BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam suatu peradaban.
Kemajuan suatu Negara dapat diukur dari kualitas pendidikan. Salah satu tolak
ukur yang dapat dilakukan melalui pendidikan dengan meningkatkan mutu
pendidikan itu sendiri. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilihat dari
kurikulum yang berlaku. Pada saat ini
Indonesia memberlakukan kurikulum
2013 yang merupakan peralihan dari
kurikulum KTSP.
Pada Kurikulum 2013 menuntut pembelajaran yang berpusat
kepada siswa atau yang biasa kita sebut student centre. Guru berperan
sebagai fasilitator, ia bertugas memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran
sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang nyata. Untuk menjadi
fasilitator dalam proses pembelajaran guru harus mengetahui dan menguasai apa
saja yang diperlukan dalam proses pembelajaran, misalnya model, pendekatan,
metode, media pembelajaran, LKPD.
Untuk mendukung pencapaian guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran berbentuk lembar kerja peserta
didik sebagai tolak ukur sampai
dimana pemahaman siswa
terhadap materi. Lembar
kerja peserta didik (LKPD) adalah
lembaran kertas yang berupa informasi maupun kumpulan soal-soal
yang harus dijawab
oleh siswa. Lembar
kerja peserta didik berfungsi
untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi atau yang biasa disebut life
skill untuk menghasilkan sikap ilmiah (higher order thinking skill).
Salah satu perangkat
pembelajaran yang dapat
digunakan untuk membantu siswa
dalam memahami konsep pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa. (LKPD). Lembar
Kerja Siswa mengalami perubahan nama seiring dengan berubahnya paradigma
pendidikan di Indonesia. Indonesia saat ini menggunakan Kurikulum 2013, adapun
di dalam penerapan kurikulum 2013
1
Salah
satu kebijakan pemerintah
adalah menyusun kurikulum baru yaitu kurikulum
2013. Melalui perubahan
kurikulum ini pemerintah mengharapkan adanya revolusi mental terhadap peserta didik. Kurikulum 2013
yang diterapkan saat ini diharapkan dapat melakukan generasi penerus bangsa
yang produktif, kreatif, inovatif dan
berkarakter. Secara praktis, kurikulum 2013 menurut Abidin (2014) merupakan pembelajaran yang menuntut peserta didik
untuk merangkai pengalaman
belajar dengan bekerja
secara
ilmiah. Oleh sebab
itu, pembelajaran dalam
konteks kuri- kulum 2013 dilakukan
dengan berlandas- kan pada pendekatan ilmiah (scientific
approach).
Agar kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik perlu adanya suatu
perangkat pembelajaran yang mendukung terciptanya suasana
pembelajaran yang kondusif.
Perangkat pembelajaran tersebut adalah
yang sesuai dengan
kurikulum 2013. Kondisi ini menuntut guru harus kreatif dalam menentukan
model, metode dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Salah satu media yang sering digunakan adalah lembar
kerja siswa atau sering
disebut dengan LKS. Pada kurikulum 2013 LKS diganti dengan
nama lembar kegiatan peserta didik atau disingkat dengan LKPD.
Asyhar dalam (Herda,
2014), menyatakan media adalah alat untuk menyampaikan atau menghan-
tarkan pesan-pesan pembelajaran.
Maka dari itu, media merupakan alat, bahan, metode atau tekhnik yang
digunakan untuk meningkatkan intensitas interaktif yang komunikatif dan
edukatif antara pendidik dan peserta didik yang berlangsung secara berdayaguna
dan tepat guna.
LKPD bukanlah
perangkat yang baru bagi para pendidik dalam proses pembelajaran. LKPD yang
banyak beredar di sekolah- sekolah hanya berisi ringkasan materi dan berisi
latihan-latihan soal yang disusun dan dirancang oleh beberapa penerbit saja.
LKPD ini tidak
melatih peserta didik dalam proses pendekatan ilmiah karena
hanya berisi kumpulan
soal-soal yang harus dijawab
dan tidak menemukan konsep dari materi.
Hal ini juga akan
membebani para pendidik untuk mengo- reksi hasil dari pekerjaan peserta didik.
LKPD yang baik seharusnya dapat dibuat oleh para pendidik. Lestari Majid (2013)
menyarakankan agar LKPD sebaiknya dirancang oleh guru yang disesuaikan dengan
pokok bahasan dan tujuan pembelajarannya.
Dalam proses belajar
mengajar di Sekolah Dasar terdapat beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Tematik sebagai salah satu bidang studi
yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping
aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial dan bersifat hafalan
sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk hafalan.
Sifat materi pelajaran Tematik tersebut membawa konsekuensi terhadap proses
belajar mengajar yang didominasi oleh pendekatan ekspositoris. (Joko Septaryanto, 2019:109).
Peserta didik yang
dibina melalui Ilmu Pengetahuan Sosial tidak hanya memiliki pengetahuan dan
kemampuan berpikir tinggi, namun peserta didik diharapkan pula memiliki
kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya. (Abdul Aziz Wahab, 2015:1-7).
Pembelajaran Tematik
mengandung arti bahwa membelajarkan siswa untuk memahami bahwa masyarakat ini
merupakan suatu kesatuan (sistem) yang permasalahannya bersangkut-paut dan
pemecahannya memerlukan
pendekatan-pendekatan interdisipliner, yaitu
pendekatan yang komprehensif dari
sudut ilmu hukum, ilmu politik, ilmu ekonomi, ilmu sosial lain, seperti
geografi, sejarah,antropologi, dan lainnya.
Pembelajaran Tematik
bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan pengetahuan para peserta didik dengan
berbagai fakta dan materi yang harus dihafalnya, melainkan untuk membina mental
yang sadar akan tanggung jawab terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban
kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Pembelajaran Tematik merupakan upaya
menerapkan teori-konsep-prinsip ilmu sosial untuk menelaah pengalaman,
peristiwa, gejala, dan masalah sosial yang secara nyata terjadi di masyarakat.
Dilihat dari urgensi
pengembangan kecakapan hidup siswa, pembelajaran Tematik SD sudah
merealisasikan secara optimal. Disamping itu aspek personal, sosial dan
vokasional sudah menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran Tematik di SD.
Hasil penelitian menemukan
bahwa kurikulum berbasis
kecakapan hidup di SD sudah diterapkan secara optimal. Ada beberapa mata
pelajaran termasuk Tematik, yang sudah jelas aplikasinya dan sudah menerapkan
kecakapan hidup siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Life skill merupakan pengembangan diri untuk
bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang sehingga memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu, kelompok, maupun melalui
sistem dalam menghadapi situasi tertentu.
banyak pendapat dan
literatur yang mengemukakan
pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja, tetapi
memiliki makna yang lebih luas.
Washington state
university mengemukakan 8 indikator life skill yang terdiri dari Decision
making (kemampuan membuat keputusan), membuat pilihan di antara berbagai
alternatif, kemampuan membuat daftar pilihan sebelum membuat keputusan, mampu
memikirkan akibat dari putusan yang akan diambil, dan mampu mengevaluasi
pilihan yang telah dibuat. Wise use of resources (kemampuan memanfaatkan
sumber daya), menggunakan referensi, bermanfaat, punya nilai responsibilitas,
berdasarkan prioritas. Communication (komunikasi), kemampuan
menyampaikan pendapat, informasi, atau pesan dengan berbagai orang melalui
pembicara, penulisan, gerak tubuh, dan ekspresi yang efektif. Accepting differences (menerima
perbedaan), kemampuan mengatur dan menerima kesenjangan atau perbedaan dengan
berbagai pihak. Leadership (kepemimpinan), mampu mempengaruhi dan
menjelaskan sesuatu kepada
berbagai pihak dalam
kelompok. Useful/marketable skills (kemampuan yang marketable),
kemampuan menjadi pekerja dan dibutuhkan oleh lapangan kerja. Healthy
lifestyle choices (kemampuan memilih gaya hidup sehat) , kemampuan memilih
gaya hidup sehat bagi tubuh dan pikiran, menghindari penyakit dan luka-luka. Self-responsibility
(bertanggung jawab pada diri sendiri),
mampu menjaga diri,
menghargai perilaku diri
dan dampaknya, mampu memilih posisi di antara salah dan benar. (Devita, 2018:1).
Menurut Mujakir dalam
jurnal Implementasi Pendidikan Life Skill di SMK Negeri 1 Bondowoso kecakapan
hidup dapat dipilah menjadi 5 yaitu: (1) Kecakapan mengenal
diri sendiri yang
sering juga disebut
kemampuan personal, (2) kecakapan berpikir rasional, (3) Kecakapan
sosial (social skill), (4) kecakapan akademik (academic skill) atau
disebut kemampuan berpikir ilmiah (scientific method), (4) kecakapan
vokasional (vocational skill) atau keterampilan kejuruan.
Berdasarkan
uraian diatas, dapat dirincikan beberapa indikator life skill yang
terfokuskan dalam penelitian
ini yaitu: (1)
kecakapan mengenal diri sering juga disebut kemampuan personal,
(2) kecakapan berpikir rasional, (3) kecakapan sosial (social skill).
Adanya pendidikan
kecakapan hidup mampu mendorong siswa untuk memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta cepat beradaptasi dengan lingkungan. Pendidikan
yang berorientasi pada kecakapan
hidup (life skill) menjadi sebuah alternatif
pembaharuan pendidikan yang prospektif untuk mengantisipasi tuntutan masa
depan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan life skill merupakan
pendidikan yang orientasi dasarnya membekali keterampilan siswa
yang menyangkut aspek
pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental (Sri Wahyuni,2017:24).
Berdasarkan hasil pra penelitian ditinjau dari sisi peserta didik
menyatakan bahwa peserta didik kurang tertarik terhadap pelajaran Tematik,
mereka juga merasa kurang antusias dengan menggunakan bahan ajar yang tersedia
oleh sekolah. Peserta didik membutuhkan bahan ajar yang inovatif dan kreatif
yang membangkitkan minat peserta didik untuk mempelajari Tematik.
Peserta didik juga hanya mempelajari materi yang tertera dan mengerjakan
soal, tidak dituntun untuk peserta didik berdiskusi, saling menanya, dan
mempresantikan yang menimbulkan timbal balik serta mengedepankan life skill
untuk menghasilkan sikap ilmiah. Peserta didik sebagai subjek yang membutuhkan
arahan dan ilmu pengetahuan, menginginkan bahan ajar yang menarik minat belajar
dan keterbaharuan dalam isi materi.
Dilihat dari bahan
ajar yang digunakan berupa LKPD masih pada taraf materi dan soal
latihan saja. Tidak
dilengkapi dengan kolom-kolom
yang dapat meningkatkan life
skill untuk menghasilkan sikap ilmiah peserta didik. Soal yang diberikan pun
belum berbasis life skill untuk menghasilkan sikap ilmiah yang meningkatkan
konsep fisika. Peserta didik hanya diminta untuk menghafal konsep dan rumus,
lalu mengerjakan sola latihan yang belum berbasis life skill untuk menghasilkan
sikap ilmiah. Konsep dan rumus disajikan sebatas penyajian, tidak memerhatikan
alur berpikir peserta didik untuk dapat memahami konsep.
Oleh sebab itu,
peneliti mencoba memberikan solusi dengan melakukan pengembangan LKPD yang
berbasis life skill untuk menghasilkan sikap ilmiah peserta didik sebagai bahan
ajar bagi peserta didik untuk dapat memahami tematik muatan IPA terutama materi
pertumbuhan
dan perkembangan makhluk hidup dengan baik. Bahan ajar yang dapat memotivasi peserta didik untuk menyukai
dan bersemangat di dalam mempelajari peta konsep.
Dengan demikian,
dibutuhkan pengembangan bahan ajar terbaruan yang dapat digunakan oleh pendidik
dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga, perlu dikembangkan LKPD
berbasis life skill untuk menghasilkan sikap ilmiah peserta didik pada Materi.
Berdasarkan uraian tersebut dipilihlah
judul “Penerapan Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) Berbasis Life Skill Untuk Menghasilkan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas III Di Sekolah Dasar Negeri
193/VII Taman Bandung Kecamatan Pauh
Kabupaten Sarolangun”
B. Identifikasi
dan Pembatasan
Masalah
Dari latar belakang diatas
dapat diidentifikasi beberapa masalah yang terjadi
diantaranya:
1. Siswa
belum memahami fungsi dari penggunaan LKPD secara menyeluruh dan
penyusunan LKPD yang baik.
2. LKPD yang digunakan
guru tidak variatif sehingga kurang menarik minat siswa dalam mengerjakan soal.
3. Lembar kerja siswa dianggap sebagai sekumpulan soal evaluasi
untuk mengetes pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas dan
terfokus pada suatu masalah, maka penelitian ini dibatasi hanya fokus pada
pembelajaran tematik muatan IPA tema pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup dan sebagai subjek penelitian penulis
mengambil kelas III Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman
Bandung Kecamatan Pauh Kabupaten
Sarolangun.
D. Rumusan Masalah
2. Apa saja Kendala dalam Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Berbasis Life Skill Untuk Menghasilkan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas III Di Sekolah Dasar
Negeri 193/VII Taman Bandung Kecamatan
Pauh Kabupaten Sarolangun?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka tujuan penelitian
yang ingin
digapai adalah:
a.
Untuk mengetahui
Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) Berbasis Life Skill Untuk Menghasilkan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas III Di Sekolah Dasar
Negeri 193/VII Taman Bandung Kecamatan Pauh
Kabupaten Sarolangun
b. Untuk mengetahui Kendala dalam Penerapan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) Berbasis Life Skill Untuk Menghasilkan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas III Di Sekolah Dasar
Negeri 193/VII Taman Bandung Kecamatan
Pauh Kabupaten Sarolangun
F. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan
dalam melakukan inovasi pembelajaran dan dapat menjadi landasan dalam peningkatan strategi pembelajaran lebih lanjut, khususnya pada Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Berbasis Life Skill Untuk Menghasilkan Sikap Ilmiah Peserta Didik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi
Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan
kemampuan
siswa
dalam Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Life Skill
Untuk Menghasilkan Sikap Ilmiah Peserta
Didik
b. Bagi Guru
Memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada guru
mengenai Penerapan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Life Skill Untuk Menghasilkan Sikap
Ilmiah Peserta Didik. Guru lebih kreatif dan inovatif
dalam merancang kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan.
c. Bagi Peneliti
Memberikan ilmu pengetahuan yang baru, wawasan, pengalaman
yang sangat berharga serta hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan untuk penelitian lebih
lanjut. Daripada itu, hasil
penelitian ini juga dapat
dijadikan refprensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian
mengenai hal yang sama.
KAJIAN PUSTAKA
A. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
1. Pengertian LKPD
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan
panduan bagi peserta didik dalam menyelesaikan suatu tugas-tugas
yang diberikan (Triantoro, 2009:222). Pedoman umum pengembangan bahan
ajar mengungkapkan LKPD merupakan lembaran
berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh
peserta didik. Lembar kerja
peserta didik biasanya berupa petunjuk
atau langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas dan
tugas tersebut harus
jelas sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai (Prastowo, Andi,2011:203). Maka dapat
disimpulkan bahwa LKPD merupakan panduan yang berisi petunjuk atau langkah-
langkah untuk memecahkan masalah sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin
dicapai.
Setiap LKPD disusun dengan materi-materi dan tugas-tugas
tertentu yang dikemas sedemikian rupa
untuk tujuan tertentu. Adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi
pada masing-masing LKPD, LKPD memiliki
berbagai macam bentuk. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan bahan ajar
yang dikembangkan oleh pendidik sebagai
fasilitator dalam pembelajaran. LKPD berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik sebagai bentuk latihan yang bertujuan agar peserta didik dapat
memahami dan mengerti tentang materi yang diajarkan (M. Fanni, 2015:149). LKPD adalah
lembaran-lembaran berisi tugas
yang berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh
peserta didik yang
isinya berupa petunjuk atau
langkah-langkah penyelesaian
suatu tugas sesuai kompetensi yang akan dicapai (Andi Prastowo,2014:12).
9
2. Tujuan dan Manfaat Lembar Kerja
Peserta Didik
Lembar kerja tutorial memiliki dua tujuan utama yaitu
untuk membimbing siswa dalam mengembangkan kerangka konseptual topik penting
yang ditunjukkan oleh penelitian sulit bagi siswa, dan untuk mengatasi kesulitan konseptual yang
terus-menerus (Pablo Barniol,2016:29).
1) Tujuan
Tujuan pembuatan LKPD dalam hal belajar mandiri antara
lain:
a) Sebagai bahan ajar yang dapat meminimalkan peran
pendidik namun lebih mengaktifkan peserta didik. Memberikan peluang kepada
peserta didik untuk berkreasi secara mandiri.
b) Sebagai bahan ajar yang memudahkan peserta didik
untuk memahami materi yang
diberikan dengan materi
yang sesuai dengan konteks
kebutuhan peserta didik.
c) Sebagai bahan
ajar yang ringkas dan memiliki banyak soal latihan untuk berlatih. Sehinggga
peserta didik akan terbiasa mengerjakna soal-soal dan lebih memahami materi
yang disampaikan.
d)
Memudahkan pelaksanaan proses
pengajaran kepada peserta didik. Sehingga tetap fokus pada
pokok bahasan yang sedang diberikan oleh pendidik.
2) Manfaat
Pembelajaran
menggunakan LKPD memiliki
manfaat sebagai berikut:
a) Memudahkan
pendidik mengelola proses
pembelajaran, dari teacher
oriented yakni semua kegiatan berpusat
pada pendidik menjadi student oriented yakni kegiatan pembelajaran berpusat pada
peserta didik.
b) Membantu
pendidik mengarahkan peserta
didik memahami konsep atau
menemukan konsep melalui aktivitasnya sendiri.
c) Memudahkan
pendidik memantau keberhasilan
peserta didik untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Nana Sudjana
dan Ahmad Rivai menyatakan beberapa manfaat penggunaan LKPD dalam proses
pembelajaran antara lain:
a) Pembelajaran
akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar.
b) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga
dapat lebih dipahami oleh
peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik
menguasai tujuan pembelajaran dengan baik.
c) Metode
pembelajaran akan lebih
bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh pendidik, sehingga peserta didik tidak bosan dan
pendidik tidak kehabisan tenaga. Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan
belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian pendidik, tetapi juga aktivitas
lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Tidak hanya itu saja, LKPD memiliki banyak manfaat bagi
pembelajaran tematik, diantaranya melalui LKPD pendidik dapat kesempatan untuk
memberikan umpan kepada peserta didik agar aktif terlibat saat materi tengah
dibahas
3. Langkah – langkah Aplikatif Membuat LKPD
Ada empat langkah penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) dan dapat dilihat pada Gambar berikut ini;
Gambar 2.5
Langkah-langkah
Penyusunan LKPD
Analisis Kurikulum Tematik Menyusun Peta Kebutuhan LKPD Menentukan Judul LKPD MENULIS LKPD Memetakan KI,KD, dan
Indikator Materi Menentukan Tema Sentral dan Pokok Bahasan Menentukan Alat Penilaian Menyusun Materi Memerhatikan Struktur Bahan Ajar
(Gambar : Langkah penyusunan LKPD, Pablo Barniol,2016:31)
1. Melakukan Analisis Kurikulum
Tematik
Langkah ini bertujuan menentukan materi pokok dalam LKPD. Memerhatikan dan
mencermati pula kompetensi materi yang akan dicapai oleh peserta didik.
2. Menyusun Peta Kebutuhan LKPD
Peta kebutuhan untuk
mengetahui urutan materi
dalam LKPD yang akan dibuat. Urutan LKPD ini dibutuhkan dalam menentukan
prioritas penulisan materi.
3. Menentukan Judul LKPD
Judul LKPD ditentukan atas dasar tema sentral dan pokok bahasannya
diperoleh dari hasil pemetaaan kompetensi dasar dan materi pokok.
4. Penulisan LKPD
Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam penulisan LKPD antara lain:
a) Merumuskan indikator materi
b) Menetukan alat
penilaian. Penilaian yang
dilakukan dalam proses pembelajaran adalah
kmpetensi. Penilaiannya
didasarkan pada penguasaan
kompetensi, maka alat
yang sesuai adalah menggunakan pendekatan Acuan Patokan (PAP).
c) Menyusun Materi
1) Materi LKPD bergantung pada kompetensi dasra yang
akan dicapai. Materi LKPD dapat
berupa informasi pendukung, yaitu
gambaran umum.
2) Materi didapat dari berbagai sumber, seperti buku, majalah,
internet, dan jurnal hasil penelitian.
3) Refrensi diberikan untuk mempertajam pemaham peserta didik
4) Tugas-tugas ditulis dengan
jelas
guna
mengurangi
pertanyaan dari peserta didik
tentang
hal-hal
yang seharusnya peserta didik sudah
mampu melakukannya.
d) Memerhatikan Struktur LKPD. Ini
merupakan langkah untuk menyusun materi berdasarkan
struktur LKPD. Dimana unsur- unsur LKPD harus ada, sehingga pengembangan LKPD dapat terselesaikan dengan baik.
4. Syarat
LKPD yang Baik
Ada beberapa syarat
penyusunan LKPD yang harus dipenuhi
oleh pembuat LKPD. Darmodjo dan Kaligis menjelaskan dalam penyusunan LKPD
harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis (Syaifuddin,2017: 46-47)
1) Syarat
Didaktik
a) Memperhatikan adanya perbedaan individu sehingga dapat digunakan oleh seluruh peserta
didik yang memiliki kemampuan berbeda. LKPD dapat digunakan oleh peserta
didik
lamban,
sedang, maupun pandai.
b) Menekankan pada proses
untuk menemukan konsep-konsep sehingga berfungsi sebagai
petunjuk bagi peserta didik untuk mencari informasi bukan alat pemberi
informasi.
c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan
kegiatan peserta didik, sehingga
dapat memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menulis, bereksperimen, praktikum dan
lain sebagainya.
d) Mengembangkan kemampuan komunikasi emosi
sosial, emosional, moral dan estetika pada diri anak, sehingga tidak hanya ditunjukkan untuk mengenal fakta-fakta dan konsep-konsep
akademis maupun juga kemampuan sosial dan psikologis.
e) Pengalaman belajar yang dialami
peserta didik ditentukan oleh tujuan pengembangan
pribadi
peserta
didik
bukan
materi pembelajaran.
Dapat disimpulkan syarat
didaktik LKPD mengatur tentang penggunaan lembar kerja peserta didik yang
bersifat universal yang dapat digunakan dengan baik untuk peserta didik yang
lamban atau yang pandai. LKPD lebih menekankan konsep, dan yang terpenting
dalam LKPD ada variasi stimulus melalui berbagimedia dan kegiatan peserta
didik. Diharapkan LKPD mengutamakan pengembangan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi
sosial, emosional, moral dan
estetika.
2) Syarat Konstruksi
Syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang harus dimiliki
LKPD berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada
hakikatnya haruslah tepat guna
dalam arti dapat dimengerti oleh peserta
didik. Adapun syarat-syarat
konstruksi dalam pembuatan
LKPD meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Menggunakan bahasa yang sesuai tingkat kedewasaan anak, b) Menggunakan
struktur kalimat yang jelas,
c) Memiliki tata urutan
pelajaran yang sesuai
dengan tingkat kemampuan peserta
didik, artinya dalam pembuatan LKPD harus
dimulai dari hal-hal
yang sederhana menuju
hal yang lebih kompleks,
d) Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka,
e) Mengacu pada buku
standar dalam kemampuan
keterbatasan peserta didik,
f) Ruang yang
cukup untuk memberi
keluasan pada peserta
didik untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal yang peserta didik
ingin sampaikan,
g) Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata,
h) Dapat digunakan untuk anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat
dalam mengerjakan tugas,
i) Memiliki tujuan
serta manfaat yang
jelas dari pembelajaran tersebut,
j) Mempunyai identitas untuk memudahkan
administrasinya.
3) Syarat Teknis
LKPD digolongkan dalam
kategori baik apabila
memenuhi syarat teknis yaitu:
a) Tulisan
Tulisan dalam LKPD harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) Menggunakan huruf cetak dan
tidak menggunakan huruf latin/romawi,
2) Menggunakan huruf tebal yang
agak besar untuk topik,
3) Menggunakan bingkai
untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta
didik,
4) Menggunakan perbandingan
antara huruf dan
gambar dengan serasi.
b) Gambar.
Gambar yang baik adalah yang
menyampaikan pesan secara efektif pada pengguna LKPD.
c) Penampilan.
Penampilan dibuat
menarik agar menjadi
pusat perhatian peserta didik
saat belajar.
5. Kelebihan dan
Kelemahan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
a. Kelebihan
Adapun kelebihan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) antara lain:
1) Menjadikan peserta didik
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
karena peserta didik memecahkan sendiri permasalahanya sendiri dengan berfikir
dan menggunakan kemampuannya.
2) Peserta didik
lebih memahami pembelajaran untuk
memecahkan permasalahan yang ada pada LKPD.
3) Peserta didik lebih bisa mengutarakan pendapat, dan peserta didik
dituntut untuk memecahkan masalahnya sendiri.
b. Kekurangan
1) Jika petunjuk penggunaan LKPD
kurang sesuai, maka peserta didik akan kesulitan menggunakan LKPD tersebut.
2) Pembuktian secara langsung
dengan melakukan praktikum
dan percobaan membutuhkan
alat-alat yang memadai dan waktu yang panjang. Sehingga membutuhkan waktu yang
lama dalam mendapatkan hasil pembuktian.
6. Langkah-langkah pembuatan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD)
Untuk membuat Lembar
Kerja Peserta Didik
(LKPD), maka diperlukan dalam memahami langkah dalam
penyusunanya. Berikut ini langkah-langkah penyusunan lembar kerja peserta
didik:
a) Melakukan analisis kurikulum
Analisis kurikulum merupakan
langkah pertama dalam
penyusunan LKPD. Langkah ini
dimaksudkan untuk menentukan
materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKPD. Dan pada langkah
utamanya dalam menentukan materi, langkah pada analisisnya dilakukan dengan cara
melihat materi pokok, pengalaman belajar,serta materi yang akan diajarkan. Dan
kemudian, melihat kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.
b) Menentukan judul-judul Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD)
Dalam mengetahui judul LKPD ini ditentuka atas dasar kompetensi-
kompetensi dasar, materi-materi pokok, dan pengalaman belajar yang terdapat
dalam kurikulum. Pada satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKPD
apabila kompetensi dasar bisa dideteksi, yaitu dengan cara apabila dijelaskan ke
dalam materi pokok, oleh karena itu, kompetensi tersebut dapat dijadikan
sebagai satu judul LKPD.
c) Penulisan Lembar Kerja Peserta
Didik
Adapun langkah-langkah untuk menulis LKPD sebagai berikut:
pertama, dapat merumuskan
kompetensi dasar dilakukan dengan menurunkan rumusannya langsung dari kurikulum
yang berlaku. Kedua, dapat menentukan
alat penilaian, penilaianya ini dapat dilakukan dari proses kerja dan hasil
kerja dari peserta didik. Karena, pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah
kompetensi, dimana penilaianya didasarkan pada penguasaan kompetensi. Ketiga, penyusunan materi LKPD. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menyusun materi LKPD yaitu berkaitan dengan isi atau materi LKPD, yaitu
materi LKPD sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapainya. Keempat,
memperhatikan struktur LKPD.
Ini merupakan langkah terakhir dalam menyusun LKPD. Dan
struktur LKPD ini ada enam komponenya yaitu: judul, tujuan pembelajaran,
kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan
langkah-langkah kerja, serta penilaian.
B. Life Skill
1. Pengertian Life Skill (Tambah Teorinya)
Pengertian Life Skill telah dikemukakan
oleh beberapa ahli. Muhaimin berpendapat bahwa Life Skill adalah kecakapan yang
dimiliki seseorang untuk mau hidup dan berani menghadapi problema hidup dan
kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan
kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
(Muhaimin, 2003:155). Anwar berpendapat bahwa Life Skill adalah kemampuan yang
diperlukan untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain atau masyarakat
lingkungan dimana ia berada, antara lain keterampilan dalam mengambil
keputusan, pemecahan masalah, berpikir kritis, berpikir kreatif, berkomunikasi
yang efektif, membina hubungan antar pribadi, kesadaran diri, berempati,
mengatasi emosi dan mengatasi stress yang merupakan bagian dari pendidikan.
(Anwar, 2015:54). Menurut World Health Organization (WHO) dalam Life Skills
Education in Schools, Life Skills adalah berbagai keterampilan atau kemampuan
untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang
mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari
secara efektif. (Abuse, Geneva, 1997: 1).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka
dapat diambil hal-hal yang essensial berkaitan dengan kecakapan hidup, bahwa
kecakapan hidup adalah sebagai petunjuk praktis yang membantu peserta didik
untuk belajar bagaimana tumbuh untuk menjadi seorang individu, bekerja sama
dengan orang lain, membuat keputusan-keputusan yang logis, melindungi diri
sendiri untuk mencapai tujuan hidupnya. Sehingga dalam hal ini yang menjadi
tolok ukur Life Skill pada diri seseorang adalah terletak pada kemampuannya
untuk meraih tujuan hidupnya. Life Skill memotivasi peserta didik dengan cara
membantunya untuk memahami diri dan potensinya sendiri dalam kehidupan, sehingga
mereka mampu menyusun tujuan-tujuan hidup dan melakukan proses problem solving
apabila dihadapkan pada persoalan-persoalan hidup. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa kecakapan hidup merupakan suatu ketrampilan yang dimiliki
oleh seseorang agar dapat menghadapi tantangan hidup di masa yang akan datang.
Life skill
atau kecakapan hidup adalah kecakapan
yang
dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup
dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif
dan kreatif mencari serta
menemukan solusi
sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Kecakapan
hidup
(life skill)
lebih luas dari keterampilan untuk bekerja, apalagi sekedar keterampilan manual. Life skill cenderung kepada bakat yang dimiliki oleh seorang siswa. Sebagaimana dalam pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, penulis akan meneliti keberlangsungan pembelajaran
fisika. Dalam pembelajaran tersebut
apakah terdapat
aspek yang mengarah
kepada penumbuhan life skill
siswa.
Sebagai
contoh, pada pokok
bahasan
listrik
dinamis,
siswa akan
mengetahui pada
pokok
bahasan
ini dapat dimasukkan
aspek life skill, yaitu cara merangkai lampu listrik agar dapat hidup dan mati secara
otomatis.
Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi lima,
yaitu: Kecakapan Mengenal Diri (Self Awarness), yang juga sering disebut
kemampuan personal (Personal Skill); Kecakapan Berpikir Rasional (Thinking
Skill); Kecakapan Sosial (Social
Skill) Kecakapan Akademik (Academic
Skill), dan Kecakapan
Vokasional (Vocational Skill). Kecakapan mengenal diri (self
awarness) mencakup penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
anggota masyarakat dan
warga negara, menyadari
dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus
menjadikannya sebagai modal
dalam meningkatkan dirinya
sebagai individu yang bermanfaat bagi sendiri dan lingkungannya.
Kecakapan berpikir rasional (thinking
skill) mencakup kecakapan
menggali dan menemukan informasi
(information searching), kecakapan
mengolah informasi dan mengambil keputusan (information processing
and decision making skill), kecakapan memecahkan masalah secara kreatif (creative
problem solving skill).
Kecakapan sosial (social skill) mencakup kecakapan komunikasi
dengan empati (communication skill) kecakapan bekerjasama (collaboration skill), berempati, sikap penuh pengertian
dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi bukan
sekedar menyampaikan pesan,
tetapi isi dan sampainya pesan
disertai dengan kesan
baik akan menumbuhkan hubungan
yang harmonis.
2. Model Pendidikan Life Skill
Istilah model
secara etimologi berarti pola (contoh, acuan, ragam). Secara terminologi,
definisi model telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya: Model adalah
sejumlah komponen strategi yang disusun secara integratif, terdiri dari
langkah-langkah sistematis, aplikasi hasil pemikiran, contoh-contoh, latihan,
serta berbagai strategi untuk memotivasi para pembelajar. (Sofan Amri,
2014:55). Model adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial.
(Trianto, 2011: 51) Model adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. (Rusman,
2016:113).
Pendidikan
kecakapan hidup (Life Skill) menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah bagian dari pendidikan nonformal. Hal ini terdapat
pada Pasal 26 Ayat 3 berbunyi: “Pendidikan nonformal meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain
yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik”. Penjelasan yang
lain terdapat pada penjelasan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 3 tentang pendidikan
kecakapan hidup berbunyi: “Pendidikan kecakapan hidup (Life Skill) adalah
pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan
intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri”
(Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 ayat :3).
C. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik adalah
pembelajaran terpadu
yang terdiri dari
beberapa mata
pelajaran yang di
dalamnya dikaitkan pada
tema untuk memberikan pengalaman yang bermakna
kepada siswa. Tema
adalah
pokok
pikiran atau gagasan yang menjadi pokok pembicaraan(Majid, Abdul,2014:80). Pembelajaran Tematik terpadu adalah pembelajaran terpadu yang
menyatukan beberapa mata
pelajaran pada suatu tema, dimana
peserta
didik mempelajari materi yang sudah diikat oleh tema,
dan tidak memperlajari mata pelajaran secara terpisah(Kemendikbud,2013:7)
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan pokok bahasan
maupun konsep bidang studi satu dengan yang lainnya dan berbagai pengalaman belajar siswa yang dilaksanakan tanpa direncanakan terlebih dahulu yang dapat
memberikan pembelajaran yang
bermakna (Suprapto,2017:6)
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran tematik dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan
pembelajaran
yang mengaitkan
atau menyatukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam suatu tema
sehingga
memberikan pengalaman bermakna bagi
siswa.
1. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik memiliki Karakteristik dalam pembelajaranya yaitu sebagaimana yang diuraikan “Retno Widyaningrum dalam jurnal Cendikia
Vol. 10. 1. Sebagai berikut:
a) Berpusat pada siswa, yaitu pendekatan pembelajaran yang lebih menempatkan siswa
sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih sebagai fasilitator
dalam memberikan kemudahan-kemudahan
kepada siswa untuk melakukan
aktivitas
belajar.
b) Memberikan pengalaman langsung,
yaitu pembelajaran
yang dapat menghadirkan suatu dasar yang nyata atau konkrit dalam memahami dasar yang lebih
abstrak.
c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, yaitu pemisahan antar
mata pelajaran tidak begitu jelas atau Nampak karena difokuskan pembelajaran yang diarahkan pada
pembahasan tema-tema yang
berkaitan dengan
kehidupan siswa sehari-hari.
d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, yaitu menyajikan
konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Yang mana diharapkan agar siswa mampu memahami
konsep-konsep secara utuh untuk membantu siswa memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
e) Bersifat fleksibel,
yaitu guru
dalam mengaitkan materi-materi pelajaran dengan mengaitkanya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan
sekitar sekolah yang mana sesuai dengan
minat dan
kebutuhan siswa dalam mengoptimalkan potensi yang dimilki siswa sesuai
dengan
kebutuhanya.
2. Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik kurikulum
2013 mempunyai beberapa tujuan
sebagai berikut:
a)
Memusatkan pada satu tema atau pokok pembicaraan tertentu.
b)
Mempelajari dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam
tema yang sama.
c)
Mempunyai pemahaman lebih dan berkesan pada materi pelajaran.
d)
Mengembangkan kompetensi berbahasa yang lebih baik dengan pengalaman pribadi
siswa yang dikaitkan
berbagai mata pelajaran lain.
e)
Memiliki semangat belajar yang tinggi karena dapat berkomunikasi secara
nyata/langsung.
f)
Mendaptkan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam
konteks tema yang jelas.
g)
Menghemat waktu guru, karena mata pelajaran yang disajikan sudah dipadukan
dengan yang lain.
h)
Menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti dan moral siswa karena
memasukkan nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi(Kemendikbud,2013:193)
Tujuan pembelajaran tematik yaitu:
a)
Memahami konsep yang lebih bermakna.
b)
Mengembangkan keterampilan untuk menemukan, mengolah, dan memanfaatkan
informasi.
c)
Menumbuhkan dan mengembangkan
kebiasaan baik sikap
yang positif, dan nilai-nilai yang luhur dalam kehidupan.
d)
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan sosial.
e)
Semangat belajar meningkat dan
f)
Menemukan kegiatan sesuai minat dan kebutuhan siswa(Prastowo,2013:140)
Berdasarkan pernyataan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari
pembelajaran
tematik
yaitu memudahkan
materi
dalam
pembelajaran, mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa, dapat menumbuhkan sikap positif
terhadap budi pekerti dan keterampilan
sosial,
dapat
mempersingkat waktu dalam
pembahasan
materi, dapat membuat semangat belajar
siswa meningkat sehingga bisa menyesuaikan minat dan kebutuhan
siswa.
D. Kerangka Berfikir
Dapat dijelaskan dalam penerapan Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis life skill dapat menghasilkan sikap
ilmiah peserta didik kelas III Di
Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung
Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori-teori dan kerangka
berfikir sebagaimana diuraikan di atas, dengan demikian dapat dijadikan
hipotesis yang dirumuskan optimis media LKPD pada pembelajaran tematik tema 9
subtema 1 Kekayaan Sumber Energi di Indonesia pembelajaran 1 dapat meningkatkan
keterampilan proses pembelajaran siswa kelas kelas III Di Sekolah Dasar Negeri
193/VII Taman Bandung Kecamatan Pauh
Kabupaten Sarolangun.
F. Studi Relevan
1. Nurul Hidayati Rofiah,
dengan judul “
Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis KIT untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Dasar IPA MI/SD”.
Dari penelitian yang telah dilaksanakan,
tujuan penelitian tersebut adalah: selama ini proses pembelajaran
tematik muatan IPA di SD belum memberi kesempatan yang optimal bagi peserta
didik untuk meningkatkan keterampilan poses IPA. Kit IPA belum digunakan secara
optimal karena guru belum mengembangkan LKPD berbasis Kit IPA. Penelitian adalah penelitian R&D
dengan hasil LKPD berbasis Kit IPA. Hasil telah kelayakan kualitas oleh ahli
materi mendapat kategori “sangat baik”, oleh ahli media mendapat kategori
“baik”, oleh ahli bahasa mendapat kategori “baik”. Hasil uji coba skala kecil
menunjukkan terjadi peningkatan keterampilan proses dasar IPA di setiap aspek.
Sedangkan persamaan dan perbedaanya yaitu, persamaanya sama-sama meneliti
tentang lembar kerja peserta didik untuk meningkatkan keterampilan di MI/SD. Dan perbedaanya yaitu
peneliti Nurul Hidayati Rofiah itu menerapkan tentang pengembangan (R&D)
lembar kerja peserta didik (LKPD) Berbasis KIT untuk meningkatkan Keterampilan
Proses Dasar IPA MI/SD. Sedangkan peneliti meneliti tentang Penerapan Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis life skill dapat menghasilkan sikap
ilmiah peserta didik kelas III Di
Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung
Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun.
2. Pratiwi Kartika Sari, dengan judul “ Penerapan Pendekatan Proses Pada
Pembelajaran Tematik Siswa Sekolah Dasar”.
Dari penelitian diatas,
deskripsi data yang telah di analisis, tampak ada pengaruh yang signifikan pada
penerapan pendekatan proses terhadap pembelajaran Tematik Siswa Sekolah Dasar.
Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar yang cukup tinggi setelah siswa diberi
perlakuan pendekatan proses. Adapun hasil pengujian uji t sebesar 0,05 lebih
besar dari t tabel sebesar 0,002. Terdapat pengaruh hasil belajar antara kelas
eksperimen yang menggunakan pendekatan konvensional. Hal ini berarti terdapat
perbedaan positif dari penerapan pendekatan proses terhadap
hasil belajar siswa.
Artinya rata-rata hasil
belajar kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas control. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis
yang menyatakan terhadap pengaruh hasil belajar antara siswa yang menggunakan
pendekatan proses dengan siswa yang tidak menggunakan pendekatan proses.
Pendekatan proses dapat membuat siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran
dan berpengaruh terhadap hasil belajar. Terdapat pengaruh hasil belajar yang
signifikan setelah menerapkan pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan proses,
karena nilai rata-rata kelas eksperimen 83.12 lebih besar daripada rata-rata
hasil belajar kelas control 74.87 yang menggunakan pendekatan konvensional.
Dari penelitian yang
telah dilaksanakan, ada
persamaan dan perbedaan sebagai berikut: persamaanya yaitu
sama-sama meneliti tentang Belajar Tematik. Dan perbedaanya yaitu peneliti Pratiwi
Kartika Sari itu tentang Penerapan Pendekatan Proses Pada Pembelajaran Tematik
Siswa Sekolah Dasar, sedangkan peneliti meneliti tentang penerapan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) berbasis life skill dapat menghasilkan sikap ilmiah peserta didik kelas III Di Sekolah Dasar
Negeri 193/VII Taman Bandung Kecamatan
Pauh Kabupaten Sarolangun.
3. Devita Cahyani Nugraheny
dengan judul “
Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik berbasis Life Skills
untuk meningkatkan keterampilan proses dan sikap ilmiah di SMK Negeri 1 Panjatan.
Penelitian ini bertujuan untuk 1)
mengembangkan dan mengetahui kualitas LKPD industry kecil kimia berbasis life
skill untuk meningkatkan keterampilan proses dan sikap ilmiah peserta didik, 2)
mengetahui ada tidaknya peningkatan keterampilan proses dan sikap ilmiah peserta
didik setelah penggunaan LKPD berbasis life skill dalam pembelajaran. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi dan teknik angket. Dan
LKPD yang di kembangkangkan ini layak di gunakan sebagai media pembelajaran di
sekolah untuk meningkatkan keterampilan proses dan sikap ilmiah peserta didik.
Dari penelitian yang telah dilaksanakan, ada perbedaan dan persamaan dalam
penelitian tersebut. Persamaanya yaitu sama-sama meneliti tentang penerapan
lembar kerja peserta didik. Dan untuk perbedaanya yaitu Devita Cahyani
Nugraheny menerapakan lembar kerja peserta didik berbasis life skills untuk
meningkatkan keterampilan proses dan sikap ilmiah, sedangkan peneliti
menerapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis life skill dapat
menghasilkan sikap ilmiah peserta didik
kelas III Di Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun.
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK). Penelitian tindakan
kelas berasal dari
bahasa Inggris: classroom
Action
Research,
yang berarti
penelitian
yang dilakukan pada
sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu
subjek penelitian di kelas tersebut. Dengan demikian yang menjadi subjek
penelitian adalah situasi dikelas,
individu siswa atau disekolah.
Secara lebih luas
penelitian
tindakan diartikan
sebagai peneliti yang
berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan
mutu
atau pemecahan masalah pada sekelompok
subjek yang
diteliti dan mengamati
tingkat keberhasilan atau
akibat tindakannya, untuk kemudian
diberikan
tindakan lanjutan yang bersifat
penyempurna tindakan atau penyesuain
dengan
kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang
lebih baik.
Untuk mempermudah memahami pengertian PTK maka berikut akan diuraikan pengertian tiga unsure atau konsep yang
terdapat dalam penelitian tindakan
kelas yakni:
a. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan
mengumpulkan
data-data dan
dianalisis untuk
menyelesaikan
suatu
masalah.
b. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu yang
berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki
atau meningkatkan
mutu atau kualitas proses
belajar
mengajar.
c.
Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang
guru.
26
a. Menurut PGSM pengertian PTK
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman,
terhadap
tindakan-tindakan
yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi
dimana
praktik pembelajaran
tersebut
dilakukan.
b. Menurut Kasihani PTK
addalah
penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam
pembelajaran dikelas dengan
cara melakukan tindakan-tindakan.
Upaya tindakan
untuk memperbaiki dimaksudkan sebagai pencarian jawab atas permasalah yang
dialami guru dalam
dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
c. Selanjutnya I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit; Noehi Nasution merumuskan pengertian penelitian tindakan kelas
sebagai berikut: “penelitian tindakan
kelas
adalah
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehinggahasil belajar siswa menjadi
meningkat”. Penelitian tindakan
kelas (PTK) sangat bermanfaat
bagi guru,pembelajaran
siswa,
serta bagi sekolah.
Manfaat PTK bagi guru adalah: membantu guru memperbaiki pembelajaran, membantu
guru
berkembang secara professional,
meningkatkan rasa
percaya diri seorang guru,
dan
memungkinkan guru secara
aktif
mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan.
Manfaat PTK bagi pembelajaran siswa yaitu untuk meningkatkan proses / hasil belajar siswa, disamping guru melaksanakan PTK, guru dapat menjadi
model/contoh para siswa dalam bersifat kritis terhadap hasil belajarnya. Manfaat PTK bagi sekolah yaitu
untuk membantu sekolah
untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan pendidikan disekolah
tersebut.
Jenis-jenis penelitian tindakan
kelas, ada empat jenis penelitian
tindakan kelas (PTK) yang akan dibahas yakni: PTK diagnostic, PTK partisipan, PTK
empiris, dan PTK eksperimental. Berikut dijelaska secara singkat mengenai
keempat jenis PTK tersebut.
1. Penelitian
tindakan kelas
diagnostik. Yang dimaksud PTK
diagnostik adalah penelitian yang dirancang dengan menentukan
peneliti kearah suatu tindakan.
Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan
memasuki situasi yang
terdapat di dalam
latar
penelitian.
2. Penelitian
tindakan kelas kartisipan.
Suatu penelitian tindakan
kelas
kartisipan adalah
apabila orang yang akan melakukan
atau
melaksanakan penilaian harus ikut terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai
dengan
hasil penelitian berupa laporan.
3. Penelitian
tindakan kelas
empiris.
Yang
dimaksud penelitian
tindakan kelas
empiris apabila peneliti berupaya
melaksanakan sesuatu tindakan atau
aksi dan membukakan apa yang
dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi
berlangsung.
4. Penelitian
tindakan kelas eksperimental. Jenis PTK
ini
memiliki nilai potensi terbesar dalam kemajuan ilmiah.
Yang dikategorikan PTK
eksperimental ialah apabila
PTK
diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau
strategi secara efektif
dan
efisien didalam suatu kegiatan
belajar mengajar.
Prinsip
yang berlaku dalam penelitian tindakan kelas. Prinsip adalah suatu
pegangan, dan salah satu fungsi
pegangan adalah
untuk pedoman.
1. Tindakan dan proses
penelitian tidak boleh mengganggu kegiatan utama
dalam proses pembelajaran,
misalnya guru mengorbankan
kegiatan
proses belajar mengajar, untuk
menyusun penelitian tindakan
kelas.
2. Dalam penelitian harus menggambarkan ada masalah,
dan cara mengobatinya melalui metode
/ metode / teknik/ pendekatan /
strategi pembelajaran.
3. Peneliti harus
tetap memperhatikan etika
dan
tata karma penelitian serta rambu-rambu pelaksanaan yang berlaku umum.
Secara umum prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut
adalah:
1. Tidak menggangu
komitmen guru sebagai
pengajar
2. Metode pengumpulan
data tidak tidak menuntut waktu yang berlebihan
3. Metodologi yang digunakan harus reliable sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan
hipotesis secara meyakinkan
4. Masalah berawal dari kondisi nyata
dikelas yang
dihadapi guru
5. Dalam menyelenggaran penelitian, guru harus memperhatikan
etika profesionalitas guru
6. Meskipun yang dilakukan di kelas, teetapi harus dilihat dalam konteks
sekolah secara menyeluruh
7. Tidak mengenal populasi dan sampel
8. Tidak mengenal kelompok
eksperimen dan control
9. Tidak untuk digeneralisasikan(Adi Suprayitno,2020:57-66)
Ada beberapa model dalam penelitian tindakan kelas diantaranya ada: 1.
model kurt lewin, 2. model
kemmis dan tagarat, 3. model Hopkins. Dari
beberapa
model tersebut saya menggunakan model kemmis dan tagarat. Konsep dasar yang dipergunakan oleh Kurt Lewin dikembangkan oleh Kemmis dan Tagarat. Konsep tindakan (Acting) dengan pengamatan (Observing)
disatukan dengan alasan kedua kegiatan
itu tidak dapat dipisahkan satu sama
lain,
karena kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Bergitu berlangsung
suatu kegiatan dilakukan, kegiatan observasi harus dilakukan segera
mungkin. Bentuk model dari Kemmis dan
Tagarat
dapat di visualisaikan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Model penelitian tindakan
kelas Kemmis dan
Mc Taggart
Desain Model Kemmis
dan MC Taggart (Miftahul Huda, 2015.hal:50 ).
Empat langkah/tahapmenurut
Kemmis
& Taggart adalah sebagai
berikut :
a) Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (Perencanaan). Yang
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan
tersebut dilaksanakan.
b) Tahap 2: Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi
atau penerapan
isi rancangan di dalam
kancah, yaitu mengenai tindakan
kelas.
c) Tahap 3: Pengamatan, yaitu
pelaksanaan pengamatan
oleh pengamat.
d) Tahap 4: Refleksi atau
pantulan, yaitu kegiatan
untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah terjadi.
(Zainal
Akib,2009:5).
Model Kemmis dan Tagarat bila dicermati hakikatnya berupa
perangkat- perangkat atau
uraian-uraian dengan satu perangkat terdiri dari
empat
komponen yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan
dan refleksi. Uraian tersebut dipandang
sebagai suatu siklus. Oleh karena itu pengertian siklus disini adalah putaran kegiatan yang
terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Banyaknya siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung
dari permasalahan yang perlu dipecahkan, semakin
banyak permasalahan yang
ingin dipecahkan semakin banyak pula siklus yang
akan dilalui. Jika suatu penelitian
tindakan kelas ingin mengaitkan
materi pelajaran dan
kompetensi dasar dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajran melibatkan lebih dari dua siklus. (Parnawi. 2020: 12-13).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
di:
a. Tempat
Penelitian : SDN 193/VII Taman Bandung Kecamatan
Pauh.
b. Waktu Penelitian : semester genap 2021/2022.
c. Subyek Penelitian : siswa kelas III
dengan jumlah 18 siswa.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur
penelitian tindakan kelas ini di desain untuk 2 (dua)
siklus
dilaksanakan secara berulang. Jika
pada siklus pertama dapat terindentifikasi suatu
keberhasilan dan kekurangan dari beberapa tahapan yang telah dilaksanakan, maka
peneliti akan melanjutkan pada
tahap selanjutnya yaitu
dengan menggunakan
siklus kedua, dengan tahapan
kegiatan
yang sama
dengan siklus pertama.
Berikut ini adalah
tahap desain perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas di kelas III SDN 193/VII Taman Bandung Kecamatan Pauh.
Tahap penelitian dilakukan dalam dua tahap siklus yang tahapannya sebagai
berikut:
1. Pra Siklus
Pada pra siklus
ini, peneliti
mengidentifikasi
masalah dengan melaksanakan
beberapa kegiatan. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan awal yang akan terjadi dalam kelas III yang akan diteliti oleh peneliti. Berikut beberapa kegiatan ini:
Table 3.1 :Kegiatan Pra Siklus SDN 193/VII Taman Bandung
No. |
Keterangan |
1. |
Peneliti meminta izin
kepada kepala sekolah |
2. |
Peneliti bertemu
dan meminta izin kepada guru
kelas
untuk melaksanakan
penelitian. |
3. |
Peneliti melaksanakan penelitian
( Observasi atau Pengamatan ). |
4. |
Peneliti melakukan
wawancara kepada guru pengajar
tematik dan
kepada siswa kelas
III SDN 193/VII Taman Bandung Kecamatan Pauh |
2. Kegiatan Siklus I sebagai
berikut:
a) Tahap Perencanaan/Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran yang
matang untuk mencapai pembelajaran yang
diinginkan oleh peneliti. Dalam siklus pertama peneliti mempersiapkan proses pembelajaran dengan menyiapkan lembar
kerja peserta didik
(LKPD).
menyusun instrumen non tes. Instrumen non tes
berupa lembar observasi, lembar wawancara,
dan dokumentasi, melakukan kolaborasi dengan guru kelas dan
teman
sejawat. Sebelumnya peneliti terlebih dahulu membicarakan kegiatan apa
saja yang
akan dilakukan dengan guru kelas. Disamping
itu,
peneliti juga membutuhkan informasi tentang
keadaan kelas,
karena penelitian bukanlah
pengajar
di kelas itu.
Pada siklus I ini yang mana terdapat 14 butir soal yang di dalamnya
berupa gambar pada
materi pada setiap butir
soal sehingga memudahkan siswa dalam
menjawab setiap pertanyaanya.
Table 3.2 : Tahapan Perencanaan Tindakan
SDN 193/VII Taman Bandung
No. |
Keterangan |
1. |
Peneliti merencanakan proses
pembelajaran dengan
membuat RPP. |
2. |
Peneliti menyiapkan media
pembelajaran yaitu Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang akan
digunakan
dalam proses
pembelajaran. |
3. |
Peneliti menyiapkan Lembar Observasi
aktivitas guru dan siswa. |
4. |
Peneliti menyiapkan materi berupa gambar-gambar untuk digunakan dalam
proses pembelajaran. |
5. |
Peneliti menyiapkan peralatan
dokumentasi pembelajaran. |
a.
Tahap Pelaksanaan
Tindakan
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran yang telah dipersiapkan
oleh peneliti.
Tindakan yang dilakukan
dalam pelaksanaan yaitu menerapkan
LKPD pada siklus
satu sesuai dengan
perencanaan yang
telah disusun. Tindakan yang
dilakukan dalam tahap ini terdiri
atas:
Tabel. 3.3 : Tahap Pelaksanaan Tindakan
No. |
Keterangan |
1. |
Peneliti memastikan peserta
didik siap dalam
mengikuti proses
pembelajaran. |
2. |
Peneliti menyampaikan materi
sesuai dengan RPP yang telah
disiapkan dengan menggunakan
media LKPD. |
3. |
Peneliti memberikan Lembar
Kerja Peserta Didik
(LKPD) untuk melihat peningkatan
siswa dalam keterampilan
dengan materi yang telah
disampaikan. |
4. |
Peneliti memberikan
penilaian. |
1. Pendahuluan Atau Persiapan
Langkah awal tahap ini adalah guru mengkondisikan siswa agar siap
mengikuti pembelajaran dan memberikan apersepsi berupa
kegiatan
tabel jawab tentang keterampilan Pembelajaran Tematik yang
pernah
dipelajari sebelumnya oleh siswa. Tujuan kegiatan apersepsi ini adalah
untuk menggali pengetahuan tentang keterampilan yang diajarkan sebelumnya. Kemudian guru memberikan penjelasan mengenai kegiatan
belajar mengajar yang hendak dilaksanakan dengan menggunakan LKPD
dengan menggunakan Keterampilan
Proses Pembelajaran Tematik.
Disamping itu, guru juga menyiapkan manfaat pembelajaran, hal ini dilakukan sebagai upaya peningkatan dalam belajar siswa agar mulai dari awal pembelajaran siswa memiliki motivasi
belajar terlebih dahulu.
2. Inti atau pelaksanaan
Pada tahap ini, guru menerapkan pembelajaran sesuai dengan scenario yang telah
di siapkan kemudian memberikan
penjelasan tentang LKPD Keterampilan
Belajar
Tematik agar mudah dipahami siswa.
3. Penutup
atau akhir
Guru bersama
siswa melaksanakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dengan menggunakan LKPD Pada akhir pembelajaran, yang bertujuan mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan siswa dalam mengetahui belajar dengan menggunakan LKPD di kelas.
Tabel. 3.4 : Tahap Pengamatan
No. |
Keterangan |
1. |
Peneliti mengamati
apa
yang terjadi
selama proses pembelajaran pada siklus
1 berlangsung. |
2. |
Peneliti melakukan
pengamatan dengan
dibantu oleh observer (guru tematik di kelas III SDN 193/VII Taman Bandung Kecamatan
Pauh |
b. Tahap Pengamatan
Observation)
Pengamatan
dilaksanakan bersama dengan
pelaksanaan
tindakan
dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi peneliti dan siswa. Pada tahap ini peneliti mengamati kegiatan siswa
selama proses pembelajaran. Adapun aspek yang diamati adalah pelaku
siswa antara lain:
1) Observasi tentang keterampilan proses belajar siswa dan ke antusias
peristiwa.
2) Semangat
siswa dalam menerima materi pelajaran dengan menggunakan LKPD
dalam proses pembelajaran tematik.
3) Cara mengecek
masalah yang diberikan
oleh guru.
c. Tahap refleksi
Tahap refleksi, pada tahap ini yang
dilakukan adalah menganalisis hasil pengamatan yang
dilakukan di kelas sehingga dapat terlihat berbagai kekurangan selama kegiatan belajar mengajar secara
berlangsung. Dan
refleksi
ini dilakukan dengan kegiatan diskusi dengan observer, sehingga
guru bisa mencatat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki.
Kemudian
yang nantinya bisa dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan rencana
ulang(Y.Astuti, 2014:77)
3. Pelaksaan Siklus II
Siklus kedua ini dilakukan sebagai usaha
meningkatkan keterampilan siswa dalam belajar dengan
menggunakan LKPD proses Pembelajaran Tematik.
Hasil pembelajaran pada
siklus kedua ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus pertama. Siklus kedua ini
juga melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus pertama.
a.
Perencanaan
Pada siklus
kedua ini, peneliti
membuat rencana
pembelajaran
yang bagian-bagiannya sama dengan rencana pembelajaran pertama. Peneliti
juga kembali melakukan diskusi
dengan guru kelas
tentang kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan apa saja yang
harus diperbaiki.
Dan peneliti juga
memperbaiki pembuatan LKPD yang akan
diajarkan kepada siswa, sehingga pada siklus
II ini sedikit berbeda
LKPD dari siklus I, yang
mana di dalam LKPD pada siklus II ini pada
setiap lembar kerja peserta didik nya ini menampilkan
berbagai warna dan
gambar-gambar pada
setiap LKPD nya,
sehingga bisa menarik
siswa dan memotivasi siswa
untuk semangat dalam belajar dengan
menggunakan LKPD.
Penyusunan RPP (
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
) pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I, hanya saja pada kegiatanya
ini lebih mendorong siswa untuk lebih terampil
dalam mengerjakan
LKPD yang diberikan kepada siswa, dan pada siklus II ini terdapat 11
butir soal yang mana pada butir
soal yang ke 11 ini siswa
diminta untuk terampil dalam menjawab kesimpulan pada pembelajaran yang
diberikan.
b. Tahap Pelaksaan
Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan pada siklus II
menitikberatkan pada
materi tema 9 subtema 1 pembelajaran ke 1 dengan menggunakan LKPD. Sebelum siswa memulai pembelajaran tema
9 subtema 1 pembelajaran ke 1, peneliti
terlebih dahulu melakukan tanya jawab
pada
siswa mengenai isi materi yang
telah dijelaskan sebelumnya dan setelah
itu
peneliti menjelaskan terlebih dahulu kesalahan yang terjadi pada
siklus satu. Kemudian peneliti meminta
siswa untuk fokus dan konsentrasi dalam menerima materi
pelajaran.
c.
Tahap Pengamatan.
pada tahap ini dilakukan bersamaan dengan
dilakukannya tindakan. Peneliti mempersiapkan lembar
pedoman observasi.
Aspek yang diamati pada siklus II sama dengan aspek yang diamati pada siklus I,
dalam kegiatan observasi ini peneliti mengamati siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Tahap Refleksi
Pada siklus kedua
ini peneliti menganalisa
hasil pengamatan terhadap
kinerja siswa dan penilaian hasil kerja. Analisis kinerja siswa meliputi
sejauh mana siswa terampil dengan pembelajaran tematik dengan menggunakan LKPD
dan membandingkan nya
dengan hasil
pengamatan pada siklus pertama , apakah ada peningkatan atau tidak. Dan
peneliti melakukan refleksi
terhadap pelaksanaan siklus II.
D. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara,
dokumentasi.
a. Observasi
Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya
dapat menggunakan data, yaitu fakta
mengenai fakta dunia yang
diperoleh berdasarkan observasi. Data
itu dikumpulkan dan sering bantuan berbagai alat yang
sangat canggih, sehingga benda-benda
yang kecil
(proton dan
electron)
maupun
yang sangat jauh
( benda ruang angkasa)dapat diobservasi dengan jelas.
(sugiyono. 2014: 226)
Jadi dapat disimpulkan
bahwa observasi atau disebut juga dengan
pengamatan merupakan kegiatan memperhatikan semua objek dengan menggunakan
panca indera.
Observasi dilakukan
berdasarkan perilaku siswa. Hal yang dinilai
dalam lembar
observasi
meliputi
(1) kesiapan
siswa
dalam pembelajaran dengan menggunakan LKPD, (2) keseriusan siswa dalam mendengarkan penjelasan dari guru, (3)
keterampilan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung,
(4)
respon siswa ketika belajar dengan
menggunakan LKPD (5)
siswa bersemangat
dalam mengerjakan tes.
Sementara itu
aspek-aspek
yang
diamati pada observasi terhadap aktivitas siswa adalah kesiapan siswa memulai pelajaran, mendengarkan
pengantar yang disampaikan guru, menjawab pertanyaan yang
diberikan guru, memperhatikan materi
pembelajaran, menerapkan
keterampilan,
keaktifan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung, keseriusan siswa
ketika
mengerjakan soal tes pada media Lembar Kerja
Peserta Didik
(LKPD),
dan ketertiban siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Wawancara (interview)
Esterberg (2020) mendefinisikan interview sebagai berikut “a
meeting of two person to exchange information and idea through question and respnses, resulting in communication and joint
construction
of meaning about a
particular topic”
wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui
tanya
jawab, sehingga
dapat dokonstruksikan makna
dalam suatu topic tertentu
(Sugiyono,2014:231)
Wawancara dilakukan terhadap siswa yang berhasil dan siswa yang tidak berhasil dalam
belajar dengan keterampilan proses pembelajaran Tematik menggunakan LKPD. Hal
ini dilaksanakan
untuk mengetahui penyebab berhasil
atau tidak berhasilnya
siswa
dalam belajar dengan menggunakan LKPD. Hasil wawancara
ini dapat digunakan untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran siklus berikutnya.
Kegiatan wawancara
dilaksanakan di luar jam pelajaran efektif.
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan
data
tentang permasalahan pembelajaran pada pra
siklus dan setelah siklus. Dilakukan dengan cara
memberikan beberapa pertanyaan kepada narasumber, untuk
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang ada ataupun
yang diteliti. Wawancara merupakan instrumen penelitian yang
sering digunakan untuk mengumpulkan
data dalam PTK.
Penelitian ini, pewawancara melakukan wawancara secara individual
terhadap guru pembelajaran tematik kelas III Adapun tujuan
dari wawancara ini adalah untuk mengetahui pemahaman yang dimiliki oleh guru dan siswa setelah menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) metode kontekstual dalam pembelajaran tematik pada kelas III SDN .
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan
(life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup,
sketsa dan lain-lain.
Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, yang
dapat
berupa gambar, patung,
film,
dan lain-lain.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas
ini,
teknik analisis data
secara kuantitatif dan
kualitatif. Berdasarkan kedua jenis data yang
diperboleh tersebut, maka jenis
analisis
yang digunakan
pada penelitian ini adalah teknis
analisis data secara
kuantitatif dan teknis data secara kualitatif.
Pengkajian atau analisis data dilakukan dengan metode kuantitaif untuk pengamatan kinerja
siswa dan penilaian hasil kerja
siswa. Sedangkan hasil wawancara
menggunakan metode
kualitatif. Berikut ini dijelaskan penerapan
kedua teknik tersebut.
1. Kuantitatif
Dalam kuantitatif merupakan data dari hasil lembar
kerja peserta didik pada
siklus I
dan siklus II.
Data
kuantitatif diperoleh
dari hasil
yang
dikerjakan siswa pada siklus I dan siklus
II.
Adapun data kuantitatif dalam penelitian ini berupa data
jumlah siswa, nilai keterampilan siswa, nilai rata-rata siswa, di kelas III SDN.
a.
Lembar Observasi
Dalam analisis data penulisan akan mengambil data tentang hasil observasi
belajar siswa dan aktivitas mengajar guru serta nilai rata-rata keterampilan siswa.
Tabel 3.5 : Pedoman Skor
Kriteria |
Skor |
Sangat Terampil |
5 |
Terampil |
4 |
Cukup Terampil |
3 |
Kurang Terampil |
2 |
Sangat Kurang Terampil |
1 |
(Dimodifikasi dari Ridwan,
2015: 10)
Untuk mencari perhitungan pada
aktivitas belajar siswa dan aktivitas
mengajar guru pada
tiap hari butir pernyataan
menggunakan rumus menurut Tegeh,dkk (2014) yaitu
sebagi berikut:
Rumus : P ==ƩX SM1
Keterangan:
P = Presentase
ƩX = Jumlah Skor
SM1 = Skor Maksimal
Adapun nilai
rata-rata
hasil keterampilan
siswa dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
Nilai Rata-rata Keterampilan
Siswa
Nilai keterampilan
siswa bisa diketahui dari
hasil peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh
siswa yang berikutnya dibagi
dengan
jumlah seluruh siswa kelas III,
kemudian akan diperoleh nilai rata-rata. Dan
untuk menghitung
nilai
rata-rata bisa menggunakan rumus sebagai
berikut:
Rumus 3.3
X= Ʃ X
ƩN
Keterangan: X = Nilai
Rata-rata
ƩX = Jumlah semua
nilai siswa
ƩN = Jumlah siswa
Kriteria keterampilan ditentukan berikut
ini:
Tabel
3.6 : Kriteria
Nilai Ketuntasan siswa
Tingkat Pencapaian |
Kualifikasi |
90-100% |
Sangat Terampil |
75%-89% |
Terampil |
65-%74% |
Cukup Terampil |
55%-64% |
Kurang Terampil |
0%-54% |
Tidak Terampil |
(Dimodifikasi
dari Tegeh,
dkk, 2014:83)
Hasil
perhitugan
nilai siswa dari
masing-masing non
tes ini kemudian
dibandingkan dengan siklus
I dan
siklus II.
Hal
ini akan memberikan
gambaran mengenai presentase
peningkatan kompetensi siswa dalam
pengerjaan lembar kerja peserta didik melalui keterampilan proses
pembelajaran
Tematik.
2. Kualitatif
Data kualitatif ini diperoleh dari data
non tes yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Data observasi
untuk mengetahui kesulitan
siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja
peserta didik. Data tersebut juga digunakan untuk menentukan yang akan diwawancarai. Sementara
itu, dokumentasi digunakan untuk
merekam kegiatan siswa dalam
proses
pembelajaran.
Analisis dilakukan dengan menyamakan data secara
keseluruhan.
Analisis dan pendeskripsian
data non tes ini bertujuan untuk mengungkapkan semua
perilaku siswa dan perubahanya
selama
proses pembelajaran
dari siklus I ke siklus II.
TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran
Umum Lokasi Penelitian
1. Historis Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung
Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung merupakan salah satu sekolah Dasar
yang berada di Desa Taman Bandung Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun. Sekolah
Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung berdiri pada tahun 1998 yang beralamat di RT. 03/01 Desa Taman
Bandung Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi kode pos 37391, dengan SK pendirian 1998-06-06(Dokumentasi : SDN 193/VII Taman Bandung 2022)
Wawancara penulis dengan bapak Ivan Munandar, S.Pd selaku kepala Sekolah
Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung mengatakan : bahwa Sekolah Dasar Negeri
193/VII Taman Bandung ini didirikan bertepatan pada taanggal 06 Juni 1998. Hal
yang menjadi dasar berdirinya SD Negeri 193/VII Taman Bandung ini karena
anak-anak di Desa Taman Bandung ini memang belum ada Sekolah Dasar, jika ada
orang yang ingin melanjutkan pendidikan anaknya ke tinggakat Sekolah Dasar,
mereka mengantarnya jauh dari Desa yaitu ke Desa tetangga, mengingat pentingnya
pendidikan dasar bagi anak di Desa Taman Bandung, sehingga masyarakat setempat
mengusulkan ke Dinas Pendidikan Pauh untuk dapat mendirikan sekolah dasar di
Taman Bandung, sehingga terbangunlah sekolah dasar khusus bagi anak-anak yang
berada di Desa Taman Bandung” (Wawancara, 02 Maret 2022)
Pada prinsipnya Sekolah Dasar
Negeri 193/VII Taman Bandung ini sama dengan sekolah dasar lainnya, yaitu ingin
menciptakan regenerasi peserta didik yang berilmu, berkahlakul karimah,
terampil dan cerdas sehingga dapat menjadikan pribadi yang memajukan bangsa dan
negara.
42
2. Geografis Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman
Bandung
Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung
terletak di jalan Lintas Pauh-Sarolangun RT. 03
Desa Taman Bandung Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi pada koordinat Latitude (Lintang) --2,2328
Longitude
(Bujur) 102,9451.
Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung sangat strategis, dimana letaknya diatas
permukaan bukit yang berhadapan dengan jalan raya menghadap sebelah Timur.
Demikian juga dengan jangkauan lalu lintas yang mudah untuk ditempuh menuju ke
Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung.
Adapun batas-batasnya
adalah sebagai berikut:
a. Sebelah
utara berbatasan dengan jalan raya Pauh-Sarolangun
b. Sebelah
selatan tepat berbatasan
dengan rumah penduduk
c. Sebelah
barat berbatasan dengan
kebun prnduduk
d. Sebelah
timur berbatasan dengan rumah penduduk (Observasi : SDN 193/VII Taman Bandung tanggal 13 Februari 2022).
3. Visi, Misi, Tujuan Sekolah Dasar
Negeri 193/VII Taman Bandung
a. Visi
Berprestasi, Cerdas dan Trampil Berdasarkan Iman
b. Misi
1)
Melaksanakan proses belajar mengajar secara PAKEM
2)
Mendorong semangat siswa untuk berprestasi di bidang akademik dan non
akademik
3)
Memberi layanan ekstrakulikuler dengan maksimal
4)
Meningkatkan norma-norma agama dilandasi iman
c. Tujuan pendidikan
1) Tujuan umum :
“Memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis hitung”, pengetahuan dan
keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP”
(SK Mendikbud No 060/U/1993).
2) Tujuan khusus berdasarkan Visi
dan Misi:
a) Menciptakan siswa berprestasi
dan berwawasan maju yang beriman dan bertaqwa
b) Memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis hitung” pengetahuan dan
keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
perkembangannya agar berguna di masyarakat.
4. Struktur Organisai Sekolah Dasar
Negeri 193/VII Taman Bandung
Struktur organisasi merupakan sebuah sususan berbagai komponen atau
unit-unit kerja dalam sebuah organisasi yang ada. Struktur Organisasi menjadi tolak
ukur dalam satu
lembaga organisasi baik lembaga
pendidikan maupun lembaga
lainnya. Organisasi yang baik dapat menunjukkan kegiatan yang baik dan
juga merupakan pendukung dalam pelaksanaan segala program kerja organisasi
tersebut. Demikian juga halnya dengan Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman
Bandung Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun
juga mempunyai struktur organisasi sekolah, sama halnya dengan sekolah lainnya
Struktur organisasi Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kecamatan
Pauh Kabupaten Sarolangun berdasarkan
dokumentasi dilapangan cukup sederhana seiring dengan tipologi sekolah
tersebut, untuk lebih jelas bagian struktur organisasi Sekolah Dasar Negeri
193/VII Taman Bandung dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut:
Struktur Organisai
SD Negeri 193/VII Taman Bandung
Kecamatan Pauh
Komite Sekolah Jumadi
Kepala Sekolah Ivan Munandar, S.Pd Guru Kelas I Silmi Ana Afriza, S.Pd Guru Kelas IV Nike Nurhayati, A.Md Guru Kelas VI Sakrul T, A.Ma.Pd Guru Kelas III Hoiru Sa'adah, S.Pd.I Guru Kelas II Amindra Zeri, S.Pd Guru Kelas V Suji Prihatin, S.Pd Operator Sekolah Nazirman, S.Pd Bendahara Nurhikmah, S.Pd
(Dokumentasi : Struktur SDN 193/VII Taman
Bandung tahun 2022
5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa
a. Keadaan Guru dan Karyawan
Tenaga pendidik atau guru di Sekolah
Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun
mempunyai tugas utama dalam mengelola pelajaran umun dan agama untuk
disampaikan kepada para siswa. Guru adalah pelaksana dan pengembang program
kegiatan dalam proses belajar mengajar, bagaimanapun guru merupakan jembatan
bagi siswa untuk memahami pelajaran.
Guru mempunyai peran yang sangat
penting dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, keadaan guru harus diperhatikan.
Secara kesuluruhan, guru Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung berjumlah
9 orang, dengan
perincian kepala sekolah
1 orang, Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS ) 4 Orang, dan Guru tidak tetap
(GTT) 5 Orang, mengenai data guru dan karyawan secara lebih lengkap bisa dibaca
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 : Data Guru
dan Karyawan Sekolah Dasar Negeri 193/VII
Taman Bandung Kabupaten Sarolangun.
Nama |
Jabatan |
Mata Pelajaran |
|
1.
|
Ivan
Munandar, S.Pd |
Kepala Sekolah |
- |
2.
|
Nurhikmah,
S.Pd |
Bendahara |
Tematik |
3.
|
Nazirman,
S.Pd |
Operator |
Tematik |
4.
|
Nike
Nurhayati, A.Md |
Guru |
PAI |
5.
|
Silmi
Ana Afriza, S.Pd |
Guru |
PJOK |
6.
|
Amindra
Zeri, S.Pd |
Guru |
Tematik |
7.
|
Hoiru
Sa'adah, S.Pd.I |
Guru |
Tematik |
8.
|
Sakrul
T, A.Ma.Pd |
Guru |
Tematik |
9.
|
Suji
Prihatin, S.Pd |
Guru |
Tematik |
(Dokumentasi : SDN 193/VII Taman
Bandung tahun ajaran 2021/2022)
b. Keadaan Siswa/Siswi
Siswa
merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan, keadaan
siswa di Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung pada tahun 2021-2022 secara keseluruhan
mencapai 101 siswa. Adapun keadaan siswa Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman
Bandung bisa dibaca dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.2 : Data
Siswa-Siswi Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kabupaten Sarolangun.
No |
Kelas |
Jenis Kelamin |
Jumlah |
|
LK |
PR |
|
||
1.
|
Kelas I |
3 |
8 |
11 |
2.
|
Kelas II |
8 |
5 |
13 |
3.
|
Kelas III |
7 |
11 |
18 |
4.
|
Kelas IV |
12 |
10 |
22 |
5.
|
Kelas V |
9 |
11 |
20 |
6.
|
Kelas VI |
7 |
10 |
17 |
Jumlah |
46 |
55 |
101 |
(Dokumentasi : SDN 193/VII Taman
Bandung tahun ajaran 2021/2022)
6. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan
prasarana merupakan salah
satu penunjang dalam
pembelajaran bahkan penentu berjalannya
suatu proses pembelajaran.
Maka dari itu,
keadaan sarana dan prasarana harus sangat diperhatikan. Sarana adalah segala sesuatu yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan. Sarana adalah
peralatan dan perlengkapan
yang secara langsung dipergunakan
dan menunjang proses
pendidikan, khususnya proses belajar
mengajar seperti gedung,
ruang kelas, meja dan kursi,
serta alat-alat dan media pembelajaran.
Atau fasilitas belajar yang diperlukan dalam proses belajar mengajar agar
proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat menberikan semangat belajar kepada siswa.
Disamping sarana
terdapat pula prasarana
yang merupakan fasilitas belajar
yang mendukung dan
membantu proses pembelajaran yang
tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran seperti
halaman, kebun, taman sekolah, dan jalan
menuju sekolah. Tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk
proses pengajaran seperti taman sekolah yang digunakan sekolah untuk pengajaran
pendidikan lingkungan hidup, halaman sekolah sekaligus lapangan olahraga,
upacara dan kegiatan lainnya komponen
tersebut merupakan prasarana pendidikan.
Adapun
sarana dan prasarana Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kabupaten Sarolangun dapat bisa di baca pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 : Data
Sarana dan prasarana Sekolah Dasar Negeri 193/VII
Taman Bandung Kabupaten Sarolangun.
No |
Jenis |
Jumlah |
Keterangan |
1.
|
Ruang Kepala Sekolah |
1 |
Baik |
2.
|
Ruang TU |
1 |
Baik |
3.
|
Ruang Majlis Guru |
1 |
Baik |
4.
|
Ruang Belajar |
6 |
Baik |
5.
|
Papan Tulis |
6 |
Baik |
6.
|
Meja dan Kursi |
101 |
Baik |
7.
|
Sapu |
8 |
Baik |
8.
|
Ruang UKS |
1 |
Baik |
9.
|
Perpustakaan |
1 |
Baik |
10.
|
Rumah Penjaga |
1 |
Baik |
11.
|
Lemari Buku |
6 |
Baik |
12.
|
Buku Modul dan LKS |
200 |
Baik |
13.
|
WC guru |
2 |
Baik |
14.
|
WC siswa |
4 |
Baik |
(Dokumentasi : SDN 193/VII Taman
Bandung tahun ajaran 2021/2022)
B. Penjelasan Data Per-Siklus
1. Pra Siklus
Sebelum melakukan proses
pembelajaran tematik IPA, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu terhadap
kemampuan siswa dalam memahami Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) di kelas III Di Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kabupaten
Sarolangun.
Dari hasil pengamatan penulis di
kelas III SDN 193/VII Taman Bandung, penulis masih menemukan bahwa strategi
yang digunakan guru masih dalam menyampaikan materi tematik muatan IPA masih
bersifat monoton, dimana siswa hanya diberikan tugas apa yang ada dibuku
tematik sehingga banyaknya siswa belum memahami dari materi yang diberikan
guru dan belum tuntas.
Pada tahap penelitian ini, peneliti melakukan kolaborasi
bersama dengan guru kelas III, dan peneliti
disini bertindak sementara menggantikan guru kelas untuk mengajar dalam
melaksanakan tindakan penelitiannya. Sementara guru kelas nya hanya bertugas
mengamati peneliti ketika peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran
berlangsung berdasarkan observasi yang telah diketahui sebelumnya. Peneliti dan
guru juga mengamati apakah kegiatan belajar siswa bisa terlaksana dengan baik
sehingga bisa berdampak pada peningkatan keterampilan proses belajar siswa.
Dari pengamatan dan hasil
dokumentasi penulis pada saat proses pembelajaran tematik muatan IPA pada sub
tema pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup pada kondisi awal menunjukkan
hasil sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 4: Kondisi awal pra siklus
No |
Nama Siswa |
Hasil Observasi Pra Siklus |
Keterangan |
Nilai |
|||
1 |
ARP |
75 |
Tuntas |
2 |
DSA |
60 |
Tidak Tuntas |
3 |
GA |
65 |
Tidak Tuntas |
4 |
HFN |
60 |
Tidak Tuntas |
5 |
IS |
60 |
Tidak Tuntas |
6 |
IU |
60 |
Tidak Tuntas |
7 |
LN |
75 |
Tuntas |
8 |
RA |
65 |
Tidak Tuntas |
9 |
MF |
60 |
Tidak Tuntas |
10 |
MP |
65 |
Tidak Tuntas |
11 |
MZ |
75 |
Terampil |
12 |
RCS |
60 |
Tidak Tuntas |
13 |
SK |
75 |
Terampil |
14 |
SP |
60 |
Tidak Tuntas |
15 |
SN |
65 |
Tidak Tuntas |
16 |
TA |
65 |
Tidak Tuntas |
17 |
RR |
65 |
Tidak Tuntas |
18 |
RA |
60 |
Tidak Tuntas |
Jumlah |
1170 |
Tidak Tuntas |
|
Skor Rata-Rata |
65 |
||
Tuntas |
22,22% |
||
Tidak Tuntas |
77,78% |
Keterangan :
1)
Siswa yang sudah dinyatakan tuntas jumlah sebanyak 4 siswa.
2)
Siswa yang belum tuntas terdapat jumlah sebanyak 14 siswa.
1. Nilai rata-rata Keterampilan Siswa
X= ƩX = …..
ƩN
X= 50 = 2,7
18
Keterangan: X = Nilai Rata-rata
ƩX = Jumlah semua nilai siswa
ƩN
= Jumlah siswa
Kriteria tingkat
keberhasilan nilai rata-rata keterampilan siswa adalah sebagai berikut:
2. Ketuntasan Keterampilan LKPD
P= Ʃ Jumlah Siswa yang
tuntas x 100%=….
Ʃ Siswa
P = 4 x 100% = 22.22%
18
Dari
data tersebut, perolehan dari skor rata-rata keterampilan siswa yaitu 2,22
(kurang). Kebanyakan dari siswa tersebut kurang terampil sebanyak 8 siswa, dan
ada 6 siswa yang termasuk dalam kategori cukup terampil sedangkan yang termasuk
kategori terampil ada 4 siswa. Dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa
nilai keterampilan siswa dalam memahami memahami LKPD pembelajaran tematik
muatan IPA materi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup Kelas III diatas
yang sudah dilakukan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru tematik yaitu
terdapat 4 siswa dari jumlah siswa 18 orang yang berhasil mencapai KKM. sedangkan 14 siswa lainnya masih belum mampu
memahami materi dengan sempurna sehingga masih mendapat nilai keterampilan
dibawah nilai KKM yang telah ditentukan,
maka dari itu belum bisa dikatakan tuntas. Presentase yang diperoleh adalah
22,22% dan nilai rata-rata yang diperoleh 2,7. skor rata-rata keterampilan
siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kabupaten
Sarolangun termasuk dalam kategori “kurang terampil”. Dan hasil data
tersebut dikarenakan saat proses pembelajaran berlangsung guru hanya memberikan
materi kemudian siswa disuruh membaca kembali materinya setelah itu siswa di
suruh mengerjakan soal-soal yang ada pada buku Tematik. Proses pembelajaran
seperti ini bisa mengakibatkan kurangnya pemahaman pembelajaran siswa dan hasil
keterampilan pembelajaran siswa.
2. Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Berdasarkan hasil observasi dari siklus Pra
Siklus maka penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
berbasis Life Skill untuk menghasilkan sikap ilmiah peserta didik. Untuk menghasilkan sikap ilmiah peserta didik, maka yang pertama
dilakukan oleh guru adalah menerapkan Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) pembelajaran yang menarik dalam setiap proses pembelajaran.
Pada tahap siklus I ini
peneliti melaksanakan tindakan kelas sesuai dengan perencanaan yang telah di
susun sebelumnya. Dan perencanaan tersebut merupakan pedoman untuk melaksanakan
tindakan yang akan dilakukan.
Berikut ini deskripsi pelaksanaan kegiatan
pembelajaran Tematik muatan IPA dengan menggunakan media Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD).
1). Peneliti terlebih dahulu menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) yang akan digunakan untuk peneliti dalam melakukan
suatu kegiatan penelitian sesuai kurikulum yang digunakan di Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kabupaten
Sarolangun yaitu Kurikulum 2013.
2). Peneliti menyiapkan media Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran Tematik di kelas III.
Media Lembar Kerja Peserta Didik yang didalam nya berupa gambar tentang pembelajaran tematik muatan IPA materi pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup, yang mana di dalam Lembar Kerja Peserta
Didik tersebut berisikan beberapa gambar dan beberapa pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab oleh siswa.
b. Pelaksanaan
Sebelum proses pembelajaran
berlangsung, guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis
penelitian tindakan kelas. selanjutnya Menyiapkan sumber pembelajaran, bahan
ajar, dan juga alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, menyiapkan instrumen
penilaian yang akan
digunakan untuk mengukur pencapaian kompetensi, Menyiapkan kriteria
ketuntasan minimal pencapaian
kompetensi serta menyiapkan
instrument tolak ukur
keberhasilan tindakan.
c. Tindakan (action)
Setelah perencanaan selesai, peneliti
sekaligus sebagai guru atau pengajar melaksanakan tindakan atau proses
pembelajaran langsung sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
telah di susun sebelumnya. Setiap siklus pembelajaran terbagi menjadi 3 tahap
pelaksanaan yaitu, pembukaan, inti, dan penutup. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1)
Pembukaan (07.30 - 07.50)
a) Mengucapkan salam sebelum
memulai pembelajaran
b) Menanyakan kabar hari ini
c) Do’a
d) Perkenalan
e) Absensi
f) melakukan Apersepsi
g)
menjelaskan strategi pembelajaran yang
akan dilakukan dalam pembelajaran hari ini
2)
Kegiatan Inti (07.50 – 09.00)
Siswa mengamati Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) yang telah diberikan oleh setiap masing-masing siswa
dengan tema pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Kemudian setiap siswa membaca dan mengamati setiap kata dan gambar dalam
teks yang ada pada di Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) tersebut. Setelah itu
siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada Lembar Kerja Peseta Didik (
LKPD)
3)
Kegiatan Penutup
a) Guru mereview kegiatan siswa
hari ini
b) Guru memberikan penguatan dan
evaluasi
c) Do’a
d) Penutup
d. Observasi (Observation)
Observasi ini dilakukan untuk melihat
pelaksanaan apakah semua rencana yang dilakukan sudah dibuat dengan baik, tidak
ada hal yang membuat hasil dari penelitian kurang maksimal
dalam Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Life Skill
untuk menghasilkan sikap ilmiah peserta
didik siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kabupaten
Sarolangun dengan memberikan tanda
centang (√) pada
lembar observasi.
Berikut data
peningkatan Life Skill untuk menghasilkan sikap ilmiah siswa
kelas III Sekolah Dasar Negeri
193/VII Taman Bandung Kabupaten Sarolangun dalam Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Tabel 4. 5: Siklus I peningkatan Life
Skill untuk menghasilkan
sikap ilmiah siswa dalam Penerapan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
No |
Nama Siswa |
Nilai |
Keterangan |
1 |
ARP |
80 |
Tuntas |
2 |
DSA |
85 |
Tuntas |
3 |
GA |
85 |
Tuntas |
4 |
HFN |
70 |
Tidak Tuntas |
5 |
IS |
80 |
Tuntas |
6 |
IU |
70 |
Tidak Tuntas |
7 |
LN |
70 |
Tidak Tuntas |
8 |
RA |
70 |
Tidak Tuntas |
9 |
MF |
85 |
Tuntas |
10 |
MP |
90 |
Tuntas |
11 |
MZ |
85 |
Tuntas |
12 |
RCS |
80 |
Tuntas |
13 |
SK |
70 |
Tidak Tuntas |
14 |
SP |
70 |
Tidak Tuntas |
15 |
SN |
75 |
Tuntas |
16 |
TA |
80 |
Tuntas |
17 |
RR |
70 |
Tidak Tuntas |
18 |
RA |
70 |
Tidak Tuntas |
Jumlah |
1385 |
Belum Tuntas |
|
Skor Rata-Rata |
76,94 |
||
Tuntas |
55,56 |
||
Tidak Tuntas |
44,44 |
Keterangan:
1)
Siswa yang sudah tuntas dalam
peningkatan Life Skill untuk
menghasilkan sikap ilmiah dalam Penerapan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan baik dan benar terdapat jumlah
sebanyak 10 siswa.
2)
Siswa yang belum tuntas dalam peningkatan Life
Skill untuk menghasilkan
sikap ilmiah dalam Penerapan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan baik dan benar terdapat jumlah
sebanyak 8 siswa.
Pada kegiatan penutup
dari proses pembelajaran dalam memahami LKPD pembelajaran tematik muatan IPA
materi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, guru memberikan pertanyaan
dalam bentuk tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari hari ini. Setelah
melakukan Tanya jawab, kemudian guru memberikan penguatan pada materi yang
telah dipelari.
Tabel 4.6 : Data kemampuan siswa dalam
peningkatan Life Skill
untuk
menghasilkan sikap ilmiah dalam Penerapan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
No |
Indikator Soal |
Pra Siklus |
Siklus I |
Nilai |
Nilai |
||
1 |
Siswa dapat menyebutkan cara perkembangbiakan alami
pada tumbuhan |
75 |
85 |
2 |
Siswa dapat
mengidentifikasi cara
perkembangbiakan tumbuhan |
70 |
75 |
3 |
Siswa dapat menganalisis cara perkembangbiakan
tumbuhan melalui gambar yang di sajikan |
70 |
85 |
4 |
Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis tanaman yang
berkembangbiak dengan biji |
75 |
90 |
5 |
Siswa dapat menelaah faktor-faktor yang dibutuhkan
dalam proses perkembangbiakan tumbuhan dengan biji |
70 |
80 |
6 |
Siswa dapat menjelaskan cara perkembangbiakan
tumbuhan kacang hijau. |
75 |
90 |
7 |
Siswa dapat memecahkan masalah soal cerita
penjumlahan yang berkaitan dengan pertumbuhan makhluk hidup |
70 |
80 |
8 |
Siswa dapat memecahkan masalah dan soal cerita penjumlahan yang berkaitan
dengan pertumbuhan makhluk hidup |
70 |
85 |
Jumlah |
575 |
670 |
|
Skor Rata-Rata |
71,88 |
83,75 |
|
Tuntas |
22,22% |
55,56% |
|
Tidak Tuntas |
77,78% |
44,44% |
Hasil
dari tabel tersebut bisa dilihat bahwa keterampilan siswa dalam proses
pembelajaran sudah cukup terampil dengan presentase 77%, dan masih ada beberapa
kekurangan yaitu siswa kurang mampu dalam mencoba memecahkan masalah pertanyaan
yang sudah diberikan oleh guru.
Tabel 4.7 : Ketarampilan siswa dalam
peningkatan Life Skill untuk
menghasilkan sikap ilmiah dalam Penerapan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
No |
Nama Siswa |
Peningkatan Hasil Observasi |
Keterangan |
||
Pra Siklus |
Siklus I |
||||
1 |
ARP |
75 |
80 |
Tuntas |
|
2 |
DSA |
60 |
85 |
Tuntas |
|
3 |
GA |
65 |
85 |
Tuntas |
|
4 |
HFN |
60 |
70 |
Tidak Tuntas |
|
5 |
IS |
60 |
80 |
Tuntas |
|
6 |
IU |
60 |
70 |
Tidak Tuntas |
|
7 |
LN |
75 |
70 |
Tidak Tuntas |
|
8 |
RA |
65 |
70 |
Terampil |
|
9 |
MF |
60 |
85 |
Tuntas |
|
10 |
MP |
65 |
90 |
Tuntas |
|
11 |
MZ |
75 |
85 |
Tuntas |
|
12 |
RCS |
60 |
80 |
Tuntas |
|
13 |
SK |
75 |
70 |
Tidak Tuntas |
|
14 |
SP |
60 |
70 |
Tidak Tuntas |
|
15 |
SN |
65 |
75 |
Tuntas |
|
16 |
TA |
65 |
80 |
Tuntas |
|
17 |
RR |
65 |
70 |
Tidak Tuntas |
|
18 |
RA |
60 |
70 |
Tidak Tuntas |
|
Jumlah |
1170 |
1385 |
Belum Tuntas |
||
Skor Rata-Rata |
65,00 |
76,94 |
|||
Tuntas |
22,22 |
55,56 |
|||
Tidak Tuntas |
77,78 |
44,44 |
|||
Keterangan :
1) Siswa yang sudah tuntas terdapat
jumlah sebanyak 10 siswa.
2) Siswa yang belum tuntas terdapat
jumlah sebanyak 8 siswa.
1. Nilai rata-rata Keterampilan Siswa
X= ƩX = …..
ƩN
X= 60 = 3,33
18
Keterangan: X = Nilai Rata-rata
ƩX = Jumlah semua nilai siswa
ƩN = Jumlah siswa
Kriteria tingkat keberhasilan nilai rata-rata keterampilan
siswa adalah sebagai berikut:
2. Ketuntasan Keterampilan Materi
P= Ʃ Jumlah Siswa
yang tuntas x 100%=….
Ʃ
Siswa
P = 5 x
100% = 27,77%
18
Berdasarkan
tabel diatas nilai keterampilan siswa sudah dilakukan. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai keterampilan siswa diatas yang sudah dilakukan oleh
peneliti yang berkolaborasi dengan guru tematik yaitu terdapat 5 siswa dari
jumlah siswa 18 orang yang berhasil mencapai KKM. sedangkan 13 siswa lainnya masih belum mampu
memahami materi dengan sempurna sehingga masih mendapat nilai keterampilan
dibawah nilai KKM yang telah ditentukan,
maka dari itu belum bisa dikatakan tuntas. Presentase yang diperoleh adalah
27,77% dan nilai rata-rata yang diperoleh 3,3% (Cukup Terampil). Hasil yang diperoleh sebagian besar dari
siswa sudah menunjukkan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan
keterampilan sebelumnya dilaksanakan observasi yang menggunakan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD).
e. Refleksi (Reflecting)
Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diatas. Peneliti
menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus I belum mencapai hasil
yang maksimal. Oleh karenanya perlu ditindak pada tahap siklus II. Sebelum
melanjut perlu adanya tahapan refleksi. Tahap refleksi ini dilakukan setelah
tahap pelaksanaan tindakan dan tahap observasi. Tahap refleksi ini bertujuan
untuk mengetahui pada tindakan yang dilakukan pada siklus 1 sudah mengalami
peningkatan dibandingkan dengan keterampilan siswa pada saat observasi awal.
Sehingga bisa terlihat dari ketrampilan siswa sudah memenuhi indicator yang
ditetapkan. Setelah itu peneliti dan guru wali kelas III membahas bersama-sama
data yang dari hasil kegiatan pelaksanaan dan observasi. Dan dapat dilihat
hasil keterampilan sisa dalam siklus 1 kategori cukup terampil, yaitu sudah
mencapai 3,33%.
Perolehan hasil dari siswa sebagian besar
telah menunjukkan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan keterampilan
hasil observasi pertama sebelum dilaksanakan observasi dengan menggunakan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Hasil observasi dari
keterampilan sisa dalam mengikuti pembelajaran berlangsung melalui Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) pada siklus I yaitu:
1. Pada saat proses pembelajaran
berlangsung pada siklus 1 masih terdapat siswa yang belum faham cara belajar
dengan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
2. Sudah banyak siswa yang mengerti cara
belajar dengan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Dan siswa senang menggunakan
Lembar Kerja Peserta Didk (LKPD).
3. Sebagian siswa masih belum tepat dalam
mengerjakan soal di Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan sebagian siswa sudah
benar dalam mengerjakan soal di Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Setelah
melaksanakan siklus I mulai terlihat hasil keterampilan siswa selama proses
pembelajaran dalam kategori “cukup terampil”, dan peneliti akan melanjutkan
pada siklus II dimana akan diterapkan kembali Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD), dan yang harus diperbaiki pada siklus II ini yaitu memperbaiki RPP,
dengan memperjelas cara mengerjakan pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan
peneliti juga akan memperbaiki pembuatan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) nya
dengan semenarik munkin sehingga bisa membuat siswa lebih semangat dalam
belajar.
3. Siklus II
a. Perencanaan (Planning)
Tahap Perencanaan ini peneliti bersama guru bersama dalam menyusun
rancangan yang akan dilaksanakan, dan kegiatanya sebagai berikut:
Peneliti terlebih dahulu
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP). Setelah menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) telah selesai, peneliti kemudian menyusun dan
mempersiapkan bahan ajar yang kan diajarkan, dan pada tahap ini kegiatan yang
dilakukan peneliti yaitu menyiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
b. Tahap Pelaksanaan
1. Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan
memberikan salam kemudian menanyakan kabar kepada siswa, setelah itu
bersama-sama membaca do’a untuk mengawali kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Setelah itu, guru memberikan gambaran materi manfaat tentang
materi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup Subtema 1 Pembelajaran 1 ( IPA) kelas
III SD/MI.
2. Kegiatan Inti
Siswa membaca dan mencermati teks pada buku Tematik Tema pertumbuhan
dan perkembangan makhluk hidup Pembelajaran 1.
Kemudian guru menjelaskan materi tentang pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup dengan menunjukkan contoh gambar pada
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD ) supaya siswa nya bisa faham tentang apa saja
yang termasuk Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup disekitar kita. Setelah semua siswa faham semua siswa masing-masing
diberikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD ) kemudian siswa disuruh mengamati
gambar yang ada pada teks tersebut, selanjutnya siswa diberikan waktu untuk
menyelesaikan pertanyaan yang ada pada
Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD).
3. Penutup
Guru memberikan pertanyaan
berkaitan materi yang telah disampaikan kepada siswa, dan kemudian memberikan
penguatan pemahaman siswa dalam belajar Tematik Tema Pertumbuhan
dan Perkembangan Makhluk Hidup Pembelajaran 1 dengan
menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD ).
c. Observasi (Observation)
Observasi ini dilakukan secara terus
menerus dan terinci dalam proses dan hasil pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan
untuk mengamati dampak dari peningkatan Life Skill untuk menghasilkan sikap ilmiah siswa
kelas III Sekolah Dasar Negeri
193/VII Taman Bandung Kabupaten Sarolangun dalam Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Pada
tahap Pelaksanaan Siklus II ini peneliti berkolaborasi dengan wali kelas III
untuk sementara menggantikan guru kelasnya melaksanakan pemberian tindakan penelitian.
Sementara guru kelas mengamati proses pembelajaran yang diberikan oleh
peneliti. Peneliti dan guru juga bersama-sama mengamati apakah aktivitas
belajar siswa telah terlaksana peningkatan dengan baik sehingga akan berdampak
pada keterampilan belajar siswa.
Hasil
Observasi Aktivitas Belajar Siswa terhadap keterampilan belajar tematik IPA
tema Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup pembelajaran 1 (Siklus II).
Tabel 4.8 : Ketarampilan siswa dalam
peningkatan Life Skill
untuk
menghasilkan sikap ilmiah dalam Penerapan
Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) Siklus II.
No |
Indikator Soal |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Nilai |
Nilai |
Nilai |
||
1 |
Siswa dapat menyebutkan cara perkembangbiakan alami
pada tumbuhan |
75 |
85 |
90 |
2 |
Siswa dapat
mengidentifikasi cara
perkembangbiakan tumbuhan |
70 |
75 |
75 |
3 |
Siswa dapat menganalisis cara perkembangbiakan
tumbuhan melalui gambar yang di sajikan |
70 |
85 |
95 |
4 |
Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis tanaman yang
berkembangbiak dengan biji |
75 |
90 |
95 |
5 |
Siswa dapat menelaah faktor-faktor yang dibutuhkan
dalam proses perkembangbiakan tumbuhan dengan biji |
70 |
80 |
90 |
6 |
Siswa dapat menjelaskan cara perkembangbiakan
tumbuhan kacang hijau. |
75 |
90 |
95 |
7 |
Siswa dapat memecahkan masalah soal cerita
penjumlahan yang berkaitan dengan pertumbuhan makhluk hidup |
70 |
80 |
90 |
8 |
Siswa dapat memecahkan masalah dan soal cerita penjumlahan yang berkaitan
dengan pertumbuhan makhluk hidup |
70 |
85 |
95 |
Jumlah |
575 |
670 |
725 |
|
Skor Rata-Rata |
71,875 |
83,75 |
90,625 |
|
Tuntas |
22,22 |
55,56 |
94,44 |
|
Tidak Tuntas |
77,78 |
44,44 |
5,56 |
Hasil yang ditunjukkan pada tabel dapat diketahui bahwa aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
siswa sudah mengalami peningkatan dari Siklus II ini dapat dibuktikan
presentase rata-rata Siklsu II sebesar 90% dari siklus I yaitu dengan
presentase rata-rata sebesar 70%. Maka dapat terlihat peningkatan keterampilan
belajar siswa tersebut.
Berikut data
peningkatan Life Skill untuk menghasilkan sikap ilmiah siswa
kelas III Sekolah Dasar Negeri
193/VII Taman Bandung Kabupaten Sarolangun dalam Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
pada siklus II dalam pembelajaran tematik IPA kelas III tema Pertumbuhan
dan Perkembangan Makhluk Hidup Pembelajaran 1.
Tabel 4.9 : Ketarampilan siswa dalam
peningkatan Life Skill
untuk
menghasilkan sikap ilmiah dalam Penerapan
Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) Siklus II.
No |
Nama Siswa |
Peningkatan Hasil Observasi |
Keterangan |
||
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
1 |
ARP |
75 |
80 |
95 |
Tuntas |
2 |
DSA |
60 |
85 |
90 |
Tuntas |
3 |
GA |
65 |
85 |
95 |
Tuntas |
4 |
HFN |
60 |
70 |
90 |
Tuntas |
5 |
IS |
60 |
80 |
85 |
Tuntas |
6 |
IU |
60 |
70 |
85 |
Tuntas |
7 |
LN |
75 |
70 |
90 |
Tuntas |
8 |
RA |
65 |
70 |
85 |
Tuntas |
9 |
MF |
60 |
85 |
90 |
Tuntas |
10 |
MP |
65 |
90 |
95 |
Tuntas |
11 |
MZ |
75 |
85 |
90 |
Tuntas |
12 |
RCS |
60 |
80 |
95 |
Tuntas |
13 |
SK |
75 |
70 |
85 |
Tuntas |
14 |
SP |
60 |
70 |
85 |
Tuntas |
15 |
SN |
65 |
75 |
85 |
Tuntas |
16 |
TA |
65 |
80 |
95 |
Tuntas |
17 |
RR |
65 |
70 |
85 |
Tuntas |
18 |
RA |
60 |
70 |
70 |
Tidak Tuntas |
Jumlah |
1170 |
1385 |
85 |
Tuntas |
|
Skor Rata-Rata |
65,00 |
76,94 |
88,33 |
||
Tuntas |
22,22 |
55,56 |
94,44 |
||
Tidak Tuntas |
77,78 |
44,44 |
5,56 |
Keterangan :
1)
Siswa yang sudah tuntas terdapat jumlah sebanyak 17 siswa.
2)
Siswa yang tuntas terdapat jumlah sebanyak 1 siswa.
3)
Siswa yang kurang terampil terdapat jumlah sebanyak 0 siswa
1. Nilai rata-rata Keterampilan Siswa
X= ƩX = …..
ƩN
X= 90 = 5,00
18
Keterangan: X = Nilai Rata-rata
ƩX = Jumlah semua nilai siswa
ƩN = Jumlah siswa
Kriteria tingkat keberhasilan nilai rata-rata keterampilan
siswa adalah sebagai berikut:
2. Ketuntasan Keterampilan Materi
P= Ʃ Jumlah Siswa
yang tuntas x 100%=….
Ʃ
Siswa
P = 14 x
100% = 77,77%
18
Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai keterampilan siswa diatas yang
sudah dilakukan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru tematik yaitu
terdapat 14 siswa dari jumlah siswa 18 orang yang berhasil mencapai KKM. sedangkan 4 siswa lainnya masih belum mampu
memahami materi dengan sempurna sehingga masih mendapat nilai keterampilan
dibawah nilai KKM yang telah ditentukan,
maka dari itu belum bisa dikatakan tuntas. Presentase yang diperoleh adalah
77,77% dan nilai rata-rata yang diperoleh 5.
Hasil
keterampilan siswa akhir pada siklus II pembelajaran tematik muatan IPA kelas
III tema Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup Pembelajaran 1. dengan
menggunakan Media Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) terdapat pada tabel
keterampilan siswa berada pada kategori “Terampil” yaitu dengan nilai skor
rata-ratanya 5%. dimana sudah terlihat siswa yang awalnya cukup terampil dan sekarang meningkat menjadi
sebesar dalam kategori Terampil, yang dimana siswa yang dari siklus 1 dimana
jumlahnya 90 dengan rata-rata skornya 5,00 “cukup terampil” sedangkan pada
siklus II ini meningkat dengan jumlah 68 dengan rata-rata skornya 5 “terampil” ini dalam proses pembelajaran.
d. Tahap Refleksi
Tahap Reflesksi ini dilakukan setelah
melewati tahap pelaksanaan dan observasi, kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui apakah tindakan pada siklus II sudah mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus I. Diketahui pada siklus II keterampilan siswa dalam
kategori Terampil dengan nilai skor 4. Dengan demikian hasil refleksi
penelitian pada siklus II sudah berhasil karena sudah memenuhi indicator
keberhasilan tindakan yang ditetapkan yaitu adanya peningkatan keteampilan
siswa dalam kategori terampil dengan skor 4.
C. Proses Analisis Data
Per-Siklus
Tahap analisis
data dilakukan setelah semua data terkumpul, data tersebut berupa hasil
observasi aktivitas belajar siswa, hasil observasi diperoleh dari pengumpulan
data dengan teknik observasi sebagai berikut:
- Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus
I diperoleh rata-rata presentase sebesar 70%. Dan pada siklus II diperoleh
rata-rata presentase sebesar 90%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
peningkatan aktivias belajar siswa dalam prose pembelajaran dengan
menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
- Hasil data diperoleh dari skor keterampilan belajar
siswa pada tes akhir siklus I sebesar 3,3 dengan kategori “cukup
terampil”, pada tes akhir siklus II sebesar 4 dengan kategori “terampil”.
Dengan demikian dapat dikatakan adanya peningkatan keterampilan siswa
dalam pembelajaran dengan menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
1. Lembar Observasi
Lembar
Observasi digunakan sebagai pedoman bagi observer dalam melakukan pengamatan
terhadap Keterampilan belajar siswa aktivitas mengajar guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Hasil lembar observasi untuk peneliti sebagai bahan
untuk melakukan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan untuk melakukan
perbaikan pada siklus selanjutnya. Dan berikut hasil observasi yang diperoleh
peneliti.
Tabel 4.10 : peningkatan Life
Skill untuk menghasilkan
sikap ilmiah
dalam Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Siklus I dan Siklus II.
Skor Aktivitas |
Nilai |
Rata-rata |
Pra Siklus |
575 |
71,87 |
Siklus I |
670 |
83,75 |
Siklus II |
725 |
90,65 |
Peningkatan |
40% |
50% |
Sebagaimana
ditunjukkan pada tabel dapat dilihat pada peningkatan skor keterampilan belajar
siswa dari siklus I ke siklus II dengan peningkatan hasil keterampilan
menunjukkan tercapainya indikator keberhasilan.
Tabel 4.11 : Skor Keterampilan Belajar dalam
Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung
Kabupaten
Sarolangun
Tes akhir |
Tuntas |
Tidak Tuntas |
Keterangan |
Nilai |
Nilai |
||
Pra Siklus |
22,22 |
77,78 |
Tidak Tuntas |
Siklus I |
55,56 |
44,44 |
Belum Tuntas |
Siklus II |
94,44 |
5,56 |
Tuntas |
Sebagaimana
dapat ditunjukkan pada tabel di atas dapat dilihat adanya peningkatan skor
keterampilan belajar siswa dari skor awal Pra Sikulus, Siklus I dan ke siklus
II.
D. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan Keterampilan Belajar Siswa
Kelas III dengan Menggunakan LKPD dalam peningkatan Life
Skill untuk menghasilkan
sikap ilmiah siswa mendapatkan hasil yang baik dan cukup
memuaskan sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru.
Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat pada hasil penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk meningkatkan keterampilan
belajar siswa pada pembelajaran tematik menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) di kelas III Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kabupaten Sarolangun. Dengan kegiatan
belajar menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ini telah menunjukkan
hasil yang cukup efektif dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas III Sekolah
Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kabupaten
Sarolangun.
Hal ini terlihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas
mengajar guru dengan menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Didalam
proses pembelajarannya siswa diberikan penjelasan materi sebagai pengantar,
kemudian siswa membaca dan mengamati teks pembelajaran tematik muatan IPA kelas III tema Pertumbuhan
dan Perkembangan makhluk hidup pembelajaran 1.
Setelah itu siswa diberikan arahan dalam penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) sehingga siswa bisa lebih mudah dalam menyelesaikan pertanyaan yang ada
dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Dilihat dari hasil observasi selama penelitian Sekolah Dasar Negeri
193/VII Taman Bandung Kabupaten Sarolangun
pada kelas III, terlihat jelas bagaimana keterampilan siswa sesudah
diterapkanya Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Dapat dilihat bahwa
keterampilan siswa meningkat dari pra siklus, siklus I dan siklus II, dan hasil
aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 76,50% dengan KKM 27,77% telah
mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80% dengan KKM 77,77%. Maka dari
itu, bahwa adanya peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga
keterampilan belajar siswa pun meningkat.
Dengan hasil peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) ini, terbukti dari hasil tes keterampilan belajar
siswa pada pra siklus skor nilai keterampilan siswa sebesar 2,7 dengan kategori
“kurang terampil”, dan pada siklus I diperoleh skor keterampilan sebesar 3,3
dengan kategori “cukup terampil”, dan skor pada siklus II keterampilam sebesar
4 dengan kategori “terampil”. Berdasarkan analisis hasil tes aktivitas belajar
siklus I dan siklus II, keterampilan belajar siswa kelas III Sekolah Dasar
Negeri 193/VII Taman Bandung Kabupaten
Sarolangun mengalami peningkatan pada setiap indikatornya. Sehingga
dapat disimpulkan bahawa penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat
meningkatkan keterampilan belajar siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 193/VII
Taman Bandung Kabupaten Sarolangun.
Dari hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengalami
peningkatan yang semakin membaik dari tiap – tiap siklus, maka dapat
disimpulkan bahwa dengan menerapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat
meningkatkan Life Skill untuk menghasilkan sikap ilmiah siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 193/VII
Taman Bandung Kabupaten Sarolangun. Dari keseluruhan
penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar 4.14 di bawah ini:
Grafik
Peningkatan Life Skill untuk
menghasilkan sikap ilmiah dalam
penerapan LKPD siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kabupaten Sarolangun.
Dari grafik diatas dapatlah dipahami
bahwa dengan penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dalam peningkatan Life
Skill untuk menghasilkan
sikap ilmiah pada pembelajaran tematik muatan IPA tema
Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup Pembelajaran 1 dapat meningkatkan Life Skill siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kabupaten
Sarolangun. Hal ini terlihat pada pra siklus tindakan tingkat kemampuan siswa
dalam penerapan LKPD Pra Siklus hanya 22%, pada siklus I tingkat kemampuan siswa dalam penerapan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) naik 8% atau sama dengan 60%, sementara pada
siklus II tingkat kemampuan siswa dalam penerapan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sudah mencapai 80%.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
penulis di Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kabupaten Sarolangun pada siswa kelas III mengenai Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Berbasis Life Skill Untuk Menghasilkan Sikap Ilmiah Peserta Didik dapatlah ditarik kesimpulan sebagi
berikut :
1.
Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Life Skill Sekolah
Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung
Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun dapat menghasilkan nilai yang baik
dan cukup memuaskan sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru. Hal
ini terlihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar
guru dengan menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) mulai dari pra
siklus, siklus I dan siklus II, dan hasil aktivitas belajar siswa. Hal ini terlihat pada pra siklus tindakan tingkat
kemampuan siswa dalam penerapan LKPD Pra Siklus hanya 22%. namun pada siklus I mencapai 76,50% dengan KKM 27,77% telah mengalami peningkatan
pada siklus II menjadi 80% dengan KKM 77,77%. Maka
dari itu, bahwa adanya peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kelas
sehingga keterampilan belajar siswa pun dapat meningkat dengan menggunakan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
2 Adapun kendala dalam Penerapan Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) Didik Kelas III Di Sekolah Dasar Negeri 193/VII
Taman Bandung Kecamatan Pauh Kabupaten
Sarolangun ialah dimana guru masih kesulitan dalam mencari materi atau
bahan-bahan LKPD yang baru, hingga guru hanya terfokus pada LKPD yang ada pada
buku. Disamping itu adanya siswa yang lambat dan malas dalam belajar juga
menjadikan salah satu kendala bagi guru dalam penerapan LKPD.
69
B. Saran
Saran ini penulis tujukan kepada
pihak Sekolah Dasar Negeri 193/VII Taman Bandung Kabupaten Sarolangun diantaranya:
69
2. Siswa kelas III, hendaklah selalu semangat dan rajin dalam belajar, raihlah cita-cita mu setinggi bintang
di langit, jangan lupa hormatilah orang tua dan guru mu sehomaga ilmu yang
didapati menjadi berkah untuk dunia dan akhirat.
3. Kepala
sekolah hendaklah senantiasa
memperhatikan sarana dan prasarana sekolah terutama buku pembelajaran sekiranya
dapat terpenuhi untuk penunjang proses pembelajaran, baik bagi guru maupun bagi
siswa.
C. Kata Penutup
Penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT dengan mengucapak syukur Alhamdulillah
atas segala rahmat dan hidayahnya serta taufiq, penulis telah dapat
menyelesaikan penulisan karya ilmiya ini dibawah bimbingan para dosen ku yang
penuh keikhlasan dan kesabaran dalam membimbing ku hingga selesai penulis karya
ilmiyah ini.
Penulis sangat
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah
ini, oleh karenanya kritikan dan saran dalam kesempuranan karya ilmiyah ini
penulis sangat berharap sekali dari para
pembaca untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhirnya penulis mengucapkan
alhamdulilah semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis khusus dan bagi
pembaca umumnya. Amin ya robbal alamin.
Jambi, April 2022
Penulis
Eka Murtia Ningsih
NIM: 204180030
Abdul Aziz Wahab, (2015), Konsep
Dasar IPS (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Adi Suprayitno, (2020), Menyusun PTK Era 4.0. Deepublish.
Andi Prastowo, (2014), Pengembangan
Bahan Ajar Tematik (Jakarta,Kencana Prenadamedia Group
Anonim,
(2016), Depatemen Pendidikan Nasional. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arsyad,Azhar,
(2009), Media Pembelajaran.
Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Bundu,P, (2006), Penilaian Keterampilan
Proses dan sikap ilmiah dalam
pembelajaran sains sd.
Jakarta:
Devita Cahyani Nugraheny,
(2018), “Penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Life Skills
Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah”. Jurnal Visipena,
Vol. 9 No. 1
Hamalik Oemar, (2012).
Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar
Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Harisma Nizar, Somakim, and
Muhammad Yusuf, (2013), ‘Pengembangan LKPD dengan Model Discovery Learning
pada Materi Irisan Dua Lingkaran’, Jurnal Elemen, 2.2 (2016)
Joko Septaryanto, (2019), “
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Pada
Mata Pelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Di UPTD SDN
Banyoneng Laok 03 Geger Bangkalan”. Journal Education Research and
Development, Vol. 3 No. 2
Kemendikbud, (2013). Kerangka Dasar
dan
Struktur Kurikulum Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta:
Kemendikbud.
Majid, Abdul, (2014), Pembelajaran Tematik Terpadu.
Bandung:
PT. Remaja
Rosdakarya.
Prastowo, Andi, (2011), Panduan Kreatif membuat
bahan
ajar
Inovatif. Jakarta : Remaja Rosdakarya.
Prastowo, Andi, (2013),
Pengembangan
Bahan Ajar Tematik,
Panduan Lengkap Jakarta : Remaja Rosdakarya.
Prayitno, (2004), Layanan LI-L9.
Padang:
Jurusan BK FIP UNP
Sri Wahyuni, Dinar Yulia
Indrasari, (2017), “Implementasi Pendidikan Life Skill di SMK Negeri 1
Bondowoso”. Jurnal Edukasi, Vol. 4 No. 1
Sugiyono,
(2014),
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, (2014), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, (2018), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suprapto Manurung,
dkk. (2017), Merencanakan
Kegiatan
Pembelajaran.
Medan, Universitas HKBP
Nommensen
Syaifuddin, (2017), Pengembangan Lembar
Kerja
Peserta
Didik
(LKPD) Berbasis Kontekstual
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Trianto, (2012), Model Pembelajaran
Terpadu
Konsep, Strategi dan Implementasi, Jakarta:
Prenada Media
Group
Triantoro, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Prognesif konsep,
landasan dan Implementasinya
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Jakarta: Prenada Media Group
Widjajanti, E, (2008), Pelatihan
Penyusunan LKS
Mata Pelajaran Kimia berdasarkan Kurikulum Tingka Satuan Pendidikan bagu Guru SMK/MAK. Disampaikan dalam
kegiatan pengabdian masyarakat diruang siding Kimia FMIPA UNY
Yunuar Sinatra, (2015), Pengembangan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
Berbasis Inkuiri Pokok Bahasan Energy
dan Perubahanya. Malang: Sekolah Tinggi
Teknik.
Zainal Akib, (2009), Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Media