Jumat, 28 Juni 2024


BAB I 

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang Masalah

            Berpikir merupakan aktivitas mental yang dipengaruhi oleh keberadaan otak sebagai pusat kendali. Berpikir kritis mencakup kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir itu sendiri. Berpikir kritis diartikan sebagai sebuah proses aktif dan cara berpikir secara teratur atau sistematis untuk memahami informasi secara mendalam, sehingga membentuk sebuah keyakinan kebenaran informasi yang didapat atau pendapat yang disampaikan. (Surya,  2011: 130). Berpikir  kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan atau masalah yang disampaikan. (Susanto, 2016:  121) 

            Secara etimologis berpikir kritis berasal dari kata krinein  yang berarti menaksir nilai sesuatu. Berpikir kritis merupakan istilah yang digunakan untuk suatu aktifitas reflektif untuk mencapai tujuan yang memuat keyakinan dan erilaku rasional. Tujuan berpikir kritis adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai juga untuk mengevaluasi pelaksanaan atau praktek dari suatu pemikiran dan nilai tersebut (Sapriya, 2008: 115).

            Menurut pendapat penulis berpikir kritis adalah dimana seseorang mampu menyampaikan ide-ide baru dengan cara mengemukan pendapat sehingga pendapatnya dapat diterima oleh orang lain

            Membentuk kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan utama bersekolah. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi informasi yang diterima untuk dievaluasi dan kemudian menyimpulkan secara sistematis sehingga mampu untuk mengemukakan pendapat dengan  cara  yang  terorganisasi. 

1

Perlunya meningkatkan mutu pendidikan serta relevansi dan efisien manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan zaman. Tantangan itu dapat berupa tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan perubahan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Maka dari itu diperlukannya kurikulum sistem pendidikan dan strategi pembelajaran yang efesien dan efektif.

Kualitas pendidikan dapat dilihat juga pada kualitas proses pembelajaran di dalam kelas, hal ini guru yang memiliki tanggung jawab besar. Untuk menciptakan keberhasilan dalam proses pembelajaran diperlukan inovasi dalam pembelajaran, diantaranya keterampilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran,   kesiapan   siswa   dalam   menerima   pembelajaran,   sarana   dan prasarana pendidikan. Peran guru memang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Adapun maksud kemampuan berpikir kritis siswa disini  ialah   kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan masalah serta keaktifan siswa dalam pembelajaran dan segala aktivitas siswa ketika menyimak, mengoreksi menunjukkan gagasan ataupun ide terhadap materi pelajaran.

Model berpikir ini menekankan pada originalitas, pikiran yang berbedabeda, tanggap dan produktif terhadap ide-ide baru. Seorang guru bisa mengajarkan berpikir kreatif di kelas dengan cara memotivasi siswa dan memberikan masukan cara yang baru dalam melaksanakan sesuatu, mendesain aktifitas belajar mengajar, mengorganisisr informasi yang ada , mengekspresikan pikiran dan operasaan ke dalam bahasa tulisan, lisan ataupun ke dalam aktifitas lainnya.

Berpikir kreatif dimulai dengan membangun latar belakang, pandangan, perasaan, dan istilah serta ungkapan yang ekspresif. Pada tahap selanjutnya dengan mengetahui iluminasi, siswa dapat menemukan pengetahuan baru, pershahabatan dan cara baru dalam mengekspresikannya. Siswa dapat mengekspresikan semua itu ke dalam bentuk tulisan, ataupun bentuk lain.

Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar (SD) hendaknya membuka kesempatan siswa untuk memupuk rasa ingin tahu secara alamiah. Dalam proses muatan IPS dengan cara yang tepat, maka IPS suatu mata pelajaran yang memberikan  kesempatan  siswa  untuk  berpikir  kritis.  Seperti  halnya  dapat diajarkan dengan mengikuti cara menemukan sendiri. Proses muatan IPS ditekankan pada keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta, membangun konsep, teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang diperkuat oleh Indrawati dalam Trianto (2013: 144) keterampilan proses adalah “keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan/flasifikasi”.

Ilmu  Pengetahuan  Sosial (IPS) merupakan  mata  pelajaran yangbersumber dari kehidupan  sosial masyarakat  yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Adapun fungsi dari muatan IPS adalah mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan siswa untuk dapat menelaah kehidupan  sosial yang dihadapi sehari-hari serta menumbuhkan  kepribadian warga Indonesia yang  demokratis dan bertanggung   jawab  serta  warga   dunia  yang   cinta  damai  (Permendiknas RI nomor 22 tahun 2006:125).

Menurut pendapat penulis Ilmu Pengatauhuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik dalam lingkungan fisik maupun sosial, maksudnya disini ialah Interaksi individu dalam ruang lingkup lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga, desa sampai ke provinsi bahkan lingkup negara dan dunia.

Model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran penemuan atau menemukan pada suatu masalah. Menurut Hamdayama (2015: 31) “model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan para proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”. Sehingga model pembelajaran inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Pembelajaran berbasis inquiry merupakan salah satu dari pembelajaran saintifik untuk implementasi   kurikulum   2013.   Ada   lima   kegiatan   utama   dalam   kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik menurut Sani (2014: 88) yaitu observing (mengamati), questioning (menanya), mengumpulkan informasi/ eksperimen, mengasosiasikan/ mengolah informasi, mengomunikasikan. Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran berpetualang yang harus mengikuti petunjuk supaya bisa sampai ke tujuan.

Menurut pendapat penulis model pembelajaran inquiry merupakan salah satu model pembelajaran yang bersumber pada model interaksi sosial dan pemrosesan informasi maksudnya model pembelajaran inqury sangat berkaitan dengan aktifitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu.

            Sebagaimana hasil observasi penulis di kelas V Sekolah Dasar Negeri  40/II Desa Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bathin VII Kabupaten Bungo, masalah yang timbul dalam muatan IPS antara lain, pertama siswa masih mengalami kesulitan dalam memecahkan suatu masalah. Hal ini terlihat saat diberikan suatu permasalahan melalui kegiatan tanya jawab, siswa memberikan penyelesaian dengan informasi yang kurang lengkap, beberapa jawaban kurang logis dan penyusunan jawaban yang tidak sistematis. Bahkan ada beberapa jawaban yang tidak sesuai dengan permasalahan. Kedua dalam kegiatan muatan IPS di kelas V, siswa kurang aktif bertanya dan mengungkapkan pendapatnya untuk menjawab pertanyaan sehingga guru perlu menunjuk siswa untuk memberikan jawaban mereka. Ketiga kesulitan siswa memahami materi yang diajarkan oleh guru saat proses pembelajaran berlangusng. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya hasil belajar siswa dari nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah.

            Permasalahan tersebut disebabkan siswa jarang dilatihkan untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah, mereka tidak dilatihkan untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah, memahami asums-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid berdasarkan penyelidikan. Biasanya mereka hanya belajar menghafal fakta atau informasi tertentu kemudian menjawab soal yang berkaitan dengan informasi tersebut tanpa menggunakan informasi tersebut untuk memecahkan masalah.

            Untuk menyelesaikan masalah tersebut diperlukan suatu pembelajaran yang dapat melatihkan siswa untuk berpikir kritis dalam menemukan pemecahan permasalahan. Salah satunya yaitu menggunakan model pembelajaran inquiry. Adapun alasan penggunaan model pembelajaran inquiry ini adalah dimana pembelajaran inquiry ini lebih menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai permsalahan yang terjadi di kelas V Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi, dengan  penerapan model pembelajaran  inquiry  diharapkan  dapat  mengembangkan  kemampuan berpikir kritis peserta didik dan menghilangkan rasa bosan yang dirasakan siswa terhadap muatan IPS yang nanti penulis tuangkan dalam karya ilmiyah dengan judul Penerapan Model  Pembelajaran  Inquiry  Dalam  Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kabupaten Bungo Jambi.

B. Batasan Masalah

            Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas dan terfokus pada suatu masalah, maka penelitian ini dibatasi hanya fokus pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan sebagai subjek penelitian penulis mengambil kelas V Di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi. 

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka  dapat  dirumuskan  permasalahan dalam penelitian ini yaitu : Apakah ada peningkatan hasis siswa setelah penerapan model pembelajaran inquiry terhadap kemampuan berpikir kritis siswa muatan IPS kelas V Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan  Muko-Muko  Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi?

 

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

            Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini yaitu ingin mengetahui penerapan  model  pembelajaran  inquiry  pada  muatan  IPS dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V Di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.

 

 

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

   Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi guru dan calon guru untuk mengetahui keadaan siswa dalam kegiatan belajar mengajar khususnya penggunaan model pembelajaran inqury yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa pada muatan IPS.

  b. Manfaat Praktis

1). Bagi Siswa

          Hasil penelitian  ini  diharapkan  dapat  meningkatkan  kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas V di SDN 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

2). Bagi Guru

          Memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada guru mengenai metode inquiry dalam proses muatan IPS. Guru lebih kreatif dan inovatif   dalam merancang kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.

 3). Bagi Peneliti

           Salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana strata satu (S.1) pada jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A. Kajian Toeritis

1. Pengertian Metode Inquiry

            Metode inquiry ini berkembang dari ide John Dewey yang terkenal dengan “Problem Solving Method” atau metode pemecahan masalah. Langkah-langkah pemecahan masalah sebagaimana yang dikemukakan bahwa, merupakan suatu pendekatan yang disandangkan cukup ilmiah dalam melakukan penyelidikan dalam rangka memperoleh suatu penemuan. Semua langkah  yang  ditempuh,  dari  mulai  rumusan  masalah,  hipotesis,  mengumpulkan  data, menguji hipotesis dengan data dan menarik kesimpulan jelas membimbing siswa untuk selalu menggunakan pendekatan ilmiah dan berfikir secara obyektif dalam memecahkan masalah. (Muhammad Ali, 2010: 86-87)

            Dengan adanya metode inquiry siswa dapat melakukan suatu proses mental yang bernilai tinggi, di samping proses kegiatan fisik lainnya. Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang dialami. Menurut A. Tabrani Rusyam dkk , metode inquiry merupakan metode di mana pendidik menyajikan bahan tidak dalam  bentuknya  yang  final,  tetapi  peserta  didik  diberi  peluang  dan  kesempatan  untuk mencari dan menemukan sendiri melalui metode pemecahan masalah. (A. Tabrani Rusyam, 2014: 347)

Peserta didik pada masa puber telah menguasai dirinya berarti ia merupakan orang yang telah matang dan bertanggung jawab. Tepat atau tidaknya pendapat ini, bagaimanapun mereka ingin dianggap dan diperlakukan sebagai orang yang dewasa. Mereka mampu dan ingin membuat keputusannya sendiri, dan memang mereka harus berbuat demikian. Mereka tidak mau diperlakukan sebagai kanak-kanak yaitu merupakan orang dalam tahap ketergantungan. (Surjadi, 1983:1)

7

Dalam metode ini peran pendidik lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan demikian peserta didik lebih banyak melakukan   kegiatan   sendiri   atau   dalam   bentuk   memecahkan   permasalahan   dengan bimbingan pendidik. Metode inquiri ini dapat dilakukan secara kelompok atau klasikal, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Metode lain yang banyak dilibatkan dalam kegiatan ini adalah metode diskusi, metode tanya jawab, dan metode pemberian tugas.

Secara bahasa, inquiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam bahasa inggris yang berarti; penyelidikan/meminta keterangan; terjemahan bebas untuk konsep ini adalah “siswa diminta untuk dicari dan menemukan sendiri”. (Khaerul Anam, 2011:17). Dalam konteks penggunaan inquiri sebagai metode belajar mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasana dan model pembelajaran.

Dalam metode ini, setiap peserta  didik didorong untuk  terlibat aktif  dalam proses belajar mengajar, salah satunya dengan secara aktif mengajukan pertanyaan yang baik terhadap setiap materi yang disampaikan dan pertanyaan tersebut tidak harus selalu dijawab oleh guru, karena semua peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajarkan. Dalam hal ini, kategori pertanyaan yang baik adalah pertanyaan  yang  berhubungan  dengan  materi  yang  sedang  dibicarakan/dibahas,  dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya dan dapat diuji serta diselidiki secara bermakna.

Menurut kamus besar, Metode inquiry atau metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode penemuan melibatkan peserta didik dalam proses- proses mental dalam rangka penemuan memungkinkan peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Rachel berpendapat bahwa: “Dalam pembelajaran dengan penemuan /inquiry, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka”. (Basir, 2012:117-118)

Wina Sanjaya berpendapat bahwa: “Strategi pembelajaran Inquiry  adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencapai dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”. (Wina Sanjaya, 2009:118)

Menyimak pendapat para ahli tersebut mengenai metode inquiri, meskipun dengan rumusan yang berbeda-beda namun dari segi makna tidak saling bertentangan karena sama- sama memberikan tekanan bahwa metode inquiry itu adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencarari dan menyelidiki sesuatu masalah secara kritis, logis, dan analis sehingga siswa dapat menemukan jawaban dan pemecahan dari masalah tersebut.

2. Indikator Berpikir Kritis

       Berpikir  merupakan  aktivitas mental yang dipengaruhi oleh keberadaan otak sebagai pusat kendali. Berpikir kritis mencakup kemampuan untuk menganalisis dan  mengevaluasi  proses  berpikir  itu  sendiri.  Menurut Surya berpikir kritis diartikan sebagai sebuah proses aktif dan cara berpikir secara teratur atau sistematis untuk memahami informasi secara mendalam, sehingga membentuk sebuah keyakinan kebenaran informasi yang didapat atau pendapat yang disampaikan (Surya, 2011: 130).

        Menurut Ennis terdapat enam  Terdapat enam indikator dalam berpikir kritis yaitu:

1) Focus, untuk membuat  sebuah  keputusan  tentang  apa  yang  diyakini maka  harus  bisa  memperjelas pertanyaan atau  isu  yang tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai apa.

2) Reason, mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.

3) Inference, mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan, pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.

4)   Situation, memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu memperjelas pertanyaan.

5) Clarity, menjelaskan arti atau istilah-istilah yang  digunakan. 

6)  Overview,  melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang diambil. (Ennis (1996:364).

 

      Keenam unsur dasar kemampuan berpikir kritis dijabarkan  ke  dalam  enam  indikator-indikator berpikir kritis  yaitu  penjelasan  dasar,  keputusan dasar, kesimpulan, penjelasan lebih lanjut, menalar dan pengintegrasian, dan terakhir adalah kemampuan tambahan. Keenam indikator kemampuan berpikir kritis ini diajabarkan lagi menjadi empat belas sub- indikator kemampuan berpikir kritis sebagai berikut. (1) Penjelasan dasar terdiri dari dua sub-indikator: memfokuskan pertanyaan dan menganalisis argumen. (2) Keputusan dasar terdiri dari tiga sub-indikator: mempertimbangkan kredibilitas sumber, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, mendeduksi dan menilai hasil deduksi. (3) Kesimpulan terdiri dari dua sub-indikator: menginduksi dan mempertimbangkan induksi, membuat dan menilai hasil pertimbangan. (4) Penjelasan lebih lanjut terdiri dari dua sub-indikator: mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi,  mengidentifikasi  asumsi-asumsi.  (5) Menalar dan pengintegrasian terdiri dari dua sub- indikator. Menalar, mengintegrasikan. (6) Kemampuan tambahan terdiri dari tiga sub-indikator: melanjutkan dengan cara yang benar sesuai dengan situasi, sensitif, strategi retoris (Mutiah, A, 2014:137-139).

   Dalam penelitian ini, berpikir kritis adalah suatu proses kognisi siswa secara mendalam yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang memenuhi indikator-indikator sebagai berikut: memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen (mengidentifikasi alasan dan mengidentifikasi suatu ketidaktepatan), menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, mengevaluasi, dan kemampuan memberikan alasan. ketidaktepatan),  menginduksi  dan mempertimbangkan hasil induksi, mengevaluasi, dan kemampuan memberikan alasan.

3. Tujuan Metode Inquiry

Menurut Muhammad Azhar, ada beberapa tujuan metode inquiry yaitu: (a.) Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan diri peserta didik dalam mengambil suatu keputusan secara tepat dan obyektif. (b.) Mengembangkan kemampuan berpikir agar lebih tanggap, cermat dan melatih daya nalar (kritis, analitis, dan logis). (c.) Membina dan mengembangkan sikap ingin lebih tahu. (d.) Mengungkapkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. (Muhammad Azhar, 2009:347)

Dari keterangan di atas, terlihat tujuan metode inquiry mencakup ruang lingkup yang amat luas, tidak hanya  terbatas pada  upaya  pengembangan  intelektual  (kognitif)  peserta didik, tetapi aspek nilai (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Hal ini seperti yang di kemukakan W. Gulo “Pembelajaran inquiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan  secara  maksimal  seluruh  kemampuan  siswa  untuk  mencari  dan  menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Jadi, inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan   intelektual,   tetapi   seluruh   potensi   yang   ada,   termaksud   pengembangan emosional dan keterampilan.

Agar tujuan pembelajaran berdasarkan metode inquiry di atas dapat tercapai dengan efektif, maka terdapat beberapa hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan bagi pendidik yang akan menerapkan metode tersebut: (a) Metode harus memilih masalah yang menarik dan bermanfaat serta merumuskannya dengan jelas sehingga peserta didik dapat memecahkannya  dengan  baik  dan  sesuai  yang  diharapkan.  (b)  Dalam  memilih  dan membentuk kelompok peserta didik, pendidik harus melakukan secara seimbang, baik dari segi akademis maupun sosial. (c) Pendidik perlu menjelaskan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik dan juga harus dapat merangsang agar peserta didik bertanya-tanya sehingga muncul masalah, sehingga pada akhirnya menimbulkan keinginan untuk mengkaji

dan memecahkan masalah tersebut. (d) Diakhir pembelajaran berdasarkan metode inquiry pendidik harus melakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaan peserta didik sehingga dapat dilihat kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran. Bahkan yang terpenting adalah kemampuan peserta didik mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan. Dengan demikian penerapan penerapan metode inquiry berikutnya menjadi semakin baik.

Selain pertimbangan-pertimbangan di atas, terdapat beberapa hal lainnya yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam penerapan  metode inquiry, terutama berkenaan dengan kondisi yang memungkinkan bagi penerapan tersebut yaitu: (1) Kondisi yang fleksibel, bebas untuk   berinteraksi.   (2)   Kondisi   lingkungan.   (3)   Kondisi   yang   memudahkan   untuk memusatkan perhatian dan (4) Kondisi yang bebas dari tekanan. Dalam pengertian ilmiah seperti yang tertuang dalam dictionary of psychology-, proses belajar diartikan dalam dua koridor utama berikut: proses memperoleh pengetahuan   (the process of acquiring knowledge) dan perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil dari latihan yang kuat. Guru dan siswa bukan pendekar dan murid yang sedang belajar ilmu kanurangan, di mana dalam kondisi tertentu, ilmu tersebut dapat diberikan hanya dalam waktu sekejab; guru dan siswa membutuhkan proses yang panjang dalam menstransfer pengetahuan. Tugas utama guru (dan juga lembaga terkait) adalah membuat proses yang panjang tersebut tetap kondusif, aspiratif, dan produktif. Semangat dan motivasi siswa harus tetap  dijaga  dan  dikembangkan  supaya  proses  belajar  terasa  menyenangkan,  dengan demikian, materi pelajaran dapat disampaikan dengan cepat dan mudah dicerna. (Khaerul Anam, 2011:10)

Menciptakan, menjaga dan mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan produktif   merupakan kunci utama dari keberhasilan proses belajar. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut dengan memosisikan siswa sebagai bagian penting dari proses belajar; mengajak mereka untuk terlibat aktif dalam setiap proses di dalamnya.

Keterlibatan siswa dalam setiap proses belajar merupakan bagian penting dalam pengembangan  kemampuan  siswa  itu  sendiri,  karena  keterlibatan  tersebut  merupakan kegiatan mental-intelektual dan sosial-emosional. Dalam keterlibatan itu, siswa (baik secara mandiri atau dengan bantuan dari guru atau teman) cenderung mengembangkan mental- intelektualnya, yakni untuk secara berani dan meyakinkan menerima, menghayati, menelaah dan mengajukan solusi atas masalah yang ada. Dalam waktu yang bersamaan, siswa juga sedang berlatih mengembangkan emosi-sosialnya, yang berindikasi pada kemapuannya memberikan respond atau keinginan untuk berbuat sesuatu, terutama yang berkaitan dengan permasalahan yang tersaji dalam materi pelajaran; yang tidak akan lagi menanggapi masalah yang  ada   dalam   pelajaran   sebatas  sebagai   tugas   sekolah,   karena   mereka  memiliki kemampuan untuk menginternalisasi masalah tersebut sehingga solusi atau jawaban yang diberikan akan lebih mudah diterima dan masuk akal.

Titik tekan utama pada pembelajaran berbasis inquiri tidak lagi berpusat pada guru (teacher-centeredinstruction), tetapi pada pengembangan nalar kritis siswa (student centered aproach). Siswa diminta tidak hanya menerima, melainkan juga menelaah, memilah dan memberikan respond atas materi pelajaran yang diberikan. Jadi, dalam konteks ini, guru bukan lagi setir yang menentukan arah haluan pembelajaran, ia hanya akan berfungsi lainnya “pemantik” yang menghidupkan semangat dan motivasi belajar siswa untuk kemudian dan membiarkan siswa menikmati proses belajar tersebut. Lebih jauh Jill L. Lane menegaskan:

Pembelajaran berbasis inquiry memberikan kesempatan kepada guru untuk membantu siswa mempelajari isi dan konsep materi pelajaran dengan meminta mereka mengembangkan pertanyaan. Oleh karenanya, metode ini memberi kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk merefleksikan pembelajaran mereka, mendapat pemahaman yang lebih dalam atas konsep pembelajaran dengan gaya yang mereka sukai, dan menjadi pemikir kritis yang lebih baik. (Khaerul Anam, 2011:10-11)

 

4. Ciri-Ciri Pembelajaran Inquiry

          Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengetahui penerapan inquiry dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan mengamati ciri-cirinya. Berikut adalah ciri-ciri yang dimaksud: (a) Metode inquiry menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari  dan  menemukan.  Artinya,  metode  inquiry  menempatkan  siswa  sebagai  subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi itu. (b) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Metode pembelajaran inquiry menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, melainkan sebagai fasilitator dan motivator dalam belajar siswa. (c) Tujuan dari kegunaan metode pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir  secara  sistematis,  logis dan  kritis atau  mengembangkan  kemampuan  intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian dalam metode pembelajaran inquiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pembelajaran, tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya (Jumanta, 2016:132-133).

Sebagai metode pembelajaran yang berorientasi pada penemuan, inquiry mendorong guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam “bentuk jadi” dengan tujuan dapat merangsang beragam  pertanyaan  atau  bahkan  keraguan.  Selanjutnya  guru  mendorong  siswa  untuk mencari, mengamati dan menemukan masalahnya.

Berikut adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dalam mencari, mengamati, dan menemukan masalah: (a) Siswa menemukan masalah sendiri atau mempunyai keinginan sendiri untuk memecahkan masalah. (b) Masalah yang dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya untuk dipecahkan. (c) Siswa merumuskan hipotesis untuk menentukan mencari data. (d) Siswa menyusun cara-cara pengumpulan data dengan melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca dan memanfaatkan sumber lain yang relevan. (e) Siswa melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk pengumpulan data. (f) Siswa mengolah data dan mengambil kesimpulan.

5. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Inquiry

Penerapan metode inquiry yang lebih sederhana dapat dilakukan dengan bantuan tanya jawab. Langkah-langkah inquiry dengan tanya jawab secara sederhana dan mudah dipraktekkan adalah sebagai berikut:

a. Persiapan, beberapa kegiatan pada langkah ini antara lain: (a) Pendidik merumuskan masalah sebagai topik.  (b) Merumuskan tujuan khusus atau  yang saat ini lebih dikenal dengan kompetensi dasar. (c) Menjelaskan jalannya inquiry dan penemuannya.

b. Pelaksanaan,    meliputi    beberapa    aktifitas    sebagai    berikut:    (a)    Pendidik mengemukakan masalah tertentu, peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang masalah tersebut beserta jalannya inquiry dan penemuan kalau masih ada yang lebih jelas. (b) Peserta didik diberi kesempatan bertanya seluas mungkin tentang topik pembahasan, sampai merasa cukup untuk mengambil kesimpulan. Tidak dibebarkan pendidik memberikan jawaban yang sifatnya menjawab atau memecahkan masalah yang akan dipecahkan oleh peserta didik. (c) Peserta didik menemukan kesimpulan atau pendapat sementara beserta alasan-alasannya.

c. Penyelesaian,  meliputi  kegiatan-kegiatan  sebagai  berikut:  (a)  Pendidik  bersama peserta  didik  menguji  atau  membahas  pendapat  sementara  yang  dikemukakan peserta didik atas dasar bukti yang ada. (b) Pengembalian kesimpulan dilakukan oleh peserta didik dibantu oleh pendidik. (Ramayulis, 2013:350)

      Langkah-langkah pembelajaran inquiri ini menunjukkan bahwa cara belajar peserta didik yang teratur dan terarah, karena proses pembelajaran yang terarah maka membuat peserta  didik  akan  lebih  mudah  memahami  apa  itu  strategi  dan  bagaimana pengaplikasiannya.

6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Inquiry

Real life skill: siswa belajar tentang hal-hal penting namun mudah dilakukan, siswa didorong untuk melakukan bukan hanya duduk, diam dan mendengarkan. Open-ended topic: tema yang dipelajari tidak terbatas, bisa bersumber dari mana saja; buku pelajaran, pengalaman siswa/guru, internet, televisi, radio dan seterusnya. Siswa akan belajar lebih banyak. Intuitif, imajinatif, inovatif: siswa belajar dengan mengerahkan seluruh potensi yang mereka   miliki,   mulai   dari   kreativitas   hingga   imajinasi.   Siswa   akan   menjadi pembelajaran aktif, siswa akan belajar karena membutuhkan bukan sekedar kewajiban. Peluang  melakukan  penemuan:  dengan  berbagai  observasi  dan  eksperimen,  siswa memiliki peluang besar untuk melakukan penemuan. Siswa akan mendapatkan hasil dari materi atau topik yang mereka pelajari. (Khaerul Anam, 2011:15)

Kelebihan inilah yang dimiliki oleh strategi inquiri yang membuat peserta didik lebih tertantang dalam mengasah pola pikir serta ide-idenya. Peserta didik lebih percaya diri dalam menuangkan pendapatnya tanpa harus takut salah. Karena proses strategi pembelajaran ini peserta didik lebih aktif, maka ingatan tentang materi pembelajaran yang dipelajari akan bertahan lama sesuai dengan pengalaman yang pernah dialami.

Kelemahan dari metode inquiri sebagai berikut: (a) Memerlukan waktu yang cukup lama. (b) Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang. (c) Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif. (Nasir A. Baki, 2013:109)

7. Kemampuan Berpikir Kritis.

a. Pengertian Berpikir Kritis

Menurut   Johnson   merumuskan   istilah   berpikir   kritis   (critical   thinking)   secara etimologis ia menyatakan bahwa kata critic dan critcal berasal dari krinein yang berarti “menaksir nilai sesuatu”. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa kritik adalah perbuatan seseorang yang mempertimbangkan, menghargai dan menaksirkan nilai suatu hal. Tugas orang yang berpikir  kritis  adalah  menerapkan  norma  dan  standar  yang  tepat  pada  suatu  hasil  dan mempertimbangkan nilainya dan mengartikulasikan pertimbangan tersebut. (Supriya, 2009:143).

Sementara itu pendapat lain dikemukakan Jhonson yang mengartikan berpikir kritis merupakan proses mental yang terorganisasi dengan baik dan berperan dalam proses mengambil keputusan untuk memecahkan masalah dengan menganalisis dan menginterprestasi data dalam kegiatan inquiry. Sedangkan menurut pandangan dari Ennis mendefiniskan berpikir kritis menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah berpikir refletif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa yang harus diyakini dan harus dilakukan. (Nurhayati, 2011:13). Dalam pendapat lain yang disampaikan oleh John Chaffe menjelaskan bahwa bepikir kritis sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses pemikir itu sendiri. Maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika. Hal tersebut dimotivasi oleh keinginan untuk menemukan  jawaban  dan  mencapai  pemahaman.  Berpikir  kritis  adalah  salah  satu  sisi menjadi orang kritis, pikiran harus terbuka, jelas dan berdasarkan fakta. Berdasarkan pendapat  tersebut  Radho  Harsanto,  menyempurnakan  lagi  yaitu  seorang  pemikir  harus mampu memberi alasan atas pilihan keputusan yang diambilnya dan harus terbuka terhadap perbedaan  keputusan  dan  pendapat  orang  lain  serta  sanggup  menyimak  alasan-alasan mengapa orang lain memiliki pendapat dan keputusan yang berbeda-beda. (Radho Harsanto, 2005:.44)

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah cara berpikir yang masuk akal atau berdasarkan nalar berupa kegiatan mengorganisasi, menganalisis, dan mengevaluasi informasi dengan fokus untuk menentukan hasil dari apa yang dilakukan. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Hal tersebut merupakan sebuah tantangan besar yang harus dihadapi oleh guru sebagai seorang pendidik, karena dalam kenyataannya tidak semua siswa dapat mampu melakukan hal tersebut. Disini guru harus lebih pandai mencari solusi atau alternatif baru, supaya dapat membantu para siswa dalam melakukan proses berpikir.

b. Aspek Berpikir Kritis

Menurut Santrock bahwa pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif dan melibatkan bukti. Santrock menjelaskan beberapa  aspek atau  pedoman  bagi  guru  dalam membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis, adalah sebagai berikut: (a)  Guru  harus  berperan  sebagai  pemandu  siswa  dalam  penyusunan  pemikiran  mereka sendiri. (b) Menggunakan pertanyaan yang berbasis pemikiran. (c) Membuktikan rasa ingin tahu   dan   keintelektualan   siswa.   Mendorong   siswa   untuk   bertanya,   merenungkan, menyelidiki,  dan meneliti.  (d) Memberi siswa  model  peran  pemikiran  yang positif  bagi siswa. (Santrock, J. W, 2009:11).

Starkey mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang mencakup beberapa aspek adalah sebagai berikut: (a) Melakukan pengamatan. (b) Rasa ingin tahu,  mengajukan  pertanyaan-pertanyaan  yang  relevan  dan  mencari   sumber-sumber  dari yang dibutuhkan. (c) Menguji dan memeriksa keyakinan, asumsi, dan opini dengan fakta- fakta. (d) Menganalisis dan menetapkan masalah. (e) Menilai validitas pertanyaan dan argument. (f) Membuat keputusan yang bijak dan solusi yang valid. (g) Memahami logika dan argumentasi logis. (Starkey, L, 2009:2)

Aryana mengidentifikasi adanya enam aspek atau indikator keterampilan berpikir kritis dalam  konteks  pembelajaran  yaitu  adalah  sebag ai  berikut:  (1)  Merumuskan  masalah, kejadian yang menimbulkan pertanyaan kenapa dan  kenapa. (2) Memberikan argumentasi, menyatakan pendapat, gagasan atau ide kepada orang-orang yang mendengarkan. (3) Melakukan deduksi, penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. (4) Melakukan  Induksi, proses berpikir di dalam akal kita dari pengetahuan tentang kejadian atau peristiwa-peristiwa dan hal-hal yang lebih kongkrit dan khusus untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih umum. (5) Melakukan evaluasi,  proses penilaian dan pelaksanaan tugas seseorang atau sekelompok orang. (6) Memutuskan dan melaksanakan tindakan, ialah sesuatu yang   dipertimbangkan terlebih dahulu dan disepakati dan melaksanakan hal tersebut baik secara individu maupun

secara kelompok. (Gede Putra, 2012: 201-209).

Terdapat ciri-ciri tertentu yang dapat diamati untuk mengetahui bagaimana tingkat kemampuan berpikir kritis seseorang yaitu sebagai berikut: (1) Mengenal secara rinci bagian- bagian dari keseluruhan. (2) Pandai mendeteksi permasalahan. (3) Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan. (4) Mampu membedakan fakta dengan diksi atau pendapat. (5) Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan kesenjangan informasi. (6) Dapat   membedakan   argumentasi   logis   dan   tidak   logis.   (7)   Mampu membedakan kriteria atau standar penilaian data. (8) Suka mengumpulkan data untuk membuktikan factual. (9) Dapat membedakan diantara kritik membangun dan merusak. (10) Mampu mengidentifikasi pandangan perspektif yang bersifat ganda yang berkaitan dengan data. (11) Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan data yang diperoleh dari lapangan. (12) Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi. (Cece Wijaya, 2010:72-73)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam berpikir kritis kita harus mengetahui  beberapa  aspek  dan  ciri  yang  ada  dalam  berpikir  kritis  tersebut  sehingga argumen dan permasalahan yang dihadapi dengan proses berpikir dan dapat terarah dengan baik serta tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

 

c. Tujuan berpikir kritis

Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman tersebut membuat siswa mengerti atau paham dibalik ide sehingga mengungkapkan makna dibalik suatu kejadian. (Elaine Johnson, 2011: 2).

Adapun tujuan berpikir kritis adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan kecakapan analisis. (2) Mengembangkan kemampuan mengambil kesimpulan yang masuk akal dari pengamatan. (3) Meningkatkan kecakapan menyimak. (4) Mengembangkan kemampuan konsentrasi. (5) Meningkatkan kecakapan mendengar. (6) Mengembangkan kecakapan, strategi, dan kebiasaan belajar yang terfokus. (7) Belajar tema-tema atau istilah-istilah dan fakta-fakta.   (8)   Belajar  konsep-konsep   dan   teori-teori.   (9)   Meningkatkan  kecakapan mengurai elemen-elemen yang ada dalam tema-tema dan fakta-fakta ilmu pengetahuan. (10)

Meningkatkan kecakapan menjabarkan unsur-unsur yang ada dalam sebuah teori. (Hisyam Zaini, 2008:141)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis

Ada  beberapa  faktor  yang mempengaruhi  berpikir  kritis peserta  didik,  diantaranya adalah sebagai berikut:

1). Kondisi fisik

Kondisi fisik adalah kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Ketika kondisi fisik siswa terganggu, sementara ia dihadapkan pada situasi yang menuntut pemikiran yang matang untuk memecahkan suatu masalah maka kondisi  seperti  ini  sangat  mempengaruhi  pikirannya.  Ia  tidak  dapat  berkonsentrasi  dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak memungkinkan untuk bereaksi terhadap respon yanga ada.

2). Motivasi

Motivasi merupakan hasil faktor internal dan eksternal. Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat

sesuatu  atau  memperlihatkan  perilaku  tertentu  yang  telah  direncanakan  untuk  mencapai tujuan  yang  telah  ditetapkan.  Menciptakan  minat  adalah  cara  yang  sangat  baik  untuk memberi motivasi pada diri demi mencapai tujuan. Motivasi yang tinggi terlihat dari kemampuan atau kapasitas atau daya serap dalam belajar, mengambil resiko, menjawab pertanyaan, menentang kondisi yang tidak mau berubah kearah yang lebih baik, mempergunakan kesalahan sebagai kesimpulan belajar, semakin cepat memperoleh tujuan dan kepuasan, memperlihatkan tekad diri, sikap kontruktif, memperlihatkan hasrat dan keingintahuan, serta kesediaan untuk menyetujui hasil perilaku.

3). Kecemasan

Kecemasan  timbul  secara  otomatis jika individu  menerima  stimulus berlebih  yang melampaui untuk menanganinya (internal, eksternal). Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat; a) konstruktif, memotivasi individu untuk belajar dan mengadakan perubahan terutama  perubahan  perasaan tidak  nyaman,  serta  terfokus pada kelangsungan  hidup;  b) destruktif, menimbulkan tingkah laku dan fungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik serta dapat membatasi seseorang dalam berpikir.

4). Perkembangan intelektual

Intelektual atau kecerdasan merupakan kemampuan mental seseorang untuk merespon dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan satu hal dengan yang lain dan dapat merespon dengan baik setiap stimulus. Perkembangan intelektual tiap orang berbeda-beda disesuaikan dengan usia dan tingkah perkembangannya. Menurut Piaget  semakin bertambah umur anak, semakin tampak jelas kecenderungan dalam kematangan proses. Sedangkan Rath et al   menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir kritis adalah interaksi antara pengajar dan siswa. Siswa memerlukan suasana akademik yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi siswa untuk mengekspresikan pendapat dan   keputusannya   selama   berpartisipasi   dalam   kegiatan pembelajaran. (Zafri, 2012:3-4)    

Dari  penjelasan  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  ada  4  hal  yang  mempengaruhi berpikir kritis peserta didik yaitu mulai dari kondisi fisik, motivasi, kecemasan, dan pengembangan intelektual peserta didik.

 

 

B. Kerangka Pikir

Menurut Hamdani (2011: 95) menyatakan bahwa “model inquiry adalah teknik pengajaran dengan cara membagi tugas penelitian kelas kepada siswa”. Kerangka pikir, menurut Ridwan (2014: 23) kerangka pikir adalah dasar pemikiran  dari  penelitian  yang  dihubungkan  dari  fakta-fakta  dan  observasi. Dengan mengamati belajar siswa tanpa pemberian metode dengan melakukan pretest   yang   menguji   tingkat   pengetahuan   siswa   terhadap   materi   yang disampaikan. Hal ini menjadi dasar dalam uraian kerangka pikir apakah hubungan positif atau   negative  setelah   dilakukan   penelitian   dengan   menggunakan pendekatan inquiry hasil posttest lebih memuaskan dibanding dengan hasil pretest sehingga hasil belajar siswa meningkat. Kerangka pikir mengenai ada tidaknya pengaruh pendekatan inquiry terhadap hasil mauatan IPS murid dapat dilihat pada bagan kerangka pikir di bawah ini.

Kerangka Berpikir

Hasil Belajar

Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran  Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial

Tidak Menggunakan Model

Pembelajaran Inquiry

Menggunakan Model

Pembelajaran Inquiry

Pretest

Posttest

Analisis 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 


(Gambar : 2.1. Kerangka Berpikir)

 

 

 

C. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah: Adanya pengaruh signifikan penerapan model inquiry terhadap hasil belajar muatan IPS murid kelas V SDN 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.

Untuk keperluan pengujian statistiknya, maka hipotesis penelitian tersebut dirumuskan dengan menggunakan uji dua pihak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022 dan pelaksaannya di sesuaikan dengan jam muatan IPS.

 

B. Setting Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan permasalahan rill dalam Penerapan  Model  Pembelajaran  Inquiry  Dalam  Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi  Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII  Kabupaten Bungo Provinsi  Jambi Jambi tahun pelajaran 2021/2022. Subjek penelitian ini adalah penulis sebagai peneliti, sedangkan subjek penerima PTK adalah siswa kelas  V Di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi tahun pelajaran 2021/2022. Adapun jumlah siswa, yaitu 24 siswa dengan rincian 11 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

C. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun jenis tindakan yang diamati adalah Penerapan  Model  Pembelajaran  Inquiry  Pada  Mata muatan  IPS Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, semester genap, tahun pelajaran 2021/2022.

23

          Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Dikatakan demikian karena penelitian ini dilaksanakan di dalam kelas dengan menerapkan tindakan yang disengaja. Ini sesuai dengan pengertian penelitian tindakan kelas, yaitu merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah       kelas secara bersamaan (Arikunto,2010:139).

            Penelitian  tindakan  kelas  adalah  yang  dilakukan  oleh  guru  di  dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehinggahasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian tindakan kelas (PTK) sangat bermanfaat bagi guru,pembelajaran siswa, serta bagi sekolah. (Igak Wardani, 2010:136).

Penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok pada ranah praktis yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas kinerja melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.

D. Jenis dan Sumber Data

    1. Jenis Data

    a. Data Primer

 Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. (Sugiyono, 2009 : 137). Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder kalau dipergunakan orang yang tidak berhubungan langsung dengan penelitian yang bersangkutan. (Sugiyono, 2009 : 137).

     Adapun data Primer dalam penelitian ini diantaranya : Kepala Sekolah,  Guru Bidang Studi IPS dan Siswa-Siswi Kelas V yang berjumlah 23 orang.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. (Sugiyono, 2009:91).

Data sekunder penelitian ini diperoleh dari dokumen yang ada di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, seperti:

1) Historis dan letak geografis Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

2) Struktur organisasi Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

3) Keadaan guru dan siswa Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

4). Keadaan sarana dan prasarana Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

2. Sumber Data

Sumber data adalah sumber di mana data dapat di peroleh,sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek di mana data yang bersangkutan dengan penelitian itu di dapatkan. “Informasi data dalam penelitian diperoleh melalui dua sumber, yakni lapangan dan dokumen.” (Saebeni, 2008 : 93).  

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah guru bidang studi IPS dan siswa kelas V yang berjumlah 23 orang

E. Prosedur Penelitian

           Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui dua siklus. Masing- masingsiklus terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,  observasi/evaluasi,  dan refleksi.

         Adapun alur pelaksanaan tahapan-tahapan dalam setiap siklus dari desain PTK  model  Kurt  Lewin,  dapat  dilihat pada Gambar di bawah ini.

 

 

 

 

 

Alur pelaksanaan tahapan-tahapan dalam setiap siklus

 

Perencanaan

Pengamatan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

Siklus I

Siklus II

Refleksi

Pelaksanaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(Gambar. 3:1. Alur pelaksanaan tahapan-tahapan dalam setiap siklus)

 

1. Gambaran pelaksanaan siklus I dan II

    a. Perencanaan

       Adapun langkah-langkah perencanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :

1)      Permintaan izin dari Kepala Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi  Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

2)      Mengadakan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang perlu segera diatasi. Tahap ini peneliti melakukan observasi pada pembelajaran, wawancara dengan rekan guru dan siswa.

3)      Membuat lembar observasi bagi guru dan siswa untuk melihat proses pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry. Bagaimana aktifitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung yaitu:

a)      Menetapkan materi pelajaran dengan berpedoman pada siklus.

b)       Membuat RPP

c)       Membuat lembar observasi untuk siswa.

d)       Menyiapkan bahan belajar, materi dan alat evaluasi.

b. Pelaksanakan Tindakan

          Pelaksanaan tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu yang sudah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan adalah bentuk kegiatan atau tindakan yang dilakukan dari semua yang telah direncanakan dengan penelitian sebagai berikut :

1)        Menyajikan materi sesuai dengan siklus dan RPP

2)        Mempelajari materi pada siklus I, II, dan III dengan menggunakan atau menerapkan metode inquiry.

3)        Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berinteraksi, aktif, kreatif, dan berinovasi dalam proses pembelajaran.

4)        Mengamati setiap kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

5)        Siswa diberikan waktu untuk mengulas atau mengulangi materi yang baru saja dipelajari secara bersama–sama.

6)        Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

 

c. Tahap Pengamatan

       Tahap observasi atau mengamati dalam penelitian tindakan kelas dipusatkan baik kepada proses dan kemampuan berpikir kritis siswa maupun kepada hasil tindakan pembelajaran beserta segala peristiwa yang melingkupnya, pada saat dilaksanakan suatu tindakan secara bersamaan juga dilaksanakan pengamatan tentang segala sesuatu yang terjadi dan tidak terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

 Observasi atau pengamatan terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung untuk mengetahui aktivitas belajar siswa, kemampuan berpikir kritis siswa, serta untuk mengeteahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengimplementasi pembelajaran yang dilaksanakan. Adapun pengamatan dalam penelitian ini mencangkup:

1) Mengamati situasi kegiatan pembelajaran

2) Kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan masalah.

3) Keaktifan siswa dalam pembelajaran.

4) Aktivitas siswa ketika menyimak, mengoreksi menunjukkan gagasan ataupun ide terhadap materi pelajaran.

5) Aktifitas siswa dalam berinteraksi antar sesama

6) Observer mengamati aktivitas guru dalam menyampaikan materi dengan menggunakan metode inkuiri.

 

d. Refleksi

            Refleksi adalah untuk mengkaji keseluruhan tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya (Daryanto,2014 : 40). Tahap-tahap refleksi adalah :

1) Menganalisis kekurangan yang ada pada siklus I

2) Peneliti (observer) dan guru berkolaborasi mendiskusikan hasil analisis, kemudian dibuat perbaikan berdasarkan kekurangan yang ada.

3) Hasil dari analisis tersebut akan menjadi pertimbangan dalam menyusun RPP pada siklus II.


BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

 

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Historis dan Geografis Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi

               Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi merupakan salah satu sekolah negeri yang terletak di Desa Tebing Tinggi Kecamatan Muko-muko Bathin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi berdiri pada tanggal 01 Maret 1978 yang pada awalnya berdirinya merupakan sekolah rintisan yang menggabungkan madrasah sore dan sekolah dasar.  Mesikipun  Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi waktu itu belum memliki sarana dan prasarana yang memadai, namun proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Seinring dengan berlalunya waktu, dimana waktu saat beridirnya Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi itu hanya memiliki 3 ruang belajar dan hingga sekarang sudah memilki 8 ruang belajar.

                Keberadaan Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi tak luput dari upaya kebersamaan masyarakat serat warga yang berada di Desa Tebing Tinggi yang bertekad untuk membangun sekolah di Desa Tebing Tinggi. Berkat perjuangan para tokoh masyarakat sehingga terwujudlah Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi yang sekarang ini sudah menjadi sekolah terakredatsi B.

                 Secara geografis, Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi letaknya sangat strategis dimana tidak jauh dari pemukiman warga atau masyarakat disekitarnya sehingga memudahkan anak-anak atau orang tua mengantarkan anaknya ke sekolah.

29

                Disamping itu, Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi juga terletak di pinggir jalan yang akses jalanya sangat bagus. Meskipun adanya lalu lalang kendaraang yang membuat kebisingan, namun tidak mempengaruhi proses belajar-mengaar di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi.

                 Adapaun batas dan wilayah Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi dapat dilahat sebagai berikut :

Ø  Sebelah Bartat berbatsan langsung dengan rumah warga

Ø  Sebelah Timur berbatasan dengan jalan

Ø  Sebelah Utara berbatasan dengan lapang bola

Ø  Sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk. (Sumber data : Dokumentasi SDN 40/II Tebing Tinggi tahun 2022)

 

               Berikut profil atau identitas Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-muko Bathin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.

Tabel : 4.1. Profil Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi

NO

Identitas

Keterangan

      1.             

Nama Sekolah                        

SD Negeri 40/II Tebing Tinggi

      2.             

NPSN      

10500989

      3.             

Jenjang Pendidikan                 

SD

      4.             

Status Sekolah                        

Negeri

      5.             

Alamat Sekolah                      

Tebing Tinggi

       6.             

Kecamatan

Muko-muko Bathin VII

       7.             

Kabupaten

Bungo

      8.             

Provinsi  

Jambi

      9.             

Negara   

Indonesia

   10.             

Akreditasi   

B

  11.             

Tanggal SK Pendirian            

01 03 1978

  12.             

Tahun Beroperasi

- SK

  13.             

Izin Operasional               

-

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 40/II Tebing Tinggi tahun 2022)

 

 

 

 

2. Visi dan Misi Serta Tujuan SD Negeri 40/II Tebing Tinggi

a. Visi           

      Sesuai dengan Visi SD Negeri 40/II Tebing Tinggi: yaitu “Terwujudnya peserta didik yang religius, cerdas, terampil, mandiri, peduli akan lingkungan Bersih, Hijau dan Sehat.

b. Misi

Sedangkan Misi SD Negeri 40/II Tebing Tinggi adalah:

Ø  Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama sehingga terbangun insan yang beriman, taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.

Ø  Menciptakan generasi unggul yang memiliki prestasi di bidang imtaq dan iptek.

Ø  Membentuk  sumber  daya  manusia  yang  aktif,  kreatif,  inovatif,  dan  berprestasi dalam pemanfaatan sumber daya alam sesuai dengan perkembangan zaman.

Ø  Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan belajar siswa untuk mendukung pengembangan potensi peserta didik agar berkembang secara optimal.

Ø  Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercaya di masyarakat.

Ø  Mewujudkan keindahan dan keberhasilan lingkungan sekolah. (Sumber data : Dokumentasi SDN 40/II Tebing Tinggi 2022)

 

3. Tujuan

Ø  Menanamkan prilaku berkarakter bangsa, akhlak mulia serta kepribadian yang utuh bagi peserta didik secara kontinu.

Ø  Meraih prestasi akademik maupun non akademik minimal tingkat Kecamatan Bahar Selatan.

Ø  Mengusai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan ke sekoah yang lebih tinggi menjelang kelulusan.

Ø  Menjadi sekolah yang diminati di masyarakat dalam jangka waktu dua tahun

Ø  Mengembangkan kurikulum sesuai dengan perkembangan IPTEK, keadaan masyarakat dan lingkungan dalam jangka waktu empat tahun.

Ø  Mengembangkan keterampilan tenaga edukatif, guna meningkatkan mutu pelajaran sekolah dalam jangka waktu dua tahun.

Ø  Mengembangkan keterampilan peserta didik, agar mengetahui ilmu pengetahuan dan tehnologi sejak dini dalam jangka waktu dua tahun.

Ø  Menjadi contoh/teladan bagi sekolah-sekolah lain, sehingga timbul persaingan yang sehat yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di kecamatan bahar selatan dalam jangka waktu dua tahun.

Ø  Menjalin kerja sama dengan Institusi, khususnya dalam hal meningkatkan keterampilan dan kecakapan peserta didik dalam jangka waktu satu semester.

Ø  Menciptakan suasana yang harmonis antar Guru, Orang tua dan Masyarakat pada khususnya dan sekolah-sekolah lain pada umumnya dalam jangka waktu satu semester. 

Ø  Meningkatkan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi dan minat peserta didik dalam jangka waktu satu tahun

 

3. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

            Lembaga pendidikan formal sebagai penyelenggaraan organisasi kerja, diselenggarakan secara sistematis, terpimpin dan terarah, karena organisasi dilaksanakan untuk menciptakan proses serangkaian yang terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai organisasi kegiatan kerja maka untuk mencapai tujuan organisasi itu harus disusun sebagai tata laksana yang dapat melaksanakan tugasnya masing-masing baik tujuan umum maupun tujuan khusus menurut jenis dan tingkatnya masing-masing.

            Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi merupakan lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat pimpinan/kepala, wakil kepala sekolah, guru-guru, karyawan, tata usaha, dan siswa. Agar Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan lancar perlu adanya organisasi yang terorganisir, dengan adanya organisasi yang terorganisir sesuai dengan kompetensi setiap individu Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi akan dapat melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Dengan demikian pada suatu organisasi sekolah, baik di bawah naungan langsung pemerintah maupun swasta, besar maupun kecil tidak terlepas dari adanya struktur organisasi agar semua pihak dapat saling bekerja sama dan tolong-menolong untuk tujuan pendidikan tersebut. Begitulah arti pentingnya struktur organisasi pada lembaga sekolah.

               Selain itu, struktur organisasi merupakan suatu tolak ukur dalam suatu lembaga pendidikan. Organisasi yang baik dapat menunjukkan kegiatan yang baik dan juga merupakan pendukung dalam pelaksanaan segala program kerja yang ada di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi.

            Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi dapat di lihat sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi

Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

Tahun Ajaran 2021-2022

Siswa-Siswi

Kepala Sekolah

Utay, S.Pd.

 

Unit perpustakaan

Annisa Isnaini, S.Pd

 

Operator Sekolah

Aulia Lastari, S.Pd

 

Kelompok Jabatan Fungsional

Wali Kls I.A

Rianti, S.Pd

Wali Kls I.B

Birroini, S.Pd.I

Wali Kls II

Khadijah, S.Pd.I

Wali Kls III

Ningsih, S.Pd

 

Wali Kls IV.A

Santria Ulfa,S.Pd

Wali Kls V

Andriani, S.Pd

Wali Kls VI.A

Humiadi, S.Pd

Wali Kls IV.B

Leny Darmiza

Guru PAI

Ena Kaswaroh. A.M.a

 

Guru PJOK

Husnur Lamarta, S.Or

Guru PAI

Nola Fitri, S.Pd.I

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(Sumber data : Dokumentasi SDN 40/II Tebing Tinggi tahun 2022)

 

4. Keadaan Guru, Karywan dan Siswa Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

      a. Keadaan Guru dan Karyawan         

                Dalam proses pembelajaran, guru merupakan komponen yang sangat penting. Karena tanpa adanya guru proses pembelajaran tidak akan terlaksana. Kemudian seorang tidak hanya mengajar apa yang diketahuinya semata, tetapi juga bertugas membantu siswanya mencapai kedewasaan diri, karena guru merupakan suri tauladan yang baik dari perkataan maupun dari segi perilakunya.

               Begitu juga pada dasarnya guru sebagai tenaga pengajar di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi ini cukup bagus dan berpengalaman karena sebagaian ada yang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diperbantukan sampai saat ini, sedangkan yang lainnya diambil dari guru-guru honor terutama lulusan S.1, bagi yang honor tersebut sering kali terjadi pergantian dan menyatakan berhenti dengan alasan bahwa kesejahteraan tidak sesuai dengan tenaga yang diharapkan, hal tersebut di akui oleh pihak yayasan.

    Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi memiliki guru yang professional dan handal dalam bidangnya masing-masing, mereka rata-rata tamatan Starata Satu. Dan semua guru-guru disekolah ini saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan tenaga pengajar dan Karyawan di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi ini dapat dilihat ada tabel beriktu ini :

Tabel : 4. 2. Keadaan guru dan Karyawan Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Tahun 2021-2022

No

Nama

JK

Jabatan

          1.             

Utay, S.Pd. SD

P

Kepala Sekolah

          2.             

Lenny Darmizawati,S.Pd

P

Guru Kelas

          3.             

Ena Kaswaroh, A.Ma

P

Guru PAI

          4.             

Humaidi, A.Ma

L

Guru Kelas

          5.             

Kiki Andriani, S.Pd

P

Guru Kelas

          6.             

Santria Ulfa.AB. S.Pd

P

Guru Kelas

          7.             

Birroini, S.Pd.I

P

Guru Kelas

          8.             

Rianti, S.Pd

P

Guru Kelas

          9.             

Nandra Ningsih, S.Pd

P

Guru Kelas

      10.             

Nola Fitri

P

Guru PAI

     11.             

Siti Khadijah, S.Pd.I

P

Guru Kelas

      12.             

Husnur Lamarta, S.or

L

Guru PJOK

      13.             

Annisa Isnaini, S.Pd

P

Pegawai / Perpustakan

      14.             

Aulia Lastari, S.Pd

P

Operator / Sekolah

(Sumber data : Dokumentasi SDN 40/II Tebing Tinggi tahun 2022)

                     

          Dari tebel diastas menunjukkan bahwa keadaan guru Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Tahun 2021-2022 berjumlah 12 orang. Disamping itu dibantu beberapa karyawan untuk kelancaran administrasi sebanyak 2 orang.

b. Keadaan Siswa

         Salah satu factor penunjang dalam pendidikan adalah siswa karena siswa merupakan bagian dari unsur-unsur yang terpenting dalam proses pendidikan. Tanpa adanya siswa mustahil pendidikan atau proses pembelajaran tidak akan bisa berjalan dengan baik.

Siswa keberadaannya pada suatu lembaga pendidikan sangat dibutuhkan, terlebih pelaksanaan pendidikan di sekolah siswa merupakan subjek sekaligus objek dalam proses mentranspormasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukannya

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari dokumentasi Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi, bahwa siswa yang ada disekolah ini berjumlah 179 orang, dari kelas tujuh sampai kelas Sembilan.

 

 

Tabel : 4. 3.  Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Tahun 2021/2022.

No

Kelas

Jumlah

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1

I. A

14

10

24

2

I. B

8

12

20

3

II

11

8

19

4

III

11

18

29

5

IV.A

11

13

24

6

IV. B

8

13

21

7

V

8

14

22

8

VI

11

9

20

Jumlah

80

82

179

(Sumber data : Dokumentasi SDN 40/II Tebing Tinggi tahun 2022)

 

5. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

         Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah segala sesuatu yang dapat menunjang terselenggaranya program pendidikan atau proses pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi. Sedangkan sisa yang lainnya merupakan pekarangan sekolah yang sebagian besar digunakan untuk lapangan Badminton, lapangan Volly dan lapangan untuk kegiatan upacara Bendera setiap hari Senin.

Sarana pendidikan adalah fasilitas-fasilitas yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai. Sedangkan prasarana pendidikan merupakan segala sesuatu yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan menjadi penting karena mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui pengadaan sarana dan prasarana.

Pemerintah melalui menteri pendidikan menerbitkan peraturan pemerintah No. 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana. Standar sarana dan prasarana berdasarkan PP No.19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi ini kalau di tinjau dari segi kemampuan yang ada belum memadai karena masih masih terdapat kekuarangan fasilitas-fasiltas pendukung dalam proses pengajaran.

Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan fasilitas yang ada di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi akan dijelaskan di tabel berikut:

Tabel : 4.4. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Tahun 2021/2022

 

No

 

Jenis Ruang

 

Jml

Keadaan

Baik

Rusak ringan

Rusak berat

1.

Ruang Kepsek

1

 

 

 

Ruang Guru

1

 

 

 

Ruang Operasioal

1

 

 

 

Ruang Kelas

8

 

 

 

Kursi dan Meja Siswa

178

 

 

 

Mushola

1

 

 

 

Perpustakaan

1

 

 

 

UKS

1

 

 

 

Gudang

1

 

 

 

Wc guru

2

 

 

 

Wc murid

4

 

 

 

Lapangan volly

1

 

 

 

Pos Kemanaan

1

 

 

 

Tempat parkir

1

 

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 40/II Tebing Tinggi tahun 2022)

 

B. Penjelasan Data Per-siklus

1. Pra-Siklus

          Pra-Siklus penulis lakukan untuk menguji sejauh mana kemampuan berpikir kritis siswa dalam muatan IPS di kelas V  Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi. Peneliti melakukan observasi dengan guru kelas sehingga menemukan permasalahan berupa kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah, terutama pada mata  pelajaran muatan IPS yang membahas tentang ilmu sosial.                 Dalam menganalisis suatu masalah siswa masih mengalami kesulitan. Dari hasil observasi tersebut diperoleh gambaran bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan masih menggunakan metode ceramah yang hanya berpusat pada guru, dimana masih kurang melibatkan siswa untuk mencoba dan mencari sendiri sumber untuk bahan pembelajaran serta dalam proses pembelajaran tidak mengaitkan materi dengan pengalaman siswa, sehingga tingkat berpikir kritis untuk menganalisis masih sangat rendah.

           Kegiatan penelitian tahap awal ini, dilakukan peneliti dalam rangka pengambilan data untuk mengetahui kondisi awal dari siswa mengerjakan tes berupa soal uraian sebelum melakukan tindakan. Peneliti menggunakan nilai siswa mengerjakan soal uraian pada semester genap tahun 2021-2022.

       Dari data awal pengamatan peneliti di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi pada siswa kelas V pada mata  pelajaran muatan IPS dapat diihat pada tabel berikut ini :

Tabel : 4.5. Data awal Pra-Siklus nilai soal IPS siswa kelas V  Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Tahun 2021/2022

No

Nama

Nilai

Keterangan

1

AR

75

Tuntas

2

A

41

Belum Tuntas

3

AA

65

Belum Tuntas

4

ANS

52

Belum Tuntas

5

BRP

36

Belum Tuntas

6

DA

78

Tuntas

7

DP

65

Belum Tuntas

8

HDP

75

Tuntas

9

HZ

55

Belum Tuntas

10

IPS

42

Belum Tuntas

11

ISH

76

Tuntas

12

JP

75

Tuntas

13

K

70

Belum Tuntas

14

LNP

65

Belum Tuntas

15

MBR

80

Tuntas

16

MR

50

Belum Tuntas

17

RA

52

Belum Tuntas

18

RD

75

Tuntas

19

SB

75

Tuntas

20

S

45

Belum Tuntas

21

SM

75

Tuntas

22

YOV

53

Belum Tuntas

23

YD

77

Tuntas

24

ZP

50

Belum Tuntas

Jumlah

1502

Nilai Rata-rata Kelas

62,58

Jumlah siswa yang sudah mendapat nilai ≥75

10

Presentase siswa yang mendapat nilai ≥75

42%

 

            Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari hasil Pra-Siklus nilai soal uraian IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi belumlah mencapai KKM, dimana persentase nilai rata-rata nilai siswa baru mencapai 62,58%. Hasil diatas menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa dalam muatan IPS belumlah tuntas hal ini dari 24 siswa hanya 10 siswa yang tuntas atau 41,67%. Sedangkan siswa yang belum tuntas 14 siswa atau 58,33%.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

            Berikut peneliti tampilkan diagram hasil Pra-Siklus nilai soal uraian IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata sebelum dilakukan tindakan hanya mencapai 62,59. Persentase siswa yang mendapat nilai ≥75 adalah 42% dan yang mendapat nilai ≤75 sebanyak 58%, artinya kurang dari separuh jumlah siswa di kelas V Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi yang dapat memenuhi KKM, sehingga dapat dikatakan nilai yang dicapai siswa dalam mengerjakan tes uraian pada muatan IPS di kelas V Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi masih sangat rendah. Tindakan yang akan  dilakukan  peneliti  dengan  berkolaborasi  bersama  guru  kelas  V adalah dengan menganalisis UTS tersebut dengan menindaklanjutinya melalui kegiatan muatan IPS menggunakan metode inquiry yang diyakini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Siklus I

a. Perencanaan Siklus I

   Sebelum peneliti melanjutkan pada Siklus I, penulis tentunya mengambil data awal yang didapat berupa nilai dari hasil pre-test menjadi acuan untuk melaksanakan tindakan siklus I. Hal ini bertujuan untuk memperoleh suatu peningkatan dari kemampuan berpikir kritis siswa terutama dalam muatan  IPS kelas V Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi yang nantinya akan dipandu melalui metode inquiry. 

   Pada  tahap  ini,  peneliti  dan  guru  mengaitkan rencana yang akan dibuat dengan masalah yang ditemukan pada saat observasi langsung (kondisi awal) yaitu aktivitas siswa pada saat pembelajaran  dan  kemampuan  berpikir  kritis  siswa  dalam pembelajaran   IPS.   Peneliti   selanjutnya   merancang   pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan antara lain sebagai berikut :

1)   Menyusun  Rencana  Pelaksanaan  Pembelajaran  (RPP),  dalam penyusunan RPP materi yang akan digunakan ialah tentang permasalahan sosial. Materi ini yang akan digunakan pada metode pembelajaran inquiry pada pelaksanaan pembelajaran. Pembuatan  desain  RPP tersebut  berdasarkan  persetujuan  dosen pembimbing   yang   mana   akan   didiskusikan   terlebih   dahulu bersama guru kelas sebelum pelaksanaan.

2)  Menyusun lembar observasi

           Penyusunan lembar observasi tersebut yang memuat aspek- aspek pembelajaran menggunakan metode inquiry. Lembar observasi untuk mengamati proses pembelajaran menggunakan metode inquiry. Adapun observasi ditujukan pada guru dan siswa. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran  tentang kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelaksanaan diskusi kelompok menggunakan metode pembelajaran inquiry.

3)  Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)

4)  Pembentukan  kelompok  dilakukan  secara  heterogen berdasarkan jenis kelamin.

5)  Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar.

6)  Menyusun soal tes evaluasi yang akan dilakukan pada akhir siklus I.

7)  Menyiapkan  kamera  untuk  mengambil  foto  aktivitas  guru maupun siswa dalam berlangsungnya proses pembelajaran.

 

 

 

 

 

 

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

            Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan. Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti yang sebelumnya telah dikonsultasikan dan didiskusikan dengan guru kelas. Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dengan cara berkolaborasi oleh guru dan  peneliti.  Peneliti  sebagai  asisten  guru  yang  bertugas  untuk mengamati  secara  langsung  semua  kegiatan  muatan IPS mulai dari awal hingga akhir, dimana pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan metode pembelajaran inquiry. Peneliti mengamati pelaksanaan metode inquiry yang dilaksanakan oleh guru maupun siswa.

            Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan berdasarkan tahap-tahap pembelajaran menggunakan metode inquiry. Pelaksanaan awal diawali dengan pengarahan dari guru terlebih  dahulu  dimana  pembelajaran  yang  dilakukan menggunakan metode inquiry dimana siswa diminta agar lebih aktif untuk mencari tahu sendiri sumber yang relevan atas permasalahan yang diperoleh, kemudian tindakan siklus I ini dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran serta satu kali pertemuan untuk tes evaluasi tindakan pada siklus I.

            Pelaksanaan tindakan dilakukan tiga tindakan yaitu pembukaan, inti dan penutup.

1). Pembukaan

            Pelaksanaan tindakan pembukan dilkukan sebgai berikut :

a). Sebelum  kegiatan  pembelajaran  dimulai,  siswa  diminta untuk mempersiapkan baik buku tulis maupun buku pegangan siswa IPS kelas V

b). Setelah guru menyampaikan apersepsi, siswa dituntut untuk melanjutkan materi yang disampaikan, materi tersebut pada pertemuan ini

c). Setelah    memberitahukan    tentang    materi    yang    akan dipelajari, guru menyampaikan tujuan dalam memperlajari materi

d). Selanjutnya    guru    menjelaskan    kegiatan    yang    akan dilaksanakan dalam pembelajaran tersebut

e). Guru  mengajak  siswa  untuk  memperhatikan  penjelasan yang    diberikan    oleh    guru    tentang    pengertian    dari

f). Siswa  diminta  untuk  mengerjakan  lembar  evaluasi  yang dibagikan   oleh   guru   dengan   tujuan   untuk   mengukur pemahaman   siswa   dalam   menangkap   materi  permasalahan sosial serta permasalahan sosial yang ada dilingkungan sekitar

2). Inti

a)      Guru      membuka      kegiatan      pembelajaran      dengan menyampaikan materi yang sudah dibahas sebelumnya dan memberikan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa

b)      Siswa  mendengarkan  penjelasan  guru  terkait  apersepsi berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru

c)      Siswa diminta untuk membentuk menjadi 4 kelompok yang beranggotakan 6 orang tiap kelompok

3). Kegiatan Penutup

a)      Siswa diminta untuk mengemukakan pendapat, karena pada LKS yang dibagikan siswa secara berdiskusi diminta untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya permasalahan

b)      Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, serta kelompok lain diminta untuk memberikan solusi serta pendapat   tentang permasalahan sosial yang dibahas

c)      Siswa   diberi   kesempatan   untuk   menyimpulkan   materi pembelajaran

           

            Tindakan akan  dilakukan  penilaian  hasil  siklus  I,  adapun penilaian hasil siklus I terdiri dari hasil tes dan hasil observasi

a). Hasil tes

            Hasil tes dari  pelaksanaan  pembelajaran  menggunakan  metode inquiry untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I dilakukan oleh guru, peneliti, dan observer memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa atas materi yang disampaikan dengan menggunakan metode inquiry ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan materi yang telah disampaikan mengenai permasalahan sosial tindak kejahatan perampokan, masalah sampah, dan pencemaran lingkungan yang dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Berdasarkan hasil tes evaluasi tindakan yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel : 4.6. Data awal Siklus I nilai soal uraian IPS siswa kelas V  Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Tahun 2021/2022

No

Nama

Nilai

Keterangan

1

AR

75

Tuntas

2

A

41

Belum Tuntas

3

AA

76

Tuntas

4

ANS

75

Tuntas

5

BRP

60

Belum Tuntas

6

DA

78

Tuntas

7

DP

65

Belum Tuntas

8

HDP

75

Tuntas

9

HZ

78

Tuntas

10

IPS

42

Belum Tuntas

11

ISH

76

Tuntas

12

JP

75

Tuntas

13

K

78

Tuntas

14

LNP

65

Belum Tuntas

15

MBR

80

Tuntas

16

MR

50

Belum Tuntas

17

RA

77

Tuntas

18

RD

75

Tuntas

19

SB

80

Tuntas

20

S

45

Belum Tuntas

21

SM

75

Tuntas

22

YOV

76

Tuntas

23

YD

77

Tuntas

24

ZP

66

Belum Tuntas

Jumlah

1660

Belum Tuntas

Nilai Rata-rata Kelas

69,17

Jumlah siswa yang sudah mendapat nilai ≥75

 

16

Presentase siswa yang mendapat nilai ≥75

 

67%

 

           

            Dari tabel di atas hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I mendapatkan perubahan yang sangat signifikan dimana pada Pra Tindakan yang dilakukan dengan melihat dokumentasi hasil siswa mengerjakan soal uraian siswa yang tuntas 42% sedangkan pada pelaksanaan tindakan pada siklus I ini hasil tes yang diperoleh bahwa dari 24 siswa hanya 16 siswa yang mendapat nilai ≥75 sedangkan 8 siswa yang mendapat  nilai  ≤75.  Namun  hasil  skor  rata-rata  yang  diperoleh  siswa adalah  69,17.  Hasil  yang  didapatkan  oleh  siswa  belum  sesuai  dengan target yang diharapkan yaitu sebesar 75% siswa mendapatkan skor ≥75 pada siklus I dikatakan belum berhasil sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II.

            Berikut diagram hasil evaluasi yang dilakukan pada Pra-Siklus dan siklus I

 

 

 

 

                                                                                   

 

 

 

 

 

 

 

 

b). Hasil Observasi

            Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran inquiry untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mengikuti muatan IPS. Pengamatan dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk memperoleh data tentang kemampuan berpikir kritis siswa pada muatan IPS menggunakan metode inquiry yang didapatkan melalui aktivitas guru dan siswa menggunakan lembar observasi serta lembar tes evaluasi tindakan

Tabel : 4.7. Hasil Lembar Observasi Guru

 

 

No.

 

Aspek yang diamati

Realisasi tiap

pertemuan

1

2

3

1.

Memberikan topik permasalahan

2.

Memberi gambaran umum dalam

mendeskripsikan masalah

-

-

3.

Mengarahkan siswa untuk menentukan

jenis masalah

4.

Guru membimbing siswa untuk

menjabarkan masalah

-

5.

Guru mengarahkan siswa untuk

membuat hipotesis dan solusi yang diberikan

6.

Guru mendampingi siswa menentukan

solusi untuk menangani kasus

7.

Guru memfasilitasi diskusi untuk

mengumpulkan informasi atau data

8.

Membimbing serta mengarahkan siswa

untuk membuat kesimpulan

Banyak tanda centang

6

8

6

Skor aktivitas guru

75

100

75

 

            Berdasarkan hasil lembar observasi guru, pembelajaran menggunakan metode inquiry yang dilakukan oleh guru menunjukkan secara umum telah berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Namun  dari  beberapa  tahapan  tersebut  terdapat  beberapa  aspek  yang belum dimunculkan oleh guru dalam pembelajaran seperti pada pertemuan 1 guru tidak memberikan gambaran umum dalam mendeskripsikan suatu masalah karena pada materi tersebut telah mendeskripsikan permasalahan tersebut,   akan   tetapi   pada   bagian   materi   lain   guru memberikan permasalahn kepada siswa untuk dipecahkan dengan menggunakan langkah-langkah inquiry.

            Pada pertemuan ke-2 guru sudah cukup baik membimbing  siswa  dalam  mengidentifikasi  permasalahan  pada  setiap kelompok. Sedangkan dalam pertemuan ke-3 selain tidak memberikan gambaran umum dalam mendeskripsikan suatu masalah, guru juga tidak membimbing siswa untuk menjabarkan suatu masalah karena siswa sudah memiliki  secara  rinci  deskripsi  dari  suatu  masalah  pada  artikel  yang dibawa oleh siswa.

Tabel : 4.8. Hasil Lembar Observasi Siswa

 

 

No.

 

Aspek yang diamati

Realisasi tiap

pertemuan

1

2

3

1.

Mengenali gejala

-

-

2.

Mendeskripsikan suatu persoalan

3.

Menentukan jenis masalah

4.

Menjabarkan masalah yang sudah

ditentukan menjadi ide-ide yang jelas

-

5.

Membuat perkiraan kemungkinan

penyebab masalah

6.

Membuat perkiraan kemungkinan

akibat yang timbul dan jenis bantuan yang diberikan

7.

Menentukan langkah-langkah

menangani dan mengungkap kasus

-

8.

Perkiraan   penggunaan   alat   dalam

mengumpulkan informasi atau data

-

9.

Melihat   jenis   informasi   atau   data

yang diperlukan

10.

Membuat kesimpulan

Banyaknya tanda centang

7

8

10

Skor aktivitas siswa

70

80

100

 

            Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan pembelajaran  yang dilakukan  siswa  dengan  menggunakan  metode  inquiry  ini meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa telah menunjukkan bahwa secara umum kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah berjalan dengan baik, dimana siswa melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran menggunakan metode inquiry tersebut. Namun, pada pertemuan 1 dan 2 masih ada indikator yang belum dilaksanakan oleh siswa dengan baik

 

 

 

d. Refleksi Tindakan Siklus I

            Berdasarkan  hasil  tes   maupun  hasil  observasi  tindakan  siklus   I mencapai tujuan yang diharapkan dalam muatan IPS menggunakan inquiry untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

            Maka kegiatan pembelajaran dengan menggunakan inquiry perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan merancang dan mengkaji lebih baik lagi persiapan pembelajaran yang akan dilakukan.

            Adapun kekurangan yang muncul pada tindakan siklus I yaitu sebagai berikut :

1)      Siswa masih banyak  yang  belum  berani menyampaikan pendapatnya kepada teman-temannya dan guru

2)      Siswa belum bisa menganalisis sendiri faktor penyebab dari permasalahan yang sedang dibahas tanpa arahan dari guru

3)      siswa  masih   belum   memiliki keberanian  untuk  menyampaikan  hasil  diskusinya  kepada guru dan teman-temannya

 

            Dari hasil refleksi dan dari hasil tes evaluasi siklus I yang perlu diperbaiki pada tindakan siklus berikutnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel : 4.9. Hasil refleksi dan dari hasil tes evaluasi siklus I yang perlu diperbaiki pada tindakan siklus II

No.

Kekurangan tindakan siklus I

Rencana tindakan siklus II

1.

Berdasarkan hasil tes evaluasi tindakan pada siklus I, skor yang didapatkan siswa dalam mengerjakan tes evaluasi yang mana KKM yang ditentukan ≥75 dari 24 siswa yang mendapatkan skor ≥75 sebanyak 16 siswa dan yang mendapatkan skor ≤75 sebanyak 8 siswa.

Presentase yang diharapkan siswa mampu menegrjakan tes evaluasi yang memiliki tujuan untuk mengukur berpikir kritis pada siklus I perlu diusahakan mencapai indicator keberhasilan yang diharapkan 75%, sehingga siklus perlu dilanjutkan.

2.

Masih  terdapat  beberapa  soal yang belum mampu dipahami serta diselesaikan oleh siswa pada tes evaluasi yaitu, siswa masih belum memahami dan mampu menyelesaikan soal tentang menganalisis suatu permasalahan yang harus diselesaikan pada soal tes evaluasi tersebut.

Memberikan serta menerapkan soal-soal pada tes evaluasi tentang menganalisis pada siklus selanjutnya dengan materi yang akan dilanjutkan pada permasalahan sosial yang selanjutnya.

 

            Pelaksanaan siklus II nanti merupakan penerapan rancangan lanjutan dari hasil refleksi siklus I. pelaksanaan siklus II ini mengacu pada pembelajaran yang melanjutkan materi permasalahan sosial selanjutnya yang akan dilaksanakan menggunakan   metode   inquiry   untuk   meningkatkan   kemampuan berpikir kritis siswa, serta mengacu pada tes evaluasi yang akan diberikan berupa tes analisis menggunakan sintaks metode inquiry.

 

3. Siklus II

   a. Perencanaan Siklus II

            Perencanaan yang akan dilaksanakan pada siklus II berdasarkan pada hasil refleksi siklus I. pada dasarnya pelaksanaan siklus II ini sama seperti pelaksanaan pada siklus I, namun materi yang dipelajari pada siklus II ini merupakan kelanjutan dari materi pada siklus I yaitu tentang permasalahan sosial dengan  menggunakan metode inquiry. Hal-hal yang  akan  dilaksanakan  dalam  perencanaan  siklus  II  adalah  sebagai berikut:

1)      Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

          Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun oleh peneliti berdasarkan refleksi siklus I. Penyusunan RPP yang mana akan didiskusikan terlebih dahulu bersama guru kelas sebelum pelaksanaan dan selaku pelaksana tindakan. Materi yang akan dibahas pada siklus II ini melanjutkan dari siklus I yaitu permasalahan sosial. Melihat dari materi yang akan dipelajari pada siklus II ini maka pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran inquiry  pada  materi  tersebut  direncanakan  akan  dilakukan  selama empat kali pertemuan, yang terdiri dari tiga kali pertemuan untuk proses pelaksanaan tindakan siklus II dan satu kali pertemuan untuk melakukan tes evaluasi siklus II

2)      Mempersiapkan Media Pembelajaran

          Media pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu buku pegangan BSE IPS kelas V, LKS serta lembar evaluasi pada akhir pelaksanaan tindakan siklus II

3)      Menyusun Lembar Observasi

       Lembar observasi yang akan digunakan pada pelaksanaan tindakan siklus II untuk melihat proses pelaksanaan tersebut menggunakan lembar observasi yang digunakan pada tindakan siklus I

4)      Menyusun Tes Evaluasi Tindakan Siklus II

      Tes  evaluasi  siklus  II  dilaksanakan  pada  pertemuan  keempat dimana tes evaluasi dikerjakan secara individu oleh siswa. Soal evaluasi tindakan siklus II ini yang akan diberikan kepada siswa sama dengan soal yang diberikan pada tes evaluasi siklus I, hanya saja terdapat perbedaan pada pembahasan materinya.

 

b. Pelaksanaan Siklus II

              Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan  guru  dan  peneliti  sebagai  tindak  lanjut  dari  hasil  refleksi siklus I. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan melanjutkan materi sebelumnya, pelaksanaan tindakan diawali dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada siswa bahwa pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya masih sama dengan menggunakan langkah-langkah metode   inquiry seperti pada saat tindakan siklus I sehingga siswa diminta untuk lebih serius sertalebih konsentrasi dalam pelaksanaan tindakan siklus II. Setelah dilakukan pelaksanaan pembelajaran sebanyak tiga kali pertemuan, maka satu kali pertemuan akan dilakukan untuk melaksanakan evaluasi tindakan siklus II.

 

 

 

            Adapun pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut :

1). Kegiatan Pembukaan

a)      Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai siswa berdoa bersama  yang dipimpin oleh ketua kelas

b)      Guru   mengkondisikan   siswa   untuk   siap   melaksanakan   kegiatan pembelajaran

c)      Siswa diminta untuk  mendengarkan  terlebih  dahulu  penjelasan  guru mengenai apa yang disebut dengan perilaku tidak disiplin

2). Kegiatan inti

a)      Siswa  dipinta untuk mengerjakan  LKS  yang  telah dibagikan  oelh  guru

b)      Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas

c)      Siswa  diberi  kesempatan  untuk  menanyakan  materi  yang  belum dipahami

3. Kegiatan Penutup

a)      Guru  memberikan  penguatan  atas  hasil  yang  disampaikan  pada  tiap kelompok yang maju untuk presentasi

b)      Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan atas materi tindak kejahatan yang telah dipelajari

1). Hasil Tes

          Pelaksanaan tes evaluasi tindakan siklus II dilaksanakan pada pertemuan keempat. Guru, peneliti serta observer melaksanakan tes evaluasi  siklus  II  ini  seperti  yang  dilakukan  pada  siklus  I  yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan berpikir kritis siswa serta pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari pada pelaksanaan tindakan siklus II ini. Berdasarkan hasil tes evaluasi tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel : 4.10. Hasil tes evaluasi tindakan siklus II

No

Nama

Nilai

Keterangan

1

AR

75

Tuntas

2

A

41

Belum Tuntas

3

AA

76

Tuntas

4

ANS

75

Tuntas

5

BRP

75

Tuntas

6

DA

78

Tuntas

7

DP

77

Tuntas

8

HDP

75

Tuntas

9

HZ

78

Tuntas

10

IPS

42

Belum Tuntas

11

ISH

76

Tuntas

12

JP

75

Tuntas

13

K

78

Tuntas

14

LNP

65

Belum Tuntas

15

MBR

80

Tuntas

16

MR

50

Belum Tuntas

17

RA

77

Tuntas

18

RD

75

Tuntas

19

SB

80

Tuntas

20

S

45

Belum Tuntas

21

SM

75

Tuntas

22

YOV

76

Tuntas

23

YD

77

Tuntas

24

ZP

80

Tuntas

Jumlah

1701

Nilai Rata-rata Kelas

70.87

Jumlah siswa yang sudah mendapat nilai ≥75

 

19

Presentase siswa yang mendapat nilai 75

79%

 

       Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil rata-rata skor yang didapatkan setelah dilakukannya tes evaluasi tindakan siklus II mencapai skor 70,87. Presentase siswa yang mendapatkan skor ≥75 mencapai 79%. Skor tertinggi pada tes evaluasi tindakan siklus II ini adalah 80 dan skor terendah 41. Jadi pada pelaksanaan tindakan siklus II ini sudah memenuhi keberhasilan tindakan yaitu ≥75% siswa mendapatkan skor ≥75 sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa telah meningkat.

 

 

 

 

         Berikut peneliti tampilkan diagram hasil Siklus II nilai soal uraian IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi.

 

 

    2). Hasil Observasi

       Observasi dilakukan peneliti sebagai pengamat tindakan. Observasi tindakan bertujuan untuk memperoleh data tentang keberhasilan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada muatan IPS yang diperoleh melalui alat pengumpulan data berupa lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa serta tes evaluasi tindakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Berikut data hasil observasi tindakan siklus II adalah sebagai berikut.

Tabel : 4.11. Hasil lembar observasi guru pada tindakan siklus II

No.

Aspek yang diamati

Realisasi tiap pertemuan

1

2

3

1.

Memberikan topik permasalahan

2.

Memberi gambaran umum

dalam mendeskripsikan masalah

3.

Mengarahkan siswa untuk

menentukan jenis masalah

4.

Guru membimbing siswa untuk

menjabarkan masalah

5.

Guru mengarahkan siswa untuk membuat hipotesis dan solusi yang diberikan

6.

Guru mendampingi siswa menentukan solusi untuk menangani kasus

7.

Guru memfasilitasi diskusi untuk

mengumpulkan informasi atau data

8.

Membimbing serta mengarahkan

siswa untuk membuat kesimpulan

Banyak tanda centang

8

8

8

Skor aktivitas guru

100

100

100

 

            Berdasarkan lembar observasi diatas, dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode inquiry untuk meningkatkan  kemampuan  berpikir  kritis  siswa  yang  dilakukan oleh guru menunjukkan bahwa telah berjalan dengan baik, kekurangan  pada  siklus  I  telah  diperbaiki  pada  pelaksanaan tindakan siklus II. Seperti guru telah memberikan gambaran umum tentang suatu permasalahan serta guru telah membimbing siswa untuk menjabarkan masalah.

Tabel : 4.12. Hasil lembar observasi siswa pada siklus II

 

 

No.

 

Aspek yang diamati

Realisasi tiap

pertemuan

1

2

3

1.

Mengenali gejala

2.

Mendeskripsikan suatu persoalan

3.

Menentukan jenis masalah

4.

Menjabarkan masalah yang sudah

ditentukan menjadi ide-ide yang jelas

5.

Membuat perkiraan kemungkinan penyebab masalah

6.

Membuat perkiraan kemungkinan akibat yang timbul dan jenis bantuan yang diberikan

7.

Menentukan   langkah-langkah   menangani dan mengungkap kasus

8.

Perkiraan       penggunaan       alat       dalam mengumpulkan informasi atau data

9.

Melihat   jenis   informasi   atau  data   yang

diperlukan

10.

Membuat kesimpulan

Banyaknya tanda centang

10

10

10

Skor aktivitas siswa

100

100

100

 

       Berdasarkan hasil dari lembar observasi terhadap aktivitas siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada tindakan siklus II sudah cukup baik dimana kekurangan serta perbaikan-perbaikan pada siklus I telah dilaksanakan pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari siswa telah mampu mengenali gejala dari masalah serta dapat membuat perkiraan sementara akibat dari suatu permasalahan.

 

d. Refleksi Tindakan Siklus II

       Pada siklus II pelaksanaan muatan IPS dengan menggunakan metode inquiry ini sudah berjalan dengan lancar, baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dapat dilihat dari kekurangan yang ada disiklus I telah diperbaiki pada pelaksanaan tindakan siklus II baik dari proses pelaksanaan pembelajaran hingga tes evaluasi yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang mendapat skor ≥75 sebanyak 19 siswa dengan presentase 79%.

Berdasarkan  hasil  refleksi  pada siklus  II maka  tindakan  yang dilakukan dalam siklus dihentikan, karena hasil yang diharapkan sudah maksimal dan sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan

 

C. Pembahasan 

           Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas  yang dilakukan selama  2  siklus  yang  terdiri  dari  pelaksanaan  tindakan  siklus  I  dan pelaksanaan tindakan siklus II. Pelaksanaan tindakan tiap siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Dalam pelaksanaan tiap pertemuan tidak terlepas dari beberapa tahapan diantaranya tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dalam pelaksanaan tindakan siklus II merupakan perbaikan dari siklus I berdasarkan perolehan data melalui tes evaluasi dan lembar observasi yang digunakan dalam pengumpulan data. Dari hasil pengumpulan data yang diperoleh dari tes evaluasi akan digunakan untuk mengukur tingkatan kemampuan   berpikir   kritis   siswa   dalam   muatan   IPS   dengan menggunakan  metode  pembelajaran  inquiry  pada  siswa  kelas  V  Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi.

            Jika dilihat dari hasil observasi pembelajaran serta wawancara peneliti juga melihat hasil skor siswa dalam mengerjakan soal uraian dan analisis yang membutuhkan tingkatan berpikir kritis masih sangat rendah dapat dipresentasikan dari 24 siswa hanya sekitar 42% yang mampu menyelesaikan soal   uraian   tersebut   dengan   benar   dan   58%   yang   belum   mampu menyelesaikan   soal   uraian   tersebut.   Hal   ini   karena   dalam   proses pembelajaran masih masih terlalu berpusat pada guru yang tidak melibatkan siswa menjadi lebih aktif baik dalam menganalisis suatu masalah. Jika permasalahan tersebut tidak diselesaikan maka akan berdampak bagi kehidupan sisiwa dalam bidang sosial yang akan dihadapinya  yang mana seperti  yang dijelaskan  bahwa karakteristik  muatan IPS  dilihat  dari aspek tujuan ini meliputi tiga aspek yang harus dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial dan individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan pada pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thinking skill. Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial, kemampuan berpikir, kemampuan proses dalam mencari informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan.

            Pembelajaran menggunakan metode inquiry ini merupakan pembelajaran berawal dari suatu permasalahan serta bagaimana cara penyelesaian masalah tersebut, dengan pembelajaran menggunakan metode ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada muatan IPS. Seperti yang dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry berbentuk penjelasan tentang masalah,kejadian atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugasi mencari alternatif pemecahanya. Metode inquiry digunakan untuk mengembangkan berfikir kritis dan menemukan solusi baru dari suatu topik yang dipecahkan.

            Berdasarkan skor tes evaluasi tindakan siklus I, jumlah siswa yang mendapat skor ≥75 mengalami perubahan yang sangat signifikan dimana pada siklus   I   siswa   berhasil   mendapat   skor   ≥75   sebesar   16   siswa   jika dipresentasikan 67% dari 24 siswa, sedangkan pada hasil tes evaluasi tindakan siklus  II  siswa  berhasil  mendapatkan  skor  ≥75  sebesar  19  siswa  jika dipresentasikan menjadi 79%, peningkatan pada tindakan siklus I sampai pada siklus II yaitu sebesar 12% sehingga pelaksanaan tindakan siklus II sudah memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu sebanyak 75% siswa mampu menyelesaikan tes evaluasi tindakan siklus II ini yang bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis pada pelaksanaan muatan IPS dengan menggunakan metode inquiry.

            Berikut peneliti tampilkan diagram dokumentasi  hasil  nilai  siswa  kelas V Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi dari Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II.

 

 

            Diagaram diatas sangalah jelas dan menunjukkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Dalam  Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial  Di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi  Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi dapat meningkat skor hasil akhir dalam proses pembelajaran.


 

BAB V

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan diuraikan pada bab sebelumnya mengenai Penerapan  Model  Pembelajaran  Inquiry  Dalam  Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi  Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII  Kabupaten Bungo Provinsi  Jambi, maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa setelah penerapan model pembelajaran inquiry terhadap kemampuan berpikir kritis siswa muatan IPS kelas V Sekolah Dasar Negeri 40/II Tebing Tinggi Kecamatan  Muko-Muko  Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi menunjukkan hasil yang sangat signifikan dimana adanya peningkatan ketuntasan pada siklus I. Hal ini terlihat dari meningkatnya hasil tes yakni pada pra tindakan presentasenya 41%, pada siklus I meningkat menjadi 66% dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 87%.

 

B.  Kritik dan Saran

         Peneliti menyadari bahwa dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi metode maupun lembar kerja siswa yang masih terdapat kelemahan. Oleh karena itu adanya kritik dan saran bagi penulis dalam kesempurnaan dalam penelitian ini sangat diharapkan. Penulis menyadari bahwa keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry merupakan salah satu cara guru untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran guna meningkatkan kemampuan  berpikir kritis siswa secara langsung, dalam menentukan konsep pembelajaran.

            Disamping itu penulis juga ingin memberikan saran sebagai berikut :

1. Guru 

59

a)    Hendaklah guru, khususnya wali kelas V untuk dapat selalu menerapkan    metode    inquiry ini, karena metode ini sangat cocok   untuk    dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam muatan IPS.

b)    Bagi guru yang lain juga dapat menerapkan  bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran yang lain  atau pada materi  maupun mata pelajaran  lain  juga dapat digunakan metode inquiry ini dimana metode ini kiranya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Bagi Siswa

         Hendaklah kepada siswa, khususnya siswa kelas V untuk dapat megikuti pelajaran dengan baik, dengan memperhatikan materi yang disampaikan guru. Rajin-rajinlah belajar karena kesungguhan dalam belajar sagatlah menentukan kesukses kalian pada masa yang akan datanga.

3. Pihak Sekolah

          Disamping guru atau wali kelas yang berperan di kelas, tentunya perlu pihak sekolah memberikan dukungan agar guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik serta adanya kerjasama antara guru dan pihak sekolah dalam hal ini adalah kepala sekolah.

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTKA

 

Ali, Muhammad. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010.

 

Anam, Khaerul. Pembelajaran Berbasis Inquiry Metode dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

 

Arends,  Richard  I. Learning  to  teach     ninth edition. Singapore: Mc Graw Hill. 2011

 

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rosdakarya Cipta, 2013.

 

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian  suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rineka Cipta, 1989.

 

A. Tabrani Rusyam, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Cet. I; Jakarta: kalam Mulia, 2014

 

Aqib,  Zainal.  Model-Model,  Media,  dan  Strategi  Pembelajaran  Kontekstual  (inovatif). Bandung: CV Yrama Widya, 2013.

 

Basir, Metode Pembelajaran Agama Islam. Makassar: Alauddin University Press, 2012.

 

Baki, Nasir A. Metode Pembelajaran Agama Islam dilengkapi pembahasan kurikulum 2013. Yogyakarta: Eja_Publisher, 2014.

 

Chaedar Alwasilah, Contextual Teaching & Learning, Bandung:  MLC, 2009

 

Depertemen  Agama  RI,  Al-Qur’an  dan  Terjemahnya.  Bandung:  PT.  Sygma  Examedia Arkanllema, 2009.

 

Fisher, Alec. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga, 2009.

 

Hamdayana, Jumanta. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2016.

 

Johnson, Elaine. Contekstual Teaching and Learning. California: Kaifah, 2011.

 

Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

 

L,  Starkey.  Critical  Thinking  Skills:  Tes  Kemampuan Berpikir  Kritis  dalam  20  Menit. Jakarta: Book Marks, 2009.

 

Muhammad Azhar, “Proses Belajar Mengajar Pola CBSA” Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009

 

Nurhayati, Eti. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

 

Putra, Gede “Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Siswa Pada Model Siklus Belajar Hipotesis Deduktif”, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Jilit 45, no 3. Oktober 2012.

 

Radho Harsanto, Melatih Anak Berfikir Analitis, Kritis, dan Kreatif,  Semarang: Grasindo,  2005

 

Riduwan,  Belajar Mudah penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013

 

Santrock, J. W. Psikologi Pendidikan (Educational Psycology) edisi 2 buku 3. Terjemahan Diana Angelica  (Cet. II; Jakarta: Salemba Humanika, 2009

 

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2009.

 

Surjadi. Membuat siswa aktif belajar. Bandung: Binacipta, 1983.

 

Surya, Hendra. Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar. Jakarta: PT Elek Media Komputindo, 2011

 

Susanto,  Ahmad. Teori Belajar  dan Pembelajaran  di Sekolah Dasar.  Jakarta: PT Fajar Interpratama, 2014.

 

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Cet. XV; Bandung: ALFABETA,  2012

 

Starkey, L. Critical Thinking Skills: Tes Kemampuan Berpikir Kritis Dalam 20 Menit. (Cet. II; Jakarta: Book Marks, 2009

 

Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010

 

Wijaya, Cece. Pendidikan Remidial: Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010.

 

Zaini, Hisyam. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2008.

 

Zafri, “ Berpikir Kritis Pembelajaran Sejarah”. Jurnal Diakronika Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang 8, 2012.

 


0 $type={blogger}:

Postingan Populer

Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Kota Jambi, Indonesia

Putra Muaro Bungo

Putra Muaro Bungo
Jadilah Diri Sendiri Tanpa Berharap Kepada Manusia

Simpel Aja

Simpel Aja

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

My Famili

SELAMAT DATANG DI

BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN

Pengikut

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman

TERIM KASIH

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT