

 

A.   Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin. Lokasi ini dipilih karena pada Desa tersebut memiliki permasalah pada bidang Pengelolaan Pariwisata Gua Tiangko Berbasis Swadaya Masyarakat di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin. Adapun waktu penelitian ini dimulai sejak disahkanya penelitian yaitu pada bulan Juni 2020.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pentingnya jenis data karena diperolehnya temuan dilapangan mengenai kaitan masalah yang diangkat dalam judul ini. Pendekatan ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data yang berdasarkan pada instrumen pengumpulan data.

Penelitian ini bersifat deskriptif, metode ini adalah penelitian yang bermaksud memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainya.[26] Ciri-ciri metode deskriptif adalah memusatkan diri pada masa sekarang dan masalah-masalah yang aktual, dan kemudian data yang dikumpulkan disusun, dijelaskan dan dianalisis.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara Kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Kualitatif yaitu merupakan penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan kenyataan sosial dengan menggunakan data-data. Metode Kualitatif adalah metode yang berdasarkan pada filsafat postposivisme, sedangkan untuk penelitian pada objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara trianggulasi (gabungan). Analisis data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.[27]

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a). Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber asli, atau sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.[28] Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang
diteliti atau ada hubungannya dengan objek yang diteliti. Data tersebut bisa diperoleh langsung dari personal yang diteliti dan dapat pula berasal dari lapangan.[29] Dalam hal ini, data primer bersumber dari data lapangan yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari pemerintah Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin.

Adapun yang dijadikan data primer adalah data yang sifatnya berkaitan dengan obyek penelitian. Sumber data adalah kepala Desa, Kepala Dusun, Dinas Parawisata Kabupaten Merangin serta tokoh masyarakat dan pemuda-pemudi Desa Tiangko.

b). Data skunder

Yaitu data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh
instansi di luar dari peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu
sesungguhnya adalah data asli.[30] Data skunder adalah  data pelengkap yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Sumber data yang didapat dari referensi-referensi buku, internet, dan hasil penelitian yang telah disusun menjadi dokumen. Sumber data dalam  penelitian ini adalah sumber subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data dalam kualitatif ini  adalah orang atau narasumber.

Dalam hal ini, data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari literatur-literatur dan berbagai macam sumber lainnya seperti: komponen-komponen pengembangan, konsep pariwisata, pokok-pokok pariwisata dalam islam, jurnal, internet, serta sumber-sumber lain yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian ini.

2. Sumber Data

     Di dalam penelitian kualitatif tidak di kenal populasi, Sampel akan berkembang dan bergerak mengikuti karakteristik elemen-elemen yang ditemukan di lapangan sehingga tidak dapat dipastikan sebelumnya[31], dan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah;

 

1.      Pemerintah (Kepala Desa)

2.      Dinas Parawisata

3.      Kepala Dusun

4.      Tokoh Masyarakat

5.      Pemuda-pemudi Desa Tiangko

“Konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan bagaimana memilih informan atau situasi sosial tertentu yang dapat memberikan informasi yang mantap dan terpercaya mengenai elemen-elemen yang ada karakteristik elemen-elemen yang tercakup dalam fokus/topik penelitian Informan awal dipilih dari informan yang bisa berfungsi sebagai Key Information (informasi kunci)[32]. Sedangkan kepala Desa adalah sebagai informasi kunci sedangkan yang lain adalah sebagai informan tambahan.

Kegiatan penggalian informasi akan bergulir dari sampel awal ke sampel lanjutan sehingga data dapat diperoleh mencapai titik jenuh yakni terdapat indikasi tidak munculnya variasai atau informasi baru mengenai fokus penelitian. Teknik pengambilan sampel tersebut secara beranting yang disebut dengan Snowball Sampling, yaitu suatu proses penyebarannya bagaikan bola salju.[33]

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut :

1.    Observasi

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantaranya yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.[34]
Dalam hal ini, penulis akan melakukan pengamatan di lapangan untuk memperoleh data yang objektif dan akurat sebagai bukti atau faktapenelitian yang sangat kuat. Pengamatan langsung ini dilakukan terhadap keadaan dan proses kegiatan yang relevan denganpermasalahan penelitian. Pengamatan dan pencatatan peristiwa terhadap objek di lokasi penelitian dilakukan tanpa harus
berkomunikasi dengan narasumber. Dengan ini peneliti mengobservasi diatranya;

a). Potensi Parawisata di Desa Tiangko Kecaamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin?

b). Pengelolaan Pariwisata Gua Tiangko Berbasis Swadaya Masyarakat di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin?

2.      Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil tertatap muka antara sipenanya atau pewawancara dengan si penjawab atau respondendengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide panduanwawancara).[35] Dalam pengumpulan data dengan wawancara tersebut, informasi yang didapatkan lebih jelas dan mendalam dalam penelitian. Wawancara disini dilakukan dengan Kepala Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin, Dinas Parawisata Kabupaten Merangin Kepala Dusun, Tokoh Masyarakat serta Pemuda-Pemudi Desa Tiangko mengenai objek wisata.

Wawancara ini dilakukan untuk proses tanya jawab dalam sebuah penelitian yang berlangsung secara lisan kepada pihak yang terlibat dalam penelitian. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk mengetahui apa apa saja yang dilakukan oleh pemerintah Desa dalam mengenalkan parawisata yang ada di Desa sungai Manau.

3.      Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlaku, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.[36] Pengumpulan data mengenai obyek penelitian, yang dilakukan secara tidak langsung tetapi memalui data yang diperoleh dari Kepala Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manai Kabupaten Merangin diantaranya adalah;

            a). Historis dan  Geografis Desa Tiangko

c). Objek Wisata Gua Tiangko

            d). Struktur Pemerintahan Desa Tiangko

            c). Fasilitas Gua Tiangko

            f). Kependudukan Desa Tiangko

Metode ini digunakan untuk pengumpulan data yang telah tersedia dalam bentuk dokumen tertulis yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan seperti naskah, catatan dan sebagainya yang berhubungan dengan penelitian.

E. Tehnik Analisis data

Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif yang dilakukan untuk mengidentifikasi strategi pemerintah Desa dengan mengembangkan objek pariwisata di Desa Tiangko Kecamatan Desa Sungai Manau Kabupaten Merangin.  Penelitian deskriptif adalah penelitian yang didasarkan data deskriptif dari status, keadaan, sikap, hubungan atau sistem pemikiran suatu masalah yang menjadi objek penelitian.

          Setelah mendapatkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka langkah selanjutnya adalaah mengolah data yang terkumpul dengan menganalisis data, mendeskripsikan data, serta mengambil kesimpulan. Untuk menganalisis data yang telah di dapatkan oleh peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif, karena data–data yang diperoleh merupakan kumpulan keterangan–keterangan. Proses analisis data dimulai dengan menyiapkan seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.[37]

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, setelah selesai pengumpulan data. Pada saat wawancara, peneliti sudah elakukan analisis terhadap jawaban dari informasi. Jika jawaban dari wawancara tidak memuaskan maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai dengan tahap tertentu sehingga data yang didapatkan memuaskan.

Dalam proses analisis data, ada beberapa langkah pokok yang harus dilakukan, yaitu :

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.[38]

Data yang diperoleh merupakan data terkait pengembangan pariwisata dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), kemudian disederhankan dan disajikan dengan memilih data yang relevan, kemudian menitik beratkan pada data yang paling relevan, selanjutnya mengarahkan data pada pemecahan masalah dan memilih data yang dapat menjawab permasalahan penelitian

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, pie chard, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami. Selain itu juga, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.[39]

3. Penarikan Kesimpulan dan Verivikasi

Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang kredibel, karena seperti telah dikemukkan bahwa rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.[40]

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahaan Data

Dalam buku Penelitian Kualitatif menjelaskan bahwa uji keabsahan data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Dalam penelitian kualitatif, uji keabsahan sebuah data menggunakan uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif. Untuk Uji kredibilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan terhadap data yang diteliti. Menurut Patton dalam Moleong Trianggulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat trianggulasi sumber, pengumpulan data, dan waktu.

Tringulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif  Patton berpendapat dalam Moleong. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:[41]

1).  Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2).  Membandingkan apa yang di katakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

3). Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

5). Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

 

Hal tersebut untuk menjelaskan hasil data yang yang diperolehdari informasi peneliti,sehingga akan diperoleh hasil penelitian yang lebih valid kemudian dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan terkaid dengan strategi pemerintah Desa dengan mengembangkan objek pariwisata di Desa Tiangko (Studi Kecamatan Desa Sungai Manau).”

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan pemahaman secara berurutan, pembahasan dalam penulisan skripsi mempunyai sistematika sebagai berikut: 

Pembahasan diawali dengan Bab I, Pendahuluan. Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis skripsi. Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori dan tinjauan pustaka.

Kemudian pada Bab II, membahas tentang metode penelitian dalam pembutan skripsi dengan sub-sub tempat dan waktu penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan data, analisis data sistematika penulisan dan jadwal penelitian. Untuk mempermudah penulis dalam menggunakan waktu dengan tepat maka dibuat jadwal penelitian dalam sub-sub ini agar penelitian dalam penlisan ini selesai teepat pada waktunya.

Dalam Bab III berisi tentang gambaran umum Pemerintah Desa Sungai Manau dan Gambaran Goa Tiangko.

Selanjutnya dalam Bab IV berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian. Pembahasan ini diakhiri dengan Bab V yaitu bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran dan curriculum vitae. Kesimpulan ditarik dari pembuktian dan dari uraian yang telah ditulis terdahulu dan berkaitan erat dengan pokok masalah. Kesimpulan bukan resume dari apa yang ditulis dahulu kesimpulan adalah jawaban masalah dari data yang telah diperoleh.

 

 

 

 

 

BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

 

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah Gua Tiangko

            Goa Tiangko ini terdapat di Desa Tiangko yang memiliki luas 206 m2 serta lebar mulut depan 4 m dan bagian belakang mencapai 11,5 m. Lantai goa terdiri dari pasir putih berbatu-batu dengan langit-langit dihiasi sarang burung walet dan kelelawar yang bergantungan. keindahan dalam goa ini adalah karena adanya hiasan yang terdiri dari susunan batu kapiler yang berbentuk stalaktit dan stalakmit dengan hiasan ornamen alam yang mengagumkan. Dinding goa yang terasa sejuk, nyaman di tamabah lagi dengan aroma khas karena di dalam goa ini jauh dari polusi. Disebelah barat goa Tiangko yang sudah dikenal luas, selain itu juga terdapat gugusan goa yang lebih besar yaitu goa Sengayau, goa sangayau ini terbentuk dari susunan batu kapur yang mempunyai stalagmite dan stalagtit dengan ornamen alam yang mengagumkan. Gua Tiangko termasuk Cagar Budaya, yang dilindungi dengan UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Gua ini dinamakan Tiangko karena terletak di Desa Tiangko.[42]

Seperti diketahui stalagtit adalah mineral sekunder yang menggantung di langit-langit Gua kapur sedangkan stalagmit adalah batuan yang terbentuk di lantai Gua dari hasil tetesan air di langit-langit Gua. Dinding-dinding Gua bisa dilihat semacam grafiti. Yang menarik Gua ini dari Gua-Gua lainnya adalah adanya sejarah  tentang kehidupan di zaman purbakala.

Berdasarkan penelitian oleh Bennet Bronson dan Teguh Asmar pada tahun 1974, Gua Tiangko adalah pemukiman tertua di Jambi. Disini ditemui artefak berupa alat serpih di bawah stratum yang mengandung pecahan gerabah dengan penanggalan diperkirakan antara 10250- 140 BP (BP atau Before Present adalah skala waktu dalam ilmu geologi yang menunjukan kapan suatu peristiwa terjadi di masa lalu).[43] Kemudian berdasarkan Laporan Sigit Eko Prasetyo, Survey Arkeologis Potensi Gua di Jambi tahun 2014, Gua Tiangko termasuk berpotensi hunian tua pada masa prasejarah. Dalam laporan Sigit Eko Prasetyo dari 17 Gua yang terdata, terdapat 6 Gua yang berpotensi  hunian yaitu Gua Tiangko Panjang, Gua Ulu Tiangko, Gua Reben, Gua Dalam, Gua Muara Panco 1 dan Ceruk Muara Panco 1. Terdapat bukti artefak seperti alat serpih, gerabah dan artefak tulang. Gua yang merekam jejak zaman prasejarah ini memiliki struktur bawah tanah yang unik dan rumit menyerupai sebuah labirin.

2. Letak Gua Tiangko

Gua Tiangko terletak di Desa Tiangko, Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Dari Pasar Sungai Manau menuju Desa Tiangko lebih kurang 3 Km dengan akses jalan pengerasan. Setelah tiba di Desa Tiangko dan sampai di lokasi dekat Gua, kalau dengan motor bisa langsung ke  Gua Tiangko dan jika menggunakan mobil, cukup 10 menit berjalan kaki ke lokasi.

Akses untuk mencapai lokasi kegiatan di Kawasan CA. Gua Tiangko dapat ditempuh dengan menggunakan bus umum dari Bangko menuju Sungai Manau dengan jarak tempuh ± 48 Km. Dari kota Kecamatan Sungai Manau perjalanan dapat dilanjutkan menuju Desa Tiangko menggunakan kendaraan bermotor dengan waktu tempuh ± 15 menit, yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki dari Desa Tiangko menuju lokasi yaitu Kawasan CA. Gua Ulu Tiangko. Jalan dari Sungai Manau menuju Desa Tiangko masih berupa jalan tanah dengan pengerasan batu koral yang memiliki kondisi kurang baik, apalagi ketika musim hujan tiba.

Kawasan Cagar Alam Gua Ulu Tiangko, berdasarkan Peta Kawasan Konservasi Dinas Kehutanan Merangin, seluas 3,25 Ha. Secara geografis terletak antara 101o 58’ 51” BT s/d 101o 59’ 04” BT dan 02o 05’ 20” s/d 02o 05’ 30” LS.

Gua Tiangko dalam pencarian di Google Map.[44]

 

 

                                                                                          

 

 

 

 

 

 

Cagar alam Gua Ulu Tiangko berbatasan langsung dengan sawah milik warga setempat. Batas utara, barat, selatan hingga batas timur Cagar Alam Gua Ulu Tiangko ialah persawahan warga. Batas-batas kawasan cagar alam hanya berupa patok kayu yang baru dibuat dalam 3 tahun terakhir, yaitu sebelum tahun 2006. Pintu masuk menuju cagar alam ini hanya ada satu, yakni di sebelah timur yang juga merupakan sawah. Secara ekologi, Cagar Alam Gua Ulu Tiangko merupakan habitat walet dan kelelawar dan memiliki peranan penting baik bagi masyarakat sekitar maupun makhluk hidup lain yang terdapat di dalamnya.

3. Fasilitas Goa Tiangko

Tempat wisata ini cukup mendapatkan perhatian pemerintah, karena masuk dalam Cagar Alam Goa Ulu Tiangko. Meskipun begitu, fasilitas yang ditawarkan belum bisa dikatakan memadai. Disekitar goa masih belum dibangun toilet, tempat parkir dan juga tempat ibadah. Selain itu, akses jalan menuju ke goa pun cukup sulit, dan belum dibangun jalan baru yang lebih mudah dilalui.

Untuk menuju ke Goa Tiangko, terdapat alternatif transportasi yang bisa digunakan. Angkutan umum juga telah tersedia, dan siap mengantarkan wisatawan hingga ke Desa Tiangko. Terdapat pula jasa pemandu yang bisa digunakan wisatawan agar tidak tersesat selama perjalanan menuju goa ataupun saat menyusuri goa.

Disekitar goa masih belum ada penginapan atau homestay, jadi bagi pengunjung luar kota yang hendak menginap maka harus menuju ke Kota Bangko. Berwisata di Goa Tiangko selain menawarkan sensasi berpetualang, wisatawan juga bisa mendapatkan pengetahuan tentang peradaban purbakala. Inilah beberapa kegiatan seru yang bisa kamu lakukan saat berpetualang di goa.

Goa Tiangko akan memberikan sebuah pengalaman susur goa yang seru dan menyenangkan. Goa ini juga cocok untuk dikunjungi jika kamu hobi berpetualang. Kamu bisa menikmati stalakmit dan stalaktit di goa, selain itu hawa sejuk serta semilir angin pun akan membuat kamu betah berlama-lama berada di goa.

Kawanan kelelawar dan juga walet, akan menjadi teman setia saat kamu berada di dalam goa. Sesekali, air yang jatuh dari atap goa akan memecah keheningan suasana. Di goa ini, kamu juga bisa melihat aneka grafiti yang menghiasi dinding. Grafiti-grafiti ini dipercaya dibuat oleh manusia purba yang dulu pernah menjadi goa sebagai tempat tinggal.

 

B. Gambaran Umum Desa Tiangko

1. Wilayah Desa Tiangko

            Desa Tiangko merupakan salah satu Desa yang berada di kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin Jambi. Setelah Kecamatan Sungai Manau dimekarkan menjadi 3 kecamatan yaitu kecamatan Sungai Manau kecamatan Renah Pembaran dan kecamatan Pangkalan Jambu, maka Desa-Desa yang masih tergabung dalam wilayah administratif kecamatan Sungai Manau ini adalah:

1)        Desa Bukit Batu

2)        Desa Sungai Nilau

3)        Desa Sungai Manau

4)        Desa Sungai Pinang

5)        Desa Palipan

6)        Desa Seringat

7)        Desa Gelanggang

8)        Desa Tiangko

9)        Desa Durian Lecah

10)    Desa Benteng

Sentra perekonomian masyarakat yang berada  di kecamatan Sungai Manau lebih banyak terpusat di Pasar Sungai Manau yang mana Hari Balai (pasar mingGuan) hanya diadakan pada hari Kamis. Pusat perkantoran terletak di Desa Benteng yang terletak sekitar 1 km dari Pasar Sungai Manau.

2. Kependudukan Desa Tiangko

Pada tahun 2019, penduduk Desa Tiangko  berjumlah 1.287 jiwa dengan sex ratio 102, yang berarti jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki. Desa Tiangko dibagi lima wilayah atau dusun yaitu[45] :

• Dusun Senggering

• Dusun Tiangko Tengah

• Dusun Baru Tiangko

• Dusun Tiangko Panjang

• Dusun Payo Malingka

 

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk, dan Luas Wilayah,  Desa Tiangko Kec. Sungai Manau Kab. MeranginTahun 2019-2020[46]

 

Desa Tiangko

Jumlah Penduduk

Luas Wilayah

Dusun Senggering

239

2,05

Dusun Tiangko Tengah

227

1,76

Dusun Baru Tiangko

192

1,12

Dusun Tiangko Panjang

352

2,03

Dusun Payo Malingka

277

1,17

Jumlah

1287

8,13

 

Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin Jambi memiliki luas 8,13 KM yang berbatasan lansung dengan Desa-dasa tetangga yaitu Desa Gelanggang, Desa Seringat dan Sungai Manau.

3. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Tiangko

            Struktur Organisasi Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu oleh Perangkat Desa. Perangkat Desa terdiri atas : 1. Sekretariat Desa; 2. Pelaksana Kewilayahan; dan 3. Pelaksana Teknis. Berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Desa. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

Begitu juga dalam kegiatan Pemerintahan Desa Tiangko dipimpim oleh seorang Kepala Desa,  disamping itu dalam kehidupan sosial masyarakat, kepala Desa juga dibantu oleh beberapa kepala dusun dan Kasi Pemerintahan serta sekelompok kaum adat dalam Desa Tiangko.

 

 

 

 

 

 

 

 

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Tiangko

Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin Jambi Periode 2019-2024[47]

Kepala Desa

 

 

M. Rozali

 

Kadus Senggering

Zulkarnain

Kadus Tiangko Tengah

Matnuddin

Kadus Baru Tiangko Jumadi

Kadus Payo Malingka

Junadi

KadusTiangko Panjang Faisal

Pegawai Syara’

 H. Amin

PKK

 Heriyanti Rozali

Karag Taruna

 Buyung

Sekretaris Desa

 

 

Pilman

 

KASI Pemerintahan

 

 

Arman Juli

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Potensi Parawisata di Desa Tiangko Kecaamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin

Kabupaten Merangin khususnya Kecamatan Sungai Manau memiliki potensi wisata yang cukup potensial dan beragam, mulai dari kekayaan alam berupa Goa, goa, bukit dan pegunungan, tempat bersejarah serta desa wisata budaya maupun wisata religi.

Kabupaten Merangin juga memiliki wisata alam yang sangat unik berupa Goa Tiangko yang terdapat di Desa Tiangko kecamatan Sungai Manau dengan luas 206 m2 serta lebar mulut depan 4 m dan bagian belakang mencapai 11,5 m. Lantai goa terdiri dari pasir putih berbatu-batu dengan langit-langit dihiasi sarang burung walet dan kelelawar yang bergantungan, keindahan dalam goa ini adalah karena adanya hiasan yang terdiri dari susunan batu kapiler yang berbentuk stalaktit dan stalakmit dengan hiasan ornamen alam yang mengagumkan[48]

Wawancara penulis dengan Bapak M. Rozali selaku Kepala Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin Jambi beliua mengatakan :

“Desa kami ini memiliki beragam goa, diantara nya goa Tiangko, Goa ini memliki luas206 m2 serta lebar mulut depan 4 m dan bagian belakang mencapai 11,5 m. Sedangkan Lantai goa terdiri dari pasir putih berbatu-batu dengan langit-langit dihiasi sarang burung walet dan kelelawar yang bergantungan, keindahan dalam goa ini adalah karena adanya hiasan yang terdiri dari susunan batu kapiler yang berbentuk stalaktit dan stalakmit dengan hiasan ornamen alam yang mengagumkan[49]

Kemudian penulis juga mewawancarai Kadus Tiangko Tengah yaitu bapak Matnuddin beliau juga mengatakan.

“Keunikan Goa Tiangko ini adalah karena bercirikan fenomena di permukaan (ekokarst) dan bawah permukaan (endokarst). Beberapa tempat wisata di kawasan karst Kabupaten Merangin yang banyak dikunjungi wisatawan antara lain: terdapat 6 Gua yang berpotensi  hunian yaitu Gua Tiangko Panjang, Gua Ulu Tiangko, Gua Reben, Gua Dalam, Gua Muara Panco  dan Ceruk Muara Panco. [50]

 

 

Desa Tiangko Kecaamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin sangatlah banyak terdapat Goa-goa yang menjadi potensi menjadi obyek wisata diantaranya adalah Goa Tiangko, Gua Sengering, Gua Bujang, Gua Sengayau, Gua Reben dan Goa Ceruk.

Adapun potensi Parawisata di Desa Tiangko Kecaamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin adalah sebagai berikut :

1. Gua Tiangko

Berlokasi di Desa Tiangko, ditemukan sejumlah gua yang menjadi kediaman manusia purba ribuan tahun yang lalu. Luasnya hanya 206 meter persegi dan lebar mulut bagian depan setinggi 4 meter serta mulut bagian belakang setinggi 11,5 meter. Berdasarkan hasil penelitian penulis dilapangan ditemukan lapisan tembikar yang dibawahnya terdapat alat-alat obsidian. Gua ini dindingnya berupa ceruk-ceruk bebatuan yang ditumbuhi lumut, langit-langitnya pun dipenuhi sarang burung walet dan kelelawar yang bergelantungan. Di goa ini juga bisa ditemui batu kapiler yang membentuk stalktit dan stalakmit dengan berbagai ornamen yang menakjubkan.[51]

Wawancara penulis dengan salah seorang toko pemuda yaitu Buyung di Desa Tiangko beliau mengtakan :

 

“Keunikan Gua Tiangko adalah dimana dindingnya berupa ceruk-ceruk bebatuan yang ditumbuhi lumut, langit-langitnya pun dipenuhi sarang burung walet dan kelelawar yang bergelantungan. Di goa ini juga bisa ditemui batu kapiler yang membentuk stalktit dan stalakmit dengan berbagai ornamen yang menakjubkan,sehingga menjadikan goa ini sangat berpotensi sebagai wisata yang diminanti wisatawan untuk datang ke desa kami”.[52]

 

            Pengamatan penulis di lapangan, penulis menemukan bahwa Goa Tiangko ini sangatlah unik dan menarik  untuk parawisatawan datang langsung melihata keuinikan goa tersebut.

2. Gua Sengering

Gua Sengering merupakan salah satu aset wisata alam yang masih banyak belum diketahui oleh masyarakat luar. Goa ini terletak di dusun Sengering Desa Tiangko. Keberadaan Gua Senggring belum begitu terpublikasikan dibandingkan dengan objek wisata alam lainya yang terdapat di Merangin. Gua ini memiliki keunikan yang menarik di mana bebatuan yang dominan dengan gaya dan bentuk yang berbeda-beda bahkan ada yang menyerupai gorden dan dihiasi dengan butiran air yang berkilau apabila terkena cahaya. Gua ini terdapat di Dusun Senggring, Desa Tiangko.

Wawancara penulis dengan Kadus Sengiring di Desa Tiangko yaitu bapak Zulkarnain beliua mengatakan :

“Gua Sengiring ini dapat dicapai sekitar 1 jam perjalanan dari Dusun Senggering dengan melintasi aliran Sungai Senggring menuju ke arah Utara. Di dalam gua terdapat kehidupan binatang seperti kelelawar, wallet, jangkrik goa, dan banyak binatang lainya di dalam gua ini di aliri oleh air sungai yang bermuara ke Sungai Mesumai di sekitar mulut Gua Senggring juga terdapat air terjun dengan ketinggian 4-5 meter.[53]

 

 

Pengamatan penulis di lapangan menemukan bahwa Gua Sengiring ini banyak  sekali terdapat kehidupan binatang seperti kelelawar, wallet, jangkrik dan banyak binatang lainya, sehingga sangat menarik untuk dikunjungi wisatawan.

 

3. Gua Bujang

Gua Bujang berjarak dekat dari mulut Gua Senggring, dengan jalan kaki sekitar 10 menit dari Gua Senggring mengarah ke arah Utara kami sudah dapat melihat dan memperhatikan mulut Gua Bujang dengan jarak sekitar 800 meter dari mulut Gua Senggring di dalam Gua Bujang juga di lengkapai dengan beragam bentuk ornamen gua dan di dalamnya juga mempunyai cairan terjun dengan ketinggian 6 meter. Namun, untuk mencapai cairan terjun ini kami wajib rela merayap di atas bebatuan yang mempunyai di lorong kecil di dalam perut gua ini semasih belum masuk ke dalam gua ini mempunyai aturannya noda satunya kami di minta untuk mencuci muka semasih belum melakukan penelusuran gua.

Konon kepercayaan penduduk setempat supaya kami dapat melihat dan memperhatikan dengan jelas dan supaya mata kami tidak ditutupi saat kami melakukan penelusuran gua ini.

Wawancara penulis dengan Kadus Sengiring di Desa Tiangko yaitu bapak Zulkarnain beliua mengatakan :

Gua Bujang juga di lengkapai dengan beragam bentuk ornamen gua dan di dalamnya juga mempunyai cairan terjun dengan ketinggian 6 meter. Namun, untuk mencapai cairan terjun ini pengunjung wajib rela merayap di atas bebatuan yang mempunyai di lorong kecil di dalam perut gua ini semasih belum masuk ke dalam gua ini mempunyai aturannya noda satunya kami di minta untuk mencuci muka semasih belum melakukan penelusuran gua”[54]

 

 

4. Gua Sengayau

Hasil pengamatan penulis di lapangan, penulis menemukan bahwa kawasan Goa Sengayau terletak di dusun Tiagko Panjang. Kawasan Goa Sengayau dengan luas sekitar 10.000 ha yaitu kawasan perbukitan di Kawasan Goa Sengayau mempunyai 43 buah goa dan dari 43 goa tersebut baru 12 goa yang sudah di petakan (Mapping) oleh Mapala SIGINJAI Unja. Walaupun laporan itu masih simpang siur dengan informasi dari masyarakat sebab menurut masyarakat setempat mempunyai sekitar 30 buah goa kecil di kawasan ini, tetapi itu yaitu data yang pertama untuk goa yang mempunyai di kawasan Goa Sengayau.[55]

Dari hasil observasi penulis diatas, penulis juga mewawancara kadus Tiagko Panjang yaitu bapak Faisal di Desa Tiangko beliau mengatakan bahwa :

Kawasan Goa Sengayau ini memiliki luas sekitar 10.000 ha yaitu kawasan perbukitan, dimana kawasan Goa  Sengayu ini banyak sekali terdapat goa-goa kecil yang masih belum banyak  terjamah oleh manusia dikarenakan sulitnya masuk kedalam kawasan goa Sengayu ini”. [56]

 

5. Gua Reben

Goa Reben terletak di dusun Payo Malingka. Goa Reben termasuk goa vertical dengan kemiringan 90 derajat, di namakan Goa Lapangan sebab goa ini mempunyai ruangan yang cukup luas sekitar 2/3 dari luas lapangan sepak bola. Goa Lapangan mempunyai 2 pintu yang pertama dengan vertical yang kedalamannya 40 meter selanjutnya ketemu ruangan yang luasnya sekitar 2/3 lapangan sepak bola yang belakang sekali melanjutkan tingkah laku dengan menyeberangi beberapa lorong dan ornament-oernament yang memanjakan mata yang mana jalan tembusnya ke Goa Masjid dan menyeberangi cairan terjun setinggi 4 meter.

 

6. Gua Ceruk

Goa Ceruk terletak di dusun Tiangko Tengah. Goa Ceruk terdapat beberapa macam flora dan fauna yang mendominasi kawasan goa sengayau seperti Kelapa (Cocous nucifera), Pisang (Musa paradisiacal), Mangga (Mangifera indica), Durian (Durio zibethinus) Bambu (Bambusa), Keladi (Colocasia), Walet Sarang Putih (Collocalia fucphaga), Seriti (Collocalia asculanta), Kutilang (Phycnomutus aurigaster), Perkutut (Geopelia striata), Terkukur (Streptopelia cinarsis), Kelelawar (Tadarida pucata), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Lutung (Presbytis cristata) dan lain-lain.

Wawancara penulis dengan Kadus Tiangko Tengah yaitu bapak Matnuddin di Desa Tiangko beliau mengatakan bahwa :

“Keunikan lain dari Goa Ceruk ini adalah dimana goa ini banyak sekali dihuni oleh tumbuh-tumbahan dan hewan-hewan langka seperti Durian, Bambu, Keladi, Walet Sarang Putih, Burung Seriti, Burung Kutilang, Burung Perkutut, Burung Terkukur, Kelelawar, Monyet Ekor Panjang, Lutung dan lain-lain.[57]

 

Dari tahun ketahun obyek wisata di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin bertambah banyak. Pengelolaan obyek wisata memberi keuntungan yang besar bagi Pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Hal ini rupanya yang memicu adanya temuan dan terciptanya obyek wisata baru.Ada 3 (tiga) jenis obyek wisata di Kabupaten Merangin yaitu :obyek wisata alam, obyek wisata buatan dan obyek wisata sejarah. Obyek wisata alam dan obyek wisata sejarah banyak ditemukan dan dikelola, sedangkan obyek wisata buatan banyak diciptakan dan dikelola.

 Selain karena keindahannya, banyaknya pilihan rupanya juga menjadi alasan bagi wisatawan untuk berkunjung ke Desa Tiangko Kecaatan Sungai Manau Kabupaten Merangin.

 

 

Wawancara  penulis dengan Kadis Pariwisata Kabupaten Merangin Bapak M. Hafiz beliau mengaakan :

“Seiring dengan meningkatnya jumlah pengunjung tentunya juga berpengaruh pada meningkatnya jumlah pendapatan dari sektor pariwisata tersebut. Kabupaten Merangin dengan banyaknya potensi wisata Goa merupakan anugerah Allah SWT, namun demikian potensi tersebut belum semua Goa dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Merangin. Pengelolaan suatu obyek wisata disatu sisi membutuhkan dana yang tidak sedikit, namun disisi lain apabila obyek wisata tersebut sudah banyak dikunjungi maka akan memperolah penghasilan dan berkontribusi pada Pendapatan Asli Daerah. Keuntungan dari pengelolan suatu obyek wisata tidak hanya berdampak pada pendapatan retribusi saja, namun keuntungan lain yang tidak kalah pentingnya adalah dapat menggerakan roda perekonomian dan dapat membuka lapangan kerja baru bagi penduduk sekitar obyek wisata.”[58]

 

           

Potensi wisata yang ada di Kabupaten Merangin sebenarnya tidak harus dikelola langsung oleh Pemerintah, namun bisa dilakukan bekerja sama dengan pihak ketiga dan yang paling penting dalam pengelolaan wisata adalah melibatkan masyarakat sekitar dan memberdayakan masyarakat sekitar obyek wisata. Sehingga terkelola tidaknya suatu kawasan obyek wisata sangat tergantung pada masyarakat sekitar obyek wisata, sehingga Pemerintah Kabupaten Merangin hanya sebatas memfasilitasi untuk hal-hal yang memang masyarakat tidak dapat memfasilitasi atau dengan biaya yang cukup mahal. Wisata Goa yang Sudah Berkembang Karena di Kabupaten Merangin banyak terdapat gunung maka bukan hal yang aneh jika di wilayah tersebut juga terdapat banyak goa.

 

Keberadaan goa yang ada di Desa Tiangko merupakan salah   kekuatan atau pendorong dalam pengembangan objek Gua Tiangko ini diantaranya adalah:

a) Pemandangan alam yang indah, sejuk, asri, dan nyaman.

Potensi alam yang dimiliki kawasan Gua Tiangko sangat mendukung keberadaan objek wisata ini. Pemandangan yang ditawarkan oleh wisata Gua ini yaitu berupa ceruk-ceruk bebatuan yang ditumbuhi lumut, langit-langitnya pun dipenuhi sarang burung walet dan kelelawar yang bergelantungan. Di Gua ini juga bisa ditemui batu kapiler yang membentuk stalktit dan stalakmit dengan berbagai ornamen yang menakjubkan.

Wawancara penulis dengan Kadus Baru Tiangko yaitu bapak Jumadi beliau mengatakan :

Gua Tiangko ini memiliki keunikan yang menarik di mana bebatuan yang dominan dengan gaya dan bentuk yang berbeda-beda bahkan ada yang menyerupai gorden dan dihiasi dengan butiran air yang berkilau apabila terkena cahaya. Dan juga Gua ini melintasi aliran Sungai menuju ke arah Utara. Di dalam Gua terdapat kehidupan binatang seperti kelelawar, wallet, jangkrik Gua, dan banyak binatang lainya di dalam Gua ini di aliri oleh air sungai yang bermuara ke Sungai Mesumai di sekitar mulut Gua juga terdapat air terjun dengan ketinggian 4-5 meter”.[59]

 

 

b) Fenomena alam yang unik.

Memasuki kawasan Gua Tiangko akan langsung disambut semilir angin dan udara sejuk yang masih asri dan bebas polusi. Gua ini merupakan bagian dari Cagar Alam Gua Ulu Tiangko yang menjadi habitat walet dan kelelawar. Secara ekonomi, habitat ini penting bagi masyarakat sekitar sebagai salah satu sumber mata pencaharian utama penduduk.

Wawancara penulis dengan Kadus Baru Tiangko yaitu bapak Jumadi beliau mengatakan :

“Gua Tiangko ini sangatlah unik dimana lantai Gua merupakan pasir putih bebatuan dengan mulut Gua yang berukuran besar sehingga membuat Gua ini tidak terlalu gelap. Lembab dan udara sejuk menyeruak ketika memasuki Gua dan terdengar suara tetesan air yang jatuh ke bebatuan. Seperti sambutan perpaduan nyanyian alam bukan”.[60]

 

B. Pengelolaan Pariwisata Gua Tiangko Berbasis Swadaya Masyarakat di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin

Pengelola pariwisata ini lahir dari kesadaran masyarakat lokal dan bukan investor, dimana organisasi ini terdiri dari pecinta alam, mahasiswa, dan masyarakat yang tak memiliki pengalaman dalam advokasi kasus lingkungan tetapi bersedia untuk melindungi alam dari kerusakan pertambangan dan eksploitasi alam. proses pengelolaan nya pun dilakukan secara mandiri dan sukarela oleh sumber daya anggaran yang terbatas , untuk mampu menyelamatkan dan melestarikan kawasan Gua Tiangko. Pengelola pariwisata alam ini pun merupakan warga sekitar kawasan Gua yang peduli atas keberlangsungan kelestarian alam dan manusianya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak M. Rozali Selaku Kepala DesaTiangko beliua mengatakan bahwa:

“Adapun pengelolaan Gua Tiangko ini merupakan berbasis masyarakat, atau boleh dikatakan berbasi swadaya pemberdayaan masyarakat lingkungan, jadi kita mulai dari pengelolaan secara swadaya dan pengelolaan retribusi masyarakat, begitu juga soal keamanan pengunjung serta kebersihan dan kenyamanannya masih di pegang penuh oleh masyarakat.” [61]

Pengelolaan serta perencanaan Pengembangan dalam hal pariwisata begitu kompleknya sehingga dibutuhkan perencanaan bagaimana cara agar meningkatkan kunjungan wisatawan yang datang ke objek wisata Gua Tiangko. Masyarakat secara swadaya merupakan pihak pengelola merancang beberapa program-program yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari pihak pengelolaan wisata Gua Tiangko. Menyusun perencanaan atau program-program untuk mencapainya maka kelompok masyarakat yang sadar wisata perlu dirancang.

Wawancara penulis dengan Kadus Baru Tiangko yaitu bapak Jumadi beliau mengatakan :

“Sebagai pelaku dan juga pengelola wisata Gua Tiangko dalam proses perencanaan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan kunjungan wisatawan memang sangat diperlukan tanpa menyampingkan nilai social budaya yang ada pada masyarakat setempat. Program kedepan, kita akan ada upaya perbaikan infrastruktur iya, soal standar keselamatan, terus pengembangan apa ya kearifan lokalnya, mulai dari seni budayanya, makanan tradisional nya, atraksi budayanya terus apa ya kita punya rencana untuk menambah atraksi lain misalnya outbond atau jenis-jenis wisata minat khusus bahwa secara teknis kita akan kesana”[62]

Pengelolaan dan pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Pengembangan pariwisata harus sesuai dengan perencanaan yang matang sehingga bermanfaat baik bagi masyarakat, baik juga dari segi ekonomi,
sosial dan juga budaya.

Pelaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan pariwisata
di daerah, pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya dalam
pengembangan sarana dan prasarana pariwisata. Begitu juga dengan keberadaan objek wisata Gua Tiangko, dimana keberadaan Gua ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi masyarakat dari segi ekonomi khususnya bagi Desa Tiangko umumnya masyarakat Sungai Manau sehinga dapat membantu masyarakat meningkatkan ekomomi mereka.

Pemerintah Desa Tiangko telah membuat tata  cara pengelolaan dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata Gua Tiangko dengan menerbitkan Rencana Induk. Pengembangan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) yang telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2019. Dengan adanya perda ini pemerintah daerah mendapatkan landasan hukum dalam pembangunan dan pengembangan obyek daya tarik pariwisata yang ada di Desa Tiangko kecamatan Sungai Manau.

Adapun Pengelolaan Pariwisata Gua Tiangko Berbasis Swadaya Masyarakat di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin adalah sebagai berikut :

1. Pengorganisasian

Peran organisasi sangatlah penting di wisata Gua Tiangko karena pengelolaannya berbasis masyarakat, sebagai komponen yang mengatur pengelolaan wisata yang memiliki struktur keanggotaan dimana setiap anggotanya memiliki peran dan fungsinya masing-masing dalam pengembangan wisata, dalam sosiologi dikenal sebagai strukturan fungsional. organisasi itu sendiri adalah sekumpulan orang yang bersepakat untuk saling bekerja sama, memiliki aturan tertulis dan juga memiliki tujuan yang sama dalam hal pengembangan wisata Gua Tiangko.[63]

Dari hasil obesrvasi penulis di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Merangin dimana pemerintah Desa serta perangkat Desa telah berupaya dalam mengembangkan objek pariwisata ini, yaitu dengan mempebaiki jalan menuju Gua serta kenyamanan bagi pengunjung dan menyediakan jasa pemandu untuk menuju ke Gua Tiangko. Hal ini terlihat saat penulis mengunjungi Gua Tiangko pada hari Minggu tanggal 26 Juli 2020 dimana jalan menuju Gua Tiangko cukup bagus meskipun masih belum diaspal namun sudah bisa dilalui roda 2 mapun roda 4, disisi lain adanya ketersedian parkir yang nyaman dan ada pula pemuda yang siap menjadi pemandu untuk menuju Gua Tiangko.[64]

Wawancara penulis dengan Bapak M. Rozali selaku Kepala Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin Jambi beliua mengatakan :

“Kami dalam beberapa tahun belakangan ini bersama perangkat Desa dan pemuda serta karangtaruna sudah bergerak untuk mengembangkan wisata Gua Tiangko ini, dan Alhamdulillah jalan menuju Gua sudah bisa dilewati mobil, dimana dulunya jika pengunjung datang dari luar kabupaten atau propinsi yang ingin berwisata ke Gua ini harus menyewa sepeda motor, dan kami juga memberikan pelayanan kenyamanan pengunjung serta pemandu yang siap mengantar ke Gua Tinagko ini”.[65]

 

Dari hasil wawancara penulis di atas dapatlah dipahami bahwa strategi pemerintah Desa Tingko dalam mengebangkan objek wisata adalah dimana salah satunya ada akses jalan menuju Gua yang telah diperbaiki, dimana dalam beberapa tahun belakangan ini pemerintah Desa memfokuskan jalan agar nyaman bagi pengunjang yang datang ke Desa mereka.     Penulis juga mencoba mewawancarai Kadus Tiangko Tengah yaitu bapak Matnuddin beliau juga mengatakan :

“Keberadaan Gua Tiangko ini sudah cukup lama, dimana sudah ada dizaman purbakala dulu, jika kita lihat Gua ini sangat bagus jika dikembangkan, namun selama ini Gua ini sepi pengunjung dikarenakan akses jalan menuju Gua kurang baik, dan kami selaku pemerintah Desa belakangan ini kami berupaya untuk memperbaiki akses jalan yang dulunya hanya bisa dilewati sepeda motor, namun sekarang sudah bisa dilalui mobil, meskipun belum jalanya belum aspal”.[66]

           

 

            Kemudian penulis juga mewawancarai salah seorang toko pemuda yaitu Buyung di Desa Tiangko beliau mengtakan :

“Kami dari karang taruna Desa Tiangko sudah membuat sekelompok pemuda dan pemudi yang siap mengantar dan memandu bagi parawiasata yang ingin berkunjung ke Gua Tiangko ini, hal ini kami lakukan agar bisa memberikan kenyamanan bagi parawisata yang datang serta harapan kami agar Gua Tiangko ini dapat memberikan kesan yang baik bagi parawisata yang lain agar banyak datang ke sini”.[67]

 

 

Pemenuhan dan peningkatan sarana dan prasarana yang memadai
agar dapat mendukung kelancaran pariwisata. Sarana dan prasarana pada objek wisata ini merupakan swadaya masyarakat serta pemerintah Desa Tiangko.
Sarana dan prasarana pariwisata Gua Tiangko sudah cukup baik seperti
akses jalan, pelayanan keamanan atau pemandu.
Namun perlu adanya kerjasama dengan pemerintah daerah untuk dapat mengebangkan lebih baik.

Observasi penulis saat masuk ke dalam Gua, hawa sejuk dengan semilir angin lembut sangat  terasa. Hal ini dikarenakan Gua yang cukup luas, sehingga tak lembab dan pengap seperti Gua-Gua kecil pada umumnya. Semakin memasuki ke dalam perut Gua, suasana lembab pun terasa dan penulis juga membawa alat penerangan karena kondisi Gua yang gelap.

2. Pemberdayaan Masyarakat

Sikap/Tata Krama Pada dasarnya wisata akan berkembang dengan baik apabila wisawatan memiliki waktu kunjungan yang lama. Artinya tamu akan banyak mengeluarkan biaya atau uang di tempat wisata tersebut. Oleh karena itu perlu secara terus menerus membina sikap/tata krama masyarakat kearah yang lebih baik. Memang tidak berarti masyarakat sekitar daerah wisata harus merubah sikap/tata karma sesuai dengan sikap/tata krama yang dimiliki wisatawan melainkan harus menunjukkan kemuliaan agar wisatawan menjadi betah dan merasa aman di tempat wisata.

Wawancara penulis denngan salah seorang tokoh pemuda Desa Tiangko kecamatan Sungai Manau yaitu Haidir  beliua mengatakan :

“Bagaimana caranya kita bisa menjaga keamanan barang-barang pengunjung termasuk motor, hp, helm toh kalau hp biasa dilupa di kantong motor. Kalau keamanan merangkul banyak ini bukan Cuma kemanan barang-barang melainkan istilahnya keamanan rangkuman ini. Istilahnya kalau ada pengunjung yang bertanya harus dijawab kita menjaga kenyamanan pengunjung toh istilah nya kalau pengunjung nyaman kan otomatis banyak yang masuk.”[68]

 

 

 

Pemerintah Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau dalam upaya pengelolaan dan mengembangkan potensi pariwisata yang dimiliki Desa Tiangko yaitu Gua Tiangko dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik,  seperti mengembangkan industri kreatif berupa makanan jajanan tradisional yaitu dodol, buah durian dan buah duku, hal ini salah satu upaya menarik parawisata datang ke Desa Tiangko yang bukan hanya melihat Guo Tiangko saja akan tetapi dapat memperkenalkan keberagaman makanan khas daerah dan dapat menunjang perekonomian masyarakat, selain  itu juga pemeritah Desa juga telah mempromosikan Desa wisata baik melalui pemerintah kabupaten maupun melalui media elektronik atau situs web seperti facebook, instagram, you tube dan lain sebagainya, selain itu pemerintah Desa juga melibatkan masyarakat dalam merencanakan dan mengembangkan Desa wisata sehingga keberadaan Desa wisata di Desa Tiangko dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hasil observasi penulis di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin terkait dengan pengembangan wisata Gua Tiangko oleh pemerintah Desa Tiangko dimana Pemerintah Desa bersama maysarakat mendukung dan mempromosikan pariwisata yang dimiliki Desa Tiangko serta mengembangkan indsutri kreatif untuk memajukan perekonomian masyarakat.[69]

Berikut hasil wawancara penulis dengan bapak KadusTiangko Panjang yaitu bapak Faisal beliau mengatakan :

 

“Dalam pengembangan wisata Gua Tiangko ini kami bersama-sama masyarakat saling mengembangkan industri kreatif seperti ketersedian jajanan tradisional yaitu dodol dan buah durian yang melimpah dan duku yang manis, hal ini untuk menarik parawisata untuk berkunjug ke Desa kami sambil menikmati pemandangan Gua Tiangko yang fenoramanya indah sekali”.[70]

 

Lebih lanjut penulis juga mewawancarai bapak kepala Desa Tiangko yaitu bapak M. Rozali beliu menyatakan bahwa :

“Pengembangan pariwisata (yang berkelanjutan) perlu didukung dengan perencanaan yang matang dan harus mencerminkan tiga dimensi kepentingan, yaitu industri pariwisata, daya dukung lingkungan (sumber daya alam), dan masyarakat setempat dengan sasaran untuk peningkatan kualitas hidup”.[71]

 

 

3. Partisipasi Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat menitikberatkan kepada partisipasi masyarakat, munculnya proses pertisipasi dalam rangka pemberdayaan masyarkat mendasarkan atas dua pendekatan. Pertama; pelibatan masyarakat dalam pemilihan, perancangan, perencanaan, dan pelaksanaan program, sehingga dengan demikian adanya jaminan pola sikap dan pola pikir serta nilai-nilai dan pengetahuannya ikut dipertimbangkan. Kedua; membuat umpan balik yang pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terlepasnya dari kegiatan pembangunan.

Pemerintah Desa Tiangko dalam mengembangkan wisata Gua tak luput dari peran anggota masyarakat pada setiap aspek dalam pengembangan wisata. Peran masyarakat dalam pelaksanaan kepariwisataan sangatlah besar dan perlu diseimbangkan dengan peran pemerintah maupun swasta. Demikian juga dengan pemerintah daerah atau dinas pariwisata yang saat ini sangat gencar  dalam memberikan dukungan terhadapat pemeritah daerah.

Disamping adanya wisata Gua Tiangko yang fenoramanya yang bagus juga didukungi masyarakat Desa yang memiliki sikap yang ramah dengan pendatang atau wisatawan. Hal ini juga salah satu karakteristik masyarakat Desa Tiangko yang memiliki sikap yang ramah karena masyarakatnya menerima dan melayani wisatawan yang datang berkunjung sehingga dapat membuat wisatawan nyaman datang untuk berwisata.

Dalam pengembangan objek wisata salah satu faktor penting yang menentukan maju atau tidaknya pengembangan adalah masalah dana. Jika dana tersedia maka pengembangan dapat berjalan dengan lancar tetapi jika dana tidak tersedia maupun kurang makan pengembangan objek wisata akan terhambat. Begitu juga dengan objek wisata Gua Tiangko dimana Objek wisata Gua pun mengalami persoalan tersebut, hal ini dikarenakan dana pengembangan dan pembangunan objek wisata Gua Tiangko masih mengandalkan dana ADD (Anggaran Dana Desa).

Keterbatasan ADD membuat pembangunan dan pengembangan objek wisata Gua Tiangko tersebut. Di samping itu belum adanya sponsor swasta yang mau membantu pngembangan juga mempengaruhi keterlambatan pengembangan untuk biaya sarana dan prasarana objek wisata Gua Tiangko.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Tiangko yaitu bapak M. Rozali beliau mengatakan :

“Dalam pegembangan objek wisata Gua ini kami telah berupaya semaksimal mungkin untuk membangun sarana dan prasarana yang memadai, namun kami masih terkendala dengan dana, keterbatasan ADD membuat pembangunan dan pengembangan objek wisata Gua Tiangko ini masih terkendala, di samping itu belum adanya sponsor swasta yang mau membantu pengembangan juga mempengaruhi keterlambatan pengembangan untuk biaya sarana dan prasarana objek wisata Gua Tiangko, selama ini kami memakai dana ADD. Karena dana yang masih terbatas jadi belum maksimal dalam pengadaan sarana dan parasarana untuk daerah objek wisata dikarenakan anggaran dana yang terbatas, kami juga telah mengajukan ke pemerintah kabupaten untuk dapat membari bantuan dana dalam pengembangan objek wisata Gua ini.”[72]

 

   

Dari wawancara penulis di atas dapatlah dipahami bahwa salah satu kendala pemerintah Desa Tiangko kecamatan Sungai Manau Merangin Jambi  dalam mengembangkan objek wisata Gua adalah keterbatasan anggaran dana dimana sumber dana yang dimiliki hanyalah dari pendapata asli daerah (PAD) sehngga  dalam memenuhi sarana dan prasarana dangatlah tidak memadai untuk mengembangkan objek wisata Gua Tiangko.

   Berdasarkan hasil observasi penulis di Desa Tiangko kecamatan Sungai Manau bahwa dampak retribusi dalam mengembangkan objek pariwisata di Desa Tiangko adalah  dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang ada di sekitar objek wisata hal ini dikarenakan pemerintah Desa dalam mengembangkan Desa wisata juga melibatan  masyarakat dalam merencanakan pengembangan Desa wisata dan pemerintah Desa juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memanfaatkan Desa wisata sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan.[73]

Wawancara penulis dengan bapak  Arman Juli selaku KASI pemerintahan beliau mengatakan :

Kepariwisataan berbasis masyarakat adalah menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama melalui pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan, sehingga kemanfaatan kepariwisataan sebesar-besarnya diperuntukkan bagi masyarakat. Sasaran utama pengembangan kepariwisataan haruslah meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat”.[74]

 

Potensi wisata Gua Tiangko menjadi peluang yang sangat besar untuk menggali potensi wisata yang nantinya akan mnjadi daya tarik untuk dikembangkan untuk meningkatkan kunjungan para wisatawan.

Wawancara penulis dengan bapak  Arman Juli selaku KASI pemerintahan beliau mengatakan :

“Dengan adanya wisata Gua Tiangko ini dan semakin banyak pengunjung maka penjual/pedagang disekiar Desa ini mendapatkan omset atau
penghasilan lebih dari sebelumnya. Dengan pengembangan potensi Gua banyak mendatangkan manfaat bagi masyarakat, seperti bertambahnya pendapatan masyarakat. Disamping bertani masyarakat sekitar Desa Tiangko membuka usaha kecil-kecilan seperti warung kecil, usaha jasa (penunjuk arah dan jasa pemandu). Sehingga dengan adanya Gua  dapat mendongkrak ekonomi masyarakat”.[75]

 

Dari hasil wawancara penulis di atas dengan bapak  Arman Juli selaku KASI pemerintahan sangatlah jelas bahwa dengan adanya wisata Gua Tiangko ini dan semakin banyak pengunjung maka penjual/pedagang disekiar Desa ini mendapatkan omset atau penghasilan lebih dari sebelumnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V
PENUTUP

 

 

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis yang telah penulis lakukan pada bab sebelumnya, maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa:

1. Potensi Parawisata di Desa Tiangko Kecaamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin sangatlah banyak terdapat Goa-goa yang menjadi potensi menjadi obyek wisata diantaranya adalah Goa Tiangko, Gua Sengering, Gua Bujang, Gua Sengayau, Gua Reben dan Goa Ceruk. Dengan keberadaan goa ini sangatlah berpontesi bagi pemerintah Desa untuk mengembangkan sebagai objek wisata yang asri dan nyaman bagi wisatawan yang datang.

2. Pengelolaan Pariwisata Gua Tiangko Berbasis Swadaya Masyarakat di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin dimana Pengelola pariwisata ini lahir dari kesadaran masyarakat lokal dalam perorganisasian dalam pengelolaannya, disamping itu peberdayaan masyarakat yang kuat sehingga dapat mengembangkan objek wisata Gua Tiangko serta partisipasi semua lapisan masyarakat Desa Tiangko dalam pengelolaan dan pengembagan wisata Gua Tiangko bersama peran pemerintah setempat yang ikut ambil bagian dalam upaya pengembangan objek wisata Gua ini.

 

 

 

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat ditemukan beberapa saran yang
kiranya dapat berguna bagi semua pihak yaitu:

1. Dilihat dari potensi yang sangat bagus ini sebaiknya pemerintah daerah dapat memperhatikan lebih jauh dalam upaya pengembangan objek wisata Gua Tiangko sehingga dapat peningkatan wisata. Oleh karenanya pihak Dinas Pariwisata daerah dapat membantu membuat wisata semakin tertarik dengan nuansa kearifan lokal.

2. Pihak pemerintah Desa Tiangko lebih mempokuskan pengembangan objek wisata Gua ini dengan menamam budaya lokal  atau mengadakan festival tahunan untuk mengenal lebih jauh tentang  objek wisata Gua ini

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

A. Literatur

 

Anonim, 2011, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Remaja Rosda Karya

 

Fandeli, Chafid. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Keparwisataan Alam. Penerbit Liberty : Yogyakarta.

 

Gamal Suwantoro, 2001, Dasar-dasar Pariwisata, Yogyakarta: Andi

 

Garna, 1996. Ilmu –Ilmu Sosial Dasar Konsep Posisi. Bandung : Program Pascasarjana Unpad.

 

Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu.

 

Hugo Itamar, 1987, Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Tana Toraja, Makassar

 

Hutabarat Jemsly dan Martini Huseini. 2006. Pengantar Manajemenn Stratejik Jakarta: Erlangga

 

I Gede Pitana, 2005, Sosiologi Pariwisata, Yogyakarta: Andi

 

Kartika Wisyasmi, 2010, Strategi Pengelolaan Pariwisata Bahari Di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

 

Liga Suryadana dan Vanny Octavia, 2015, Pengantar Pemasaran Pariwisata, Bandung: Alfabeta

 

Marpaung, Happy. 2000. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.

 

Marpaung, Happy. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta.

 

Moh. Pabundu Tika, 2006, Metodologi Riset Bisnis, Jakarta: Bumi Aksara

 

Salusu J, 1998. Pengambilan Keputusan Stratejik, Jakarta: Grasindo.

Salusu. 1998. Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publikdan dan Organisasi Nonprofit. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Sayuti Una , 2019, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah.  Sulthan Thaha Pres (Edisi Revisi)

 

Spillane J.J, 1987, Pariwisata Indonesia Sejarahdan Prospeknya, Yogyakarta, Kanisius

 

Sugiyono,  2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D , Bandung : Alfabeta

 

Suharto, Edi. 2006. Kebijakan Sosial, Makalah Seminar. Bandung di akses pada tanggal 26 Januari 2020

 

Sujali, (1989). Geografi Pariwisata dan Kepariwisataan. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.

 

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesustraan. Jakarta: Gramedia.

 

Sunarno, Siswanto, 2008 , Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar Grafika Offset, Jakarta

 

Surasih, Maria Eni. 2003. Pemerintah Desa dan Implementasinya. Jakarta: Erlangga

 

Tjandra, Riawan, 2009, Hukum Keuangan Negara, Cetakan Ke-II, Penerbit P.T. Gramedia Widiasarana, Jakarta

 

Widjaja, HAW. 2011. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

 

Yoeti, Oka A, 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya. Paramita: Jakarta.

 

B. Undan-undang

 

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, Tentang Kepariwisataan

 

Peraturan Pemerintah (PP) tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah.

 

 

C. Internet

 

Buku Pedoman Kelompok Sadar Wisata. Kementerian Pariwisata. (2012). http://www.kemenpar.go.id/userfiles/1_% 20Pedoman%20Pokdarwis.pdf

 

Universitas Hasanuddin, 2016, (On-Line), tersedia di: http://journal.unhas.ac.id/index.php/goverment/article/view/1248/

 

http://desatiangkoraya.blogspot.com/2016/10/matnudin.html

 

http://sylvindonesia.blogspot.co.id/2011/06/tinjauan-aspek-hukum-dan kebijakan.html

 

 

 

 

 



[1] Spillane J.J, Pariwisata Indonesia Sejarahdan Prospeknya, Yogyakarta, Kanisius, 1987, hal : 1

[2] SujaliGeografi Pariwisata dan Kepariwisataan. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta. 1989, hal : 6

[3] Yoeti, Oka A,  Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya. Paramita: Jakarta. 2008, hal : 13

 

[4] Spillane J.J, Pariwisata Indonesia Sejarahdan Prospeknya, Yogyakarta, Kanisius, 1987, hal : 2

 

[5] Sumber Data : http://desa tiangkoraya.blogspot.com/2020/10/matnudin.html

[7] Sumber Data : Obervasi di Goa Tiangko Tanggal 24 Juli 2020

[8] Sumber Data : Obervasi di Goa Tiangko Tanggal 24 Juli 2020

[9] Yoeti, Oka A,  Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya. Paramita: Jakarta. 2008, hal : 13

[10] Liga Suryadana dan Vanny Octavia, Pengantar Pemasaran Pariwisata, (Bandung: Alfabeta, 2015), h.30.

[11] Peraturan Pemerintah (PP) tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

[12] Sumber Data : Obervasi di Goa Tiangko Tanggal 12 Juli 2020

[13] I Gde Pitana, Pengelolaan Wisata,  2003 : 2, Bandung : di akses pada tanggal 26 Januari 2020

 

[14] I Gde Pitana, Pengelolaan Wisata,  2003 : 2, Bandung : di akses pada tanggal 26 Januari 2020

[17] Sumardjo, Jakob dan Saini K.M, Apresiasi Kesustraan. Jakarta: Gramedia. 1986 Hal. 15

[18] Hugo Itamar, Op, Cit, h.13

[19] Kartika Wisyasmi, Strategi Pengelolaan Pariwisata Bahari Di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2012, h. 17

[21] Suwantoro, Gamal. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi. 2009. Hal : 23

[22] Widjaja, HAW. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011. Hal : 73

[24] PNPM Mandiri Modul Khusus Fasilitator Pelatihan Dasar 2: Membangun BKM/LKM, (Departemen Pekerjaan Umum Direktoran Jenderal Cipta Karya), hal: 03

[27] Menurut Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2017)

[28] Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D , (Bandung : Alfabeta CV , 2011) , hal. 225.

[29] Moh. Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.57

[30] Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011),
h.145

[31]Sanafiah Faisal. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar Aplikasi. (Malang: Yayasan Asah Asih Asuh, 1990), 56

[32]Ibid

[33]Sanafiah Faisal, 60

[34] Sugiono, Ibid, h.145

[35] Ibid, h.231

[36] Ibid, h.240

[37] Muhammad Zulfikar.pemberdayaan ekonomi masyarakat disekitar obyekwisata tamannasional bukit barisan selatan. (Universitas Lampung, 2016) Hlm. 52.

[38] Sugiono, ibid, h.247.

[39] Ibid, h.249.

[40] Ibid, h.252.

[41]Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung :Remaja Rosdakarya) Hlm, 330

 

[42] Sumber Data : Dokumentasi Historis Goa Tiagko Tahun 2020

[43].https://id.wikipedia.org/wiki/Gua_Tiangko (Diakses pada tanggal 22 Juni
20
20 pukul 21.34)

[45] Sumber Data : Dokumentasi Historis Goa Tiagko Tahun 2020

[46] Sumber Data : Dokumentasi ; BPS Desa Tiangko Kec. Sungai Manau Kab. Merangin 2019-2020

[47] Sumber Data : Dokumentasi Sturktur Pemerintahan Desa Tiagko Peridoe 2019-2024

[48] Sumber Data : Observasi Penulis pada Tanggal 28 Juli 2020

[49] Wawancara penulis dengan Bapak M. Rozali Kepala Desa Tiangko pada tanggal 28 Juli 2020

 

[50] Wawancara penulis dengan Bapak Matnuddin Kadus Tiangko Tengah pada tanggal 26 Juli 2020

 

[51] Sumber Data : Observasi Penulis pada tanggal 26 Juli 2020

[52] Wawancara penulis dengan Buyung salah seorang toko pemuda Desa Tiangko pada tanggal 26 Juli 2020

[53] Wawancara penulis dengan Kadus Sengiring  Desa Tiangko pada tanggal 26 Juli 2020

[54] Wawancara penulis dengan Kadus Sengiring  Desa Tiangko pada tanggal 26 Juli 2020

[55] Sumber data : Observasi di dusun Tiangko Panjang Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau

[56] Wawancara penulis dengan Tiagko Panjang yaitu bapak Faisal Desa Tiangko pada tanggal 26 Juli 2020

[57] Wawancara penulis dengan Tiagko Tengah yaitu bapak Matnuddin Desa Tiangko pada tanggal 26 Juli 2020

 

[58] Wawancara penulis dengan Bapak M. Hafiz Kadis Pariwisata Kabupaten Merangin

[59] Wawancara penulis dengan Kadus Baru Tiangko yaitu bapak Jumadi tanggal 05 Agustus 2020

[60] Wawancara penulis dengan Kadus Baru Tiangko yaitu bapak Jumadi tanggal 05 Agustus 2020

[61] Wawancara penulis dengan Bapak M. Rozali selaku Kepala desa Tiangko tanggal 05 Agustus 2020

[62] Wawancara penulis dengan Kadus Baru Tiangko yaitu bapak Jumadi tanggal 05 Agustus 2020

 

[63] Observasi  pada hari minggu tanggal 26 Juli 2020

[64] Observasi  pada hari minggu tanggal 26 Juli 2020

[65] Wawancara penulis dengan Bapak M. Rozali Kepala Desa Tiangko pada tanggal 26 Juli 2020

[66] Wawancara penulis dengan Bapak Matnuddin Kadus Tiangko Tengah pada tanggal 26 Juli 2020

[67] Wawancara penulis dengan Buyung salah seorang toko pemuda Desa Tiangko pada tanggal 26 Juli 2020

[68] Wawancara penulis dengan Haidir salah seorang pemuda Desa Tiangko pada tanggal 03 Agustus 2020

 

[69] Observasi penulis di Desa Tiangko Kecamatan Sungai Manau tanggal 29 Juli 2020

[70] Wawancara penulis dengan Bapak Matnuddin Kadus Tiangko Panjang pada tanggal 29 Juli 2020

[71] Wawancara penulis dengan Bapak M. Rozali selaku kepala Desa Tiangko pada tanggal 29 Juli 2020

[72] Wawancara penulis dengan bapak M. Rozali selaku kepala Desa Tiangko pada tanggal 09 Agustus 2020

[73] Observasi penulis di Desa Tiangko tanggal 09 Agustus 2020

[74] Wawancara penulis dengan bapak Arman Juli selaku KASI pemerintahan Desa Tiangko pada tanggal 09 Agustus 2020

[75] Wawancara penulis dengan bapak Arman Juli selaku KASI pemerintahan Desa Tiangko pada tanggal 09 Agustus 2020



0 $type={blogger}:

Postingan Populer

Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Kota Jambi, Indonesia

Putra Muaro Bungo

Putra Muaro Bungo
Jadilah Diri Sendiri Tanpa Berharap Kepada Manusia

Simpel Aja

Simpel Aja

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

My Famili

SELAMAT DATANG DI

BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN

Arsip Blog

Pengikut

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman

TERIM KASIH

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT