PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
di era global menjadi kebutuhan yang sangat menentukan bagi masa depan seseorang. Tanpa melalui
proses pendidikan yang baik, sulit akhirnya bagi seseorang untuk menyesuaikan
diri dengan perkembangan dan tuntutan
zaman. Bahkan sangat penting bagi tatanan kehidupan kolektif dalam
rangka membangun fondasi jalan yang kokoh menuju terwujudnya masyarakat yang
adil, makmur, berkembang, mandiri dan kompetitif.
Dikutip
dari situs lifestyle.bisnis.com, Tunggul Harwanto selaku Pendiri
Yayasan Rumah Literasi Indonesia mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang
menjadikan Indonesia memiliki tingkat literasi rendah yaitu; kurangnya dukungan
atau keterlibatan keluarga dalam membangun budaya membaca di rumah, akses buku
yang berkualitas belum merata di sejumlah daerah yang membuat anak-anak tidak
memiliki kesempatan untuk mendapatkan referensi buku yang beragam, masyarakat
belum sepenuhnya mengambil peran untuk meningkatkan ekosistem literasi yang
produktif bagi anak-anak, pemerintah dinilai belum mampu mengembangkan program
literasi berbabasis gerakan.
1 |
Membaca
merupakan kegiatan atau proses menerapkan sejumlah ketarampilan mengolah teks
bacaan dalam rangka memahami isi bacaan. Membaca dapat dikatakan sebagai kegiatan memperoleh informasi atau pesan
yang disampaikan oleh penulis dalam tuturan bahasa tulis. Walaupun informasi
bisa ditemukan di media lain seperi televisi dan radio, namun peran membaca tak
dapat digantikan sepenuhnya. Membaca tetap memegang peranan pening dalam
kehidupan sehari-hari karena tidak semua informasi bisa didapatkan dari media televisi
dan radio (Farida Rahim, 2018).
Bahasa
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari bagi manusia,
karena Bahasa merupakan alat komunikasi. Pentingnya Bahasa tersebut dapat
dillihat pada setia[ aktivitas manusia yang selalu menggunakan Bahasa sebagai
wahana pokoknya. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional.
Pembelajaran Bahasa Indinesia di jenjang Pendidikan mulai dari SD, SMP/MTs dan
SMA, karena itu Bahasa Indonesia merupakan ilmu pengetahuan yang wajib disamapaikan
atau diajarkan.
Proses
komunikasi terdapat empat ketarampilan yang berbeda, namun saling berhubungan
yaitu meniymak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspkel tersebut itu
perlu mendapatkan perhatian sepenuhnya di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pada umumnya, siswa kurang berminat pada kegiatan menulis, mereka lebih
menyukai berkomunikasi secara lisan karena berkomunikasi secara lisan lebih
mudah dibandingkan berkomunikasi secara tertulis. Hal inilah yang menyebabkan
siswa tidak mampu melakukan kegiatan menulis sebagai berwujudan bentuk
komunikasi tertulis. Siswa menganggap materi tentang menulis menjadi momok bagi
siswa-siswi di SD, SMP/MTs dan SMA dikarenakan anak miskin akan pengetahuan.
Penyebab miskin pengetahuan adalah anak tidak suka membaca, sehingga anak tidak
mempunyai refrensi untuk dijadikan bahan menulis (Vioni Saputri, dkk. 2018).
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) merilis hasil studi PISA 2022, pada
Selasa (5/12). Hasil PISA 2022 menunjukkan peringkat hasil belajar literasi
Indonesia naik 5 sampai 6 posisi dibanding PISA 2018. Peningkatan ini merupakan
capaian paling tinggi secara peringkat (persentil) sepanjang sejarah Indonesia
mengikuti PISA.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem
Anwar Makarim, menyampaikan bahwa peningkatan peringkat ini menunjukkan
ketangguhan sistem pendidikan Indonesia dalam mengatasi hilangnya pembelajaran
(learning loss) akibat pandemi. Peningkatan posisi Indonesia pada PISA 2022
mengindikasikan resiliensi yang baik dalam menghadapi pandemi Covid-19. Skor
literasi membaca internasional di PISA 2022 rata-rata turun 18 poin, sedangkan
skor Indonesia mengalami penurunan sebesar 12 poin, yang merupakan penurunan
dengan kategori rendah dibandingkan negara-negara lain. PISA diselenggarakan
setiap tiga tahun oleh OECD untuk mengukur literasi membaca, matematika, dan
sains pada murid berusia 15 tahun. Pada 2022, PISA diikuti oleh 81 negara, yang
terdiri dari 37 negara OECD dan 44 negara mitra. Selain menggunakan PISA, sejak
2021 Indonesia telah melaksanakan Asesmen Nasional (AN) untuk memetakan
kualitas pendidikan di setiap sekolah dan daerah secara lebih komprehensif.
Membaca menjadi bagian dalam keterampilan
berbahasa, hal ini dijelaskan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, melalui membaca informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat
diperoleh. Dalman Susanto juga menjelaskan pendidikan di
sekolah dasar memberikan bekal bagi siswa agar memiliki kemampuan dasar membaca dalam mempersiapkan mereka untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi. Kemampuan membaca yaitu bagaimana cara seorang
anak atau siswa membaca suatu bacaan. Hal itu sangat berhubungan dengan tujuan
membaca yaitu membaca untuk studi, membaca untuk kesenangan dan membaca untuk
usaha. Kemampuan membaca untuk studi berhubungan dengan bahan bacaan yang akan
dibaca. Guru hendaknya mengajarkan si pembaca untuk dapat menentukan bahan
bacaan mana yang akan dibaca, tentunya yang berhubungan dengan informasiyang
dicari oleh siswa atau pembaca (Dalman, 2014).
Perintah
membaca juga terdapat dalam Al-Qur'an memiliki makna dan tujuan yang mendalam
bagi seluruh umat Islam. Terutama menekankan pentingnya mencari ilmu dan
pendidikan, tidak hanya tentang Islam tetapi juga tentang berbagai mata
pelajaran dalam kehidupan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-’alaq
ayat 1-5 sebagai berikut berikut :
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ خَلَقَ الْاِنْسَانَ
مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Artinya : Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah! Tuhanmu lah Yang Mahamulia,. yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
Sekolah
dasar sebagai jenjang pendidikan utama dalam sistem pendidikan di Indonesia
memiliki peran dalam memberikan kemampuan dasar baca, tulis, hitung dan
keterampilan yang lain. Pendidikan dasar memiliki beberapa komponen pengajaran
yang harus dikuasai siswa, salah satu diantaranya adalah bahasa Indonesia.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain agar siswa mampu
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa. Adapun tujuan khusus pembelajaran bahasa Indonesia diantaranya agar
siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra serta meningkatkan
kepribadian, mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan
kehidupannya.
Pembelajaran
membaca di SD mempunyai peranan penting dalam pembalajaran bahasa Indonesia.
Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral,
kemampuan bernalar, dan kreatifitas anak didik. Kemampuan membaca selalu ada
dalam setiap tema pembalajaran. Hal tersebut menunjukkan pentingnya penguasaan
kemampuan membaca, karena kemampuan membaca merupakan salah satu standar
kemampuan berbahasa dan sastra Indonesia yang harus dicapai dalam jenjang
pendidikan , termasuk di jenjang sekolah dasar. Kemampuan membaca menjadi dasar
utama tidak hanya bagi pengajaran bahasa itu sendiri, tetapi juga bagi
pengajaran mata pelajaran yang lain.
Siswa mutlak dituntut untuk menguasai pelajaran
bahasa Indonesia disekolah. Untuk itu guru mempunyai
peran yang cukup penting,dimana hasil belajar siswa bukan hanya dipengaruhi oleh penguasaan guru terhadap materi pelajaran tetapi model pembelajaran yang digunakan guru dalam
kegiatan belajar mengajar. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Namun dengan adanya berbagai
macam model pembelajaran. Terkadang siswa masih sangat sulit untuk menyelesaikan
sesuatu masalah dalam bahasa
Indonesia yang diberikan. Sala satu kesulitan siswa dalam menyelesaikan maslah masalah seperti yang
dikemukakan di atas adalah kurang mempunyai kemampuan dalam menelaah materi yang diberikan.
Berdasarkan
pengamatan awal penulis di kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi pada saat proses
pembalajaran bahasa Indonesia, penulis menemukan bahwa kemampuan membaca siswa
masih sangat rendah. Hal ini dapat
dilihat ketika siswa membaca teks isi bacaan buku paket yang diberikan, terlihat
belum lancar dan terbata-bata dalam bacaannya ditemukan kesalahan dalam
pelafalan kalimat yang dibaca. Kemudian dari hasil pre test awal penulis saat
proses pembelajaran bahasa Indonesia mengenai bacaan siswa dari segi kelancaran
dan intonasi bacaan, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari siswa yang
berjumlah 22 adalah 55. Rata-rata tersebut belum masuk dalam kategori cukup apalagi kategori baik. Ketuntasan belajar
klasikal juga baru mencapai 40% karena hanya 14 siswa mencapai ATP.
Hal ini menyebabkan siswa terkadang
hanya datang, duduk, diam dan mendengar sehingga hasil ujian akhir semester
ganjil siswa memperoleh nilai rata-rata 65,55 belum mencapai nilai yaitu 70 yang ditetapkan sekolah tersebut. Oleh karena itu diperlukan sebuah model
pembelajaran yang menarik bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan hasil
belajar siswa adalah Model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading
and Composition).
CIRC merupakan salah satu tipe
model pembelajaran Cooperative Learning yang pada mulanya merupakan
pengajaran kooperatif terpadu membaca yaitu sebuah program komprehensif atau
luas dan lengkap untuk pengajaran membaca
untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC terus mengalami
perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah
(Inayah, 2017).
Model
pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok terdiri dari 4-5
orang siswa secara heterogen. Model ini sangat tepat digunakan untuk
memperbaiki kemampuan membaca siswa karena model ini berfokus pada bahasan
membaca. Model ini melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Dengan menggunakan model pembelajaran ini, guru dapat berperan aktif sebagai
fasilitator dan juga moderator karena pada model pembelajaran CIRC ini guru
membentuk kelompok belajar siswa. Dengan dibentuknya kelompok belajar akan
mempermudah siswa dalam memecahkan masalah yang disajikan guru, model ini menjadi solusi yang digunakan guru dalam pembalajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas
maka penulis termotivasi untuk melakukan suatu
penelitian dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Cooperative
Intergrated Reading Composition (CIRC) Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca
Siswa Pada Bahasa Indonesia Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1.
Kemampuan membaca siswa Kelas IV SDN
25/IV Kota Jambi masih rendah.
2. Siswa
tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil
Kemampuan Membaca .
3. Guru
belum sepenuhnya dalam menentukan model pembelajaran sehingga tidak variatif.
C. Fokus
Penelitian
Berdasarkan identifikasi
masalah di atas, maka peneliti memfokus penelitian yaitu
1. Model Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC) dalam meningkatkan kemampuan membaca Bahasa Indonesia
2. Pembelajaran CIRC
difokuskan pada siswa kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi
3. Materi yang diterapkan
dalam Pembelajaran CIRC diambil dari buku paket bahasa Indonesia kelas
IV yaitu Membaca teks prosedur
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Intergrated Reading
Composition (CIRC) dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Pada
Bahasa Indonesia Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
Rumusan masalah yang dikemukakan di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Intergrated Reading
Composition (CIRC) dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Pada
Bahasa Indonesia Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi”.
F. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Dapat
menambah pengetahuan bagi peneliti tentang Penerapan Model Pembelajaran Cooperative
Intergrated Reading Composition (CIRC) Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca
Siswa Pada Bahasa Indonesia Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi.
b. Praktis
1. Bagi
siswa, dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk membaca serta meningkatkan kontinuitas dan hasil belajar siswa pada pejalaran bahasa Indonesia.
2. Bagi guru, dapat membantu guru dalam
menumbuh kembangkan minat siswa untuk membaca serta dapat meningkatkan kontinuitas dan hasil belajar siswanya.
3. Bagi sekolah, dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas
dan sebagai bahan kajian untuk menentukan kebijakan dalam pelaksanaan pembelajaran di
sekolah.
BAB II
|
KERANGKA TEORI
A. Kajian Teoritis
1. Belajar dan Pembelajaran
a.
Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh setiap individu, sehingga
terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa
berjalan menjadi bisa berjalan, tidak dapat membaca menjadi dapat membaca (Zainal
Aqib, 2018). Sadirman AM Cicih Juarsih (2016) Belajar dapat diartikan secara
sederhana yakni, sebuah proses yang dengannya organisme memperoleh bentuk –
bentuk perubahan perilaku yang cenderung terus mempengaruhi model perilaku umum
menuju pada sebuah peningkatan. Belajar adalah proses intraksi antara stimulus
dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, atau hal – hal lain yang dapat ditangkap melalui alat
indra (Setyo Budi, 2018)
Zainal Aqib (2018) Belajar adalah proses perubahan di dalam diri
manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia,
maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses
belajar. Pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan diri seseorang atau
tingkah laku dalam mengembangakan pengetahuan yang yang dimilikinya sehingga
membuat dia lebih memmahami sesuatu lebih mendalam.
b. Teori-teori belajar
1). Teori Behavioristik
8 |
Behaviorisme menggambarkan manusia sebagai
makhluk yang digerakkan semuanya oleh lingkungan atau apa yang disebut dengan
Homo Mecanicus. Salah satu tokoh aliran Behaviorisme ini adalah Watson.
Behaviorisme pada dasarnya semua pengalaman dari pengamatan serta struktur-
struktur dalam masyarakat yang pada akhirnya akan menjadi perilaku kita. Teori
ini selalu mengasumsikan manusia, bahwa perilaku manusia dianggap seperti
mesin, yang selalu berhubungan antara satu sama lainnya, manusia dianggap
bersifat hedonitis, yakni selalu mencari kesenangan dan menghindari kerugian (Rohim,
2016).
2) Teori Humanistik
Teori
humanistik berasumsi bahwa teori belajar apapun baik dan dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu pemcapaian
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang belajar secara
optimal (Assegaf, 2011). Teori Humanistik ini
bermula pada ilmu psikologi yang amat mirip dengan teori kepribadian. Sehingga
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka teori ini diterapkan
dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran formal maupun non formal
dan cenderung mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam dunia pendidikan.
Teori ini memberikan suatu pencerahan khususnya dalam bidang pendidikan bahwa setiap pendidikan haruslah berparadigma
Humanistik yakni, praktik pendidikan yang memandang manusia sebagai satu
kesatuan yang integralistik, harus ditegakkan, dan pandangan dasar demikian
diharapkan dapat mewarnai segenap komponen sistematik kependidikan dimanapun
serta apapun jenisnya.
3) Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing
lagi bagi dunia pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori
konstruktivisme alangkah lebih baiknya di ketahui dulu konetruktivisme itu
sendiri. Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat
pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup
yang berbudaya modern. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, bahwa
konstruktivisme merupakan sebuah teori yang sifatnya membangun, membangun dari
segi kemampuan, pemahaman, dalam proses pembelajaran. Sebab dengan memiliki
sifat membangun maka dapat diharapkan keaktifan dari pada siswa akan meningkat
kecerdasannya.
Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang
dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun,
mengkonstruksi pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup.
Kontruktivisme melandasi pemikirannya bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang
given dari alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif
manusia itu sendiri. Setiap kita akan menciptakan hukum dan model mental kita
sendiri, yang kita pergunakan untuk menafsirkan dan menerjemahkan pengalaman.
Belajar, dengan demikian semata – mata sebagai suatu proses pengaturan model
mental seseorang untuk mengakomodasi pengalaman–pengalaman baru (Suyono &
Hariyanto, 2014).
Sedangkan, belajar dalam pandangan konstruktivisme betul – betul
menjadi usaha individu dalam mengkonstruksi makna tentang sesuatu yang
dipelajari. Konstruktivisme merupakan jalur alami perkembangan kognitif.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa siswa datang ke ruang kelas dengan membawa
ide – ide, keyakinan, dan pandangan yang perlu diubah atau dimodifikasi oleh
seorang guru yang memfasilitasi perubahan ini, dengan merancang tugas dan
pertanyaan yang menantang seperti membuat dilema untuk diselesaikan oleh
peserta didik (Yaumi & Hum, 2013).
4) Teori Kognitif
Teori belajar kognitivisme lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh
perhatian dari pada
peristiwa-peristiwa Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana
dalam teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks (Nugroho, 2015).
Teori belajar
kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif
leih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya (Bahruddin, 2015). Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model
belajar behavioristik yang mempelajari prses belajar hanya sebagai hubungan
stimulusrespon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar
yang sering disebut sebagai model perceptual. Model belajar kognitif mengatakan
bahwa tingkah laku sesorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Perubahan Belajar merupakan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebaigai tingkah laku yang Nampak (Baharuddin, 2015).
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian bahawa dari
sistuasi salaing berhubungan dengan seluruh kontek situasi tersebut.
Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi /materi pelajaran menjadi
komponen-komponen yang kecilkecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah,
akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu
proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan infirnasi, emosi,
dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan
proses berfikir yang ssangat komplek. Prose belajar terjadi antara lain
mencakup pengaturan stimulus yang diitrerima dan menyesuaikannya dengan
struktur kognitif yang sudah dimiliki dan sudah terbentuk dalam diri sesorang
berdasarkan pemahman dan pengalaman-pengalaman sebelumnnya. Dalam praktek
pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti:
“tahap-tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh j.piaget, advance organizer
oleh ausubel, pemahaman konsep oleh bruner, hirarki belajar oleh gagne,
webteacing oleh norman dan sebagainya (Budiningsih, 2015).
2. Model Pembelajaran CIRC
Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), termasuk salah satu tipe model pembelajaran Cooperative Learning yang pada mulanya merupakan
pengajaran kooperatif terpadu
membaca yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC terus mengalami
perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar
(SD) hingga sekolah menengah
(Inayah, 2017).
CIRC adalah komposisi
terpadu membaca secara kooperatif,dalam kelompok. Dalam model
p-embelajaran ini,siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil, yang terdiri
atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok
ini tidak dibedakan
atas jenis kelamin,
suku/bangsa, atau tingkat
kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang
pandai, sedang atau lemah dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan
para siswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis,
kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
Knapp (dalam Muhammad Syarif 2016) mendefinisikan an
instructional model is a step-by-step procedur that leads to specific learning
outcomes. Joyce & Weil mendefinisikan model pembelajaran sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakakukan
pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi, model pembelajaran cenderung
preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran (Mohamad
Syarif Sumantri, 2016).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan/tim kecil yaitu 4-5 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akdemik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem
penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan mendapatkan
(reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan
demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan secara positif.
Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab
individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota
kelompok. Setiap individu akan saling membantu dan mereka akan mempunyai
motivasi untuk keberhasilan kelompok. Sehingga setiap individu akan memiliki
kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
3. Langkah-langkah penggunaan Model CIRC
Model pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu pertama kali dikembangkan oleh Slavin dengan langkah-langkah :
a.
Membentuk kelompok
yang anggotanya 4 atau 5
orang yang secara heterogen
b.
Guru memberikan wacana
sesuai dengan topik
pembelajaran.
c. Siswa bekerja
sama saling membacakan
dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas.
d.
Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
e.
Guru memberikan penguatan.
f.
Guru dan siswa
bersama membuat kesimpulan
g.
Penutup (Slavin. 2017)
Menurut Huda, langkah-langkah yang
dilakukan untuk menggunakan model pembelajaran CIRC adalah sebagai berikut :
a. Guru membentuk
kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 siswa.
b. Guru memberikan wacana
sesuai dengan topik pembelajaran.
c. Siswa bekerja sama saling
membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan
ditulis pada lembar kertas.
d. Siswa
mempresentasikan/membacakan hasil diskusi kelompok.
e. Guru memberikan penguatan
(reinforcement).
f.
Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan (Huda, 2014).
4. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran CIRC
Model pembelajaran Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) dikategorikan sebagai
pembelajaran terpadu. Meskipun demikian model CIRC juga terdapat kelebihan
dan kekurangan.
a. Kelebihan
Adapun kelebihan dari model pembelajaran CIRC adalah sebagai berikut :
1) Pengalaman dan kegiatan
belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
2) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan
anak.
3) Seluru kegiatan belajar
lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat
bertahan lebih lama.
4) Pembelajaran terpadu
dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak.
5) Pemeblajaran terpadu
menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis
(bermanfaat) sesuai dengan permaslahan yang sering ditemui
dilingkungan anak.
6) Pembelajaran terpadu dapat
menumbuh kembangkan motivasi belajar siswa kearah yang dinamis, optimal tepat guna.
7) Menumbuh kembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap
gagasan orang lain. (Huda,
2014).
b. Kekurangan model pembelajaran CIRC
Adapun kekurangan dalam model pembelajaran CIRC adalah :
1) Terjadinya kecenderungan hanya siswa pintar saja yang aktif dalam menyampaiakan pendapat
dan gagasan pada saat presentasi dilakukan.
2) Metode
ini kurang tepat jika diterapkan pada peserta didik yang kurang bisa membaca
akan kesulitan.
3) Jika
diterapkan terlalu sering peserta didik akan merasa bosan.
4) Peserta
didik merasa jenuh jika diminta untuk membaca terlalu banyak. (Huda, 2014).
5. Ketarampilan
Berbahasa
Keterampilan
berbahasa yang diajarkan di sekolah meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Mengemukakan bahwa keempat keterampilan berbahasa inilah yang
merupakan fokud tujuan pembelajaran berbahasa (Siti Halidjah, 2012).
Kemampuan
berbahasa pada manusia dapat dikatakan merupakan fenomena yang menarik, karena
kemampuan manusia dalam berbahasa tidak dapat dimiliki begitu saja tanpa
melalui suatu proses yang sangat panjang, yaitu sejak manusia itu masih bayi
sampai dia tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Keterampilan berbahasa terdiri
atas empat aspek yaitu mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Dalam kegiatan sehari-hari setiap aspek erat sekali hubungannya dengan aspek
lainnya. Keempat aspek bahasa tersebut merupakan satu kesatuan yang disebut
catur tunggal, yaitu saling berhubungan satu dengan yang lainnya (Sri Sunarsih,
2016).
Keterampilan
berbahasa terdiri atas 4 aspek, yakni keterampilan mendengarkan
(menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan dan berbicara
merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan, sedangkan membaca dan
menulis merupakan keterampilan berbahasa ragam tulis.
a. Menyimak
Menyimak adalah
keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyibunyi bahasa
melainkan sekaligus memahaminya. Dalam pendapatnya Tarigan bahwa “menyimak
merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang
terkandung di dalamnya”. Menyimakkmelibatkan penglihatan, penghayatan, ingatan,
pengertian, bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus
diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Dalam bahasaopertama (bahasa ibu),
kita memperoleh keterampilan mendengarkanomelalui proses yang tidak kita sadari
sehinggakkitapunntidak menyadari begitu kompleksnya proses pemmerolehan
keterampilan mendengar tersebut. Berikut iniksecara singkatkdisajikan
disekripsi mengenai aspek-aspek yang terkaitadalam upaya belajarkmemahami apa
yang kitaosajikan dalam bahasa kedua.
Beberapa hal yang
harus dikuasai berkaitan dengan keterampilan menyimak, antara lain sebagai
berikut:
1). Mengingat informasi yang
didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory)
2). Berupaya membedakan
bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target
3). Menyadari adanya
bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna, suara, intonasi, dan adanya reduksi
bentuk-bentuk kata
4). Mengenal bentuk-bentuk kata
khusus (typical word-order patterns)
5). Mendeteksi kata-kata kunci
yang mengidentifikasi topik dan gagasan
6). Menebak makna dari konteks
7). Mengenal kelas-kelas kata
(gramatical word classes)
8). Menyadari bentuk-bentuk
dasar sintaksis
9). Mendeteksi unsur-unsur
kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya.
Keterampilan reseptif lainnya
selain menyimak adalah keterampilan membaca. Perbedaan antara menyimak dan
membaca terletak pada jenis ragamnya, mendengarkan identik dengan ragam lisan,
sedangkan membaca identik dengan ragam tulis. Beberapa hal yang harus
dikuasai berkaitan dengan kemampuan membaca, antara lain (Mantasiah,
2020).
b. Membaca
Membaca merupakan
keterampilankreseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara
tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara. Kemampuan keterampilan membaca
merupakan keharusan dalam kehidupan, tidak hanya dari segi kehidupan
pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan
membaca peserta didik akan lebih mengetahui segala sesuatu, peserta didik juga
akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi. Keterampilan
membaca merupakan modal utama peserta didik. Dengan kemampuan tersebut, peserta
didik dapat mempelajari ilmu lain, dapat mengomunikasikan gagasannya dan dapat
mengekspresikan dirinya.
Membaca pada
hakikatnya suatu hal yang rumit sebab melibatkan banyak hal, bukan hanya
melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas seperti: visual, berfikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses membaca secara visual
merupakan proses menerjemahkan symbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan.
Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata,
pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pengalaman kreatif (Muhammad Irfan,
2016).
Istilah yang
sering dipakai dalam memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording,
decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata atau
kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem
tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada
proses penerjemahan rangkaian grafis dalam kata-kata.
c. Berbicara
Keterampilan berbicara adalah keterampilan berbahasa
produktif yang digunakan untuk mengungkapkan secara lisan pikiran dan perasaan.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah
salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif yang berfungsi untuk
mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan secara lisan kepada lawan bicara (Retno, 2019).
Keterampilan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuknmengekspresikan, mengatakan serta menyatakan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Pendengarnmenerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan
penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka ditambah
lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara. Kemudian sehubungan
dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi
berbicara, yaitu interaktif, semi aktif, dan non interaktif. Situasisituasi
berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat
telepon yang memungkinkan adanya pergantian anatara berbicara dan mendengarkan,
dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat
memintanlawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara.
d. Menulis
Menulis adalah keterampilan produktif dengan
menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang
paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena
menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat,
melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalamnsuatu struktur
tulisan yang teratur.
Keterampilan
menulis memiliki persamaan dengan keterampilan berbicara. Pada keterampilan
menuli, penulis bukan hanya sekedar menyalin atau menyampaikan kata-kata dan
kalimat-kalimat melainkan juga dituntut untuk mampu mengembangkan dan
memberikan gagasan terkait topik yang dibahas. (Mantasiah,
2020).
Menulis
atau mengarang itu diibaratkan seperti naik sepeda yang harus menjaga
keseimbangan. Menulis bisa dianggap mudah apabila seorang sering berlatih
menulis dan bisa dianggap sukar bila seorang baru terjun atau berlatih menulis
sehingga tidak tahu harus memulai dari apa (Darmadi 2019). Menurut Marwoto
(2017) menulis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mengungkapakan ide,
pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa
tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami oleh orang
lain (Marwoto, 2017).
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu
kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, pengetahuan dan pengalaman-pengalaman
hidupnya melalui bahasa tulis yang jelas sehingga pembaca mengerti apa yang
dimaksud penulis.
6.
Keterampilan Membaca
a. Pengertian
Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
melakukan sesuatu kegiatan yang membutuhkan pikiran dan tenaga, dan kemampuan
tersebut selalu terkhususkan pada bidang tertentu. Dalam meningkatkan kinerja,
seorang pegawai atau karyawan harus sekali meningkatkan keterampilan yang
dimiliki saat ini. Dengan memiliki keterampilan yang dapat digunakan dalam
pekerjaan, maka karyawan atau pegawai akan siap bekerja karena telah memiliki
keterampilan.
Keterampilan dapat menunjukkan pada aksi khusus yang
ditampilokan atau pada sifat dimana keterampilan itu dilaksanakan. Banyak
kegiatan dianggap sebagai suatu keterampilan, terdiri dari beberapa
keterampilan dan derajat penguasaan yang dicapai oleh seseorang menggambarkan
tingkat keterampilannya. Hal ini terjadi karena kebiasaan yang sudah diterima
umum untuk menyatakan bahwa satu atau beberapa pola gerak atau perilaku yang
diperluas bisa disebut keterampilan, misalnya menulis, memainkan gitar atau
piano, menyetel mesin, berjalan, berlari, melompat dan sebagainya. Jika ini
yang digunakan maka kata “keterampilan” yang dimaksud adalah kata benda (Fauzi,
2015).
Keterampilan membaca merupakan landasan bagi pertumbuhan
intelektual. Pada masyarakat global, individu terpelajar menjadi sangat penting
kedudukannya bagi pengembangan sosial dan ekonomi. Semakin terpelajar suatu
masyarakat maka semakin dekat masyarakat tersebut menuju pada suatu masyarakat
madani yang dicita-citakan: adil, demokratis, beradap dan bermutu taraf
kehidupannya. Untuk meningkatkan mutu tersebut, Negara berkewajiban
memaksimalkan potensi sumber daya manusia, sumber daya social dan sumber daya
material. Salah satunya adalah melalui peningkatan kualitas membaca (Bahrul
Hayat, 2018).
Sejalan
dengan pendapat di atas menurut Klein dkk, mengemukakan bahwa membaca mencakup:
pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks
atau pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peran yang utama dalam
membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif
menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam
rangka mengonstruk makna ketika membaca. Ketiga, membaca adalah interaktif.
Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang
membaca suatu teks yang bermanfaat, akan merumuskan beberapa tujuan yang ingin
dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga
terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Dari uraian di atas dapat dikatakan
bahwa membaca merupakan proses memahami kata dan memadukan arti kata dalam
kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca mampu memahami isi teks yang
dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum isi bacaan tersebut dengan
menggunakan bahasa sendiri (Farida Rahim, 2018.
b.
Mengenal Huruf
Kemampuan mengenal huruf adalah tahap
perkembangan anak dari belum tahu menjadi tahu tentang keterkaitan bentuk dan
bunyi huruf, sehingga anak dapat mengetahui bentuk huruf dan memaknainya
(Soenjono, 2017).
Carol Seefelt dan
Barbara A. Wasik (2018) mengatakan bahwa kemampuan mengenal huruf adalah
kesanggupan melakukan sesuatu dengan mengenali tandatanda atau ciri-ciri dari
tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan
bunyi bahasa. Dalam Peraturan menteri Pendidikan Anak Usia Dini menyampaikan
bahwa kemampuan mengenal huruf merupakan bagian dari perkembangan bahasa anak,
yaitu kemampuan mengetahui simbol-simbol huruf dan mengetahui huruf depan dari
sebuah benda.
Lebih lanjut Carol
Seefelt dan Barbara A. Wasik (2018) mengatakan bahwa membaca merupakan
keterampilan berbahasa yang merupakan proses bersifat fisik dan psikologis.
Keterampilan yang dikembangkan adalah huruf cetak. Mereka mempunyai kesempatan
untuk berinteraksi dengan huruf cetak. Belajar mengenal huruf untuk mencapai
kemampuan membaca awal bagi anak-anak.
7. Hakikat
Membaca
a.
Pengertian Hakikat
Hakikat
adalah berhubungan dengan makna atau arti, bukan fakta yang terjadi. Asal
usul kata hakikat adalah dari bahasa Arab “Al-Haqq” yang artinya hak. Makna hak
yang menjadi kata dasar hakikat adalah benar, kepunyaan, adat kebiasaan, atau
benar-benar ada.
Kridalaksana (2018) mengemukakan bahwa dalam kegiatan membaca melibatkan
dua hal, yaitu (1) pembaca yang berimplikasi adanya pemahaman dan (2) teks yang
berimplikasi adanya penulis.
Syafi’ie menyebutkan hakikat membaca adalah:
1)
Pengembangan keterampilan, mulai
dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam
bacaan sampai dengan memahami secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi
bacaan.
2)
Kegiatan visual, berupa
serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan
penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata
untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan.
3)
Kegiatan mengamati dan memahami
kata-kata yang tertulis dan memberikan makna terhadap kata-kata tersebut
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyai.
4)
Suatu proses berpikir yang
terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan
makna terhadap bacaan.
5)
Proses mengolah informasi oleh
pembaca dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta
pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi
tersebut.
6)
Proses menghubungkan tulisan
dengan bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan.
7)
Kemampuan mengantisipasi makna
terhadap baris-baris dalam tulisan. Kegatan membaca bukan hanya kegiatan
mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari
kelompok-kelompok kata yang membawa makna (Syafi’ie 2019).
Uraian di atas mengisyaratkan bahwa membaca
mengandung pengertian sebagai
proses pengolahan bacaan berupa paparan bahasa tulis yang tersusu
dari material bahasa,
dan tertata dalam tatatuturan tertetentu yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh yang komprehensif tentang bacaan itu, serta penilaian terhadap keadaan, nilai,
fungsi, dan dampak bacaan itu. Dengan demikian, yang dimaksud
dalam kegiatan ini adalah teks bacaan
secara literal dan sebagain dibantu dengan
interpretative.
b.
Proses membaca
Membaca adalah suatu proses yang bersifat kompleks,
meliputi kegiatan yang bersifat fisik dan mental.
Membaca pada
tingkat sekolah dasar, khususnya pada siswa kelas
IV menjadi bagaian
yang terpisahkan dari prinsip-prinsip membaca
secara umum, yaitu sebagai berikut:
1.
Membaca bukan hanya mengenal
dan membunyikan huruf,
tetapi kegiatan membaca
melampaui pengenalan huruf dan bunyi.
2.
Membaca dan menguasai bahasa terjadi serempak.
Seseorang tidak dapat
dikatakan mempunyai keterampilan membaca jika ia tidak
menguasai bahasa.
3. Membaca dan berfikir
terjadi serempak. Orang
tidak dapat membaca
tanpa mempergunakan pikiran
dan perasaannya.
4. Membaca berarti memahami.
Ini berarti kegiatan
membaca bermuara pada (Tarigan, 2014).
c.
Aspek-aspek membaca
Kegiatan dapat berjalan dengan baik bila dikaitkan dengan delapan aspek kegiatan membaca pemhaman sebagai berikut :
1.
Aspek
sensori yaitu kegiatan mengamati seperangkat gambar-gambar bunyi bahasa menurut
sistem ortografi ( tulisan ) tertentu.
2.
Aspek persepsi
yaitu kegiatan membaca
yang merupakan aspek dalam menginterpretasi kata-kata sebagai simbol lambang bunyi yang mengacu
kepada konsep tertentu.
3.
Aspek
sekuensi atau urutan, yaitu kegiatan membaca yang merupkan aspek sekuensi atau urutan, mengikuti rangkaian
tulisan secara linear, logis , dan sistematis menurut kaidah tata bahasa
Indonesia.
4.
Aspek eksperimental, yaitu kegiatan membaca
yang menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki dengan teks bacaan untuk memperoleh .
5.
Aspek
asosiasi yaitu kegiatan membaca yang mencoba memahami hubungan antara gambar bunyi serta hubungan antara
kata dengan artinya.
6.
Aspek
berpikir yaitu kegiatan membaca untuk membuat kebiasaan berpikir dan bernalar.
7.
Aspek
belajar yaitu kegiatan membaca dengan mengingat-ngingat hal-hal yang telah dipeljari dimasa lalu dan meramunya
dengan ide – ide serta fakta-fakta baru yang diperoleh
dari bacaan.
8.
Aspek
efektif yaitu kegiatan mebaca yang memusatkan perhatian ketika sedang membaca, membangkitkan kegemaran membaca
, dan menumbuhkan motivasi membaca
(Syafi’ie, 2022).
Berdasarkan uraian di atas calon peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan membaca
pada dasarnya tidak jauh berbeda
dengan kegiatan membaca lainnya. Perbedaan itu antara lain
terletak dari kemampuan menangkap isi bacaan secara secara cepat dan tepat. Oleh karena itu, proses kegiatan
membaca pada tingkat pendidikan sekolah dasar, khususnya pada siswa kelas IV adalah bermuara pada isi
teks bacaan secara sederhana sebagaimana yang tergambar dalam
ruang lingkup penelitian ini.
d.
Pengukuran Kemampuan Membaca
Pelaksanaan pengukuran kegiatan membaca
dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu (1) dilihat dari waktu pengukurannya ada dua cara yang
dapat ditempuh. Yang pertama, kemampuan
membaca dapat diukur selama kegiatan
membaca berlangsung. Pengukuran seperti ini terjadi
misalnya pada penggunaan tes atau penggunaan teknik paraphrase dalam mengukur sejauh kemampuan subjek membaca. Yang kedua, pengukuran terhadap hasil subjek
membaca atau pada kegiatan membaca akhir. Pengukuran semacam ini banyak dijumpai
pada pengukuran kemampuan subjek memahami isi bacaan. (Syafi’ie, 2022)
Proses kognitif pembacanya juga dapat dilakukan dengan dua cara yang pertama
adalah dengan cara mengenali kembali
is teks. Cara pengukuran ini biasanya
selama proses kegiatan membaca
berlangsung. Dan cara yang kedua adalah
dengan cara mengingat kembali isi bacaan. Cara ini dilakukan setelah
proses membaca terjadi. Pada umumnya, kegiatan membaca dapat
dibedakan atas berbagai macam atau
jenis. Perbedaan itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : (1) perbedaan tujuan,(2) perbedaan bentuk dan
penampilan,dan (3) perbedaan kesiapan mental
atau intelektual membaca (Alfianika, 2016). Di antara jenis – jenis
membaca tersebut adalah membaca keras, membaca dalam hati, membaca
, membaca teknis, dan
sebagainya. Jadi,membaca pemhaman merupakan salah satu jenis membaca di antara
jenis – jenis membaca
yang cukup banyak jumlahnya.
Menurut Mountain (Farida, 2018: 2) membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak
hal tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual
membaca merupakan proses penerjemahan symbol
tulis ( huruf ) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu prose berfikir,
membaca mencakup aktivitas
pengenalan kata, pemhaman
literal, interpretasi, membaca
kritis, dan kreatif. Pengenalan
kata bias berupa aktivitas membaca kata-kata
dengan menggunakan kamus. Ada juga pengertian membaca menurut Ronald (Subana, 2016: 223) adalah suatu kegiatan aktif karena
pembaca tetap aktif membaca sambil
mencari informasi, kegiatan itu juga interaktif dalam arti bahwa pembaca berinteraksi dengan teks, si
pembaca dituntut untuk berpartisipasi secara konstruktif dan terusmenerus.
8. Pembelajaran Bahasa
Indonesia
a. Kemampuan Berbahasa
Menurut Depdiknas tahun 2008 bahasa pada hakikatnya
adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur, yang mempergunakan
bunyi sebagai alatnya. Sedangkan bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang
atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi
diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun. (Permendiknas
No 22 Tahun 2016)
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia,
kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti yang pertama kuasa
(bisa, sanggup) melakukan sesuatu dan kedua berada. Kemampuan sendiri mempunyai
arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan bahasa merupakan kesanggupan, kecakapan, kekayaan ucapan
pikiran dan perasaan manusia melalui bunyi yang arbiter, digunakan untuk
bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam percakapan yang
baik.
b. Indikator Membaca
Menurut Nurhidayah (2017)
merumuskan terdapat beberapa indikator membaca adalah sebagai berikut: 1)
Kemampuan untuk menemukan gagasan utama setiap paragraf. 2) Kemampuan untuk menemukan
makna dari kata-kata sulit dan membuat kalimat dari kata sulit tersebut. 3)
Kemampuan untuk menjawab pertanyaan secara komperhensif dari bahan bacaan.
Ketika guru memberikan ssbuah teks utuk dapat diisi bersadsarkan teks yang
disajikan maka siswa akaan dengn mudah dan sudah mengetahui isi dari pertanyaan
yang diberikan. 4) Kemampuan untuk menceritakan kembali bahan bacaan dengan
menggunakan bahasa sendiri. 5) Kemampuan untuk menyimpulkan bahan bacaan.
Ketika siswa sudah dapat memahmai bacaan siswa akan lebih mudan dan dapat
menyimpukan secara menyeluruh terhadap isi bacaan namun lebih singkat padat dan
jelas.
B. Studi Relevan
Berikut
ini beberapa hasil penelitian relevan yang dilakukan peneliti dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut.
No |
Nama & Deskripsi |
Persamaan |
Perbedaan |
1 |
Sulastri, 2016.
Pengaruh hasil belajar siswa menggunakan metode CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition) dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMP Negeri Jati Wales |
Persamaan dalam penelitian
ini adalah sama-sama menggunakan model CIRC |
Perbedaan penelitian
penulis dengan Sulastri adalah dimana penulis memfokuskan pada siswa kelas IV
SD, sementara Sulastri memfokuskan penelitian pada siswa kelas VIII SMP |
2 |
Salim, 2015 Pendekatan
metode CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V materi membaca pelajaran bahasa
Indonesia di SDN 77/IV Kota Cianjur |
Kesamaan antara penulis
dengan penelitian Salim adalah sama-sama membahas materi membaca |
Sementara perbedaan
penulis dengan Salim terletak pada pendekatakan metode antara hasil yang
dicapai dengan kemapuan siswa |
3 |
Nurmala, 2014 Penerapan
Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
dalam Peningkatan Pembelajaran Bahasa Indonesia tentang Menulis Puisi Bebas
pada Siswa Kelas VA SD Negeri Selang |
Pada penelitian saudari
Nurmala dengan penulis kesamaanya terletak pada model yang digunakan yaitu
CIRC |
Adapun perbedaanya
terletak pada Menulis dan membaca, dimana penulis memfokus pada membaca,
sementara Nurmala pada menulis |
4 |
Afdal, 2015 Penerapan model pembelajaran Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam pembelajaran Sosiologi pada pokok bahasan Konflik Sosial siswa kelas XI di SMA Negeri 06 Jember |
Kesamaan penelitian
penulis dengan Afdal adalah sama-sama menerapkan model CIRC |
Sedangkan perbedaanya
terletaka pembelajaran yaitu penulis mengambil bahasa Indonesia, sementara
Afdal memfokus pada Sosiologi |
5 |
Sandy, 2018 Pelaksanaan metode CIRC dalam kemampuan membaca intensif siswa
pada pembelajaran Bahasa Indonesia
siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batu |
Penelitian Sandy dan
penulis sama-sama memfokus pada kemampuan membaca |
Sementara perbedaan
terletak pada kelas siswanya yaitu saudara Sandy mengambil pada siswa kelas
VII SMP sementara penulis mengambil kelas IV SD |
Hasil penelitian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
adanya perbedaan dan persamaan antara penelitian penulis dengan penelitian terdaulu, seperti yang di kemukakan oleh Sulastri bahwa persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan model CIRC. Perbedaan penelitian penulis dengan
Sulastri adalah dimana penulis memfokuskan pada siswa kelas IV SD, sementara
Sulastri memfokuskan penelitian pada siswa kelas VIII SMP. Begitu juga dengan penelitian yang
dikemukakan oleh Salim Adapun kesamaan antara penulis dengan penelitian Salim adalah sama-sama membahas
materi membaca, sementara perbedaan penulis dengan Salim
terletak pada pendekatakan metode antara hasil yang dicapai dengan kemapuan
siswa.
Penelitian
saudari Nurmala yang mengemukan penelitian tentang Penerapan Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition) juga dapat Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Indonesia tentang Menulis
Puisi Bebas pada Siswa Kelas VA SD Negeri Selang. Pada penelitian saudari Nurmala dengan penulis kesamaanya terletak pada
model yang digunakan yaitu CIRC. Adapun perbedaanya
terletak pada Menulis dan membaca, dimana penulis memfokus pada membaca,
sementara Nurmala pada menulis. Demikian juga penelitian Afdal yang mengemukana penelitian tentang Penerapan
model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC) dalam pembelajaran Sosiologi
pada pokok bahasan Konflik Sosial siswa kelas XI di SMA Negeri 06 Jember dimana
terdapat kesamaan penelitian penulis dengan Afdal
adalah sama-sama menerapkan model CIRC Sedangkan perbedaanya terletaka
pembelajaran yaitu penulis mengambil bahasa Indonesia, sementara Afdal memfokus
pada Sosiologi dan
begitu juga penelitian saudara Sandy, mengemukan
penelitian tentang Pelaksanaan metode CIRC
dalam kemampuan membaca
intensif siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia
siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batu. Adapaun kesamaannya adalah Penelitian Sandy dan penulis sama-sama
memfokus pada kemampuan membaca sedangkan perbedaan
terletak pada kelas siswanya yaitu saudara Sandy mengambil pada siswa kelas VII
SMP sementara penulis mengambil kelas IV SD.
C. Kerangka Berpikir
Membaca merupakan salah satu dari empat
keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan
berbahasa. Dalam kegiatan pelajaran membaca agar siswa tidak merasa jenuh
dengan kegiatan pembelajaran yang monoton, maka seorang guru perlu memiliki
metode yang tepat untuk membuat pembelajaran membaca menjadi lebih mudah dan
lebih menyenangkan. Salah satunya adalah Model Pembelajaran Cooperative
Intergrated Reading Composition (CIRC). CIRC adalah
suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan
secara menyeluruh yang kemudian mengkomposisikan menjadi bagian-bagian penting.
Rendahnya pemahaman bacaan
siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia |
Tindakan |
Fenomena Lapangan |
Menerapkan Model Pembelajaran Cooperative
Intergrated Reading Composition (CIRC) |
Dapat Meningkatkan
Kemampuan Membaca Siswa Pada Bahasa Indonesia Kelas IV SDN Kota Jambi5/IV Kota |
Kondisi Akhir |
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Penerapan model Cooperative Intergrated Reading Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa pada bahasa Indonesia
Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi. Dengan demikian diharapkan model CIRC dapat membantu pembelajaran
lebih menyenangkan dan meningkatkan kemampuan membaca.
BAB III
|
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun jenis
tindakan yang diamati adalah
tentang Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Intergrated Reading
Composition (CIRC) Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Pada Bahasa Indonesia Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi pada semeter genap tahun
ajaran 2023-2024. Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat
refleksi yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan
untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini, serta situasi
di mana pekerjaan ini dilakukan (Sugiyono, 2014).
PTK pada
gerakan ini dikenal dengan siklus-siklus kegiatan untuk peserta didik. Kelas
adalah tempat dimana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam waktu
bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama. Dari ketiga pengertian di
atas, yakni peneltian, tindakan, dan kelas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk
tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersamaan (Arikunto, 2018).
Lebih lanjut
Arikunto menjelaskan bahwa pengertian PTK secara lebih sistematis sebagai
berikut: Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat tentang
hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati. Tindakan adalah
gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu
(Arikunto, 2018).
29 |
Jenis penelitian tindakan kelas yang penulis gunakan
adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat guru sebagai
peneliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa bentuk penelitian
tindakan kelas yang memandang guru sebagai peneliti memiliki ciri penting
yaitu sangat berperannya guru itu sendiri
dalam proses penelitian
tindakan kelas. Dalam bentuk ini tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktek-praktek
pembelajaran di kelas, di mana guru terlibat langsung
secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 25/IV Kota Jambi yang beralamat di Kimaja RT.24 Kelurahan Simpang III Sipin
Kecamatan Kota Baru Kota Jambi. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester
Genap Tahun Ajaran 2023/2024 dan pelaksaannya di sesuaikan dengan jam mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
C. Setting
Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan
permasalahan rill dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri 25/IV Kota Jambi, tahun pelajaran 2023/2024. Subjek penelitian ini
adalah penulis sebagai peneliti, sedangkan subjek penerima PTK adalah siswa
kelas IV yang berjumlah 22 siswa dengan rincian 10 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan. Dari 22 siswa tersebut, ada beberapa siswa yang belum bisa membaca
dan juga banyak yang belum mampu memahami isi teks pendek.
D. Rencana / Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan mengacu
pada model penelitian tindakan kelas sebagaimana Sugiyono yang
menyatakan bahwa, “penelitian tindakan juga digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis di mana keempat aspek, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi harus dipahami bukan sebagai
langkah-langkah yang statis terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan
momen- momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi”. Alur
pelaksanaan tindakan kelas yang dimaksud dapat
dilihat pada gambar sebagai
berikut:
Gambar.1.3. Siklus PTK Model Kemmis & Taggart
1.
Rencana
Rencana yaitu tahapan yang akan dilakukan
untuk membantu guru
dalam menerapan model pembelajaran Cooperative Intergrated Reading
Composition (CIRC) dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca siswa pada
bahasa Indonesia Kelas IV SDN 25/IV Kota Jambi. Dilihat dari segi operasional kegiatan
yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi tahap-tahap yang saling terkait yang meningkatkan kemampuan membaca permulaan
siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui metode penerapan
model pembelajaran Cooperative Intergrated Reading Composition (CIRC).
Pada
pertemuan awal dalam rangka orientasi lapangan terhadap fakta yang terjadi
di dalam kelas dapat
digambarkan sebagai berikut:
1)
Iklim belajar
sudah kelihatan kondusif, hal ini terlihat pada sikap dan perilaku siswa yang tidak gaduh dan ribut, namun
keterlibatan siswa belum begitu aktif di dalam proses
pembelajaran.
2)
Pola interaksi
antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa sudah tampak, walaupun
belum berkembang dengan baik. Hal ini masih adanya beberapa
siswa yang pendiam
dan menyendiri tidak mau berkomunikasi dengan teman-teman
yang lain.
3)
Pendekatan
pembelajaran dengan menggunakan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) sudah nampak,
walaupun belum begitu optimal. Hal ini terlihat
keterlibatan guru masih
dominan, bila dibandingkan dengan siswa.
4)
Teknik
keterampilan guru sudah terlihat. Hal ini ditandai dengan penggunaan teknik
tanya jawab di dalam proses pembelajaran.
5)
Kegiatan siswa dalam membaca
masih belum lancar.
Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang ikut-ikut
menghafal bacaan tetapi untuk membaca
perorangan masih banyak siswa yang belum bisa membaca lancar (Sugiyono, 2014).
2. Pelaksanaan
Menurut Suhardjono, pada tahap ini rancangan pembelajaran yang telah
direncanakan akan diterapkan. Skenario dan tindakan harus dilaksanakan dengan
baik dan tampak wajar. Pelaksanaan
tindakan direncanakan dalam dua
siklus dengan kompetensi dasar. Materi yang disampaikan pada siklus I
mengenai cara anak dalam membaca sebuah cerita dan cara menentukan tema
bacaan. Materi pada siklus II tentang cara memahami isi teks pendek dengan cara
menyimpulkan cerita.
3. Pengamatan Atau Observasi
Menurut
Suhardjono, Pengamatan dilakukan pada waku tindakan sedang berjalan, jadi
keduanya berlangsung pada waktu yang sama. Observasi dilakukan menggunakan
lembar pengamatan keterampilan guru dan aktivitas siswa, lembar wawancara dan
lembar soal. Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru
pengamat untuk mengamati aktivitas
siswa, keterampilan guru, dan mencatat kegiatan yang terjadi pada saat pembelajaran bahasa Indonesia mengenai materi
isi teks pendek melalui model pembelajaran CIRC.
4. Refleksi
Menurut
Suhardjono Tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan
evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Setelah mengkaji proses
pembelajaran pada siklus pertama yaitu aktivitas siswa, keterampilan guru,
serta hasil keterampilan membaca . Mengkaji kekurangan dalam pembelajaran dan
membuat daftar permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus pertama.
Selanjutnya bersama tim kolaborasi, peneliti
membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya (Zainal
Aqib, 2018).
E. Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
yang digunakan untuk membuat suatu kesimpulan. Adapun isntrumen yang digunakan
peneliti.
1. Lembar observasi
Lembar observasi memuat aspek yang
penting dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan peneliti untuk memperoleh
gambaran, baik yang bersifat umum maupun khusus yang berkenaan dengan aspek
proses pembelajaran yang digunakan sebagai data pendukung dalam menganalisis
temuan untuk memberikan gambaran pembelajaran yang relatif lengkap. Lembar
observasi di isi oleh pengamat yang menjadi mitra peneliti pada setiap proses
pembelajaran Bahasa Indonesia di setiap siklus.
Tabel 3.1. Kisi-kisi Pedoman Observasi
Aspek |
Indikator |
Nomor |
Proses Pembelajaran |
Menemukan
gagasan utama setiap paragraf. |
1,4 |
Menemukan makna dari kata-kata sulit dan
membuat kalimat dari kata sulit |
2 |
|
Menjawab pertanyaan secara komperhensif dari
bahan bacaan. |
3 |
|
Menyimpulkan bahan bacaan. |
5,6 |
Lembar panduan
observasi, yang digunakan untuk membantu mengamati dan mengumpulkan data
tentang kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran bahasa Indonesia
berlangsung. Lembar observasi ini disusun dengan cermat dan teliti karena
digunakan untuk menjaring data situasi dan kondisi lingkungan sekolah yang
dijadikan tempat penelitian.
2. Lembaran Tes
Lembaran Tes
yang dilaksanakan terdiri atas tes akhir siklus. Tes akhir siklus adalah tes
yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran. Bentuk tes yang diberikan
berupa tes soal pilihan ganda dan isian singkat. Tes hasil belajar siswa, digunakan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan
atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2018).
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumulan data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususn
ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
(Sugiyono, 2014).
1.
Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara
tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan engan menggunakan
pedoman wawancara. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan
wawancara langsung pada pimpinan atau pemilik perusahaan, karyawan serta para
pelanggan dari bengkel mengenai kegiatan sistem pelayanan yang diterapkan
sehubungan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan data yang objektif.
Tabel 3.2. Kisi-kisi Pedoman Lembar
Tes Siswa
Aspek |
Indikator |
Nomor |
Proses Pembelajaran |
Keadaan Pembelajaran. |
1,2 |
Hasil belajar
siswa |
3 |
|
Kesulitan yang
dihadapi |
4 |
|
Media yang
digunakan |
5,6 |
2. Dokumentasi
Menurut Anwar Sanusi (2014) cara dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan
data sekunder dari berbagai sumber, baik secara pribadi maupun kelembagaan”.
Pada metode pengumpulan data ini dengan tehnik pengumpulan data dengan
menggunakan cara mencari catatancatatan atau dokumen-dokumen yang ada dan telah
dipublikasi.
3. Observasi
Disamping wawancara penelitin ini juga melakukan metode observasi.
Menurut Nawawi & Martini (2017) observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini
observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil
wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah
observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek
dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan
data tambahan hasil wawancara.
G. Keabsahan Data
Untuk
mendapat data yang mendukung kesahihan, dan sesuai dengan karakteristik fokus
permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini, teknik
validitas data yang digunakan meliputi:
a) Triangulasi data, Menurut Sugiyono dalam
pengujian kredibilitas dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik (Sugiyono
2019: 368). Data dari guru diperoleh
melalui hasil observasi pada saat pelaksanaan tindakan yang dijadikan bahan
refleksi kemudian didiskusikan dengan teman sejawat sedangkan dari siswa data diperoleh
melalui angket, observasi, wawancara, dan hasil tes.
b) Audit
Trail, yaitu pengecekan keabsahan temuan penelitian dan prosedur penelitian
yang telah diperiksa dengan mengkonfirmasikan kepada sumber data pertama (guru
dan siswa). Selain itu hasil temuan dalam penelitian dikonfirmasikan dan
didiskusikan dengan teman sejawat dan dosen pembimbing. Kegiatan ini dilakukan
untuk mendapatkan saran, tanggapan dan masukan konstruktif.
c) Member
Check, yaitu untuk mengecek kebenaran data temuan penelitian dengan
mengkonfirmasikan kepada responden (sumber informasi). Dalam kegiatan ini data
informasi yang diperoleh tersebut dikonfirmasikan dengan teman sejawat melalui
kegiatan refleksi dalam bentuk diskusi balikan. Setiap siklus pelaksanaan
tindakan harus merupakan upaya-upaya perbaikan sehingga terjaring data yang
lengkap dan memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
H.
Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data dilaksanakan sebelum peneliti terjun ke
lapangan, selama peneliti mengadakan penelitian di lapangan, sampai dengan
pelaporan hasil penelitian. Analisis data dimulai sejak peneliti menentukan
fokus penelitian sampai dengan pembuatan laporan penelitian selesai.
1. Reduksi data
Reduksi data
yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan dirinci. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hala-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas dan mempermudah peniliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2017).
2. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam rangka
mengorganisasikan hasil reduksi dengan cara menyusun secara narasi sekumpulan
informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi, sehingga dapat memberikan
kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. (Sugiyono, 2017).
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi
Penarikan kesimpulan dan
verifikasi adalah memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi.
Kegiatan ini juaga mencakup pencarian makna data serta pemberian penjelasan.
Selanjutnya dilakukan kegiatan verifikasi yaitu kegiatan mencari validitas
kesimpulan dan kecocokan makna-makna yang muncul dari data.
G.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3. 1 : Rancana Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No |
Kegiatan |
Tahun 2023/2024 |
||||
Januari |
Februari |
Maret |
April |
Mei |
||
1 |
Persiapan penelitian |
√ |
|
|
|
|
2 |
Mengajukan judul ke Fakultas untuk persetujuan
judul |
√ |
|
|
|
|
3 |
Menyusun atau menulis konsep proposal |
|
√ |
|
|
|
4 |
Konsultasi dengan dosen pembimbing |
|
√ |
|
|
|
5 |
Seminar proposal |
|
|
|
|
|
6 |
Izin atau perintah riset |
|
|
|
|
|
7 |
Pelaksanaan riset |
|
|
|
|
|
8 |
Penulisan konsep skripsi |
|
|
|
|
|
9 |
Konsultasi kepada dosen pembimbing |
|
|
|
|
|
10 |
Penggandaan skripsi |
|
|
|
|
|
11 |
Munaqasah dan perbaikan |
|
|
|
|
|
12 |
Penggandaan skripsi dan penyampaian skripsi
kepada tim Penguji dan Fakultas |
|
|
|
|
|
|
Al-qur’an, (2019). Terjemahan dan Tafsir. Jakarta : Depag
RI
Afdal, (2015). Penerapan
model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam pembelajaran Sosiologi pada pokok
bahasan Konflik Sosial siswa kelas XI di SMA Negeri 06 Jember. Skripsi
Ahmad Susanto, (2017). Teori Belajar dan Pembelajaran di
Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana
Alfianika, N. (2016). Buku Ajar Metode Penelitian
Pengajaran Bahasa Indonesia. Deepublish.
Arikunto, Suharsimi. (2018). Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bahrul Hayat, (2018). Mutu Pendidikan, Jakarta:Bumi
Aksara
Dalman, 2014. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Farida Rahim, (2018). Pengajaran Membaca Sekolah Dasar.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Fauzi dan Winarti, A. (2015). “Mempertinggi Keterampilan
Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Lewat Model Pembelajaran Auditori
Intellectualy Repetition Pada Materi Hidrolisis Garam Di kelas XI IPA SMA PGRI
6 Banjarmasi. Jurnal Inovasi Pengajaran Sain
Handerso, (2017). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul, (2014). Model-model Pengajaran dan
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ibnu Hajar, (2015). Panduan Lengkap Kurikulum Tematik
Untuk SD/MI. (Jogjakarta: Diva Press.
Inayah, N., & Fitriahadi, E. (2019). Hubungan
Pendidikan, Pekejaan dan Dukungan Suami Terhadap Keteraturan Kunjungan ANC Pada
Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Helath of Studies, 3(1).
Kemendikbud, (2016). Permendikbud No 020 tahun 2016
Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta:
Kemendikbud.
|
Mohamad Syarif Sumantri, (2016). Strategi Pembelajaran
Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Nurmala,
2014 Penerapan Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition) dalam Peningkatan Pembelajaran Bahasa Indonesia tentang Menulis
Puisi Bebas pada Siswa Kelas VA SD Negeri Selang. Skripsi
Ronald,
(2016). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas I SLTPN Galesong Selatan. Unismuh Makassar.
Salim, 2015 Pendekatan metode CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas V materi membaca pelajaran bahasa Indonesia di SDN 77/IV Kota Cianjur.
Skripsi
Sandy, (2018). Peningkatkan Kemampuan Membaca Intensif
Siswa Pada Pembelajaranmenemukan
Gagasan Utama Pada Sebuah Teks Siswa Kelas VII
SMP Negeri 3Batu. Skripsi
Slavin, (2017). Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka Pulisher.
Soedjono, (2016). Psikolinguistik: Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Subana, Sunarti. (2016). Strategi Belajar Mengajar Bahasa
Indonesia, Berbagai Pendekatan, Metode dan Teknik Pengajaran. Bandung: Pustaka
Setia.
Sugiyono, (2019). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Edisi Revisi
Sugiyono. (2014). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
|
Sulastri, (2016).
Pengaruh hasil belajar siswa menggunakan metode CIRC (Cooperative Integrated
Reading and Composition) dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMP Negeri Jati Wales. Skripsi
Syafi’ie, (2022). Terampil Berbahasa Indonesia 1.Jakarta
: Depdikbud
Tarigan. 2014. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Vioni
Saputri, dkk (2018). Kemampuan Menulis Cerita Fantasi
Dengan Model Mind Mapping Kelas VII-2 SMP Negeri 21 Batanghari Tahun Ajaran
2017/2018. Jambi : FKIP Universitas Jambi
Wardani IGAK, Wihardit Kuswaya, (2014). Penelitian
Tindakan Kelas. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Yulianingsih, Wiwin. dkk, (2017). Keterlibatan Orangtua
Dalam Pendampingan Belajar Anak Selama Waktu Pandemi Covid-19. 5(2):1138-1150.
Zainal Aqib & M. Chotibuddin, (2018). Teori Dan
Aplikasi Penelitian Tindakan kelas (PTK), (Yogyakarta: CV Budi Utama