A. Latar Belakang
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) penting
dipelajari oleh siswa Sekolah Dasar sebab IPA berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan saja tetapi berupa
suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya ditekankan pada pengalaman secara
langsung untuk mengembangkan
kompetensi, agar mempelajari dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Alwi, 2013: 71)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang keteraturan alam, menguasai
pengetahuan, baik fakta, konsep, prinsip, proses penemuan dan sikap ilmiah
(Gunawan, Harjono dan Sutrio, 2015). Belajar IPA tidak hanya memahami konsep,
namun menekankan pada pola berpikir siswa agar mampu menguasai dan memecahkan
masalah secara kritis, logis, cermat dan teliti (Darwanti, 2013). IPA merupakan
salah satu cabang dari sains, dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang
lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis,
pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan
teori dan konsep. Dapat dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan
proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud
sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa
konsep, prinsip, teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2011).
Pembelajaran IPA
hendaknya berorientasi pada kegiatan penemuan atau penyelidikan, sehingga siswa dapat
berperan aktif
dalam proses pembelajaran
melalui kegiatan penemuan yang telah dirancang
untuk meningkatkan pengetahuan siswa. (Lupton 2015:22).
Siswa diharapkan dapat memilih topik sendiri, bertanya dan menggunakan
informasi untuk memecahkan
masalah
kehidupan nyata.
Hal tersebut sesuai dalam Departemen
Pendidikan Nasional bahwa
pendidikan IPA
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar. Maka dari itu, salah satu alternatif
untuk memecahkan masalah rendahnya hasil belajar IPA adalah
dengan menerapkan model pembelajaran
inkuiri.
Para
ahli pendidikan IPA (sains) memandang pembelajaran IPA tidak hanya
terdiri atas produk yang terdiri dari fakta, konsep dan teori yang dapat dihafalkan,
tetapi juga terdiri atas kegiatan dan proses aktif menggunakan pikiran dan
sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum dapat diterangkan (Nur,
1998: 2). Secara garis besar hakikat IPA terdiri atas empat komponen utama,
yaitu : (1) sikap ilmiah (2) proses ilmiah (3) produk ilmiah (4) aplikasi
(Trianto, 2007 : 100).
Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan pada siswa kelas
V SDN 07 Desa Bedaro, dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di
SDN 07 Desa Bedaro pada pelajaran
IPA adalah 65
namun yang mampu memenuhi
kriteria tersebut hanya 3 siswa dari 20 siswa atau sebesar 15,%. Berikut hasil
ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran tematik muatan IPA kelas V SDN 07
Desa Bedaro.
Permasalahan tersebut
dapat diatasi dengan melakukan
pembelajaran yang bersifat student centered agar peserta didik terlibat
secara langsung dalam pembelajaran dan berinteraksi antar peserta didik
sehingga mereka dapat saling bertukar pikiran untuk memperbaiki hasil belajar
dan siswa dapat menemukan sendiri konsep dari apa yang mereka pelajari.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa maksudnya yaitu siswalah yang aktif
membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru hanya bertugas sebagai
fasilitator, motivator, dan dinamisator. (Riyanti, 2016:1282).
Namun
fakta di lapangan menunjukkan, salah satu masalah dalam perkembangan proses
pendidikan saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran, dalam proses
pembelajaran IPA utamanya, orientasi pembelajaran masih berpusat pada guru
(teacher centered) sehingga siswa tidak mendapat berkembang dalam
menuaikan ide-ide mereka dalam belajar.
Model pembelajaran inkuiri adalah
cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan
informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model pembelajaran inkuiri adalah
porses belajar yang memberi kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan
problem secara sistematika yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian
(Nasution, 2012:39). Lebih lanjut dikatakan Model pembelajaran inkuiri adalah
suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan
observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah
terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir
kritis dan logis. Model atau pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan salah
satu bentuk pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered approach). Ciri utama yang dimiliki oleh pendekatan inkuiri yaitu
menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan
(menempatkan siswa sebagai subjek belajar), seluruh aktivitas yang dilakukan
siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief) serta mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan
kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental (Wina Sanjaya, 2009: 196-197)
Model
pembelajaran inkuiri
yaitu model pembelajaran
inkuiri berarti suatu
rangkaian kegian belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mecari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis,
sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Dengan demikian model pembelajaran inkuiri adalah
sistematika pembelajaran yang
berurutan dalam pelaksanaannya, yang
melibatkan seluruh
kemampuan belajar
siswa
serta menuntut siswa untuk
mencari dan menemukan
dalam penyelidikan sebuah masalah dalam kegiatan belajar. (Anam, 2015:11).
Berdasarkan hal tersebut, perlunya
menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif dalam
proses pembelajaran dan menemukan
sendiri konsep dari apa yang
mereka pelajari sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa. Pembelajaran
IPA dan inkuiri tidak dapat dipisahkan dengan mengacu pada kurikulum 2013 yang
menekankan pada pengalaman langsung dalam
rangka pengembangan kompetensi siswa.
Berdasarkan hasil dokumentasi awal
pra penlitian penulis di Sekolah Dasar 07 Desa Bedaro, dimana nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas V pada mata pelajaran tematik
muatan IPA belum mencapai ketuntasan yang baik.
Tabel
1 : Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas V pada mata
pelajaran tematik muatan IPA di Sekolah Dasar 07 Desa Bedaro.
No |
Nama Siswa |
Nilai |
KKM |
Keterangan |
|
Tuntas |
Tidak Tuntas |
||||
1 |
Aurellia |
60 |
70 |
√ |
|
2 |
Bahari Amanda |
60 |
70 |
√ |
|
3 |
Candi |
60 |
70 |
√ |
|
4 |
Destiana Arista |
70 |
70 |
√ |
|
5 |
Dewi Wulansari |
60 |
70 |
√ |
|
6 |
Firosyi Maulida |
60 |
70 |
√ |
|
7 |
Freecylia Aristya |
60 |
70 |
√ |
|
8 |
Lastari |
60 |
70 |
√ |
|
9 |
Hifzi |
60 |
70 |
√ |
|
10 |
Irvan Hakim |
60 |
70 |
√ |
|
11 |
Muhamad Arifin |
75 |
70 |
√ |
|
12 |
Muhamad Jiddan |
60 |
70 |
√ |
|
13 |
Nadifa |
60 |
70 |
√ |
|
14 |
Noor Syiva |
60 |
70 |
√ |
|
15 |
Nur Andini Larasati |
60 |
70 |
√ |
|
16 |
Rahmadhani Utami |
60 |
70 |
√ |
|
17 |
Risna Dwi Indriani |
60 |
70 |
√ |
|
18 |
Roby Basrul |
60 |
70 |
√ |
|
19 |
Hikmah Indriyani |
75 |
70 |
√ |
|
20 |
Keyla Azirah Dewitri |
60 |
70 |
√ |
|
|
Nilai Rata-rata |
62,00 |
3 |
17 |
|
Persentase |
15% |
85% |
(Dukmentasi : Hasil harian tematik muatan IPA kelas V
SDN 07 Desa Bedaro)
Dari
tabel di atas, menunjukkan bahwa kriteria ketuntasan belajar siswa pada
pembelajaran tematik muatan IPA kelas V SDN 07 Desa Bedaro masih sangat rendah.
Hal ini sangat jelas bahwa dari 20 siswa kelas V hanya 3 orang yang mencapai
ketuntasan KKM atau hanya 15%. Sedangkan yang belum tuntas yaitu 17 siswa atau
sebesar 85% yang masih perlu bimbingan belajar untuk mencapai ketuntasan KKM.
Oleh karena itu perlu adanya konsep atau metode dalam proses pembelajaran IPA
kelas V salah satunya adalah dengan menerapkan
model pembelajaran
Inkuiri Learning
Mengacu
dari permasalahan tersebut hal
ini sangat membutuhkan adanya solusi dalam proses pembelajaran agar
kemampuan penguasaan konsep IPA siswa meningkat. Salah satu solusinya adalah dengan menerapkan model pembelajaran
inkuiri. Mengetahui berbagai permasalahan di atas pembelajaran IPA
dapat menggunakan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri
merupakan salah satu model untuk mengembangkan kemampuan penguasaan konsep
peserta didik dalam pembelajaran IPA (Lia, 2018). Model pembelajaran ini
menuntut peserta didik untuk aktif selama proses pembelajaran sekaligus
mendorong peserta didik untuk mengoptimalkan keterampilan dan kemampuanya
(Yeritia, 2017).
Menurut Dewi (2013) model pembelajaran
inkuiri menekankan pada proses penemuan sebuah konsep sehingga muncul sikap
ilmiah pada diri siswa dan dapat dirancang penggunaanya oleh guru menurut tingkat
perkembangan intelektual siswa. Hal ini dapat disesuaikan
juga dengan materi yang sedang dipelajari oleh siswa. Penerapan model
pembelajaran inkuiri ini dapat meningkatkan. Melalui kegiatan ini, peserta
didik dapat belajar untuk penyajian masalah, membuat atau menyajikan hipotesis,
melakukan percobaan untuk memperoleh informasi atau data, mengumpulkan dan
menganalisis data dan membuat simpulan.
Model pembelajaran
inkuiri memiliki beberapa tahapan. Adapun tahapan model pembelajaran
inkuiri menurut Eggen dan Kauchak (1993) yaitu: menyajikan pertanyaan masalah,
membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan data
dan membuat hipotesis (Nurhikma, 2021).
Penerapan model pembelajaran inkuiri ini dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari, karena siswa mencari
dan menemukan sendiri informasi tentang materi tersebut. Salah satu pembelajaran
yang dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan penguasaan konsep dan
kemampuan berpikir kritis peserta didik adalah pembelajaran inkuiri (Wahyudi, 2017).
Berdasarkan paparan
latar belakang tersebut,
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Penerapan
Model Pembelajaran Inkuiri Learning Untuk Meningkatkan
Kemampuan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas V SD Negeri 07 Desa Bedaro”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah:
1.
Metode yang dipergunakan guru dalam pembelajaran tematik muatan IPA
kurang variatif
2.
Belum tercapainya ketuntasan hasil
belajar siswa pada KKM mata pelajaran tematik muatan IPA sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan yaitu 65.
3. Frekuensi praktikum
maupun eksperimen yang dilakukan dalam proses pembelajaran tematik muatan IPA relatif
rendah.
4.
Proses pembelajaran cenderung terpusat pada guru, sehingga siswa cendrung menoton apa yang disamapaikan
guru.
5.Siswa belum mampu mengembangkan sikap, berpikir
objektif, mandiri, serta kritis terhdapat pembelajaran baik secara individual
maupun berkelompok
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah yang telah
dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peningkatan penguasaan
konsep IPA melalui Model
pembelajaran inkuiri learning
siswa kelas V di SDN 07 Desa Bedaro?
2. Bagaimana penerapan
Model pembelajaran inkuiri learning
untuk
meningkatkan penguasaan konsep IPA Pada siswa kelas V SDN 07 Desa Bedaro?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui peningkatan penguasaan
konsep IPA melalui Model
pembelajaran inkuiri learning siswa
kelas V di SDN 07 Desa Bedaro
2. Untuk
mengetahui penerapan
Model pembelajaran inkuiri learning untuk meningkatkan
penguasaan konsep IPA Pada siswa kelas V SDN 07 Desa Bedaro
E. Batasan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti membatasi
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Subyek penelitian ini adalah siswa SDN 07
kelas V
yang berjumlah 20 siswa.
2. Model yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran inkuiri learning
3. Mata pembelajaran tematik muatan IPA kelas V SDN
F.
Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat bagi
pembaca, baik itu dalam pembelajaran IPA maupun dalam upaya meningkatkan
kualitas dan hasil pembelajaran IPA. Secara umum hasil penelitian ini dapat
memberikan masukan terhadap pembelajaran IPA, utamanya dalam mengembangkan
kemampuan penguasaan konsep IPA siswa.
1. Manfaat teoritis
a. Bagi guru dapat memberikan
masukan dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran
inkuiri sebagai bentuk pembelajaran IPA yang lebih baik dan menarik.
b. Bagi siswa agar dapat memiliki kemampuan penguasaan konsep IPA yang baik
dalam menyelesaikan soal-soal.
c. Bagi penulis dapat
memberikan
kontribusikan bagi sekolah serta dapat menambah wawansan penulis mengenai pembelajaran inkuiri dan salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S.1) pada jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Manfaat praktis
Untuk
menambah wawasan tentang pembelajaran dengan model Inkuiri khususnya dimata pembelajaran temaktik muatan IPA kelas V SD.
BAB II
|
KAJIAN TEORI
A. Model Pembelajaran Inkuiri
1.
Pengertian
Model Pembelajaran
Pembelajaran
didefinisikan sebagai upaya pemahiran keterampilan melalui pembiasaan siswa
secara bertahap dan terperinci dalam memberikan respon atau stimulus yang
diterimanya yang diperkuat oleh tingkah laku yang patut dari pengajar. Namun
jika dilihat dari sudut pandang kognitif, pembelajaran diartikan sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan baru
sebagai upaya peningkatan penguasaan materi yang baik terhadap materi pelajaran
(Yunus, 2014:18).
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer,
kurikulum dan lain-lain (Dewi, 2019:41). Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengolaan kelas. Banyak sekali model
pembelajaran yang telah dikembangkan oleh guru yang pada dasarnya untuk
memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami dan menguasai suatu pengetahuan
atau pelajaran tertentu (Isrok’atun, 2018:23).
9
Model pembelajaran merupakan suatu rangkaian
proses belajar mengajar dari awal hingga akhir, yang melibatkan bagaimana
aktivitas guru dan siswa, dalam desain pembelajaran tertentu yang berbantuan
bahan ajar khusus, serta bagaimana interaksi antara guru siswa bahan ajar yang
terjadi. Umumnya,
sebuah model pembelajaran terdiri beberapa tahapan-tahapan proses pembelajaran
yang harus dilakukan. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya
belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching
style), yang keduanya disingkat menjadi SOLAT (Style of Learning and
Teaching). (Suhana,
2014:37)
Berdasarkan beberapa pengertaian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran
dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.
2. Pengertian Inkuiri
Inkuiri dalam bahasa inggris “Inkuiri”, berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses
umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Pembelajaran
inkuiri dibuat untuk melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar
secara ilmiah di mana proses
pembelajarannya berpusat pada siswa, dapat diterapkan secara berkelompok
yaitu siswa diberikan kesempatan untuk berpikir mandiri serta saling membantu
teman yang lain dan mampu membimbing siswa untuk memliki rasa tanggung jawab
terhadap diri dan kelompoknya (Mohammad, 2020).
Inkuiri merupakan suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen
untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan
berpikir kritis dan logis. Menurut
Gulo dalam journal penelitian (Umami
R, 2013), model pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya. Inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi
tingkatannya, misalnya merumuskan permasalahan , merancang eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap
objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Model pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran inkuiri dengan bimbingan
dari guru, yakni suatu cara penyampaian pelajaran dengan penelaahan sesuatu
yang bersifat pencarian secara kritis, analitis dan argumentatif secara ilmiah
dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan (Mulyasa, 2004).
Selain itu, model pembelajaran inkuiri (guided
inkuiri) adalah suatu model pengajaran yang menekankan pada proses penemuan
konsep dan hubungan antar konsep di mana siswa merancang sendiri prosedur percobaan
sehingga peran siswa lebih dominan, sedangkan guru membimbing siswa kearah yang
tepat/benar (Febrina, 2020).
Berdasarkan beberapa pendapat
di atas, bahwa pendekatan pembelajaran inkuiri adalah suatu penemuan yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk menemukan
sendiri jawabaan dari suatu permasalahan.
3. Langkah-langkah pembelajaran
inkuiri
Menurut Sanjaya dalam kutipan Putra (2013). Adapun langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, sebagai berikut:
a.
Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah
untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal-hal yang
dilakukan dalam tahap orientasi ini ialah sebagai berikut:
1)
Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
2)
Menerangkan pokok-pokok kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
3)
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar,
hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
b.
Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Proses mencari jawaban itulah yang sangat
penting dalam pembelajaran inkuiri. Oleh karena itu, melalui proses tersebut
siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c.
Merumuskan Hipotesis
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak (beripotesis) pada setiap siswa adalah mengajukan berbagai
pertanyaan yang bisa mendorong siswa agar mampu merumuskan jawaban sementara
atau perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
d.
Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pemgumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikir.
e.
Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan
jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berfikir rasional.
f.
Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Oleh sebab itu, agar mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu
menunjukkan data kepada siswa tentang data-data yang relevan.
Menurut
Aris Shoimin langkah-langkah metode pembelajaran
inkuiri adalah sebagai berikut :
a) Membina suasana yang responsif di antara siswa.
b) Mengemukakan permasalahan untuk diinkuirikan
(ditemukan).
c) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan yang diajukan bersifat mencari atau mengajukan informasi terkait
masalah yang diberikan.
d) Siswa merumuskan hipotesis atau memperkirakan jawaban
dari pertanyaan tersebut. Guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan.
e) Menguji hipotesis.
f) Pengambilan kesimpulan dilakukan guru dan siswa.
(Aris Shoimin, 2013:85-86)
Menurut Wina Sanjaya,
langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran inkuiri terdiri dari sebagai berikut:
a) Orientasi masalah
b) Merumuskan masalah
c) Mengajukan hipotesis
d) Mengumpulkan data
e) Menguji hipotesis.
f) Merumuskan kesimpulan (Wina Sanjaya (2006:201).
Berdasarkan
penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa model inkuiri merupakan model
pembelajaran yang dapat mengembangkan cara berpikir kritis ilmiah yang
menempatkan siswa sebagai pembelajar dan dapat memcahkan permasalahan dan
memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan sehingga dapat memahami
konsep-konsep sains. Model
pembelajaran inkuiri memiliki beberapa langkah yaitu: orientasi, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan menarik
kesimpulan.
B. Kemampuan Penguasaan Konsep
1.
Pengertian Penguasaan
Konsep
Penguasaan konsep
adalah hasil dari kegiatan intelektual. Selain siswa mampu menguasai suatu
konsep, kreativitas juga sangat diperlukan dalam memecahkan masalah (Silaban,
2014). Penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara
ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Definisi penguasaan
konsep yang lebih komperhensip dikemukakan oleh Bloom yaitu kemampuan dalam
menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu meteri yang
disajikan ke dalam bentuk yang lebih dIPAhami, mampu memberikan interpretasi
dan mampu mengaplikasikan nya (Hermansyah, Gunawan, & Heriyanti, 2017:32).
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Aspek pemahaman merupakan
aspek yang mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami suatu konsep dan
memaknai arti suatu materi. Aspek pemahaman ini menyangkut kemampuan seseorang
dalam menangkap makna suatu konsep dengan kalimat sendiri.
Pemahaman
konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan peserta didik dalam memahami konsep dam dalam melakukan
prosedur secara luwes, akurat, dan tepat(Jihad, 2009). Menurut Putri (2012)
pemahaman konsep dapat diartikan sebagai cara seseorang yang dapat memahami
tentang ide yang dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan noncontoh
(Sulaeman, 2013). Konsep menunjukkan
suatu hubungan antar konsep-konsep yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan
atau jawaban manusia terhadap pertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa
suatu gejala itu bisa terjadi (Sagala, 2003: 71). Menurut
Dahar (2006: 62) menyatkan konsep merupakan batu pembangun berpikir. Konsep
merupakan dasar bagi proses mental yang mewakili satu stimulus.
Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan penguasaan konsep merupakan pembelajaran yang akan
mendapat pengalaman dengan diawali dari proses pengamatan secara langsung
terhadap suatu fakta yang dipecahkan kemudian diproses dengan tanggapan dari
fakta yang sudah diamati, menjabarkan fakta-fakta pengamatan dan selanjutnya
menemukan hal-hal yang terjadi pada proses pengamatan.
2.
Indikator Penguasaan
Konsep
Adapun indikator penguasaan konsep adalah sebagai berikut:
a)
Penerjemahan (translation),
yaitu menterjemahkan konsepsi abstrak menjadi suatu model. Misalnya dari
lambing ke arti. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menterjemahkan,
mengubah, mengilustrasikan, memberikan definisi dan menjelaskan kembali
b)
Penafsiran (interpretation),
yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi,
misalnya diberikan suatu diagram, tabel, grafik atau gambar-gambar dan di
tafsirkan. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menginterprestasikan,membedakan,
menjelaskan dan menggambarkan.
c)
Ekstrapolasi (extrapolation),
yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui. Kata kerja operasional
yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah memperhitungkan,
menduga, menyimpulkan, meramalkan, membedakan, menentukan dan mengisi. (Rosiyanti,
2015:12).
Indikator
penguasaan konsep terdiri dari: a).
mampu menyajikan situasi kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan; b). mampu mengklasifikasikan objek-objek
bedasarkan terpenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep; c). mampu menghubungkan antara konsep dan
prosedur; d). mampu memberikan contoh
konsep yang dipelajari. (Silviana, 2011: 50).
Sedangkan menurut Wirasito menyatakan
indikator penguasaan konsep sebagai berikut: a. mengetahui ciri-ciri suatu
konsep; b. dapat menghubungkan antar konsep; c. dapat kembali di konsep itu
dalam berbagai situasi; d. dapat menggunakan konsep dalam menyelesaikan suatu
masalah. (Silviana, 2011: 50).
Indikator penguasaan konsep yaitu seseorang dapat
dikatakan menguasai suatu konsep jika orang tersebut benar-benar memahami
konsep yang dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan dengan menggunakan
kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi tidak
mengubah makna yang ada didalamnya. (Sumaya, 2004:43)
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna
pelajaran secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari atau kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengungkapkan ilmu
yang sudah didapatkan meskipun di buat dengan kata-kata yang berbeda tetapi
memiliki makna yang sama. Pemahaman
merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pemahaman dan penguasaan konsep
dapat membuat peserta didik menguasai ciri dan sifat, penerapan dan
pengemabangan konsep yang telah dipelajari.
C. Muatan IPA
1. Pengertian IPA
Kata
“IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Kata-kata “Ilmu
Pengetahuan Alam “merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris” Natural
Science” secara singkat sering disebut “Science “. Natural artinya
alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science
artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu
secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini. Ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Untuk selanjutnya kita akan
menggunakan kata IPA sebagai suatu istilah (Iskandar, 2015).
Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) adalah suatu susunan teratur pengetahuan yang telah diperoleh
manusia, termasuk cara-cara dalam mengembangkan pengetahuan serta kriteria
(ukuran) atau cara menguji kebenaran ilmu. (Silviana, 2011: 12). IPA merupakan suatu
kumpulan ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematik dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. (Trianto, 2010: 136).
Menurut
Kardi & Nur IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang ilmu alam
semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan diluar
angkasa baik yang dapat diamati dengan indera maupun yang tidak dapat diamati
oleh indera. (Trianto, 2010: 136).
Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa IPA adalah
ilmu yang mempelajari tentang kejadian, peristiwa dan fenomena yang ada di alam
semesta. IPA sendiri juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari tentang
berbagai gejala- gejala yang ada di bumi yang dapat dilakukan dan dibenarkan
dengan cara melakukan penemuan dan percobaan secara langsung.
2. Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut
Kurikulum 2013 yang berbasis pada kompetensi tujuan pembelajaran untuk tingkat
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas memiliki penekanan
yang berbeda. Pada prinsipnya pembelajaran sains di Sekolah Dasar membekali
siswa kemampuan berbagai cara untuk mengetahui dan cara mengerjakannya yang
dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar, sedang secara rinci tujuan
pembelajaran sains di Sekolah Dasar adalah :
a.
Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap
sains, teknologi dan masyarakat
b.
Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
c.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
d.
Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam
e.
Menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan (Asyari, 2016).
Menurut
Susanto (2012: 171) menyatakan pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal
sebagai pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA), konsep IPA disekolah dasar
merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri.
Menurut Iskandar, tujuan pembelajaran
IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi alam
(Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang
dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi
tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses
ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada
prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau
melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam
(Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7)
Mata pelajaran IPA di SD bertujuan
agar peserta didik memiliki kempapuan sebagai berikut :
1. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap
positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat.
2. Mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan
pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari.
5. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke
bidang pengajaran lain.
6. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta
ini untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini, 2007: 40)
Menurut Badan Standar Pendidikan (BSNP)
dalam (Susanto, 2012: 171) menyatakan Adapun tujuan pembelajaran sains di
sekolah dasar dimaksudkan untuk: 1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa bedasarkan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2)
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3) mengembangkan sikap rasa ingin
tahu pada siswa, sikap positif dan kesadaran tentang adanya suatu hubungan yang
saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; 4)
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
suatu masalah dan membuat keputusan; 5) meningkatkan kesadaran untuk berperan
serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 6)
meningfkatkan kesadaran dalam menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan; 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan
keterampiulan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Bedasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA bertujuan sebagai bekal untuk siswa dalam mengembangkan rasa
ingin tahu, sikap posistif dan kesadaran tentang alam dan juga bertujuan
sebagai pengembangkan dalam keterampilan proses dalam menyelidiki alam sekitar.
D. Penelitian yang Relevan
Sebagai
acuan penelitian ini membutuhkan pertimbangan bebarapa hasil penelitian
terdahulu yang menjadi kevalidan penelitian ini, ada beberapa penelitian yang
berhubungan dan mendapatkan hasil positif atau berhasil berikut diantaranya:
1.
Suci (2017) dalam penelitiannya yang berjudul
tentang Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Penguasaan Konsep dan
Berpikir Kritis IPA Siswa SDN 112 Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian
terlihat bahwa Pada hasil observasi dan refleksi guru kelas menunjukkan adanya
peningkatan rata-rata hasil kognitif dan setiap siklusnya yaitu siklus I
sebesar 5,90, siklus II 7,29 dan pada siklus III 7,67. Nilai kerja siswa turut
mengalami peningkatan dari siklus I rata-rata yang diperoleh sebesar 7,55,
siklus II 7,77, dan siklus III 8,00. Pada kemampuan penguasaan konsep 57% (40 siswa)
memilki kemampuan penguasaan konsep sedang, 19% (13 anak) kemampuan penguasaan
konsep tinggi. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menerapkan Model
Pembelajaran Inkuiri terhadap Penguasaan Konsep IPA, sementara perbedaan
penelitian ini adalah waktu dan tempat penelitian nya.
2.
Kurniawati (2014) dalam penelitiannya yang berjudul
tentang Penerapan Pembelajaran Inkuiri Integrasi Peer Instruction terhadap Penguasaan konsep dan Kemampuan Berpikir
kritis siswa SD Negeri 84 Pare-Pare. Berdasarkan hasil analisis data dan
perhitungan LSD penelitian ini terlihat bahwa penguasaan konsep dan berpikir
kritis siswa lebih tinggi dengan menggunakan pembelajaran inkuiri integrasi peer instruction dari pada pembelajaran
konvensional. Persamaan penelitian ini
adalah sama-sama menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Penguasaan
Konsep IPA, sementara perbedaan penelitian ini adalah waktu dan tempat penelitian
nya.
3.
Wandika (2020) yang berjudul tentang Penerapan
Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep IPA siswa Kelas IV SDN 12 Batu
Sangkar. Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa setelah menggunakan
model pembelajaran inkuiri nilai rata-rata posttest
lebih tinggi dari pada nilai rata-rata pretest
dilihat dari nilai sebelum dan sudah diberi perlakuan menggunakan model
pembelajaran inkuiri Nilai tertinggi posttest
adalah 100 dan nilai terendah 60 sedangkan nilai pretest tertinggi adalah 66 dan nilai terendah 25. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama
menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Penguasaan Konsep IPA, sementara
perbedaan penelitian ini adalah waktu dan tempat penelitian nya.
4.
Nurhayati, (2018) yang
berjudul tentang Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan kemampuan Pemahaman Konsep IPA
siswa Kelas V SD. Penelitian
tersebut menggunakan metode penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan soal tes. Penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam dua siklus yaitu
siklus I dan siklus II. Dari hasil penelitian penelitian diperoleh bahwa
setelah menggunakan model, rata-rata hasil belajar siswa meningkat pada siklus
I maupun siklus II. Presentase
ketuntasan siswa juga mendekati sempurna yaitu rata-rata kelas pada siklus I
sebesar 68,47 dan pada siklus II sebesar 73,64 sehingga peningkatan sebesar
5,17 serta presentase ketuntasan hasil belajar dai siklus I ke siklus II sebesar
78,81%. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menerapkan Model Pembelajaran
Inkuiri terhadap Penguasaan Konsep IPA, sementara perbedaan penelitian ini
adalah waktu dan tempat penelitian nya.
Berdasarkan hasil penelitian di atas,
peneliti menemukan beberapa kesamaan dengan penelitian yang telah dipaparkan di atas yaitu adanya penerapan model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep IPA
siswa.
E. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini diketahui ada dua variabel, variabel independen
dan variabel dependen. Variabel independent yaitu model pembelajaran inkuiri,
sedangkan variabel dependen yaitu kemampuan penguasaan konsep IPA siswa.
Pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri bisa dijadikan alternative untuk
mengatasi permasalahan yang ada.
Ketertarikan siswa untuk belajar diharapkan dapat timbul karena dalam
proses pembelajaran siswa tidak hanya terpaku pada satu orang guru, namun dapat
bertanya pada guru yang lainnya. Maka dengan penerapan model pembelajaran inkuiri
ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penguasaan konsep IPA siswa di SD
Negeri 07 Bedaro. Adapun bentuk kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Kerangka pikir penguasaan konsep siswa pada materi pembelajaran IPA
Kondisi awal Penguasaan konsep IPA siswa rendah Tindakan Penerapan model pembelajaran Inquiry Hasil Peningkatan kemampuan Melalui Penerepan Model Inkuiri - Siswa Kurang Komunikatif - Minat Siswa Rendah - Hasil belajar Tidak Tuntas rendah - Menggunakan Peta Konsep - LKPD - Siswa komunikatif - Minat tinggi - Hasil belajar meningkat
Gambar
2.1 Kerangka Berpikir
Berdasarkan skema yang tergambar diatas dapat disimpulkan bahwa
peneliti harus melihat kondisi awal yang dialami oleh sekolah dan peneliti
menemukan bahwa kemampuan penguasaan konsep IPA siswa masih rendah dan tindakan
yang akan di lakukan oleh peneliti atau guru adalah dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri dan hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
dapat meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyanto PTK
adalah sebuah bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu supaya bisa memperbaiki atau meningkatkan penerapan
pembelajaran di kelas dengan lebih baik lagi (Priatna, 2008).
Suharsimi
Arikunto mengatakan bahwa PTK merupakan sebuah penelitian yang akar
permasalahannya muncul di dalam kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang
mengajar sehingga susah untuk dibenarkan jika ada pendapat lain bahwa
permasalahan dalam penelitian tindakan kelas didapat dari pemahaman atau
khayalan seorang peneliti (Suharsimi Arikunto, 2009).
Menurut
Stephen Kemmis PTK atau action research ialah sebuah bentuk penelitian
melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu
dalam situasi social (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan
kebenaran dari tindakan-tindakan social atau pendidikan yang mereka lakukan
sendiri, pemahaman mereka terhadap tindakan-tindakan tersebut, dan situasi di
tempat tindakan itu dilakukan (Suprijono, 2014).
Dalam
pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin yang
menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu : (1)
perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi
(observing), dan (4) refleksi (reflecting). Secara keseluruhan, empat tahapan
dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk
spiral. Seperti pada gambar dibawah ini.
22
SKEMA DESAIN
PENELITIAN
Gambar
Prosedur PTK Model Kurt Lewin
B. Setting dan Subjek Penelitian.
1. Setting penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di SDN 07 Bedaro Peneliti memilih sekolah ini dikarenakan peneliti
ingin mengetahui masalah apa yang mungkin terjadi pada sekolah tersebut.
2. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa Kelas V SDN
07 Bedaro yang berjumlah 20
siswa.
C.
Prosedur
Penelitian
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan
melalui kegiatan berdaur yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan (planning),
tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
Secara keseluruhan, empat tahap dalam bentuk spiral untuk mengatasi masalah
yang mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus tersebut saling terkait
dan berkelanjutan. Siklus pertama dilakukan untuk mengetahui sampai mana
tingkat kemampuan siswa. Siklus kedua dilaksanakan apabila siklus pertama ada
hal yang kurang berhasil dilakukan penulis. Siklus ketiga dilaksanakan jika
siklus sebelumnya belum bisa mengatasi masalah, dan begitu pula untuk siklus
selanjutnya.
1. Siklus I
a. Perencanaan adalah
mengembangkan rencana tindakan secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah
terjadi, perencanaan merupakan bagian awal dari rancangan penelitian tindakan
yang berisi tentang persiapan yang dilakukan untuk memecahkan masalah.
b. Pelaksanaan tindakan yang
dilakukan, skenario kerja tindakan, perbaikan dan prosedur tindakan yang
diterapkan. Tahap pelaksanaan merupakan pembelajaran yang telah disiapkan pada
tahapperencanaan.
c. Pengamatan (observasi)
terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung ditunjukan untuk mengenali,
merekam dan mendokumentasikan aktivitas yang terjadi apabila masukan baik atau
feedback dilakukan dengan cermat pengamatan yang dilakukan oleh penelitian
adalah: Situasi kegiatan pembelajaran, keaktifan siswa dan guru dalam proses
pembelajaran, hasil belajar siswa danrefleksi.
d. Refleksi adalah memikirkan
sesuatu yang hasil dari kegiatan sebelumnya direfleksikan untuk melihat apakah
hasil yang tercapai sudah memenuhi kriteria keberhasilan peneltitan atau belum.
Dan akan dilakukan tindakan
perbaikan atas kekurangan-kekurangan pada siklus selanjutnya.
2. Siklus II
a.
Perencanaan dimana peneliti membuat rencana
pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.
b.
Pelaksanaan tindakan dimana guru melaksanakan
pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi berdasarkan siklus
pertama dengan pembelajaran IPA menggunakan metode Inkuiri learning.
c.
Pengamatan dimana peneliti melakukan pengamatan
terhadap aktivitas pembelajaran.
d.
Refleksi adalah upaya melihat kembali
mengorganisasi, kembali menganalisis, kembali mengklarifikasi dan kembali
mengevaluasi hal-hal yang telahdipelajari.
D. Sumber Data
Pada
penelitian ini, sumber data yang dibutuhkan yaitu dari siswa dan guru kelas,
kepala sekolah dan kegiatan yang dilakukan siswa dan guru selama pembelajaran IPA
dengan menggunakan metode pembelajran nkuiri learning Sumber data dibuat
peneliti untuk melihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di
kelas dan kesesuaian langkah pembelajaran yang dilakuan oleh guru dengan
rencana pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan
Data
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi yaitu
pengamatan secara langsung dan mendalam terhadap objek penelitian untuk
mengumpulkan data. Menurut (Moleong, 2014:37) metode observasi yaitu suatu
metode pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dalam penelitian ini digunakan
untuk memperoleh data yang dibutuhkan serta untuk mengetahui peran guru dalam
menerapkan Kurikulum 2013.
2. Tes
Tes adalah suatu tolak ukur atau alat ukur yang tertera
pada sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah siswa
untuk menggungkapkan tingkat dari perkembangan (pemahaman) tes yang dimaksud
oleh peneliti adalah tes tulis berbentuk uraian yakni 10 soal uraian. Tujuan
tes ini dipilih oleh peneliti supaya mengetahui sejauhmana peningkatan penguasaan peta konsep
IPA melalui Model
pembelajaran inkuiri learning
siswa kelas V di SDN 07 Desa Bedaro.
Tes diberikan pada pertemuan akhir dari setiap siklus untuk mengetahui hasil belajar IPA pada
setiap siklusnya. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan
menggunakan metode tes kemudian dianalisis
dengan teknik deskriptif kuantitatif
3. Wawancara
Wawancara
yaitu sebagai tukar-menukar pandangan antara dua orang atau lebih percakapan
dengan tujuan tertentu. Kemudian percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan di wawancarai (yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
wawancara untuk mendapatkan data pelengkap berupa keadaan atau kondisi sosial,
budaya dan kecendrungan di sekitar subjek, atau bahkan digunakan untuk
memperoleh jenis data primer seperti peneliti maksudkan di atas.
4. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik untuk
memperoleh data dari responden. Menurut (Sugiyono, 2016:35-37). Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan studi dokumen dengan maksud agar dapat mengumpulkan data yang
berkaitan dengan penelitian ini serta dokumen-dokumen yang dianggap memiliki
relevansi terhadap data yang diperlukan.
F. Teknik Analisis
Data
Analisis data
merupakan cara yang digunakan dalam pengolahan data yang berhubungan erat
dengan rumusan masalah yang telah diajukan pada bab 1sehingga dapat digunakan
untuk menarik kesimpulan. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara
deskriptif kualitatif dan kuantitatif yaitu :
a) Data Kuantitatif
Hasil
tes yng diperoleh dari siswa dianalisis untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan keaktifan dengan menggunkan metode pembelajaran Inkuiri Learning
pada mata pelajaran IPA Analisis ini dilakukan dengan menghitung jumlah
siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Serta menghitung nilai
rerata kelas. Jika minimal 75 dari siswa mencapai KKM.
Minimal
KKM yakni sebesar 65 dan rerata nilai kelas minimal 65 sesuai dengan kriteria
keberhasilan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi
metode pembelajaran Inkuiri learning dapat meningkatkan pemahaman siswa
pada mata pelajaran IPA.
Untuk
mencari perhitungan nilai rerata kelas menggunakan rumus mean.
Keterangan
:
Mean:
nilai rerata
∑x:
jumlah seluruh nilai
N:
jumlah siswa
b.
Analisis
data kualiatif
Untuk
data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi atas hasil pengamatan
terhadap guru dan siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung dianalisis
dengan menggunakan model alur.
1. Reduksi Data
Reduksi
data merupakan proses menyeleksi, menentukan focus, menyederhanakan, meringkas,
dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan (M. B. M. & A. M.
Huberman, 2009).
Penelitian ini dilakukan pemfokuskan dan penyisihan data observasi pembelajaran
tematik yang kurang bermakna. Data yang diperoleh direduksi dengan memfokuskan
perhatian pada hal-hal yang berkenaan dengan aspek-aspek pemahaman terhadap
pembelajaran tematik.
2. Penyajian Data
Setelah
reduksi data siap dibeberkan. Artinya, tahap analisis sampai pada pembeberan
data. Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu
dibeberkan dengan tertata rapi dalam bentuk narasi plus matriks, grafik, dan
diagram (M. mattew B. & A. M. Huberman, 2009a).
Dalam penelitian ini data yang telah direduksi, dipaparkan secara sistematis
dalam bentuk diagram atau grafik untuk memudahkan pemhaman sehingga memudahkan
dalam penarikan kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan
kesimpulan dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang
ditarik pada akhir siklus I, ke kesimpulan terevisi pada akhir siklus II dan
seterusnya, dan kesimpulan terakhir pada akhir siklus terakhir. Kesimpulan yang
pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dengan kesimpulan pertama
sebagai pijakan (M. mattew B. & A. M. Huberman, 2009).
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan tidak hanya terbatas pada data
tentang perubahan/peningkatan.
G. Kriteria
Keberhasilan Data
Indikator keberhasilan
yang ingin dicapai dengan PTK ini adalah menumbuhkan sikap cermat dan mandiri
serta meningkatkan nilai hasil belajar peserta didik pada pembelajaran subtema
hidup rukun dengan menggunakan model Inkuiri Learning. Peserta didik
yang menjadi objek penelitian dikatakan berhasil jika kemampuan
mengidentifikasi pada pembelajaran subtema hidup rukun memperoleh nilai KKM 65 sebanyak 85%. Jadi
apabila peserta didik sudah tercapai KKM 85% maka penelitian tindakan kelas
dinyatakan berhasil atau menumbuhkan sikap cermat dan mandiripun dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
|
Agustina, K., Sahidu, H., & Gunada, I. W. (2020). Penerapan
Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media PheT Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Berpikir Kritis IPA Peserta Didik SMA. 6(1).
Ana
Jayanti, B. D. A. (2018). Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Barru. April,
23–28.
Budiyono,
A., & Hartini, H. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Wacana Didaktika, 4(2),
141–149. https://doi.org/10.31102/wacanadidaktika.4.2.141-149
Dahemmuksi,
G. (2019). Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Keterampilan
Proses Sains Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Negeri Merangin.
Dewi,
C., Utami, L., & Octarya, Z. (2020). Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Integrasi Peer Instruction terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA
pada Materi Laju Reaksi. 3(2), 196–204.
Hariyadi,
D., Rahayu, S., Universitas, P. D., & Malang, N. (2016). Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Berbasis Lingkungan Terhadap Keterampilan Proses Dan
Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas VII Pada Materi Ekosistem. 1567–1574.
Harjilah,
N., Medriati, R., & Hamdani, D. (2019). Penerapan Model Inkuiri Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Pada Mata Pelajaran IPA. 2(2), 79–84.
Kurniawati,
I. D., & Diantoro, M. (2014). Penerapan Pembelajaran Inkuiri Integrasi
Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
10, 36–46. https://doi.org/10.15294/jpfi.v10i1.3049
Kusdiastuti,
M., Harjono, A., & Sahidu, H. (2016). Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Berbantuan Laboratorium Virtual Terhadap Penguasaan Konsep IPA Peserta
Didik. II(3), 116–122.
M.
Hajirin, W. S. I. G. A. G. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran IPA Kelas X IPA
SMA Negeri. 9(1), 63–74.
Mohammad
Liwa Ilhamdi, D. N. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap
Kemampuan Berpikir Kristis IPA SD.
Murni,
S. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA dan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik.
Sukma,
Laili Komariyah, M. S. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri (Guided Inkuiri)
Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa.
Susilawati,
S., Rahman, A. H., & Fitriyanto, S. (2019). Penerapan Penerapan Model
Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains dalam
Pembelajaran IPA.
Syahriani
Yulianci, Gunawan, A. D. (2017). Model Inkuiri Berbantuan Multimedia
Interaktif Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA Peserta Didik. 3(2).
Tari,
F. A. (2020). Penerapan Penggunaan Modul Berbasis Inkuiri Berbantuan PhET
Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas Islam Al-Falah Kota
Jambi.
Wahyuni,
S., Kosim, K., & Gunawan, G. (2018). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA
Berbasis Inkuiri Berbantuan Eksperimen Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep
Siswa. Jurnal Pendidikan IPA Dan Teknologi, 4(2), 240.
https://doi.org/10.29303/jpft.v4i2.891
Wandika.
(2020). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep IPA
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Jambi.
Wulan,
D. D., & Sungkowo, B. T. (2021). Penerapan model pembelajaran inkuiri
terhadap penguasaan konsep IPA siswa kelas X SMA Negeri I Lawang pokok bahasan
suhu dan kalor. 1(7), 570–577.
https://doi.org/10.17977/um067v1i7p570-577
Yohana
Salwati, S. D. A. (n.d.). Penerapan Model Pembelajaran Dan Keterampilan
Proses Sains Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Yono
Edy Kristanto, H. S. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP.
100–102.