BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. (Anonim, 2006, hlm. 9).
Berdasarkan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pembangunan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia serta kualitas sumber daya manusia Indonesia di sekolah. Peningkatan kuantitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas gurunya. Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. (Syaiful Bahri Djamarah, 2002, hlm. 126).
Guru sebagai personel yang menduduki posisi strategi dalam rangka perkembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti perkembangannya konsep-konsep baru dalam dunia pengajaran tersebut. (Suryosubroto, 2002, hlm. 43). Dengan demikian tuntutan untuk meningkatkan kinerja guru dalam mengajar hendaknya selalu diperhitungkan.
Profesi guru menuntut beberapa kompetensi guru yang merupakan kemampuan dasar agar kinerjanya dalam mengajar bisa optimal. Kemampuan tersebut meliputi menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media sumber, menguasai landasan pendidikan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah serta memahami prinsip-prinsip hasil penelitian guru kepentingan pengajaran. (Sardiman, 2010, hlm. 62)
Kompetensi guru tersebut diharapkan mampu membentuk kinerja guru yang profesional. Guru sebagai manager of instruction (pengelola pengajaran) dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola seluruh proses pembelajaran dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa, sehingga siswa bisa bergairah dalam belajar akibatnya tujuan belajar pun tercapai. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat Al-Mujadalah Ayat 11:
… (سورة المجادلة : ۱۱).
Artinya : “...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Mujadalah : 11).
Masalah belajar merupakan masalah yang paling aktual dan dihadapi oleh setiap orang. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari beberapa hal yang dapat mengantarkan pada berhasil dalam belajar.
Keberhasilan belajar anak secara mendasar dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor intern dan faktor ekstern. Hal-hal yang mencakup faktor intern antara lain kecerdasan, bakat, motif, minat, perhatian, kesejahteraan jasmani dan cara belajar. Sedangkan yang mencakup faktor ekstern antara lain lingkungan alam, lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah dan pelajaran. (Slameto, 2003, hlm. 54).
Faktor intern dan ekstern secara jelas saling berkaitan dan sangat dibutuhkan dalam belajar. Salah satu faktor penting itu adalah minat siswa untuk belajar. Minat sangat mendukung kelancaran proses belajar siswa di sekolah.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi sebagaimana juga lembaga pendidikan agama lainnya juga mengajarkan pendidikan agama sebagai materi pokok dalam kurikulum yang digunakan. Pendidikan agama mempunyai tujuan yang pada hakikatnya sama dengan diturunkan agama Islam itu sendiri, yaitu membentuk dan mengembangkan manusia muslim menjadi tenaga ahli dan profesional serta terampil. Untuk pencapaian tujuan pendidikan agama tersebut, maka di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi ini juga diajarkan pelajaran Aqidah Akhlak yang sekiranya dapat membantu siswa dalam membentuk jiwa yang Islami.
Hasil observasi awal penulis saat proses pembelajaran aqidah akhlak berlangsung di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi khususnya di kelas X menemukan beberapa permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam belajar Aqidah Akhlak. Permasalahan tersebut diantaranya adalah :
Pertama, kurangnya perhatian siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa banyak yang berbicara dengan teman-temannya, sementara guru memberikan materi di depan kelas.
Kedua, minat untuk belajar juga rendah yang ditunjukkan dengan perilaku siswa yang kurang berkonsentrasi untuk di kelas. Hal ini ditandai misalnya pada saat proses pembelajaran pada mata pelajaran Aqidah Akhlak sedang berlangsung, siswa sering keluar kelas tanpa keterangan yang jelas, siswa juga sering mengantuk pada saat jam pelajaran. Jika ditanya kepada siswa, maka mereka menjawab tidak tahu, hal ini juga bahwa suasana pembelajaran tidak kurang nyaman dan kurang menyenangkan bagi siswa.
Ketiga, sumber belajar yang kurang memadai juga dihadapi oleh siswa yang belajar Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi dimana siswa tidak memiliki Lembaran Kerja Siswa (LKS), sehingga sumber informasinya terbatas. Kondisi ini membuat siswa mencatat banyak materi lain dari guru yang mengajar. Dengan adanya kegiatan seperti ini membuat proses pembelajaran berjalan lambat, dan kondisi ini membuat siswa menjadi kurang berminat belajar.
Keempat, imbas dari kurangnya ilmu yang di dapat di sekolah, maka siswa menjadi kurang memiliki wawasan keagamaan, sehingga siswa dalam berperilaku tidak mencerminkan akhlak seorang muslim, oleh karena banyaknya siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi berbicara tidak sopan atau dengan nada yang kasar.
Mencermati kondisi ini, maka diperlukan adanya strategi yang dilakukan guru untuk mengusahakan agar pelajaran Aqidah Akhlak menjadi suatu tuntunan dan kebutuhan bagi para pelajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi. Dengan demikian, maka strategi yang dilakukan yang nantinya tepat sasaran, sehingga siswa yang kurang berminat dalam belajar akan termotivasi dalam belajar. Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam suatu penelitian skripsi yang diberi judul “Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi”.
Fokus Penelitian
Penelitian ini memfokuskan kajian tentang strategi yang dilaksanakan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi. Penelitian dilakukan di kelas X, dengan alasan bahwa siswa kelas X ini kurang minat dalam mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak sehingga perlu adanya strategi dari guru untuk dapat menumbuhkan minat belajar siswa, dengan adanya strategi dari guru kiranya dapat meningkatkan minat belajar siswa dan tercapainya hasil yang diinginkan, baik dari sekolah,maupun orang tua.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah pokok yang muncul dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana strategi guru untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi ?
Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi ?
Bagaimana solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi ?
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Ingin mengetahui strategi guru untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Ingin mengetahui solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Kegunaan Penelitian
Untuk bahan masukan, pikiran dan pertimbangan bagi pihak sekolah tentang strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Untuk materi untuk menambah wawasan berpikir dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penulis mengenai strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.
Untuk syarat guna mencapai gelar Sarjana Strata (S1) dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Kajian Teoritik
Berdasarkan fokus permasalahan di atas maka penulis memerlukan beberapa pendapat para ahli atau ide-ide pemikiran dengan sumber rujukan yang ada dan pokok permasalahan yang diteliti, oleh karenanya penulis akan mengemukakan beberapa defenisi-defenisi yang berkaitan dengan pokok penelitian yaitu tentang Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Penulis akan mengemukakan beberapa konsep yang berkaitan dengan pokok penelitian dengan analisis selanjutnya. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut berikut :
1. Pengertian Strategi
Strategi dalam bahasa Inggris strategy, yang berarti siasat, akal atau ilmu siasat. (John M. Echols dan Hassan Shadily, 2005, hlm. 560). Michael J. Lawson dalam mengartikan “Strategi sebagai prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan tertentu.” Selanjutnya Robert mengartikan “Strategi adalah rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan”. (Muhibbin Syah, 1995, hlm. 215).
Strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran, maka strategi diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. (Syaiful Bahri Djamarah, 2002, hlm. 5). Dengan demikian, strategi adalah cara yang teratur dalam melakukan kegiatan secara berurutan atau sistematis dan kalimat terpikir baik-baik dimaksudkan dengan langkah yang terencana atau terprogram.
2. Hakikat Strategi Pembelajaran
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. (Maisah, 2004, hlm.75).
Menurut Newman dan Logan, strategi dasar dari setiap usaha meliputi empat masalah masing-masing.
a) Mengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut, dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
b) Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk menccapai sasaran.
c) Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.
d) Pertimbangan dan penetapan tolak – ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan. (Maisah, 2004, hlm.75).
Menurut Saiful Bahri Djamarah (2002) Metode pengajaran strategi adalah proses belajar-mengajar yang di naungi oleh lembaga pendidikan, sedang siswa merupakan pelaku yang belajar didalamnya secara bersamaan, sehingga mereka menyatu dan belajar bersama-sama dalam proses belajar-mengajar. (Saiful Bahri Djamarah, 2002, hlm. 79). Apabila dilihat dari siswa, metode pengajaran strategi merupakan proses yang dilakukan siswa dalam belajar, sedangkan dari guru strategi merupakan kewajiban yang harus depenuhi oleh guru terhadap siswa. Dalam sebuah acuan untuk meningkat kwualitas kinerja seseorang, maka diperlukan sebuah strategi yang dapat untuk dijadikan motivasi dalam proses belajar-mengajar.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. (Wina Sanjaya, 2009, hlm. 186-187).
Strategi adalah suatu usaha yang dilakukan guru dan anak didik agar bisa mencapai tujuan yang efektif dan efesien dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Al-Qur’an Surat Ar-Ra’ad ayat 11 menjelaskan sebagai berikut :
... .
Artinya: “...Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (QS. Ar-Ra’ad: 11).
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan guru dalam memotivasi minat belajar siswa, maka guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan indenfikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan yang melanda siswa tersebut.
3. Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan guru lah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Ada beberapa pendekatan dalam belajar mengajar diantaranya adalah :
a) Pendekatan Individual
Pendekatan individual adalah dengan memperhatikan perbedaan anak didik dan guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatana individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan indivudual terhadaap anak didik di kelas.
b) Pedekatan Kelompok
Pendekatan kelompok adalah membina dan mengembangkan sikap soial anak didik dengan kata lain guru pendekatan ini terjalin anatar guru dan siswa dalam kelompok belaajar. memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis mahkluk humo socius, yakni mahkluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.
c) Pendektan Bervariasi
Pendektan bervariasi ialah pendekatan yang dilakukan guru dengan permasalahan anak yang bervariasi. Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
d) Pendekatan Edukatif
Pendekatan edukatif adalah dimana guru melakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan mendidik, buka karena motif-motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti dan sebagainyaa. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan norma agama. (Saiful Bahri, 2010, hlm. 54-59).
4. Pengertian Guru
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen, dikemukakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kemudian Djamarah menyebutkan, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. (Anonim, 2008, hlm. 2). Sedangkan, guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000, hlm. 31). Guru adalah orang yang melakukan bimbingan atau orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan.” (Ramayulis, 2005, hlm. 49). Erwati Aziz mendefenisikan guru sebagai orang yang melaksanakan tugas mendidik atau orang yang memberikan pendidikan dan pengajaran, baik secara formal maupun non formal. (Erwati Aziz, 2003, h. 51).
Berdasarkan pengertian di atas, guru merupakan semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual mapun secara klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat (1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Ayat (2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/ atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan undang-undang yang berlaku. (3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: a) kompetensi pedagogik, b) kompetensi kepribadian, c) kompetensi profesional dan d) kompetensi sosial. Ayat (4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau serifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. (Anonim, 2006, h. 17-18).
Kemudian, berdasarkan tuntutan profesional itu, maka menjadi guru ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki yaitu:
Syarat fisik, meliputi berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh.
Syarat psikis, yakni sehat rohani.
Syarat keagamaan, yaitu seorang yang beragama dan mengamalkan ajaran agamanya.
Syarat teknis, yaitu harus memilki ijazah pendidikan guru seperti ijazah fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Tarbiyah atau ijazah keguruan lainnya.
Syarat pedagogis, yaitu menguasai metode mengajar, menguasai materi yang akan diajarkan dan ilmu-ilmu lain yang dan hubungannya dengan ilmu yang diajarkan.
Syarat administratif, yaitu harus diangkat oleh pemerintah, yayasan atau lembaga lain yang berwenang mengangkat guru sehinngga ia diberi tugas untuk mendidik dan mengajar.
Syarat umur, yaitu haruslah seorang dewasa. Dalam Islam kedewasaan itu disebut akil baligh, atau mukallaf. (Ramayulis, 2005, hlm. 51-52).
Sebagai guru maka ia diberikan kewenangan dalam menjalankan tugasnya. Tugas guru di antaranya adalah:
Sebagai pembimbing, guru harus membawa peserta didik kearah kedewasaan berpikir dan kreatif dan inovatif.
Sebagai penghubung, antara sekolah dan masyarakat, Dalam hal ini yang harus diperhatikkan adalah prinsip kerjasama dan bahu membahu dalam menciptakan akses edukatif bagi peserta didik.
Sebagai penegak disiplin, guru harus menjadi contoh dalam melaksanakan peraturan yang sudah ditetapkan oleh sekolah.
Sebagai administrator, sorotan guru harus pula mengerti dan melaksanakan urutan tata usaha terutama yang berhubungan dengan administrasi pendidikan.
Sebagai suatu profesi, seorang guru harus bekerja profesional dan menyadari benar-benar pekerjaan sebagai amanah dari Allah SWT.
Sebagai perencana kurikulum, maka guru harus berpartisipasi aktif dalam setiap penyusunan kurikulum, karena ia lebih tahu kebutuhan peserta didik dan masyarakat tentang masalah keagamaan.
Sebagai pekerja yang memimpin (quidance worker) guru harus berusaha membimbing peserta didik dalam pengalaman belajar.
Sebagai fasilitator pembelajaran, guru bertugas membimbing dalam mendapatkan pengalaman belajar, memonitor kemajuan belajar, membantu kesulitan belajar (melancarkan pembelajaran).
Sebagai motivator, guru harus dapat memberikan dorongan dan niat yang ikhlas karena Allah SWT dalam belajar.
Sebagai organisator, guru harus dapat mengorganisasi kegiatan belajar peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Sebagai manusia sumber, maka guru harus menjadi sumber nilai keagamaan, dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Sebagai manager, guru harus berpartisipasi dalam manajemen pendidikan di sekolahnya baik yang bersifat kurikulum maupun di luar kurikulum. (Ramayulis, 2005, hlm. 55-57).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka proses pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan dan menumbuhkan seluruh aspek pribadi dalam mempersiapkan suatu kehidupan yang mulia dan berhasil dalam suatu masyarakat dengan sebentuk pemenuhan profesionalitas dari seorang guru.
Penulis menyimpulkan bahwa guru adalah tenaga profesional yang bertanggung jawab untuk mendidik dan mengajarkan anak didik dengan pengalaman yang dimilikinya, baik dalam wadah formal maupun wadah non formal. Dengan upaya ini maka anak didik bisa menjadi orang yang yang cerdas dan beretika tinggi sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Karena tugasnya itu lah, maka guru memiliki arti dan peranan yang sangat penting dalam pendidikan Islam
5. Pengertian Minat Belajar
Muhibbin Syah menyatakan minat (interes) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.” (Muhibbin Syah, 2003, hlm. 151). Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. (Slameto, 2003 hlm. 180). Minat sebagai kesenangan atau ketidaksenangan yang terjadi karena pengalaman masa lalu, sekarang, atau bayangan masa lalu. (Zainuddin Arief, 1982, hlm. 78). Dengan demikian, Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya. Dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.
Skinner dalam Muhibbin Syah mengatakan bahwa belajar adalah suatu adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.” (Muhibbin Syah, 2003, hlm. 89). Chaplin dalam Muhibbin Syah mengemukakan belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. (Muhibbin Syah, 2003, hlm. 65).
Menurut penulis sendiri, belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah dari waktu ia mengalami situasi itu kewaktu ia sesudah mengalami situasi tadi.
Keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh anak didik. Salah satu kegiatan penunjang belajar adalah minat baca siswa terhadap materi pelajaran yang didapat di sekolah.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat anak, anak tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dengan pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat belajar anak lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Bila terdapat anak yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu. (Nana Sudjana, 2001, hlm. 57).
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut. Kebutuhan anak akan belajarnya bisa timbul dari minat yang disebabkan ia perhatian, senang dan lain sebagainya.
Minat merupakan faktor perangsang yang kuat untuk melakukan aktivitas yang timbul karena perasaan senang, bakat, cita-cita dan perhatian. Semua itu bermula dari adanya suatu kebutuhan. Suatu yang menarik minat menimbulkan dorongan kuat untuk melakukan aktivitas dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, minat timbul bukannya secara spontan, melainkan timbul atas dorongan sadar dengan perasaan senang karena adanya perhatian, misalnya belajar atau bekerja. (J. Marbun, 1989, hlm. 105).
Dikaitkan dengan minat belajar siswa, maka minat dapat diartikan sebagai keinginan atau kemauan yang mendorong proses menyerap, mengumpulkan dan mempelajari ilmu, perbendaharaan kata, ataupun fakta dalam kegiatan belajar.
6. Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar
Minat dapat muncul dalam diri sendiri seseorang apabila ada stimulasi dari luar walaupun pada dasarnya minat berasal dari dalam diri, yang dapat dilihat dalam bentuk aktivitas. Di dalam proses belajar membaca, salah satu peran guru yang terpenting adalah melakukan usaha-usaha dan menciptakan kondisi yang mengarah anak didik melakukan kegiatan membaca dengan baik. Guru perlu memperlihatkan sikap yang mampu mendorong anak didik untuk aktif membaca secara sungguh-sungguh.
Minat berfungsi sebagai sumber hasrat untuk melakukan sesuatu kegiatan dan juga pendorong bagi anak didik untuk belajar. Ditinjau dari segi didaktik, jika minat anak dapat dibangkitkan untuk kemudian seluruh perhatiannya dapat dipusatkan kepada bahan bacaan ada. (Alamsyah Alipandie, 1984, hlm. 16).
Minat sangat diperlukan untuk kegiatan belajar. Tidak dapat dipungkiri minat memberikan peran yang cukup besar bagi keberhasilan belajar. Guru sepatutnya bertumpu pada alasan ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah. Guru adalah salah satu faktor yang menentukan berbagai keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Untuk itu, profesionalitas guru dalam suatu pembelajaran sangatlah perlu dan dirasakan penting. Menurut Suharsimi Arikunto, ukuran profesionalnya guru dalam mengajar terlihat dari kompetensinya dalam:
Menguasai bahan meliputi menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum, dan menguasai bahan penunjang bidang studi.
Mengelola program pembelajaran berupa merumuskan tujuan intruksional, mengenal dan dapat mengunakan prosedur intruksional yang tepat, melaksanakan program pengajaran dan mengenal kemampuan anak didik.
Mengelola kelas meliputi mengatur tata ruang kelas dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.
Menggunakan media/sumber.
Menguasai landasan-landasan pendidikan.
Mengelola interaksi pembelajaran.
Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran.
Mengenal layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan. (Suharsimi Arikunto, 1990, hlm. 239).
Guru yang memiliki kinerja yang baik adalah orang yang memiliki karekteristik sebagai berikut:
Komitmen terhadap profesionalitas yang melekat pada dirinya, dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continaus improvement.
Menguasasi ilmu dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsi dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, atau sekaligus melakukan transfer ilmu/pengetahuan, internalisasi, serta amaliah (implementasi).
Mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi dan menjadi model atau sentral indentifikasi diri, atau menjadi pusat panutan, teladan dan kesulitan bagi peserta didiknya
Memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
Mampu bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan. (Muhaimin, 2003, hlm. 216).
Guru sebagai pengajar atau pendidik merupakan salah satu faktor yang menjadi penentu keberhasilan setiap usaha pendidikan. Oleh karena itu, upaya guru dalam peningkatan minat belajar siswa adalah suatu hal yang amat penting. Guru harus mampu menumbuhkan minat belajar siswa melalui tahap-tahap pembelajaran. Proses pembelajaran harus melalui tiga tahap strategis yaitu:
Tahap pra intruksional yaitu persiapan sebelum mengajar dimulai dimana guru mempersiapkan komponen pembelajaran seperti materi pelajaran, media pembelajaran, sumber belajar dan lain sebagainya.
Tahap intruksional, yaitu saat mengajar dimana guru melaksanakan semua rencana dalam mengajar.
Tahap evaluasi yaitu penilaian hasil belajar. Untuk mengetahui keberhasilan belajar, maka dilakukan penilaian terhadap kegiatan belajar. (Muhibbin Syah, 2003, hlm. 217).
Guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. Fungsi perencanaan persiapan mengajar adalah bahwa persiapan mengajar hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam perkembangan persiapan mengajar sebagai berikut:
Kompetensi yang harus dirumuskan dalam persiapan mengajar harus jelas.
Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.
Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Persiapan mengajar yang harus dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas pencapaiannya.
Harus ada koordinasi antara komponen pelaksanaan program di sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim. (E.Mulyasa, 2004, hlm. 81).
Pelaksanaan pembelajaran selayaknya berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Namun, situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses pembelajaran. Oleh sebab itu, guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan situasi yang dihadapi. Pembelajaran itu sendiri tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur. (Oemar Hamalik, 2005, hlm. 57).
Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh tenaga pengajar atau institusi penyedia layanan pendidikan supaya dapat memberdayakan siswa untuk belajar secara mandiri atau menyeluruh untuk belajar. Usaha tersebut ditempuh melalui jalur belajar, jalur fasilitas, prosedur dan lain sebagainya. Mengingat tugas guru yang berat itu, guru yang mengajar perlu mempunyai prinsip-prinsip mengajar dan harus dilaksanakan seefektif mungkin agar guru tidak asal mengajar. Munurut Ibrahim dan Nana Syaodih bahwa prinsip-prinsip pengajaran itu adalah prinsip perkembangan, prinsip perbedaan individu, minat dan kebutuhan anak, aktivitas dan motivasi. (R. Ibrahim dan Nana Syaodih, 1996, hlm. 24-27).
Pertimbangan yang mesti dilakukan pengajar dalam memilih metode mengajar dalam pembelajaran secara tepat dan akurat yaitu tujuan instruksional, pengetahuan awal siswa, bidang studi/pokok bahasan, alokasi waktu dan sasaran penunjang dan jumlah siswa. (Martinis Yamin, 2003, hlm. 64-65).
Guru harus menggunakan metode yang bervariasi. Variasi metode mengakibatkan penyajian bahan lebih menarik perhatian dan diterima siswa dan pembelajaran akan lebih kondusif. (Slameto,2003 hlm. 92). Variasi metode dalam suatu pembelajaran diharapkan mampu mengantarkan pembelajaran pada suatu tujuan yang telah ada. Selanjutnya guru diharapkan jangan terpaku pada satu metode saja dalam penyampaian materi yang ada.
Strategi bisa menjadi pilihan guru untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar di sekolah adalah:
Menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya siswa menaruh minat pada cerita Nabi Khaidir. Sebelum mengajar Aqidah, pengajar dapat menarik perhatian siswa dengan menceritakan sedikit mengenai Nabi Khaidir, kemudian sedikit demi sedikit diarahkan pada materi yang sesungguhnya.
Membentuk minat-minat yang baru pada siswa. Hal ini dilakukan dengan cara menghubungkan bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa yang akan datang.
Pengajaran dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak melakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. Diharapkan pemberian insentif akan membangkitkan motivasi siswa, dan mungkin minat terhadap bahan yang diajarkan akan muncul. Intensif apapun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing-masing
Siswa-siswa yang secara teratur dan sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik dari pada siswa-siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau atau karena tidak adanya kemajuan. Menghukum siswa karena hasil kerjanya yang buruk tidak terbukti efektif, bahkan hukum yang terlalu kuat dan sering lebih menghambat belajar. Tetapi hukum yang ringan masih lebih baik daripada tidak ada perhatian sama sekali. (Slameto,2003 hlm. 181-182).
Dalam proses pembelajaran guru hendaknya melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, memuji, menegur, menghukum, atau memberi nasehat. Tindakan guru tersebut berarti menguatkan minat instrinsik; tindakan guru tersebut juga berarti mendorong siswa belajar, suatu penguatan minat belajar. Siswa tertarik belajar karena ingin memperoleh hadiah. Meskipun hadiah memiliki fungsi yang tepat untuk membangkitkan minat siswa, namun guru mestilah memperhatikan waktu penggunaannya, sehingga hadiah memiliki fungsi sebagai pembangkit minat belajar saat digunakan dalam pembelajaran.
Kemudian dapat ditambahkan juga bahwa guru dapat meningkatkan minat belajar siswa dengan cara:
Melalui karyawisata. Guru membawa siswa ke luar ruangan kelas untuk belajar. Bisa di lingkungan sekolah untuk mengenal situasi dan lingkungan sekolah, bisa juga mengunjungi objek wisata yang ada sangkut pautnya dengan materi pelajaran yang diberikan di sekolah. Dengan begitu, pengetahuan dan pemahaman para siswa bertambah berkat pengalamannya selama melakukan karyawisata. Dalam prosesnya, karyawisata dilakukan dengan menghubungkan konsepsi yang telah disampaikan di kelas dengan situasi yang ada pada objek wisata, sehingga karya wisata itu benar-benar mengaktifkan para siswa.
Melalui seminar. Hasil yang didapat para siswa dari karyawisata perlu dilanjutkan dengan seminar atau diskusi, sehingga pengetahuan siswa menjadi berkembang. Dengan melalui seminar atau diskusi, pengalaman para anak didik akan terungkapkan dan aktif memecahkan permasalahan yang tidak bisa dipecahkan oleh anak didik secara individual. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002,, hlm. 41)
Dengan demikian upaya meningkatkan minat belajar serta implementasinya terhadap belajar dapat dilakukan secara maksimal. Berbagai Pelaksanaan pembelajaran harus beriringan dengan kegiatan evaluasi.
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai, atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan pengukuran. (Mukhtar, 2003, hlm. 59). Evaluasi merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh kemampuan/kompetensi yang dimiliki oleh siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan sistem pendidikan. (Oemar Hamalik, 2001, hlm. 147).
Beberapa jenis tagihan dalam evaluasi pembelajaran yaitu pertanyaan lisan di kelas, kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik, responsi atau ujian praktik dan ujian akhir. (Martinis Yamin, 2003, hlm. 146-148).
Pedoman pembelajaran bisa digunakan guru dalam peningkatan prestasi siswa di sekolah yang akan dapat tercipta melalui konsep yang jelas dan sistematis. Guru bisa mengajar dengan strategi yang tepat jika mengikuti semua yang telah disusun, diprogramkan dan direncanakan, sehingga bisa membangkitkan minat belajar siswa.
7. Aqidah Akhlak
a) Pengertian Aqidah
Aqidah menurut bahasa berasal dari isim masdar, berarti imam, keyakinan dan kepercayaan. Menurut istilah Aqidah Islam adalah sesuai yang diyakini atau diimani kebernarannya oleh hati manusia sebagai pandangan yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam dengan berpedoman kepada sumber hukum Islam yaini Al-Qur’an dan Al-Hadist. (H.Abd. Somad, dkk, 2008, hlm. 1).
Akhlak menurut bahasa merupakan bentuk isim masdar, yang berarti budi pekerti, tabiat dan watak, sedangkan menurut istilah suatu kondisi atas sifat yang telah meresap dalam jiwa manusia dan menjadi kepribadian yang ditimbulkan dari berbagai macam perbuatan dengan sendirinya. (H.Abd. Somad, dkk, 2008, hlm. 2).
Dengan demikian, Aqidah akhlak adalah suatu sikap batin yang mempercayai keesaan Allah dan berprilaku sesuai dengan syariah Allah tersebut, yaitu agama Islam.
Dalam sisi etika dan akhlak, aqidah islam telah berhasil menumbuhkan kesadaran diri (al- wa’iz adz- dzati) yang mempercayai bahwa sang pencipta yang maha agung selalu memperhatikan segala tingkah laku manusia, dan setiap sepak terjangnya pasti memiliki pahala dan dosa. Hal ini akan menyebabkan keseimbangan naluri (gharizah) dan tumbuhnya akhlak yang mulia ( dalam dirinya) satu unsur yang dapat kita temukan dalam seluruh hukum islam.
Sesungguh nya pandangan manusia terhadap kehidupan dan alam semesta, pengetahuan yang dimiliki nya berkenaan berbagai bidang dan bahkan naluri dan perasaan semua itu ber sumber dari aqidah yang di yakini nya. Disamping itu aqidah tersebut juga memiliki peran yang sangat penting dalam membina dan membangun pemikiran, etika dan tata cara hidup sosialnya
b) Pengertian Akhlak
Akhlak (Al-Khuluq) adalah perangai (As-Sajiyyah) dan tabi’at (At-Thab). Al-Khuluq menurut bahasa adalah sesuatu menjadi kebiasaan seseorang yang berupa adab. Al-Khuluq itu adalah tabiat yang bisa dibentuk. (Muhammad Suwaid, 2006, hlm. 222). Akhlak adalah kelakukan yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai) masyarakat, yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakukan tersebut. Tindakan itu haruslah mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan atau keinginan pribadi. (Zakiah Daradjat, 2001, hlm. 56).
Perkataan akhlak berasal dari bahasa arab, bentuk jamak dari khuluk yang artinya tabiat, budi pekerti, watak. Juga terdapat beberapa kat aganti lain atau sinonim untuk perkataan akhlak seperti kesusilaan, sopan santun dalam bahasa indonesia, moral, ethic dalam bahasa inggris. Menurut ibnu athir dalam kitabnya an-nihayah khuluk ialah gambaran batin manusia yaitu jiwa dan sifat- sifat, sedangkan akhlak merupakan gambar bentuk luar seperti raut muka, warna kulit, rendah tinggi tubuhnya dan sebagainya.
Menurut Imam Ghozali dalam kitabnya ihya ulumuddin Atrinya: akhlak ialah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan- perbuatan dengan mudah dengan tudan memerlukan pertimbangan atau pemikiran. (Zakiah Daradjat, 2001, hlm. 57).
Akhlak secara etimologi berasal dari kata khalaqa yang berarti mencipta, membuat, atau menjadikan.Akhlak adalah kata yang berbentuk muprad,jamak nya adalah khuluqu,yang berarti perangai, tabi’at, adat atau khaqun yang berartikejadian, buatan, ciptaan.jadi, Akhlak selanjut nya dalam bahasa indonesia di sebutkan Akhlak, secara etomologi di sebutkan perangai, adat, tabiat, atau sistem prilaku yang yang di buat manusia. Akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergangtung kepada tata niali yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sisiologis di Indonesia kata Akhlak sudah mengandung konotasi baik sehingga orang yang ber Akhlak berarti orang yang baik. (Mohammad Rapiq. Dkk, 2009, hlm. 144).
Dari defeniasi tersebut diatas dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa perbuatan yangmerupakan manifestasi Akhlak adalah apabila memenuhi dua syarat yaitu perbuatan yang dilakukan berulangkali sehingga menjadi adat atau ke biasaan dan perbuatan yang di lakukan dengan kesadaran jiwa, bukan dengan paksaan.Akhlak adalah hal ihwal yang melekat dalam jiwa, dari pada nya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah tampa berpikir dan di teliti oleh manusia, sebalik nya jika perbuatan itu buruk maka dinamakan Akhlak buruk. Akhlak yang dapat melalui pembawaan atau melalui latihan-latihan itu akan dapat tambahan kuat di jwa seseorang dan ber kembang menjadi sebuah ke pribadian, ia dilakukan dengan muda tampa ada unsur paksaan dari siapapun dan itu adalah suatu cerminan jiwa seorang atau tidak nya.sebagai mana firman allah dalam Al quran :
وَإِنكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٌ (القلم : ٤)
Artinya : “Dan sesungguh nya kamu bener-benar berbudi pekertui yang agung” (Q.S. Al-Qolam : 4).
Al-qur’an didalamnya terdapat ajaran yang mengandung prinsip yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha-usaha pendidik, baik yang mengangkat masalah iman, akhlak, sosial, dan ilmu pengetahuan lainnya. Seperti kisah Luqman ayat 13 yang berbunyi :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لاِبْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَبُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ (سورة لقمان: ٣١)
Artinya :“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu dia memberikan pelajaran kepadanya : Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutu Allah adalah benar-benar kezholiman yang besar” (Q.S. Luqman : 13).
Dengan demikian, Aqidah Akhlak yang merupakan salah Satu sub mata pelajaran pendidikan islam di Madrasah Aliyah (MAN) mengandung pengertian: pengetahuan, pemahaman dan meyatakan tentang keyakinan atau kepercayaan(iman)dalam islam yang menetap dan melekat dalam hati yang ber fungsi sebagai pandangan hidup, untuk selanjut nya di wujudkan dan memancarkan dalam sikap hidup, perkataan dan amal perbuatan siswa dalam segala asfek kehidupannya sehari-hari.
Menurut imam Al-Gazali yang dikenal sebagai hujjatul islam (pembela islam) yang dikutip Abudin Nata dalam buku akhlak tasauf mengatakan akhlak adalah :
اَلْخُلْقُ عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فىِ الّنَفْسِ رَاسمَِةٍ عَنْهَا يَصْدُرُ اْلأَفْعَالَ بِسُهُوْلَةٍ وَيَسِيْرُ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ إِلىَ فِكْرِ رِوَايَةٍ (رواه البخاري ومسلم).
Artinya : “akhlak ialah suatu sipat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan, dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)” (HR. Bukhori Muslim, hlm.276).
Defenisi akhlak tersebut di atas tampak tidak ada yang bertentangan,melainkan memiliki kemiripan antara satu dengan lainnya defenisi-defenisi akhlak tersebut secara substansi tampak saling melengkapi.dan dirinya dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pimikiran.
Perbuatan akhlak adalah yang timbul dari dalam diri orang mengajarkannya,tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau sandiwara.
Sejalan dengan ciri perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah. (Mohammad Rapiq. Dkk, 2009, hlm. 12).
B. Studi Relevan
Sepanjang yang penulis ketahui tidak ada peneliti yang melakukan penelitian mengenai Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi. Meskipun demikian, sepanjang penulis tahu peneliti-peniliti terdahulu sebelum penelitian ini ada kesamaan (pendekatan) dengan judul penelitian yang penulis bahas ini. Penelitian terdahulu yang telah dikemukakan mereka antara lain :
1. Zaki Tamrin dalam skripsinya yang berjudul Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak Di Madrasah Tsanawiyah Ihya’ Ulumuddin Desa Sengkati Baru Kecamatan Mersam Kabupaten Batang Hari tahun ajaran 2011. dalam skripsi ini beiau mengemukakan pokok masalah diantaranya : Bagaimana proses pembelajaran Aqidah Akhlak, Faktor penghambat dan pendukung dalam proses pembelajaran Aqidah dan usaha yang dilakukan guru untuk mencapai kebarhasilan siswa dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Ihya’ Ulumuddin
2. Zulkarnain dalam skripsinya yang berjudul “Eksistensi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Siswa Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Muaro Jambi” tahun ajaran 2009. Dalam skripsi ini beliau mengemukan pokok masalah dianataranya : Apa penyebab merosotnya akhlak siswa di SMP Negeri 19 Muaro Jambi, Apa peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan akhlak siswa di SMP Negeri 19 Muaro Jambi dan Fakor-faktor apa yang mendukung bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan akhlak siswa di SMP Negeri 19 Muaro Jambi.
3. Muhmmad Firdaus, dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Guru dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Berembang Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi tahun ajaran 2008. dalam skripsi ini beliau mengemukan pokok masalah dianataranya : Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan disiplin belajar siswa di MTs Negeri Berembang, Apa saja kendala-kendala guru dalam meningkatkan disiplin belajar siswa di MTs Negeri Berembang dan Bagaimana hasil yang dicapai guru dalam meningkatkan disiplin belajar siswa di MTs Negeri Berembang.
Penulisan skripsi ini dibandingkan dengan skripsi terdahulu terdapat keunikan tersendiri dimana dalam skripsi ini penulis mengurai secara detail tentang strategi-strategi yang dilakukan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Aspek yang diteliti adalah Bagaimana strategi guru untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak, Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa serta Bagaimana solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Adapun persamaan dan perbedaan skripsi ini dengan skripsi terdahulu, sebagaimana yang dikemukan oleh Zaki Tamrin dalam skripsinya yang berjudul Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak Di Madrasah Tsanawiyah Ihya’ Ulumuddin Desa Sengkati Baru Kecamatan Mersam Kabupaten Batang Hari. Pada penelitian ini persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang mata pelajaran Akidah Akhlak, sementra pada aspek perbedaannya adalah penulis lebih memfokus pada strategi memotivasi siswa dalam belajar Akidah Akhlak. Begitu juga dengan Zulkarnain dalam skripsinya yang berjudul “Eksistensi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Siswa dan Muhmmad Firdaus, dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Guru dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pokok masalah tentang strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi tahun ajaran 2015/2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini penulis membahas tentang strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Lokasi penelitian ini di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi, dengan alasan sekolah ini adalah sekolah yang masih dihadapkan pada permasalahan strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa, dan permasalan ini belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya.
2. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah 1 kepala sekolah, 1 guru Aqidah Akhlak dan siswa yang diambil dengan menggunakan cara purposive sampling yaitu teknik yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu yang diperkirakan erat sangkut pautnya.dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. (Sanafiah Faisal, 1990, hlm. 202). Maka ditetapkan informan kunci adalah guru Aqidah Akhlak, sedangkan kepala sekolah dan siswa dijadikan informan tambahan. Subjek dalam penelitian ini sebagian didatangi dan diwawancarai, dan sebagian lagi didatangi untuk diamati atau diobservasi secara langsung. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian informasi atau data yang diperoleh melalui wawancara dengan data yang diperoleh melalui observasi melalui teknik triangulasi, sehingga data atau informasi sampai pada titik jenuh.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
a). Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder kalau dipergunakan orang yang tidak berhubungan langsung dengan penelitian yang bersangkutan. (Mukhtar , 2007, 87).
Data primer yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah data mengenai strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi, yang meliputi:
Strategi guru untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
Solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
b). Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. (Sanafiah Faisal, 1990 : 91). Dalam penelitian ini adalah data yang diambil di gambaran umum di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi sebagai berikut:
Historis dan geografis Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
Struktur organisasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
Keadaan guru dan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
Keadaan sarana dan prasarana Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
Sumber Data
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini orang dan materi yang terdapat di di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi yang meliputi guru Aqidah Akhlak, kepala sekolah, siswa kelas X, arsip dan peristiwa/kejadian.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi data-data yang diinginkan, peneliti dalam hal ini menerapkan beberapa metode sebagai berikut:
1. Observasi
Metode observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan kegiatan pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh indera. (Suharsimi Arikunto, 2006, hlm 156). Penulis menggunakan metode observasi non partisipan untuk melihat di lapangan tentang strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi , yang meliputi:
Strategi guru untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
Solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
2. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. (Suharsimi Arikunto, 2006, hlm 155). Wawancara tidak terstruktur dengan menggunakan kaset dilakukan untuk mengumpulkan data tentang strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi , yang meliputi:
Strategi guru dalam tahap pra instruksional untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Strategi guru dalam tahap instruksional untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Strategi guru dalam tahap evaluasi untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat khabar, majalah, notulen rapat, prasasti, legger, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2006, hlm 231). Dokumentasi penulis gunakan untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan dengan gambaran umum di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi , yang meliputi:
Historis dan geografis Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
Struktur organisasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
Keadaan guru dan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
Keadaan sarana dan prasarana Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
E. Teknik Analisis Data
Setelah selesai penelitian ini, maka data yang di peroleh terlebih dahulu diseleksi menurut kelompok variabel-variabel tertentu dan dianalisis melalui segi kualitatif, dengan teknik :
Analisis Domain
Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran/pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang apa yang tercakup di suatu fokus/pokok permasalahan yang diteliti. (Sanapiah Faisal, 1990 : 91). Analisis domain ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan penelitian secara garis besarnya yaitu mengenai gambaran umum strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi adalah analisis yang lebih rinci dan mendalam dan fokus penelitian di tetapkan terbatas pada domain tertentu yang sangat berguna dalam upaya mendeskripsikan atau menjelaskan fenomena/fokus yang menjadi sasaran semula penelitian. (Sanapiah Faisal, 1990, hlm. 98). Analisis taksonomi ini digunakan dalam menganalisa data tentang strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Analisis Komponensial
Analisis komponensial juga baru dilakukan setelah penelitian mempunyai cukup banyak fakta/informasi-informasi dari hasil wawancara dan observasi yang melacak kontras-kontras tersebut oleh peneliti di pikir/dicarikan dimensi yang bisa mewadahinya. (Sanapiah Faisal, 1990, hlm. 103). Analisis komponensial ini digunakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
F. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. (Lexy J. Moleong , 2007, hlm. 330). Jadi dalam hal ini mengecek sumber data yang diperoleh di lapangan berkenaan dengan penelitian ini. Ada empat macam trianggulasi yaitu dengan menggunakan sumber, metode, penyidik dan teori. Penelitian ini penulis menggunakan triangulasi dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya, pemerintah.
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. (Lexy J. Moleong , 2007, hlm. 331).
Trianggulasi dengan metode menurut Moleong adalah: Pertama, pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Trianggulasi dengan penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analis lainnya. Sedangkan, trianggulasi dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara induktif dan secara logika. (Lexy J. Moleong , 2007, hlm. 332).
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan tentang strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama enam bulan. Penelitian dilakukan dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum diajukan kepada sidang munaqasah. Hasil sidang munaqasah dilanjutkan dengan perbaikan dan penggandaan laporan penelitian skripsi. Adapun jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1: Jadwal Penelitian
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. TEMUAN UMUM
1. Historis Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi
Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang secara historis berasal dari lembaga pendidikan swasta dengan nam “Madrasah Aliyah Swasta Dharma Wanita Kantor Kementeria Agama Kota Jambi”. Secara periodik kemudian madrasah ini mengalami perkembangan hingga beralih status menjadi madrasah negeri, dan secara otomatis menjadi milik penuh pemerintah yang berada di bawah Kementerian Agama kota Jambi. Madrasah Aliyah Negeri 3 yang lebih dikenal di kalangan peserta didik, guru, dan karyawan dengan sebutan MANTRI yang pertama kali memiliki status sekolah negeri di kota Jambi pada tahun 2009.
Berdirinya Madrasah Aliyah 3 Kota Jambi merupakan sebuah upaya dalam menyediakan lembaga pendidikan yang kemudian dapat memberikan pendidikan dan pengajaran serta penanaman nilai-nilai ke-Islam khususnya bagai peserta didik yang berdomisili di kelurahan Payoselincah Kecamatan Jambi Timur. Latar belakang pendirian madrasah tersebut pada awalnya berangkat dari semakin tingginya animo masyarakat untuk menitipkan anak-anak mereka untuk didik sesuai dengan nilai dan ajaran Islam.
Pendirian Madrasah Aliyah Swasta Dharma Wanita Kantor Kementerian Agama kota Jambi diprakarsai oleh Bapak Abdul Fatah, S.Pd dengan memanfaatkan tanah wakaf yang diberikan masyarakat untuk kemudian dikelola secara optimal dalam rangka mempersiapkan generasi penerus bangsa yang memiliki integritas dan komitmen tinggi terhadap penanaman nilai-nilai ajaran Islam. Setelah madrasah tersebut resmi menjadi sebuah institusi pendidikan Islam, maka amanah kepala madrasah diberikan kepada Bapak Abdul Fatah, S.Pd. Seiring dengan perkembangan zaman, madrasah ini kemudian berjalan normal sebagaimana sekolah-sekolah dan madrasah lainnya, sampai kemudian mengalami perubahan status pada tahun 2009 menjadi Madrasah Aliyah Negeri dengan konsekwensi bahwa seluruh pola manajemen dan sumber dana, serta pembangunan menjadi tanggung jawab pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Agama. (Dokumentasi, Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi Tahun 2016).
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai dengan semakin mudahnya akses informasi, berimplikasi langsung pada keberadaan Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi. Namun demikian, yang menjadi persoalan kemudian adalah lokasi madrasah yang belum memenuhi standar luas areal apabila dibandingkan dengan madrasah-madrasah negeri lainnya. Mengingat lokasi madrasah yang masih sangat terbatas pada satu sisi, namun di sisi lain jumlah peserta didik semakin bertambah sehingga kemudian membutuhkan tambahan ruang belajar untuk menampung mereka dalam melaksanakan kegiatan belajar. Penambahan ruang belajar menjadi terkendala disebabkan areal madrasah yang sempit, sehingga kemudian kepala madrasah bersama jajarannya melakukan komunikasi aktif dengan para tokoh masyarakat dengan langkah-langkah positif terkait dengan rencana madrasah ini dipindahkan ke areal khusus yang tentunya permanen dan representatif, karena selama ini kondisi Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi setelah mengalami perubahan status menjadi negeri hanya menumpang di lokasi tanah wakaf yang merupakan milik Dharma Wanita Kantor Kementeri Agama Kota Jambi.
Setelah melalui berbagai usaha dalam rangka kepindahan MAN 3 ke lokasi yang permanen, akhirnya kepala madrasah mendapat informasi tentang tanah wakaf yang diberikan masyarakat untuk keperluan pendidikan. Kepala madrasah kemudian berkoordinasi secara intens dan serius dengan pihak-pihak terkait, terutama Kantor Kementerian Agama Kota dan Provinsi Jambi terkait dengan pemanfaatan tanah wakaf untuk kegiatan pendidikan yang dalam hal ini adalah Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi. Memasuki tahun 2012, kepala madrasah yang dalam hal ini adalah Bapak Abdul Fatah, S.Pd akan memasuki usia pensiun, sehingga kemudian Kantor Kementerian Agama Provinsi Jambi melakukan regenerasi kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi dengan mengangkat Bapak M. Zakri K, M.Pd.I untuk menjabat kepala MAN 3 menggantikan Bapak Abdul Fatah, S.Pd yang sudah memasuki usia pensiun.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi mengalami perkembangan dan pertumbuhan terutama ditinjau dari jumlah peserta didik yang selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, sehingga kemudian menjadi perhatian tersendiri bagi kepala madrasah yang baru untuk melakukan berbagai inovasi, baik administrasi maupun fasilitas dan sarana pendidikan. Dengan kepemimpinan kepala madrasah yang baru, membawa madrasah ini ke arah yang lebih baik sehingga ketersediaan gedung belajar tidak mampu lagi menampung peserta didik yang setiap tahun selalu bertambah jumlahnya. Dan pada akhirnya kepala madrasah berkoordinasi dengan pihak Kantor Kementeri Agama Provinsi dan Kota Jambi terkait dengan rencana pemindahan areal MAN 3 dari Selincah ke lokasi yang baru, tepatnya berada di Jalan Marene RT. 07 Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Jambi Selatan.
Setelah mendapatkan dukungan yang kuat dari Kantor Kementerian Agama Kota dan Provinsi Jambi, akhirnya pada bulan Agustus 2014 atas dasar prakarsa kepala madrasah dan seluruh elemen Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi berkomitmen pindah ke lokasi baru yang permanen dan dianggap cukup representatif. Dengan segala keterbatasan, terutama gedung yang digunakan kegiatan belajar mengajar yang sangat terbatas ditambah dengan fasilitas lainnya yang belum tersedia, sehingga kemudian semakin memacu semangat dan kinerja seluruh elemen MAN 3 kota Jambi untuk berusaha melakukan sesuatu yang positif demi kelancaran kegiatan belajar di madrasah tersebut.
Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi dalam tinjauan sejarah kepemimpinan merupakan salah satu madrasah negeri yang tergolong masih baru. Oleh karena itu, maka kepemimpinan pun tidak mengalami beberapa pergantian sebagaimana sekolah/madrasah lainnya yang memang secara periodik telah mengalami beberapa kali pergantian kepala madrasah. Dalam usia yang cukup relatif muda, Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi baru dipimpin oleh dua orang kepala madrasah. Periode pertama dipimpin oleh Bapak Abdul Fatah, S.Pd dan berakhir kepemimpinanya pada tahu 2012 dikarenakan beliau telah memasuki usia pensiun. Tongkat estafet kepemimpinan kemudian dilanjutkan oleh Bapak Drs. M. Zakri K, M.Pd.I dari tahun 2012 hingga sekarang. Salah satu usaha yang tampak adalah penambahan gedung belajar dan beberapa gedung lainnya seperti gedung untuk laboratorium komputer, gedung majelis guru dan beberapa fasilitas pendukung lainnya.
Keberadaan pimpinan yang inovatif, kreatif, dan produktif menjadi sebuah kebutuhan dalam memajukan dan mengembangkan Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi. Hal ini didasari atas realitas madrasah tersebut yang memang masih tergolong baru dibandingkan dengan madrasah negeri lainnya yang ada di kota Jambi, seperti MAN Insan Cendekia Jambi, MAN Model Jambi, dan MAN Olak Kemang Seberang Kota Jambi, terutama dalam hal ketersediaan ruang belajar yang representatif, gedung laboratorium, dan beberapa fasilitas pendukung lainnya. Dengan beralihnya MAN 3 ke wilayah Marene, maka peseta didik yang melanjutkan pendidikannya di madrasah tersebut semakin meningkat disebabkan kemudahan akses menuju madrasah tersebut, dan dengan dukungan nuansa lokasi madrasah yang masih tampak asri, serta cukup jauh dari suasana keramaian dan kesibukan lalu lintas kendaraan.
2. Geografis Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi
Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi berada di jalan Marene RT. 07 Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi. Sekitar 10 KM dari pusat kota Jambi, sehingga untuk akses ke lokasi Madrasah Aliyah Negeri 3 dapat ditempuh dengan kendaraan umum maupun pribadi. Lokasinya juga berdekatan dengan rumah penduduk setempat dan telah berasimilasi dengan pemukiman penduduk setempat.
Struktur lokasi Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi dari aspek geografis dapat dikatagorikan sebagai lokasi yang cukup strategis, dimana madrasah tersebut berada di tengah-tengah pemukiman warga setempat. Secara rinci tata letak MAN 3 dapat dilihat berikut ini:
Sebelah timur berbatasan dengan jalan umum dan pemukiman warga.
Sebelah barat berabatasan dengan jalan umum dan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Sebelah selatan berbatasan dengan rumah dan pemukiman warga.
Sebelah utara berbatasan dengan pemukiman warga. (Dokumentasi, Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi Tahun 2016)
Kemudian dari letak bangunan, Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi ini merupakan suatu tempat yang dipandang sangat baik untuk kegiatan belajar mengajar, dimana lokasi atau areal madrasah tersebut berada di tengah-tengah perkampungan dan pemukiman warga dan cukup jauh dari kebisingan, mengingat jalan lingkar lintas selatan tempat keramaian kendaraan dengan tonase tinggi berjarak sekitar 2 kilometer dari lokasi madrasah. Sehingga kemudian belum memberikan dampak negatif terhadap kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi.
Lokasi madrasah yang cukup jauh dari jalan lingkar selatan dapat menunjang bagi kelancaran pendidikan karena letaknya yang jauh dari kebisingan kota sehingga tidak banyak mengalami hambatan dan gangguan dalam kelancaran di saat berlangsungnya proses belajar mengajar tersebut. Tetapi apabila dilihat dari letaknya yang jauh bagi peserta didik dan guru, sedikit mengalami kesulitan atau kesukaran bagi mereka dalam hal cepat atau lambatnya sampai ke sana, karena tidak adanya alat transportasi atau angkutan umum yang jalur trayeknya bisa langsung masuk ke areal Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi.
3. Profil Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi
Profil Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi secara detail dapat dilihat sebagai berikut ini:
Nama Madrasah : MAN 3 Kota Jambi
Tahun Pendirian : 2009
Nomor Statistik : 131115710030
Status Madrasah : Negeri
Status Akreditasi : Peringkat C
Alamat Madrasah : Jln. Marene RT. 07
Kelurahan : Eka Jaya
Kecamatan : Jambi Selatan
Provinsi : Jambi
Telp/Fax : -
Kode Pos : 36135
Alamat Email : man3_kotajambi@kemenag.go.id
Nama Kepala Madrasah : Drs. M. Zakri K, M.Pd.I
Nama Bendahara : Deis Renis, S.Pd
Rekening an. Lembaga : MAN 3 Kota Jambi
4. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi
Setiap lembaga pendidikan memiliki visi, misi, dan tujuan. Visi dan misi menjadi standar dan acuan dalam kegiatan pendidikan yang dilakukan di lembaga pendidikan tersebut, sehingga kemudian lembaga tersebut selalu berupaya mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan melalui berbagai kegiatan pendidikan, baik intra maupun ekstra. Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bercirikan Islam, tetap konsisten mempertahankan nilai-nilai Islami dalam proses pendidikan dengan tujuan untuk menghasilkan out put pendidikan yang tidak hanya memiliki kompetensi kognitif yang baik, tetapi lebih dari itu, mampu mengamalkan nilai-nilai Islam melalui perilaku yang baik. Demikian halnya dengan Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi, meskipun masih tergolong madrasah yang baru mengalami perubahan status dari madrasah swasta menjadi negeri, tetapi selalu berinovasi agar terwujud madrasah yang baik dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain. Adapun visi dan misi Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi dapat dilihat berikut ini.
Madrasah unggul dalam prestasi, teladan dalam berbudi pekerti dan mampu menghadapi tantangan di masa datang dengan landasan Islami. Visi dan misi dalam sebuah lembaga pendidikan merupakan salah satu barometer cita-cita dan tujuan yang harus dicapai dalam pelaksanaan pendidikan secara umum. Dan untuk membentuk Madrasah Aliyah Negeri 3 yang baik dan visioner, maka lembaga ini meletakkan pondasi visi dan misi sebagai cita-cita dan harapan lembaga. Adapun visi, misi, dan tujuan Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi dapat dilihat berikut ini. (Dokumentasi Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi Tahun 2016).
Visi : Terwujudnya peserta didik MAN 3 kota Jambi yang berilmu, cerdas, kreatif, terampil, dan berprestasi.
Misi : 1. Meningkatkan mutu manajemen pengelolaan madrasah.
Meningkatkan mutu kinerja tenaga kependidikan.
Meningkatkan mutu profesionalisme.
Meningkatkan mutu prestasi akademis dan non akademis peserta didik.
Mengembangkan dan meningkatkan kualitas unit-unit organisasi madrasah.
Meningkatkan mutu sarana dan prasarana pendidikan madrasah.
Meningkatkan kerjasama guru dan pegawai.
Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan religius.
Menciptakan hubungan kemitraan dengan masyarakat.
Tujuan : Menghasilkan manusia yang berilmu, cerdas, kreatif, terampil, mandiri, dan bertakwa kepada Allah SWT serta memiliki semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
5. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
Struktur organisasi mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting terhadap keberhasilan suatu sekolah/madrasah. Struktur organisasi adalah sebagai kerangka pembangunan dan pengelompokan tugas. Kegiatan apapun namanya di suatu lembaga instansi pemerintahan maupun lembaga organisasi masyarakat, proses kegiatan diharapkan dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. Tentu diharapkan pendistribusian yang baik pula dengan melalui organisasi yang baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing komponen organisasi.
Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi dalam tinjauan struktur kelembagaan, memiliki beberapa formatur yang masing-masing personalia memiliki tugas, fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan amanah yang diberikan. Dilihat dari pelaksanaan dan operasional Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi terdiri dari beberapa desain unsur-unsur, yaitu: Kepala Madrasah, Wakil Kepala Madrasah, Kepala Tata Usaha, Guru dan Peserta didik.
STRUKTUR ORGANISASI MAN 3 KOTA JAMBI
TAHUN PELAJARAN 2015-2016
(Sumber Data: Dokumentasi MAN 3 Kota Jambi Tahun 2016)
6. Keadaan Guru, Karyawan, dan Peserta Didik
a) Keadaan Guru
Guru adalah pelaksana dan pengembang program kegiatan proses belajar mengajar, bagaimanapun guru merupakan peraturan dalam menyampaikan materi pelajaran untuk tercapainya suatu pendidikan. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan proses belajar dan mengajar sangat tergantung peran dari guru Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi, sebagai tenaga pengajar atau pendidik didalam memupuk minat dan menumbuhkan semangat peserta didik dalam memberikan bekal ilmu pengetahuan melalui program pembelajaran.
Keberhasilan dalam setiap mata pelajaran tentunya didukung oleh semangat guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi merupakan unsur dari terlaksananya pedidikan dan pengajaran dalam suatu lembaga pendidikan. Guru merupakan fasilitator penting dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik atau yang disebut pemberi informasi, tentunya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dalam mengembangkan potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam diri peserta didik. Tanpa guru, suatu lembaga pendidikan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Sebagaimana di MAN 3 kota Jambi dimana sekolah ini memiliki tenaga-tenaga pengajar berjumlah 29 orang yang di dalamnya termasuk kepala sekolah juga memegang mata pelajaran.
Table 2 : Keadaan Guru Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2015-2015
(Sumber Data: Dokumen MAN 3 Kota Jambi Tahun 2016)
b) Keadaan Karyawan
Karyawan merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah organisasi, terutama organisasi sekolah/madrasah yang membutuhkan dukungan kinerja yang baik dari para karyawan dan tenaga administrasi. Pengelolaan administrasi yang baik membutuhkan tenaga-tenaga terampil dengan kompetensi individual dan keilmuan yang sesuai dengan tugas dan fungsi yang diberikan. Oleh sebab itu, sekolah/madrasah pada umumnya memiliki tenaga karyawan dan pengelola administrasi untuk membantu kepala sekolah/madrasah dalam mengerjakan berbagai tugas dan pekerjaan administrasi. Administrasi pada suatu lembaga pendidikan dipandang perlu sebagai penunjang agar penidikan dan pengajaran berlangsung dengan baik, demi mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Kegiatan administrasi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi meliputi aktivitas-aktivitas dan pelaksanaan dari segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan-urusan sekolah, baik yang menyangkut urusan dalam maupun luar sekolah.
Kegiatan organisasi akan berjalan dengan baik apabila didukung dengan tenaga terampil yang mampu memberikan layanan prima dalam berbagai kegiatan organisas. Demikian halnya dengan administrasi MAN 3 Kota Jambi, aktivitas administrasi dibantu oleh karyawan Tata Usaha (TU) yang membantu pelaksanaan tugas kepala sekolah dan guru dalam mengelola MAN 3 Kota Jambi. Untuk itu, administrator di suatu lembaga pendidikan sangat dibutuhkan bagi kelancaran proses pendidikan dan pembelajaran. Inilah yang sudah disadari oleh pihak MAN 3 Kota Jambi. Mengenai keadaan karyawan Tata Usaha MAN 3 Kota Jambi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3 : Keadaan Karyawan di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2015/2016
(Sumber Data: Dokumen MAN 3 Kota Jambi Tahun 2016)
c). Keadaan Peserta didik
Peserta didik merupakan salah satu elemen penting dalam lembaga pendidikan disamping guru dan materi pelajaran. Peserta didik sebagai objek pendidikan harus mendapatkan perlakuan edukatif secara berkesinambungan, sehingga kemudian diharapkan dapat memenuhi kuota out put pendidikan yang ideal sebagaimana diharapkan. Adapun mengenai keadaan peserta didik MAN 3 Kota Jambi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4 : Keadaan Peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi Tahun 2015/2016
( Sumber Data : Dokumen MAN 3 Kota Jambi Tahun 2016 )
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai dengan lajunya arus informasi semakin terbuka cakrawala informasi, sehingga kemudian muncullah istilah era digitalisasi. Sarana dan fasilitas informasi semakin mempermudah manusia dalam melakukan berbagai komunikasi dan konektifitas. Namun terkadang manusia lebih melihat sisi positifnya saja karena alur berpikir yang lebih pragmatis, tanpa melihat sisi negatif dan implikasinya terhadap kehidupan generasi penerus. Seiring dengan kemajuan tersebut di atas, Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi tumbuh dan berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
7. Saranan dan Prasarana MAN 3 Kota Jambi
Meskipun diakui bahwa sarana dan prasarana dalam konteks pendidikan bukanlah faktor utama kesuksesan proses pendidikan. Namun demikian, fasilitas pendidikan tersebut dianggap cukup urgen dalam mendukung elemen pendidikan lainnya seperti guru, peserta didik, materi ajar, dan lain sebagainya. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang vital dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang harus ada di MAN 3 Kota Jambi, karena itu apabila ada sarana dan prasarana kurang mendukung maka penyelenggaraan atau pelaksanaan proses pembelajaran di MAN 3 Kota Jambi tidak dapat berjalan dengan baik. Begitupun sebaliknya, sarana dan prasarana yang mendukung lengakap akan memudahkan proses pembelajaran, karena dengan lengkapnya sarana dan prasarana akan memberi variasi pada proses pembelajaran, secara khusus ataupun pelaksanaan sistem pendidikan secara umum di MAN 3 Kota Jambi tentunya. MAN 3 Kota Jambi sangat membutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran. MAN 3 Kota Jambi mempunya gedung serta fasilitas lainnya yang memadai bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana tersedia merupakan faktor penunjang lancarnya suatu proses belajar mengajar di MAN 3 Kota Jambi. Semua sarana dan prasarana yang tersedia di MAN 3 Kota Jambi dapat dilihat pada lampiran.
Terkait dengan informasi data lapangan tentang sarana dan prasarana pendidikan, penulis melakukan penelusuran dokumentasi dengan mengamati langsung berbagai sarana dan fasilitas pendukung pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi. Dari data yang tercatat dari hasil pengamatan sarana penunjang proses belajar mengajar di MAN 3 Kota Jambi terdiri atas 10 ruang belajar mengajar, yang merupakan bantuan dari Kementerian Agama Provinsi Jambi, 1 ruang kantor, 1 ruang guru, 1 labor komputer, serta satu ruang kepala sekolah. Disamping itu juga terdapat kantin yang dikelola langsung oleh masyarakat seputar madrasah, 2 ruang WC Guru dan 2 ruang WC Peserta didik.
Berbicara tentang kualitas dan kuantitas pendidikan pada suatu lembaga pendidikan, tidak terlepas dari bahasan tentang sarana pendukung kegiatan pendidikan. Hal ini kemudian menjadi penting ketika visi dan misi sekolah/madrasah diarahkan pada hasil out put pendidikan yang mampu bersaing dengan lulusan dari sekolah umum lainnya. Kualitas suatu sekolah sangat ditunjang oleh sarana dan prasarana pendidikan, mustahil suatu lembaga pendidikan akan bermutu tanpa dilengkapi oleh dua hal tersebut. Namun kenyataan di lapangan masih ditemui beberapa madrasah belum memperhatikan hal-hal ini, dan memiliki sarana dan prasarana seadanya. Dengan demikian wajar sebagian madrasah tidak mendapat mutu lulusan yang baik, suasana belajar yang gersang akan tidak mampu menciptakan kenyamanan belajar, bagaimana sorang peserta didik dapat mengikuti pembelajaran bila perlatan pendidikan tidak ada komunikasi dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidaklah sempurna manakala tidak didukung oleh media pendidikan yang relevan.
Sarana-sarana seperti ini harus dimiliki madrasah/sekolah, demikian juga sumber belajar, buku-buku di perpustakaan harus lengkap sesuai kebutuhan jenjang pendidikannya.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa sarana dan fasilitas pendidikan menjadi penting ketika sekolah/madrasah berupaya mewujudkan visi dan misi lembaga, sehingga seluruh fasilitas pendukung harus diwujudkan meskipun dalam bentuk yang masih sederhana. Terutama fasilitas gedung tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Lembaga pendidikan seperti MAN 3 Kota Jambi, disamping buku-buku juga mempunyai gedung yang baru serta fasilitas yang memadai bagi berlangsungnya proses belajar mengajar, fasilitas tersedia merupakan faktor penunjang lancarnya suatu proses belajar dan mengajar. Semua fasilitas yang tersedia di MAN 3 Kota Jambi ini adalah sebagai berikut :
Tabel 5 : Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2015-2016.
(Sumber Data : Dokumen MAN 3 Kota Jambi Tahun 2016)
Kepala madrasah sebagai pemimpin kemajuan sekolah bertanggung jawab dalam mengusahakan fasilitas pendidikan yang dibutuhkan sekolah. Satu bentuk dari instrument pendidikan yaitu sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang vital dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran, karena itu apabila sarana dan prasarana kurang mendukung maka penyelenggaraan atau pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah tidak dapat berjalan dengan baik. Begitupun sebaliknya, sarana dan prasarana yang mendukung dan lengkap akan memudahkan proses pembelajaran, karena dengan lengkapnya sarana dan prasarana akan memberi variasi pada proses pembelajaran, secara khusus ataupun pelaksanaan sistim pendidikan secara umum di sekolah tentunya.
B. TEMUAN KHUSUS
1. Strategi guru untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
Pada hakekatnya proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam situasi tertentu. Mengajar adalah suatu tugas yang membutuhkan penampilan maksimal guru agar menghasilkan output yang maksimal pula. Penampilan pembelajaran maksimal yang dilakukan oleh seorang guru harus memperhatikan banyak hal, di antara profesionalitas guru pada bidang studi Aqidah Akhlak. Strategi guru dalam mengatasi kurangnya minat belajar siswa pada bidang studi Aqidah Akhlak di Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dapat diketahui dan dapat diuraikan sebagai berikut:
a). Memberi Semangat dan Mengaktifkan Peserta Didik
Pada awalnya kemauan siswa dalam mempelajari Aqidah Akhlak masih sangat kurang, hal ini terlihat lemah dari pemahaman siswa terhadap pelajaran yang sudah diberikan oleh guru.
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
”Dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak khususnya bidang studi Aqidah Akhlak sulit bagi saya untuk melihat kemampuan siswa yang benar-benar ingin memahami pelajaran dengan baik. Maka dari itu usaha saya dalam menarik perhatian siswa agar lebih berkonsentrasi dalam belajar, maka saya memberikan pujian yang pantas kepada siswa yang benar-benar memahami dan memperhatikan disaat saya menyampaikan materi dan saya menanyakan kepada siswa jika terapat siswa yang kurang jelas dalam pembelajara ini maka saya mencapi jlan keluar bagi siswa merak kesulitan dalam memahami pelajaran ini”. (Wawancara, 1 Maret 2016).
Kegiatan awal atau pembukaan pembelajaran Aqidah Akhlak yang mencakup pembinaan keakraban dan pre-test. Pembinaan keakraban perlu dilakukan untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pembentukan kemampuan peserta didik, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara guru sebagai fasilisator dan peserta didik , dalam hal ini, peserta didik perlu diperlakukan sebagai individu yang memiiki persamaan dan perbedaan individual.
Observasi penulis di kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi penulis menemukan bahwa strategi guru Aqidah Akhlak dalam mengatasi kurang minat belajar siswa yaitu dengan melakukan pujian bagi siswa yang terlihat sungguh-sungguh dalam belajar dan memberi dorongan semangat agar mereka terus belajar dan memiliki minat yang lebih dari sebelumnya. Bagi siswa yang kurang sungguh-sungguh serta siswa yang memiliki minat yang kurang dalam belajar maka sisw tersebut berdialog mengenai kesulian mereka dalam menyerap pelajaran Aqidah Akhlak, dan dicarikan solusi pemecahan masalah atau keadaan ini.(Observasi, 1 Maret 2016).
Hal ini sangat berguna bagi peningkatan pelaksanaan pembelajaran pada masa yang akan datang pada bidang studi Aqidah Akhlak. Upaya ini bisa dilakukan secara kontinyu atau berkesinambungan maka akan terlihat hasilnya pada kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran.
b). Membantu Memenuhi Kebutuhan Siswa
Minat dan kebutuhan anak dalam prinsip belajar yang dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajar Aqidah Akhlak. Sebagai mana kita ketahui bahwa minat itu bukan dibawa dari lahir, namun minat itu ada setelah beberapa waktu. Minat anak untuk belajar di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi, bisa dibangkitkan guru dengan menyajikan materi pelajaran di kelas dengan menarik. Guru perlu memperhatikan minat dan kebutuhan sebab keduannya penyebab timbulnya perhatiannya, dengan demikian akan sungguh-sungguh dalam belajar.
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
”Ada beberapa aspek yang saya masih kurang dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah aspek minat siswa untuk belajar pada bidang studi Aqidah Akhlak masih sangat lemah kurang penyebabnya karena banyak siswa yang lemah kemampuannya dalam memahami materi ini. Untuk mengatasinya saya selalu memusatkan perhatian dan membagi mereka menjadi beberapa kelompok. Setelah itu mereka mempraktekkan materi ini dengan kelompok mereka masing-masing dengan demikian mereka bersemangat dalam memperhatikan”. (Wawancara, 01 Maret 2016).
Berdasarkan keterangan di atas berarti guru harus selalu memiliki kepekaan terhadap usaha menciptakan suasana yang akrab. Meksipun di antara sesama guru dan siswa sudah saling mengenal, hal ini hendaknya selalu diperhatikan dan dijalankan. Suasana ini dapat mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar, suasana keakraban ini penting ditumbuhkan oleh guru/fasilitator sebelum kegiatan inti pembelajaran dimulai. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa peserta didik tidak dapat berpartisipasi secara optimal di dalam kegiatan pembelajaran apabila tidak saling mengenal satu sama lainnya tidak akrab.
Pengamatan penulis di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dimana banyaknya siswa yang kurang berminat saat mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas pada bidang studi Aqidah Akhlak memang guru jarang menyampaikan materi pembelajaran yang menarik, sehingga mereka banyak diam saja di kelas dan tidak banyak bertanya. Namun, dengan adanya cara guru dalam mempraktekkan materi ini mereka menjadi bersemangat dalam belajar. (Observasi, 01 Maret 2016).
Berdasarkan observasi di atas dapat diketahui bahwa siswa yang berminat belajar pada bidang studi Aqidah Akhlak hal ini disebabkan guru mengupayakan materi pembelajaran yang menarik, sehingga siswa menjadi termotivasi dan mempunyai minat untuk belajar pada bidang studi Aqidah Akhlak.
Pelaksanaan pembelajaran bukan hanya sekedar mengisi dan memberi saja, tetapi gejala masalah yang terdapat pada anak juga sangat
berpengaruh dalam proses pembelajaran, maka dari itu sangat dibutuhkan usaha guru dalam mencari dan memecah segala permasalahan yang terdapat pada anak, salah satu contoh perlombaan LCT adalah salah satu usaha dalam memotivasi terhadap siswa yang kurang berminat dalam belajar terutama di bidang studi Aqidah Akhlak.
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
”Untuk menumbuhkan minat belajar siswa di kelas X ini saya melakukan berbagai usaha salah satunya saya mengadakan LCT di akhir pembelajaran dengan mengadakan LCT ini dapat saya lihat hasilnya melalui usaha dan semangat siswa untuk memperoleh kemenangan dalam perlombaan ini, tentunya”. (Wawancara, 02 Maret 2016).
Saat di konfirmasi juga kepada siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang bernama Erawati, di mana beliau mengatakan:
”Kami sangat termotivasi dengan adanya LCT yang selalu diadakan di akhir pengajaran, karena dengan adanya perlombaan LCT ini saya lebih menyukai dan berusaha untuk menguasai semua materi yang telah diajarkan. Sebagai salah satu cara dalam memperoleh kemenangan”. (Wawancara, 02 Maret 2016).
Hasil wawancara dengan Ridwan, siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi beliau mengatakan:
”Dengan adaya perlombaan LCT ini saya sangat termotivasi dalam memahami dan menyukai bidang studi ini, memang tidak. Semua bidang studi dimasukkan dalam perlombaan, tetapi salah satu bidang studi yang termasuk dalam acara ini yaitu Aqidah Akhlak. Dari usaha saya dalam memahami materi ini saya tidak hanya berharap untuk menang tetapi saya sadari bahwa apa saja yang telah saya pahami itu bukan hanya keperluan saya dalam menjawab perlombaan tetapi pengetahuan saya dalam bidang Aqidah Akhlak juga membantu saya agar lebih memahami dan menyadari bahwa setiap materi jika selau diulas atau dipelajari berulang-ulang maka itu bisa mempermudah kita”. (Wawancara, 02 Maret 2016).
Berdasarkan wawancara di atas dapat dipahami bahwa strategi guru menumbuhkan motivasi siswa adalah dengan mengadakan perlombaan LCT, salah satu bidang studi yang termasuk dalam acara ini yaitu Aqidah Akhlak.
c). Memusatkan Perhatian Peserta Didik pada Tugas-Tugas Tertentu
Memperbanyak latihan dan tugas membaca di rumah bertujuan untuk membina siswa agar lebih kreatif serta mempelajar membaca dan lebih memahami materi baik yang berbentuk bahasa Arab atau yang berbentuk tulisan biasa yang mudah untuk dibaca. Maka dari itu, guru bidang studi Aqidah Akhlak sering memberi tugas atau latihan untuk dikerjakan di rumah.
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi, mengatakan:
”Memperbanyak latihan membaca dan memberi tugas di rumah sering saya perintahkan kepada siswa yang belajar pada bidang studi Aqidah Akhlak. Hal ini bertujuan agar siswa lebih sering membuka materi yang sudah dipelajari di rumah mereka masing-masing. Melalui latihan dan pemberian tugas membaca tambahan di rumah, mereka terbiasa untuk belajar di rumah, mereka menjadi lebih giat untuk belajar di rumah dan tidak melakukan kegiatan negatif lainnya seperti bermain-main dengan teman mereka tanpa ada kemauan untuk belajar”. (Wawancara, 03 Maret 2016).
Hasil wawancara dengan Dewi Sartika, siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi mengatakan:
”Guru yang mengajar Aqidah Akhlak memang sering memerintahkan kepada kami selaku muridnya untuk latihan membaca dan memahami materi yang diberikan pada hari ini. Hasilnya akan terlihat pada pembelajaran selanjutnya karena guru mengadakan evaluasi atau tanya jawab serta meminta untuk mempraktekan materi minggu ini”.(Wawancara, 03 Maret 2016).
Pengamatan penulis lebih lanjut terhadap guru yang mengajar Aqidah Akhlak di mana dengan adanya latihan dan tugas membaca di rumah, maka dapat kita lihat sejumlah siswa yang telah bisa memahami dan mempraktekkan materi ini agar lebih lanjutnya bisa mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil wawancara dengan Muhammad Zaki, siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi mengatakan bahwa:
”Guru yang mengajar Aqidah Akhlak juga sering memberi tugas di rumah dengan memerintahkan kepada kami untuk mencari atau mencatat ayat yang terdapat pada materi hari ini, karena kami sadari dengan adanya tugas ini maka pada saat sepulang sekolah saya langsung membuka Al-Qur'an dan mencari serta mencatat ayat yang diperintahkan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Dengan adanya tugas ini saya termotivasi untuk membuka ulang buku Aqidah Akhlak di rumah”. (Wawancara, 03 Maret 2016).
Pengamatan penulis terhadap guru yang mengajar Aqidah Akhlak di mana guru sering memerintahkan kepada siswa untuk memberi latihan membaca di rumah. Selanjutnya diadakan penilaian dengan tanya jawab dengan siswa tentang materi minggu lalu, dan meminta siswa untuk mempraktekkan di kelas.(Observasi, 04 Maret 2016).
Kegiatan yang berupa latihan dan tugas membaca di rumah baik secara individu maupun kelompok sangat baik bagi siswa. Hal ini akan membuat mereka lebih berkonsentrasi pada kegiatan belajar, meskipun mereka berada di luar sekolah.
Kegiatan inti pembelajaran antara lain mencakup penyampaian informasi tentang bahan pelajaran atau materi standar, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi peserta didik serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Dalam pembelajaran, peserta didik dibantu oleh guru sebagai fasilitator dalam melibatkan diri untuk membentuk kompetensi serta mengembangkan dan memodifikasikan kegiatan pembelajaran, apabila kegiatan itu menuntut adanya pengembangan atau modifikasi. Kegiatan pembelajaran mencakup berbagai langkah yang perlu ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai fasilitator untuk mewujudkan kemampuan peserta didik.
Penerapan suatu metode yang dilakukan guru di Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi telah menyesuaikan dengan materi yang diajarkan dan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Melalui metode yang digunakan, guru terhadap siswa bukan hanya dituntut untuk menguasai materi pelajarannya saja, akan tetapi lebih dituntut siswa mahir dalam mempraktekkanya.
Pengamatan penulis di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak dimana guru saat mengajar dikelas menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Dengan demikian, kondisi pembelajaran tidak terkesan. menonton dan siswa nampaknya memiliki banyak kesempatan untuk lebih memahami materi ini karena metode yang digunakan selalu mengarah siswa untuk bisa mempraktekkan materi ini di kelas dan dalam kehidupan sehari-hari. (Observasi, 4 Maret 2016).
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
”Saya sekarang menggunakan metode lain seperti demonstrasi dan drill untuk lebih bisa memahami materi, disamping itu saya juga memberi penugasan di rumah untuk mengerjakan berupa latihan yang terdapat pada materi. Saya berusaha menggunakan variasi metode dalam mengajar saat ini”. (Wawancara, 4 Maret 2016).
Wawancara penulis dengan Saiful, siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
”Kami melihat guru mengajar di kelas dengan menggunakan bermacam matode seperti metode ceramah lalu di lanjutkan dan guru menjelaskannya dengan ceramah lalu di lanjutkan dengan tanya jawab. Dengan demikian kami menjadi bersemangat untuk mengikuti pembelajaran”. (Wawancara, 4 Maret 2016).
Kemudian wawancara penulis dengan Nurul Huda, siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
”Kami melihat guru mengajar di kelas menggunakan metode yang mendemontrasikan atau memperagakan sesuatu tentang materi Aqidah Akhlak yang diajarkan, sehingga kami sangat antusias memperhatikan materi pelajaran yang diberikan guru”. (Wawancara, 04 Maret 2016).
Guru menyadari bahwa metode yang dipakai mempengaruhi pembelajaran yang berlangsung, sehingga dengan demikian guru menggunakan metode mengajar yang lebih bervariasi. Demikian juga dalam penerapan kurikulum yang dilakukan dengan pengembangan program tahunan, semester, satuan pelajaran dan rencana pengajaran yang dibuat sebelum guru mengajar. Dengan demikian, guru masih membuat SP/RP.
Perencanaan pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan pada jangka waktu tertetu yang berisi tentang apa yang akan dilakukan guru dalam mengajar. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran perlu diakukan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran seperti standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian pembelajaran.
Hal ini berfungsi mengembangkan potensi peserta didik. Mengenai perencanaan pembelajaran, berikut wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak yang mengatakan:
“Untuk melakukan pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas, maka terlebih dahulu saya harus menyiapkan beberapa hal tentang pembelajaran itu sendiri. Hal itu meliputi mempersiapkan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian pembelajaran dalam suatu materi yang akan saya ajarkan nantinya di kelas”. (Wawancara, 10 Maret 2016).
Observasi penulis di kelas X penulis menemukan bahwa guru Aqidah Akhlak membuat silabus, RPP yang memperhatikan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian pembelajaran dalam silabus tersebut. Guru dalam melakukan hal tersebut banyak mengambil dari format yang sudah ada pada buku-buku pelajaran Aqidah Akhlak .(Observasi, 10 Maret 2016).
Dalam menyukseskan suatu kurikulum, idealnya peserta didik dilibatkan dalam perencanaan pembelajaran, untuk mengidentifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian pembelajaran. selanjutnya guru dapat menentukan jenis evaluasi untuk melihat keberhasilan dan kemajuan belajarnya, pelibatan peserta didik tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok, dan curah pendapat.
Pengamatan terhadap guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi sebagai berikut bahwa guru yang mengajar Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi melakukan persiapan pengajaran agar bisa digunakan dalam pembelajaran.
Wawancara penulis dengan Bapak M. Zakri, K. M.Pd.I, kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi terhadap yang mengatakan:
“Prestasi belajar adalah target akhir dari proses pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi. Untuk mencapai tujuan itu, maka guru memang perlu mempersiapkan proses pembelajaran secara maksimal, termasuk memperhatikan minat belajar siswa nantinya saat mengikuti kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak. Saya membuat perencanaan dengan memperhatikan minat siswa, untuk itu saya merencanakan memberikan insentif hadiah dan hukuman, memberi pujian dan melakukan diskusi kesulitan belajar, menggunakan metode mengajar yang variatif dan menggunakan beragam sumber belajar”. (Wawancara, 10 Maret 2016).
Setelah diobservasi terlihat bahwa guru Aqidah Akhlak membuat perencanaan program pembelajaran yang merupakan landasan utama bagi seorang guru dalam pengajaran jangka waktu yang agak panjang nampaknya direalisasikan sebagaimana mestinya. Program perencanaan pembelajaran tersebut meliputi program tahunan, semester, satuan pembelajaran dan rencana pengajaran. Pada dasarnya yang menjadi isi dari program semester pada mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah apa yang tercantum dalam GBPP, tetapi beberapa pengaturan kembali dilakukan untuk perluasan dan kelengkapan sehingga membentuk suatu program pengajaran.
Menurut Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak bahwa termasuk di dalamnya pembuatan silabus dan RPP di tiap-tiap pokok bahasan yang saya ajarkan atau yang diberikan dalam proses pembelajaran telah saya buat dengan baik serta belajar dari pengalaman kesalahan yang lalu.
Tahapan perencanaan pembelajaran Aqidah Akhlak hendaknya memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar, maksudnya adalah harus tetap mengacu kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jadi pelajaran yang telah diajarkan harus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, misalnya tentang akhlak qadha dan qadhar kepada Allah, maka yang dipelajari adalah tentang kehidupan sehari-hari.
2. Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
a). Faktor Pendukung
Kerja sama yang intensif dilakukan kepala sekolah dengan guru diharapkan mampu memberikan gagasan baru bagi pelaksanaan pembelajaran, karena adanya pola saling mendukung antara dua pihak yang berkepentingan dalam pembelajaran.
Wawancara dengan M. Zakri, K. M.Pd.I, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
“Berbagai permasalah yang timbul dalam upaya peningkatan minat belajar siswa selalu saya selesaikan melalui rapat berkala dengan majelis guru yang diselenggarakan setiap 2 bulan sekali, diskusi dengan guru setiap guru dan lain-lain. Melalui upaya ini, saya bisa menuangkan gagasan yang bisa meningkatkan belajar siswa. Salah satu gagasan tersebut adalah mengenai peningkatan disiplin belajar dan sarana pembelajaran. Waktu belajar yang tidak tepat waktu sebisa mungkin diperbaiki dengan waktu belajar di kelas tepat pada waktunya”. (14 Maret 2016).
Pengamatan penulis di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dimana penulis melihat bahwa disiplin belajar siswa sudah sangat baik. Setiap harinya tidak tampak siswa yang terlambat datang ke sekolah atau siswa yang bolos belajar. Saat dilakukan pengamatan selama 2 bulan, maka selama rentang waktu itu ada 3 orang yang terlambat ke sekolah dan tidak ada yang bolos belajar. (Observasi, 14 Maret 2016).
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen,, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
“Saya mengajar di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi memang belum lama, namun pengalaman mengajar yang saya miliki belum sepenuhnya baik, sehingga dalam keseharian proses pembelajaran itu sendiri sering mendapat kendala dan hasil yang kurang memuaskan atau baik sebagaimana mestinya. Untuk itu saya berusaha melakukan dialog dengan kepala sekolah bagaimana melakukan pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik lagi”. (Wawancara, 14 Maret 2016).
Berbagai permasalahan sering ditemui guru dalam proses pembelajaran dan upaya peningkatan minat belajar siswa. Untuk memecahkan masalah itu maka guru dan kepala sekolah melakukan kerja sama dalam rangkaian proses pembelajaran yang dilakukan. Saat diobservasi mengenai kerja sama menyangkut hal ini maka terlihat guru sering melakukan diskusi tentang permasalahan proses pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi.
Hal ini meliputi, diskusi tentang bagaimana memberikan materi pembelajaran yang kondusif terhadap siswa, tentang bentuk evaluasi yang baik, penegakan disiplin waktu dalam belajar dan lain sebagainya.
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
“Sebagai upaya peningkatan minat belajar siswa, maka saya berusaha meminta saran dari kepala sekolah mengenai kinerja saya selama ini mengajar di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi Kepala sekolah banyak memberikan masukan bagi saya tentang bagaimana menciptakan kondisi belajar yang efesien dan efektif di kelas, dengan tujuan minat belajar siswa”. (Wawancara, 15 Maret 2016).
Keadaan ini menjadi pendukung percepatan upaya peningkatan minat belajar siswa pada setiap bidang studi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi. Kegiatan kerja sama dengan kepala sekolah guna mencari solusi pemecahan masalah untuk kemajuan pendidikan/pengajaran di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi.
b). Faktor Penghambat
Buku sumber yang terbatas membuat pembelajaran menjadi kurang efektif. Tempo pembelajaran yang lambat tentu membuat banyak waktu yang terpakai. Dengan sumber yang terbatas tentu akan menghambat proses belajar siswa dan guru akan mengalami kesulitan dalam mengajar.
Berbagai sumber kesulitan belajar siswa di atas membuat guru memikirkan bagaimana mengantisipasinya dalam suatu strategi penyelesaian yang tepat.
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen,, Guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
“Minimnya buku sumber yang dimiliki siswa membuat tempo pembelajaran yang lambat. Hal ini dikarenakan sumber belajar seperti buku paket dan LKS. Dimana siswa kelas X hanya sedikit yang memiliki buku tersebut, maka dari itu mereka hanya bisa memahami dan mencatat dari apa yang diterangkan atau yang saya sampaikan di saat belajar”. (Wawancara, 15 Maret 2016).
Buku sumber yang tebrbatas membuat pembelajaran menjadi kurang efektif. Tempo pembelajaran yang lambat tentu membut banyak waktu yang terpakai. Dengan sumber yang terbatas menghambat proses belajar siswa dan keadaan ini akan mengakibatkannya rasa kesulitan bagi siswa.
Wawancara dengan Bapak M. Zakri, K. M.Pd.I, selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi mengatakan:
“Dalam persediaan sumber belajar ini saya akui sumber belajar yang kami sediakan kurang memadai. Hal ini terhambat karena kurangnya dana yang memadai. Oleh karenanya saya menyuruh kepada guru untuk memoto copy buku-buku pelajaran”. (Wawancara, 17 Maret 2016).
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen,, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengataka:
“Kurangnya sarana dan prasarana. Dimana kendala ini di ungkapkan karena didalam pembelajaran siswa hanya sedikit memperoleh informasi sewaktu belajar saja. Tetapi mereka juga butuh bahan tambahan seperti hal buku LKS mereka hanya mendapat informasi di saat mereka di terangkan oleh guru”. (Wawancara, 17 Maret 2016).
Perubahan yang terjadi pada salah satu sumber belajar akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada kegiatan pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada suatu sumber belajar juag akan mengakibatkan sumber belajar yang lain dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Banyaknya sumber pelajaran memungkinkan guru untuk memberikan pelajaran sesuai dengan keadaan siswa pada saat belajar.
Beberapa hal yang belum diperhatikan oleh guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi. Untuk menarik perhatian siswa dalam Belajar yaitu penggunaan metode mengajar yang bervariasi. Sehubungan dengan itu sebagaimana pengamatan penulis dalam pembelajaran pada bidang studi Aqidah Akhlak di mana kebosanan siswa dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas X terlihat cukup tinggi. Memang terlihat ada sebagian siswa yang kurang bersemangat untuk belajar. Ini dikarenakan guru hanya memberikan materi pelajaran secara ceramah saja.
Berdasarkan pengamatan di atas dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran Aqidah Akhlak memang ada sebagian siswa yang kurang memperhatikan guru dalam memberikan pelajaran. Lebih lanjut kurang berminat dalam belajar di mana dalam proses pembelajaran bidang studi Aqidah Akhlak Memang saya kurang bersemangat. (Observasi, 17 Maret 2016).
Wawancara penulis dengan M. Syarif, siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
“Saya kesulitan dalam mengikuti kegiatan belajar karena motivasi saya untuk belajar dalam proses pembelajaran bidang studi Aqidah Akhlak memang kurang. Hal ini dikarenakan guru mengajar terlalu banyak menggunakan metode ceramah setiap kali pertemuan mengajar di kelas”. (Wawancara, 22 Maret 2016).
Dari keterangan diatas pendapat salah seorang siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dapat dipahami bahwa salah satu penghambat belaar siswa adalah dimana siswa merasa kesulitan dalam belajar yang mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar.
3. Solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
Minat merupakan elemen penting yang membantu siswa menyenangi bidang studi yang dipelajarinya. Seperti hanya pada bidang studi yang lain, pada bidang studi Aqidah Akhlak minat Belajar jug dibutuhkan. Tentu guru tidak ingin bila tujuan pendidikan dan pembelajaran yang telah direncanakan tidak tercapi melihat siswa tidak memiliki minat sedikitpun untuk mempelajari bidang studi Aqidah Akhlak.
Adapaun Solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi diantaranya adalah :
a). Menumbuhkan Minat Baru dan Minat yang Ada Pada Siswa
Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar didorong oleh satu atau beberapa minat. Minat atau biasa juga disebut juga dorongan atau kebutuhan merupakan suatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan.
Observasi peneliti terhadap guru Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dimana menemukan bahwa adapun yang telah dilaksanakan untuk meningkatkan minat belajar siswa, di antaranya dengan menghargai hasil karya siswa, menerapkan persaingan yang sportif dalam perbandingan hasil-hasil belajar siswa dan membuka peluang bagi setiap siswa untuk berprestasi, hal ini seperti memberikan kepada setiap siswa yang berusaha ingin belajar lebih giat, ingin bertanya sepenuhnya tentang suatu pelajaran yang tidak mereka pahami. Kemudian guru juga memberikan bahan pelajaran dengan menceritakan informasi terkini atau menarik mengenai bahan pelajaran tersebut dan juga kegunaannya di masa yang akan datang. (Observasi, 22 Maret 2016).
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Zakri, K. M.Pd.I, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi berikut ini:
“Untuk menghadapi anak yang lambat memahami pelajaran maka guru menggunakan media yang ada dalam belajar seperti menggunakan media karton untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an. Ini salah satu strategi yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi minat belajar siswa agar memiliki minat dalam belajar. Kemudian guru juga memberikan bahan pelajaran dengan menceritakan informasi terkini atau menarik mengenai bahan pelajaran tersebut dan juga kegunaannya di masa yang akan datang”. (Wawancara, 22 Maret 2016).
Wawancara dengan Akmaludin, siswa di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
“Saya memang sering melihat guru mata pelajaran Aqidah Akhlak menggunakan media yang ada dalam belajar seperti menggunakan media karton untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an, dan terkadang guru juga langsung memberikan praktek tentang materi yang diajarkan”. (Wawancara, 28 Maret 2016).
Tujuan semua yang dilakukan guru di atas agar motivasi siswa dalam proses pembelajaran bergairah, dan tidak terkesan monoton. Kemudian juga tujuannya untuk menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini memang menuntut siswa untuk lebih memiliki kemampuan menguasai materi yang telah disampaikan oleh gurunya.
Langkah selanjutnya yang dilakukan guru adalah memberikan hukuman dan hadiah. Orang tua dapat memberikan hadiah bagi peningkatan disiplin anak untuk belajar di rumah. Sebagaimana pula dikemukakan oleh Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru mata pelajaran Aqidah Akhlak mengatakan:
“Bentuk hadiah dan hukuman adalah tindakan yang terkadang sangat efektif untuk memacu kemampuan belajar siswa. Untuk itu sebagai guru hal ini baik dilakukan sebagai upaya mengarahkan anak agar berminat belajar. Meskipun demikian ada juga sebagian anak yang masih kurang berminat belajar”. (Wawancara, 28 Maret 2016).
Hal serupa juga dikemukakan oleh Akmaludin, siswa yang mengatakan:
“Adapun bimbingan yang dilakukan terhadap siswa berminat belajar adalah memberi berupa hadiah seperti uang atau perlengkapan belajar, jika anak berprestasi belajar di sekolah dan memberi siswa hukuman apabila dia tidak mau belajar seperti mendapat hukuman agar anak bisa belajar lebih baik di masa depannya”. (Wawancara, 28 Maret 2016).
Berdasarkan pendapat dari guru dan siswa di atas dapat diketahui bahwa solusi guru dalam meningkatkan minat siswa dalam belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak, maka guru memainkan peranan penting dengan pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi seperti membelikan mereka perlengkapan belajar di sekolah dan pemberian hukuman agar anak berkeingin belajar.
b). Memberi Pujian dan Melakukan Diskusi Kesulitan Belajar
Pada awalnya kemauan siswa dalam mempelajari Aqidah Akhlak masih sangat kurang, hal ini terlihat lemah dari pemahaman siswa terhadap pelajaran yang sudah diberikan oleh guru. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru mata pelajaran Aqidah Akhlak berikut ini:
“Dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak, sangat sulit bagi saya untuk melihat kemauan siswa yang betul-betul ingin memahami pelajaran dengan baik, karena siswa ada tidak begitu serius mengikuti proses pembelajaran. Untuk meningkatkan minat siswa agar lebih berkonsentrasi dalam belajar, maka saya memberikan pujian yang pantas kepada anak yang berprestasi dan berpeluang untuk berprestasi”. (Wawancara, 30 Maret 2016).
Observasi penulis menemukan bahwa strategi guru Aqidah Akhlak dalam meningkatkan minat belajar siswa yaitu dengan melakukan pujian bagi anak-anak yang terlihat sungguh-sungguh belajar dan memberikan dorongan semangat belajar untuk terus belajar lebih giat lagi dari sebelumnya. Bagi anak yang kurang sungguh-sungguh belajar maka anak tersebut diajak untuk berdialog mengenai kesulitan belajar Aqidah Akhlak dan dicari solusi pemecahan masalahnya. (Observasi, 30 Maret 2016).
Wawancara dengan Ade Fitria, siswa yang mengikuti pembelajaran studi Aqidah Akhlak mengatakan:
“Guru terkadang memberikan pujian kepada saya yang sungguh-sungguh mengikuti pembelajaran. Di samping itu guru juga mambantu memecahkan masalah saya jika saya kesulitan belajar di kelas.” (Wawancara, 30 Maret 2016).
Hal ini sangat berguna bagi peningkatan minat belajar pada masa yang akan datang pada bidang studi Aqidah Akhlak. Upaya ini bila dilakukan secara kontinyu atau berkesinambungan maka akan terlihat hasilnya pada prestasi belajar siswa.
c). Menggunakan Metode Mengajar yang Variatif
Penerapan suatu metode yang dilakukan guru di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi telah disesuaikan dengan macam materi yang akan diajarkan dan tujuan yang akan dicapai dalam pelajaran. Jadi satu metode yang ada tidak dapat dikatakan serba guna. Siswa bukan hanya dituntut untuk menguasai materi pelajarannya saja, akan tetapi lebih dituntut siswa mahir dalam mempraktekkannya, untuk itu metode yang tepat dalam memberikan pelajaran telah diperhatikan guru.
Pengamatan penulis di Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dimana guru saat mengajar di kelas menggunakan metode ceramah, dan saat sesi tanya jawab, dan melakukan cerita tentang materi yang dipelajari. Dengan demikian, kondisi pembelajaran tidak terkesan monoton. (Observasi, 04 April 2016).
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru mata pelajaran Aqidah Akhlak berikut ini:
“Saya sekarang menggunakan metode lain seperti demontrasi ataupun cerita. Di dalam kelas pada biasa menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan drill kepada siswa, dan siswa saya perhatikan selalu meminati kondisi pembelajaran yang demikian, karena saya berusaha menggunakan variasi metode dalam mengajar. Hanya saja saya belum pernah menggunakan metode karyawisata dan seminar untuk membangkitkan minat belajar siswa, hal ini disebabkan saya kesulitan memcari objek yang bisa dikunjungi untuk kegiatan ini dan menyadari masih lemahnya siswa untuk diajak diskusi dalam seminar tersebut”. (Wawancara, 04 April 2016).
Saat dikonfirmasi tentang kebenaran keterangan ini, maka Andika, siswa di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
“Kami melihat guru mengajar di kelas dengan menggunakan metode cerita dengan menceritakan kisah para Nabi dan Rasul, dan guru menjelaskannya dengan ceramah lalu dilanjuti dengan tanya jawab. Dengan demikian kami menjadi bersemangat untuk mengikuti pembelajaran”. (Wawancara, 07 April 2016).
Berdasarkan keterangan melalui wawancara di atas dapat diketahuai bahwa dalam proses pembelajaran di kelas, maka guru Aqidah Akhlak di Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi menggunakan metode yang bervariasi. Variasi metode bisa membuat kondisi pembelajaran menjadi kondusif dan siswa lebih banyak mengetahui tentang ilmu pengetahuan yang sedang mereka pelajari di sekolah. Dengan demikian bekal ilmu yang mereka punyai cukup memadai bagi kehidupan mereka, termasuk di dalamnya tentang ilmu-ilmu agama seperti aspek ibadah.
d). Peningkatan Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan hal yang mempengaruhi proses pembelajaran, dengan kelengkapan media akan menunjang belajar anak didik di sekolah. Hasil wawancara peneliti dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi sebagai berikut:
“Tidak banyak yang dapat saya lakukan agar siswa terbantu dalam mengikuti proses pembelajaran dengan sumber yang lengkap. Saya memfotocopy buku pelajaran yang saya gunakan untuk bagi-bagikan kepada siswa di kelas yang saya ajarkan. Ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran karena telah memiliki buku sendiri, dan di luar sekolah, siswa bisa belajar dengan dibantu buku itu”. (Wawancara, 07 April 2016).
Setelah diobservasi memang terlihat guru mata pelajaran Aqidah Akhlak memfotocopy buku pelajaran yang ia punyai untuk dibagi-bagikan kepada siswa di kelas yang diajarkan yaitu kelas X. Ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Dengan demikian siswa tidak terlihat kesulitan dalam menerima materi pelajaran yang disajikan guru. (Observasi, 07 April 2016).
Tindakan yang dilakukan mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi terlihat cukup tepat. Tindakan ini dapat membantu siswa mengikuti pembelajaran di kelas karena dibantu dengan keberadaan buku pegangan yang sudah tersedia.
e). Evaluasi
Evaluasi pembelajaran Aqidah Akhlak ditujukan untuk mengetahui tercapai tidaknya kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam pembelajaran. Dengan kompetensi dasar ini dapat diketahui tingkat penguasaan materi standar oleh peserta didik, baik yang menyangkut aspek intelektual, sosial, emosional, spritual, kreatifitas, dan moral.
Berdasarkan observasi terhadap Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dimana setiap menyelesaikan pokok materi pelajaran guru melakukan latihan soal-soal yang diambil dari isi materi pokok atau soal yang ada pada buku pegangan guru, untuk mengukur sejauh mana materi pelajaran dapat dicapai siswa. Guru membuat kisi-kisi soal sesuai dengan indikator, dan memang guru pada awalnya membuat perencanaan.(Observasi, 11 April 2016).
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dimana:
“Saya berusaya setiap menyelesaikan pokok materi pelajaran lalu dilanjutkan dengan memberikan latihan soal-soal yang diambil dari isi materi pokok atau soal yang ada pada buku”. (Wawancara, 11 April 2016).
Ulangan harian merupakan bentuk evaluasi yang dilakukan guru secara periodik terhadap materi pokok yang diajarkan, dengan tujuan merangsang kegiatan siswa, menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan. Kemudian, evaluasi lain yang dilakukan guru adalah dengan tugas individu. Tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa secara individu, dapat diberikan setiap minggu dengan bentuk tugas/soal uraian objektif atau non objektif.
Berdasarkan observasi terhadap Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dimana guru memberikan tugas individu kepada siswa pada materi pelajaran Aqidah Akhlak agar mereka mengerjakannya di rumah. Hal ini juga bisa melatih mereka bekerja secara individu. (Observasi, 11 April 2016).
Pengamatan penulis terhadap Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dimana guru melakukan ulangan semester dengan bentuk soal ujian pilihan ganda atau uraian. Materi yang diujikan berdasarkan kisi-kisi soal yang sudah dikembangkan. (Observasi, 11 April 2016).
Berdasarkan keterangan pengamatan terhadap Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dimana guru mengunakan tagihan yang berbentuk ulangan harian, tugas individu dan ulangan semester ini sebagai unit penilai belajar siswa. Guru membuat sejumlah kisi-kisi soal sesuai dengan indikator, karena memang guru membuat perencanaan pembelajaran.
Hasil observasi terhadap guru mata pelajaran Aqidah Akhlak yang mengajar di kelas X, maka didapatkan keterangan sebagai berikut bahwa upaya guru pada saat mengakhiri pelajaran adalah memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah. Tidak terlihat guru menyampaikan inti sari bahan yang telah diajarkannya. Hal ini disebabkan waktu yang tidak mencukupi untuk itu.
Berdasarkan uraian di atas bahwa guru mata pelajaran Aqidah Akhlak selain memberikan tugas di kelas juga memberikan tugas pekerjaan di rumah (PR) secara individu dengan memberikan sejumlah pertanyaan untuk dikerjakan. Hasil wawancara dengan Julia, seorang siswa di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengikuti pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak mengatakan: “Setiap guru mata pelajaran Aqidah Akhlak selesai mengajar, maka guru memberikan latihan yang akan kami kerjakan saat itu juga atau di rumah. Hal ini selalu dilakukan guru saat mengakhiri pembelajaran di kelas.
Guru Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi telah menyadari bahwa mengakhiri pelajaran adalah suatu hal yang sangat penting dalam mengajar. Ini akan bermanfaat untuk menguji kemampuan siswa yang telah diberikan beberapa materi dalam pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan di kelas X dalam pembelajaran Aqidah Akhlak sebagai berikut yaitu untuk mengakhiri pembelajaran, maka guru Aqidah Akhlak memberikan pos tes dalam bentuk tulisan dengan memberikan 5 soal kepada siswa. (Observasi, 13 April 2016).
Maksud yang ingin dicapai oleh guru tentang tingkat kemampuan siswa dalam belajar dapat diketahui melalui pos tes yang diberikan. Dengan demikian, untuk mengetahui keberhasilan guru selama pembelajaran dapat dilihat dari pos tes.
Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota ada beberapa siswa yang memiliki minat untuk belajar. Mereka berkonsentrasi dalam belajar dan terlihat bahwa mereka merasa mudah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak. Dengan kondidisi ini tentu tumbuhnya minat dalam menerima materi terjadi karena motivasi siswa tinggi sekali
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari urain dan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Strategi guru untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi adalah sebagai berikut:
a). Memberi Semangat dan Mengaktifkan Peserta Didik
Membeikan semangat bertujuan agar siswa dapat memahami materi pembelajaran pelajaran yang disampaikan guru serta siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran hingga akhir jam pelajaran.
b). Membantu Memenuhi Kebutuhan Siswa
Strategi yang dilakukan guru dalam menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan sebab keduannya penyebab timbulnya perhatiannya, dengan demikian akan sungguh-sungguh dalam belajar
c). Memusatkan Perhatian Peserta Didik pada Tugas-Tugas Tertentu
Memperbanyak latihan dan tugas membaca di rumah bertujuan untuk membina siswa agar lebih kreatif
Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi diantaranya adalah :
a). Faktor Pendukung
Kerja sama yang intensif dilakukan kepala sekolah dengan guru diharapkan mampu memberikan gagasan baru bagi pelaksanaan pembelajaran, karena adanya pola saling mendukung antara dua pihak yang berkepentingan dalam pembelajaran
b). Faktor Penghambat
Buku sumber yang terbatas membuat pembelajaran menjadi kurang efektif. Tempo dan alat pembelajaran / sarana perorangan yang lambat tentu membuat banyak waktu yang terpakai. Dengan sumber yang terbatas tentu akan menghambat proses belajar siswa dan siswa akan mengalami kesulitan belajar. Berbagai sumber kesulitan belajar siswa di atas membuat guru memikirkan bagaimana mengantisipasinya dalam suatu strategi penyelesaian yang tepat.
Solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi diantaranya adalah :
a). Menumbuhkan Minat Baru dan Minat yang Ada Pada Siswa
b). Memberi Pujian dan Melakukan Diskusi Kesulitan Belajar
c). Menggunakan Metode Mengajar yang Variatif
d). Peningkatan Sumber Belajar
e). Evaluasi
Saran-Saran
Sebelum mengakhiri tulisan ini tak lupa peneliti meyampaikan beberapa saran yang dirasakan berguna dan bermanfaat sebagai masukan dan demi perkembangan mutu pendidikan di Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi yang akan datang adapun saran dari peneliti sebagai berikut:
Kepada kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi untuk membenahi sistem mengajar yang telah ada dan melakukan inovasi baru bagi peningkatan minat belajar siswa dalam belajar, mengusahakan sumber belajar dan alat-alat pembelajaran
Kepada guru pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi untuk terus berupaya untuk menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar, agar bisa menampilkan minat belajar siswa dalam belajar, dan bisa menumbuhkan minat belajar
Kepada siswa yang mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi untuk terus menampilkan minat belajar siswa dalam belajar dan sabaar tetap semangat serta tekun.
C. Kata Penutup
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat serta Taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum tentu sempurna baik dari isinya maupun dari segi bahasanya. Untuk itu, kritikan dan saran yang konstruktif sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Dalam hal ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah berpartisipasi membimbing penyelesaian skripsi ini. Jika terdapat kesalahan terlebih dahulu penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya, akhir kata penulis mendo’akan semoga kita selalu dilindungi Allah SWT. Amin Ya Robbalalamin.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2003) Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Departemen Agama RI.
--------- (2006) Standar Nasional Pendidikan: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Sinar Grafika.
--------- (2006) Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta: Sinar Grafika.
Alamsyah Alipandie. (1984) Didaktik Metodik Suatu Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional.
Amirul Hadi dan Haryono. (1998) Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
E. Mulyasa. (2004) Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Erwati Aziz. (2003) Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. Solo: Tiga Serangkai.
H. Abd. Somad, dkk. (tt) Akidah Akhlak (Semester Ganjil). Gresik: Putra Kembar Jaya.
J. Marbun. (1989) Minat Baca dan Upaya Menumbuhkannya di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
John M. Echols dan Hassan Shadily. (2005) An English Indonesian Distionary. Jakarta: Gramedia.
Lexy J. Moleong. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Martinis Yamin. (2003) Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.
Muhaimin. (2003) Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: PSAPM.
Muhibbin Syah.. (2003) Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mukhtar. (2003) Evaluasi yang Sukses Pedoman Mengukur Kinerja Pembelajaran. Jakarta: Sasana Mitra
Suksesa.
---------. (2007) Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah. Jambi: Sulthan Thaha Press.
Nana Sudjana. (2001) Dasar-Dasar Proses belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Oemar Hamalik. (2001) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
---------. (2005) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
R. Ibrahim dan Nana Syaodih. (1996) Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ramayulis. (2005) Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sanapiah Faisal. (1990) Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang: YA3 Malang.
Sardiman AM. (2010) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Slameto. (2003) Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto (2006) Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryosubroto. (2002) Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2002) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Penyusun, (2015), Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Shulthan
Thaha Saifuddin Jambi
Zainuddin Arief. (1982) Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Zakiah Daradjat, dkk. (1995) Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.