Khutbah Jumat:
Antara Kualitas dan Kuantitas Rezeki
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،
اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي
لَشَدِيدٌ
Maasyiral Muslimin Hafidzakumullah..
Sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa
meningkatkan ketakwaan dan rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah
memberikan berbagai nikmat yang tak bisa kita hitung satu persatu. Perlu kita
sadari bahwa nikmat dari Allah ini bukan hanya dalam bentuk materi saja. Nikmat
kesehatan, kesempatan, Islam dan iman lebih berharga dari sekedar nikmat materi
yang kita miliki.
Bayangkan, bagaimana rasanya jika harta banyak
namun tidak bisa menikmatinya karena sakit-sakitan. Bagaimana rasanya jika
jabatan tinggi namun hati tidak merasa tenang. Oleh karenanya, sebagai seorang
makhluk, kita harus menyadari bahwa ada yang memiliki segalanya dari kita dan
berhak atas segala perjalanan kehidupan kita di dunia ini yakni sang khalik,
sang Pencipta, Allah SWT.
Maasyiral Muslimin Hafidzakumullah..
Di era modern saat ini banyak manusia semakin
menunjukkan sikap hedonis. Sebuah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang
akan menjadi bahagia jika bisa mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat
mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan
ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup.
Pandangan ini mengakibatkan manusia berusaha
mencari kebahagiaan dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan
berbagai daya upaya. Cara-cara mendapatkan harta pun tidak mempedulikan
norma-norma agama dan aturan yang ada. Halal haram tabrak saja yang penting
harta banyak dan kebahagiaan bisa dirasa.
Saat ini juga kita rasakan banyak manusia yang
mementingkan kuantitas dari pada kualitas harta. Manusia modern mementingkan
jumlah daripada berkah harta yang dimiliki. Ini terlihat dari orientasi hidup
dan prinsip manusia saat ini yang beranggapan bahwa hidup dan rezeki adalah
matematika yakni satu tambah satu sama dengan dua.
Padahal rezeki dalam kehidupan ini tidak bisa
dihitung dengan ilmu matematika. Dalam hidup terkadang 1+1 memang 2, namun bisa
saja 1+1=11 atau 1+1 bisa jadi 0. Banyak yang bermodal besar tapi tidak
mendapat untung besar dalam usaha. Sementara banyak yang usaha kecil tapi
rezeki terus mengalir. Itu adalah rahasia Allah SWT.
Banyak kita lihat orang bekerja, pergi pagi pulang
sore, peras keringat, banting tulang, sampai-sampai berani meninggalkan shalat
dan ibadah wajib lainnya namun kehidupan ekonominya begitu-begitu saja.
Sementara ada yang bekerja dengan biasa-biasa saja, bisa menjalankan ibadah
dengan tenang, namun rezeki yang didapatnya terus mengalir dan berlipat ganda.
Ini menjadi renungan kita bersama bahwa Allah SWT
telah memberikan rizki berupa harta kepada masing-masing manusia. Rezeki
manusia tak akan tertukar dengan rezeki orang lain. Yang terpenting dari kita
adalah harus terus berusaha dengan baik seraya berdoa dan menyadari bahwa Allah
telah membagi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki. Allah Ta’ala
berfirman dalam Surat Ali ‘Imran ayat 37:
إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ
يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya
tanpa batas.”
Maasyiral Muslimin Hafidzakumullah
Segala hal terkait dengan rezeki yang sudah
didapatkan haruslah kita syukuri. Dengan syukur, kita tidak lagi selalu
menghitung-hitung jumlah harta yang kita miliki. Harta adalah washilah
(lantaran) saja untuk kita bisa beribadah dengan tenang kepada Allah. Karena
perlu dicatat dan diingat bahwa tugas utama kita hidup di dunia ini adalah
memang untuk beribadah menyembah Allah SWT sebagaimana termaktub dalam
Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.”
Syukur ini akan membawa kita tenang dalam
menghadapi kerasnya kehidupan dunia. Walau sedikit harta yang dimiliki, jika
kita bersyukur, kita akan hidup dengan tenang bersama keluarga. Sebaliknya,
biar pun bergelimang harta, tapi rasa syukur tak ada, maka kegersangan hidup
dan ketidaknyamanan akan selalu terasa dalam langkah kehidupan kita.
Syukur akan membuahkan hasil yang manis karena
dengan bersyukur Allah akan menambahkan nikmat yang telah diberikan kepada
kita. Allah berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 7:
وَإِذْ
تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ
إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, “Sesungguh¬nya
jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan
jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Banyak di zaman sekarang ini orang yang hanya
memikirkan jumlah gaji pekerjaan yang ia lakukan. Jika kita renungkan
sebenarnya gaji atau pendapatan itu tidak ada apa-apanya dibanding gaji yang
telah diberikan Allah kepada kita semua. Logika matematis dalam menyikapi harta
ini lambat laun akan melupakan esensi dari status harta itu sendiri. Perlu kita
sadari bahwa harta hanya titipan dari Allah yang suatu waktu akan hilang dari kita
dan diambil oleh yang paling berhak memilikinya.
Kesadaran bahwa harta hanya sebuah titipan ini akan
memunculkan sikap senang berbagi, bersedekah dan berzakat. Kita tak perlu
khawatir jika kita memberikan harta kita kepada orang lain, harta kita akan jadi
berkurang. Sekali lagi hidup bukanlah matematika. Sesuatu yang kita berikan
kepada sesama, pada suatu hari pasti akan kita dapatkan kembali karena hakikat
memberi adalah menerima.
Maasyiral Muslimin Hafidzakumullah
Di akhir khutbah ini mari kita renungkan Al-Qur’an
Surat Ath-Tholaq ayat 2-3:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ
لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ
عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ (3)
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar (2). Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. (3)”
Ayat ini memberikan petunjuk kepada kita bahwa jika
kita ingin hidup dalam ketenangan maka hiduplah dalam ketakwaan dengan
menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Selain akan
diberikan ketenangan hidup dan jalan keluar dari segala permasalahan di dunia,
jika kita bertakwa, kita juga akan diberi rezeki dari arah yang tidak kita
duga-duga.
Jika kita betul-betul percaya (tawakal) kepada
Allah, sungguh Allah akan memberikan kita rezeki seperti burung yang pergi pada
pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore harinya dalam keadaan
kenyang. Yakinlah, Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى
بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ
فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ
اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي
اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
0 $type={blogger}:
Posting Komentar