PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN
HAFALAN JUZ AMMA PADA MATA PELAJARAN TAHFIZ AL-QUR’AN
DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUSTHAFAWIYAH
DESA SIRIH SEKAPUR KECAMATAN JUJUHAN
KABUPATEN BUNGO
SKRIPSI
RIA OKTAVIANI
NIM. 201180030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2022
Dengan
penuh rasa haru dan terima kasih yang tak terhingga kehadirat Allah SWT,
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis
persembahkan terkhusus kepada kedua orang tuaku ayahanda tercinta Syahril
(almarhum) Allahumma fir lahu warhamhu doa ku selalu menyertai ayahanda
tercinta walau sekarang ayahanda telah pergi untuk selamanya, semoga ayahanda
ditempatkan di syurga mu ya Allah. Ibunda Siti Saudah yang telah mengasihiku
dari kecil hingga sekarang ini, kasihnya
tiada terhingga sayanganya tak kan terbalas. Ibunda yang selalu memberi suport
dan berkat do’anya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan ku terima
kasih suport kalian semua
اِنَّا نَحْنُ
نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ
Artinya : “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (Q.S: Al Hijr : 9)
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Alhamdulillah
Robbil ‘Alamin, segala puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat
Allah Swt. sebagai Pencipta, Pengatur, dan Pemelihara alam semesta ini, dan
yang Maha Kuasa serta Maha Berkehendak atas apa yang di kehendakinya, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
sebuah karya ilmiah yang berjudul : “Penggunaan Media Audio Visual Dalam
Rangka Meningkatkan Hafalan Juz Amma Pada Mata Pelajaran Tahfiz Al-Qur’an Di
Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten
Bungo”.
Penulisan skripsi
ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat akademik guna mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyelesaian skripsi ini tidak banyak melibatkan pihak yang telah memberikan
motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini penulis
meyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak
Prof. Dr. H. Su’adi Asy’ari, M.A, Ph.D. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Dr.
Rofiqoh Ferawati, SE.,M. El selaku Wakil Rektor I, Dr.As’ad Isma, M.Pd selaku
Wakil Rektor II dan Dr.Bahrul Ulum, S.Ag, MA
Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Dr. Hj.
Fadillah, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
4. Dr.
Risnita, M.Pd. selaku Wakil Dekan I, , Bapak Dr.Najmul Hayatl, S.Ag. M. Pd.I.
Selaku Wakil Dekan II, dan Ibu Dr. Yusria, S. Ag, M.Ag. Selaku Wakil Dekan III
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
7. Bapak
Habib Muhammad, M.Ag Selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing, mengarahkan penulis dengan keikhlasan, kesabaran dan rasa tanggung
jawab, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
8. Bapak-bapak
dan Ibu-ibu Dosen, karyawan dan karyawati serta segenap Aktivitas Akademik
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan..
9. Kepala
pondok pesantren beserta guru-guru pondok pesantren Hidayatul Mustafawiyah Desa
Sirih Sekpaur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Provinsi Jambi
10. Kepala
Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi beserta
segenap karyawan-karyawati.
11. Teman-teman
seperjuangan yang ikut memberikan perhatian dan partisipasinya dalam menulis
skripsi ini.
12. Serta
kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan
terimakasih.
Kemudian
sebagai karya manusia tentu skripsi ini ada terdapat kesalahan dan kekurangan.
Untuk itu kepada seluruh pembaca diharapkan kesediaannya untuk mengkritik
skripsi ini yang sifat kontribusi membangun, seterusnya mudah-mudahan skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan orang-orang yang mencintai
ilmu pengetahuan.
Jambi, Januari 2022
Ria Oktaviani
NIM: 201180030
Nama / NIM |
: |
Ria Oktaviani / 201180030 |
Program Studi |
: |
Pendidikan Agama Islam |
Judul Skripsi |
: |
Penggunaan Media Audio Visual Dalam
Rangka Meningkatkan Hafalan Juz Amma Pada Mata Pelajaran Tahfiz Al-Qur’an Di
Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Bungo |
Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang abadi dimana semakin maju ilmu
pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Diantara kemurahan Allah
terhadap manusia adalah bahwa Dia tidak saja menganugrahkan fitrah yang suci
yang dapat membimbingnya kepada kebaikan, bahkan juga dari masa ke masa
mengutus seorang rasul yang membawa kitab sebagai pedoman hidup dari Allah,
mengajak manusia agar beribadah hanya kepada-Nya semata
Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk memberikan jawaban atas
permasalahan yang telah dibentangkan, karena sifatnya menggunakan pendekatan
analisis deskriptif.
Adapun pokok permasalahan yang akan diteliti ialah Bagaimana Metode Menghafal Juz Amma Pada
Siswa
Kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih
Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi. Apa saja Kendala Guru Dalam Menggunakan Media Audio Visual
Terhadap Hafalan Siswa Kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi dan Bagaimana
Kemampuan Menghafal Juz Amma Siswa Dengan Menggunakan
Media Audio Visual Kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi.
Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan metode Audio Visual siswa dapat meningkatkan kemampuan menghafal surah pendek mata pelajaran Tahfiz Juz Amma di kelas I
MTs Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur.
Kata Kunci: Audio Visual, Juz Amma, Ponpes Hidayatul Musthafawiyah
SAMPUL HALAMAN
.................................................................................. |
i |
NOTA DINAS ............................................................................................... |
ii |
PENGESAHAN
............................................................................................ |
iv |
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................... |
v |
PERSEMBAHAN
......................................................................................... |
vi |
MOTTO ......................................................................................................... |
vii |
ABSTRAK
..................................................................................................... |
viii |
KATA PENGANTAR ................................................................................... |
ix |
DAFTAR ISI .................................................................................................. |
xi |
DAFTAR TABEL
......................................................................................... |
xiii |
BAB I PENDAHULUAN |
|
|
|
A. Latar Belakang Masalah
............................................................ |
1 |
|
B. Fokus Masalah ............................................................................
|
8 |
|
C. Rumusan Masalah ....................................................................... |
9 |
|
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
................................................ |
9 |
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA |
|
||
|
A. Kajian Teoritik ............................................................................ |
11 |
|
|
|
1. Pengertian Penggunaan ......................................................... |
11 |
|
|
2. Penertian Media .................................................................... |
12 |
|
|
3. Ciri-ciri Umum Media ........................................................... |
13 |
|
|
4. Media Audio Audio Visual
................................................... |
14 |
|
|
5. Manfaat Media
Audio Visual ................................................ |
15 |
|
|
6. Macam-Macam
Audio Visual ............................................... |
16 |
|
|
7. Kekurangan
Media Audio Visual .......................................... |
18 |
|
|
8. Hafalan Juz
Amma ................................................................ |
21 |
|
|
9. Pengertian
Juz Amma
........................................................... |
23 |
|
B. Studi Relevan
.............................................................................. |
27 |
BAB III PROSEDUR PENELITIAN |
|
|
|
A. Desain Penelitian
......................................................................... |
29 |
|
B. Subjek dan Subjek Penelitian
...................................................... |
29 |
|
C. Jenias dan Sumber Data
...... ....................................................... |
30 |
|
D. Instrumen
Pengumpulan Data ..................................................... |
31 |
|
E. Teknik
Analisis Data ................................................................... |
33 |
|
F. Teknik Keabsahan Data............................................................ |
34 |
|
G. Jadwal Penelitian
........................................................................ |
34 |
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN |
|
|||
|
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian |
37 |
||
|
|
1. Historis dan Geografis Madrasah Tsanawiyah Ponpes Hidayatul Musthafawiyah ................................................... |
37 |
|
|
|
2. Profil
Singkat Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah .................................................... |
38 |
|
|
|
3. Visi dan Misi dan Tujuan Madrasah
Tsanawiyah Pondok
Pesantren Hidayatul Musthafawiyah .................................... |
39 |
|
|
|
4. Struktur Organisasi Madrasah
Tsanawiyah Ponpes
Hidayatul Musthafawiyah ..................................................................... |
40 |
|
|
|
5. Keadaan Guru dan Siswa Madrasah
Tsanawiyah Hidayatul Musthafawiyah
..................................................................... |
42 |
|
|
|
6. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah
Tsanawiyah Ponpes Hidayatul Musthafawiyah ....................................... |
43
|
|
|
B. Temuan Khusus ....................................................................... |
|
||
|
|
1. Metode Menghafal
Juz Amma Pada Siswa Kelas I Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur
Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
.....................................................
|
45 |
|
|
|
2. Kendala Guru Dalam Menggunakan Media Audio Visual
Terhadap Hafalan Siswa Kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi........
|
51 |
|
|
|
3. Kemampuan Menghafal Juz Amma Siswa Dengan Menggunakan
Media Audio Visual Kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
................................................................................... |
55 |
|
BAB V PENUTUP |
|
|
|
A. Kesimpulan ................................................................................. |
59 |
|
B. Saran-saran
.................................................................................. |
59 |
|
C. Kata Penutup ............................................................................... |
60 |
No |
Jenis Tabel |
Hal |
1. |
Jadwal Penelitian ................................................................................... |
36 |
2. |
Profil Singkat Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah ...................................................................................... |
38 |
3. |
Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah ..................................................................... |
41 |
4. |
Keadaan
guru madrasah tsanawiyah pondok pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih
Sekapur Tahun 2021/2022 ......................... |
42 |
5. |
Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Tahun 2021/2022 ......................... |
43 |
6. |
Keadaan
sarana dan prasarana madrasah tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Tahun 2021/2022 .......... |
44 |
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Al-Qur’an adalah Kalam
Allah yang bersifat mukjizat. Mengajarkan bacaan Al-Qur’an merupakan dasar
penting yang harus diajarkan orang tua kepada anaknya sejak dini. Hal ini
merupakan salah satu pondasi Islam untuk mengembangkan anak sesuai dengan
fitrahnya. Selain itu, cahaya-cahaya hikmah dapat merasuk ke dalam hati mereka
sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan kegelapan dengan kekeruhan maksiat dan
kesesatan. Pendidikan Al-Qur’an pada tahapan awal dilakukan dengan cara
membaca, sebagaimana pada arti ayat pertama surat Al-Alaq “bacalah dengan nama
Tuhanmu yang telah menciptakan” (Departemen
Agama RI 2012 Al-Alaq: 1)
Al-Qur’an
adalah mukjizat Islam yang abadi dimana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin
tampak validitas kemukjizatannya. Diantara kemurahan Allah terhadap manusia
adalah bahwa Dia tidak saja menganugrahkan fitrah yang suci yang dapat
membimbingnya kepada kebaikan, bahkan juga dari masa ke masa mengutus seorang
rasul yang membawa kitab sebagai pedoman hidup dari Allah, mengajak manusia
agar beribadah hanya kepada-Nya semata.
(Syahratul Mubarokah, Jurnal Penelitian Tarbawi. Volume, 4 No. 1 Januari-Juni
2019)
1 |
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ
Artinya
: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami
benar-benar memeliharanya”
(Q.S: Al Hijr : 9)
Menghafal
Al-Qur‟an sudah menjadi
tradisi sejak sahabat
nabi hingga sekarang dilakukan oleh kaum muslim. Dahulu
pada masa Nabi, bangsa Arab lebih mengenal tradisi menghafal daripada menulis
(Meirani Agustina dkk, Didaktika Jurnal Kependidikan, Fakultas Tarbiyah IAIN
Bone, Vol. 14, No. 1, Juni 2020).
Secara filosofis Al-Qur’an merupakan kitab suci yang
diturunkan Allah swt. kepada nabi Muhammad saw. sebagai salah satu rahmat yang
tiada taranya bagi alam semesta. Didalamnya
terkumpul wahyu Ilahi yang
menjadi petunjuk, pedoman
dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai dan mengamalkannya. Al-Qur’an
kitab suci terakhir yang diturunkan Allah swt, isinya mencakup segala
pokok-pokok syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya.
Untuk mempelajari, menghafal Al-Qur’an itu sebenarnya bukan hal yang terlalu
sulit, asal ada kemauan dan usahanya mempelajari dan menghafal pasti akan mampu
membaca dan memahami Al-Qur’an dengan baik. Allah sudah menjamin kemudahan
bagi umat yang
mau mempelajari dan
menghafal Al-Qur’an, firman Allah
dalam Q.S. al-Qomar: 17
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا اْلقُرْآنَ
لِلِّذكْرِ فَهَلْ أَنْتُمْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan
Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Q.S al-Qomar:
17)
Dari ayat tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
mempelajari Al-Qur’an itu tidaklah terlalu sulit asal ada kemauan yang keras
untuk mempelajari dan memahaminya sedikit demi sedikit, maka akhirnya nanti
akan memperoleh kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik karena Allah SWT
menurunkan Al-Qur’an sedikt demi sedikit dengan tujuan agar mudah
dipelajari,dipahami, dihafalkan dan diamalkan bukan untuk mempersukar hidup
manusia.
Secara teoritis metode tahfidz al-Qur'an yang diterapkan di
Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur adalah dengan cara:
1. Tahsin. Proses ini dilakukan untuk mengajarkan kepada para
santri cara pelafalan al-Qur'an yang baik dan benar. Baik dari segi makhraj
al-huruf sekaligus kaidah tajwidnya.
2. Talaqqi. yakni proses memperdengarkan hafalan ayat-ayat
AlQur'an secara langsung di depan instruktur/guru tahfidz. Proses ini lebih
dititikberatkan pada bunyi hafalan
Secara faktual bahwa Tahfidz al-Qur'an merupakan program
yang melekat dan wajib diikuti setiap santri
di Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur. Dalam proses penerimaan santrinya melalui proses seleksi. Seleksi
penerimaan santri
baru
pesantren
Hidayatul Musthafawiyah dilakukan untuk mengetahui cara baca al-Qur'an
calon santri,
baik dari segi
kelancaran dan
ketartilannya; atau untuk
mengetahui seandainya calon
santri
telah memiliki beberapa juz hafalan al-Qur'an.
Tahfidzul Qur’an merupakan salah satu kegiatan yang banyak dihadirkan oleh
lembaga-lembaga pendidikan dengan berbagai metode
dan
keunggulannya masing-
masing. Hal ini bertujuan untuk menjadikan para santri menjadi insan yang bertakwa dan
memiliki akhlak Qur’ani.
Eksistensi Tahfidzul Qur’an di Indonesia
makin semarak saat
memasuki era kemerdekaan 1945 hingga Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) 1981.
Lembaga Tahfidzul Qur’an mulai bermunculan di priode tersebut. Semangat menghafal Al-Qur’an makin menjadi ketika
diselenggarakannya
Musabaqah Hifzul Qur’an (MHQ)
pada 1981. MHQ tersebut menjadi pemicu
minat
menghafal
Al-Qur’an. (Titi Muntiarti dkk, Jurnal, Evaluasi
Program Tahfidz Al-Qur’an Di SMAIT Buahati Jakarta)
Menghafal serta membaca Al- Qur’ an wajib diawali semenjak
umur dini, apalagi anak yang masih dalam isi wajib kerap didengarkan teks Al-
Qur’ an serta yang lebih baik merupakan si bunda yang membacakan. Membaca serta
menghafal Al- Qur’ an sangat pengaruhi terhadap kecerdasan anak paling utama
pada aspek kognitif sebab anak telah dilatih semenjak dini buat bisa membaca apalagi
menghafalkannya, menghafal tidak cuma mempengaruhi kepada kecerdasan saja
melainkan pula pada perilaku anak.
Kemampuan peserta didik dalam menghafal sangatlah beragam,
sebagian mampu menghafal materi yang bersifat verbal ataupun bahasa namun sebagian
yang lainnya lebih mudah menghafalkan rumus-rumus matematika. Beragamnya
kemampuan dalam menghafal inilah yang menjadi kekurangan dalam memenuhi
kompetensi dasar yang menjadi tujuan dasar pembelajaran
Pada usia inilah anak akan diarahkan kepada keyakinannya bahwa
Allah SWT adalah Tuhan dan Al Qur’an merupakan kitab suci- Nya.Pembelajaran Al
Qur’an akan banyak dijumpai di lembaga-lembaga pendidikan yang khusus
mempelajari ilmu-ilmu agama, sebagaimana lembaga-lembaga di Madrasah Tsanawiyah
Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur maka menghafal
surah-surah pendek merupakan kegiatan yang penting. Sedangkan permasalahan
selama ini adalah kualitas dari hasil hafalan mereka kurang maksimal dan
belum memuaskan, hal tersebut disebabkan metode yang diterapkan dalam menghafal
masih cukup sederhana, yaitu dengan cara mengkoordinir siswa untuk menghafal
secara individu.
Hambatan lain yang muncul yaitu masalah durasi waktu pembelajaran
aktif di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa
Sirih Sekapur yang hanya 45 menit waktu normal, hal tersebut menambah
kekurangefektifan dalam hasil belajar, termasuk hasil hafalan. Pendidikan
bidang agama di sekolah terwujud dalam bidang studi Tahfiz Juz Amma yang
sifatnya membantu peran keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama.
Bidang agama, ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebut harus mampu memperluas
dan meningkatkan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu pengajaran harus
dapat merubah perilaku peserta didik termasuk penguasaan ilmu pengetahuan dan
kemampuan melakukan hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Dalam mengkomunikasikan
ilmu pengetahuan dan keterampilan agar berjalan secara efektif, maka perlu
menerapkan berbagai metode mengajar sesuai dengan tujuan, situasi dan kondisi
yang ada, guna meningkatkan mutu pengajaran secara baik. Dalam proses
pendidikan islam metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan. Karena
ia menjadi sarana yang membermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum
pendidikan, sehingga dapat dipahami Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren
Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur atau di serap oleh anak didik
menjadi pengertian pengertian yang fungsional terhadap tingkah laku.
Metode pendidikan yang tidak tepat akan menjadi penghalang bagi
kelancaran proses belajar mengajar. Kegiatan interaksi belajar mengajar harus
selalu di tingkatkan efektifitas dan efisiensinya. Dengan banyaknya kegiatan di
sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran maka sangat
menyita waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut, apa
lagi bidang studi Tahfiz Juz Amma yang menyangkut multi dimensional sedang
waktu yang ada di sekolah terbatas. Untuk membantu mengatasi keadaan tersebut,
dirasa guru perlu menerapkan metode pemberian tugas (resitasi) diluar jam
pelajaran disebabkan bila hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang untuk
tiap mata pelajaran hal itu tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran
yang diharuskan, seperti yang tercantum dalam kurikulum.
Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa
Sirih Sekapur. kian perlu diberikan tugas-tugas sebagai selingan untuk variasi
teknik penyajian ataupun dapat berupa pekerjaan rumah.Penerapan metode resitasi
dapat memupuk perkembangan inisiatif siswa karena dengan melaksanakan tugas,
siswa aktif belajar dan merangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik
dengan kesadaran sendiri, memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang
terintegrasi mengenai suatu persoalan, bertanggung jawab dan berdiri sendiri
(mandiri) terutama dalam hal belajar. Situasi belajar mandiri sebagai salah
satu konsep belajar perlu ditanamkan pada diri siswa dalam rangka menumbuhkan
sikap yang dapat berdiri sendiri, mempunyai inisiatif dan bertanggung jawab.
Salah satu dari materi Tahfiz Juz Amma
adalah Surah Pendek karena menjadi sumber dari semua pelajaran yang
kesemua itu ada keterkaitannya. Materi pelajaran Tahfiz Juz Amma kelas I
terdiri dari membaca dalam Al- Qur’an dan menulis dalam Al-Qur’an. Keistimewaan
Al Qur’an yang akan terasa mudah bila dihafalkan oleh orang yang sedang
mempelajarinya.
Adapun yang dimaksud dengan belajar Al Qur’an adalah membaca sampai
lancar dan fasih sesuai dengan kaidah (bacaan) dalam ilmu Tajwid,
“dengan menguasai ilmu tajwid akan membantu dan mempermudah dalam menghafalkan
Al Qur’an, karena keunikan-keunikan dalam teknik membaca Al Qur’an bisa
mengekalkannya di dalam hati” Menghafal Al Qur’an terkait erat dengan daya
ingat, dan bersandar pada sandaran yang lebih besar pada kemampuan akal, selain
itu tingkat kecepatan hafalan (daya ingat) seseorang tergantung pada kemampuan
perhatiannya. Untuk menarik siswa senang belajar membaca Al-Quran, maka perlu
dikembangkan Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa
Sirih Sekapur minat siswa dalam belajar. Jika hal tersebut tumbuh, prestasi
akan meningkat. Oleh karena itu sangatlah mungkin dalam upaya peningkatan
prestasi pembelajaran agama islam perlu ditumbuhkan Madrasah Tsanawiyah Pondok
Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapurnat belajar siswa melalui
penggunaan media yang tepat. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pembelajaran akan sangat membantu mengefektifkan proses pembelajaran dan
menyampaikan pesan dan isi pelajaran pada saat itu.
Selain membangkitkan motivasi dan Minat Siswa Madrasah Tsanawiyah Pondok
Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur, media pembelajaran juga
dapat membantu Siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran
data, dan memadatkan informasi. Agar Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren
Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur belajar siswa tumbuh, maka
diperlukan penggunaan media dalam pembelajaran. Menurut Melvin L.Siberman dalam
bukunya Active Learning yang diterjemahkan oleh Roisul Mutaqin mengutip
pendapat Pike, 1989, mengatakan bahwa: Dengan menambahkan media Audio Visual
pada pemberian pembelajaran, ingatan siswa akan meningkat dari 14 hingga 38
persen9 khususnya mata pelajaran Al-Quran Hadist yang diharapkan dapat
meningkatkan penguasaan hafalan siswa. Proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa
Sirih Sekapur Kendal pada umumnya masih menggunakan metode konvensional
(ceramah), model pembelajaran tersebut.
Observasi penulis di Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah penulis menemukan bahwa masih banyak santri
yang mengalami kesusahan menghafal materi hafalan juz amma. Untuk menarik santri menghafal juz amma, maka perlu dikembangkan metode dan
strategi yang dapat menumbuhkan minat santri dalam menghafal, salah satunya
adalah menggunakan media yang tepat yaitu melalui penggunaan audio visual.
Selain membangkitkan motivasi dan Minat santri dalam menghafal al-qur’an, media
audio visual juga dapat membantu santri meningkatkan pemahaman dan memudahkan
mereka menghafal dengan cepat. (Observasi, 13 Agustus 2021)
Hasil observasi penulis menemukan bahwa masih banyaknya
santri yang bermalas-malasan ketika disuruh menghafal, selain itu, dilihat dari
segi kemampuan santrinya akan menimbulkan hasil yang berbeda antara satu santri
dengan santri yang lain, sehingga hasil hafalan dari semua santri kurang
maksimal. Kendala menunjukkan bahwa
pembelajaran ditempat tersebut masih kurang efektif, karena kurangnya variasi
metode yang digunakan guru. Hal inilah yang membuat para santri kurang terlibat
langsung (aktif) di dalam proses pembelajaran, sehingga hal ini berakibat pada
kurang maksimalnya nilai yang diperoleh santri. Oleh karenya metode yang
digunakan masih bertumpu pada kemandirian santri untuk belajar atau menghafal
tanpa bimbingan yang baik. Kegiatan belajar mengajar tersebut akan lebih
maksimal apabila ada variasi antara metode dan media pembelajaran.
Wawancara penulis dengan pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah yaitu bapak H. Muhammad Asradi mengatakan :
“Menghafal al-Qur‟an tentu tidak serta merta dimulai tanpa melalui proses
pembelajaran dasar-dasar al-Qur‟an. Pembelajaran yang dimaksud dimulai dari mengetahui
huruf-huruf sampai pada
kemampuan membaca
al-Qur‟an dengan
menggunakan ilmu Tajwid.
Disini kami pihak pimpinan pondok juga mengajarkan kepada para santri untuk
menghafalkan al-qur’an mulai dari juz amma hingga al-qur’an, meskipun demikian
menghafal seluruh al-qur’an bukanlah materi utama yang wajib di pondok
pesantren ini, namun materi hafalan Al-qur’an juga salah satu mata pelajaran
yang kami ajarkan kepada santri” (Wawancara, 13 Agustus 2021).
Permasalahan yang terjadi adalah metode yang digunakan oleh
guru dalam meningkatkan kemampuan hafalan Al-Qur’an santri Pondok Pesantren
Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur kurang bervariasi dan kurang
menarik. Guru dalam mengembangkan kemampuan hanya terfokus pada metode membaca
dan menghafal, dimana guru menggunakan metode talqin, dimana santri langsung
menghafal dari bacaan guru dan bertatap muka dengannya, guru membacakan ayat
yang sedang dihafal dan murid menirukannya, metode ini kurang efektif karena
banyak santri yang merasa bosan dan cepat jenuh, santri hanya duduk diam
mendengarkan guru membacakan ayat, selain itu juga kurang kreatifnya guru dalam
mengajar, sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan anak dalam mengingat
hafalan. Oleh karenanya dengan kehadiran audio visual, metode ini dapat digunakan guru dalam mengajarkan tahfiz
kepada santri sehingga adanya variasi dalam mengajar dan dapat menyenangkan
santri.
Berdasarkan pemaparan diatas penulis akan
melakukan penelitian yang selanjutnya akan diberi judul: Penggunaan Media
Audio Visual Dalam Rangka Meningkatkan Hafalan Juz Amma Pada Mata Pelajaran Tahfiz
Juz Amma Di Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur
Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi.
B. Fokus Masalah
Untuk menjaga agar pembahasan
penelitian ini tidak melebar dan keterbatasan peneliti dalam segi waktu dan
biaya, peneliti membatasi penelitian ini hanya pada Kelas I Madrasah Tsnawiyah Pondok
Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur, Pada mata pelajaran Tahfiz
Juz Amma.
C. Rumusan Masalah
Sesuai dengan paparan diatas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana
Metode Menghafal
Juz Amma Pada Siswa Kelas I Madrasah Tsanawiyah
Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Bungo Jambi?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan
Penelitian
a.
Ingin
mengetahui penggunaan media audio visual terhadap hafalan juz amma dikalangan
siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa
Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi.
b.
Ingin
mengetahui kendala guru dalam menggunakan media audio visual terhadap hafalan
siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa
Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi.
c.
Ingin
mengetahui upaya guru dalam meningkatkan hafalan siswa juz amma dengan
menggunakan media audio visual siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok
Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Bungo Jambi.
2.
Manfaat
Penelitian
a.
Bagi
siswa
Sebagai khazanah keilmuan peneliti
dan siswa dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan hafalan juz
amma siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah
Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
b. Bagi guru
Penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan referensi atau masukan tentang penggunaan media pembelajaran yang
efektif dan efisien untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada ranah
kognitif pemahaman siswa.
c. Bagi sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dan
solusi permasalahan bagi sekolah untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam
proses pembelajaran Tahfiz Al-juz amma di kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok
Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Bungo Jambi.
d. Bagi penulis
Penulis
memperoleh manfaat yang besar dalam perbaikan pembelajaran ke arah yang lebih
baik dan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S.1) pada
jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sulthan Thaha Saipudin Jambi.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Pengertian Penggunaan
Penggunaan berasal dari kata “guna” yang artinya adalah
proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu (KBBI 2008). Menurut Kamus Besar
Bahas Indonesia (KBBI) penggunaan
berasal dari kata guna dapat diartikan Secara sederhana suatu alat yang akan
kita gunakan dalam menyampaikan sesuatu yang dengan tujuan mengaplikasikan
tujuan yang akan kita sampaikan. Penggunaan sesuatu alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang disampaikan melaui media yang digunakan.
Penggunaan
merupakan kegiatan dalam menggunakan atau memakai sesuatu seperti sarana atau
barang. Menurut Ardianto dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Massa, tingkat
penggunaan media dapat dilihat dari frekuensi dan durasi dari penggunaan media
tersebut. (Ardianto Elvinaro,
2004:125)
Penggunaan
adalah salah satu dari dua konsep teoritik dalam model teori Uses and
Gratifitcation. Teori ini sendiri domain fokusnya pada persoalan media
effect. Dalam asumsi teori ini, efek media itu bersifat moderat karena
tergantung pada bagaimana individu umum memperlakukan media itu sendiri. Dengan
begitu, dalam perspektif model teori Uses and Gratifications sekelompok
orang atau orang itu sendiri dianggap aktif dan selektif menggunakan media
sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. (Muhammad Rustam, Jurnal, Peneliti
pada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, 4
Februari 2017).
11 |
2. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin
medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar.
Dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan. Menurut Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau sikap. Dalam pengertian
ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih
khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis, untuk menangkap,
memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. (Azhar Arsyad 2002:03)
Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar” assoction for
education and communication technology (AECT) mendefinisikan media yaitu
segala bentuk yang diprlukan utuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan
Education Assoction (NEA) Mendefiniskan sebagai benda yang dapat dimanipulasi,
dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta intrument yang dibutuhkan
dengan baik untuk kegiatan belajar mengajar dapat dipengaruhi efektifitas
program intruksional. (Basyiruddin Usman dan Asnawir, 2002:7)
Yudi munandi menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai segala
sesuatu yag dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana
sehingga tercipta lingkungan belajar kondusif yang mana penerimanya dapat
melakukan proses pembelajaran secara efesien dan efektif (Yudi
munandi, 2007:7)
Secara sederhana istilah media dapat didefinisikan sebagai
perantara atau pengantar. Sedangkan istilah pembelajaran adalah kondisi untuk
membuat seseorang melakukan kegiatan belajar. Dengan merujuk pada devinisi
tersebut maka media pembelajaran adalah wahana penyalur pesan atau informasi
belajar sehingga mengkondisikan seseorang untuk belajar atau berbagai jenis
sumber daya yang dapat difungsikan dalam proses pembelajaran, berdasarkan ruang
lingkup sumber belajar di atas, maka media pembelajaran merupakan bagian dari
sumber belajar yang menekankan pada software atau perangkat lunak dan hardware atau
perangkat keras.
Selain pengertian diatas, ada juga yang berpendapat bahwa media
pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).
Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead
projector, radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan software adalah
isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat transparasi
atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film
atau meteri yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram dan lain
sebagainya. (Wina
Sanjaya,2007:164).
3. Ciri-ciri Umum Media
a.
Media
pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware
(perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau
diraba dengan panca indra.
b.
Media
pendidikan memiliki pengertian non-fisik yang dikenal sebagai software
(perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras
yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
c.
Penekanan
media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
d.
Media
pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik didalam
maupun diluar kelas.
e.
Media
pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam
proses pembelajaran.
f.
Media
pendidikan dapat digunakan secara massa (misalnya: radio, televisi), kelompok
besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video), atau
perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder)
g.
Sikap,
perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan
penerapan suatu ilmu. (Azhar Arsyad 2002:07)
Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses
belajar mengajar. (R. Ibrahimdan Nana Syaodih, 2003:112)
4. Media Audio Audio Visual
1.
Pengertian
Media Audio Visual
Media audio berbeda dengan media grafis,
media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan
dituangkan kedalam lambang-lambang auditif, baik verbal (kedalam katakata/
bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat
dikelompokkan dalam media audio antara lain: radio, alat perekam pita magnetik,
piringan hitam dan laboratorium bahasa. (Arif S.Sadirman, 2003:55-56)
Media proyeksi
diam (still proyected medium) mempunyai persamaan dengan media grafis
dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Kecuali itu bahan-bahan
grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas
diantara mereka adalah bila pada media grafis dapat secara langsung
berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada proyeksi diam, pesan
tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran,
terlebih dahulu. Ada kalanya media jenis ini disertai rekaman audio, tapi ada
pula yang hanya visual saja. (Arif S.Sadiman,2003:55-56)
Media audio
visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman
(kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat,
didengar dan yang dapat dilihat dan didengar. (Ahmad Rohani,`1997:97)
Media audio
visual adalah jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung
unsur gambar yang bisa dilihat. Misalnya rekaman video, berbagai rekaman film,
slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan
lebih menarik. (Wina Sanjaya,2007:172)
Penekanan utama
dalam pengajaran audio visual adalah pada nilai belajar yang diperoleh melalui
pengalaman kongkret , tidak hanya didasarkan atas kata-kata belaka. (Nana
Sudjana dan Ahmad Rifai,1989:58)
Media audio
visual memberikan dorongan dan motivasi serta meningkatkan keinginan untuk
mengetahui dan menyelidiki yang akhirnya menjurus pada pengertian yang lebih
baik. (Amir
Hamzah Sulaiman,1988:17)
5. Manfaat Media Audio Visual
Media audio
visual menurut Encyclopedia of Educational Research memiliki nilai
atau manfaat sebagai berikut:
a.
Mengatasi
keterbatasan jarak waktu
b.
Mampu
mengambarkan peristiwa yang lalu secara realitis secara singkat
c.
Dapat
dilang-ulang untuk menambah kejelasan
d.
Pesan
yang disampaikan cepat dan mudah diingat
e.
Dapat
mengembangkan pikiran, imajinasi, dan pendapat peserta didik
f.
Memperjelas
hal-hal yang abstrak secara konkrit
g.
Semua
peserta didik dapat belajar melalui media audio visual baik yang pandai maupun
yang kurang pandai
h.
Menumbuhkan
minat dan motivasi belajar siswa. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk
berpikir. Oleh karena itu mengurangi verbalisme (tahu istilah tetapi tidak tahu
arti, tahu nama tetapi tidak tahu bendanya).
i.
Memperbesar
perhatian siswa.
j.
Membuat
pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan.
k.
Memberikan
pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di
kalangan para siswa.
l.
Menumbuhkan
pemikiran dan Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan
berbahasa. (Yudi Munandi,2002:116)
Vernom
A. Magnesen menyatakan kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa
yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang dilihat dan
didengar, 70% dari apa yang dikatakan, 90% dari apa yang dilakukan. Dapat
menggunakan indra penglihatan dan indra pendengaran secara bersamaan, hingga
hasil yang dicapaipun akan menjadi lebih besar. Karena kedudukannya yang
istimewa yaitu menggunakan kedua indra manusia, maka pembelajaran menggunakan
media audio visual merupakan cara belajar yang efektif. (Ariani,Niken,Dani Hartato,1998:57)
Manfaat selain yang tersebut di atas
adalah:
a.
Sangat
menarik minat siswa dalam belajar.
b.
Mendorong
anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin mengetahui lebih banyak.
c.
Menghemat
waktu belajar. Guru tidak usah menerangkan sesuatu dengan banyak perkataan,
tetapi dengan memperlihatkan suatu gambar, benda yang sebenarnya atau alat
lain. (Uzer Usman,1992:27)
6. Macam-Macam
Audio Visual
Media audio visual dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a.
Media
audio visual murni ialah media audio visual yag dilengkapai pungsi peralatan
suara dan gambar dalam suatu unit. Seperti film gerak bersuara, televise dan
video. Film gerak sebagai media audio visual adalah film yang bersuara slide
ataupun media yang ditambah bukanlah media audio visual yang lengkap, karena
suara ataupun rupa berada terpisah oleh sebab itu, slide termasuk media audio
visual saja atau media visual diam plus suara. Film yang dimaksud disini adalah
film sebagai alat media audio visual untuk pelajaran, atau untuk penyuluhan.
gambar hidup ataupun bersuara memang wajar digunakan di kelas karena dapat
memberikan fakta-fakta tetapi juga menjawab semua tentang kehidupan, secara
singkat apa yang dilihat pada film dapat memberikan hasil yang nyata bagi
audien. Film yang baik adalah film yang dapat memberikan sumbangan nyata
memenuhi kebutuhan siswa dalam hubungan dengan apa yang di pelajari (Oemar
Hamalik.1998:104:)
1). Televisi
Televise adalah
system elektronik yang mengirim gambar diam dan gambar hidup bersama suara
melalui kabel atau ruangan. Sistem ini mengubah suara atau cahaya ke dalam
gelombang elektrik dan mengpungsikan kembali kedalam cahaya dapat di lihat dan
suara dpat di dengar. (Azhar Arsyad, 2002:51)
2). Video
Video adalah
tekhnologi pemerosesan sinyal elektrik yang meliputi gambar gerak dan suara.
(Sanjaya,132:2006). Video yang semula dirancang untuk pemakaian rumah ini sudah
menyusup kedalam semua bidang kegiatan, baik hiburan, industry maupun
pendidikan. Sama halnya dengan film, video juga sangat membantu pembelajaran
efektif karena melibatkan dua indra yakni pendengaran dan penglihatan sekaligus dapat satu kali dalam proses.
b.
Media
audio visual tidak murni
Media audio visual tidak murni adalah
media audio visual yang fungsi peralatan suara dan gambar dari unit yang
berbeda. Seperti slide OHP dan lain-lain.
1). Slide
Slide adalah
merpan media yang proyeksikan dapat dilihat oleh siswa di kelas. Slide adalah
sebuah gambar transparan yang diproyeksikan oleh cahaya melalui froyektor.
Biasanya slide 2x2 atau 3x4 cm. ada slide yang hanya menunjukan satu gambar
saja, tekhnisnya juga satu-peratu. Ada juga slide yang berupa sound slide atau
berupa hasil perpanduan antara gambar diam dengan suara. Sound slide ini mampu
menimbulkan kesan yang paling dalam dann sulit di lupakan oleh anak didik.
Dengan kesan yang mendalam pada anak
didik sewaktu melihat dapat mengembangkan pengajaran dengan baik agar tujuan
intruksional tercapai (Basyiruddin Umar dan Asnawir,2006:72:)
2). OHP
Overhead
Projector (OHP) Adalah sebuah alat yang berpungsi memproyeksikan bahan-bahan
visual yang dibuat di atas lembar transparan (Sanjaya,169:2006). Transparansi
yang di proyeksikan adalah visual baik beru[a gambar, hurup, grafik ataupun
gabungan dari lembaran bahan tembus pandanga atau plastic yang dipersiapakan
untuk di proyeksikan kedalam suatu atau dindidng melalui proyektor. Kemampuan
proyertor bisa membesarkan gambar membuat media ini mampu menyajikan pada
kelompok yang besar dan pada semua jejang. OHP Diancang untuk dapat digunagan
di depan atau menatap siswanya. Beberapa tenaga pendidik menggunakan
transparasi atau OHP namun demikian OHP tidak dianggap sebagai penganti papan
tulis atau media yang lain, tetapi sebagai pelengkap saja. Audio Visual
Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai
suara (sound slides), film rangkai suara, cetak suara. Audio Visual
Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak
seperti film suara dan video.
Pembagian lain
dari media ini adalah: Audio Visual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur
gambar berasal dari suatu sumber seperti film video-cassete. Audio Visual Tidak
Murni, yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda,
misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides
proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya
adalah film strip suara dan cetak suara. (Syaiful Bahri Djamarah,1996:141)
7. Kekurangan
Media Audio Visual
a.
Kelemahan
media ini, terutama terletak dalam segi teknis dan juga biaya. Penggunaan media
ini memerlukan dukungan sarana dan prasarana tertentu seperti listrik serta
peralatan atau bahan-bahan khusus yang tidak selamanya mudah diperoleh
ditempat-tempat tertentu.
b.
Pengadaan
maupun pemeliharaannya cenderung menuntut biaya yang mahal.
Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara
sempurna Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.(Syaiful Bahri Djamarah,1996:118)
Media Video cassette adalah sistem penyimpanan dan rekaman video
dimana signal audio visual direkam pada disk plastik, bukan pada pita magnetik.
(Azhar
Arsyad 2002:36)
Video, sebagai
media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam
masyarakat kita. Pesan yang disajikan bersifat fakta (kejadian / peristiwa
penting, berita) maupun fiktif (cerita), bisa bersifat informative, edukatif
maupun instruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan video. Tapi
ini tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Masing-masing
mempunyai kelebihan dan keterbatasannya sendiri. (Arif S.Sadiman,2003:74)
Penggunaan
media ini dalam penyajian berbagai materi pelajaran memberikan banyak
keuntungan, misalnya dalam memperlihatkan proses pertumbuhan tanaman, kehidupan
berbagai kelompok masyarakat, serta kilasan peristiwa di masa lalu. Dengan
media ini kebutuhan berbagai program pendidikan dapat dipenuhi dengan baik,
berbagai sumber informasi yang tidak mungkin diberikan melalui media lainnya
dapat disajikan melalui film video. Alat ini dapat diputar kembali yang
memungkinkan terjadinya proses umpan balik untuk perbaikan dan peningkatan
upaya pengajaran. (R. Ibrahim dan Nana Ibrahim,2003:117-118)
Pemanfaatan
media video dalam proses pembelajaran diruang kelas sudah merupakan hal yang
biasa. Sebagai media audio visual dengan memiliki unsur gerakan dan suara,
video dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang studi.
Kemampuan video untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak peserta didik
untuk melanglang buana kemana saja walaupun dibatasi dengan ruang kelas.
Objek-objek yang terlalu kecil , terlalu besar, berbahaya atau bahkan tidak
dapat dikunjungi oleh peserta didik karena lokasinya di belahan bumi lain,
dapat di hadirkan melalui media video. Disamping itu pengajar dapat memilih
program-program video yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, kemudian
menyaksikan bersama-sama diruang kelas selanjutnya membahas serta
mendiskusikannya.
Kemampuan video
untuk mengabadikan kejadian-kejadian faktual dalam bentuk program dokumenter
bermanfaat untuk membantu pengajar dalam mengetengahkan fakta, kemudian
membahas fakta tersebut secara lebih jelas dan mendiskusikannya di ruang kelas. (Hamzah B.Uno,2006:125-126)
Proses
komunikasi mencangkup pengiriman pesan dari sistem sarap seseorang kepada
sistem sarap orang lain, dengan maksud menghasilkan sebuah makna yang serupa
dengan yang ada dalam pikiran sipengirim. Pesan perbal melakukan hal tersebut
melaului kata-kata yang merupakan unsur dasar bahasa, dan kata-kata sudah jelas
merupakan simbol “kata” hanya mempunyai “makna” setelah diasosiasikan dengan
refrensi/rujukan. (yudhi Munandi, 2010:12)
Pembelajaran
akan lebih baik apabila objek dan kkejadian yang menjadi bahan pengajaran dapat
di visualisasikan secara realitas menyerupai keadaan yang sebenarnya. Sebagai
contoh adalah model. Sekaligus gambar nyata dari objek tiga dimensi tidak dapat
dikatakan lealistis sepenuhnya. Sesungguhnya model sebagai media pembelajaran
dapat memeberi makna terhadap isi pesan dari keadaan yang sebenarnya. Dalam
proses pengajaran kehadiran media mempunyai arti yang sangaat penting. Karena
dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu
dengan kehadiran media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang disanpaikan
kepada peserta didik dapat disederhanakan dengan bantuan media audio visual.
Media audio visual dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui
kata-kata verbal dengan bahasa dengan menunjukan refrensi, atau dengan kalimat
tertentu. Bahkan keabsahan bahan dapat dikongritkan dengan kehadiran media,
dengan demikian peserta didik dengan mudah mencerna dibandingkan tanpa bantuan
media. (Yudhi Munandi, 2010:12)
8. Hafalan Juz Amma
1). Pengertian Hafalan
Didalam kamus besar bahasa Indonesia, hafalan mempunyai arti atau makna sesuatu yang dihafalkan, dapat
mengucapkan diluar kepala (Tanpa melihat
buku atau catatan lain). Sehingga seseorang belum dikatakan hafal apabila ia tidak mampu
mengucap kembali suatu materi yang sudah
dipelajari dengan bantuan alat lain, semisal buku, catatan kecil dan lain
sebagainya. (Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000:381)
Menghafal bukanlah merupakan sesuatu yang mudah. Menghafal adalah merupakan kemampuan memadukan cara
kerja kedua otak yang dimiliki manusia, yakni otak kiri dan otak kanan. Mengapa
seseorang cepat lupa dengan sesuatu yang telah dihafal apabila tidak sering
diulang sampai menjadi semacam perilaku? Karena ia dalam menghafal adalah
dengan menggunakann kerja otak kiri. Kerja otak kiri sangatlah pendek, hanya
bisa bertahan selama enam jam. Artinya setelah enam jam orang menghafal,
kemudian tidak diulang dan ulang lagi, maka yang terjadi adalah lupa. Apabila
seseorang sudah lupa, maka kegagalanlah yang akan ia dapat. (Khoirotul Idawati Mahmud dan
Hanifuddin Mahadun; 2009:1)
Menurut para ahli otak, daya kerja otak kanan bersifat Long
Term Memory (LTM) yaitu 1600 kali daya
kerja otak kiri, bahkan ada yang berpendapat sampai 3000 kali. Dalam teknik ini
prinsip memory hanya sekali. Artinya, sekali membaca disertai visualisasi penuh
aksi, akan cepat hafal dan mengendap lama diingatan, tak perlu diulang-ulang.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil hafalan yang maksimal seseorang harus
mampu menggabungkan kedua otak ini, otak kiri dan kanan.
2). Keterampilan Menghafal
Orang dapat mengingat sesuatu pengalaman yang telah terjadi atau
sesuatu pengetahuan yang telah dipelajari pada waktu-waktu yang lalu.
Pengalaman dan pengetahuan merupakan catatan dari perubahan faal dalam otak
manusia yang dinamakan jejak ingatan atau jejak saraf. Kaidah yang meningkatkan
kemapuan mengingat bahan pelajaran adalah:
a)
Azas
Kebermaknaan.
Semakin
bermakna atau penuh arti sesuatu keterangan, semakin mudah keterangan itu untuk dihafal.
b)
Azas
Pengaturan.
Bahan pelajaran
yang teratur secara tertib menurut suatu pedoman tertentu (seperti urutan
alphabet) akan lebih mudah dipelajari dan diingat.
c)
Azas
enggambaran Citra.
Petunjuk agar
sesorang membuat gambar-gambar citra (dalam
bayangan pikiran) mengenai bahan pelajaran, sehingga kemampuan ingatannya dapat digunakan sepenuhnya.
d)
Azas
Praktik yang dibagi-bagi.
Dalam
mempelajari dan mengingat sesuatu pelajaran, membagi-bagi jangka waktu
belajarnya menjadi pendek-pendek yang diselingi dengan masa istirahat.
e)
Azas
Umpan balik.
Salah satu umpan balik adalah dengan
cara diberikan evaluasi atau tes
kemampuan terhadap apa yang telah dipelajari. Melalui evaluasi dapat
menahan atau meningkatkan minatnya dalam belajar (The Liang Gie,2001:64-66.)
Menghafal
adalah berusaha menerapkan kedalam pikiran agar selalu diingat. Dengan demikian
pengertian menghafal Juz’ Amma adalah menerapkan kedalam pikiran ( Mengingat )
surat surat pendek dari 30 Juz terakhir dalam Al-Qur’an.
Menghafal bukan
pekerjaan yang sulit, namun juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada
beberapa syarat yang perlu diperhatikan sebelum kita melakukan hafalan
diantaranya:
1)
Persiapan
Persiapan dalam menghafal berkaitan erat dengan niat atau keinginan
keininan yang kuat tanpa adanya paksaan dari siapapun akan mampu menghadapi
rintangan yang menghalanginya. ( Sugianto, 16 2004 : 52)
2)
Mampu
membaca dengan benar dan lancer
Kemampuan membaca dengan lancar dan benar akan mempermudah dalam
proses menghafal . ( Sigianto, 2004 : 52 )
3)
Kontiunitas
Menghafal memerlukan kontiunitas. Menghafal hendaknya tidak
bosan-bosan dalam mengulang hafalan, kapan dan dimanapun dengan demikian
kontiunitas memiliki kedisiplinan baik waktu, tempat maupun materi.
4)
Sanggup
Memelihara Hafalan
Hafalan tidak akan jika adanya pemeliharaan . ( Sugianto,2004 : 54)
9. Pengertian
Juz Amma
a). Pengertian Juz Amma
Juz Amma yang merupakan Juz ketiga
puluh dari kitab suci Al-Qur’an dan bagian yang paling sering didengar dan
paling sering dibaca.ketika pertama kali belajar membaca Al-Qur’an dimasa
kecil,hal pertama yang dipelajari adalah membaca dan menghafal surat surat
pendek yang terdapat dalam Juz Amma.di tambah lagi kebayakan para imam di
masjid lebih sering membaca surat-surat pendek yang terdapat dalam Juz ‘Amma
dari pada membaca surat-surat dalam juz lainnya, baik secara lengkap maupun
berupa penggalan surat. Sehingga dengan demikian surat-surat tersebut terasa
begitu akrab dan tidak asing lagi ditelingga,bahkan banyak yang hafal tersebut
diluar kepala. Juz Amma merupakan Juz dengan jumlah surat terbanyak. Didalamnya
terdapat 37 surat dimulai dengan surat An-Naba dan di akhiri surat An-nas.
b). Kaidah Menghafal Al-Qur’an
Juz Amma
Menurut Ahmad salim Badwilan
(2009:50) Agar setiap perbuatan apapun harus bersandar pada kaidah, sehingga
akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan, adapun kaidah menghafal
Al-Qur’an Juz Amma sebagai berikut :
1)
Ikhlas
Ikhlas merupakan tujuan pokok dari berbagai macam ibadah ikhlas
pada dasarnya hanya mencari keridhaan Allah SWT. Demikian juga ketika kita
berniat untuk menghafalkan Al-Qur’an Juz
Amma.
2)
Memperbaiki
Ucapan dan Bacaan
Menghafal Al-Qur’an Juz Amma harus dipelajari dari guru yang
menguasainya dengan baik.
3)
Penentuan
Ukuran Target Hafalan
Menghafal Al-Qur’an Juz ‘Amma hendaklah memiliki target hafalan dan
target hafalan tersebut hendaklah dilakukan dengan ketekunan / istiqomah
4)
Memperkuat
Hafalan.
Memperkuat hafalan yang telah dilakukan sebelum pindah pada surat
yang lain / halaman lain.
5)
Memakai
Satu Mushaf yang Digunakan untuk Menghafal.
Menghafal dengan melihat sama halnya menghafal dengan mendengar,
posisi ayat dalam mushaf akan tergambar dalam benak penghafal, sebab seringnya
membaca dan melihat pada mushaf.
6)
Mengikat
Awal Surat yang Dilihat.
Seorang penghafal sebaiknya jangan berpindah kesurat lain kecuali
kita telah dilakukan pengikatan (Pengaitan)antara awal surat yang dihafal
dengan akhir surat.
7)
Mengikat
Hafalan dengan Mengulang dan Mengkajinya Bersama-sama.
Pengulangan hafalan dengan penghafal yang lain akan memperkuat
hafalan, membantu memperbaiki hafalan yang dilakukan dengan cara salah.
c). Faktor-faktor Pendukung
Menghafal Al-Qur’an Juz Amma
Ada beberapa hal yang dianggap
penting sebagai pendukung tercapainya menghafal Al-Qur’an Juz Amma. Adapun
faktor-faktor tersebut antara lain ( Ahsin. 2000: 57)
1)
Usia
Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak untuk
menghafal Al-Qur’an Juz Amma. Tetapi karena kurikulum yang ada disekolah.
Pelaksanaannya sesuai dengan target maka target hafalan juz amma disesuaikan
dengan usia anak dan kelas masing -masing.
2)
Menajemen
Waktu
Hafalan Juz Amma sebaiknya dilaksanakan pada jam-jam pertama pada
proses kegiatan belajar mengajar.
3)
Tempat
Menghafal
Tempat yang ideal untuk menghafal Al-Qur’an Juz Ammasebagai
berikut.
a)
Jauh
dari kebisingan
b)
Bersih
dan suci dari kotoran dan najis
c)
Cukup
ventilasi
d)
Cukup
penerangan
e)
Mempunyai
temperatur yang cukup dengan kebutuhan
f)
Tidak
meningkatkan timbulnya gangguan yakni jauh dari telpon atau ruang tamu atau
tempat biasa untuk ngobrol. Jika proses kegiatan belajar mengajar hafalan
Al-Qur’an Juz Amma dilakukan di sekolah maka tempat yang ideal dilakukan di
mushola sekolah.
d). Faedah
menghafal Al-Qur’an Juz Amma.
Banyak sekali faedah yang muncul dari menghafal Al-Qur’an Juz Amma. faedah-faedah
tersebut diantaran
1)
Kebahagiaan
di Dunia di Akhirat
Faedah menghafal Al-Qur’an Juz Amma mendapat kebahagiaan dunia
akhirat didasarkan atas sabda Nabi yang artinya “Barangsiapa membaca Al-qur’an
dan zikir kepada ku sehingga ia tidak sempat memohon apa-apa kepada ku ,maka ia
akan kuberi anugrah yang paling baik,yang diberikan kepada orang-prang yang
memohon kepada ku.”
2)
Sakinah
(Tenteram Jiwanya)
Ketentraman jiwa akan diperoleh bagi orang-orang yang menghafal Al-
Qur’an Juz Amma. Sebagaimana hadits nabi yang artinya : “Tidak ada orang yang
berkumpul di dalam satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an,
melainkan mereka akan memperoleh ketenteraman,diliputi rahmat, dikitari oleh
Malaikat dan nama mereka disebut–sebut Allah di kalangan para malaikat .”
3)
Tajam
Ingatan dan Bersih Intuisinya
Ketajaman ingatan dan kebersihan intuisinya itu muncul karena
seorang penghafal Al-Qur’an selalu berupaya mencocokkan ayat –ayat yang
dihafalnya dan membandingkan ayat-ayat tersebut ke porosesnya, baik dari segi
lafal (Teks ayat) maupun dari segi pengertiannya. karena seorang penghafal
Al-Qur’an senantiasa berada dalam lingkungan zikrullah dan selalu dalam kondisi
keinsafan yang selalu meningkat, karena ia selalu mendapat peringatan dari
ayat-ayat yang dibacanya.
4)
Fasih
dalam Berbicara
Orang yang banyak membaca, atau menghafal Al-Qur’an akan membentuk
ucapannya tepat dan dapat mengeluarkan bahasa Arab pada landasannya secara
alami.
B. Studi Relavan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Renny Shopi, 2008 dalam skripsinya
yang berjudul “Penggunaan Media Visual Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa
Di Sekolah Dasar Negeri 28/IX Desa Tanjung Pauh Kecamatan Mestong Kabupaten
Muaro Jambi. Proses yang baik dalam meningkatkan belajar yang baik pula. Untuk
melaksanakan proses yang baik sebagai seorang guru hendaklah menjalin hubungan
yang baik antara guru dan siswa dengan menggunakan tekhnik dan cara yang
menarik pula, siswa akan merasakan kesenangan dalam belajar apabila guru
menggunakan metode yang sesuai degang materi yang diajarkan sebagai siswa juga
akan mudah mendapatkan pelajaran yang di sampaikan apabila seorang guru
menggunakan media yang cocok pula.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Solehuddin, 2006 dalam
skripsinya yang berjudul “Penggunaan Media Audio Dalam Rangka Meningkatkan
Hafalan Surah Pendek di MI Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Desa Dusun Danau
Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo, peningkatan mutu pendidikan siswa
tergantung dengan bagaimanacara guru menyampaikan materi yang diajarkan, dan
media audio sangat perperan dalam mempercepat memberikan pemahahaman siswa
dalam proses belajar berlangsung.
3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Penggunaan Media
Visual untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Sekolah Dasar 101/X Lambur Satu Kecamatan Sabak Timur, yang disusun oleh Yudi
Hartono. Dalam penelitian itu disebutkan bahwa media visual gambar itu
meningkatkan partisipasi dalam proses pembelajaran IPA yang akhirnya
meningkatkan hasil belajar siswa yang dibuktikan pada hasil belajar siswa,
adapun KKM pada mata pelajaran IPA ini 75, pada siklus pertama rata-rata siswa
72,63 dengan 7 orang siswa yang berhasil, kemudian pada siklus ketiga meningkat
menjadi 80,10 dengan 16 orang siswa yang berhasil dengan jumlah keseluruhan
siswa adalah 19 orang siswa.
Berdasarkan studi relavan di atas, tidak
ada kesamaan judul penulis kemukakan, sabjek penelitian dan juga hasil yang di
capai, tetapi penelitian di atas di anggap memiliki relevansi dengan penelitian
penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hafalan juz amma pada mata
pelajaran Tahfiz Juz Amma di Madrasah Tsnawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi.
Skripsi pertama menggunakan media
audio visual namaun objek yang di teliti adalah mata pelajaran bahasa arab di
SD Al-firdaus sedangkan dalam skripsi ini objek penelitian adalah mata
pelajaran Tahfiz Juz Amma di Madrasah Tsanawiyah Madrasah Tsnawiyah Pondok
Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Bungo Jambi. Skripsi kedua menggunakan media audio visual untuk
meningkatakan prestasi dan motivasi siswa belajar fikih pada kelas , pada skripsi
ini dilalukan pada kelas I Madrasah Ibtidaiyah . Skripsi yang ketiga juga
menggunakan media audio visual terhadap terhadap pelajaran IPA pada
jenjang pendidikan menegah atau SMP.
skripsi ini dilakukan pada jenjang MTs Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah
Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi.
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya
untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang telah dibentangkan, karena
sifatnya menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Metode penelitian
kualitatif ini sering disebut pula dengan pendekatan naturalistik karena
penelitianya dilakukan pada kondisi yang alamiah. “Disebut juga penelitian
etnografi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk
penelitian bidang antropologi budaya yang analisisnya lebih bersifat
kualitatif.” (Sugiyono, 2014 : 1) Dengan kata
lain penelitian ini berupaya menggambarkan, mengguraikan suatu keadaan yang
sedang berlangsung berdasarkan fakta dan informasi yang diperoleh dilapangan
dan kemudian di analisis berdasarkan variavel yang satu dengan yang lainnya
sebagai pupaya untuk memberikan solusi tentang permasalahan dalam pelaksanaan
pelajaran Tahfiz Juz Amma dalam kelas I Madrasah Tsanawiyah berlangsung di pondok pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi.
B.
Subjek Penelitian
1.
Setting
Penelitian
Lokasi
penelitian bertempat di pondok pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih
Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi. Adapun alasan penulis
mengambil lokasi penelitian ini adalah karena mudahnya akses penulis untuk
mencari data dan terjangkaunya lokasi tersebut.
2.
Subjek
penelitian
29 |
a)
Guru
bidang studi Tahfiz Juz Amma kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi.
b)
Kepala
sekolah Madrasah Tsanawiyah pondok pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih
Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi.
c)
Siswa-siswa
kelas I Madrasah Tsanawiyah pondok pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih
Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi.
C.
Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a)
Data
Primer
Data primer adalah data yang diambil
langsung dari peneliti kepada sumbernya, tanpa adanya perantara. (Mukhtar,2010:86)
yakni data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dan pengamatan
(observasi) kepada responden yaitu adalah para guru bidang study Tahfiz Juz
Amma, majelis guru dan siswa-siswa.
Wujud data primer pada penelitian
ini adalah:
1). Bagaimana metode menghafal
juz amma pada siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah
Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Bungo Jambi
2). Apa saja kendala guru dalam menggunakan media audio visual terhadap
hafalan siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
3). Bagaimana Kemampuan Menghafal Juz Amma Siswa Dengan Menggunakan
Media Audio Visual Kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi.
b)
Data
Sekunder
Data skunder
adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulan oleh peneliti, minsalnya
dari biro stastistik, majalah, Koran, keterangan-keterangan atau duplikasi
lainnya. (Mukhtar,2010:91)
Data sekunder
adalah data yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi,observasi di pondok
pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Bungo Jambi.
2. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)
Sumber
data berupa manusia, guru Tahfiz, majelis guru,
dan siswa-siswa .
b)
Sumber
data berupa buku yang berkaitan dengan
permasalahan yang di angkat oleh peneliti, yaitu pengunaan media audio visual.
c)
Sumber
data berupa dokumentasi, berupa poto kegiatan, arsip dokumentasi yang berkaitan
dengan proses pembelajaran, media pembelajaran, dan alokasi waktu yang
digunakan.
D.
Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data serta informasi yang akurat,
penulis menggunakan metode yang cocok dan disertai dengan jenis data yang
diambi, dalam pelaksanaanya penulis mengambil data yang ada kaitannya dengan
sampel yang telah ditentukan. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1.
Observasi
Metode
observasi diartkan sebagai pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data data yang harus
dikumpulkan dalam penelitian (Satori dan Komariyah,2012:105)
Observasi
dilakukan dengan menggunakan dan membantu peneliti dalam memperoleh data,
panduan tersebut dikembangkan dan diperbaharui selama penulis berada dilokasi
penelitian. Metode observasi yang penelitia gunakan adalah observasi
partisipasi, yang mana peneliti langsung ikut serta dalam lingkungan penelitian
mengenai permasalahan yaitu penggunaan media audio visual dalam arangka
meningkatkan hafalan juz amma siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah pondok
pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Bungo Jambi.
2.
Wawancara
Wawancara
merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil
wawancara ditentukan oleh beberapa faktor berintaksi mempengaruhi arus informasi.
Faktor-faktor tersebut adalah, wawancara, responden, topic penelitian yang
tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara. (Singarimbun dan
Effendi, 2006:192)
Metode ini
digunakan untuk memperoleh data melalui wawancara langsung secara terpimpin
antara peneliti dengan orang yang memberi informasi dengan menggunakan daftar
wawancara. Wawancara ini digunakan untuk lebih mendalami data yang diperoleh
dari observasi.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah
catatan kejadian yang sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan
dan karya bentuk. (Satori dan Komariah,2012:148)
Metode ini
peneliti gunakan untuk memperoleh data catatan, surat-surat dokumen lainnya
yang berhubungan dengan maslah penelitian ini. Data tersebut antara lain
adalah:
a)
Historis
dan geografis Madrasah Tsanawiyah pondok pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa
Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
b)
Struktur
organisasai Madrasah Tsanawiyah pondok pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa
Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
c)
Keadaan
Guru dan siswa Madrasah Tsanawiyah pondok pesantren Hidayatul Musthafawiyah
Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
d)
Kedaan
Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah pondok pesantren Hidayatul Musthafawiyah
Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
E.
Teknik Analisis Data
Untk
menganalisis data, maka peneliti menggunakan analisis data kualitatif dan
kuantitatif. Data ini akan di analisis dengan:
1.
Data
Reduksi
Reduksi data merupakan
proses berpikir sensitive yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman
wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi
dapat mendiskusikan dengan teman atau orang lain yang dipandanag ahli. Melalui
diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang sehingga dapat mereduksi
data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
(Sugiono,2013:338)
2.
Data
Display (Penyajian Data)
Setelah data
direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian
kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka
akan mudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah dipahami (Sigiono,2013:342)
3.
Verifikasi
Langkah ketiga
dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila
ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukan pada tahap awal, didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel (Sugiono,2013: 345)
F.
Teknik Keabsahan Data
1.
Triagulasi
Data
Teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memamfaatkan suatu yang lain diluar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. (Moleong,
2004:330) jadi dalah hal ini mengecek sumber data yang diperoleh dilapangan
berkenaan dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan triagulasi dengan
sumber yakni membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan atau
informasi yang diperoleh melaui waktu dan alat yang berbeda dengan penelitian
kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
a)
Membandingkan
hasil data pengamatan dengan hasil data wawancara
b)
Menbandingkan
apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara
pribadi.
c)
Membandingkan
apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakan sepanjang waktu.
d)
Membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menegah tau tinggi, orang kaya,
maupun pemerintah.
e)
Membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. (Moleong,
2004:330-331)
Triangulasi dengan metode menurut meleong adalah: pertama pengecekan
derajat kepercayaan hasil penelitian beberapa tekhnik pengumpulan data. Kedua
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Triangulasi dengan penyidik memamfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk
keperluan pengecekan melalui derajat kepercayaan data atau dengan membandingkan
hasil pekerjaan seorang analisis dengan analisis yang lainya. yaitu secara
induktif dan secara logika. (Moleong, 2004:331-332)
Berdasarkan teknik
triagulasi tersebut diatas, maka peneliti bermaksud untuk mengecek kebenaran
dan keabsahan data-data yang diproleh di lapangan tentang permasalahan dalam
mengikuti pembelajaran Al-qur’an Tahfiz kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok
pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Bungo Jambi berlangsung. Dari sumber observasi, wawancara, maupun
melalui dokumentasi, sehingga dapat dipertanggung jawabkan keseluruhan data
yang diperoleh dilapangan dalam penelitian ini.
G.
34 |
Penelitian ini akan dilaksanakan selama (lima)
bulan, mulai dari Agustus 2021 sampai Desember 2021. Jadwal penelitian
sebagaimana terlampir pada daftar lampiran.
34 |
No |
Kegiatan |
Tahun 2021 |
||||||||||||||||||||
Agustus |
Septem ber |
Oktober |
Nopember |
Desember |
||||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
|
||
1 |
Persiapan penelitian |
|
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
Menyusun atau menulis konsep proposal |
|
|
|
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
Mengajukan judul ke Fakultas untuk persetujuan judul |
|
|
|
|
√ |
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
Konsultasi dengan dosen pembimbing |
|
|
|
|
|
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
Seminar proposal |
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6 |
Izin atau perintah riset |
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7 |
Pelaksanaan riset |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8 |
Penulisan konsep skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
9 |
Konsultasi kepada dosen pembimbing |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
10 |
Penggandaan skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
|
|
|
|
11 |
Munaqasah dan perbaikan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
|
|
|
12 |
Penggandaan skripsi dan penyampaian skripsi kepada tim
Penguji dan Fakultas |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
√ |
|
* Catatan : Jadwal penelitian ini dapat berubah sewaktu-waktu
TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran
Umum Lokasi Penelitian
1. Historis dan Geografis Madrasah Tsanawiyah Ponpes Hidayatul Musthafawiyah
Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah dibawah Yayasan Menara Islam Sirih-Sekapur mulai dibangun oleh H.
Muhammad Asradi, S.E. & Istrinya Hj. Rosmaleni pada tanggal 10 Oktober 2013
dan diresmikan pada tanggal 18 Oktober 2014 oleh Bapak Gubernur Jambi Aktif
pada saat itu, yaitu Bapak Drs. H. Hasan Basri Agus, MM beserta Bupati dan
wakil Bupati Kabupatan Bungo Bapak H. Sudirman Zaini, SH., MH dan Bapak H.
Mashuri, SP, ME. Pondok Pesantren
Hidayatul Musthafawiyah didirikan diatas lahan yang telah di wakafkan oleh Alm.
H. Syarkoni dan Istrinya Hj. Romna dengan ukuran kurang lebih 5 Hektar yang
terletak di Desa Sirih-Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Provinsi
Jambi. (Dokumentasi : Ponpes Hidayatul Musthafawiyah 2021)
Keberadaan Pesantren dengan posisi
yang sangat strategis, dimana terletal di daerah Jambi yang berbatasan langsung
dengan wilayah Sumatera Barat yaitu di pinggir Jalan Lintas Sumatera
Jambi-Padang. Keberadaan Pesantren ini diharapkan dapat menjadi salah satu
lembaga pendidikan Islam yang dapat berkembang dengan baik dalam membimbing dan
mendidik putra-putri wilayah sekitar khususnya dan umumnya bagi seluruh
putra-putri ummat Islam yang ingin anak-anaknya menimbah ilmu agama. Secara
geografis Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur sangatlah
strategis. Adapun batasan wilayah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah
adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Pabrik Djambi Waras
b. Sebelah Timur berbatsan langsung dengan kebun warga
c. Sebelah Selatan berbatasan langusng dengan jalan raya lintas
Sumatra
37 |
Sementara itu kurikulum yang dianut oleh Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah yakni lebih banyak menganut sistem Salafiyah/Tradisional,
mengikuti kurikulum yang dianut oleh Pondok Pesantren Musthofawiyah Purba Baru
Sumatra Utara yang selaku pesantren rujukan bagi pondok pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Sirih Sekapur, namun tidak ketinggalan pula dengan pelajaran umum
yang juga dipelajari di Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Sirih Sekapur.
Santriwan-santriwati yang lulus di pesantren ini nantinya juga akan mendapatkan
ijazah formal yakni Ijazah WUSTHA setingkat SMP & Ijazah ULYA setingkat
SMA, sehingga santri yang lulus di Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah ini
juga dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
2. Profil Singkat Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah
Tabel 1:4 : Profil Madrasah Tsanawiyah pondok pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur
NO |
Nama
Pesantren |
Hidayatul
Musthafawiyah |
1 |
No.
Statistik sekolah (NSS) |
510315080022 |
2 |
Type
Pesantren |
Salafiyah
(Kitab Kuning) |
3 |
Alamat
Pesantren |
Desa
Sirih Sekapur Rt.06 Rw.02 |
4 |
Kecamatan |
Jujuhan |
5 |
Kabupaten |
Bungo |
6 |
Provinsi |
Jambi |
7 |
Kode
Pos |
37258 |
8 |
Telephone
/ HP |
85266121555
/ 085363606431 |
9 |
Website |
- |
10 |
E-Mail |
|
11 |
Status
Pesantren |
Swasta |
12 |
Daerah |
Pedesaan |
13 |
Surat
Keputusan / SK |
Kd.05.08/6/HK.00.5/11/2015 |
14 |
Penerbit
SK |
Kemenag
Kab. Bungo |
15 |
Tahun
Berdiri |
2014 |
16 |
Kegiatan
Belajar Mengajar |
Pagi |
18 |
Bangunan
Sekolah |
Milik
Sendiri |
19 |
Jumlah
Santri |
224
Orang |
20 |
Jumlah
Kelas |
10
Kelas |
(Dokumentasi : Ponpes Hidayatul Musthafawiyah
Tahun 2021-2022)
3. Visi dan Misi
dan Tujuan Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah
1. Visi
Menjadi Pondok Pesantren berkemampuan membangun Insan yang Bertaqwa,
Berbudi pekerti luhur, Berkompetensi dan Berwawasan global, yang memiliki
keseimbangan spiritual, Intelektual dan moral yang berkomitmen tinggi dengan
berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.
2. Misi
a. Menyelenggarakan
proses Pendidikan Islam yang beroreintasi pada mutu, berdaya saing tinggi dan
berbasis pada sikap Spiritual dan Intelektual.
b. Mengembangkan
pola kerja Pondok Pesantren dengan berbasis pada Manajemen Profesional.
c. Memberi
karya nyata dalam membangun Bangsa dan Negara melalui Dakwah.
3. Tujuan
Setiap lembaga
pendidikan mempunyai tujuan-tujuan tetentu yang harus dicapai, tujuan lembaga
pendidikan disebut tujuan institussional. Begitu juga dengan Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah
merupakan lembaga yang memiliki tujuan tertentu, antara lain:
1) Turut serta membangun Insan yang bertaqwa
kepada Tuhan yang maha esa
2) Membangun karakter-karakter bangsa,
terutama generasi muda yang memiliki jiwa Patriotisme, Nasionalisme yang tinggi
dengan dilandasi sikap Akhlaqul Karimah
3) Membangun generasi muda yang mandiri
serta mampu memahami Agama secara Kaffah. (Dokumentasi :
Ponpes Hidayatul Musthafawiyah Tahun 2021-2022)
Disamping
proses kegiatan belajar yang menajdi rutinitas siswa, kegiatan Ekstra kurikuler
juga dilaksanakan diluar jam pelajaran. Kegiatan ini bertujuan agar Santri
lebih memahami dan menghayati materi yang dipelajari dikelas, serta mampu
mengaktualisasikannya, baik ketika di pesantren terlebih ketika nantinya santri
kembali ke masyarakat sehingga santri tidak lagi kaku untuk dapat berbaur
dengan masyarakat, diantara kegiatan ekstra kurikuler adalah :
a.
Belajar
Komputer
b.
Hadroh
Sholawat
c.
Wajib
menghafal wirid setelah sholat
d.
Latihan
Berpidato
e.
Olah-Raga
f.
Pengajian
Mingguan
g.
Maulid
Nabi Muhammad SAW / Barzanji
h.
Bertani
& beternak dll. (Dokumentasi
: Ponpes Hidayatul Musthafawiyah Tahun 2021-2022)
4. Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Ponpes Hidayatul Musthafawiyah
Pada setiap
lembaga pendidikan sudah barang tentu mempunyai seorang pemimpin, karyawan, tenaga pengajar, siswa dan
aturan-aturan tertentu serta kewajiban yang ditentukan oleh organisasi yang
berlaku. Demikian halnya dengan pondok
pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur, dimana dalam tugas
pengelolaan proses belajar mengajar juga dipimpin oleh seorang kepala Sekolah
yang dibantu oleh wakilnya, dan beberapa orang guru dan tenaga administrasi.
Merek berkerjasama saling membantu antara satu dengan yang lainnya agar
terciptanya proses belajar mengajar yang baik
Untuk
kelancaran sebuah proses pembelajaran di pondok pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur tentunya tidak luput dari sebuah organisasi
yang berperan dalam suatu struktur. Untuk lebih jelasnya struktur organisai
pondok pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur dapat dilihat
dibawah ini :
Struktur
Organisasi Madrasah Tsanawiyah
Ponpes
Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Tahun 2021-2022
Mudir Ma’had H. Muhammad Asradi, SE |
Kepala H. Nasrullah, S.Kom.I. |
Waka. Kurikulum Abdullah Saupi, S.Sy. |
Wali Asrama M. Abdul Hadi. |
Bendahara Hj. Rosmaleni |
Wali Kelas I Putra Bahrul Kudni |
Wali Kelas II Putra Abdul Ajis |
Wali Kelas III Putra H.M.Shidiq Setiawan |
Wali Kelas III Putri Yuni, S.S |
Wali Kelas II Putri Rahma, S.Pd |
Wali Kelas I Putri Marzadona, S.Pd.I |
Majlis Guru |
Santriwan/Santriwati |
(Dokumentasi
: MTs Ponpes Hidayatul Musthafawiyah Tahun 2021-2022)
5. Keadaan Guru dan Siswa Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Musthafawiyah
a. Keadaan Guru
Tenaga
pengajar di madrasah tsanawiyah Hidayatul Musthafawiyah
kebanyakan mereka adalah tenaga pengajar lulusan dari pondok pesantren, namun
ada juga sebahagian tenaga pengajar merupakan lulusan sarjana strata satu.
Untuk lebih jelasnya mengenai tenaga pendidik atau guru di madrasah tsanawiyah
pondok pesantren Hidayatul Musthafawiyah dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2:4 : Keadaan guru madrasah
tsanawiyah pondok pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Tahun
2021/2022
NO |
Nama |
Jabatan |
Pendidikan |
Mata Pelajaran |
1. |
H. Muhammad Asradi, SE |
Mudir |
S1 |
- |
2. |
H. Nasrullah, S.Kom.I. |
Kepala / Rois |
S1 |
SKI |
3. |
Abdullah Saupi, S.Sy |
Waka Kurikulum |
S1 |
Nahwu |
4. |
M. Abdul Hadi |
Wali Asrama |
MA |
Sharaf |
5. |
H. M. Shidiq Setiawan |
Guru |
MA |
Fiqh |
6. |
Bahrul Kudni |
Guru |
MA |
Bahasa Arab |
7. |
Abdul Ajis |
Guru |
MA |
Hadist |
8. |
M. Azhar, S.Pd |
Guru |
S1 |
Tajwid |
9. |
Samruddin |
Guru |
MA |
Tahfiz |
10. |
Emmi Sahra, S.Pd |
Guru |
S1 |
Muthola’ah |
11. |
Nurul Khotimah |
Guru |
MA |
Khot Imlak |
12. |
Syukriyah |
Guru |
MA |
Muthola’ah |
13. |
Alvin Faiz Padli,S.Pd |
Guru |
S1 |
Tauhid |
14. |
Marzadona, S.Pd.I |
Guru |
S1 |
Al-qur’an Hadits |
15. |
Muhammad Budi, SE |
Guru |
S1 |
PPKN |
16. |
Rahma, S.Pd |
Guru |
S1 |
IPA |
17. |
Yuni,S.S |
Guru |
S1 |
IPS |
18. |
Florentina, S.Pd |
Guru |
S1 |
Bahasa Indonesia |
19. |
Yuli Wibowati, S.Pd |
Guru |
S1 |
Matematika |
20. |
Lisma Dewi, S.Pd |
Guru |
S1 |
Seni dan Budaya |
21. |
Fitri Handayani, S.Kom |
Guru |
S1 |
TIK |
22. |
Resri, S.Pd |
Guru |
S1 |
Bahasa Inggris |
(Dokumentasi
: MTs Ponpes Hidayatul Musthafawiyah Tahun 2021-2022)
b. Keadaan Siswa
Salah satu faktor penunjang dalam pendidikan adalah siswa karena siswa
merupakan bagian dari unsur-unsur yang terpenting dalam proses pendidikan.
Tanpa adanya siswa mustahil pendidikan atau proses pembelajaran tidak akan bisa
berjalan dengan baik. Demikian juga keberadaannya pada suatu lembaga pendidikan
sangat dibutuhkan, terlebih pelaksanaan pendidikan di sekolah siswa merupakan
subjek sekaligus objek dalam proses mentranspormasikan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukannya.
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari dokumentasi di Pondok Pesantren
Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur, dimana siswa tingkat tsanawiyah
berjumlah 128 yang dibagi 6 lokal sedangkan siswa tingkat aliyah berjumlah 96
orang. Untuk lebih jelasnya mengenai
keadaan siswa madrasah tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa
Sirih Sekapur dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3:4 : Keadaan
Siswa Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih
Sekapur Tahun 2021/2022
NO |
KELAS |
Jenjang Pendidikan |
JUMLAH |
1 |
I |
MTs Putra |
22 |
2 |
II |
MTs Putra |
20 |
3 |
III |
MTs Putra |
18 |
4 |
I |
MTs Putri |
23 |
5 |
II |
MTs Putri |
26 |
6 |
III |
MTs Putri |
19 |
Total |
128 |
(Dokumentasi
: MTs Ponpes Hidayatul Musthafawiyah Tahun 2021-2022)
6. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Ponpes Hidayatul Musthafawiyah
Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah
segala sesuatu yang dapat menunjang terselenggaranya program pendidikan atau
proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Ponpes Hidayatul Musthafawiyah.
Sedangkan sisa yang lainnya merupakan pekarangan sekolah yang sebagian besar
digunakan untuk lapangan Badminton, lapangan Volly dan lapangan untuk kegiatan
upacara Bendera setiap hari Senin.
Sedangkan sarana
pendidikan adalah fasilitas-fasilitas yang digunakan secara langsung dalam
proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai. Sedangkan prasarana
pendidikan merupakan segala sesuatu yang secara tidak langsung menunjang proses
pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan menjadi penting karena mutu
pendidikan dapat ditingkatkan melalui pengadaan sarana dan prasarana.
Untuk lebih jelasnya mengenai sarana
dan prasana di madrasah tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah
Desa Sirih Sekapur dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4:4 : Keadaan sarana dan
prasarana madrasah tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa
Sirih Sekapur Tahun 2021/2022
No |
Jenis Sarana |
Jumlah |
Ket |
1. |
Bangunan Gedung |
5 |
Baik |
2. |
Ruang Kepsek |
1 |
Baik |
3. |
Ruang TU |
1 |
Baik |
4. |
Ruang Majlis Guru |
1 |
Baik |
5. |
Ruang Belajar / Kelas |
6 |
Baik |
6. |
Asrama Putra |
8 |
Baik |
7. |
Asrama Putra |
8 |
Baik |
8. |
Asrama Guru |
4 |
Baik |
9. |
Masjid |
1 |
Baik |
10. |
Ruang Perpustakaan |
1 |
Baik |
11. |
Lab. Komputer |
1 |
Baik |
12. |
Komputer |
12 |
Baik |
13. |
Lapangan Bola Volly |
1 |
Baik |
14. |
Lapangan Bola Kaki |
1 |
Baik |
15. |
Kursi dan Meja Siswa |
128 |
Baik |
16. |
Lemari Panjang |
9 |
Baik |
17. |
Kursi Tamu |
4 |
Baik |
18. |
Papan Pengumuman |
1 |
Baik |
19. |
Rak Tempat Buku |
5 |
Baik |
20. |
WC |
12 |
Baik |
21. |
Pos Penjaga |
1 |
Baik |
(Dokumentasi
: MTs Ponpes Hidayatul Musthafawiyah Tahun 2021-2022)
B. Temuan khusus
1. Metode Menghafal
Juz Amma Pada Siswa Kelas I Madrasah Tsanawiyah
Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Bungo Jambi
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh
karena itu metode dalam
pembelajaran sangatlah penting karena untuk memudahkan
siswa dalam memahami suatu materi yang
diajarkan oleh guru atau guru. Seorang guru harus bisa menerapkan metode yang
tepat dalam kegiatan belajar mengajar, sesuai dengan
karakter siswa, dengan demikian proses
belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan dan peserta
didik dapat
menyerap pelajaran dengan lebih mudah. Proses belajar memerlukan metode yang jelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Adapun metode menghafal Juz Amma pada siswa
kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih
Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi terbagi dua meteode, Pertama
metode Klasikal Kedua metode Audio.
Pembahasan ini, penulis akan mendeskripsikan dari data yang diperoleh
selama peneliti
berlangsung pada subjek sebagai informan yaitu
guru tahfiz dan beberapa siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok
Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur.
a. Metode Klasikal
Metode klasikal
atau jama’ yakni cara
menghafal
yang dilakukan secara bersama-sama yang di pandu oleh guru.
Guru membacakan ayat
yang akan dihafalkan secara berulang-ulang kemudian siswa menirukan atau melafalkan secara bersama-sama yang dilaksanakan secara berulang-ulang
dengan tujuan agar peserta didik hafal
dan mengetahui bagaimana cara penyebutan huruf yang benar.
Observasi penulis di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih
Sekapur penulis menemukan bahwa metode menghafal
Juz Amma yang digunakan
guru adalah metode klasikal.
(Observasi, 08 November 2021).
Hasil wawancara
dengan
guru tahfiz Juz Amma atas nama
Samruddin tentang proses pembelajaran tahfiz di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah
Desa Sirih Sekapur, berikut petikan
wawancaranya:
“Kalau untuk tahfiz Juz Amma } (menghafal),
proses pembelajarannya
ada dua
kali dalam sepekan. Pada pertemuan pertama saya memberikan materi
hafalan juz amma, dan pada pertemuan kedua siswa menyetor hafalan yang telah
saya berikan pada pertemuan sebelumnya”
(Wawancara, 8 November 2021).
Hasil wawancara
diatas, sangatlah jelas bahwa guru tahfiz Juz Amma dalam mengajarkan hafalan
Juz Amma di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa
Sirih Sekapur dalam satu minggu hanya diberikan dua kali, dimana pertemuan
pertama guru memberikan materi hafalan dan pertemuan kedua siswa dipinta untuk
menyetor hafalannya.
Selanjutnya bapak
Samruddin mengatakan dalam petikan wawancaranya sebagai berikut:
“Pembelajaran hafalan juz amma siswa di Madrasah Tsanawiyah Pondok
Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur, berjalan lancar sesuai
yang kami
programkan.
Prosesnya
biasanya
pertama sebelum pembelajaran dimulai kita siapkan dulu kondisi anak- anak
dikondisikan sampai mereka siap untuk
menerima pelajaran lalu
kemudian sebelum masuk kehafalan baru biasanya kami muraja’ah dulu hafalan
mereka
terus setelah muraja’ah bersama kita maju ke hafalan
baru perdengarkan dulu dengan cara di talaqqi
kita perdengarkan surah-surah selanjutnya beberapa
kali
diputarkan melalui media audio kemudian kami suruh anak-anak untuk mengulanginya” (Wawancara,
08 November 2021).
Pernyataan guru tahfiz diatas dapat dideskripsikan bahwa
sebelum memulai pembelajaran tahfiz, siswa dikondisikan sampai mereka betul-betul siap untuk
menerimah pelajaran, setelah
itu memuraja’ah secara bersama-sama hafalan yang telah dihafal sebelumnya
untuk menguatkan hafalan karena
kekuatan hafalan ada pada muraja’ah. Setelah itu baru diberikan hafalan baru. Pembelajaran
tahfiz di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur dilakukan sebanyak
dua kali dalam sepekan.
Selanjutnya hasil wawancara
penulis bapak H. Asradi, S.E selaku Mudir Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur beliau mengatakan sebagai berikut:
“Pada dasarnya guru yang mengajarkan tahfiz juz amma di Pondok Pesantren
ini saya serahkan sepenuhnya ke guru yang bersangkutan. Hal ini biar nanti guru
dan siswa dapat berkembang dalam proses belajar tahfiz, sehingga metode yang digunakan dalam menghafal
bermacam-macam, kadang gur memakai metode klasikal, kadang
juga memakai metode audio” (Wawancara, 11 Nopember 2021).
Wawancara penulis diatas dapat dijelaskan bahwa pimpinan pondok sangat mendukung
dalam program pembelajaran tahfiz juz amma, dan menyerahkan sepenuhnya kepada
ustaz yang mengajarnya bagaimana metode proses pengajarannya.
b. Metode Audio
Media audio adalah perantara untuk memudahkan peserta
didik menghafal. Media pembelajaran berbasis audio adalah media penyaluran
pesan
lewat indera pendengaran.
Diantara jenis media ini media rekaman
dan vidio. Media audio
merupakan bentuk media pengajaran yang murah dan terjangkau dan penggunaannya tidak rumit.
Hasil observasi penulis di lapangan yaitu di Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur, penulis
menemukan bahwa salah satu metode yang digunakan guru dalam mengajarkan tahfiz
juz amma adalah meggunakan metode audio, yaitu guru memutarkan rekaman bacaan
tahfiz juz amma melalui kaset yang diputar di leptop. (Observasi, 11 November
2021).
Lebih lanjut penulis mewawancarai guru tahfiz juz amma
yaitu bapak Samruddin di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah
Desa Sirih Sekapur beliau mengatakan sebagai berikut :
“Metode yang kita gunakan
di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih
Sekapur yaitu Klasikal dan Audio. Klasikal yaitu guru yang
membacakan ayat yang akan dihafal
kemudian siswa mengikuti, Tapi kalau Audio guru
memperdengarkan hafalan
melalui Audio lalu mendengarkan kemudian menghafalkan dan di hafalkan oleh siswa. (Wawancara,
11 November 2021).
Pernyataan Mudir dan guru tahfiz diatas dapat dideskripsikan secara umum
bahwa metode yang
digunakan dalam hafalan tahfiz juz amma adalah klasikal
dan
menggunakan
media audio. Metode klasikal
yakni
guru membacakan ayat yang akan dihafalkan kemudian siswa mengikuti. Sedangkan menggunakan media audio yakni guru
memperdengarkan murattal atau MP3 kemudian siswa mengikuti. Murattal yang digunakan adalah bernada hijaz.
Sebelum memulai pembelajaran tahfi>z juz amma, terlebih dahulu siswa dikondisikan atau dibuat nyaman, senang, dan
bahagia agar nantinya mudah untuk menerima hafalan baru,
pengkodisian ini yakni siswa melakukan
doa bersama sebelum proses belajar-mengajar
dimulai. (Observasi, 11 November 2021).
Wawancara penulis dengan salah seoarang siswa yang
bernama Muhamad Adib Koromin siswa
kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih
Sekapur beliau mengatakan bahwa:
“Sebelum kami
memulai pelajaran, kami disuruh oleh guru untuk membaca doa bersama. Hal ini
guru dapat membentuk pengkondisian sebelum pembelajaran tahfiz di kelas, kami disuruh duduk rapi terkadang kami duduknya melingkar atau kadang
membentuk U. Sebelum memulai kami membaca do’a
bersama, dan
diakhiri dengan do’a juga” (Wawancara, 14 Nopember 2021).
Pernyataan
siswa diatas
dapat
dideskripsikan
bahwa peserta didik diajak untuk duduk rapi, kelas dibuat senyaman mungkin, dan model tempat duduk
bervariasi, kadang
melingkar, kadang berbentuk U, kadang juga bersyaf dan di mulai pembeljaran dengan mengajak peserta
didik membaca basmalah dan do’a, agar segala aktifitas bernilai ibadah disisi Allah
SWT.
Lebih lanjut penulis mewawancarai ustaz Samruddin
selaku guru tahfiz kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur beliau mengatakan bahwa:
“Adapun bentuk pengkondisian sebelum pembelajaran tahfiz dimulai, saya lihat
dulu kondisi kesiapan siswa, kita buat suasana kelas senyaman
mungkin untuk memulai hafalannya, urutannya mulai dari mengulang hafalan lalu mentalaqqi lalu kita suruh muraja’ah. (Wawancara,
16 Nopember 2021)
Pernyataan ustaz
Samruddin diatas dapat dideskripsikan secara umum
bahwa
sebelum memulai pembelajaran tahfiz Qur’an, terlebih dahulu kelas dibuat nyaman, kemudian muraja’ah surah yang telah dihafalkan dan selanjutnya menambah hafalan baru.
Selanjutnya
hasil wawancara penulis dengan ustaz Samruddin tentang
durasi waktu yang digunakan setiap metode dalam sepekan. Beliau
mengatakan sebagai berikut :
“Alhamdulillah sejauh
ini siswa
aktif, dimana dalam proses pembelajaran
tahfi>z dua
kali dalam seminggu. Adapun metode yang diterapkan biasanya
satu
metode,
hal ini untuk membuat siswa mudah menghafal ketika kita menggunakan
media untuk mengajar tahfiz”. (Wawancara,
17 November 2021)
Deskripsi dari pernyataan ustaz Samrddin diatas bahwa metode dalam
pembelajaran tahfi>z terkadang menggunakan 1 metode,
hal ini untuk memudahkan
siswa menghafal harus menggunakan media.
Dalam penggunaan
media siswa aktif untuk mengikutinya. Metode yang
digunakan itu tergantung sesuaikan dengan
kondisi di kelas, jika anak-anak sudah mulai bosan dengan metode klasikal guru bantu dengan
metode audio begitupun sebaliknya.
Untuk menjaga hafalan
peserta didik selalu
muraja’ah, yang
dimaksud muraja’ah disini
adalah mengulang-ulang hafalan yang pernah dihafalkan tujuannya agar siswa
yang lambat untuk menghafal bisa mengikuti teman yang
cepat sehingga dalam proses
pembelajaran tahfiz bisa seragam surah dan ayat yang dihafalkan. Dan yang
paling penting adalah siswa tetap mengontrol hafalan
siswa asrama dan tetap memuraja’ah hafalan yang telah di hafalkan di sekolah.
Wawancara penulis dengan salah seorang siswa kelas I
Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur
yang bernama Pais Ananda Saputra mengatakan bahwa :
“Upaya menjaga hafalan kami, dimana kami sudah terbiasa mengulangi
hafalan tersebut diasrama, tentunya dari pihak guru selalu menganjurkan kami mengulangi
hafalan tersebut ketika mau tidur atau pada saat santai di asrama, hal tersebut
dapat menjaga hafalan kami dan mengulang-ulangi hafalan tersebut di asrama” (Wawancara, 17 November 2021)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
penulis, baik dengan guru tahfiz mapun siswa secara keseluruhan diatas dapat
peneliti simpulkan bahwa, metode yang
digunakan dalam
menghafal Juz Amma siswa kelas I
di Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur yaitu :
Pertama : Non Media
Adapun yang
dimaksud dengan Non Media disini adalah yakni
guru menggunakan metode klasikal atau jama’ yakni guru membacakan ayat kemudian siswa
mengikuti, begitu seterusnya sampai siswa hafal, dan
metode ini sangat membutuhkan energi yang
cukup karena guru harus mengulang-ulang ayat
yang akan dihafalkan
sampai betul-betul peserta didik
hafal, selain itu guru juga kelelahan
karena disamping harus
membuat kelas tertib atau
tidak
kacau, juga
harus
mengulang
kembali ayat yang belum
dihafalkan, metode talaqqi dan
metode muraja’ah Oleh
karena itu memang harus butuh media untuk membantu guru dalam mengajarkan
tahfidz.
Kedua : Menggunakan
Media Audio
yakni guru memperdengarkan
hafalan yang akan dihafalkan kesiswa beberapa kali kemudian siswa mengikuti dan menghafalkannya. Hal ini sangat membatu guru dalam
mengajarkan tahfiz di kelas, karena dengan
media audio bisa diputar berulang kali, kelas lebih nyaman
dan siswa lebih antusias dalam menghafal.
2. Kendala Guru Dalam
Menggunakan Media Audio Visual Terhadap Hafalan Siswa Kelas I Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur
Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
Proses pembelajaran dikelas tidaklah
mulus seperti
apa yang guru rencanakan, terkadang guru telah mempersiapkan materi ajar tapi kadang kala muncul kendala diluar dari dugaan guru. Begitupun dalam pembelajaran tahfi>z juz amma dengan menggunakan media audio.
Adapaun kendala guru dalam
menggunakan media audio visual terhadap hafalan siswa kelas I Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur
Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi adalah sebagai berikut :
a. PLN sering padam
Lampu
atau listrik PLN merupakan salah satu objek vital dalam pengguna media audio
untuk pebelajaran tahfiz, dimana listrik tersebut merupakan kunci untuk
penggunaan media audio, seperti memutas kaset melalui leptop atau tape record
dan lain sebagainya.
Hasil observasi penulis di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur, penulis menemukana bahwa kendala dalam
pembelajaran tahfiz juz amma dalam menggunakan audio seringnya
mati lampu PLN secara tiba-tiba, hal ini sangat berpengaruh pada media audio
yang sedang diputar. (Observasi, 21 November 2021)
Wawancara penulis dengan
ustaz Samruddin selaku guru Tahfiz kelas I di Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur beliau
mengatakan :
“Adapun
kendala atau hambatan dalam
pemebelajaran
tahfiz dengan menggunakan
media Audio biasanya ada, apabila Laptop
bermasalah atau
mati lampu. Perhatian siswa fokus
mendengarkan
sewaktu pembelajaran tahfiz dengan
menggunakan
audio, ada yang fokus ada yang tidak,
tetapi mereka tetap semangat dan
fokus karena ada target yang
mereka
kejar. (Wawancara, 21 November 2021)
Pernyataan
ustaz Samruddin di
atas dapat
dideskripsikan bahwa: hambatan dalam pembelajaran tahfiz dengan menggunakan media audio yakni bila laptop tiba-tiba bermasalah, mati lampu dan
peseta didik yang
visual biasanya cenderung
tidak fokus. Namun
demikan siswa yang tipe visual tetap mendengarkan VCD yang diputarkan ketika pembelajaran tahfiz dimulai.
Penggunaaan media audio, suaranya itu harus memenuhi
ruangan, jadi suaranya siswa tidak boleh lebih keras
dari suara audio agar
menarik perhatian siswa terus kita putarkan bacaan
yang sesuai dengan hafalannya.
Dalam menggunakan media audio, suara audio harus
lebih besar
agar supaya perhatian siswa tetap fokus terhadap pembelajaran tahfiz.
Selanjutnya hasil wawancara penulis
dengan ustaz Samruddin selaku guru Tahfiz kelas I di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih
Sekapur beliau mengatakan :
“Reaksi peserta
didik selama pembelajaran tahfiz dengan menggunakan
audio, sejauh ini yang saya lihat lebih antusias menggunakan media khususnya audio. Apabila menggunakan
satu metode, siswa akan
merasa bosan. Peserta didik selama pembelajaran tahfiz dengan menggunakan
audio ini, penuh semangat karena
dia
lebih senang
mendengarkan tahfiz melalui Audio. (Wawancara, 22 November 2021)
Deskripsi pernyataan di atas bahwa
Reaksi siswa selama pembelajaran tahfiz sangat antusias menggunakan media khususnya audio.
Pembelajaran tahfiz dengan menggunakan berbagai macam metode untuk menghilangkan rasa bosan
serta tidak ada kesulitan yang
dialami saat menghafal.
Kemudian
penulis mencoba mewawancara salah seoarng siswa kelas I yang bernama Raditya di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur beliau mengatakan :
“Kami sangat senang belajar
tahfiz juz amma jika guru menggunakan audio, dimana kami sangat antusias
mendengar bacaan-bacaan yang duputar oleh guru melalui kaset, dan alhamdulillah kami merasa cukup terbantu dalam hafalan kami dengan
guru menggunkan audio tersebut. (Wawancara,
23 November 2021)
Pernyataan
siswa diatas dapat dideskripsikan secara umum
bahwa siswa sangat antusias dalam pembelajaran tahfiz dengan menggunakan
media audio karena
mereka dapat langsung mendengar
bacaan-bacaan murattal melalui kaset yang diputar oleh guru tahfiz.
Lebih lanjut
bahwa proses pembelajaran tahfiz di kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok
Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur, siswa
dipinta mengulangi kembali ayat yang telah didengarkan itu, setelah berulang-ulang mendengarkan
audio maka audio di matikan oleh guru, kemudian siswa di minta mengulamg kembali hafalannya
yang telah di dengarkan
melalui audio. Audio diputarkan
tergantung situasi, kalau misalkan ayatnya mudah
atau pendek kadang
5 kali di putar tetapi kalau ayatnya sulit dan
panjang kadang 10 kali.
b. Belum Tersedia Ruang Khusus
Pengunaan media audio seharus di tempatkan
pada ruang khusus atau pada labor audio. Hal ini karena menggunakan alat audio
harus jauh dari kebisingan suara-suara dari luar dan pengguna dapat terpokus
pada suasana satu arah. Demikian juga pada penggunaan metode audio untuk
menghafal juz amma.
Hasil observasi penulis di Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur, penulis
menemukan bahwa untuk ruang khusus bagi guru untuk mengajarkan tahfiz juz amma
dengan menggunakan metode audio belumlah tersedia. Guru menggunakan metode
audio untuk pembelajaran tahfiz hanya dilakukan pada kelas yang mereka ajarkan.
(Observasi, 24 November 2021).
Selanjutnya hasil wawancara dengan bapak H. Anasrullah selaku kepala Madrasah Tsanawiyah
Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur mengenai
ruangan khusu untuk di gunakan
dalam pembelajaran tahfiz, dan fasilitas apa saja yang diapkan oleh sekolah untuk pembelajaran tahfiz beliau
mengatakan:
“Ruang khusus untuk tahfiz belum ada untuk saat ini, masih menggunakan ruangan masing-masing.
Fasilitas yang disiapkan
oleh pihak
sekolah sendiri
itu
ada speaker kemudian Laptop juga sama proyektor,
saat ini kami baru mendirikan labor komputer dan kami berupaya untuk mendirikan
labor yang nanti akan dijadikan sebuah tempat rekaman atau kedap suara,
sehingga guru tahfiz dapat menggunakannya”. (Wawancara,
24 November 2021).
Belum tersedia nya ruangan
khusus, fasilitas yang disiapkan oleh pihak sekolah
terkait dengan media audio ada spiker, LCD. Tentunya bagi guru tahfiz sudah mencoba
terlebih dahulu dengan menggunakan metode audio untuk pembelajaran tahfiz,
meskipun dilakasanakan pada kelas masing masing. Namun hal ini tidak mengurangi
antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tahfiz juz amma.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti simpulkan bahwa, Beberapa kendala yang
dihadapi dalam menghafal Juz Amma melalui media audio di Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur yaitu :
Pertama : Faktor eksternal
yakni listrik
padam, laptop dan
speaker yang bermasalah, sehingga terkadang guru kembali mempergunakan metode talaqqi atau
klasikal.
Kedua : Faktor internal
yakni, peserta
didik
yang visual sulit untuk
berkonsentrasi, serta kemampuan siswa yang berbeda sehingga hafalan
siswa bervariasi, namun demikian,
peserta
didik
yang visual
tetap mendengarkan audio yang diputarkan dalam kelas, sehingga tetap mendengarkan
sehingga hafalan juga bisa mencapai target.
3. Kemampuan Menghafal Juz Amma Siswa Dengan Menggunakan
Media Audio Visual Kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
Media audio adalah salah satu
bentuk perantara atau pengantar noncetak yang dapat digunakan
untuk menyampaikan
pesan dari guru kepada siswa dengan cara dimainkan atau diperdengarkan secara langsung sehingga siswa mampu
menguasai kompetensi tertentu dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Ada beberapa manfaat yang akan diperoleh jika guru memanfaatkan media audio ataupun radio sebagai media pembelajaran.
Tugas guru akan lebih
ringan jika dibandingkan dengan tanpa menggunakan media audio.
Proses menghafal dengan
menggunakan media audio adalah perantara untuk memudahkan siswa menghafal. Bukan hanya dengan
bacaan gurunya saja di kelas, akan tetapi peserta
didik bisa mengulang-ulang ayat
dengan menggunakan
media audio. Terjadilah pengulangan terus menerus sebagai penguatan untuk menghafal Juz Amma sehingga bisa menciptakan hasil hafalan yang baik, benar, dan
jangka panjang. Pemanfaatan media audio sangat mempermudah pembelajaran menghafal ayat Al-Qur’an
sehingga dikemas menjadi lebih menarik dan bermakna.
Adapun kemampuan menghafal juz amma siswa dengan menggunakan
media audio visual siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi adalah
sebagai berikut :
a. Bacaan Tajwid Lebih Terarah
Peningkatan hafalan
dengan menggunakan media
audio lebih
bagus dari
segi tajwid sama maharijul hurufnya, karena siswa dapat mendengarkan
langsung
dari sumber suara yang aslinya. Peningkatan hafalan ketika menggunakan media audio, banyak siswa yang sudah melampaui target hafalannya. Kualitas hafalan siswa dengan
menggunakan media audio lebih bagus, karena siswa lebih bisa mengikuti tajwid dan lagu sesuai dengan apa yang didengarkan
di audio.
Hasil wawancara dengan bapak
Samruddin tentang
proses pembelajaran tahfiz dengan mengguanakan media audio Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur beliau mengatakan:
“Tentu terdapat perbedaan yang jelas menggunakan audio dibandingkan dengan
hafalan secara
klasikal karena mendengarkn langsung.
Kualitasnya tentu jauh berbeda karena mereka mendengarkan langsung dengan cara yang benar tajwidnya, mendengarkan langsung dari ahlinya jadi tentu kualitasnya lebih berkualitas
dibandingkan tidak menggunakan
audio. (Wawancara, 28 November
2021).
Pernyataan diatas dapat dideskripsikan bahwa
ada peningkatan hafalan
siswa ketika menggunakan
media audio, dan
berkualitas dari segi tajwid karena
mendengarkan
langsung
dari
murattal. Peserta
didik mengikuti lagu hijaz yang didengarkannya
melalui kaset yang duputar oleh guru saat proses pembelajaran tahfiz. Disamping
itu juga dalam pembelajaran tahfiz, nada lagu disini yakni menggunakan dua nada atau tiga nada, bila dua nada lagunya
sedang – turun, bila tiga nada lagunya sedang, naik,
turun.
Hasil wawancara tersebut diatas dapat dideskripsikan bahwa metode yang digunakan dalam menghafal yakni talaqqi yakni siswa berhadapan
langsung dengan
guru untuk mengecek hafalan siswa, dan siswa bisa
mendengarkan sendiri hafalan Qur‟annya dengan menggunakan speaker Qur‟an yang mereka miliki. Sementara itu siswa melewati target yang telah dihafalkan karena ada control dari orang tua siswa, dan kemauan siswa untuk menjadi
hafidz.
Wawancara penulis dengan
salah seorang siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok
Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur yang bernama Rapil Saputra beliau mengatakan:
“Kami selalu murajaah bersama-sama
sebelum mulai menghafal
surah
yang baru, kami juga selalu diperdengarkan
audio
murattal, dengan menggunakan media audio dapat membantu meningkatkan hafalan kami, karena bisa di dengarkan
sendiri, dan dapat diputar
kembali” (Wawancara, 28 November
2021).
Hasil wawancara informan di atas dapat dideskripsikan bahwa metode menghafal yang biasa dilakukan di sekolah adalah dengan muraja’ah yakni Guru dan
siswa secara bersama-sama mengulang hafalannya,
salah satu cara untuk menguatkan hafalan
adalah dengan muraja’ah oleh karena itu perlu ada control dan bantuan
guru.
c. Meningkatkan daya ingat
Pembelajaran tahfiz membutuhkan pengulangan
untuk mengakomodasi siswa
yang lemah atau lambat menghafal
Juz Amma, pembelajaran belajar tahfiz tidak
bisa didengarkan hanya
sekali atau
dua
kali saja, akan tetapi
berulang kali sampai peserta didik hafal. Dengan demikian guru terbantu dalam proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran tahfiz dapat tercapai dengan baik. Hal ini sesuai dengan fungsi media.
Hasil wawancara dengan bapak
Samruddin tentang
proses pembelajaran tahfiz dengan mengguanakan media audio
Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur
beliau mengatakan:
“Media audio dalam pembelajaran tahfiz} dapat meningkatkan daya ingat karena selalu
diulang, dan siswa mendengarkannya, sesuatu yang sering didengar akan tersimpan dalam memori, sehingga mempermudah dan mempercepat
proses menghafal. Inilah yang
membuat hafalan peserta didik
semakin bertambah, sehingga target yang diberikan bisa tercapai.” (Wawancara,
28 November 2021).
Pengulangan dalam kaitannya dengan pembelajaran
adalah
suatu
tindakan atau perbuatan berupa
latihan berulangkali yang
dilakukan siswa yang bertujuan untuk lebih
memantapkan hasil pembelajarannya.
Pemantapan diartikan sebagai usaha perbaikan dan sebagai usaha perluasan yang dilakukan melalui
pengulangan-pengulangan. Pembelajaran
yang efektif dilakukan dengan berulang kali sehingga siswa menjadi mengerti. Bahan ajar bagaimanapun sulitnya yang diberikan oleh guru kepada siswa, jika mereka sering
mengulangi bahan tersebut niscaya akan mudah dikuasai dan
dihafalnya.
Wawancara penulis dengan Alif Zulzalali dan M.
Marcellindra Akbar siswa kelas I Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur mengatakan bahwa :
“Kami sangat terbantu dengan adanya metode audio dalam
pembelajaran tahfiz juz amma, karena guru memutarkan kaset yang telah direkam dalam kaset, CD/ DVD murattal, Kaset atau CD diputar disurah
yang akan dihafal
kemudian diulang-ulang. Setelah beberapa kali
diulang, kami mengikuti bacaan tersebut sambil memperhatikan apakah ada yang salah atau kurang, demikian seterusnya sampai hafal. Dengan demikian kami dapat meningkat hafalan sendiri dengan menggunakan audio” (Wawancara, 28 November 2021).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulakn bahwa penggunaan
media audio di Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur dapat meningkatkan hafalan
siswa.
|
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
melakukan penelitian, pembahasan dan pengelolaan data yang diperoleh dari
observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai Penggunaan
Media Audio Visual Dalam Rangka Meningkatkan Hafalan Juz Amma Pada Mata
Pelajaran Tahfiz Juz Amma Di Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa
Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1.
Metode Menghafal Juz Amma pada siswa
kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul Musthafawiyah Desa Sirih
Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi terbagi dua meteode, Pertama
metode Klasikal Kedua metode Audio. Metode klasikal atau
jama’ yakni cara
menghafal
yang dilakukan secara bersama-sama yang di pandu oleh guru. Sedangkan Media pembelajaran berbasis
audio adalah media penyaluran
pesan
lewat indera pendengaran.
Diantara jenis media ini media rekaman
dan vidio
2.
Kendala Guru Dalam Menggunakan Media Audio Visual Terhadap
Hafalan Siswa Kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi adalah
PLN sering padam dan belum tersedianya ruang khusus.
3. Adapun kemampuan menghafal juz amma siswa dengan menggunakan
media audio visual siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Hidayatul
Musthafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi adalah
bacaan tajwid lebih terarah dan meningkatkan daya
ingat.
B. Saran-saran
59 |
1.
Sekolah
Kepada pihak
sekolah hendaknya meningkatkan kompetensi guru khususnya memamfaatkan media
pembelajaran. Mengingat dalam penelitian ini telah membuktikan bahwa penggunaan
media audio visual sangat efektif dalam meningkatkan pembelajaran siswa.
2.
Guru
Kepada guru khususnya budang studi Tahfiz
Juz Amma hendaknya menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan hafalan
siswa. Guru harus lebih tanggap terhadapa kemajuan teknologi dalam dunia pendidikan, sehingga kedepanya
proses belajar mengajar dapat mamamfaatkan media teknologi yang tentunya akan
mempermudah proses pembelajaran.
3.
Siswa
Siswa harus memiliki motivasi dan
keinginan belajar yang tinggi, proses menerima materi di kelas pun akan lebih mudah.
C. Penutup
Dengan mengucapkan hamdalah, penulis
hantarkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, hidayah dan taufiqnya,
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan selalu mengharap ridhonya. Akhir
kata, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran kepada semua pihak untuk
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Penulis
Ria Oktaviani
NIM: 201180030
Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahannya, jakarta : Depag RI Pengadaan kitab suci Al-Qur’an. (2012 )Azhar
Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002 )
Arief S. Sadirman,dkk. Media Pendidikan (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,2003)
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997)
Riani, Niken, Dany Haryanto, Pembelajaran Multimedia di Sekolah ,
(Jakarta: Prestasi Pustaka,(kakarta
PT.Gramedia,1988)
Amir Hamzah Suleiman, Media audio visual untuk pengajaran,
penerangan dan penyuluhan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1988)
Asnawir. H, Media Pembelajaran,(Jakarta Ciputat Press,2002)
Ari Kunto, Suharsini, Suhardjono, 2006. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Ahsin. W. 2000. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an.
Jakarta : Bumi Aksara
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2008)
Drs, Margono, Metodologi penelitin pendidikan,(Jakatra, PT. Rineka
cipt:2007)2002.
Hamzah B Uno, Tekhnologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran
(Jakarta: Bumi aksara, 2002)
Khoirotul Idawati Mahmud dan Hanifuddin Mahadun, aL-Asma aL-Husna; Menghafal
Nama, Arti dan Nomor Urut, (Jombang: CV. Percetakan Fajar, 2009)
Muhammad, Zuhri. 2006.Terjemah Juz’Amma. Jakarta : Pustaka
Amani
Nana Sudjana dan Ahmad Rifai, Teknologi Pengajaran (Bandung:
Sinar Baru Offset, 1989)
Oemar Hmalik, Media pendidikan, (Bandung, Citra Aditya
Bakti,1994)
Rochiati wiriatmadja, metode penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kinerja dosen, (bandung: PT remaja rosdakarya, 2008)
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007)
Sugiono, Model Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif dan
R&D (Bandung Alfabeta, 2009)
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung
Alfabeta,2013)
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:
Rineka Cipta,1996)
Uzer Usman. Menjadi Guru Professional (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992)
Yudi Munandi, Media Pembelajaran, (Jakarta Gaung Persada
Pers,20010)
Wina Sanjaya, Perencanaan dan desain system pembelajaran,
(Jakarta:kencana pernada media grup, 2008)
(IPD)
A. OBSERVASI
1.
Mengamati proses pembelajaran tahfiz al-qur’an di kelas I
Madrasah Tsanawiayah Pondok Pesantren Hidayatul Musytafawiyah Desa Sirih
Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
2.
Mengamati penerapan metode audio visual mata pelajaran tahfiz
al-qur’an di kelas I Madrasah Tsanawiayah Pondok Pesantren Hidayatul
Musytafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
3.
Mengamati hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran tahfiz
al-qur’an di kelas I Madrasah Tsanawiayah Pondok Pesantren Hidayatul
Musytafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
4.
Mengamati langkah-langkah yang dilakukan guru dalam penerapan
metode audio visual dalam pembelajaran tahfiz al-qur’an di kelas I Madrasah
Tsanawiayah Pondok Pesantren Hidayatul Musytafawiyah Desa Sirih Sekapur
Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
B. WAWANCARA
a. Bagaimana sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiayah
Pondok Pesantren Hidayatul Musytafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Bungo Jambi
b. Bagaimana kurikulum yang diterapkan di Madrasah
Tsanawiayah Pondok Pesantren Hidayatul Musytafawiyah Desa Sirih Sekapur
Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
c. Bagaimana sarana dan prasarana pendukung proses
pembelajaran di Madrasah Tsanawiayah Pondok Pesantren Hidayatul Musytafawiyah
Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
1. Absensi
kehadiran siswa pada mata pelajaran Tahfiz Al-qur’an kelas I Madrasah
Tsanawiayah Pondok Pesantren Hidayatul Musytafawiyah Desa Sirih Sekapur
Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
2. Nilai harian
siswa pada mata pelajaran Tahfiz Al-qur’an kelas I Madrasah Tsanawiayah Pondok
Pesantren Hidayatul Musytafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Bungo Jambi
3. Nilai mingguan
siswa pada mata pelajaran Tahfiz Al-qur’an kelas I Madrasah Tsanawiayah Pondok
Pesantren Hidayatul Musytafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Bungo Jambi
4. Poto-poto
kegiatan siswa dan Madrasah Tsanawiayah Pondok Pesantren Hidayatul
Musytafawiyah Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Jambi
No |
Nama |
Keterangan |
|
H. Muhammad Asradi, SE |
Mudir |
|
H. Nasrullah, S.Kom.I. |
Kepala / Rois |
|
Samruddin |
Guru Tahfiz |
|
Muhamad Adib Koromin |
Siswa |
|
Pais Ananda Saputra |
Siswa |
|
Rapil Saputra |
Siswa |
|
Alif Zulzalali |
Siswa |
|
M. Marcellindra Akbar |
Siswa |
|
Raditya |
Siswa |
SUASANA BELAJAR KELAS I MTS PUTRA PONPES HIDAYATUL MUSTHAFAWIYAH |
GEDUNG UTAMA PONPES HIDAYATUL MUSTHAFAWIYAH DESA SIRIH SEKAPUR |
HALAMAN GEDUNG UTAMA PONPES HIDAYATUL MUSTHAFAWIYAH DESA SIRIH SEKAPUR |
MASJID UTAMA PONPES HIDAYATUL MUSTHAFAWIYAH DESA SIRIH SEKAPUR |
SUASANA BELAJAR KELAS I MTS PUTRI PONPES
HIDAYATUL MUSTHAFAWIYAH |
SUASANA BELAJAR KELAS I MTS PUTRA PONPES HIDAYATUL MUSTHAFAWIYAH |
APEL PAGI SEBELUM MASUK KE RUANG KELAS PONPES HIDAYATUL MUSTHAFAWIYAH |
APEL PAGI SEBELUM
MASUK KE RUANG KELAS PONPES HIDAYATUL
MUSTHAFAWIYAH |
SISWA SIAP BERANGKAT
MENUJU KE GEDUNG BELAJAR PONPES HIDAYATUL
MUSTHAFAWIYAH |
KEGIATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW DI PONPES HIDAYATUL MUSTHAFAWIYAH |
RUANG LABOR KOMPUTER PONPES HIDAYATUL MUSTHAFAWIYAH |
0 $type={blogger}:
Posting Komentar