Rabu, 22 Mei 2024

 

 

BAB I

 PENDAHULUAN

 

A.  Latar Belakang Masalah

Pendidikan di era global menjadi kebutuhan yang sangat menentukan  bagi masa depan seseorang. Tanpa melalui proses pendidikan yang baik, sulit akhirnya bagi seseorang untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan  zaman. Bahkan sangat penting bagi tatanan kehidupan kolektif dalam rangka membangun fondasi jalan yang kokoh menuju terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, berkembang, mandiri dan kompetitif.

Dikutip dari situs lifestyle.bisnis.com, Tunggul Harwanto selaku Pendiri Yayasan Rumah Literasi Indonesia mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang menjadikan Indonesia memiliki tingkat literasi rendah yaitu; kurangnya dukungan atau keterlibatan keluarga dalam membangun budaya membaca di rumah, akses buku yang berkualitas belum merata di sejumlah daerah yang membuat anak-anak tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan referensi buku yang beragam, masyarakat belum sepenuhnya mengambil peran untuk meningkatkan ekosistem literasi yang produktif bagi anak-anak, pemerintah dinilai belum mampu mengembangkan program literasi berbabasis gerakan.

1

Kurangnya literasi di Indonesia pada saat ini sangat berdampak untuk masa depan negara ini. Terlebih lagi, dampak ini sangat dirasakan pada generasi sekarang. Adapun dampak dari kurangnya literasi yaitu, rendahnya pengetahuan analisis, problem solving dan critical thinking yang menjadi pondasi utama untuk kecerdasan intelektual. Tidak hanya itu dampak yang terjadi bila kurangnya literasi, banyak dampak lain yang bisa membuat negara Indonesia ini tertinggal jauh dibanding negara lain. Dampak kurangnya literasi di kalangan masyarakat sekarang dapat dilihat dari banyaknya hoaks yang tersebar di media sosial yang memicu perpecahan antara pihak satu dengan pihak yang lain, hal ini juga dapat menghasilkan kriminalitas dari kebodohan yang diakibatkan oleh hoaks yang tersebar di kalangan masyarakat. Lalu, dampak yang sangat fatal dari kurangnya literasi adalah buta huruf, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang buta huruf.

Membaca merupakan kegiatan atau proses menerapkan sejumlah ketarampilan mengolah teks bacaan dalam rangka memahami isi bacaan. Membaca dapat dikatakan sebagai kegiatan memperoleh informasi atau pesan yang disampaikan oleh penulis dalam tuturan bahasa tulis. Walaupun informasi bisa ditemukan di media lain seperi televisi dan radio, namun peran membaca tak dapat digantikan sepenuhnya. Membaca tetap memegang peranan pening dalam kehidupan sehari-hari karena tidak semua informasi bisa didapatkan dari media televisi dan radio (Farida Rahim, 2018).

Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari bagi manusia, karena Bahasa merupakan alat komunikasi. Pentingnya Bahasa tersebut dapat dillihat pada setia[ aktivitas manusia yang selalu menggunakan Bahasa sebagai wahana pokoknya. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional. Pembelajaran Bahasa Indinesia di jenjang Pendidikan mulai dari SD, SMP/MTs dan SMA, karena itu Bahasa Indonesia merupakan ilmu pengetahuan yang wajib disamapaikan atau diajarkan.

Proses komunikasi terdapat empat ketarampilan yang berbeda, namun saling berhubungan yaitu meniymak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspkel tersebut itu perlu mendapatkan perhatian sepenuhnya di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Pada umumnya, siswa kurang berminat pada kegiatan menulis, mereka lebih menyukai berkomunikasi secara lisan karena berkomunikasi secara lisan lebih mudah dibandingkan berkomunikasi secara tertulis. Hal inilah yang menyebabkan siswa tidak mampu melakukan kegiatan menulis sebagai berwujudan bentuk komunikasi tertulis. Siswa menganggap materi tentang menulis menjadi momok bagi siswa-siswi di SD, SMP/MTs dan SMA dikarenakan anak miskin akan pengetahuan. Penyebab miskin pengetahuan adalah anak tidak suka membaca, sehingga anak tidak mempunyai refrensi untuk dijadikan bahan menulis (Vioni Saputri, dkk. 2018).

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) merilis hasil studi PISA 2022, pada Selasa (5/12). Hasil PISA 2022 menunjukkan peringkat hasil belajar literasi Indonesia naik 5 sampai 6 posisi dibanding PISA 2018. Peningkatan ini merupakan capaian paling tinggi secara peringkat (persentil) sepanjang sejarah Indonesia mengikuti PISA.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, menyampaikan bahwa peningkatan peringkat ini menunjukkan ketangguhan sistem pendidikan Indonesia dalam mengatasi hilangnya pembelajaran (learning loss) akibat pandemi
. Peningkatan posisi Indonesia pada PISA 2022 mengindikasikan resiliensi yang baik dalam menghadapi pandemi Covid-19. Skor literasi membaca internasional di PISA 2022 rata-rata turun 18 poin, sedangkan skor Indonesia mengalami penurunan sebesar 12 poin, yang merupakan penurunan dengan kategori rendah dibandingkan negara-negara lain. PISA diselenggarakan setiap tiga tahun oleh OECD untuk mengukur literasi membaca, matematika, dan sains pada murid berusia 15 tahun. Pada 2022, PISA diikuti oleh 81 negara, yang terdiri dari 37 negara OECD dan 44 negara mitra. Selain menggunakan PISA, sejak 2021 Indonesia telah melaksanakan Asesmen Nasional (AN) untuk memetakan kualitas pendidikan di setiap sekolah dan daerah secara lebih komprehensif.

Membaca menjadi bagian dalam keterampilan berbahasa, hal ini dijelaskan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, melalui membaca informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh. Dalman Susanto juga menjelaskan pendidikan di sekolah dasar memberikan bekal bagi siswa agar memiliki kemampuan dasar membaca  dalam mempersiapkan mereka untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Kemampuan membaca yaitu bagaimana cara seorang anak atau siswa membaca suatu bacaan. Hal itu sangat berhubungan dengan tujuan membaca yaitu membaca untuk studi, membaca untuk kesenangan dan membaca untuk usaha. Kemampuan membaca untuk studi berhubungan dengan bahan bacaan yang akan dibaca. Guru hendaknya mengajarkan si pembaca untuk dapat menentukan bahan bacaan mana yang akan dibaca, tentunya yang berhubungan dengan informasiyang dicari oleh siswa atau pembaca (Dalman, 2014).

Perintah membaca juga terdapat dalam Al-Qur'an memiliki makna dan tujuan yang mendalam bagi seluruh umat Islam. Terutama menekankan pentingnya mencari ilmu dan pendidikan, tidak hanya tentang Islam tetapi juga tentang berbagai mata pelajaran dalam kehidupan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-’alaq ayat 1-5 sebagai berikut berikut :

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

 

Artinya :  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmu lah Yang Mahamulia,.  yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan utama dalam sistem pendidikan di Indonesia memiliki peran dalam memberikan kemampuan dasar baca, tulis, hitung dan keterampilan yang lain. Pendidikan dasar memiliki beberapa komponen pengajaran yang harus dikuasai siswa, salah satu diantaranya adalah bahasa Indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Adapun tujuan khusus pembelajaran bahasa Indonesia diantaranya agar siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra serta meningkatkan kepribadian, mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupannya.

Pembelajaran membaca di SD mempunyai peranan penting dalam pembalajaran bahasa Indonesia. Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar, dan kreatifitas anak didik. Kemampuan membaca selalu ada dalam setiap tema pembalajaran. Hal tersebut menunjukkan pentingnya penguasaan kemampuan membaca, karena kemampuan membaca merupakan salah satu standar kemampuan berbahasa dan sastra Indonesia yang harus dicapai dalam jenjang pendidikan , termasuk di jenjang sekolah dasar. Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak hanya bagi pengajaran bahasa itu sendiri, tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran yang lain.

Siswa mutlak dituntut untuk menguasai pelajaran bahasa Indonesia disekolah. Untuk itu guru mempunyai peran yang cukup penting,dimana hasil belajar siswa bukan hanya dipengaruhi oleh penguasaan guru terhadap materi pelajaran tetapi model pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Namun dengan adanya berbagai macam model pembelajaran. Terkadang siswa masih sangat sulit untuk menyelesaikan sesuatu masalah dalam bahasa Indonesia yang diberikan. Sala satu kesulitan siswa dalam menyelesaikan maslah masalah seperti yang dikemukakan di atas adalah kurang mempunyai kemampuan dalam menelaah materi yang diberikan.

Berdasarkan pengamatan awal penulis di kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi pada saat proses pembalajaran bahasa Indonesia, penulis menemukan bahwa kemampuan membaca siswa masih  sangat rendah. Hal ini dapat dilihat ketika siswa membaca teks isi bacaan buku paket yang diberikan, terlihat belum lancar dan terbata-bata dalam bacaannya ditemukan kesalahan dalam pelafalan kalimat yang dibaca. Kemudian dari hasil pre test awal penulis saat proses pembelajaran bahasa Indonesia mengenai bacaan siswa dari segi kelancaran dan intonasi bacaan, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari siswa yang berjumlah 22 adalah 55. Rata-rata tersebut belum masuk dalam kategori cukup apalagi kategori baik. Ketuntasan belajar klasikal juga baru mencapai 40% karena hanya 14 siswa mencapai ATP.

Hal ini menyebabkan siswa terkadang hanya datang, duduk, diam dan mendengar sehingga hasil ujian akhir semester ganjil siswa memperoleh nilai rata-rata 65,55 belum mencapai nilai yaitu 70 yang ditetapkan sekolah tersebut. Oleh karena itu diperlukan sebuah model pembelajaran yang menarik bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa adalah Model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition).  

CIRC merupakan salah satu tipe model pembelajaran Cooperative Learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca  untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah (Inayah, 2017).

Model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen. Model ini sangat tepat digunakan untuk memperbaiki kemampuan membaca siswa karena model ini berfokus pada bahasan membaca. Model ini melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran ini, guru dapat berperan aktif sebagai fasilitator dan juga moderator karena pada model pembelajaran CIRC ini guru membentuk kelompok belajar siswa. Dengan dibentuknya kelompok belajar akan mempermudah siswa dalam memecahkan masalah yang disajikan guru, model ini menjadi solusi yang digunakan guru dalam pembalajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis termotivasi untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Penerapan   Model  Pembelajaran Cooperative Intergrated Reading Composition (CIRC) Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Pada Bahasa Indonesia Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Kemampuan membaca  siswa Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi masih rendah.

2. Siswa tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil Kemampuan Membaca .

3. Guru belum sepenuhnya dalam menentukan model pembelajaran sehingga tidak variatif.

 

 

C. Fokus Penelitian

        Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti memfokus penelitian yaitu

1.      Model Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dalam meningkatkan kemampuan membaca Bahasa Indonesia

2.      Pembelajaran CIRC difokuskan pada siswa kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi

3.      Materi yang diterapkan dalam Pembelajaran CIRC diambil dari buku paket bahasa Indonesia kelas IV yaitu Membaca teks prosedur

D.  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Intergrated Reading Composition (CIRC) dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Pada Bahasa Indonesia Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi?”.

E. Tujuan Penelitian

         Berdasarkan Rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Intergrated Reading Composition (CIRC) dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Pada Bahasa Indonesia Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi.

F. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

        Dapat menambah pengetahuan bagi peneliti tentang Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Intergrated Reading Composition (CIRC) Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Pada Bahasa Indonesia Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi.

 b. Praktis

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk membaca serta meningkatkan kontinuitas dan hasil belajar siswa  pada pejalaran bahasa Indonesia.

2. Bagi guru, dapat membantu guru dalam menumbuh kembangkan minat siswa untuk membaca serta dapat meningkatkan kontinuitas dan hasil belajar siswanya.

3. Bagi sekolah, dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan sebagai bahan kajian untuk menentukan kebijakan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

 

 

 

 

BAB II

KERANGKA TEORI

 

A. Kajian Teoritis

1. Belajar dan Pembelajaran

  a. Pengertian Belajar

      Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa berjalan menjadi bisa berjalan, tidak dapat membaca menjadi dapat membaca (Zainal Aqib, 2018). Sadirman AM Cicih Juarsih (2016) Belajar dapat diartikan secara sederhana yakni, sebuah proses yang dengannya organisme memperoleh bentuk – bentuk perubahan perilaku yang cenderung terus mempengaruhi model perilaku umum menuju pada sebuah peningkatan. Belajar adalah proses intraksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, atau hal – hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra (Setyo Budi, 2018)

    Zainal Aqib (2018) Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar.      Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan diri seseorang atau tingkah laku dalam mengembangakan pengetahuan yang yang dimilikinya sehingga membuat dia lebih memmahami sesuatu lebih mendalam.

b. Teori-teori belajar

1). Teori Behavioristik

8

      Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi stimulus dan respon. Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal dengan aliran behavioristik. Aliran ini berpendapat bahwa belajar merupakan model hubungan stimulus dan respon dari siswa yang belajar sebagai individu yang pasif (Mursyidi, 2019).

Behaviorisme menggambarkan manusia sebagai makhluk yang digerakkan semuanya oleh lingkungan atau apa yang disebut dengan Homo Mecanicus. Salah satu tokoh aliran Behaviorisme ini adalah Watson. Behaviorisme pada dasarnya semua pengalaman dari pengamatan serta struktur- struktur dalam masyarakat yang pada akhirnya akan menjadi perilaku kita. Teori ini selalu mengasumsikan manusia, bahwa perilaku manusia dianggap seperti mesin, yang selalu berhubungan antara satu sama lainnya, manusia dianggap bersifat hedonitis, yakni selalu mencari kesenangan dan menghindari kerugian (Rohim, 2016).

2) Teori Humanistik

      Teori humanistik berasumsi bahwa teori belajar apapun baik dan dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu pemcapaian aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang belajar secara optimal (Assegaf, 2011). Teori Humanistik ini bermula pada ilmu psikologi yang amat mirip dengan teori kepribadian. Sehingga dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka teori ini diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran formal maupun non formal dan cenderung mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam dunia pendidikan.

Teori ini memberikan suatu pencerahan khususnya dalam bidang pendidikan bahwa setiap pendidikan haruslah berparadigma Humanistik yakni, praktik pendidikan yang memandang manusia sebagai satu kesatuan yang integralistik, harus ditegakkan, dan pandangan dasar demikian diharapkan dapat mewarnai segenap komponen sistematik kependidikan dimanapun serta apapun jenisnya.

3) Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi dunia pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme alangkah lebih baiknya di ketahui dulu konetruktivisme itu sendiri. Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, bahwa konstruktivisme merupakan sebuah teori yang sifatnya membangun, membangun dari segi kemampuan, pemahaman, dalam proses pembelajaran. Sebab dengan memiliki sifat membangun maka dapat diharapkan keaktifan dari pada siswa akan meningkat kecerdasannya.

Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup. Kontruktivisme melandasi pemikirannya bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang given dari alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif manusia itu sendiri. Setiap kita akan menciptakan hukum dan model mental kita sendiri, yang kita pergunakan untuk menafsirkan dan menerjemahkan pengalaman. Belajar, dengan demikian semata – mata sebagai suatu proses pengaturan model mental seseorang untuk mengakomodasi pengalaman–pengalaman baru (Suyono & Hariyanto, 2014).

Sedangkan, belajar dalam pandangan konstruktivisme betul – betul menjadi usaha individu dalam mengkonstruksi makna tentang sesuatu yang dipelajari. Konstruktivisme merupakan jalur alami perkembangan kognitif. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa siswa datang ke ruang kelas dengan membawa ide – ide, keyakinan, dan pandangan yang perlu diubah atau dimodifikasi oleh seorang guru yang memfasilitasi perubahan ini, dengan merancang tugas dan pertanyaan yang menantang seperti membuat dilema untuk diselesaikan oleh peserta didik (Yaumi & Hum, 2013).

4) Teori Kognitif

Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-peristiwa Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks (Nugroho, 2015).

 

 

            Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif leih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya (Bahruddin, 2015). Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari prses belajar hanya sebagai hubungan stimulusrespon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku sesorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Perubahan Belajar merupakan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebaigai tingkah laku yang Nampak (Baharuddin, 2015).

Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian bahawa dari sistuasi salaing berhubungan dengan seluruh kontek situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi /materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecilkecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan infirnasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang ssangat komplek. Prose belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diitrerima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan sudah terbentuk dalam diri sesorang berdasarkan pemahman dan pengalaman-pengalaman sebelumnnya. Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti: “tahap-tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh j.piaget, advance organizer oleh ausubel, pemahaman konsep oleh bruner, hirarki belajar oleh gagne, webteacing oleh norman dan sebagainya (Budiningsih, 2015).

 

2.    Model Pembelajaran CIRC

Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), termasuk salah satu tipe model pembelajaran Cooperative Learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca  untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah (Inayah, 2017).

CIRC adalah komposisi terpadu membaca  secara kooperatif,dalam kelompok. Dalam model p-embelajaran ini,siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

Knapp  (dalam Muhammad Syarif 2016) mendefinisikan an instructional model is a step-by-step procedur that leads to specific learning outcomes. Joyce & Weil mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi, model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran (Mohamad Syarif Sumantri, 2016).

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil yaitu 4-5 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akdemik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan mendapatkan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan secara positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu dan mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok. Sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.

 

3. Langkah-langkah penggunaan Model CIRC

Model pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu pertama kali dikembangkan oleh Slavin dengan langkah-langkah :

a.    Membentuk kelompok yang anggotanya 4 atau 5 orang yang secara heterogen

b.    Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran.

c.    Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas.

d.    Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.

e.    Guru memberikan penguatan.

f.     Guru dan siswa bersama membuat kesimpulan

g.    Penutup (Slavin. 2017)

        

         Menurut Huda, langkah-langkah yang dilakukan untuk menggunakan model pembelajaran CIRC adalah sebagai berikut :

a.       Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 siswa.

b.      Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran.

c.       Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas.

d.      Siswa mempresentasikan/membacakan hasil diskusi kelompok.

e.       Guru memberikan penguatan (reinforcement).

f.        Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan (Huda, 2014).

 

4. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran CIRC

            Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dikategorikan sebagai pembelajaran terpadu. Meskipun demikian model CIRC juga terdapat kelebihan dan kekurangan.

   a. Kelebihan

            Adapun kelebihan dari model pembelajaran CIRC adalah sebagai berikut :

1)      Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.

2)      Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak.

3)      Seluru kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama.

4)      Pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak.

5)      Pemeblajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permaslahan yang sering ditemui dilingkungan anak.

6)      Pembelajaran terpadu dapat menumbuh kembangkan motivasi belajar siswa kearah yang dinamis, optimal tepat guna.

7)      Menumbuh kembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain. (Huda, 2014).

b. Kekurangan model pembelajaran CIRC

Adapun kekurangan dalam model pembelajaran CIRC adalah :

1)      Terjadinya kecenderungan hanya siswa pintar saja yang aktif dalam menyampaiakan pendapat dan gagasan pada saat presentasi dilakukan.

2)      Metode ini kurang tepat jika diterapkan pada peserta didik yang kurang bisa membaca akan kesulitan. 

3)      Jika diterapkan terlalu sering peserta didik akan merasa bosan. 

4)      Peserta didik merasa jenuh jika diminta untuk membaca terlalu banyak. (Huda, 2014).

 

5. Ketarampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa yang diajarkan di sekolah meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Mengemukakan bahwa keempat keterampilan berbahasa inilah yang merupakan fokud tujuan pembelajaran berbahasa (Siti Halidjah, 2012).

 

 

Kemampuan berbahasa pada manusia dapat dikatakan merupakan fenomena yang menarik, karena kemampuan manusia dalam berbahasa tidak dapat dimiliki begitu saja tanpa melalui suatu proses yang sangat panjang, yaitu sejak manusia itu masih bayi sampai dia tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek yaitu mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam kegiatan sehari-hari setiap aspek erat sekali hubungannya dengan aspek lainnya. Keempat aspek bahasa tersebut merupakan satu kesatuan yang disebut catur tunggal, yaitu saling berhubungan satu dengan yang lainnya (Sri Sunarsih, 2016).

Keterampilan berbahasa terdiri atas 4 aspek, yakni keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan, sedangkan membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahasa ragam tulis.

a. Menyimak

Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyibunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam pendapatnya Tarigan bahwa “menyimak merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya”. Menyimakkmelibatkan penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian, bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Dalam bahasaopertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkanomelalui proses yang tidak kita sadari sehinggakkitapunntidak menyadari begitu kompleksnya proses pemmerolehan keterampilan mendengar tersebut. Berikut iniksecara singkatkdisajikan disekripsi mengenai aspek-aspek yang terkaitadalam upaya belajarkmemahami apa yang kitaosajikan dalam bahasa kedua.

Beberapa hal yang harus dikuasai berkaitan dengan keterampilan menyimak, antara lain sebagai berikut:

1). Mengingat informasi yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory)

2). Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target

3). Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna, suara, intonasi, dan adanya reduksi bentuk-bentuk kata

4). Mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order patterns)

5). Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan

6). Menebak makna dari konteks

7). Mengenal kelas-kelas kata (gramatical word classes)

8). Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis

9). Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya.

   Keterampilan reseptif lainnya selain menyimak adalah keterampilan membaca. Perbedaan antara menyimak dan membaca terletak pada jenis ragamnya, mendengarkan identik dengan ragam lisan, sedangkan membaca identik dengan ragam tulis. Beberapa hal yang harus dikuasai berkaitan dengan kemampuan membaca, antara lain (Mantasiah, 2020).

b. Membaca

Membaca merupakan keterampilankreseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara. Kemampuan keterampilan membaca merupakan keharusan dalam kehidupan, tidak hanya dari segi kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan membaca peserta didik akan lebih mengetahui segala sesuatu, peserta didik juga akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi. Keterampilan membaca merupakan modal utama peserta didik. Dengan kemampuan tersebut, peserta didik dapat mempelajari ilmu lain, dapat mengomunikasikan gagasannya dan dapat mengekspresikan dirinya.

Membaca pada hakikatnya suatu hal yang rumit sebab melibatkan banyak hal, bukan hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas seperti: visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses membaca secara visual merupakan proses menerjemahkan symbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pengalaman kreatif (Muhammad Irfan, 2016).

Istilah yang sering dipakai dalam memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata atau kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis dalam kata-kata.

c. Berbicara

       Keterampilan berbicara adalah keterampilan berbahasa produktif yang digunakan untuk mengungkapkan secara lisan pikiran dan perasaan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan secara lisan kepada lawan bicara (Retno, 2019).

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuknmengekspresikan, mengatakan serta menyatakan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengarnmenerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara. Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semi aktif, dan non interaktif. Situasisituasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintanlawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara.

 

 

d. Menulis

Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalamnsuatu struktur tulisan yang teratur.

Keterampilan menulis memiliki persamaan dengan keterampilan berbicara. Pada keterampilan menuli, penulis bukan hanya sekedar menyalin atau menyampaikan kata-kata dan kalimat-kalimat melainkan juga dituntut untuk mampu mengembangkan dan memberikan gagasan terkait topik yang dibahas. (Mantasiah, 2020).

Menulis atau mengarang itu diibaratkan seperti naik sepeda yang harus menjaga keseimbangan. Menulis bisa dianggap mudah apabila seorang sering berlatih menulis dan bisa dianggap sukar bila seorang baru terjun atau berlatih menulis sehingga tidak tahu harus memulai dari apa (Darmadi 2019). Menurut Marwoto (2017) menulis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mengungkapakan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami oleh orang lain (Marwoto, 2017).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, pengetahuan dan pengalaman-pengalaman hidupnya melalui bahasa tulis yang jelas sehingga pembaca mengerti apa yang dimaksud penulis.

 

6. Keterampilan Membaca

a. Pengertian Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang membutuhkan pikiran dan tenaga, dan kemampuan tersebut selalu terkhususkan pada bidang tertentu. Dalam meningkatkan kinerja, seorang pegawai atau karyawan harus sekali meningkatkan keterampilan yang dimiliki saat ini. Dengan memiliki keterampilan yang dapat digunakan dalam pekerjaan, maka karyawan atau pegawai akan siap bekerja karena telah memiliki keterampilan.

Keterampilan dapat menunjukkan pada aksi khusus yang ditampilokan atau pada sifat dimana keterampilan itu dilaksanakan. Banyak kegiatan dianggap sebagai suatu keterampilan, terdiri dari beberapa keterampilan dan derajat penguasaan yang dicapai oleh seseorang menggambarkan tingkat keterampilannya. Hal ini terjadi karena kebiasaan yang sudah diterima umum untuk menyatakan bahwa satu atau beberapa pola gerak atau perilaku yang diperluas bisa disebut keterampilan, misalnya menulis, memainkan gitar atau piano, menyetel mesin, berjalan, berlari, melompat dan sebagainya. Jika ini yang digunakan maka kata “keterampilan” yang dimaksud adalah kata benda (Fauzi, 2015).

Keterampilan membaca merupakan landasan bagi pertumbuhan intelektual. Pada masyarakat global, individu terpelajar menjadi sangat penting kedudukannya bagi pengembangan sosial dan ekonomi. Semakin terpelajar suatu masyarakat maka semakin dekat masyarakat tersebut menuju pada suatu masyarakat madani yang dicita-citakan: adil, demokratis, beradap dan bermutu taraf kehidupannya. Untuk meningkatkan mutu tersebut, Negara berkewajiban memaksimalkan potensi sumber daya manusia, sumber daya social dan sumber daya material. Salah satunya adalah melalui peningkatan kualitas membaca (Bahrul Hayat, 2018).

Sejalan dengan pendapat di atas menurut Klein dkk, mengemukakan bahwa membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks atau pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peran yang utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Ketiga, membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa membaca merupakan proses memahami kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum isi bacaan tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri (Farida Rahim, 2018.

b. Mengenal Huruf

        Kemampuan mengenal huruf adalah tahap perkembangan anak dari belum tahu menjadi tahu tentang keterkaitan bentuk dan bunyi huruf, sehingga anak dapat mengetahui bentuk huruf dan memaknainya (Soenjono, 2017).

   Carol Seefelt dan Barbara A. Wasik (2018) mengatakan bahwa kemampuan mengenal huruf adalah kesanggupan melakukan sesuatu dengan mengenali tandatanda atau ciri-ciri dari tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa. Dalam Peraturan menteri Pendidikan Anak Usia Dini menyampaikan bahwa kemampuan mengenal huruf merupakan bagian dari perkembangan bahasa anak, yaitu kemampuan mengetahui simbol-simbol huruf dan mengetahui huruf depan dari sebuah benda.

   Lebih lanjut Carol Seefelt dan Barbara A. Wasik (2018) mengatakan bahwa membaca merupakan keterampilan berbahasa yang merupakan proses bersifat fisik dan psikologis. Keterampilan yang dikembangkan adalah huruf cetak. Mereka mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan huruf cetak. Belajar mengenal huruf untuk mencapai kemampuan membaca awal bagi anak-anak.

 

7. Hakikat Membaca

a.    Pengertian Hakikat

Hakikat adalah berhubungan dengan makna atau arti, bukan fakta yang terjadi. Asal usul kata hakikat adalah dari bahasa Arab “Al-Haqq” yang artinya hak. Makna hak yang menjadi kata dasar hakikat adalah benar, kepunyaan, adat kebiasaan, atau benar-benar ada.

Kridalaksana (2018) mengemukakan bahwa dalam kegiatan membaca melibatkan dua hal, yaitu (1) pembaca yang berimplikasi adanya pemahaman dan (2) teks yang berimplikasi adanya penulis.

Syafi’ie menyebutkan hakikat membaca adalah:

1)      Pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi bacaan. 

2)      Kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan. 

3)      Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyai. 

4)      Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan. 

5)      Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut. 

6)      Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. 

7)      Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam tulisan. Kegatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang membawa makna (Syafi’ie 2019).

 

Uraian di atas mengisyaratkan bahwa membaca  mengandung pengertian sebagai proses pengolahan bacaan berupa paparan bahasa tulis yang tersusu dari material bahasa, dan tertata dalam tatatuturan tertetentu yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh  yang komprehensif tentang bacaan itu, serta penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. Dengan demikian,  yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah  teks bacaan secara literal dan sebagain dibantu dengan  interpretative.

b.    Proses membaca

Membaca adalah suatu proses yang bersifat kompleks, meliputi kegiatan yang bersifat fisik dan mental. Membaca  pada tingkat sekolah dasar, khususnya pada siswa kelas IV menjadi bagaian yang terpisahkan dari prinsip-prinsip membaca secara umum, yaitu sebagai berikut:

1.    Membaca bukan hanya mengenal dan membunyikan huruf, tetapi kegiatan membaca melampaui pengenalan huruf dan bunyi.

2.    Membaca dan menguasai bahasa terjadi serempak. Seseorang tidak dapat dikatakan mempunyai keterampilan membaca jika ia tidak menguasai bahasa.

3.    Membaca dan berfikir terjadi serempak. Orang tidak dapat membaca tanpa mempergunakan pikiran dan perasaannya.

4.    Membaca berarti memahami. Ini berarti kegiatan membaca bermuara pada  (Tarigan, 2014).

 

c.    Aspek-aspek membaca

Kegiatan dapat berjalan dengan baik bila dikaitkan dengan delapan aspek kegiatan membaca pemhaman sebagai berikut :

1.    Aspek sensori yaitu kegiatan mengamati seperangkat gambar-gambar bunyi bahasa menurut sistem ortografi ( tulisan ) tertentu.

2.    Aspek persepsi yaitu kegiatan membaca yang merupakan aspek dalam menginterpretasi kata-kata sebagai simbol lambang bunyi yang mengacu kepada konsep tertentu.

3.    Aspek sekuensi atau urutan, yaitu kegiatan membaca yang merupkan aspek sekuensi atau urutan, mengikuti rangkaian tulisan secara linear, logis , dan sistematis menurut kaidah tata bahasa Indonesia.

4.    Aspek eksperimental, yaitu kegiatan membaca yang menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki dengan teks bacaan untuk memperoleh .

 

5.    Aspek asosiasi yaitu kegiatan membaca yang mencoba memahami hubungan antara gambar bunyi serta hubungan antara kata dengan artinya.

6.    Aspek berpikir yaitu kegiatan membaca untuk membuat kebiasaan berpikir dan bernalar.

7.    Aspek belajar yaitu kegiatan membaca dengan mengingat-ngingat hal-hal yang telah dipeljari dimasa lalu dan meramunya dengan ide – ide serta fakta-fakta baru yang diperoleh dari bacaan.

8.    Aspek efektif yaitu kegiatan mebaca yang memusatkan perhatian ketika sedang membaca, membangkitkan kegemaran membaca , dan menumbuhkan motivasi membaca (Syafi’ie, 2022).

Berdasarkan uraian di atas calon peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan membaca pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan kegiatan membaca lainnya. Perbedaan itu antara lain terletak dari kemampuan menangkap isi bacaan secara secara cepat dan tepat. Oleh karena itu, proses kegiatan membaca  pada tingkat pendidikan sekolah dasar, khususnya pada siswa kelas IV adalah bermuara pada  isi teks bacaan secara sederhana sebagaimana yang tergambar dalam ruang lingkup penelitian ini.

 

d.    Pengukuran Kemampuan Membaca

Pelaksanaan pengukuran kegiatan membaca  dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu (1) dilihat dari waktu pengukurannya ada dua cara yang dapat ditempuh. Yang pertama, kemampuan membaca dapat diukur selama kegiatan membaca berlangsung. Pengukuran seperti ini terjadi misalnya pada penggunaan tes atau penggunaan teknik paraphrase dalam mengukur sejauh kemampuan subjek membaca. Yang kedua, pengukuran terhadap hasil subjek membaca atau pada kegiatan membaca akhir. Pengukuran semacam ini banyak dijumpai pada pengukuran kemampuan subjek memahami isi bacaan. (Syafi’ie, 2022)

Proses kognitif pembacanya juga dapat dilakukan dengan dua cara yang pertama adalah dengan cara mengenali kembali is teks. Cara pengukuran ini biasanya selama proses kegiatan membaca berlangsung. Dan cara yang kedua adalah dengan cara mengingat kembali isi bacaan. Cara ini dilakukan setelah proses membaca terjadi. Pada umumnya, kegiatan membaca dapat dibedakan atas berbagai macam atau jenis. Perbedaan itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : (1) perbedaan tujuan,(2) perbedaan bentuk dan penampilan,dan (3) perbedaan kesiapan mental atau intelektual membaca (Alfianika, 2016). Di antara jenis – jenis membaca tersebut adalah membaca keras, membaca dalam hati, membaca , membaca teknis, dan sebagainya. Jadi,membaca pemhaman merupakan salah satu jenis membaca di antara jenis – jenis membaca yang cukup banyak jumlahnya.

Menurut Mountain (Farida, 2018: 2) membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses penerjemahan symbol tulis ( huruf ) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu prose berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemhaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan  kreatif. Pengenalan kata bias berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus. Ada juga pengertian membaca menurut Ronald (Subana, 2016: 223) adalah suatu kegiatan aktif karena pembaca tetap aktif membaca sambil mencari informasi, kegiatan itu juga interaktif dalam arti bahwa pembaca berinteraksi dengan teks, si pembaca dituntut untuk berpartisipasi secara konstruktif dan terusmenerus.

 

8. Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Kemampuan Berbahasa

        Menurut  Depdiknas tahun 2008 bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Sedangkan bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun. (Permendiknas No 22 Tahun 2016)

         Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti yang pertama kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu dan kedua berada. Kemampuan sendiri mempunyai arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan.

      Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa merupakan kesanggupan, kecakapan, kekayaan ucapan pikiran dan perasaan manusia melalui bunyi yang arbiter, digunakan untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam percakapan yang baik.

 

 b. Indikator Membaca

       Menurut Nurhidayah (2017) merumuskan terdapat beberapa indikator membaca adalah sebagai berikut: 1) Kemampuan untuk menemukan gagasan utama setiap paragraf. 2) Kemampuan untuk menemukan makna dari kata-kata sulit dan membuat kalimat dari kata sulit tersebut. 3) Kemampuan untuk menjawab pertanyaan secara komperhensif dari bahan bacaan. Ketika guru memberikan ssbuah teks utuk dapat diisi bersadsarkan teks yang disajikan maka siswa akaan dengn mudah dan sudah mengetahui isi dari pertanyaan yang diberikan. 4) Kemampuan untuk menceritakan kembali bahan bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri. 5) Kemampuan untuk menyimpulkan bahan bacaan. Ketika siswa sudah dapat memahmai bacaan siswa akan lebih mudan dan dapat menyimpukan secara menyeluruh terhadap isi bacaan namun lebih singkat padat dan jelas.

B. Studi Relevan

Berikut ini beberapa hasil penelitian relevan yang dilakukan peneliti dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut.

No

Nama & Deskripsi

Persamaan

Perbedaan

1

Sulastri, 2016. Pengaruh hasil belajar siswa menggunakan metode CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMP Negeri Jati Wales

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model CIRC

Perbedaan penelitian penulis dengan Sulastri adalah dimana penulis memfokuskan pada siswa kelas IV SD, sementara Sulastri memfokuskan penelitian pada siswa kelas VIII SMP

2

Salim, 2015 Pendekatan metode CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V materi membaca pelajaran bahasa Indonesia di SDN 77/IV Kota Cianjur

Kesamaan antara penulis dengan penelitian Salim adalah sama-sama membahas materi membaca

Sementara perbedaan penulis dengan Salim terletak pada pendekatakan metode antara hasil yang dicapai dengan kemapuan siswa

3

Nurmala, 2014 Penerapan Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dalam Peningkatan Pembelajaran Bahasa Indonesia tentang Menulis Puisi Bebas pada Siswa Kelas VA SD Negeri Selang

Pada penelitian saudari Nurmala dengan penulis kesamaanya terletak pada model yang digunakan yaitu CIRC

Adapun perbedaanya terletak pada Menulis dan membaca, dimana penulis memfokus pada membaca, sementara Nurmala pada menulis

4

Afdal, 2015 Penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam pembelajaran Sosiologi pada pokok bahasan Konflik Sosial siswa kelas XI di SMA Negeri 06 Jember

Kesamaan penelitian penulis dengan Afdal adalah sama-sama menerapkan model CIRC

Sedangkan perbedaanya terletaka pembelajaran yaitu penulis mengambil bahasa Indonesia, sementara Afdal memfokus pada Sosiologi

5

Sandy, 2018  Pelaksanaan metode CIRC dalam kemampuan membaca intensif siswa pada        pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batu

Penelitian Sandy dan penulis sama-sama memfokus pada kemampuan membaca

Sementara perbedaan terletak pada kelas siswanya yaitu saudara Sandy mengambil pada siswa kelas VII SMP sementara penulis mengambil kelas IV SD

 

            Hasil penelitian di atas dapatlah disimpulkan bahwa adanya perbedaan dan persamaan antara penelitian penulis dengan penelitian terdaulu, seperti yang di kemukakan oleh Sulastri bahwa persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model CIRC. Perbedaan penelitian penulis dengan Sulastri adalah dimana penulis memfokuskan pada siswa kelas IV SD, sementara Sulastri memfokuskan penelitian pada siswa kelas VIII SMP. Begitu juga dengan penelitian yang dikemukakan oleh Salim Adapun kesamaan antara penulis dengan penelitian Salim adalah sama-sama membahas materi membaca, sementara perbedaan penulis dengan Salim terletak pada pendekatakan metode antara hasil yang dicapai dengan kemapuan siswa.

 

Penelitian saudari Nurmala yang mengemukan penelitian tentang Penerapan Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) juga dapat Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Indonesia tentang Menulis Puisi Bebas pada Siswa Kelas VA SD Negeri Selang. Pada penelitian saudari Nurmala dengan penulis kesamaanya terletak pada model yang digunakan yaitu CIRC. Adapun perbedaanya terletak pada Menulis dan membaca, dimana penulis memfokus pada membaca, sementara Nurmala pada menulis. Demikian juga penelitian Afdal yang mengemukana penelitian tentang Penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam pembelajaran Sosiologi pada pokok bahasan Konflik Sosial siswa kelas XI di SMA Negeri 06 Jember dimana terdapat kesamaan penelitian penulis dengan Afdal adalah sama-sama menerapkan model CIRC Sedangkan perbedaanya terletaka pembelajaran yaitu penulis mengambil bahasa Indonesia, sementara Afdal memfokus pada Sosiologi dan begitu juga penelitian saudara Sandy, mengemukan penelitian tentang Pelaksanaan metode CIRC dalam kemampuan membaca intensif siswa pada        pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batu. Adapaun kesamaannya adalah Penelitian Sandy dan penulis sama-sama memfokus pada kemampuan membaca sedangkan perbedaan terletak pada kelas siswanya yaitu saudara Sandy mengambil pada siswa kelas VII SMP sementara penulis mengambil kelas IV SD.

 

C. Kerangka Berpikir

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan berbahasa. Dalam kegiatan pelajaran membaca agar siswa tidak merasa jenuh dengan kegiatan pembelajaran yang monoton, maka seorang guru perlu memiliki metode yang tepat untuk membuat pembelajaran membaca menjadi lebih mudah dan lebih menyenangkan. Salah satunya adalah Model Pembelajaran Cooperative Intergrated Reading Composition (CIRC). CIRC adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh yang kemudian mengkomposisikan menjadi bagian-bagian penting.

Rendahnya pemahaman bacaan siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia

 

Tindakan

Fenomena Lapangan

 

Menerapkan Model Pembelajaran Cooperative Intergrated Reading Composition (CIRC)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


                                                                                                              

Dapat Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Pada Bahasa Indonesia Kelas IV SDN  Kota Jambi5/IV Kota

 

Kondisi Akhir

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

 

D. Hipotesis Penelitian

    Penerapan model Cooperative Intergrated Reading Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa pada bahasa Indonesia Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi. Dengan demikian diharapkan model CIRC dapat membantu pembelajaran lebih menyenangkan dan meningkatkan kemampuan membaca.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

A.  Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun jenis tindakan yang diamati adalah tentang Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Intergrated Reading Composition (CIRC) Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Pada Bahasa Indonesia Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi pada semeter genap tahun ajaran 2023-2024. Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat refleksi yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini, serta situasi di mana pekerjaan ini dilakukan (Sugiyono, 2014).

PTK pada gerakan ini dikenal dengan siklus-siklus kegiatan untuk peserta didik. Kelas adalah tempat dimana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama. Dari ketiga pengertian di atas, yakni peneltian, tindakan, dan kelas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Arikunto, 2018).

Lebih lanjut Arikunto menjelaskan bahwa pengertian PTK secara lebih sistematis sebagai berikut: Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu (Arikunto, 2018).

29

Selanjutnya   I.G.A.K   Wardani,   Kuswaya   Wihardit;   Noehi   Nasution merumuskan   pengertian   penelitian   tindakan   kelas   sebagai   berikut: penelitian  tindakan  kelas  adalah  yang  dilakukan  oleh  guru  di  dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehinggahasil belajar siswa menjadi meningkat”. Penelitian tindakan kelas (PTK) sangat bermanfaat bagi guru, pembelajaran siswa, serta bagi sekolah (Igak Wardani, 2014).

Jenis penelitian tindakan kelas yang penulis gunakan adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat guru sebagai peneliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa bentuk penelitian tindakan kelas yang memandang guru sebagai peneliti memiliki ciri penting yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas, di mana guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

 

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 25/IV Kota Jambi yang beralamat di Kimaja RT.24 Kelurahan Simpang III Sipin Kecamatan Kota Baru Kota Jambi. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2023/2024 dan pelaksaannya di sesuaikan dengan jam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

 

C. Setting Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan permasalahan rill dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri 25/IV Kota Jambi, tahun pelajaran 2023/2024. Subjek penelitian ini adalah penulis sebagai peneliti, sedangkan subjek penerima PTK adalah siswa kelas IV yang berjumlah 22 siswa dengan rincian 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Dari 22 siswa tersebut, ada beberapa siswa yang belum bisa membaca dan juga banyak yang belum mampu memahami isi teks pendek.

 

D. Rencana / Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan mengacu pada model penelitian tindakan kelas sebagaimana Sugiyono yang menyatakan bahwa, “penelitian tindakan juga digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis di mana keempat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen- momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi”. Alur pelaksanaan tindakan kelas yang dimaksud dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar.1.3. Siklus PTK Model Kemmis & Taggart

 

1. Rencana

      Rencana yaitu tahapan yang akan dilakukan untuk membantu guru dalam menerapan model pembelajaran Cooperative Intergrated Reading Composition (CIRC) dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca siswa pada bahasa Indonesia Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi. Dilihat dari segi operasional kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi tahap-tahap yang saling terkait yang meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui metode  penerapan model pembelajaran Cooperative Intergrated Reading Composition (CIRC).

   Pada pertemuan awal dalam rangka orientasi lapangan terhadap fakta yang terjadi di dalam kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

 

1)   Iklim belajar sudah kelihatan kondusif, hal ini terlihat pada sikap dan perilaku siswa yang tidak gaduh dan ribut, namun keterlibatan siswa belum begitu aktif di dalam proses pembelajaran.

2)   Pola interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa sudah tampak, walaupun belum berkembang dengan baik. Hal ini masih adanya beberapa siswa yang pendiam dan menyendiri tidak mau berkomunikasi dengan teman-teman yang lain.

3)   Pendekatan pembelajaran dengan menggunakan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) sudah nampak, walaupun belum begitu optimal. Hal ini terlihat keterlibatan guru masih dominan, bila dibandingkan dengan siswa.

4)   Teknik keterampilan guru sudah terlihat. Hal ini ditandai dengan penggunaan teknik tanya jawab di dalam proses pembelajaran.

5)   Kegiatan siswa dalam membaca masih belum lancar. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang ikut-ikut menghafal bacaan tetapi untuk membaca perorangan masih banyak siswa yang belum bisa membaca lancar (Sugiyono, 2014).

2. Pelaksanaan

         Menurut Suhardjono, pada tahap ini rancangan pembelajaran yang telah direncanakan akan diterapkan. Skenario dan tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar. Pelaksanaan  tindakan  direncanakan dalam  dua  siklus dengan kompetensi dasar. Materi yang disampaikan pada  siklus I  mengenai cara anak dalam membaca sebuah cerita dan cara menentukan tema bacaan. Materi pada siklus II tentang cara memahami isi teks pendek dengan cara menyimpulkan cerita.

3. Pengamatan Atau Observasi

          Menurut Suhardjono, Pengamatan dilakukan pada waku tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung pada waktu yang sama. Observasi dilakukan menggunakan lembar pengamatan keterampilan guru dan aktivitas siswa, lembar wawancara dan lembar soal. Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk mengamati  aktivitas siswa, keterampilan guru, dan mencatat kegiatan yang terjadi pada saat  pembelajaran bahasa Indonesia mengenai materi isi teks pendek melalui model pembelajaran CIRC.

 

4. Refleksi

        Menurut Suhardjono Tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Setelah mengkaji proses pembelajaran  pada siklus pertama  yaitu aktivitas siswa, keterampilan guru, serta hasil keterampilan membaca . Mengkaji kekurangan dalam pembelajaran dan membuat daftar permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus pertama. Selanjutnya  bersama tim kolaborasi, peneliti membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya (Zainal Aqib, 2018).

 

E. Instrumen Penelitian

      Instrumen penelitian merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk membuat suatu kesimpulan. Adapun isntrumen yang digunakan peneliti.

1.  Lembar observasi

           Lembar observasi memuat aspek yang penting dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan peneliti untuk memperoleh gambaran, baik yang bersifat umum maupun khusus yang berkenaan dengan aspek proses pembelajaran yang digunakan sebagai data pendukung dalam menganalisis temuan untuk memberikan gambaran pembelajaran yang relatif lengkap. Lembar observasi di isi oleh pengamat yang menjadi mitra peneliti pada setiap proses pembelajaran Bahasa Indonesia di setiap siklus.

 

 

 

 

 

 

Tabel 3.1. Kisi-kisi Pedoman Observasi

Aspek

Indikator

Nomor

 

Proses Pembelajaran

 

Menemukan gagasan utama setiap paragraf.

1,4

 

Menemukan makna dari kata-kata sulit dan membuat kalimat dari kata sulit

2

Menjawab pertanyaan secara komperhensif dari bahan bacaan.

3

Menyimpulkan bahan bacaan. 

5,6

 

 

       Lembar panduan observasi, yang digunakan untuk membantu mengamati dan mengumpulkan data tentang kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung. Lembar observasi ini disusun dengan cermat dan teliti karena digunakan untuk menjaring data situasi dan kondisi lingkungan sekolah yang dijadikan tempat penelitian.

2.  Lembaran Tes

     Lembaran Tes yang dilaksanakan terdiri atas tes akhir siklus. Tes akhir siklus adalah tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran. Bentuk tes yang diberikan berupa tes soal pilihan ganda dan isian singkat. Tes hasil belajar siswa, digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2018).

F. Teknik Pengumpulan Data

      Teknik pengumulan data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususn ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono, 2014).

 

 

1. Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan engan menggunakan pedoman wawancara. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan wawancara langsung pada pimpinan atau pemilik perusahaan, karyawan serta para pelanggan dari bengkel mengenai kegiatan sistem pelayanan yang diterapkan sehubungan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan data yang objektif.

 

Tabel 3.2. Kisi-kisi Pedoman Lembar Tes Siswa

Aspek

Indikator

Nomor

Proses Pembelajaran

 

Keadaan Pembelajaran.

1,2

Hasil belajar siswa

3

Kesulitan yang dihadapi

4

Media yang digunakan 

5,6

 

2. Dokumentasi

Menurut Anwar Sanusi (2014) cara dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber, baik secara pribadi maupun kelembagaan”. Pada metode pengumpulan data ini dengan tehnik pengumpulan data dengan menggunakan cara mencari catatancatatan atau dokumen-dokumen yang ada dan telah dipublikasi.

3. Observasi

Disamping wawancara penelitin ini juga melakukan metode observasi. Menurut Nawawi & Martini (2017) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan hasil wawancara.

G. Keabsahan Data

 Untuk mendapat data yang mendukung kesahihan, dan sesuai dengan karakteristik fokus permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini, teknik validitas data yang digunakan meliputi:

a) Triangulasi data, Menurut Sugiyono dalam pengujian kredibilitas dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik (Sugiyono 2019: 368).  Data dari guru diperoleh melalui hasil observasi pada saat pelaksanaan tindakan yang dijadikan bahan refleksi kemudian didiskusikan dengan teman sejawat sedangkan dari siswa data diperoleh melalui angket, observasi, wawancara, dan hasil tes.

b)  Audit Trail, yaitu pengecekan keabsahan temuan penelitian dan prosedur penelitian yang telah diperiksa dengan mengkonfirmasikan kepada sumber data pertama (guru dan siswa). Selain itu hasil temuan dalam penelitian dikonfirmasikan dan didiskusikan dengan teman sejawat dan dosen pembimbing. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan saran, tanggapan dan masukan konstruktif.

c)  Member Check, yaitu untuk mengecek kebenaran data temuan penelitian dengan mengkonfirmasikan kepada responden (sumber informasi). Dalam kegiatan ini data informasi yang diperoleh tersebut dikonfirmasikan dengan teman sejawat melalui kegiatan refleksi dalam bentuk diskusi balikan. Setiap siklus pelaksanaan tindakan harus merupakan upaya-upaya perbaikan sehingga terjaring data yang lengkap dan memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.

 

H. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data dilaksanakan sebelum peneliti terjun ke lapangan, selama peneliti mengadakan penelitian di lapangan, sampai dengan pelaporan hasil penelitian. Analisis data dimulai sejak peneliti menentukan fokus penelitian sampai dengan pembuatan laporan penelitian selesai.

1. Reduksi data

Reduksi data  yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan dirinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hala-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peniliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2017).

 

2. Penyajian data

Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi dengan cara menyusun secara narasi sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi, sehingga dapat memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. (Sugiyono, 2017).

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi

      Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Kegiatan ini juaga mencakup pencarian makna data serta pemberian penjelasan. Selanjutnya dilakukan kegiatan verifikasi yaitu kegiatan mencari validitas kesimpulan dan kecocokan makna-makna yang muncul dari data.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

G. Jadwal  Pelaksanaan Penelitian

Tabel 3. 1 : Rancana Jadwal Pelaksanaan Penelitian

 

No

 

Kegiatan

Tahun 2023/2024

Januari

Februari

Maret

April

Mei

1

Persiapan penelitian

 

 

 

 

 

2

Mengajukan judul ke Fakultas untuk persetujuan judul

 

 

 

 

 

3

Menyusun atau menulis konsep proposal

 

 

 

 

 

4

Konsultasi dengan dosen pembimbing

 

 

 

 

 

5

Seminar proposal

 

 

 

 

 

6

Izin atau perintah riset

 

 

 

 

 

7

Pelaksanaan riset

 

 

 

 

 

8

Penulisan konsep skripsi

 

 

 

 

 

9

Konsultasi kepada dosen pembimbing

 

 

 

 

 

10

Penggandaan skripsi

 

 

 

 

 

11

Munaqasah dan perbaikan

 

 

 

 

 

12

Penggandaan skripsi dan penyampaian skripsi kepada tim Penguji dan Fakultas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Al-qur’an, (2019). Terjemahan dan Tafsir. Jakarta : Depag RI

Afdal, (2015). Penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam pembelajaran Sosiologi pada pokok bahasan Konflik Sosial siswa kelas XI di SMA Negeri 06 Jember. Skripsi

Ahmad Susanto, (2017). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

Alfianika, N. (2016). Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia. Deepublish.

Arikunto, Suharsimi. (2018). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahrul Hayat, (2018). Mutu Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara

Dalman, 2014. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Farida Rahim, (2018). Pengajaran Membaca Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Fauzi dan Winarti, A. (2015). “Mempertinggi Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Lewat Model Pembelajaran Auditori Intellectualy Repetition Pada Materi Hidrolisis Garam Di kelas XI IPA SMA PGRI 6 Banjarmasi. Jurnal Inovasi Pengajaran Sain

Handerso, (2017). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Huda, Miftahul, (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibnu Hajar, (2015). Panduan Lengkap Kurikulum Tematik Untuk SD/MI. (Jogjakarta: Diva Press.

Inayah, N., & Fitriahadi, E. (2019). Hubungan Pendidikan, Pekejaan dan Dukungan Suami Terhadap Keteraturan Kunjungan ANC Pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Helath of Studies, 3(1).

Kemendikbud, (2016). Permendikbud No 020 tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud.

 

Mikael Gewati, (2016). “Minat Baca Indonesia Ada di Urutan Ke-60 Dunia”, diunggah pada tanggal 29 Agustus 2016 di http://Edukasi. Kompas.Com/Read/2016/08/29/07175131/ Minat. Baca.Indonesia. Ada. Di.Urutan.Ke 60. Dunia diakses pada tanggal 22 Januari 2023 pada pukul 19.30

Mohamad Syarif Sumantri, (2016). Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Nurmala, 2014 Penerapan Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dalam Peningkatan Pembelajaran Bahasa Indonesia tentang Menulis Puisi Bebas pada Siswa Kelas VA SD Negeri Selang. Skripsi

Ronald, (2016). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas I SLTPN Galesong Selatan. Unismuh Makassar.

Salim, 2015 Pendekatan metode CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V materi membaca pelajaran bahasa Indonesia di SDN 77/IV Kota Cianjur. Skripsi

Sandy, (2018). Peningkatkan Kemampuan Membaca Intensif Siswa Pada Pembelajaranmenemukan Gagasan Utama Pada Sebuah Teks Siswa Kelas VII SMP Negeri 3Batu. Skripsi

Slavin, (2017). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Pulisher.

Soedjono, (2016). Psikolinguistik: Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Subana, Sunarti. (2016). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, Berbagai Pendekatan, Metode dan Teknik Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono, (2019). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Edisi Revisi

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

 

dan R&D Bandung: Alfabeta. Edisi Revisi

Sulastri, (2016). Pengaruh hasil belajar siswa menggunakan metode CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMP Negeri Jati Wales. Skripsi

Syafi’ie, (2022). Terampil Berbahasa Indonesia 1.Jakarta : Depdikbud

Tarigan. 2014. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Vioni Saputri, dkk (2018). Kemampuan Menulis Cerita Fantasi Dengan Model Mind Mapping Kelas VII-2 SMP Negeri 21 Batanghari Tahun Ajaran 2017/2018. Jambi : FKIP Universitas Jambi

Wardani IGAK, Wihardit Kuswaya, (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Yulianingsih, Wiwin. dkk, (2017). Keterlibatan Orangtua Dalam Pendampingan Belajar Anak Selama Waktu Pandemi Covid-19. 5(2):1138-1150.

Zainal Aqib & M. Chotibuddin, (2018). Teori Dan Aplikasi Penelitian Tindakan kelas (PTK), (Yogyakarta: CV Budi Utama

 


0 $type={blogger}:

Postingan Populer

Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Kota Jambi, Indonesia

Putra Muaro Bungo

Putra Muaro Bungo
Jadilah Diri Sendiri Tanpa Berharap Kepada Manusia

Simpel Aja

Simpel Aja

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

My Famili

SELAMAT DATANG DI

BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN

Pengikut

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman

TERIM KASIH

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT