BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah kesadaran untuk menciptakan lingkungan belajar dan proses
belajar bagi peserta didik untuk aktif mengembangkan jiwa keagamaan dan potensi
diri. merupakan upaya yang terarah dan sistematis. -Pengendalian, kepribadian,
kecerdasan, kepribadian mulia, serta keterampilan yang dibutuhkannya,
masyarakat, negara, dan negara.[1]
Usaha pemerintah dalam bangsa ialah
pendidikan, pendidikan dapat dipercayai memiliki peranan besar dalam mencapai masa depan yang lebih baik sehingga menjadi
idaman setiap manusia.[2] Salah
satu pembangunan
yang dilakukan oleh bangsa yang berkembang untuk menjadi bangsa yang maju yaitu dengan meningkatkan sistem pendidikan pada bangsa tersebut, dengan cara ini bangsa tersebut dapat memersiapkan
Sumber Daya Manusia yang
cerdas untuk tercapainya bangsa yang
maju. Upaya untuk meningkatkan
kemajuan suatu bangsa dapat dilakukan dengan meningkatkan dalam mutu pendidikan.[3] Terlihat sekarang ini pada sistem pendidikan Indonesia, oleh
karena itu
pemerintah berusaha supaya
dapat
memajukan pembangunan
bangsa indonesia terutama dari segi pendidikan. Bangsa yang
maju
pastinya
akan di bangun dan dikembangkan oleh generasi penerus bangsa yang cerdas, berpendidikan, dan
terampil.
1
وَالّلَهُ اَخْرَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ اُمَّهَاتِكُمْ لَا
تَعْلَمُوْنَ شَيْأً وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَاْلأَبْصَارَ وَاْلأَفْئِدَةَ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya : “Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.” (QS. Al-Nahl [16]: 78)
Namun disisi
lain manusia memiliki potensi dasar
(fitrah) yang harus dikembangkan
sampai batas maksimal.
Menurut Hasan Langgulung potensi dasar tersebut sebanyak sifat-sifat
Tuhan yang terangkum dalam asma’al husna yaitu; 99 (sembilan puluh sembilan)
sifat.[4]
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan oleh hidup dan
kehidupan manusia. Bagaimana sederhana komunitas manusia memerlukan pendidikan.
Maka dalam pengertian umum, kehidupan dan komunitas tersebut akan ditentukan
oleh aktivitas pendidikan di dalamnya. Sebab pendidikan secara alami sudah
merupakan kebutuhan hidup manusia.
Pendidikan adalah sarana penting
dalam meningkatkan
suatu sumber daya manusia (SDM)
untuk memastikan sebuah kemajuan masyarakat di
dalam suatu bangsa. Pendidikan ialah upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan
batin,
dan karakter),
pikiran dan
tumbuh anak dalam
rangka kesempurnaan hidup
dan
kelarasan dengan dunianya. Melalui pendidikan budi pekerti, manusia indonesia diharapkan memiliki karakter yang
kuat.[5]
Pendidikan sangat berperan penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan
manusia dapat menjadi insan yang cerdas serta mempunyai ahlak yang mulia sehingga manusia mampu
memberikan kontribusi positif bagi dirinya sendiri maupun orang
lain, agama dan negaranya.[6] Pendidikan juga merupakan suatu bentuk investasi jangka panjang yang
penting
bagi seseorang
manusia, pendidikan yang
berhasil akan menciptakan
manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat serta tidak
menyusahkan
orang lain.[7] Menurut penjelasan
di
atas
dapat disimpulkan bahwa suatu bangsa yang mempunyai keinginan menjadikan bangsa yang
lebih maju
harus
mempunyai suatu sistem pendidikan maju pula
karena
dalam suatu bangsa yang maju pasti dikembangkan atau dikelola oleh SDM yang berkualitas.
Setiap orang pendidikan menjadi
sesuatu
yang di idamankan,
dengan pendidikan seseorang
dapat menciptakan peradapan atau
perkembangan dalam bangsanya sendiri agar
meningkatkan mutu kemajuan.
Oleh karena pendidikan juga merupakan upaya untuk membekali seseorang
melalui suatu proses pada saat mempersiapkan dirinya dengan matang untuk mengahadapi masa depan yang akan datang. Sebagaimana disebutkan firman Allah SWT pada Q.S.
Thaahaa ayat 114 :
فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّۚ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْاٰنِ مِنْ
قَبْلِ اَنْ يُّقْضٰٓى اِلَيْكَ وَحْيُهٗ ۖوَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا (
طٰهٰ/20: 114)
Artinya: Maha Tinggi Allah, Raja
yang sebenar-benarnya. Janganlah engkau (Nabi Muhammad) tergesa-gesa (membaca)
Al-Qur’an sebelum selesai pewahyuannya kepadamu483) dan katakanlah, “Ya
Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.”(QS. Thaahaa
: 114).
Berdasarkan
ayat diatas, dapatlah kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan begitu penting berdasarkan
ayat yang telah disampaikan oleh Allah SWT
karena pendidikan tidak hanya untuk
kehidupan
manusia
saja tetapi Allah
SWT
juga
berjanji kepada umatnya barang siapa orang-orang yang berilmu akan diangkat derajatnya dan
sebab itulah
ilmu pengetahuan sangatlah istimewa dalam kehidupan
manusia untuk kemajuan dalam kehidupannya.
Salah satu
upaya untuk peningkatan
mutu pendidikan adalah dengan meningkatkan
mutu suatu pembelajaran,
karena berkaitan
dengan pendidikan maka pasti berkaitan dengan pembahasan tentang adanya pembelajaran. Pembelajaran adalah cara seseorang dalam suatu proses belajar mengajar.[8]
Proses suatu pembelajaran pada umumnya merupakan proses suatu komunikasi yang
dapat
disampaikan dan
diterima secara
baik dan
utuh.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dengan
bahan pelajaran, metode
penyampaian, strategi pembelajaran, dan sumber
belajar dalam suatu lingkungan belajar.
Kemudian, dalam proses belajar dan
pembelajaran dapat
dilihat
melalui tingkat keberhasilan
dalam mencapai
tujuan pendidikan.[9] Jadi dari pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa
pembelajaran merupakan proses interaksi yang berlangsung antara peserta
didik dengan pendidik yang mana sebagai sumber belajar bagi peserta didik dalam proses pembelajaran
berlangsung.
Pembelajaran
bisa juga dilakukan pada lembaga formal maupun non
formal. Pendidikan formal bisa saja didapatkan dengan peserta didik melalui pembelajaran yang
sudah ada dimulai dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tingkat
tinggi. Pendidikan di Sekolah Dasar termasuk
dalam pendidikan
formal karena di Sekolah Dasar memuat buku
tematik yang di dalamnya terdapat tematik muatan Matematika,
IPA, IPS, Kewarganegaraan, Pendidikan Jasmani, dan Seni Budaya. Salah satunya ialah tematik
muatan IPA adalah suatu mata pelajaran yang
ada
di Sekolah Dasar yang berkaitan
dalam ilmu yang
mempelajari tentang
alam
dan ilmu di sekitarnya. Sains menjadi mata pelajaran ditingkat Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada masa kemerdekaan, sains dinamakan
ilmu
pasti yang kemudian berubah menjadi IPA untuk tingkat SD.[10]
Proses pembelajaran tematik muatan IPA, disini pendidik memerlukan sebuah media
pembelajaran untuk membantu suatu kelangsungan dalam proses pembelajaran agar
membantu peserta didik
untuk memahami materi-materi pelajaran yang
telah di sampaikan, serta melibatkan peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran yang
sedang di pelajari. Sebab karena itu pendidik hendaknya
mengusahakan proses dalam tematik muatan IPA yang kreatif, efektif
maupun
menyenangkan supaya dalam sarana belajaran
mampu
lebih kondusif dan
konsentrasi.
M. Syahran
Jailani berpendapat bahwa usaha peningkatan kualitas guru yang
profesional didasari satu kebenaran fundamental, yakni kunci keberhasilan
mempersiapkan dan menciptakan guru-guru
yang profesional, yang memiliki kemitmen dan tanggun jawab yang baru untuk
merencanakan pendidikan masa depan. Pada dasarnya peningkatan kualitas diri
sesorang guru harus menjadi tanggung jawab diri pribadi sang guru. Untuk itu
diperlukan adanya kesadaran pada diri guru untuk senantiasa dan secara terus
menerus menigkatkan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan guna peningkatan
kualitas kerja sebagai pendidik profesional. Kesadaran ini akan timbul dan
berkembang sejalan dengan kemungkinan pengembangan karir mereka.[11]
Suatu proses
dalam suatu kegiatan pembelajaran harus mempunyai tujuan, pendidik, materi, peserta didik, metode, media dan serta evaluasi. Tercapainya suatu hasil belajar bisa dilakukan dengan cara
berinteraksi untuk
mendorong
proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Pencapaian suatu prestasi peserta didik salah satunya didukung
dengan menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar. Sarana dan prasarana yang
dipakai berpengaruh penting ketika proses belajar
mengajar yang berlangsung seperti ruangan kelas,
meja, kursi, papan
tulis, spidol,
gambar dan lain sebagainya
yang bertujuan untuk menunjang suatu
pencapaian yang akan
dituju maupun yang akan diraih
agar pendidikan berjalan
dengan baik,
efektif, terkendali,
lancar serta efesien dalam pembelajaran.
Salah satu media pembelajaran yang sangat menarik dan unik yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran yaitu seperti media
interaktif. Dalam pemakaian interaktif pada era iri merupakan kebutuhan yang
tidak
dapat
bisa
dihindari dalam
suatu
proses belajar
dan
mengajar di kelas.
Dengan
bantuan media pembelajaran
interaktif diharapkan peserta didik dapat
lebih
mudah
dalam memahami suatu materi pembelajaran
dan mengaplikasikannya dalam
menyelesaikannya permasalahan yang
sedang
dihadapi secara nyata.[12] Dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran interaktif bermanfaat membantu pendidik
dalam menyampaikan suatu materi
pelajaran kepada
peserta didik dan diharapkan dengan adanya media
interaktif ini mampu meningkatkan daya tarik belajar peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung.
Materi pembelajaran yang
disampaikan dengan menggunakan media interaktif dapat dengan mudah dimengerti oleh peserta
didik. Oleh karena itu, bisa membuat peserta didik
tertarik dan
aktif
pada saat
belajar berlangsung, sehingga proses belajar mengajar sesuai dengan yang
diinginkan. Dengan menggunakan media interaktif atau disebut juga multimedia interaktif peserta didik diharapkan dapat lebih memahami
materi-
materi yang sudah diajarkan dengan baik. Buku pelajaran yang
biasa
digunakan pendidik hanya berisikan materi yang
biasa peserta didik sebutkan
sudah biasa, karena media interaktif seperti ini dapat sangatlah menarik perhatian peserta didik
dapat menambah ilmu
pengetahuan.
Kondisi dan situasi pandemic Covid-19 saat ini, sekolah terpaksa
meliburkan semua peserta didik
beserta pendidik
sesuai dengan
surat edaran
yang mana berisikan pelaksanaan pendidikan dalam masa darurat coronavirus (Covid-19) mengganti segala jenis
aktivitas
pembelajaran dengan tatap muka langsung dan menggantinya dengan aktivitas pembelajaran online atau daring
yang mana diberlakukan pada seluruh sistem pendidikan nasional tanpa terkecuali.
Dalam media interaktif ini sangat efektif
digunakan dengan
kondisi pandemic saat ini karena media interaktif
memiliki kelebihan yang dapat digunakan secara online (daring) maupun
offline (belajar dikelas). Media tersebut dapat dikirimkan melalui grup yang telah dibuat oleh
pendidik
yang beranggotakan pendidik dan peserta didik sehingga peserta didik dapat
melihat dan
mempelajari suatu
materi yang
telah dibagikan oleh pendidik
melalui grup. Oleh sebab itu,
materi pembelajaran yang diajarkan
dapat mudah dipahami oleh peserta didik dengan media interaktif. Dalam proses pembelajaran tidak semua
berjalan dengan baik, seorang guru yang professional sekalipun pasti akan
menemukan berbagai kendala dalam proses belajar mengajar pada peserta didiknya.
Salah satu kendala yang sering dijumpai pada proses pembelajaran adalah kurang
termotivasinya siswa. Oleh karena itu, hendaknya seseorang guru mempunyai cara
dalam membangun hubungan kepada siswanya.[13]
Sumber belajar berbasis peserta didik
dapat dikembangkan untuk mencapai proses
pembelajaran yang optimal. Karena kualitas pembelajaran erat dengan kualitas
sumber belajar. Ketika proses pembelajaran yang baik membutuhkan pengembangan
sumber belajar yang baik.[14] Problem yang
terdapat dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung masih kurang
variatif karena masih menggunakan buku sebagai media pembelajaran dan sarana prasarana untuk kegiatan belajar mengajar
masih kurang yang menimbulkan kurangnya peserta didik
tertarik
untuk memerhatikan penjelasan dari
pendidik disebabkan kurangnya
media
pada saat proses belajar
mengajar
yang
bisa
menarik minat bakat peserta
didik dalam
belajarnya.
Berdasarkan hasil studi awal yang
dilakukan
oleh penulis di Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
Kecamatan Jujuhan Ilir Kabupaten Bungo, penulis menemukan penggunaan media yang biasanya
dipakai guru kurang menarik dan menimbulkan rasa bosan peserta didik ketika proses belajar-
mengajar.
Karena dengan media pembelajaran bisa membantu peserta didik paham dengan materi yang sedang
diajarkan, sehingga dapat memancing proses belajar mengajar menjadi mengasyikan,
dimana pada saat proses pembelajaran berlangsung
masih menggunakan media pembelajaran
seperti gambar saja atau hasil karya peserta didik dan
media pembelajaran hanya seadanya sehingga pada akhirnya pendidik hanya dapat menggunakan buku cetak
sebagai pedoman
ketika
mengajarkan
materi pembelajaran kepada peserta didik
serta dibarengi dengan penggunaan metode ceramah. Pada
sisi lain penulis juga menemukan bahwa proses belajar
mengajar
yang berlangsung dikelas kurang
menarik dikarenakan masih
menggunakan buku cetak
yang monoton sehingga tidak dapat menimbulkan ketertarikan peserta
didik
untuk belajar
lebih fokus.[15]
Hasil
observasi diatas sangat jelas bahwa guru masih menggunakan media
pembelajaran berupa buku
cetak yang
sudah di sediakan
oleh pihak sekolah,
buku mempunyai beberapa kelemahan yaitu diantaranya dalam buku terdapat
isi materi-materi yang
terlalu banyak yang menyebabkan siswa kurang
fokus dalam belajar, selain
itu buku juga terkadang
cenderung membosankan siswa
untuk malas
membaca. Oleh karena itu dalam memahami suatu pelajaran,
maka diperlukannya
media pembelajaran agar mempermudah
dalam penyampaian suatu materi yang
dilakukan oleh guru, karena siswa sangat menyukai hal-hal yang bergerak, berwarna, bergambar dan ilustrasi
cerita.
Maka dari
itu penulis berpikir
untuk mengembangkan
media pembelajaran yang
sesuai
dengan kebutuhan siswa berupa media pembelajaran yang menarik agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang akan disampaikan
tersebut.
Berdasarkan hasil studi awal diatas, penulis menemukan
fakta yaitu terdapat beberapa permasalahan
yang terjadi saat proses pembelajaran
berlangsung yaitu : 1) guru kurang
kreatif atau bervariasi dalam pembelajaran; 2)
guru masih menggunakan media yang seadanya pada
saat proses belajar mengajar, seperti gambar, dan buku; 3) suasana belajar dikelas masih kurang
menarik.
Oleh karenanya penulis
ingin mengembangkan suatu media
pembelajaran
interaktif agar
memudahkan dalam menyampaikan suatu interaktif yang nantinya dijadikan sebuah media
pembelajaran dan untuk mempermudah siswa memahami materi pelajaran. Latar
belakang masalaha diatas, penulis tertarik meneliti lebih jauh permasalahan
yang terjadi dilapangan dalam sebuah karya ilmiyah yang berjudul “Penerapan
Media Alat Peraga Pada Pembelajaran Tematik Muatan IPA Untuk Meningkatkan
Kreativitas Peserta Didik Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
Kecamatan Jujuhan Ilir Kabupaten Bungo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang
masalah,
maka
rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu :
1.
Bagaimana penerapan media pembelajaran interaktif pada tematik muatan IPA kelas IV Sekolah
Dasar Negeri 23/II Pulau Batu Kecamatan Jujuhan Ilir Kabupeten Bungo
2.
Bagaimana
respon peserta didik
terhadap
penerapan media pembelajaran
interaktif
pada tematik muatan IPA kelas IV Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
Kecamatan Jujuhan Ilir Kabupeten Bungo.
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai bertikut :
1.
Untuk mengetahui
bagaimana
penerapan
media pembelajaran interaktif pada tematik muatan IPA kelas IV Sekolah
Dasar Negeri 23/II Pulau Batu Kecamatan Jujuhan Ilir Kabupeten Bungo
2.
Untuk mengetahui
bagaimana
respon
peserta didik terhadap penerapan
media
pembelajaran
interaktif
pada tematik muatan IPA kelas IV Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu Kecamatan
Jujuhan Ilir Kabupeten Bungo.
D. Manfaat Penelitian
Adanya penelitian
ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Bagi peserta didik
a. Mempermudah
peserta didik
untuk
mempelajari tematik
muatan IPA..
b.
Menumbuhkan antusias dan
motivasi peserta didik
dalam belajar.
c. Peserta didik dapat lebih fokus dan tertarik dalam proses pembelajaran
karena menggunakan
media yang lebih menarik.
2.
Bagi pendidik
a. Membantu dan mempermudahkan pendidik dalam menjelaskan suatu materi pembelajaran, terutama pembelajaran tematik.
b.
Meningkatkan wawasan pendidik tentang
media
pembelajaran yang
lebih
menarik
dan
berguna untuk
suatu
proses pembelajaran.
c. Menjadi motivasi bagi pendidik dalam membuat suatu media pembelajaran yang lebih menarik.
3.
Bagi sekolah
Agar dapat meningkatkan suatu
mutu
pendidikan pada pihak
sekolah
bahwa dengan
adanya media pembelajaran interaktif ini dapat dimanfaatkan untuk menambahkan semangat peserta didik serta wawasan ilmu pengetahuan peserta didik.
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teoritik
1.
Pengertian Media Pembelajaran
Kata
media diartikan dengan
multi makna baik dilihat secara terbatas maupun
secara luas,
munculnya bermacam-macam arti dikarenakan terdapat
perbedaan dalam sudut pandang, maksud serta tujuannya. Media adalah
komunikasi berarti seperti halnya film,
televisi,
radio,
audio, rekaman,
foto,
diproyeksasikan dan sejenisnya.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa
semuanya dianggap sebagai media pembelajaran sebagaimana ketika
kita menggunakan untuk menyampaikan
pesan atau dalam pembelajaran. Memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi,
dilihat, didengar, dibaca,
atau
dibincangkan beserta instrument yang digunakan untuk kegiatan
tersebut.[16]
11
Perkembangan
teknologi dalam dunia pendidikan salah satunya adalah proses
pembelajaran dalam jaringan (daring) yang memanfaatkan
gadget sebagai media pembelajaran pada saat melaksanakan
proses pembelajaran daring. Hal tersebut didukung dengan
pernyataan Jailani (2016) pengetahuan dan
teknologi telah membawa perubahan
yang sangat signifikan terhadap dimensi kehidupan manusia, baik dalam
segi ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan saat ini.[18]
Uraian di atas, media pembelajaran adalah alat bantu yang akan digunakan menyampaikan suatu pesan dalam proses pembelajaran kepada
peserta didik. Selain kecanggihannya,
penggunaan
pada
media juga dapat dilihat dari keefektifan dan fungsi media
tersebut pada
saat
dipakai. Media
belajar yang
baik yaitu media pembelajaran yang
dapat
menyenangkan
peserta didik dan mudah dicerna.[19] Jadi, pada saat proses belajar mengajar berjalan media
harus terlihat
menarik
agar peserta didik
tertarik
dan
menimbulkan
rasa keingintahuan mereka pada pelajaran, maka dari itu dibutuhkannya media yang
unik
yang dapat memicu semangat belajar peserta didik untuk
melakukan
kegiatan belajar.
Kegiatan
belajar mengajar
media pembelajaran
sangat
dibutuhkan dikelas. Didalam Ayat Suci Al-Qur’an sudah
dijelaskan bahwa
Allah telah mengajarkan kepada umatnya (manusia) agar menggunakan sebuah
alat suatu
media untuk dapat menjelaskan sesuatu.
Dalam agama Islam
Al-Qur’an menjadi
media utama
yang sangat
berfungsi
sebagai petunjuk kehidupan umat agama islam. Dalam hal ini tertuang di surah An- Nahl pada Ayat 89:
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ شَهِيْدًا عَلَيْهِمْ مِّنْ
اَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيْدًا عَلٰى هٰٓؤُلَاۤءِۗ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ
الْكِتٰبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً وَّبُشْرٰى
لِلْمُسْلِمِيْنَ ࣖ ( النحل/16: 89)
Artinya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami menghadirkan
seorang saksi (rasul) kepada setiap umat dari (kalangan) mereka sendiri dan
Kami mendatangkan engkau (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Kami
turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu sebagai
petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang muslim. (QS . An-Nahl : 89)
Berdasarkan
ayat diatas dapat dijelaskas bahwa dalam sebuah proses kegiatan belajar mengajar baik di kelas maupun di luar
kelas, media pembelajaran
sangat
dibutuhkan
karena media dapat mempemudah peserta didik memahami materi yang disampaikan
oleh pendidik.
Selanjutnya oleh
A.A Musyaffa juga menjelaskan dalam
buku Teori Dan Inovasi Pendidikan mengatakan bahwa tujuan pendidikan Bangsa
Indonesia yaitu pembentukan manusia Indonesia yang ideal yaitu manusia
seutuhnya yang diwarnai oleh silasila
Pancasila. Manusia ideal adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesejahteraan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan
mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan ini mengoperasionalkan manusia Indonesia seutuhnya dan juga
mengoperasionalkan wujud sila- sila dalam diri peserta didik. Perlu ditegaskan
bahwa pengamalan Pancasila dalam bidang pendidikan.[20]
2. Fungsi Media
Pembelajaran
Fungsi media yaitu
segala sesuatu yang bisa berfungsi untuk membagikan pesan tambahan dari pengirim ke penerima dalam bentuk alat-alat atau benda yang
efektif karena media dapat menarik perhatian peserta didik agar dapat fokus dalam kegiatan
pembelajaran dikelas. Proses
pembelajaran dalam menggunakan suatu media
bisa mudah untuk mempercepat proses pembelajaran dan mewujudkan suatu tujuan dari mutu pembelajaran yang
diinginkan. Media juga berguna sebagai
alat
menyampaikan informasi yang didapat dari pendidik ke peserta didik dan
metode adalah langkah-langkah untuk membantu
peserta didik ketika menerima dan mengolah
informasi tersebut agar mudah mendapatkan tujuan dari pembelajaran.
Terdapat empat fungsi media pembelajaran yaitu diantaranya sebagai
berikut :
a. Fungsi atensi,
media pembelajaran
dapat
menarik
dan mengarahkan
perhatian peserta didik agar bisa berkonsentrasi kepada materi yang akan
diajarkan. Media gambar
khususnya dapat membantu dan
mengarahkan
peserta didik
kepada materi yang disampaikan. Maka dari itu kemungkinan mendapatkan serta mengingat
materi yang di sampaikan akan semakin besar atau
semakin mudah.
b.
Fungsi afektif, dimana media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar (membaca) teks yang
bergambar. Gambar atau
lambang
visual dapat membangkitkan emosi dan sikap peserta didik dalam
proses belajar mengajar.
c. Fungsi kognitif, media visual terlihat dari teman-teman penelitian yang menyatakan bahwa lambang
visual atau gambar dapat mempermudah
pencapaian
tujuan
untuk memahami dan
mengingat informasi yang
terkandung dalam gambar.
d. Fungsi kompensatoris, merupakan media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomondasikan
peserta didik yang
lemah ddan lambat menerima dan
memahami isi materi yang disampaikan
dengan
teks
atau secara verbal.[21]
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, fungsi dari media
pembelajaran yaitu; a)
dapat mempermudah
komuikasi antar penyampaian suatu pesan
dan penerima suatu pesan,
b) agar peserta didik
dapat termotivasi dalam belajar,
c) untuk meningkatkan suatu kemampuan
dalam menganalisis aspek
dari sikap,
kognitif
dan
keterampilan,
d)
mengungkapkan suatu pendapat untuk menyamakan dari pendapat setiap peserta didik, e) memenuhi kebutuhan setiap peserta didik yang memiliki minat dalam belajar
yang berbeda-beda, f) agar menarik perhatian peserta didik dapat berkonsentrasi
pada
saat belajar atau isi dari materi pelajaran.
Media pembelajaran mempunyai
posisi penting
saat
proses belajar mengajar, oleh karena itu sangat diperhatikan untuk memajukan kualitas pembelajaran yang ada disekolah. Media selain digunakan sebagai alat atau hiburan
tetapi media pembelajaran juga terdapat kegunaannya
sendiri yakni sebagai
alat pendorong
untuk mewujudkan
sesuatu pembelajaran yang lebih efektif. Untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran yang lebih efektif pendidik seharusnya dapat menggunakan media pembelajaran sebaik-baiknya, karena hal itu bisa berperan
sangat
penting dalam mewujudkan proses pembelajaran
yang lebih
baik.
3. Manfaat Media
Pembelajaran
Media pembelajaran mempunyai beberapa macam manfaat dalam
pengajaran
maupun pendidikan
yaitu
sebagai berikut :
a. Meningkatkan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan kecepatan
belajar, atau
mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga serta daya ingat
peserta didik.
b. Memberi kesempatan yang luas kepada peserta didik agar berkembang kemampuannya dalam belajar
dengan
caranya sendiri atau
dapat memperjelas pesan yang diajarkan oleh pendidik.
c. Menimbulkan ketertarikan dalam proses belajar mengajar secara langsung dan memberikan pondasi pengajaran yang lebih ilmiah dengan membuat rencana program pengajaran
yang logis serta sistematis.
d.
Pengajaran dapat
dilakukan
dengan sebenar-benarnya
karena meningkatnya kemampuan manusia untuk
mengambi fungsi media
komunikasi,
informasi dan
data dengan lebih
jelas.
e. Meningkatkan terwujudnya komunikasi yang baik ketika belajar antar
peserta didik
dan pendidik.[22]
Media pembelajaran dapat meringankan peserta didik pada proses belajar-mengajar sebab dengan adanya media pembelajaran
bias dengan
jelas memaparkan informasi atau
pesan yang
telah disampaikan
oleh pendidik
kepada peserta didik,
dengan media pembelajaran
ini
bisa membuat peserta didik lebih fokus dalam belajar. Dengan demikian belajar mengajarpun dapat lebih mudah dipahami atau diterima, kemampuan dan bakat pada peserta didik juga dengan
gampang
di gali seperti kemampuan
visual,
auditori
maupun kemampuan kinestetik peserta didik mudah untuk belajar mandiri
sesuai bakat dan kemampuannya yang
dimiliki masing-masing.
Media yang dipakai oleh pendidik dapat memancing ketertarikan peserta didik ketika belajar sehingga peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami pada saat
proses pembelajaran
dengan demikian
tujuan
proses pembelajaran
lebih mudah diterima atau dicapai. Dapat disimpulkan keranah yang lebih sempit
lagi dari beberapa manfaat media pembelajaran yakni ;
a. Media pembelajaran
menjelaskan penyajian pesan
dan
informasi sehingga
proses pembelajaran akan lebih
meningkat dalam setiap proses dan hasil
belajar.
b.
Media pembelajaran dapat
meningkatkan
perhatian peserta didik yang menciptakan suatu
motivasi dalam belajar.
c. Media pembelajaran dapat memberikan kesetaraan pengalaman
secara
langsung
kepada peserta didik peristiwa yang mereka dapat dilingkungan
sekitarnya, dan
menjadikan
suatu
kemungkinan
interaksi secara langsung
dengan pendidik,
masyarakat dilingkungan sekitar.
4. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Ada tiga ciri media yaitu petunjuk mengapa media dipakai dan hal yang
dapat dilakukan oleh media yang dalam hal ini mungkin guru tidak
mampu
melakukannya, yaitu antara lain
;
a. Ciri Fiksatif
Ciri ini mendeskripsikan kemampuan media merekam,
menyimpan,
melestarikan,
dan merekonstruksi pada sebuah peristiwa atau objek.
Dengan fiksatif ini, media dapat menjadi suatu rekaman kejadian atau mungkin
objek yang terjadi pada
satu waktu
tertentu
ditranportasikan
tanpa mengenal waktu.
b. Ciri Manipulative
Transformasi
suatu kejadian atau objek
bisa
saja
terjadi
karena
media mempunyai ciri manipulative. Kejadian yang memerlukan waktu berhari-hari dapat disampaikan kepada peserta didik dalam waktu
dua atau tiga menit menggunakan teknik
pengambilan gambar
time
lupse recording. Kemampuan media dari ciri manipulative memerlukan perhatian sungguh- sungguh karena apabila terjadi
atau
pemisahan bagiannya yang
salah,
maka
bisa terjadi kesalahan dalam penafsiran yang
tentu saja akan
mengacaukan dan
bahkan
menyesatkan dan dapat mengubah
sikap mereka
kea
rah yang tidak
diharapkan.
c. Ciri distributive
Ciri distributive dari
media memungkinkan suatu objek atau peristiwa ditransportasikan
melalui ruang dan secara bebarengan kejadian tersebut disampaikan kepada sejumlah
besar
peserta didik
dengan stimulus
pengalaman yang
relative sama terkait
kejadian itu. Dalam
hal ini, distribusi media tidak hanya sebatas pada satu kelas
atau beberapa kelas pada
sekolah-sekolah
didalam suatu
wilyah tertentu,
namun media itu
dapat disebar keseluruhan pelosok tempat yang diharapkan dimana saja
contohnya buku
teks, video,
film
maupun rekaman.[23]
5. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
a. Media Berbasis Visual
Visualisasi pesan, informasi atau konsep yang
apabila ingin disampaikan kepada peserta didik
dapat dikembangkan melalui berbagai
bentuk, yaitu seperti foto, gambar/ilustrasiu, sketsa/gambar garis, bagan,
chart, dan juga gabungan antara dua bentuk atau gabungan dari dua bentuk
lebih.
b. Media Grafis (Grafika)
Dalam media grafis dapat mengomunikasikan fakta dan gagasan-
gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan
suatu kata-kata dan gambar, pengungkapan yang dimaksud dapat berupa diagram,
sket,
maupun grafik.
c. Media proyeksi
OHP (Over Head Projector) merupakan media proyeksi visual yang relatif dapat dikatakan sederhana, yang
fungsinya untuk memproyeksikan gambar
pada
transparan.
d. Media Berbasis Audio
Visual
Media audio
dan
audio
visual merupakan
suatu
bentuk media
pembelajaran yang terjangkau dan murah, selain
itu media audio visual
menarik dan dapat memotivasi peserta didik agar mudah mempelajari materi-materi yang lebih
banyak
berinteraksi.
e. Media Berbasis Komputer
Media komputer sangat membantu dalam proses belajar mengajar karena penggunaan komputer sebagai media pembelajaran
dapat dikenal dengan
nama pembelajaran dengan
berbantuan computer (computer
assisted
instruction – CAI) / (computer assisted
learning - CAL).[24]
6. Media Pembelajaran Interaktif
a. Pengertian Multimedia
Multimedia berasal dari kata multi yang artinya banyak dan kata
media yang artinya alat ukur untuk
menyampaikan pesan.
Sebab karena itu, multimedia campuran dari banyak media seperti
teksmm
grafik,
audio, visual, dan sebagainya didalam suatu alat. Didalam suatu alat tersebut dapat disebut sistem multimedia yang apabila mencapai syarat yaitu berikut ini :
1) Pada alat
tersebut
harus
dapat
mengubah
bentuk
analog berubah menjadi bentuk digital.
2)
Bercirikan Interaktif yaitu pengguna dapat mengganti tampilan seperti
yang kita harapkan dan dapat menginput data-data sesuai yang
kita butuhkan.
3) Bersifat mandiri, didalam pengertian memberikan kemudahan dan
kelengkapan isi sedemikian rupa
yang akan
menjadi penakai bisa memakai tanpa bimbingan dari orang lain.[25]
b. Pengertian
media pembelajaran interaktif
Media
pembelajaran interaktif merupakan diantara dari
beberapa jenis media yang
digunakan saat ini dalam pembelajaran, media interaktif
adalah suatu metode
komunikasi yang mana output
dari suatu media berasal dari masukan penggunaan, dimana media interaktif yang bekerja
dengan penggunaan partisipasi, media interaktif masih memiliki tujuan yang
sama tetapi dalam masukan penggunaan menambahkan
interaksi dan
membawa suatu fitur-fitur yang
menarik pada sistem dan pada tampilan
media untuk yang lebih baik lagi dari yang sebelumnya. Media interaktif
ini
biasanya lebih mengacu
di produk dan layanan
digital dalam sistem
berbasis komputer.[26]
Pembelajaran interaktif atau disebut
juga dengan multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang sudah dilengkapi dengan suatu
alat
pengontrol
yang
dapat diaplikasikan oleh pengguna, sehingga pengguna bisa dapat memilih apa yang akan dikehendaki untuk proses
ditahap selanjutnya. Contoh dari multimedia interaktif ini adalah pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan yang lain lain.[27]
Jadi
dapat diuraikan
bahwa multimedia interaktif
bisa diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan pada saat proses pembelajaran, dengan kata
lain
agar menyalurkan
suatu
pesan atau
pengetahuan, keterampilan
maupun sikap serta dapat memancing perhatian dan kemauan peserta didik sehingga dengan
tidak
sengaja
proses
belajar terjadi
secara
langsung bertujuan dan
terkendali.[28]
c. Jenis-Jenis Media Interaktif
1). Adobe Flash Player
Adobe flash
ialah salah satu software
dari adobe
yang awalnya dikenal dengan Macromedia yang
sebelumnya dibeli oleh perusahaan adobe. Adobe Flash digunakan untuk proses
membuat dan mengolah
animasi atau suatu
gambar.
2).
Lectora
Inspire
Lectora inspire
adalah
suatu software paket
lengkap
yang menyediakan beragam template yang sudah siap diisi dengan materi pembelajaran yang
akan
disajikan
untuk belajar. Memproduksi suatu
media pembelajaran
interaktif menggunakan software ini relative mudah karena pendidik yang kurang dalm memahami pemprograman
dimudahkan dengan tidak perlu memasukkan karena sudah satu set
dengan template yang diberikan. Pendidik hanya perlu memasukkan
materi yang ingin dimasukan
kedalam aplikasi software ini.
3). Edmodo
Edmodo adalah jaringan pendidikan global yang memilki tujuan menghubungkan seluruh peserta didik dengan sumber belajar yang dibutuhkan agar dapat mencapai potensi yang
maksimal. Edmodo ini
dapat di akses melalui web dan aplikasi yang
diunduh ke smartphone
atau gadget.[29]
d.
Keunggulan
media interaktif
Keunggulan dalam media interaktif
/ bahan ajar ini dibuat dengan teknologi multimedia.
Dapat dijelaskan bahwa multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk
membuat dan menggabungkan teks, grafik,
audio, gambar gerak ( video dan animasi) dengan menggabungkan link dan tool yang
dapat memungkinkan pemakai bisa melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan juga berkomunikasi. Berdasarkan dari
keunggulan teknologi multimedia tersebut,
peserta didik
tidak
hanya
mendengarkan atau melibatkan
indera pendengaran
tetapi juga bisa melihat atau melibatkan indera penglihatan. Kelebihan dari
multimedia/interaktif ini juga dap at menarik indera dan menarik minat
karena merupakan gabungan antara pandnagan, suara dan gerakan.[30]
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin banyak indera yang dapat digunakan untuk menerima dan mengolah informasi tersebut
maka
semakin
besar juga kemungkinan informasi yang
didapat tersebut
diterima dan
dimengerti bisa mudah dipertahankan
dalam ingatan.
e. Karakteristik
Media Interaktif
Media pembelajaran interaktif
adalah terjadinya interaksi antara pendidik
dan peserta didik yang
mana
pada suatu sistem penyampaian
pengajarannya menyajikan
suatu
materi video rekam dengan
pengedalian computer
kepada penonton (peserta didik) yang
tidak hanya mendengar,
melihat video dan suara saja tetapi juga memberikan respon yang
aktif.
Dimasa pandemi covid-19 media interaktif ini terjadinya suatu
pembelajaran yang
berinteraksi antara peserta didik dan pendidik yaitu dengan
syarat pelaksanaannya sama-sama online jadi terjadilah
interaksi.
Media pembelajaran inteaktif
memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut :
1) Media interaktif memiliki lebih dari satu
jenis yang bisa di lihat secara bersamaan, sebagai contoh dapa menggabungkan antara media bersifat audio
dan media bersifat visual.
2)
Memilki keterampilan
dalam mengondisikan
peserta didik untuk merespon
media pembelajaran yang sedang digunakan.
3) Memiliki sifat mandiri, maksudnya yakni media pembelajaran ini bisa
digunakan
oleh peserta didik tanpa bimbingan dari orang lain.[31]
f. Kelebihan
Media Interaktif
Penggunaan media interaktif dalam pembelajaran sangat
memungkinkan dalam meningkatan kemampuan berfikir peserta didik yang diinginkan. Berikut ini beberapa
kelebihan yang dimiliki media
interaktif:
1) Dapat mempersiapkan sumber daya manusia melalui suatu pendidikan
berkualitas.
2) Dalam proses pembelajaran, peserta didik mampu memperoleh suatu kemampuan
penalaran komunikasi dan
memecahkan suatu
masalah.
3) Menimbulkan sikap
menghargai kegunaan dari materi yang disajikan.
4)
Dalam penyampaian
informasi
menimbulkan
cara
berfikir
peserta didik yang kritis, sistematis,
logis dan kreatif.[32]
7. Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar
a. Hakikat
Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan
Alam
(IPA) atau
sains dalam arti sempit
ialah sebagai disiplin ilmu. Yang
mana
pada pelajaran IPA ini berupaya untuk membangkitkan minat manusia
agar mau meningkatkan
kecerdasan
dan pemahamnnya tentang
alam
seisinya yang penuh dengan rahasia yang
tak
ada habis-habisnya.
IPA
merupakan suatu pengetahuan yang
rasional
dan objektif yang
didalamnya terdapat alam semesta dengan segala isinya. Nash
mengemukakan pada bukunya The Natur of
Science,
mengatakan bahwa IPA
merupakan cara atau metode yang
digunakan untuk mengamati alam. Nash
juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, sermat, serta menyambungkan diantara satu
fenomena dengan
fenomena
lainnya yang
menyebabkan
keseluruhannya menciptakan suatu
perspektif
yang baru mengenai objek
yang
diamati.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah suatu mata
pelajaran yang mempelajari
tentang peristiwa-peristiwa atau gejala yang terdapat di alam semesta ini.
IPA juga membahas mengenai gejala-gelaja alam yang disusun secara rapih berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang
dilaksanakan oleh manusia.
Dengan demikian, berdasarkan yang disampaikan
oleh Powler
bahwa IPA adalah ilmu yang berkaitan dengan gejala alam dan kebendaan
yang sistematis dan telah tersusun dengan rapih, berlaku
umum
yang berupa kumpulan dari hasil
observasi dan eksperimen artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu
dengan lainnya saling berhubungan, saling menjelaskan sehingga semuanya adalah satu kesatuan
yang utuh. Selain itu, berlaku umumnya arti pengetahuan itu sendiri tidak
hanya berlaku
atau oleh seseorang
atau
kelompok dengan cara eksperimentasi
yang sama akan mendapatkan hasil yang sama atau konsisten.[33] IPA adalah mata pelajaran yang
dalam proses untuk mempelajarinya membutuhkan kemampuan berfikir kritis dan analisis dalam diri peserta didik untu
dapat memecahkan
masalah
yang timbul dalam kehidupan sehari-hari mereka.[34]
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan
alam (IPA) ialah
suatu
ilmu pengetahuan yang didalamnya
terdapat teori sudah tersusun secara sistematis
atau
tersusun teratur, memiliki
suatu objek, dalam penerapannya terbatas secara umum hanya pada gejala-gelaja alam, dan berkembang dengan
menggunakan metode ilmiah
yaitu
contohnya eksperimen, observasi yang
menimbulkan adanya sikap penasaran
yang luar biasa, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, jujur, dan
terbuka.
b. Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar
Ilmu pengetahuan
alam IPA adalam pelajaran yang diajarkan dalam sekolah dasar.
Ada
berbagai alasan yang
mengenai satu pelajaran itu dimasukkan
dalam kurikulum
disekolah,
alas an itu
dapat digolongkan menjadi empat golongan yakni: a) IPA berguna bagi suatu bangsa, karena tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan suatu bangsa dapat dikatakan tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang
IPA, karena
IPA merupakan
dasar teknologi,
yang
sering dianggap
menjadi
tumpuan
suatu pembangunan. Orang tidaklah menjadi insinyur
elektromatika yang baik, atau mungkin dokter yang
baik
tanpa dasar yang banyak dan berkualitas mengenai gejala alam. b) bila diajarkan IPA dengan cara yang benar dan
tepat,
maka IPA adalah suatu mata pelajaran yang
menyalurkan kesempatan untuk berpikir kritis. c) bila IPA
diajarkan menggunakan percobaan- percobaan yang dapat dilaksanakan sendiri oleh
anak, maka ilmu
pengetahuan alam IPA bukan merupakan mata pelajaran yang
berbentuk hapalan. d) pada mata pelajaran IPA
ini
memiliki nilai-nilai pendidikan yaitu memiliki
suatu potensi
yang didapatkan melalui menciptakan kepribadian
anak
secara keseluruhan.
Jadi dapat disimpulkan
beberapa dari uraian diatas bahwa mata pelajaran IPA sangat penting bagi anak sekolah untuk mempelajarinya, karena IPA merupakan dasar teknologi dibangsa ini, yang mana teknologi adalah dasar utama dari suatu pembangunan. IPA
juga dapat melatih berpikir kritis anak untuk berkembang tentanng suatu pengetahuan
yang dapat masuk
akal diterima oleh akal sehat.
Keterampilan proses sains yang didefinisikan oleh
Paolo dan marten dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) mengamati, 2) mencoba untuk memahami apa yang sedang diamati, 3)
mempergunakan pengetahuan yang
baru
untuk meramalkan atau mengetahui apa yang
akan terjadi, 4) menguji
suatu ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk dapat melihap apakah
ramalan tersebut
benar atau tidak. Lalu
Paolo dan Marten juga mengemukakan bahwa IPA tercangkup juga coba-coba
dan menimbulkan kesalahan, gagal dan mencoba lagi. Ilmu pengetahuan alam tidak
memberikan semua jawaban disemua masalah yang sedang kita ajukan.[35]
c. Jenis-Jenis
Materi IPA
Materi IPA yang akan diteliti adalah
materi penggolongan jenis tulang daun, dari kompetensi dasar 3.1 Menganalisis
hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan. Dari
kompetensi tersebut, kemudian diperkecil dalam indikator yang terdiri dari
3.1.1 Mengetahui penggolongan tumbuhan berdasarkan bentuk tulang daun dan 3.1.2
Menggolongkan tumbuhan berdasarkan bentuk tulang daun. Berikut cakupan materi
yang akan diteliti:
Menurut Suhartanti (2010) daun
terdiri atas tangkai daun dan helaian daun. Tangkai daun merupakan bagian yang
melekatkan daun pada batang. Helaian daun berupa lembaran daun. Pada helaian
daun dijumpai adanya tulang daun. Tulang daun setiap tumbuhan memiliki susunan
yang berbeda-beda. Susunan tulang daun menentukan bentuk daun dari setiap
tumbuhan.
Tulang
daun pada tumbuhan dikotil berbeda dengan tumbuhan monokotil. Daun dikotil
biasanya memiliki tulang daun menyirip atau menjari. Tulang daun menyirip
berbentuk seperti sirip ikan. Jenis tulang daun
ini dimiliki oleh pohon mangga, jeruk, dan jambu. Bentuk tulang daun menjari
menyerupai jari tangan manusia. Contohnya daun pepaya, semangka, dan singkong.
Pada tumbuhan monokotil, tulang daun
biasanya berbentuk melengkung
atau sejajar. Tulang
daun melengkung memiliki susunan tulang melengkung dengan ujung- ujung
tulang bertemu di satu titik. Tulang daun melengkung dimiliki oleh daun sirih
dan enceng gondok. Tulang daun sejajar berbentuk seperti garis lurus sejajar.
Contohnya pada daun jagung, padi, dan tebu.
Disamping itu
Materi
IPAsangatlah luas cangkupannya, disini penulis hanya
menggambarkan beberapa materi tematik muatan IPA pada kelas IV SD/MI
diantaranya adalah :
1. Sumber Energi
Energi
adalah
kemampuan suatu benda untuk
melakukam
usaha
atau kerja, yang dapat berubah bentuk menjadi energi lainnya. Energi dapat
dihasilkan oleh sumber energi. Berikut ini ada berbagai sumber energi :
2. Energi Panas
a. Sumber Energi Panas
Energi panas bisa terjadi sebab adanya sumber energi panas. Sumber
energi panas yang paling besar yaitu matahari. Sumber
energi panas yang lain adalah api,
listrik, dan
gesekan benda.
1). Matahari
Sumber
utama panas
yang paling
utama di bumi yaitu matahari, dengan
adanya matahari dapat menghangatkan bumi. Jika tidak
terdapat matahari, bumi akan
gelap sehingga tidak
mungkin ada kehidupan di dunia ini. Bentuk matahari adalah bulat seperti bumi. Matahari merupakan benda langit yang mempunyai cahaya sendiri. Matahari mempunyai suhu yang sangatlah tinggi, menurut para ahli suhu pada permukaan
matahari yaitu 6.000˚C, pada suhu bagian
dalamnya mencapai 16
juta˚C.
2).
Api
Api adalah sumber
energi panas. Api merupakan
cahaya dan panas yang
dikeluarkan bila sesuatau terbakar. Api membutuhkan bahan
bakar, oksigen, dan panas. Jika disalah satu faktor tersebut tidak
ada,
maka
api akan padam.
b. Sifat-Sifat Energi Panas
Perpindahan panas melalui tiga cara yaitu hantaran (konduksi), aliran
(konveksi), dan
pancaran (radiasi).
1).
Perpindahan panas secara hantaran (Konduksi) merupakan perpindahan yang terjadi pada zat padat seperti logam atau kaca.Misalnya, melalui tutup panci atau pegangan panci alumunium menjadi panas pada saat panci di panaskan.
2).
Perpindahan panas secara aliran (konveksi) terjadi melalui zat-zat
yang bisa mengalir seperti air dan udara. Misalnya, saat kita
menghidupkan api unggun badan akan
menjadi hangat, karena panas api unggun sampai ke tubuhmu melalui udara.
3).
Perpindahan panas secara pancaran (radiasi) ini contohnya seperti
panas matahari merambat ke
bumi tanpa zat perantara, karena
perpindahan
panas tanpa zat perantara disebut radiasi.
3. Energi Bunyi
a. Sumber Bunyi
Energi
bunyi
merupakan energi
yang didapatkan dari
suara atau bunyi-bunyian, misalnya bunyi halilintar,
bunyi gitar, bunyi klakson,
dan
bunyi gong. Bunyi adalah energy yang bisa didengar, berbagai macam bunyi yang di dengar
dihasilkan oleh
benda-benda yang bergetar. Bunyi yang
kuat
ditimbulkan
oleh
getaran yang kuat atau
keras. Sebaliknya bunyi yang lemah dihasilkan oleh getaran yang lemah.
Kuat atau
lemahnya bunyi bergantung pada simpangan getar. Simpangan
getar disebut
juga amplitudo. Jadi dapat
disimpulkan
bahwa semakin besar amplitude maka semakin kuat bunyi yang dihasilkan.
Contohnya
seperti
jika ingin
memperkuat bunyi gitar, maka petiklah senar gitar lebih kencang. Demikian pula saat ingin
menggesek biola, menium terompet, atau memukul gendang.[36]
4. Energi Listrik
Energi
listrik paling banyak digunakan untuk
kebutuhan
rumah tangga,
energi listrik ini dapat diganti dengan
energi lainnya seperti
energi panas, bunyi dan gerak.
a). Energi Alternatif
Manusia di bumi memerlukan sumber
energi lain atau
energi alternatif untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Sumber energi
alternatif ini berasal dari sumber energi yang bisa diperbaharui contohnya seperti
sinar matahari, angin, air,
panas bumi dan bahan bakar bio. Sumber
energi alternatif adalah sumber energi yang
bukan sumber energi
tradisional seperti bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam.
sumber energi alternatif yang
dikembangkan sekarang ini memanfaatkan sumber
energi yang tersedia di alam dan
tidak akan habis yaitu
matahari, angin, air,
dan panas bumi.
1. Matahari
Matahari merupakan sumber
energi utama dibumi. Hampir
seluruh
energi yang ada di bumi ini berasal dari matahari. Energi panas yang
dihasilkan dapat digunakan untuk
memenaskan
ruangan, memanaskan air, dan
keperluan lainnya.
2. Angin
Angin merupakan
gerakan
udara dipermukaan
bumi
terjadi sebab perbedaan
tekanan udara. angin sudah dimanfaatkan dari dahulu sebagai sumber energi pada perahu layar dan kincir angin tradisional. Pada sekarang ini, energi angin dipakai untuk
menghasilkan listrik
melalui alat yang disebut gerogenerator.
3. Air
Air yang deras merupakan sumber energi gerak. Energi gerak biasanya dipakai sebagai pembangkit tenaga listrik.
Maka dari itu
PLTA dibuat menjadi bendungan air dengan tempat yang tinggi.
Dari air yang
dibendung tesebut, lalu dialirkan menurun sehingga
dapat mengalir seperti halnya air terjun yang deras. Energi gerak dari air terjun
tesebut dipakai sebagai pemutar
generator pembangkit listrik.
4. Panas Bumi
Energi panas bumi (energi geothermal)
merupakan energi panas
yang disimpan di bawah permukaan bumi. Bumi yang berbentuk
seperti bola ternyata mempunyai susunan dari lapisan-lapisan.
Pusat bumi
memiliki
bentuk
berasal dari lapisan batuan
yang
sangat panas. Dengan hal ini menunjukan bahwa bumi adalah
sumber energi panas yang sangat besar.
5. Bahan
Bakar Bio
Bahan bakar bio
adalah bahan bakar
dari mahluk hidup baik
itu
hewan atau tumbuhan. Bahan bakar bio berasal dari tumbuhan
yaitu seperti tumbuhan berbiji yang mengandung minyak misalnya bunga matahari, jarak, kelapa sawit, kacang tanah, dan kedelai. Bahan bakar ini disebut juga sebagai biodiesel. Biodiesel bisa dipakai untuk menggunakan solar.
Singkong,
ubi, jagung,
dan sagu
dapat dibuat menjadi bieotanol. Bieotanol ini bisa menjadi pilihan selain bensin maupun
premium.
Bahan bakar bio
bisa
juga
terbuat dari kotoran hewan. Bahan
bakar
tersebut disebut juga sebagai biogas. Kotoran
hewan yang tersedia dimasukan
ke sebuah
lubang. Penguraian kotoran hewan
menggunakan bantuan dari bakteri akan mendapatkan gas metana yang
dipakai suntuk sumber dari energi panas kompor. Dari pada
itu
bahan bakar bio juga bisa difungsikan usebagai bahan bakar kendaraan
bermotor.[37]
b). Perubahan Bentuk Energi
Berikut dari beberapa bentuk energi yang telah diketahui ada contoh perubahan
energi yang terjadi pada kehidupan
sehari-hari yaitu :
1). Energi Listrik-Energi Panas. Contoh dari energi listrik menjadi energi panas yaitu dalam pemakaian oven, kompor
listrik,
dan
setrika.
2). Energi listrik-Energi Gerak. Contoh dari perubahan energi listrik menjadi energi gerak yaitu
pemakaian AC,
kipas angin,
mixer,
dan blender
3). Energi panas-energi panas.
Contohnya ketika sepedah motor digunakan perjalanan jauh,
sehingga
akan
menimbulkan panas.
4.
Energi cahaya-energi listrik. Contohnya pemakaian panel surya
5.
Energi listrik-energi panas.
Contohnya pemakaian alat pengering rambut (Hairdyer)
6. Energi gerak-energi bunyi.
Contohnya yaitu
menabuh gendang atau bertepuk tangan.
c). Sumber energi yang
tidak dapat di perbaharui
Sumber energi yang tidak dapat diperbaharui merupakan sumber-
sumber energi yang akan habis. Sumber energi tersebut juga tidak dapat diperbaharui lagi. Pada dasarnya, minyak dan gas adalah sumber energi
yang tidak bisa di perbaharui. Misalnya seperti batu bara, gas alam, serta
hasil tambang lainnya.
Batu bara
dan minyak
bumi adalah sumber energi
yang terbuat dari
tumbuhan dan mahluk hidup yang terpendam selama jutaan tahun. Pada minyak bumi dan batu bara akan habis
jika dipakai secara berkelanjutan. Dibutuhkan waktu
berjuta-juta tahun agar minyak
bumi
dan gas ada lagi.
d). Sumber energi yang
dapat diperbaharui
Sumber energi yang bisa ddiperbaharui adalah sumber energi yang
tidak dapat habis walaupun dipakai secara berkelanjutan, sumber energi ini bisa memperbaharui diri
dan
nada pula
sumber energi
yang bisa di usahakan atau dibuat oleh manusia. Contoh sumber energi yang
dapat di perbaharui yakni hewan, matahari, air,
dan
tumbuhan.[38]
B. Kerangka
Berfikir
Memanfaatkan penggunaan sebuah media dalam proses pembelajaran
adalah
salah satu
metode yang
efektif untuk
meningkatkan keberhasilan dalam belajar.
Sebab masalah yang sering ditemukan di lapangan ialah media
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran merupakan
hal
yang sangat
penting, sebab
itu dibutuhkannya seorang pendidik
dalam proses penyampaian
materi yang diberikan kepada peserta didik agar lebih
mudah
pula
untuk memahami materi pelajaran
yang telah
dipelajari.
Analisis yang didapat pendidik mengatakan masih banyak kelemahan, karena pada saat proses pembelajaran berlangsung
masih menggunakan media pembelajaran
gambar, poster, buku paket dan
masih media yang seadanya. Dalam mengatasi masalah yang ada peneliti
mengembangkan
media pembelajaran
interaktif pada mata pelajaran
ipa yang bertujuan untuk menciptakan variasi baru
pada
media pembelajaran. Untuk
bisa memenuhi kaidah sebagai media pembelajaran
yang interaktif
maka
pada program ini media pembelajaran
dibuat dengan menggunakan software komputer dan
dapat dijalankan dengan berbantuan komputer. Sebagai media
pembelajaran pada media interaktif ini bisa menjadikan belajar sekaligus
hiburan untuk peserta didik
agar dalam belajar peserta didik tertarik terhadap
materi yang sedang mereka hadapi.
Media interaktif dalam suatu
pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan lagi minat belajar peserta didik
agar pencapaian hasil belajar peserta didik juga meningkat.
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Media Pembelajaran Interaktif
Masalah yang ditemukan : 1. Media yang digunakan sudah baik namun
pendidik masih kurang kreatif dalam menggunakan media,
jadi peserta didik kurang
minat dalam
belajarnya. 2. Pembelajaran hanya
menggunakan
media
pelajaran seperti gambar dan buku saja. Pengembangan Media Pembelajaran
Interatif Pada pelajaran
IPA Kelas IV SD/MI Tidak Layak Layak Media
yang
dihasilkan
yaitu
Media Pembelajara
Interaktif pada
pelajaran IPA kelas IV SD/MI Revisi Produk akhir
Media Interaktif
C. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
1. Fitri Yuliawati “pengembangan media pembelajaran
berbasis adobe flash cs3 profesional dalam pembelajaran ipa berbasis integrasi islam-sains
di SD/MI kelas 5” dapat disimpulkan bahwa pada hasil penelitian ini memakai model pengembangan addie yang meliputi 5
tahapan yaitu analysis, design, development,
implementation,
dan
evaluation.
Berdasarkan penilaian ahli materi yaitu sangat baik (SB) skir rata-ratanya 65 dan penilaian ahli media yaiu baik (B) dengan menempati skor 55. Jadi,
media pembelajaran berbasis Adobe Flash CS3 professional dalam pembelajaran IPA
berbasis integrasi islam-sains di SD/MI kelas 5 sudah layak digunakan sebagai suatu media pembelajaran. Pada penelitian ini
perbedaan yang akan dilakukan oleh peneliti dengan peneliti sebelumnya terdapat
pada materi
yang akan dimasukan
kedalam sebuah
media interaktif karena materi yang dilakukan peneliti adalah materi tematik
yang akan menyatukan berbagai mata pelajaran kedalam media interaktif
berbentuk software berbeda dengan penelitian sebelumnya yang cuma fokus
ke satu materi saja.
2. Hanif kurnia, Nadi Suprapto “Pengembangan media pembelajaran multimedia flash interaktif pada materi listrik dinamis kelas XII di SMAN I KIRAN” berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
dilakukan oleh peneliti bahwa interprestasi skala liker,pada multimedia flash interaktif pada materi listrik dinamis yang dikembangkan dalam kategori
sudah sangat layak dengan
presentasi uji kelayakan 82,42%.
3. Boby Syefrinando, “pengembangan media pembelajaran fisika berbasis
macromedia flash
professional 8 pada materi hokum newton” disimpulkan
bahwa pada hasil penelitian dan pembahasan oleh peneliti
bahwa sudah baik untuk digunakan sebagai salah satu media
pembelajaran karena telah diuji kelayakannya oleh ahli media dan ahli materi pembelajaran.
Dilihat dari hasil analisis persepsi peserta didik
yang mencapai kelayakan rata-rata 87% untuk mencapai aspek efektifitas pada
penggunaan
media pembelajaran, untuk aspek
aktifitas belajar 82%.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan
di Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu yang beralamat di RT.05 Desa Pulau Batu Kecamatan Jujuhan Ilir
Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023 dan pelaksaannya di sesuaikan dengan
jam tematik muatan IPA.
B. Jenis Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun jenis tindakan yang
diamati adalah Penerapan Media Alat Peraga Pada
Pembelajaran Tematik Muatan IPA Untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik
Kelas IV di Sekolah
Dasar Negeri 23/II Pulau Batu pada semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023. Menurut Hopkin bahwa penelitian tindakan adalah suatu proses
yang dirancang untuk memberdayakan semua partisipan (siswa, guru, dan peserta lainnya) dengan maksud untuk meningkatkan praktik yang diselenggarakan di dalam pengalaman pendidikan. Semua partisipan
adalah anggota aktif dalam proses penelitian.[39]
Selanjutnya I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit; Noehi Nasution merumuskan pengertian penelitian tindakan kelas
sebagai berikut: “penelitian tindakan
kelas
adalah
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehinggahasil belajar siswa menjadi
meningkat”. Penelitian tindakan
kelas (PTK) sangat bermanfaat
bagi guru, pembelajaran
siswa,
serta bagi sekolah.[40]
33
C. Setting Subjek
Penelitian
Penelitian
ini merupakan permasalahan rill dalam Pembelajaran Tematik Muatan IPA di Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu , tahun pelajaran 2021/2022. Subjek penelitian ini adalah penulis sebagai
peneliti, sedangkan subjek penerima PTK adalah siswa kelas IV Sekolah
Dasar Negeri 23/II Pulau Batu tahun pelajaran 2021/2022. Adapun jumlah
siswa, yaitu 22 siswa dengan rincian 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Dari 22 siswa tersebut, ada beberapa siswa yang belum bisa memhami tematik
muatan IPA dan juga banyak yang belum mampu memahami isi meteri pembelajaran
IPA. Para siswa tersebut mempunyai kemampuan belajar yang berbeda-beda.
Meskipun demikian, sebagian besar tingkat kemampuan siswa di kelas IV ini sudah
rata-rata.
D. Variabel
Yang Diamati
Pada
penelitian tindakan kelas variabel yang diamati adalah sebagai berikut.
1.
Variabel proses: meningkatkan kreativitas peserta
didik kelas IV, guru menerapkan
media alat peraga pada pembelajaran tematik muatan IPA
2.
Variabel hasil: meningkatkan kemampuan siswa pada
pembelajaran tematik muatan IPA.
E. Prosedur Penelitian
Desain penelitian tindakan adalah penelitian
pendidikan yang melibatkan pengumpulan informasi mengenai program dan hasil
pendidikan saat ini, menganalisis informasi, mengembangkan rencana untuk
memperbaikinya, mengumpulkan perubahan setelah rencana baru diimplementasikan,
dan mengembangkan kesimpulan tentang perbaikan. Tujuan utama penelitian
tindakan adalah untuk meningkatkan program pendidikan di sekolah.[41]
Tahap-tahap ini diikuti
berulang-ulang, sampai suatu permasalahan dianggap teratasi, untuk kemudian –
biasanya – diikuti oleh kemunculan permasalahan lain yang juga harus
diperlalukan serupa. Keempat fase dari suatu siklus dalam sebuah PTK biasanya
digambarkan dengan sebuah spriral PTK seperti
gambar 1 berikut ini:
Gambar 2
Langkah-langkah
Penelitian Tindakan Kelas
1. Perencanaan
Menurut
Arikunto Perencanaan yaitu menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,
oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Langkah-langkahnya:
a. Menelaah materi
pembelajaran IPA kelas IV semester I dengan
kompetensi dasar tentang energi.
b. Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan indikator mencatat hal-hal pokok yang
terdapat dalam pembelajaran IPA kelas IV.
c. Menyiapkan
lembar catatan lapangan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran yang
berlangsung melalui media alat peraga pada pembelajaran
tematik muatan IPA.[42]
2. Pelaksanaan
Menurut Suhardjono, pada tahap ini
rancangan pembelajaran yang telah direncanakan akan diterapkan. Skenario dan
tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar. Pelaksanaan tindakan
direncanakan dalam dua siklus dengan kompetensi dasar melalui media
alat peraga pada pembelajaran tematik muatan IPA. Materi yang disampaikan pada
siklus I mengenai sumber energi.
Materi pada siklus II tentang cara memahami manfaat sumber energi.
3. Pengamatan Atau Observasi
Menurut Suhardjono, Pengamatan
dilakukan pada waku tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung pada
waktu yang sama. Observasi dilakukan menggunakan lembar pengamatan keterampilan
guru dan aktivitas siswa, lembar wawancara dan lembar soal. Kegiatan observasi
dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk mengamati aktivitas siswa, keterampilan guru, dan
mencatat kegiatan yang terjadi pada saat
pembelajaran IPA mengenai materi sumber energi melalui Media Alat Peraga.
4. Refleksi
Menurut Suhardjono Tahap ini
dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan
berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna
menyempurnakan tindakan berikutnya. Setelah mengkaji proses pembelajaran pada siklus pertama yaitu aktivitas siswa, keterampilan guru,
serta hasil keterampilan media alat peraga IPA. Mengkaji kekurangan dalam pembelajaran dan membuat daftar
permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus pertama. Selanjutnya bersama tim kolaborasi, peneliti membuat
perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya.[43]
F. Jadwal Pelaksanaan
Penelitian
Tabel 3. 1
Rancana Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No |
Kegiatan |
Tahun 2021/2022 |
|||||||||||||||||||
Mei |
Juni |
Juli |
Agustus |
September |
|||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1 |
Persiapan penelitian |
|
|
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
Mengajukan judul ke Fakultas untuk persetujuan judul |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
Menyusun atau menulis konsep proposal |
|
|
|
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
Konsultasi dengan dosen pembimbing |
|
|
|
|
|
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
Seminar proposal |
|
|
|
|
|
|
|
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6 |
Izin atau perintah riset |
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7 |
Pelaksanaan riset |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
8 |
Penulisan konsep skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
|
|
|
|
|
|
|
9 |
Konsultasi kepada dosen pembimbing |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
|
|
|
|
|
10 |
Penggandaan skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
|
|
|
|
11 |
Munaqasah dan perbaikan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
|
|
|
12 |
Penggandaan skripsi dan penyampaian skripsi kepada tim
Penguji dan Fakultas |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
√ |
TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran
Umum Lokasi Penelitian
1. Historis Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
Sekolah
Dasar Negeri 23/II Pulau Batu yang beralamat di RT.05 Desa Pulau Batu Kecamatan Jujuhan Ilir Kabupaten Bungo
Provinsi Jambi. Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu berdiri pada tahun 1980,
sebelumnya sekolah ini merupakan
gabungan dari Sekolah Dasar Negeri Pulau
Batu 21/II, Sekolah Dasar Negeri Pulau
Batu II/II, Sekolah Dasar Negeri Pulau
Batu II, dan masing- masing memiliki lembaga sendiri. Karena ada program dari
pemerintah, sekolah ini digabung
dan di beri
nama Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu dan jumlah
rombel belajar di Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu berjumlah 7 rombel yaitu
kelas I.A dan I,B, II, III, IV, V dan VI. Adapun yang menjadi fokus penlitian
peneliti adalah peneliti lebih memfokuskan ke penelitian kelas IV.
Profil Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu.
38
a. |
Identitas Sekolah |
|
|
|
1. Nama Sekolah 2. NPSN 3. Jenjang Pendidikan 4. Status Sekolah 5. Alamat Sekolah RT/ RW Kode Pos Kelurahan Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi Negara 6. Posisi |
: : : : : : : : : : : : : : |
SD Negeri 23/II Pulau Batu 10500975 SD Negeri Desa Pulau Batu 06 / 0 37258 Pulau Batu Jujuhan Ilir Bungo Jambi Indonesia -1,2282 Lintang 101,9021 Bujur |
b. |
Data Lengkap |
|
|
|
7. SK Pendirian Sekolah 8. Tgl SK Pendirian 9. Status Kepemilikan 10. SK Izin Operasional 11. Tgl SK Izin Operasional 12. Kebutuhan Khusus 13. Nomor Rekening 14. Nama Bank 15. Cabang KCP / Unit 16. Rekening Atas Nama 17. MBS 18. Memungut Iuran 19. Nominal/Siswa 20. Nama Wajib Pajak 21. NPWP |
: : : : : : : : : : : : : : : |
- 1980-12-01 Pemerintah Daerah - 1910-01-01 - 3001764992 BPD Jambi Muaro Bungo SDN 23/II Pulau Batu Ya Tidak 0 - 006473227332000 |
c. |
Kontak Sekolah |
|
|
|
22. Nomor Telpon 23. Nomor Fax 24. Email 25. Webset |
: : : : |
0852-7360-0340 000 http:// |
d. |
Data Periodik |
|
|
|
26. Waktu Penyelenggara 27. Bersedia Menerima BOS 28. Sertfikat ISO 29. Sumber Listrik 30. Daya Listrik (watt) 31. Akses Internet 32. Akses Interner Alternatif |
: : : : : : : |
Pagi / 06 Hari Ya Belum Bersertifikat PLN 1300 Telkom Speedy Telkom Flash |
2. Geografis Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu,
di RT.05 Desa Pulau Batu Kecamatan
Jujuhan Ilir Kabupaten Bungo Provinsi Jambi pada koordinat Latitude (Lintang) -1,2282,
Longitude (Bujur) 101,9021.
Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan desa Lubu
Tenam
b. Sebelah selatan tepat berbatasan dengan
Sungai Jujuhan
c. Sebelah barat berbatasan dengan rumah
penduduk
d. Sebelah timur berbatasan dengan rumah
penduduk.
Lingkungan Sekolah Dasar Negeri
23/II Pulau Batu terletak cukup jauh dari jalan raya yang membuat
suasana pembelajaran lebih nyaman. dengan demikian, kegiatan pembelajaran tidak
terganggu oleh kebisingan suara kendaraan.
3. Visi, Misi, Tujuan Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
a. Visi
“Berprestasi, Cerdas dan Trampil Berdasarkan Iman”
b. Misi
1) Melaksanakan proses belajar mengajar secara
PAKEM
2) Mendorong semangat siswa untuk berprestasi di
bidang akademik dan non akademik
3) Memberi layanan ekstrakulikuler dengan
maksimal
4) Meningkatkan norma-norma agama dilandasi iman
c. Tujuan pendidikan
1) Tujuan umum :
“Memberikan
bekal kemampuan dasar “baca tulis hitung”, pengetahuan dan keterampilan dasar
yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya serta
mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP” (SK Mendikbud No
060/U/1993).
2) Tujuan khusus berdasarkan Visi dan Misi:
a) Menciptakan siswa berprestasi dan berwawasan
maju yang beriman dan bertaqwa
b) Memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis
hitung” pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai
dengan tingkat perkembangannya agar berguna di masyarakat
4. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
Setiap pendidikan atau
sekolah mempunyai organisasi, baik itu sekolah swasta maupun negeri dan tidak
terlapas bagi Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu yang merupakan salah satu SD Negeri, oleh
karenanya Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu ini juga mempunyai struktur organisasi yang
terdiri dari kepala sekolah majlis guru-guru, siswa-siswi semuanya berada dalam
struktur organisasi.
Adapun mengenai Struktur
Organisasi Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
Tahun Ajaran 202-2023
Wali Kelas.I Lusia K,S.Pd Wali Kelas.III Herma Fitri, S.Pd Wali Kelas.V Nur Afrinda, S.Pd Siswa / Siswi Kepala Sekolah Dahlim, S.Pd Operator Sekolah Trisnalia Komite Sekolah M. Yusuf Guru PAI Rahmadani, S.Pd.I Guru PJOK Satria, S.Pd Wali Kelas.VI Patmawati, S.Pd.I Wali Kelas.IV Hidayati, S.Pd.I Wali Kelas.II Ellika Sari, S.Pd
(Dokumentasi : SDN 23/II Pulau Batu
tahun ajaran 2022/2023)
5. Keadaaan Guru dan Siswa Sekolah
Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
a. Keadaan Guru
Guru mempunyai peran yang
sangat penting
dalam proses pembelajaran, maka dari itu, keadaan guru harus diperhatikan. Secara kesuluruhan, guru Sekolah
Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
berjumlah
9 orang dan 1
operator sekolah dengan perincian kepala
sekolah
1
orang, Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2 Orang, dan Guru tidak tetap
(GTT) 8 Orang, mengenai data guru dan karyawan secara
lebih lengkap bisa
dilihat pada tebel berikut ini.
Tabel. 4.1.
Keadaan Guru Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
tahun ajaran 2022/2023
Nama |
Jabatan |
Status Pegawaian |
|
1.
|
Dahlim,
S.Pd |
Kepala Sekolah |
PNS |
2.
|
Lusia Kristianiwati,S.Pd |
Wali Kelas I |
PNS |
3.
|
Ellika
Sari, S.Pd |
Wali Kelas II |
Honorer |
4.
|
Herma
Fitri, S.Pd |
Wali Kelas III |
Honorer |
5.
|
Hidayati,
S.Pd.I |
Wali Kelas IV |
Honorer |
6.
|
Nur
Afrinda, S.Pd |
Wali Kelas V |
Honorer |
7.
|
Patmawati,
S.Pd.I |
Wali Kelas VI |
Honorer |
8.
|
Rahmadani,
S.Pd.I |
Guru PAI |
Honorer |
9.
|
Satria,
S.Pd |
Guru PJOK |
Honorer |
10.
|
Trisnalia |
Operator |
Honorer |
(Dokumentasi : SDN 23/II Pulau Batu
tahun ajaran 2022/2023)
b. Keadaan Siswa/Siswi
Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
Siswa merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses
pendidikan, keadaan siswa di Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
pada tahun 2022-2023 secara keseluruhan mencapai 138 siswa yang dibagi pada 58 siswa laki dan 80 siswi perempuan. Adapun keadaan siswa Sekolah
Dasar Negeri 23/II Pulau Batu dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel. 4.2. Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri
23/II Pulau Batu tahun ajaran 2022/2023
No |
Kelas |
Jenis Kelamin |
Jumlah |
|
LK |
PR |
|||
1 |
I.A |
11 |
14 |
25 |
2 |
II |
13 |
14 |
27 |
3 |
III |
11 |
15 |
26 |
4 |
IV |
10 |
12 |
22 |
5 |
V |
7 |
13 |
20 |
6 |
VI |
6 |
12 |
18 |
Jumlah |
58 |
80 |
138 |
(Dokumentasi : SDN 23/II Pulau Batu
tahun ajaran 2022/2023)
6. Keadaaan Sarana dan Prasarana Sekolah
Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
Dalam upaya meningkatkan
mutu proses pembelajaran dan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan maka
harus tersedia faktor-faktor penunjang terlaksananya proses pembelajaran.
Penyelengarakan pendidikan, perlengkapan sarana dan prasarana pendidikan dapat
mempengaruhi siswa dalam prosese pembelajaran. Sarana dan prasarana yang
memadai akan dapat menunjukan keberhasilan siswa dapat meningkatkan kualitas
pendidikan
Sarana pendidikan adalah fasilitas-fasilitas yang
digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar agar tujuan
pembelajaran tercapai. Sedangkan prasarana pendidikan merupakan segala sesuatu
yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan. Sarana dan prasarana
pendidikan menjadi penting karena mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui
pengadaan sarana dan prasarana. Pemerintah melalui menteri pendidikan
menerbitkan peraturan pemerintah No. 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan
prasarana. Standar sarana dan prasarana berdasarkan PP No.19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan merupakan standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi
Sarana dan prasarana merupakan
salah satu
penunjang dalam
pembelajaran bahkan penentu
berjalannya
suatu
proses pembelajaran,
maka dari itu,
keadaan sarana dan prasarana harus sangat diperhatikan. Adapun sarana dan prasarana Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau
Batu dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel. 4.3.
Keadaan Sarana dan Prasana Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu
tahun ajaran 2022/2023
No |
Jenis Prasarana |
Jumlah |
Keterangan |
|
1.
|
Ruang Kepala |
1 |
Baik |
|
2.
|
Ruang Guru |
1 |
Baik |
|
3.
|
Ruang Kelas |
6 |
Baik |
|
4.
|
Ruang Tata
Usaha |
1 |
Baik |
|
5.
|
Perpustakaan |
1 |
Baik |
|
6.
|
Ruang UKS |
1 |
Baik |
|
7.
|
Meja dan Kursi Guru |
10 |
Baik |
|
8.
|
Meja dan Kursi Siswa |
138 |
Baik |
|
9.
|
Papan Tulis |
7 |
Baik |
|
10.
|
Halam Sekolah |
1 |
Baik |
|
11.
|
Tiang Bendera |
1 |
Baik |
|
12.
|
WC |
3 |
Baik |
|
13.
|
Buku Pedoman dan Buku
LKS |
145 |
Baik |
|
14.
|
Bola Kaki |
2 |
Baik |
|
15.
|
Bola Volly |
3 |
Baik |
(Dokumentasi
: SDN 23/II Pulau Batu
tahun ajaran 2022/2023)
B. Penjelasan
Data Per-Siklus
Penelitian tindakan
kelas (PTK) ini dilakasanakan dengan tahapan (perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi) yang disajikan dalam dua siklus sebagai berikut:
1. Siklus Pra-Tindakan
Sebelum melakukan proses pembelajaran, peneliti melakukan
observasi terhadap kemampuan memahami teks pendek siswa di kelas II Sekolah
Dasar Negeri 23/II Pulau Batu. Hasil
observasi menunjukkan bahwa guru masih menggunakan strategi pembelajaran
monoton, yang menyebabkan kemampuan
memahami teks pendek
siswa belum tuntas.
Ketika penyampaian pembelajaran, pada saat siswa disuruh untuk membaca
teks pendek ada beberapa siswa yang belum bisa membaca dengan lancar, dan lebih
suka berbuat gaduh yang menyebabkan kemampuan
siswa dalam memahami
pelajaran belum maksimal.
Observasi awal dilakukan guna mengamati pembelajaran IPA dan
ketersediaan media pembelajaran IPA. Pengamatan dilakukan saat pembelajaran
yang mengandung muatan pelajaran IPA berlangsung. Hasil observasi kelas
menunjukkan bahwa media pembelajaran IPA tidak tersedia di dalam kelas. Padahal
dari pemerintah telah banyak memberikan fasilitas media pembelajaran kepada sekolah
namun media tersebut tidak digunakan dengan baik.
Pada
pembelajaran yang mengandung muatan pembelajaran IPA, guru menggunakan media
pembelajaran berupa tanaman-tanaman yang dibawa oleh siswa, sehingga
pengetahuan siswa hanya terbatas pada apa yang ada di sekitar. Pada saat
pembelajaran yang mengandung muatan pembelajaran IPA, siswa tidak begitu banyak
memberikan reaksi, siswa hanya duduk diam, dan ketika ditanya guru pun tidak
banyak siswa yang
diperkuat dengan
adanya wawancara dengan guru kelas IV. Guru kelas IV tersebut mengatakan bahwa hasil belajar siswa pada
muatan pelajaran IPA
rendah, bahkan
perubahan kurikulum yang digunakan kelas IV di tahun ajaran 2018/2019 ini juga
cukup mempengaruhi pemahaman siswa pada pembelajaran. Siswa merasa kebingungan
dimana mata pelajaran yang dulu terkesan banyak dan beragam kini hanya ada tema
dan berbagai mata pelajaran tersebut diintegrasikan menjadi satu dalam sebuah
tema, hal ini dikarenakan tahun ajaran 2018/2019 merupakan kali pertama kelas
IV menggunakan Kurikulum 2013.
Kemudian untuk benar-benar memperkuat
hasil observasi dan wawancara, data hasil belajar IPA pada tahun ajaran
sebelumnya yaitu tahun ajaran 2021/2022 dan tahun ajaran 2022/2023 pada
pembelajaran 3 mata pelajaran IPA diminta dari guru kelas IV sebagai data
tambahan. Hasil belajar pada tahun ajaran 2021/2022 menunjukkan bahwa rata-rata
hasil belajar adalah 72,4 padahal KKM yang telah ditentukan sekolah adalah 75,
sehingga rata-rata tersebut masih belum mencapai KKM. Kemudian hasil belajar
pada tahun 2022/2023 pada pembelajaran 3 mata pelajaran IPA, rata-rata kelas
telah mencapai 77,3, meskipun sudah mencapai ketuntasan minimal, namun hasil
belajar ini masih perlu ditingkatkan agar hasil belajar menjadi stabil.
Hasil belajar kondisi
awal diperoleh dari pengerjaan soal pretest
(sebagaimana lampiran soal) oleh siswa
kelas
IV Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu tahun
ajaran 2022/2023. Berikut merupakan hasil dari pengerjaan soal pretest oleh
siswa:
Tabel : 4.4: Hasil
pretest
Pra-tindakan siswa mata pelajaran tematik muatan IPA kelas IV Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu tahun
ajaran 2022/2023.
No |
Nama Siswa |
KKM |
Nilai |
Keterangan |
|
Tuntas |
Tidak
Tuntas |
||||
1 |
Abdul Habib |
75 |
65 |
|
Tidak Tuntas |
2 |
Aulia Rizqi Shahbani |
75 |
70 |
|
Tidak Tuntas |
3 |
Darma Rizkiyah |
75 |
60 |
|
Tidak Tuntas |
4 |
Desi Wulan Dari |
75 |
75 |
Tuntas |
|
5 |
Dinda Aprilia |
75 |
70 |
|
Tidak Tuntas |
6 |
Erika Faisal |
75 |
70 |
|
Tidak Tuntas |
7 |
Fajar Meidika |
75 |
75 |
Tuntas |
|
8 |
Ferdi |
75 |
60 |
|
Tidak Tuntas |
9 |
Fernanda |
75 |
75 |
Tuntas |
|
10 |
Halimatus Sa'diah |
75 |
75 |
Tuntas |
|
11 |
Ika Oktaningtyas |
75 |
60 |
|
Tidak Tuntas |
12 |
Kholilurrochman |
75 |
70 |
|
Tidak Tuntas |
13 |
Luthfiyah Kurniyati |
75 |
75 |
Tuntas |
|
14 |
M. Reza Padillab |
75 |
65 |
|
Tidak
Tuntas |
15 |
M. Rizky Pratama |
75 |
75 |
Tuntas |
|
16 |
M. Rudi |
75 |
65 |
|
Tidak
Tuntas |
17 |
Nadya Wardana |
75 |
75 |
Tuntas |
|
18 |
Nurul Qomariah |
75 |
70 |
|
Tidak
Tuntas |
19 |
Presti Okta Viola |
75 |
65 |
|
Tidak
Tuntas |
20 |
Salsabila |
75 |
70 |
|
Tidak
Tuntas |
21 |
Siska Juliana |
75 |
65 |
|
Tidak Tuntas |
22 |
Zhafran Habibi |
75 |
65 |
|
Tidak
Tuntas |
Jumlah |
|
1515 |
7 |
15 |
|
Rata-Rata |
|
68,86 |
|
|
|
Persentase |
|
|
31,82% |
68,18% |
Tabel di atas menunjukkan
bahwa terdapat 7 siswa yang
dinyatakan lulus KKM karena
mendapat hasil pengerjaan
pretest ≥75 dengan persentase 31,82%, dan terdapat 15 siswa yang tidak lulus KKM karena mendapat
nilai <75 dengan
persentase 68,18%.
Jika
dilihat pada grafik hasil pretest Pra-tindakan Tematik Muatan IPA kelas IV SDN
23/II Pulau Batu dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Dari tabel dan grafik diatas sangatlah
jelas bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 23/II
Pulau Batu pada mata pelajaran tematik muatan IPA belumlah maksimal, beberapa permasalahan yang
terjadi saat
proses pembelajaran
berlangsung diantaranya guru kurang kreatif atau bervariasi dalam pembelajaran, guru masih menggunakan media yang
seadanya pada saat proses
belajar mengajar, seperti gambar, dan buku; serta suasana belajar
dikelas masih kurang menarik. Oleh
karenanya dengan adanya media pembelajaran
interaktif dan
penerapan media alat peraga pada pembelajaran tematik nantinya
dapat meningkatkan kreativitas
peserta
didik pada
pembelajaran tematik muatan IPA.
2 Siklus I
Penelitian pada siklus I dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan, yaitu pada tanggal 25-26 Juli 2022. Materi pembelajaran IPA
ini adalah tentang penggolongan jenis tulang daun.
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan, dilakukan
persiapan pada hal-hal yang digunakan dalam siklus I, diantaranya menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan materi tentang penggolongan jenis
tulang daun tumbuhan, soal evaluasi siklus I, dan perangkat replika media
pembelajaran IPA berbasis media gambar.
b. Pelaksanaan Tindakan
1. Pertemuan 1
Pertemuan pertama
ini dilaksanakan pada
hari senin, 25Juli 2022. Pembelajaran
ini dilaksanakan dengan alokasi waktu 2x35 menit dan kegiatan pembelajaran
berpedoman pada RPP yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Pertemuan pertama
menggunakan perangkat replika media pembelajaran IPA berbasis media gambar.
Kegiatan awal dilakukan dengan melakukan tahap motivasi
dengan melakukan tepuk
semangat. Lalu untuk
menggali pengetahuan siswa, guru melakukan tanya jawab mengenai
penggolongan jenis tulang daun.
Sebagai tahap orientasi,
guru menyampaikan hal yang akan dipelajari
pada hari ini dan tujuan dari pembelajaran hari ini.
Pada kegiatan inti, pembelajaran menggunakan perangkat
replika media pembelajaran IPA berbasis media gambar. Pertama, guru
mengenalkan konsep materi penggolongan jenis tulang daun melalui kolom-kolom
yang ada pada papan replika. Selanjutnya, guru melakukan demontrasi penggunaan
replika media pembelajaran IPA berbasis media gambar dengan meraba replika
daun satu per satu dan meletakkannya pada kolom sesuai jenis tulang daunnya.
Setelah guru selesai mendemontrasikan penggunaan media pembelajaran IPA
berbasis media gambar, selanjutnya guru mempersilahkan siswa untuk
mencobanya secara mandiri bersama siswa lainnya. Setelah waktu mencoba habis,
siswa mengerjakan LKS secara berkelompok (dua orang/ meja) yang kemudian
hasilnya didiskusikan bersama.
Kegiatan akhir pada pertemuan pertama siklus I ini adalah
siswa dibantu guru menyimpulkan hal yang telah dipelajari dan kegiatan yang
telah dilakukan selama pembelajaran. Selanjutnya siswa melakukan refleksi
mengenai perasaan mereka ketika pembelajaran berlangsung.
2.
Pertemuan 2
Pertemuan 2 ini dilaksanakan pada 26 Juli 2022 dengan alokasi waktu 2x35
menit dan pembelajaran berpedoman pada RPP yang telah
dipersiapkan oleh peneliti. Kegiatan
inti diawali dengan
guru memberikan penjelasan
mengenai materi penggolongan jenis
daun dan mengaitkan
penggunaan media pembelajaran IPA berbasis media
gambar yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya dengan materi
pembelajaran. Selanjutnya melakukan tanya jawab guna memberikan kesempatan pada
siswa untuk menanyakan hal yang kurang dimengerti. Lalu guru siswa mengerjakan
soal evaluasi 1 yang terdiri dari 20 soal isian singkat, yang kemudian soal
evaluasi 1 digunakan sebagai bahan observasi bagi guru kelas dan
peneliti, dan bahan refleksi mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada siklus
selanjutnya. Kegiatan penutup digunakan untuk menyimpulkan kegiatan
pembelajaran dan refleksi.
c. Observasi
Setelah siswa mengerjakan soal
evaluasi 1, kemudian hasil pekerjaan soal tersebut dihitung. Hasil soal
evaluasi 1 diberikan kepada guru kelas IV, lalu guru kelas IV SD Negeri 23/II
Pulau Batu dan peneliti mengamati hasil pekerjaan siswa tersebut dan kemudian
dibandingkan dengan hasil belajar pada kondisi awal. Berikut ini merupakan hasil belajar siswa kelas IV SD
Negeri 23/II Pulau Batu pada mata pelajaran IPA materi penggolongan jenis
tulang daun.
Tabel
4.5. Hasil Belajar Siswa Siklus I mata pelajaran tematik muatan IPA kelas IV SD
Negeri 23/II Pulau Batu.
No |
Nama Siswa |
KKM |
Nilai |
Keterangan |
|
Tuntas |
Tidak
Tuntas |
||||
1 |
Abdul Habib |
75 |
75 |
Tuntas |
|
2 |
Aulia Rizqi Shahbani |
75 |
75 |
Tuntas |
|
3 |
Darma Rizkiyah |
75 |
80 |
Tuntas |
|
4 |
Desi Wulan Dari |
75 |
85 |
Tuntas |
|
5 |
Dinda Aprilia |
75 |
80 |
Tuntas |
|
6 |
Erika Faisal |
75 |
70 |
|
Tidak Tuntas |
7 |
Fajar Meidika |
75 |
80 |
Tuntas |
|
8 |
Ferdi |
75 |
75 |
Tuntas |
|
9 |
Fernanda |
75 |
80 |
Tuntas |
|
10 |
Halimatus Sa'diah |
75 |
80 |
Tuntas |
|
11 |
Ika Oktaningtyas |
75 |
70 |
|
Tidak Tuntas |
12 |
Kholilurrochman |
75 |
75 |
Tuntas |
|
13 |
Luthfiyah Kurniyati |
75 |
80 |
Tuntas |
|
14 |
M. Reza Padillab |
75 |
70 |
|
Tidak
Tuntas |
15 |
M. Rizky Pratama |
75 |
80 |
Tuntas |
|
16 |
M. Rudi |
75 |
65 |
|
Tidak
Tuntas |
17 |
Nadya Wardana |
75 |
80 |
Tuntas |
|
18 |
Nurul Qomariah |
75 |
80 |
Tuntas |
|
19 |
Presti Okta Viola |
75 |
65 |
|
Tidak
Tuntas |
20 |
Salsabila |
75 |
85 |
Tuntas |
|
21 |
Siska Juliana |
75 |
75 |
Tuntas |
|
22 |
Zhafran Habibi |
75 |
75 |
Tuntas |
|
Jumlah |
|
1680 |
17 |
5 |
|
Rata-Rata |
|
76,36% |
|
|
|
Persentase |
|
|
77,27% |
22,73% |
Hasil belajar di atas diperoleh dari
pengerjaan soal evaluasi 1 oleh siswa kelas IV SD Negeri 23/II Pulau Batu tahun ajaran 2022/2023. Tabel 4.5
menunjukkan bahwa 17 siswa
dinyatakan lulus KKM dengan persentase 77%
dan 16 siswa dinyatakan belum lulus KKM dengan persentase 77,27%. Sedangkan
siswa yang belum mencapai KKM adalah 5 orang dengan persentase 22,73%. Hasil
ini belum mampu mencapai indikator keberhasilan yang hendak dicapai dalam
penelitian.
Jika
dilihat pada grafik hasil siklus I
Tematik Muatan IPA kelas IV SDN 23/II Pulau Batu dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
d. Refleksi
Pelaksanaan tahap tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam 2
kali pertemuan dimana setiap pertemuan
dilakukan dengan alokasi waktu 2x35 menit.
Persentase siswa lulus KKM pada siklus I sebesar 77%. Hal ini dikarenakan
replika daun media pembelajaran IPA berbasis media gambar hanya tersedia satu
perangkat, sehingga terbatasnya waktu membuat tidak semua siswa dapat mencoba
menggunakannya. Kekurangan yang terjadi pada siklus I kemudian digunakan
sebagai dasar perbaikan pada siklus II. Siklus II menggunakan kartu media
pembelajaran IPA berbasis media gambar sebagai perbaikan media
pembelajaran, dan memperbaiki manajemen waktu agar pembelajaran menjadi lebih
efektif.
Tahap terpenting dari tahap refleksi ini adalah diskusi
mengenai hasil belajar dengan melihat hasil soal evaluasi 1. Hasil observasi
pada hasil soal evaluasi 1, menyatakan bahwa hasil belajar siswa belum mencapai
indikator keberhasilan. Rata-rata hasil belajar pada siklus I adalah 77% dengan persentase siswa
lulus KKM sebesar 77,27%. Dapat disimpulkan bahwa hasil akhir siklus I belum
mencapai indikator keberhasilan, maka penelitian berlanjut dengan melakukan
siklus II. Segala kekurangan pada pelaksanaan siklus I ini digunakan sebagai
dasar perbaikan pada siklus selanjutnya.
3 Siklus II
Pada Siklus II ini, pelaksanaan tindakan dilakukan selama
2 kali pertemuan dengan alokasi
waktu 2x35 menit
setiap pertemuannya. Pertemuan 1
dilaksanakan pada tanggal 01 Agutus 2022 dan pertemuan 2 dilaksanakan pada 08
Agustus 2022. Tindakan yang dilakukan pada siklus II ini
menggunakan kartu media pembelajaran IPA berbasis media gambar.
Penggunaan kartu media ini merupakan langkah lanjutan dari siklus I, yaitu
penggunaan kartu media pembelajaran IPA berbasis media gambar dan sebagai
tindakan perbaikan terhadap kekurangan yang terjadi di siklus I.
1. Pertemuan 1
Pertemuan 1 pada siklus II ini, guru
mengajak siswa untuk belajar dengan menggunakan perangkat lain dari media
pembelajaran IPA berbasis media gambar, dimana guru akan mengajak siswa untuk
belajar dengan menggunakan kartu, yang terdiri dari kartu soal, kartu jawab,
dan kartu kontrol. Pembelajaran diawali
dengan guru menyapa siswa, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Lalu guru
mengajak siswa
melakukan “tepuk semangat”, tanya jawab mengena penggolongan jenis tulang daun,
dan menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kompetensi dasar yang hendak dicapai.
Kegiatan inti dilakukan dengan menunjukkan kartu kepada
siswa dan memberikan pertanyaan mengenai kaitannya dengan materi penggolongan
jenis tulang daun. Selanjutnya guru melakukan
demonstrasi penggunaan kartu
media pembelajaran IPA
berbasis media gambar. Setelah siswa mengerti cara penggunaan kartu media
pembelajaran IPA berbasis
media gambar,
selanjutnya guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
mencobanya. Jumlah pasang kartu yang cukup banyak membuat guru membagi kartu
dalam 3 kelompok kartu sehingga semua siswa mendapat giliran untuk
menggunakannya. Kegiatan akhir pada pertemuan ini dilakukan dengan menyimpulkan
kegiatan pembelajaran dan refleksi.
2.
Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilakukan menjelaskan materi agar siswa
semakin memahami materi mengenai penggolongan jenis tulang daun dan sebagai
pemantapan pemahaman siswa akan materi pembelajaran. Lalu melakukan tanya jawab
antara guru dan siswa mengenai materi penggolongan jenis tulang daun.
Selanjutnya ketika sesi tanya jawab sudah dilakukan, maka siswa diberikan soal
evaluasi 2 untuk dikerjakan secara mandiri dan sebagai alat ukur pemahaman
materi ajar yang telah diberikan. Kegiatan akhir pada pertemuan 2 siklus II ini
dilakukan dengan melakukan kesimpulan akan pembelajaran yang telah dilaksanakan
pada dua pertemuan pada siklus II, selanjutnya siswa melakukan refleksi.
e. Observasi
Setelah siswa mengerjakan soal evaluasi 2, kemudian hasil
tersebut dihitung. Hasil soal evaluasi 2 ini kemudian diberikan kepada guru
kelas IV, kemudian guru kelas dan peneliti mengamati hasil pekerjaan siswa
tersebut. Hasil pengerjaan soal evaluasi 2 selanjutnya dibandingkan dengan hasil
evaluasi 1. Berikut ini merupakan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri
23/II Pulau Batu pada mata pelajaran IPA materi penggolongan jenis tulang daun.
Tabel 4.6. Hasil
Belajar Siswa Siklus II mata pelajaran tematik muatan IPA kelas IV SD Negeri
23/II Pulau Batu.
No |
Nama Siswa |
KKM |
Nilai |
Keterangan |
|
Tuntas |
Tidak Tuntas |
||||
1 |
Abdul Habib |
75 |
90 |
Tuntas |
|
2 |
Aulia Rizqi Shahbani |
75 |
90 |
Tuntas |
|
3 |
Darma Rizkiyah |
75 |
95 |
Tuntas |
|
4 |
Desi Wulan Dari |
75 |
95 |
Tuntas |
|
5 |
Dinda Aprilia |
75 |
90 |
Tuntas |
|
6 |
Erika Faisal |
75 |
85 |
Tuntas |
|
7 |
Fajar Meidika |
75 |
95 |
Tuntas |
|
8 |
Ferdi |
75 |
95 |
Tuntas |
|
9 |
Fernanda |
75 |
85 |
Tuntas |
|
10 |
Halimatus Sa'diah |
75 |
95 |
Tuntas |
|
11 |
Ika Oktaningtyas |
75 |
95 |
Tuntas |
|
12 |
Kholilurrochman |
75 |
80 |
Tuntas |
|
13 |
Luthfiyah Kurniyati |
75 |
90 |
Tuntas |
|
14 |
M. Reza Padillab |
75 |
95 |
Tuntas |
|
15 |
M. Rizky Pratama |
75 |
90 |
Tuntas |
|
16 |
M. Rudi |
75 |
70 |
|
Tidak
Tuntas |
17 |
Nadya Wardana |
75 |
90 |
Tuntas |
|
18 |
Nurul Qomariah |
75 |
95 |
Tuntas |
|
19 |
Presti Okta Viola |
75 |
90 |
Tuntas |
|
20 |
Salsabila |
75 |
95 |
Tuntas |
|
21 |
Siska Juliana |
75 |
90 |
Tuntas |
|
22 |
Zhafran Habibi |
75 |
85 |
Tuntas |
|
Jumlah |
|
1980 |
21 |
1 |
|
Rata-Rata |
|
90,00% |
|
|
|
Persentase |
|
|
95,45% |
4,55% |
Hasil belajar di atas di dapat dari pengerjaan soal
evaluasi 2 oleh siswa kelas IV SD Negeri 23/II Pulau Batu tahun ajaran 2022/2023. Berdasarkan
tabel tersebut, diperoleh
bahwa 21 siswa
dinyatakan lulus KKM dengan persentase ketuntasan 95,45% dan 1
siswa dinyatakan belum lulus KKM dengan persentase 4,55%. Hasil ini telah jauh
melampaui indikator keberhasilan yang telah ditentukan, yaitu rata-rata 75
dengan persentase siswa lulus KKM 90%.
Jika
dilihat pada grafik hasil siklus II
Tematik Muatan IPA kelas IV SDN 23/II Pulau Batu dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
f.
Refleksi
Pelaksanaan tahap tindakan pada
siklus II ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dimana setiap pertemuan
dilakukan dengan alokasi waktu 2x35 menit. Tindakan pada siklus II ini
menerapkan penggunaan kartu media pembelajaran IPA berbasis media gambar materi
penggolongan jenis tulang daun. Penggunaan kartu media pembelajaran IPA
berbasis media gambar ini telah menerapkan langkah lanjutan dari perangkat media
pembelajaran IPA berbasis media gambar, berupa pengunaan kartu soal, kartu
jawab, dan kartu kontrol.
Penggunaan kartu media pembelajaran
IPA berbasis media gambar dalam pembelajaran sempat membuat kelas tidak
kondusif karena semua siswa ingin mencoba menggunakan kartu yang disediakan,
sehingga jalan keluar yang dipilih adalah dengan guru membagi kartu dalam 3
kelompok, sehingga dapat digunakan oleh semua siswa secara bergantian.
Setelah hasil
evaluasi 2 dihitung,
guru kelas dan
peneliti berdiskusi untuk menentukan
kegiatan yang akan
dilakukan peningkatan. Rata-rata hasil belajar pada siklus II adalah
90,00 dengan persentase siswa lulus KKM 95,45%. Hasil belajar pada siklus II
ini telah
melampaui indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga penelitian ini
dinyatakan berakhir.
Daftar peningkatan hasil belajar dibuat sebagai bahan
perbandingan antara hasil belajar kondisi awal, hasil belajar siklus I, dan
hasil belajar siklus II. Untuk memperoleh data hasil belajar siswa digunakan
instrumen soal isian singkat yang terdiri dari 20 butir. Soal- soal ini
diberikan pada akhir setiap siklus, yaitu pada tanggal 25 Juli 2022 dan 08 Agustus 2022. Berikut adalah data
perbandingan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I, hingga siklus II dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Peningkatan Hasil Belajar siswa
kelas IV mata pelajaran tematik muatan IPA SD Negeri 23/II Pulau Batu.
Variabel |
Indikator
Penelitian |
Kondisi
Awal Pra-Tindakan |
Siklus
I |
Siklus
I |
||
Target |
Capaian |
Target |
Capaian |
|||
Hasil
Belajar |
Rata-Rata
Nilai |
68,86 |
90 |
76,36% |
90 |
90,00% |
Persentase
Ketuntasan KKM |
31,82% |
75% |
77,27% |
85 |
95,45% |
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil
belajar mengalami peningkatan pada siklus I dengan rata-rata 73,66 dan
persentase ketuntasan KKM 75 sebesar 77,27%, hasil ini masih tergolong rendah
karena belum mencapai target yang akan di capai serta masih terdapat 5 siswa
pula yang belum mencapai KKM. Kemudian pada siklus II, peningkatan kembali
terjadi dengan hasil yang cukup memuaskan, yaitu rata-rata meningkat menjadi
90,00% dan persentase ketuntasan KKM 75 sebesar 95,45% dengan siswa yang belum
mencapai ketuntasan sebanyak 1 siswa, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tindakan yang
diberikan pada setiap
siklusnya memberikan peningkatan pada hasil belajar. Untuk memperjelas peningkatan
hasil belajar, berikut gambar diagram batang peningkatan hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri 23/II Pulau Batu.
Grafik
peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Setiap Siklusnya
Grafik 4.7 menunjukkan adanya peningkatan pada
setiap siklusnya.
Pembelajaran yang nyata pada siklus I berupa penggunaan replika media pembelajaran IPA berbasis
media gambar memberikan peningkatan
yang cukup baik meskipun
hasil belajar pada siklus I
tersebut belum mampu mencapai
indikator keberhasilan yang akan di capai. Hal ini terjadi karena penggunaan media pembelajaran IPA berbasis media
gambar masih belum merata. Keterbatasan
media pembelajaran membuat siswa
harus bergantian dalam menggunakannya, sehingga terdapat beberapa siswa yang
belum mendapatkan giliran untuk menggunakan media
pembelajaran IPA berbasis media gambar tersebut.
Walaupun
semua siswa diberikan kesempatan untuk mencoba
menggunakan replika media pembelajaran IPA berbasis media gambar, maka akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Namun ketika pembelajaran dilanjutkan dengan
menggunakan kartu media pembelajaran IPA berbasis media gambar materi
penggolongan jenis tulang daun, hasil belajar pada siklus II ini mengalami
peningkatan yang tinggi.
Kartu media pembelajaran
IPA berbasis media gambar yang praktis membuatnya mudah
untuk dikembangkan dalam penggunaannya, yaitu dengan membaginya menjadi 3
kelompok kartu yang sudah terdiri dari kartu soal, kartu jawab, dan kartu
kontrol, sehingga dapat digunakan oleh semua siswa dengan tidak melebihi
alokasi waktu yang sudah ditentukan. Penggunaan kartu media pembelajaran IPA
berbasis media gambar yang dapat digunakan oleh semua siswa memberikan
peningkatan yang sangat baik pada hasil belajar, sehingga hasil belajar pada
siklus II dapat melampaui kriteria keberhasilan yang telah ditentukan.
C.
Pembahasan
Pelaksanaan pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan
media pembelajaran IPA berbasis media gambar sebagai alat peraga pada pelajaran
tematik muatan IPA siswa kelas IV SD
Negeri 23/II Pulau Batu yang beralamat di RT.05 Desa
Pulau Batu Kecamatan Jujuhan Ilir Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Berikut akan dipaparkan pembahasan dalam penerapan media pembelajaran interaktif. Tujuan dari
penggunaan media pembelajaran IPA
berbasis media gambar sebagai
alat peraga dalam penelitian ini adalah untuk memaksimalkan penggunaan media
pembelajaran dalam kegiatan belajar siswa dan membantu siswa dalam memahami
materi ajar sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Piaget (dalam Suparno, 2001: 69), bahwa anak
usia 7-11 tahun berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret
dimana anak masih menerapkan logika berpikir pada hal yang konkret, belum
bersifat abstrak. Keterbatasan anak pada tahap perkembangan ini adalah seorang
anak yang masih memerlukan hal yang konkret, sehingga media pembelajaran ada
sebagai salah satu contoh hal yang konkret tersebut. Bahkan hal ini diperkuat
juga oleh pendapat Montessori, yang menyatakan bahwa anak-anak mengalami masa
krusial dalam perkembangan mereka yang
disebut “periode-periode sensitif” Selama periode sensitif ini, anak-anak dalam
keadaan siap untuk jenis-jenis kegiatan pembelajaran tertentu, misalnya
pelatihan indera dan pembelajaran bahasa, dan juga pelatihan keterampilan
motorik dan kemampuan adaptasi sosial. Untuk membantu perkembangan anak selama
periode sensitif ini, anak-anak disediakan bahan-bahan yang mengoreksi diri
(Gutek, 2015: 26).
Seperti yang telah dijabarkan
di atas, penelitian ini menggunakan media pembelajaran IPA berbasis media
gambar sebagai alat peraga sebagai upaya peningkatan hasil belajar pada siswa kelas IV
di SD Negeri 23/II Pulau Batu. Upaya peningkatan hasil
belajar melalui pengguanaan media pembelajaran IPA berbasis media
gambar dilakukan dengan langkah-langkah; 1) penggunaan perangkat
media pembelajaran IPA berbasis media gambar, 2) penjelasan materi, 3)
tanya jawab, 4) tes, 5) kesimpulan. Maka berikut akan dipaparkan mengenai upaya
peningkatan hasil belajar melalui penggunaan media pembelajaran IPA berbasis media
gambar sebagai alat peraga.
Langkah pertama, penggunaan
media pembelajaran IPA berbasis media gambar materi penggolongan jenis
tulang daun dengan menggunakan media pembelajaran IPA berbasis media
gambar. Perangkat media pembelajaran ini terdiri dari dua macam,
yaitu replika dan kartu. Penggunaan media pembelajaran IPA berbasis media gambar
berupa replika daun dilaksanakan pada siklus I pertemuan pertama, sedangkan
pada siklus II menggunakan media pembelajaran IPA berbasis media
gambar sebagai alat peraga berupa kartu. Terpisahnya penggunaan replika dan kartu ini
bertujuan agar siswa dapat tertarik dengan kegiatan pembelajaran, bahkan
penggunaan media pembelajaran IPA berbasis media
gambar ini digunakan sebagai pengenalan konsep akan materi
penggolongan jenis tulang daun sehingga siswa tidak harus berpikir secara
abstrak namun siswa dapat belajar secara langsung.
Media pembelajaran IPA berbasis media
gambar digunakan dengan mengajak siswa untuk belajar secara langsung
dimana siswa akan meraba masing- masing replika jenis tulang daun dan menggolongkannya
dalam papan yang disediakan. Namun sebelum siswa mencoba media pembelajaran IPA
berbasis media gambar, demonstrasi terlebih dahulu
diberikan kepada siswa. Demonstrasi adalah suatu
kegiatan mempertunjukkan jalannya suatu proses, reaksi, atau cara bekerjanya
suatu alat oleh seorang demonstrator dihadapan khalayak. Proses meraba replika
daun ini bertujuan agar siswa benar-benar memahami detail dari bentuk tulang
daun yang terdiri dari empat jenis tersebut, yatu menjari, melengkung,
menyirip, dan sejajar, sehingga siswa mampu membedakan antara satu tulang daun
dengan tulang daun yang lain. Kemudian penggunaan media berlanjut pada kartu, dimana
kartu terdiri dari kartu soal, kartu jawab, dan kartu kontrol.
Konsep ini dikembangkan oleh A.A Musyaffa dan
Siti Asiah dalam penelitian ini bahwa kemampuan berpikir kritis ini sangat
penting dimiliki siswa karena di dalamnya terdapat proses aktivitas mental
dalam menerima, mengolah, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi
yang diperoleh untuk mengambil keputusan atau tindakan dalam memecahkan
masalah. Masalah yang akan dihadapi siswa tidak hanya ditemukan hanya dalam
sebuah pelajaran tetapi dalam hidup, banyak sekali masalah yang setiap hari
akan dihadapi oleh siswa. Siswa adalah dituntut untuk memiliki kemampuan
berpikir kritis agar dapat mengambil keputusan atau tindakan yang tepat untuk
memecahkan setiap masalah yang dihadapi. Sebagaimana diketahui bahwa pada
hakikatnya kegiatan belajar adalah suatu proses yang dilalui oleh individu
untuk memperoleh perubahan-perubahan dalam kearah yang lebih baik sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan. (A.A
Musyaffa dan Siti Asiah. 2002.
Masalah
lingkungan harus dicarikan solusi oleh masyarakat. Siswa merupakan salah satu
bagian dari masyarakat yang memiliki peran dalam menjaga lingkungan. Salah satu
solusi terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan mengkritisi fenomena
lingkungan yang ada. Proses mengkritik sesuatu termasuk dalam keterampilan abad
21, yaitu Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS). Siswa yang memiliki HOTS
tinggi akan mampu memahami dan mengkritisi berbagai permasalahan yang ada di
lingkungannya, (Syafryadin et al. 2021). Masalahnya adalah HOTS siswa di
tingkat SD masih belum terlalu tinggi. Hal ini membuat pembelajaran di sekolah
masih cenderung mengutamakan kemampuan menghafal daripada kemampuan yang lebih
tinggi.
Kartu soal
yang berupa gambar
akan memudahkan siswa
dalam mengidentifikasi tulang daun, karena bila hanya dituliskan nama
daunnya maka akan menimbulkan perbedaan pemahaman antara satu siswa dengan
siswa yang lain. Kartu jawab hanya berisi nama jenis tulang daun. Kemudian pada
kartu kontrol terdapat gambar daun dan jawaban dari jenis tulang daunnya. Kartu
media pembelajaran IPA berbasis media gambar akan memberikan pengalaman pada
indera penglihatan, dimana siswa diharapkan mampu memperhatikan pola dari
tulang daun yang ada dan mencoba menjawabnya dan dikoreksi dengan menggunakan
kartu kontrol. Pengguanan media pembelajaran IPA berbasis media gambar yang
merangsang 3 indera, yaitu penglihatan, pendengaran, dan peraba memberikan
pengalaman langsung dalam pembelajaran, sehingga media pembelajaran ini
memberikan makna tersendiri pada siswa dalam memahami materi ajar. Maka dari
itu penggunaan media pembelajaran IPA berbasis media gambar dapat
meningkatkan hasil belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Arsyad (2010:10) bahwa pengalaman
langsung yang dirasakan oleh siswa akan memberikan kesan utuh dan paling
bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu.
Banyaknya indera manusia yang digunakan dalam pembelajaran dapat mempengaruhi
hasil belajar didukung juga dengan pernyataan Arsyad (2010: 9) bahwa semakin
banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin
besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam
ingatan. Alat indera yang bekerja dalam penggunaan media pembelajaran IPA
berbasis media gambar materi penggolongan jenis
tulang daun adalah
pendengaran, penglihatan, dan peraba, dimana kegiatannya adalah
demonstrasi, meraba replika daun, dan penggunaan kartu. Maka bertolak dari
pendapat ahli tersebut, media pembelajaran IPA berbasis media
gambar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Langkah
kedua adalah penjelasan materi. Penjelasan materi pada pertemuan kedua di
masing-masing siklus bertujuan untuk menekankan materi yang sudah dipelajari
melalui penggunaan media pembelajaran. Durasi penjelasan materi pun hanya
sekitar 10 menit, kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dengan siswa terkait
materi yang sudah dipahami dan belum dipahami sehingga siswa kembali mendapat
penjelasan dan penekanan materi. Singkatnya waktu yang dibutuhkan dalam
penjelasan materi dikarenakan siswa sudah mendapatkan pengetahuan mengenai
penggolongan jenis tulang daun melalui penggunaan media pembelajaran IPA
berbasis media gambar. Pemaparan tersebut didukung oleh pendapat Suryono dan
Hariyanto (2015: 95) bahwa penjelasan materi akan efektif bila guru akan
menambah atau memberi penekanan terhadap materi yang sudah dipelajari dengan
menggunakan metode lain, bahkan penjelasan materi akan efektif apabila durasi
penjelasan materi tidak terlalu panjang misal antara 10-15 menit saja, hal ini
terkait dengan kemampuan mengingat para pendengar. Keingintahuan siswa yang
timbul dalam pembelajaran melalui penggunaan media pembelajaran IPA berbasis
media gambar akan mempengaruhi siswa untuk bertanya.
Langkah kedua ini berhubungan dengan
langkah yang ketiga, yaitu tanya jawab. Ketika siswa mengalami kesulitan dalam
memahami materi, peneliti kembali menjelaskannya. Kegiatan tanya jawab antara
guru dengan siswa ini bertujuan agar pembelajaran bukan berpusat pada guru, melainkan
pada siswa, dimana siswa diajak untuk aktif dalam proses pembelajaran. Selama
tanya jawab guru mendorong siswa untuk mampu berpendapat dan bertanya, sehingga
ketika ada suatu pertanyaan peneliti tidak langsung memberikan jawaban,
melainkan memberikan kesempatan bagi siswa lain untuk menjawabnya, kemudian
bila semua siswa tidak dapat memberikan jawaban, maka guru dapat membantu dengan
memberikan jawaban dan penekanan. Penggunaan langkah tanya jawab dalam upaya peningkatan hasil belajar ini diperkuat dengan teori yang menyatakan bahwa
melakukan tanya jawab yang
terarah dan terbimbing akan mampu memuaskan sikap
inkuiri siswanya sehingga
di samping memperoleh tambahan konsep sains,
rasa
ingin tahu mereka terpenuhi (Suyono dan Hariyanto, 2015: 97).
Langkah keempat adalah tes. Tes dilakukan sebagai tolak ukur peningkatan hasil belajar dan diberikan pada pertemuan kedua di masing-masing
siklus. Soal- soal pada tes ini telah disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan,
sehingga ketika terdapat kesalahan dalam memberikan jawaban pada soal yang telah
diberikan, maka akan dapat diketahui indikator yang belum dikuasai oleh siswa.
Bentuk soal tes berupa uraian singkat, dan disebut dengan soal evaluasi. Pemberian tes ini bertujuan untuk mengukur
hasil belajar siswa
setelah dilakukannya suatu
tindakan. Hasil belajar
dari akhir setiap siklus ini kemudian dibandingkan untuk mengetahui peningkatan nya dan disesuaikan dengan indikator keberhasilan, karena berlanjut tidaknya penelitian ini bergantung pada hasil belajar yang diperoleh dari
pengerjaan soal evaluasi tersebut. Penggunaan tes sebagai alat ukur hasil belajar ditekankan dengan pendapat bahwa tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar
kognitif berkenaan dengan penguasaan
bahan pelajaran sesuai denga tujuan pendidikan
dan pengajaran (Ratna Wulan
dan Rusdiana, 2015: 119). Bahkan pemilihan soal
yang berupa uraian singkat
dimana hanya ada satu jawaban benar, didukung oleh pendapat Ratnawulan dan Rusdiana
(2015: 121)
bahwa
bentuk soal
yang berupa
uraian
singkat, pertanyaannya telah diarahkan pada hal-hal tertentu atau pembatasan tertentu Pertanyaan sudah lebih
spesifik pada objek tertentu.
Langkah kelima berupa kesimpulan. Tujuan adanya kesimpulan dalam setiap
akhir pembelajaran adalah guna kembali mengingat hal-hal yang sudah dipelajari.
Setiap siswa memiliki pemahaman dan pendapat yang berbeda-beda, maka kesimpulan
diberikan sebagai sebuah penekanan akhir. Setelah siswa mengerjakan soal
evaluasi, siswa di pandu guru menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Dari upaya peningkatan hasil belajar melalui penggunaan media pembelajaran
IPA berbasis media gambar, antara langkah pertama hingga ketiga ini saling
berhubungan dan memiliki tujuan khusus. Langkah pertama siswa belajar melalui
penggunaan media pembelajaran IPA berbasis media gambar secara mandiri.
Kemudian pada langkah kedua, siswa diberikan penjelasan materi oleh guru
sebagai penekanan materi. Pada tahap ini siswa diajak untuk mendengarkan. Pada
langkah ketiga, kegiatan tanya jawab dilakukan untuk mengasah keingintahuan
siswa, sehingga pada tahap ini siswa akan mulai berbicara. Ketiga kegiatan yang
dilakukan oleh siswa ini dilakukan agar siswa aktif dalam pembelajaran, yaitu
melakukan, mendengarkan, dan berbicara, sehingga bukan hanya meningkat pada
aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotor. Uraian diatas didukung
dengan pendapat Freire (dalam Listyarti, 2012: 16) yang meyakini bahwa “proses
pembelajaran adalah praksis yang unsur-unsurnya adalah anak berpikir, anak
berkata, dan anak berbuat. Praksis mengintegrasikan ketiga unsur itu”.
Pendapat Freire memiliki makna bahwa proses belajar harus total.
Bahkan Freire lebih dalam lagi berpendapat bahwa anak bisa dikatakan
belajar jika sudah mengintegrasikan unsur berpikir, berkata, dan berbuat. Unsur
berpikir pada pembelajaran ini terletak pada saat siswa belajar secara
inkuiri menggunakan media pembelajaran IPA berbasis media gambar kemudian
mengkaitkannya dengan materi penggolongan jenis tulang daun, selanjutnya untuk
mengukur hasil belajar kognitif (pengetahuan) sebagai bukti siswa melakukan
unsur berpikir siswa diberikan tes. Unsur berkata terletak pada sesi tanya
jawab, dimana siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang
belum dipahami. Unsur berbuat terletak pada saat siswa menggunakan media
pembelajaran IPA berbasis media gambar, dimana siswa menggunakan media
pembelajaran tersebut secara mandiri.
Maka berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa upaya peningkatan hasil belajar melalui penggunaan media pembelajaran IPA
berbasis media gambar pada siswa kelas IV SD Negeri 23/II Pulau Batu tahun
ajaran 2022/2023 dapat dilakukan dengan menerapkan langkah tersebut. Dengan
begitu, kesimpulan ini telah sesuai dengan hipotesis. Pembuktian peningkatan
hasil belajar terjadi pada siklus I dan siklus II hingga dapat mencapai hasil
dari rata-rata 77.27 menjadi 95,45.
PENUTUP
D. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya,
mengenai Penerapan Media Alat Peraga
Pada Pembelajaran Tematik Muatan IPA Untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta
Didik Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu Kecamatan Jujuhan Ilir
Kabupaten Bungo dapatlah penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hasil belajar tematik muatan
IPA Pra-Tindakan kondisi awal diperoleh dari pengerjaan soal pretest oleh siswa kelas
IV Sekolah Dasar Negeri 23/II
Pulau Batu tahun ajaran
2022/2023 dengan KKM 75
menunjukkan bahwa terdapat 7 siswa yang dinyatakan lulus KKM
karena mendapat hasil
pengerjaan pretest ≥75
dengan persentase 31,82%, dan terdapat 15 siswa yang tidak lulus KKM karena mendapat
nilai <75 dengan
persentase 68,18%.
Dari hasil
Pra-Tindakaan menunjukan bahwa ketuntasan belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 23/II
Pulau Batu pada mata pelajaran tematik muatan IPA belumlah maksimal, beberapa permasalahan yang
terjadi saat
proses pembelajaran
berlangsung diantaranya guru kurang kreatif atau bervariasi dalam pembelajaran, guru masih menggunakan media yang
seadanya pada saat proses
belajar mengajar, seperti gambar, dan buku; serta suasana belajar
dikelas masih kurang menarik. Oleh
karenanya dengan adanya media pembelajaran
interaktif dan
penerapan media alat peraga pada pembelajaran tematik nantinya
dapat meningkatkan kreativitas
peserta
didik pada
pembelajaran tematik muatan IPA.
2.
65
3. Pada siklus II dimana hasil
belajar di dapat dari pengerjaan soal
evaluasi 2 oleh siswa kelas IV SD Negeri 23/II Pulau Batu tahun ajaran
2022/2023. menunjukkan bahwa 21 siswa
dinyatakan lulus KKM dengan persentase ketuntasan 95,45% dan 1
siswa dinyatakan belum lulus KKM dengan persentase 4,55%. Hasil ini telah jauh
melampaui indikator keberhasilan yang telah ditentukan, yaitu rata-rata 75
dengan persentase siswa lulus KKM 90%.
E.
Kritik dan Saran
Dalam
pelaksanaan kegiatan penelitian ini, peneliti merasa masih banyak terdapat
kekurangan, baik dari segi metode maupun dari segi penulisan. Oleh karena itu,
peneliti sangat mengharapkan adanya kritik dan saran bagi penulis dalam
kesempurnaan dalam penelitian ini.
Disamping
itu penulis juga ingin memberikan saran sebagai berikut :
1. Kepada guru, khususnya wali kelas V
untuk dapat selalu menerapkan media
alat peraga, karena media ini sangat cocok untuk dapat meningkatkan Kreativitas
Peserta dalam pembelajaran IPA.
2. Bagi siswa hendaklah untuk dapat
megikuti pelajaran dengan baik, dengan memperhatikan materi yang disampaikan
guru. Rajin-rajinlah belajar karena kesungguhan dalam belajar sagatlah
menentukan kesukses kalian pada masa yang akan datanga.
3. Pihak sekolah kiranya dapat berperan
aktif, karena itu perlu pihak sekolah memberikan dukungan agar guru dapat
melaksanakan pembelajaran dengan baik serta adanya kerjasama antara guru dan
pihak sekolah dalam hal ini adalah kepala sekolah.
A.A Musyaffa dkk, (2020), Kapita Selekta Pendidikan Dari
Makna Sampai Analisi, Bandung : Oman Publishing
A.A
Musyaffa dan Siti Asiah, Increasing
Higher Order Thinking Skills of Elementary School Students through Video in Environmental
Pollution Case , JURNAL BASICEDU Volume 6 Nomor 3 Tahun 2022 Halaman
4259 – 4264
Muhammad Hasan dkk, (2022), Strategi
Pembelajaran, Jakarta : CV Tahta Media Group
Muhammad Hasan dkk, (2022), Teori
dan Inovasi Pendidikan, Jakarta : CV, Tahta Media Group
Abiding,
Yunus, dkk, (2017), “Pembelajaran
Literasi”, Jakarta: Bumi Aksara.
Agustina, Rini dan Dodit Suprianto, (2018), “Analisis Hasil Pemanfaatan Media
Pembelajaran Interaktif Aljabar Logika dengan Acceptance Test (UAT)”, Jurnal SMATIKA,
Vol.
8 No. 2.
Ahmadi,
Abu dan
Nur Uhbiyati, (2015), “Ilmu Pendidikan”,Jakarta:
Rineka
Cipta.
Aldiansyah, dan Helda Sivia, (2016), “Pengertian Media Pembelajaran Berupa
Bulettin dalam
Bentuk Buku Saku untuk Pelajaran IPA Terpadu”, Jurnal : Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BurNI,
Vol. 5 No.
1
Anwar, Moh. Khoirul, (2017), “Pembelajaran Mendalam
Untuk Membentuk Karakteristik Sebagai Pembelajaran”, Tadris:
Jurnal Keguruan dan Ilmu
Tarbiyah,
Vol.
2 No. 2.
Arsyad, Azhar,
(2017), “Media Pembelajaran”,
Jakarta: Rajawali Pers.
Bujuri, Dian Andista, dan Masnun Baiti, (2018),
“Pengembangan
Bahan Ajar IPA Integratif Berbasis Pendekatan
Kontekstual”,
Jurnal Terampil
Pendidikan dan
Pengembangan Dasar, Vol.
5 No. 2
Daryanto, (2016), “Media Pembelajaran”,
Yogyakarta: Gava Media.
Dewi, Ryske Nuralita Lingga Dewi, dan
Alfi Lala, (2015), “Pengaruh Metode Make A Match dengan Media Gambar
Terhadap Kemampuan Mengenal
Kekhasan Bangsa Indonesia Seperti Kebhinekaan Siswa Kelas
III SDN
Purwodadi Kec. Kras
Kab. Kediri Tahun Ajaran 2015”, Jurnal Terampil dan
Pembelajaran Dasar, Vol. 2 No.
2
Fitrah, (2017), “Belajar dan Pembelajaran”, Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 03 No.
02.
Igak
Wardani, Kuswaya Wihardit, (2010), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta :
Universitas Terabuka
Ingsih, Kusni, (2018), “Pendidikan Karakter Alat
Peraga Edukatif Media
Interaktif”, Yogyakarta: Deepublish.
Irwandi, dan Siti Juariah, (2015), “Pengembangan Media
Pembelajaran Berupa
Komik Fisika Berbantuan Sosial Media
Instagram sebagai Alternatif
Pembelajaran”, Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika,
Vol.
5 No. 1.
Jailani, M.Syahran, Al, Ikshan, and Fauzan Azim. Pemanfaatan Media Pembelajaran Di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Jambi. Diss. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2020.
Jailani, M.Syahran, (2014). Guru Profesional dan Tantangan Dalam Pendidikan. Jurnal Al-Ta’lim.Vol 21 (1).1-9.
Jailani, M Syahran. 2014. Guru
Profesional dan Tantangan Dunia Pendidikan. Jurnal Al-Ta’lim : Vol. 21 No.1
Jailani, M.Syahran .(2016) Pengembangan
Sumber Belajar Berbasis Karakter Peserta Didik (Ikhtiar Optimalisasi
Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), Jurnal Pendidikan Islam.Vol 10 (2).175-192.
Jailani, M.Syahran .(2014) Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab
Orang Tua
dalam Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Islam Vol. 8, Nomor
2, Oktober 2014
Jailani ,
M. Syahran, Novi Ariani, ( 2022 ) Kendala Guru Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Sciencetific Approach Pada
Pembelajaran Tematik Di SD Negeri 189/Ix Sengeti Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi
Kasih, Firman Rean, (2017), “Pengembangan Film
Animasi dalam
Pembelajaran
Fisika pada Materi Keseimbangan Benda Tegar di SMA”, Tadris:
Jurnal
Keguruan
dan Ilmu Tarbiyah, Vol. 2 No. 1.
Mudlofir,
Ali
dan Evi Fatimatur Rusyidiyah, (2017), “Desain
Pembelajaran
Inovatif”, Jakarta: Rajawali Pers.
Riduwan,
(2018), “Dasar-Dasar Statistika”,
Bandung: Alfabeta
Saidah, (2016), “Pengantar Pendidikan”,
Jakarta: Rajawali Pers.
Samatowa, Usman, (2016),”Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”, Jakarta: PT
Indeks.
Sohibun dan Filza Yulina Ade, (2017), “Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis Virtual Class Berbantyan Google Drive”, Jurnal Tadris.
Sugiyono, (2016), “Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif
dan
R&D”, Bandung: Alfabeta.
Sumantri, Mohamad Syarif, (2016), ”Strategi Pembelajaran”, Jakarta:
PT.
Rajagrafindo
Persada.
Suprihatin, Siti, (2015),
“Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa”, Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro,
Vol.3
No. 2
Suyitno, A. dan Rachmadi Achrul Salam, (2015),
“IPA Ilmu Pengetahuan Alam”, Bogor: Yudishtira.
Syefrianando,
Boby, (2016), “Pengembangan
Media
Pembelajaran
Berbasis Macromedia
Flash
Profesional”,
Jurnal Pendidikan
Fisika.
Tarigan, Darmawaty dan Sahat Siagian, (2015), “Pengembangan Media
Pembelajaran Interaktif Pada
Pembelajaran Ekonomi”, Jurnal Teknologi
Informasi dan
Komunikasi dalam Pendidikan,
Vol.
2 No. 2.
Utomo, Asep
Purwo
Yudi dan
Uki Hares
Yulianti,
(2017), “Pengembangan Media Interaktif Karangan Bbermuatan Nilai-Nilai Karakter
Berbasis
TIK Pada Mata Kuliah Umum IPA”, Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra.
Winarti,
Endang
Widi, (2018),
“Teori dan Praktik Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Reserch and Development (R&D),
Jakarta: Bumi Aksara
Wiranto, Giri, (2016), “Media Pembelajaran dalam
Pendidikan Jasmani”, Yogyakarta.
Wina Sanjaya, Perencanaan dan desain system
pembelajaran, (Jakarta:kencana pernada media grup, 2008)
[1] Ikshan, Al, Syahran Jailani, and Fauzan Azim. Pemanfaatan
Media Pembelajaran Di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Jambi. Diss. UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2020), h.2)
[2] Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015),H.78.
[3]Moh. Khoirul Anwar, “Pembelajaran Mendalam Untuk Membentuk Karakteristik Sebagai Pembelajaran”, Tadris: Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah Vol. 2 No. 2 (2017),H.97
[4] A.A Musyaffa dkk,
Kapita Selekta Pendidikan Dari Makna Sampai Analisi, Bandung : Oman
Publishing, 2020) hal. 1
[5] Saidah, Pengantar Pendidikan (Jakarta : Rajawali Pers, 2016),H.09
[6] Dian Andista Bujuri, Masnun Baiti, “Pengembangan Bahan Ajar IPA Intergratif Berbasis Pendekatan Kontekstual”. Jurnal Terampil Pendidikan dan Pengembangan Dasar Vol. 5 No. 2 (2018),h. 185
[7] Siti Suprihatin,
“Upaya Guru
Dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa”, Jurnal Pendidikan ekonomi UM Metro Vol. 3 No. 1
(2015), h.73
[8] Ryske Nuralita Lingga Dewi, Alfi Laila, “Pengaruh Metode Make A Match Dengan
Media Gambar Terhadap Kemampuan Mengenal Kekhasan Bangsa Indonesia, Jurnal
Terampil Dan Pembelajaran Dasar Vol. 2 No. 2 (Desember 2015),H.171
[9] Fitrah, “Belajar dan Pembelajaran”, Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 03 No.2 (2017), H.334
[10] Yunus Abidin, dkk, pembelajaran Literasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017),h.132
[11] Jailani, Syahran. Guru Profesional dan Tantangan Dunia
Pendidikan. Jurnal PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi. Vol. 21 No.1
[12] Rini Agustina, Dodit Suprianto,”Analisis Hasil Pemanfaatan Media Pembelajaran Interaktif Aljabar Logika Dengan User Acceptance Test (UAT)”, Jurnal SMATIKA Vol. 8 No. 2, Oktober(2018),H. 67
[13] Syahran
Jailani, Novi Ariani, ( 2021 ) Kendala Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Sciencetific Approach Pada Pembelajaran
Tematik Di SD Negeri 189/Ix Sengeti Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro
Jambi, h.14
[14] Jailani, M.Syahran .(2016) Pengembangan Sumber Belajar Berbasis
Karakter Peserta Didik (Ikhtiar Optimalisasi Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI)). Jurnal Pendidikan Islam.Vol 10 (2).176
[15] Observasi, kelas IV Sekolah Dasar Negeri 23/II Pulau Batu 19 September 2021
[16] Darmawaty Tarigan, Sahat Siagian, “Pengembangan media pembelajaran interaktif pada pembelajaran ekonomi”,(Jurnal Teknologi
Informasi &
Komunikasi dalam Pendidikan,
Vol.2, No.2, Desember 2015)
[17] Muhammad Hasan dkk,
Strategi Pembelajaran, (Jakarta : CV Tahta Media Group, 2021), hal. 127
[18] Jailani, M.Syahran .(2016) Pengembangan
Sumber Belajar Berbasis Karakter Peserta
Didik (Ikhtiar Optimalisasi Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI), Jurnal Pendidikan Islam.Vol 10 (2).179
[19] Firman Rean Kasih, ”Pengembangan Film Animasi dalam pembelajaran fisika pada matri kesetimbangan benda tegar di SMA”,(Tadris : Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, Vol. 2 No. 1, 2017), h. 42
[20] Muhammad Hasan
dkk, Teori Dan Inovasi Pendidikan, (Jakarta : CV, Tahta Media Group 2021), Hal. 115
[21] Irwandani dan siti juariah, “Pengembangan Media Pembelajaran Berupa Komik Fisika Berbantuan Sosial Media Instagram
Sebagai Alternatif Pembelajaran”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol.5 No.1 (2015), H.34-35
[22] Ibid, h.14
[23] Giri Wiarto, “Media Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani”, (Yogyakarta:
2016), H.19-20
[24] Mohamad Syarif Sumantri, “Strategi
Pembelajaran”,(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,2016), h.312-324
[25] Op.Cit, Ali Mudlofir, Evi Fatimatur Rusydiyah, h.155-156
[26] Mokhammad Dicky Kurniawan, dan Gde Agus Yudha Prawira Adistana, “Penerapan Media Pembelajaran Interaktif Menggunakan Autoplay Media
Studio Pada Kompetensi Dasar Memahami Jenis-Jenis Alat Berat Pada Pekerjaan Konstruksi”, Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan. Vol. 2 No.1
(2019)
[27] Daryanto, “Media Pembelajaran”, (Yogyakarta: Gava Media, 2016), h.69.
[28] Sutarjo Adisusilo, “Pembelajaran Nilai-Karakter”, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2017), h.87
[29] Nunuk Suryani, dkk, “Media Pembelajaran Inovatif dan Pengembangannya”, (Bandung:
PT
Remaja Rosdakarya, 2018), h. 93
[30] Kusni Ingsih, Pendidikan Karakter Alat Peraga Edukatif Media Interaktif, (Yogyakarta:
Deepublish, 2018), h 29
[31] Op.Cit,
Daryanto,
h.71
[32] Asep Purwo Yudi
Utomo, Uki
Hares Yulianti, Pengembangan Media Interaktif Karangan Bermuatan Nilai-Nilai Karakter Berbasis TIK
Pada Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia, Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra, Vol. 6 No. 2, (2017).
[33] Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT
Indeks,2016), h.23
[34] Ida Fiteriani, Baharudin,
“Analisis Perbedaan Hasil
Belajar
Kognitif
Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif
Yang
Berkombinasi
Pada Materi
IPA”,Jurnal Terampil Vol. 4 No. 2 (2017), H.5
[35] Ibid.,h.5-6
[36] A.Suyitno, Rachmadi Achirul Salam, “IPA Ilmu Pengetahuan Alam”,(Bogor: Yudhistira,2015),h.114-118
[37] Kementrian pendidikan dan kebudayaan, “ Kayanya Negeriku”, (Jakarta: Kementrian dan Kebudayaan, 2016),h.121-123
[38] A.Suyitno, Rachmadi Achirul Salam, “IPA Ilmu Pengetahuan Alam”,(Bogor: Yudhistira,2015),h.125
[39] Prastowo,
Andi, Pengembangan
Bahan Ajar Tematik,
Panduan Lengkap Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2013), h. 226
[40] Igak Wardani,
Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Universitas
Terabuka, 2010) h. 136
[41] Tuti Khairani Harahap, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : CV Tahta Media Group), h. 116
[42] Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
(Jakarta: Rineka Cipta. 2012) 35
[43] Zainal Aqib & M. Chotibuddin, Teori Dan Aplikasi Penelitian
Tindakan kelas (PTK), (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018) 35.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar