BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan
bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
yang demokratis serta bertanggung jawab. (Anonim, 2006,
hlm. 9).
Berdasarkan upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa, maka pembangunan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia serta kualitas sumber
daya manusia
Guru sebagai personel yang menduduki posisi
strategi dalam rangka perkembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus
mengikuti perkembangannya konsep-konsep baru dalam dunia pengajaran tersebut. (Suryosubroto,
2002, hlm. 43). Dengan demikian tuntutan untuk meningkatkan
kinerja guru dalam mengajar hendaknya selalu diperhitungkan.
Profesi guru menuntut beberapa
kompetensi guru yang merupakan kemampuan dasar agar kinerjanya dalam mengajar
bisa optimal. Kemampuan tersebut meliputi menguasai bahan, mengelola program
belajar mengajar, mengelola kelas, mengunakan media sumber, menguasai landasan
pendidikan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah serta memahami
prinsip-prinsip hasil penelitian guru kepentingan pengajaran. (Sardiman, 2010,
hlm. 62)
Kompetensi guru tersebut diharapkan
mampu membentuk kinerja guru yang profesional. Guru sebagai manager of instruction (pengelola
pengajaran) dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola seluruh proses
pembelajaran dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa, sehingga
siswa bisa bergairah dalam belajar akibatnya tujuan belajar pun tercapai. Hal
ini dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat Al-Mujadalah Ayat 11:
Artinya : “...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Mujadalah : 11).
Masalah belajar merupakan masalah yang paling
aktual dan dihadapi oleh setiap orang. Belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Dalam belajar, seseorang
tidak bisa melepaskan diri dari beberapa hal yang dapat mengantarkan pada berhasil
dalam belajar.
Keberhasilan
belajar anak secara mendasar dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor intern
dan faktor ekstern. Hal-hal yang mencakup faktor intern antara lain kecerdasan,
bakat, motif, minat, perhatian, kesejahteraan jasmani dan cara belajar. Sedangkan yang mencakup
faktor ekstern antara lain lingkungan
alam, lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah dan pelajaran. (Slameto, 2003, hlm. 54).
Faktor
intern dan ekstern secara jelas saling berkaitan dan sangat dibutuhkan dalam
belajar. Salah satu faktor penting itu adalah minat siswa untuk belajar. Minat sangat mendukung
kelancaran proses belajar siswa di
sekolah.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
3 Kota Jambi sebagimana juga lembaga pendidikan agama lainnya juga mengajarkan
pendidikan agama sebagai materi pokok dalam kurikulum yang digunakan.
Pendidikan agama mempunyai tujuan yang pada hakikatnya sama dengan diturunkan
agama Islam itu sendiri, yaitu membentuk dan mengembangkan manusia muslim
menjadi tenaga ahli dan profesional serta terampil. Untuk pencapaian tujuan
pendidikan agama tersebut, maka di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
ini juga diajarkan pelajaran Aqidah Akhlak yang sekiranya dapat membantu siswa
dalam membentuk jiwa yang Islami.
Hasil observasi awal (grendtour) penulis saat proses
pemelajaran aqidah akhlah berlangsung di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota
Jambi khususnya di kelas X menemukan beberapa
permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam belajar Aqidah Akhlak.
Permasalahan tersebut diantaranya adalah :
Pertama,
kurangnya perhatian siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa banyak
yang berbicara dengan teman-temannya, sementara guru memberikan materi di depan
kelas.
Kedua,
minat untuk belajar juga rendah yang ditunjukkan dengan prilaku siswa yang
kurang berkonsetrasi untuk di kelas. Hal ini ditandai misalnya pada saat proses
pembelajaran pada mata pelajaran Aqidah Akhlak sedang berlangsung, siswa sering
keluar kelas tanpa keterangan yang jelas, siswa juga sering mengantuk pada saat
jam pelajaran. Jika ditanya kepada siswa, maka mereka menjawab tidak tahu, hal
ini juga bahwa suasana pembelajaran tidak kurang nyaman dan kurang menyenangkan
bagi siswa.
Ketiga, sumber
belajar yang kurang memadai juga dihadapi oleh siswa yang belajar Aqidah Akhlak
di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi dimana siswa tidak memiliki
Lembaran Kerja Siswa (LKS), sehingga sumber informasinya terbatas. Kondisi ini
membuat siswa mencatat banyak materi lain dari guru yang mengajar. Dengan
adanya kegiatan seperti ini membuat proses pembelajaran berjalan lambat, dan kondisi
ini membuat siswa menjadi kurang berminat belajar.
Keempat,
imbas dari kurangnya ilmu yang di dapat di sekolah, maka siswa menjadi kurang
memiliki wawasan keagamaan, sehingga siswa dalam berprilaku tidak mencerminkan
akhlak seorang muslim, oleh karena banyaknya siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
3 Kota Jambi berbicara tidak sopan atau dengan nada yang kasar.
Mencermati kondisi ini, maka diperlukan adanya strategi yang dilakukan guru untuk mengusahakan agar pelajaran Aqidah Akhlak menjadi suatu tuntunan dan kebutuhan bagi para pelajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi. Dengan demikian, maka strategi yang dilakukan yang nantinya tepat sasaran, sehingga siswa yang kurang berminat dalam belajar akan termotivasi daam belajar. Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam suatu penelitian skripsi yang diberi judul “Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi”.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini memfokuskan kajian tentang strategi yang dilaksanakan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi. Penelitian dilakukan di kelas X, dengan alasan bahwa siswa kelas X ini kurang minat dalam mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak sehingga perlu adanya strategi dari guru untuk dapat menumbuhkan minat belajar siswa, dengan adanya strategi dari guru kiranya dapat meningkatkan minat belajar siswa dan tercapainya hasil yang diinginkan, baik dari sekolah,maupun orang tua.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah pokok yang
muncul dalam penelitian ini adalah:
- Bagaimana
strategi guru untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata
pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota
Jambi ?
- Apa
saja faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3
Kota Jambi ?
- Bagaimana
solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3
Kota Jambi ?
- Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui strategi guru untuk
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas
X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
b. Ingin mengetahui faktor pendukung dan
penghambat yang dihadapi guru dalam
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak
di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
c. Ingin mengetahui solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
2.
Kegunaan Penelitian
a. Untuk bahan masukan, pikiran dan pertimbangan
bagi pihak sekolah tentang strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa
terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3
Kota Jambi.
b. Untuk materi untuk menambah wawasan berpikir
dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penulis mengenai strategi guru dalam
meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.
c. Untuk syarat guna mencapai gelar Sarjana Strata
(S1) dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
KERANGKA
TEORI
A.
Kajian Teoritik
Berdasarkan fokus permasalahan di atas maka penulis memerlukan beberapa
pendapat para ahli atau ide-ide pemikiran dengan sumber rujukan yang ada dan
pokok permasalahan yang diteliti, oleh karenanya penulis akan mengemukakan
beberapa defenisi-defenisi yang berkaitan dengan pokok penelitian yaitu tentang
Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Penulis akan
mengemukakan beberapa konsep yang berkaitan dengan pokok penelitian dengan
analisis selanjutnya. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut berikut :
1. Pengertian Strategi
Strategi dalam bahasa Inggris strategy, yang berarti siasat, akal atau
ilmu siasat. (John M. Echols dan Hassan Shadily, 2005, hlm. 560). Michael J.
Lawson dalam mengartikan “Strategi sebagai prosedur mental yang berbentuk
tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan
tertentu.” Selanjutnya Robert mengartikan “Strategi adalah rencana tindakan
yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai
tujuan”. (Muhibbin Syah, 1995, hlm. 215).
Strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan
dengan pendidikan dan pembelajaran, maka strategi diartikan sebagai pola-pola
umum kegiatan guru dan anak didik dalam
perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
(Syaiful Bahri Djamarah, 2002, hlm.
5). Dengan demikian, strategi adalah cara yang teratur dalam melakukan kegiatan
secara berurutan atau sistematis dan kalimat terpikir baik-baik dimaksudkan
dengan langkah yang terencana atau terprogram.
2. Hakikat Strategi
Pembelajaran
Secara umum
strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak
dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan
pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-murid
dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan. (Maisah, 2004, hlm.75).
Menurut
Newman dan Logan, strategi dasar dari setiap usaha meliputi empat masalah
masing-masing.
a) Mengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan
kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut, dengan
mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
b) Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh
untuk menccapai sasaran.
c) Pertimbangan
dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.
d) Pertimbangan
dan penetapan tolak – ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai
keberhasilan usaha yang dilakukan. (Maisah, 2004, hlm.75).
Menurut Saiful Bahri
Djamarah (2002) Metode pengajaran strategi adalah proses belajar-mengajar
yang di naungi oleh lembaga pendidikan, sedang siswa merupakan pelaku yang
belajar didalamnya secara bersamaan, sehingga mereka menyatu dan belajar
bersama-sama dalam proses belajar-mengajar. (Saiful Bahri Djamarah, 2002, hlm.
79). Apabila dilihat dari siswa, metode pengajaran strategi merupakan proses
yang dilakukan siswa dalam belajar, sedangkan dari guru strategi merupakan
kewajiban yang harus depenuhi oleh guru terhadap siswa. Dalam sebuah acuan
untuk meningkat kwualitas kinerja seseorang, maka diperlukan sebuah strategi
yang dapat untuk dijadikan motivasi dalam proses belajar-mengajar.
Strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. (Wina Sanjaya,
2009, hlm. 186-187).
Strategi adalah suatu usaha yang dilakukan guru dan anak didik agar bisa mencapai tujuan yang
efektif dan efesien dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Al-Qur’an Surat
Ar-Ra’ad ayat 11 menjelaskan sebagai berikut :
...cÎ)
©!$#
w
çÉitóã
$tB
BQöqs)Î/
4Ó®Lym
(#rçÉitóã
$tB
öNÍkŦàÿRr'Î/.
Artinya: “...Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (QS. Ar-Ra’ad: 11).
Sebelum menetapkan
alternatif pemecahan masalah kesulitan guru dalam memotivasi minat belajar
siswa, maka guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan indenfikasi
(upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan
adanya kesulitan yang melanda siswa tersebut.
3. Berbagai Pendekatan
Dalam Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang
menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan guru lah yang
memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi
kepentingan anak didik dalam belajar. Ada beberapa pendekatan dalam belajar
mengajar diantaranya adalah :
a)
Pendekatan Individual
Pendekatan individual
adalah dengan memperhatikan perbedaan anak didik dan guru harus melakukan
pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Pendekatan individual
mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pemilihan
metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatana individual,
sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan
indivudual terhadaap anak didik di kelas.
b)
Pedekatan Kelompok
Pendekatan
kelompok adalah membina dan mengembangkan sikap soial anak didik dengan kata
lain guru pendekatan ini terjalin anatar guru dan siswa dalam kelompok
belaajar. memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan
mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah
sejenis mahkluk humo socius, yakni mahkluk yang berkecenderungan
untuk hidup bersama.
c)
Pendektan Bervariasi
Pendektan
bervariasi ialah pendekatan yang dilakukan guru dengan permasalahan anak yang
bervariasi. Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang
bermasalah, maka guru akan dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang
bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama,
terkadang ada perbedaan.
d)
Pendekatan Edukatif
Pendekatan edukatif adalah dimana guru
melakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan mendidik, buka karena
motif-motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti dan sebagainyaa. Setiap
tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan,
dengan tujuan mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila,
norma moral, norma sosial dan norma agama. (Saiful Bahri, 2010, hlm. 54-59).
4. Pengertian Guru
Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen, dikemukakan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Kemudian Djamarah menyebutkan, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. (Anonim, 2008, hlm. 2). Sedangkan,
guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah
maupun di luar sekolah. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000, hlm. 31). Guru adalah orang yang melakukan bimbingan atau orang
yang melakukan kegiatan dalam pendidikan.” (Ramayulis, 2005, hlm. 49). Erwati Aziz mendefenisikan guru sebagai orang yang
melaksanakan tugas mendidik atau orang
yang memberikan pendidikan dan
pengajaran, baik secara formal maupun non formal. (Erwati Aziz, 2003, h. 51).
Berdasarkan
pengertian di atas, guru merupakan semua orang yang berwenang dan bertanggung
jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual mapun
secara klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.
Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal 28 ayat (1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Ayat (2) Kualifikasi akademik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/ atau
sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan undang-undang yang berlaku.
(3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi: a) kompetensi pedagogik, b) kompetensi kepribadian, c) kompetensi
profesional dan d) kompetensi sosial. Ayat (4) Seseorang yang tidak memiliki
ijazah dan/atau serifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi
memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi
pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. (Anonim, 2006, h.
17-18).
Kemudian, berdasarkan
tuntutan profesional itu, maka menjadi guru ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki
yaitu:
a. Syarat fisik, meliputi
berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh.
b. Syarat psikis, yakni sehat
rohani.
c. Syarat keagamaan, yaitu
seorang yang beragama dan mengamalkan ajaran agamanya.
d. Syarat teknis, yaitu harus
memilki ijazah pendidikan guru seperti ijazah fakultas Ilmu Pendidikan,
Fakultas Tarbiyah atau ijazah keguruan lainnya.
e. Syarat pedagogis, yaitu
menguasai metode mengajar, menguasai materi yang akan diajarkan dan ilmu-ilmu
lain yang dan hubungannya dengan ilmu yang diajarkan.
f. Syarat administratif,
yaitu harus diangkat oleh pemerintah, yayasan atau lembaga lain yang berwenang
mengangkat guru sehinngga ia diberi tugas untuk mendidik dan mengajar.
g.
Syarat umur, yaitu haruslah seorang dewasa. Dalam Islam kedewasaan itu disebut akil baligh, atau mukallaf. (Ramayulis,
2005, hlm. 51-52).
Sebagai guru maka ia diberikan
kewenangan dalam menjalankan tugasnya. Tugas guru di antaranya adalah:
a.
Sebagai pembimbing, guru harus membawa peserta didik kearah kedewasaan
berpikir dan kreatif dan inovatif.
b.
Sebagai penghubung, antara sekolah dan masyarakat, Dalam hal ini yang
harus diperhatikkan adalah prinsip kerjasama dan bahu membahu dalam menciptakan
akses edukatif bagi peserta didik.
c. Sebagai penegak disiplin,
guru harus menjadi contoh dalam melaksanakan peraturan yang sudah ditetapkan
oleh sekolah.
d. Sebagai administrator,
sorotan guru harus pula mengerti dan melaksanakan urutan tata usaha terutama
yang berhubungan dengan administrasi pendidikan.
e. Sebagai suatu profesi,
seorang guru harus bekerja profesional dan menyadari benar-benar pekerjaan
sebagai amanah dari Allah SWT.
f. Sebagai perencana
kurikulum, maka guru harus berpartisipasi aktif dalam setiap penyusunan
kurikulum, karena ia lebih tahu kebutuhan peserta didik dan masyarakat tentang
masalah keagamaan.
g. Sebagai pekerja yang
memimpin (quidance worker) guru harus berusaha membimbing peserta didik
dalam pengalaman belajar.
h. Sebagai fasilitator
pembelajaran, guru bertugas membimbing dalam mendapatkan pengalaman belajar,
memonitor kemajuan belajar, membantu kesulitan belajar (melancarkan
pembelajaran).
i. Sebagai motivator, guru
harus dapat memberikan dorongan dan niat yang ikhlas karena Allah SWT dalam
belajar.
j. Sebagai organisator, guru
harus dapat mengorganisasi kegiatan belajar peserta didik baik di sekolah maupun
di luar sekolah.
k. Sebagai manusia sumber,
maka guru harus menjadi sumber nilai keagamaan, dan dapat memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh peserta didik.
l. Sebagai manager, guru
harus berpartisipasi dalam manajemen pendidikan di sekolahnya baik yang bersifat
kurikulum maupun di luar kurikulum. (Ramayulis,
2005, hlm. 55-57).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka proses pendidikan merupakan salah satu
upaya untuk mengembangkan dan menumbuhkan seluruh aspek pribadi dalam
mempersiapkan suatu kehidupan yang mulia dan berhasil dalam suatu masyarakat
dengan sebentuk pemenuhan profesionalitas dari seorang guru.
Penulis menyimpulkan
bahwa guru adalah tenaga profesional yang bertanggung jawab untuk mendidik dan
mengajarkan anak didik dengan pengalaman yang dimilikinya, baik dalam wadah
formal maupun wadah non formal. Dengan upaya ini maka anak didik bisa menjadi
orang yang yang cerdas dan beretika tinggi sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
Karena tugasnya itu lah, maka guru memiliki arti dan peranan yang sangat penting
dalam pendidikan Islam
5. Pengertian Minat Belajar
Muhibbin Syah
menyatakan minat (interes) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.” (Muhibbin
Syah, 2003, hlm. 151). Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin
kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. (Slameto, 2003 hlm.
180). Minat
sebagai kesenangan atau ketidaksenangan yang terjadi karena pengalaman masa
lalu, sekarang, atau bayangan masa lalu. (Zainuddin Arief, 1982, hlm. 78). Dengan
demikian, Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya. Dapat
pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak yang
memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap subyek tersebut.
Skinner dalam
Muhibbin Syah mengatakan bahwa belajar adalah suatu adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif.” (Muhibbin Syah, 2003, hlm.
89). Chaplin dalam Muhibbin Syah mengemukakan belajar adalah perolehan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. (Muhibbin Syah, 2003, hlm. 65).
Menurut
penulis sendiri, belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi
ingatan mempengaruhi sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah dari waktu
ia mengalami situasi itu kewaktu ia sesudah mengalami situasi tadi.
Keseluruhan
proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini
berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung
pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh anak didik. Salah satu kegiatan
penunjang belajar adalah minat baca siswa terhadap materi pelajaran yang
didapat di sekolah.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar,
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat anak,
anak tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik
baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dengan
pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat belajar anak lebih mudah
dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Bila terdapat
anak yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai
minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita
serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu. (Nana Sudjana,
2001, hlm. 57).
Minat tidak dibawa
sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari
dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat
baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar
selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang
hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut. Kebutuhan anak akan belajarnya bisa timbul dari minat
yang disebabkan ia perhatian, senang dan lain sebagainya.
Minat
merupakan faktor perangsang yang kuat untuk melakukan aktivitas yang timbul
karena perasaan senang, bakat, cita-cita dan perhatian. Semua itu bermula dari
adanya suatu kebutuhan. Suatu yang menarik minat menimbulkan dorongan kuat
untuk melakukan aktivitas dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, minat timbul
bukannya secara spontan, melainkan timbul atas dorongan sadar dengan perasaan
senang karena adanya perhatian, misalnya belajar atau bekerja. (J. Marbun, 1989, hlm. 105).
Dikaitkan dengan minat belajar siswa, maka
minat dapat diartikan sebagai keinginan atau kemauan yang mendorong proses
menyerap, mengumpulkan dan mempelajari ilmu, perbendaharaan kata, ataupun fakta
dalam kegiatan belajar.
6. Strategi Guru dalam Meningkatkan
Minat Belajar
Minat
dapat muncul dalam diri sendiri seseorang apabila ada stimulasi dari luar
walaupun pada dasarnya minat berasal
dari dalam diri, yang dapat dilihat dalam bentuk aktivitas. Di dalam
proses belajar membaca, salah satu peran guru yang terpenting adalah melakukan
usaha-usaha dan menciptakan kondisi yang mengarah anak didik melakukan kegiatan
membaca dengan baik. Guru perlu memperlihatkan sikap yang mampu mendorong anak
didik untuk aktif membaca secara sungguh-sungguh.
Minat berfungsi
sebagai sumber hasrat untuk melakukan sesuatu kegiatan dan juga pendorong bagi
anak didik untuk belajar. Ditinjau dari segi didaktik, jika minat anak dapat
dibangkitkan untuk kemudian seluruh perhatiannya dapat dipusatkan kepada bahan
bacaan ada. (Alamsyah Alipandie, 1984, hlm. 16).
Minat
sangat diperlukan untuk kegiatan belajar. Tidak dapat dipungkiri minat
memberikan peran yang cukup besar bagi keberhasilan belajar. Guru sepatutnya
bertumpu pada alasan ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah. Guru adalah salah satu faktor yang menentukan berbagai
keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Untuk itu,
profesionalitas guru dalam suatu pembelajaran sangatlah perlu dan dirasakan
penting. Menurut Suharsimi Arikunto, ukuran profesionalnya guru dalam mengajar
terlihat dari kompetensinya dalam:
a).
Menguasai bahan
meliputi menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum, dan menguasai bahan
penunjang bidang studi.
b).
Mengelola program pembelajaran
berupa merumuskan tujuan intruksional, mengenal dan dapat mengunakan prosedur
intruksional yang tepat, melaksanakan program pengajaran dan mengenal kemampuan
anak didik.
c).
Mengelola kelas
meliputi mengatur tata ruang kelas dan menciptakan iklim belajar mengajar yang
serasi.
d).
Menggunakan
media/sumber.
e).
Menguasai
landasan-landasan pendidikan.
f).
Mengelola interaksi
pembelajaran.
g).
Menilai prestasi siswa
untuk kepentingan pembelajaran.
h).
Mengenal layanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
i).
Mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah.
j).
Memahami
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan. (Suharsimi Arikunto, 1990, hlm. 239).
Guru yang memiliki kinerja yang baik
adalah orang yang memiliki karekteristik sebagai berikut:
a).
Komitmen terhadap profesionalitas yang melekat pada dirinya, dedikatif,
komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continaus
improvement.
b).
Menguasasi ilmu dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsi dalam
kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, atau sekaligus
melakukan transfer ilmu/pengetahuan, internalisasi, serta amaliah
(implementasi).
c).
Mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi dan menjadi
model atau sentral indentifikasi diri, atau menjadi pusat panutan, teladan dan
kesulitan bagi peserta didiknya
d).
Memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta memperbaharui
pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan
peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
e).
Mampu bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di
masa depan. (Muhaimin, 2003, hlm. 216).
Guru
sebagai pengajar atau pendidik merupakan salah satu faktor yang menjadi penentu
keberhasilan setiap usaha pendidikan. Oleh karena itu, upaya guru dalam
peningkatan minat belajar siswa adalah suatu hal yang amat penting. Guru harus
mampu menumbuhkan minat belajar siswa melalui tahap-tahap pembelajaran. Proses
pembelajaran harus melalui tiga tahap strategis yaitu:
a).
Tahap pra intruksional
yaitu persiapan sebelum mengajar dimulai dimana guru mempersiapkan komponen
pembelajaran seperti materi pelajaran, media pembelajaran, sumber belajar dan
lain sebagainya.
b).
Tahap intruksional,
yaitu saat mengajar dimana guru melaksanakan semua rencana dalam mengajar.
c).
Tahap evaluasi yaitu
penilaian hasil belajar. Untuk mengetahui keberhasilan belajar, maka dilakukan
penilaian terhadap kegiatan belajar. (Muhibbin Syah,
2003, hlm. 217).
Guru dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran. Fungsi perencanaan persiapan mengajar
adalah bahwa persiapan mengajar hendaknya dapat mendorong guru lebih siap
melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam perkembangan persiapan mengajar sebagai
berikut:
a).
Kompetensi yang harus
dirumuskan dalam persiapan mengajar harus jelas.
b).
Persiapan mengajar
harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.
c).
Kegiatan-kegiatan yang
disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus menunjang dan sesuai
dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
d).
Persiapan mengajar yang
harus dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas pencapaiannya.
e).
Harus ada koordinasi
antara komponen pelaksanaan program di sekolah, terutama apabila pembelajaran
dilaksanakan secara tim. (E.Mulyasa, 2004, hlm. 81).
Pelaksanaan pembelajaran selayaknya berpegang pada apa yang tertuang
dalam perencanaan. Namun, situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan
pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses pembelajaran. Oleh sebab
itu, guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga
dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan situasi yang
dihadapi. Pembelajaran itu sendiri
tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur. (Oemar Hamalik, 2005,
hlm. 57).
Pembelajaran merupakan upaya yang
dilakukan oleh tenaga pengajar atau institusi penyedia layanan pendidikan
supaya dapat memberdayakan siswa untuk belajar secara mandiri atau menyeluruh
untuk belajar. Usaha tersebut ditempuh melalui jalur belajar, jalur fasilitas,
prosedur dan lain sebagainya. Mengingat tugas guru yang berat itu, guru yang
mengajar perlu mempunyai prinsip-prinsip mengajar dan harus dilaksanakan
seefektif mungkin agar guru tidak asal mengajar. Munurut Ibrahim dan Nana
Syaodih bahwa prinsip-prinsip pengajaran
itu adalah prinsip perkembangan, prinsip perbedaan individu, minat dan
kebutuhan anak, aktivitas dan motivasi. (R. Ibrahim dan Nana Syaodih, 1996,
hlm. 24-27).
Pertimbangan
yang mesti dilakukan pengajar dalam memilih metode mengajar dalam pembelajaran
secara tepat dan akurat yaitu tujuan instruksional, pengetahuan awal siswa, bidang studi/pokok
bahasan, alokasi waktu dan sasaran penunjang dan jumlah siswa. (Martinis
Yamin, 2003, hlm. 64-65).
Guru
harus menggunakan metode yang bervariasi. Variasi metode mengakibatkan penyajian bahan lebih
menarik perhatian dan diterima siswa dan pembelajaran akan lebih kondusif. (Slameto,2003 hlm. 92). Variasi metode dalam suatu pembelajaran diharapkan mampu
mengantarkan pembelajaran pada suatu tujuan yang telah ada. Selanjutnya guru
diharapkan jangan terpaku pada satu metode saja dalam penyampaian materi yang ada.
Strategi
bisa menjadi pilihan guru untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar di
sekolah adalah:
a).
Menggunakan
minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya siswa menaruh minat pada cerita Nabi
Khaidir. Sebelum mengajar Aqidah, pengajar dapat menarik perhatian siswa dengan
menceritakan sedikit mengenai Nabi Khaidir, kemudian sedikit demi sedikit
diarahkan pada materi yang sesungguhnya.
b).
Membentuk
minat-minat yang baru pada siswa. Hal ini dilakukan dengan cara menghubungkan
bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,
menguraikan kegunaannya bagi siswa yang akan datang.
c).
Pengajaran
dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif
merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu
yang tidak melakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. Diharapkan
pemberian insentif akan membangkitkan motivasi siswa, dan mungkin minat
terhadap bahan yang diajarkan akan muncul. Intensif apapun yang dipakai perlu
disesuaikan dengan diri siswa masing-masing
d).
Siswa-siswa
yang secara teratur dan sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan
baik atau karena perbaikan dalam kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih
baik dari pada siswa-siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang
buruk atau atau karena tidak adanya kemajuan. Menghukum siswa karena hasil
kerjanya yang buruk tidak terbukti efektif, bahkan hukum yang terlalu kuat dan
sering lebih menghambat belajar. Tetapi hukum yang ringan masih lebih baik
daripada tidak ada perhatian sama sekali. (Slameto,2003 hlm. 181-182).
Dalam proses pembelajaran
guru hendaknya melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, memuji,
menegur, menghukum, atau memberi nasehat. Tindakan guru tersebut berarti
menguatkan minat instrinsik; tindakan guru tersebut juga berarti mendorong
siswa belajar, suatu penguatan minat belajar. Siswa tertarik belajar karena
ingin memperoleh hadiah. Meskipun hadiah memiliki fungsi yang tepat untuk
membangkitkan minat siswa, namun guru mestilah memperhatikan waktu
penggunaannya, sehingga hadiah memiliki fungsi sebagai pembangkit minat belajar
saat digunakan dalam pembelajaran.
Kemudian dapat
ditambahkan juga bahwa guru dapat meningkatkan minat belajar siswa dengan cara:
a).
Melalui
karyawisata. Guru membawa siswa ke luar ruangan kelas untuk belajar. Bisa di
lingkungan sekolah untuk mengenal situasi dan lingkungan sekolah, bisa juga
mengunjungi objek wisata yang ada sangkut pautnya dengan materi pelajaran yang
diberikan di sekolah. Dengan begitu, pengetahuan dan pemahaman para siswa
bertambah berkat pengalamannya selama melakukan karyawisata. Dalam prosesnya,
karyawisata dilakukan dengan menghubungkan konsepsi yang telah disampaikan di
kelas dengan situasi yang ada pada objek wisata, sehingga karya wisata itu
benar-benar mengaktifkan para siswa.
b).
Melalui
seminar. Hasil yang didapat para siswa dari karyawisata perlu dilanjutkan
dengan seminar atau diskusi, sehingga pengetahuan siswa menjadi berkembang.
Dengan melalui seminar atau diskusi, pengalaman para anak didik akan
terungkapkan dan aktif memecahkan permasalahan yang tidak bisa dipecahkan oleh
anak didik secara individual. (Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002,, hlm. 41)
Dengan demikian upaya
meningkatkan minat belajar serta implementasinya terhadap belajar dapat
dilakukan secara maksimal. Berbagai Pelaksanaan pembelajaran harus beriringan
dengan kegiatan evaluasi.
Evaluasi
pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai, atau manfaat
kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan pengukuran. (Mukhtar,
2003, hlm. 59). Evaluasi merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan/kompetensi yang dimiliki oleh siswa yang meliputi aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik, dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang
keseluruhan sistem pendidikan. (Oemar Hamalik, 2001, hlm. 147).
Beberapa jenis tagihan
dalam evaluasi pembelajaran yaitu pertanyaan lisan di kelas, kuis, ulangan
harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan
kelas, laporan kerja praktik, responsi atau ujian praktik dan ujian akhir.
(Martinis Yamin, 2003, hlm. 146-148).
Pedoman pembelajaran bisa
digunakan guru dalam peningkatan prestasi siswa di sekolah yang akan dapat
tercipta melalui konsep yang jelas dan sistematis. Guru bisa mengajar dengan
strategi yang tepat jika mengikuti semua yang telah disusun, diprogramkan dan
direncanakan, sehingga bisa membangkitkan minat belajar siswa.
7. Aqidah Akhlak
a) Pengertian Aqidah
Aqidah
menurut bahasa berasal dari isim masdar, berarti imam, keyakinan dan
kepercayaan. Menurut istilah Aqidah Islam adalah sesuai yang
diyakini atau diimani kebernarannya oleh hati manusia sebagai pandangan yang
benar dan sesuai dengan ajaran Islam dengan berpedoman kepada sumber hukum
Islam yaini Al-Qur’an dan Al-Hadist. (H.Abd. Somad, dkk, 2008, hlm. 1).
Akhlak
menurut bahasa merupakan bentuk isim masdar, yang berarti budi pekerti, tabiat
dan watak, sedangkan menurut istilah suatu kondisi atas sifat yang telah
meresap dalam jiwa manusia dan menjadi kepribadian yang ditimbulkan dari
berbagai macam perbuatan dengan sendirinya. (H.Abd. Somad, dkk, 2008, hlm. 2).
Dengan
demikian, Aqidah akhlak adalah suatu sikap batin yang mempercayai keesaan Allah
dan berprilaku sesuai dengan syariah Allah tersebut, yaitu agama Islam.
Dalam sisi
etika dan akhlak, aqidah islam telah berhasil menumbuhkan kesadaran diri (al-
wa’iz adz- dzati) yang mempercayai bahwa sang pencipta yang maha agung
selalu memperhatikan segala tingkah laku manusia, dan setiap sepak terjangnya
pasti memiliki pahala dan dosa. Hal ini akan menyebabkan keseimbangan naluri
(gharizah) dan tumbuhnya akhlak yang mulia ( dalam dirinya) satu unsur yang
dapat kita temukan dalam seluruh hukum islam.
Sesungguh nya pandangan manusia terhadap
kehidupan dan alam semesta, pengetahuan yang dimiliki nya berkenaan berbagai
bidang dan bahkan naluri dan perasaan semua itu ber sumber dari aqidah yang di
yakini nya. Disamping itu aqidah
tersebut juga memiliki peran yang sangat
penting dalam membina dan membangun pemikiran, etika dan tata cara hidup
sosialnya
b) Pengertian Akhlak
Akhlak (Al-Khuluq)
adalah perangai (As-Sajiyyah) dan tabi’at (At-Thab). Al-Khuluq
menurut bahasa adalah sesuatu menjadi kebiasaan seseorang yang berupa adab.
Al-Khuluq itu adalah tabiat yang bisa dibentuk. (Muhammad Suwaid, 2006,
hlm. 222). Akhlak adalah kelakukan
yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai) masyarakat, yang timbul dari
hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab
atas kelakukan tersebut. Tindakan itu haruslah mendahulukan kepentingan umum
daripada kepentingan atau keinginan pribadi. (Zakiah Daradjat, 2001, hlm. 56).
Perkataan akhlak
berasal dari bahasa arab, bentuk jamak dari khuluk yang artinya tabiat, budi
pekerti, watak. Juga terdapat beberapa kat aganti lain atau sinonim untuk
perkataan akhlak seperti kesusilaan, sopan santun dalam bahasa indonesia,
moral, ethic dalam bahasa inggris. Menurut ibnu athir dalam kitabnya
an-nihayah khuluk ialah gambaran batin manusia yaitu jiwa dan sifat- sifat,
sedangkan akhlak merupakan gambar bentuk luar seperti raut muka, warna kulit,
rendah tinggi tubuhnya dan sebagainya.
Menurut Imam Ghozali
dalam kitabnya ihya ulumuddin Atrinya: akhlak
ialah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan- perbuatan dengan
mudah dengan tudan memerlukan pertimbangan atau pemikiran. (Zakiah Daradjat, 2001, hlm. 57).
Akhlak
secara etimologi berasal dari kata khalaqa yang berarti mencipta, membuat, atau
menjadikan.Akhlak adalah kata yang berbentuk muprad,jamak nya adalah
khuluqu,yang berarti perangai, tabi’at, adat atau khaqun yang berartikejadian,
buatan, ciptaan.jadi, Akhlak selanjut nya dalam bahasa indonesia di sebutkan
Akhlak, secara etomologi di sebutkan perangai, adat, tabiat, atau sistem prilaku
yang yang di buat manusia. Akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk
tergangtung kepada tata niali yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara
sisiologis di Indonesia kata Akhlak sudah mengandung konotasi baik sehingga
orang yang ber Akhlak berarti orang yang baik. (Mohammad Rapiq. Dkk, 2009, hlm.
144).
Dari defeniasi
tersebut diatas dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa perbuatan yangmerupakan
manifestasi Akhlak adalah apabila memenuhi dua syarat yaitu perbuatan yang
dilakukan berulangkali sehingga menjadi adat atau ke biasaan dan perbuatan yang
di lakukan dengan kesadaran jiwa, bukan dengan paksaan.Akhlak adalah hal ihwal
yang melekat dalam jiwa, dari pada nya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah
tampa berpikir dan di teliti oleh manusia, sebalik nya jika perbuatan itu buruk
maka dinamakan Akhlak buruk. Akhlak yang dapat melalui pembawaan atau melalui
latihan-latihan itu akan dapat tambahan kuat di jwa seseorang dan ber kembang
menjadi sebuah ke pribadian, ia dilakukan dengan muda tampa ada unsur paksaan
dari siapapun dan itu adalah suatu cerminan jiwa seorang atau tidak nya.sebagai
mana firman allah dalam Al quran :
وَإِنكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٌ (القلم
: ٤)
Artinya : “Dan sesungguh nya kamu
bener-benar berbudi pekertui yang agung” (Q.S.
Al-Qolam : 4).
Al-qur’an
didalamnya terdapat ajaran yang mengandung prinsip yang berkenaan dengan
kegiatan atau usaha-usaha pendidik, baik yang mengangkat masalah iman, akhlak,
sosial, dan ilmu pengetahuan lainnya. Seperti kisah Luqman ayat 13 yang
berbunyi :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لاِبْنِهِ
وَهُوَ يَعِظُهُ يَبُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
(سورة لقمان: ٣١)
Artinya :“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata
kepada anaknya diwaktu dia memberikan pelajaran kepadanya : Hai anakku
janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya
mempersekutu Allah adalah benar-benar kezholiman yang besar” (Q.S. Luqman : 13).
Dengan
demikian, Aqidah Akhlak yang merupakan salah Satu sub mata pelajaran pendidikan
islam di madrasah tsanawiyah(mts) mengandung pengertian: pengetahuan, pemahaman
dan meyatakan tentang keyakinan atau kepercayaan(iman)dalam islam yang menetap
dan melekat dalam hati yang ber fungsi sebagai pandangan hidup, untuk selanjut
nya di wujudkan dan memancarkan dalam sikap
hidup, perkataan dan amal perbuatan siswa dalam segala asfek kehidupannya
sehari-hari.
Menurut
imam Al-Gazali yang dikenal sebagai hujjatul islam (pembela islam) yang dikutip
Abudin Nata dalam buku akhlak tasauf mengatakan akhlak adalah :
اَلْخُلْقُ عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فىِ
الّنَفْسِ رَاسمَِةٍ عَنْهَا يَصْدُرُ اْلأَفْعَالَ بِسُهُوْلَةٍ وَيَسِيْرُ مِنْ
غَيْرِ حَاجَةٍ إِلىَ فِكْرِ رِوَايَةٍ (رواه البخاري ومسلم).
Artinya : “akhlak
ialah suatu sipat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan, dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan
pikiran (lebih dahulu)” (HR. Bukhori
Muslim, hlm.276).
Defenisi akhlak tersebut di atas tampak
tidak ada yang bertentangan,melainkan memiliki kemiripan antara satu dengan
lainnya defenisi-defenisi akhlak tersebut secara substansi tampak saling
melengkapi.dan dirinya dapat melihat
a)
Perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi
kepribadiannya.
b)
Perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pimikiran.
c)
Perbuatan akhlak adalah
yang timbul dari dalam diri orang mengajarkannya,tanpa ada paksaan atau tekanan
dari luar.
d)
Perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau sandiwara.
e) Sejalan
dengan ciri perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang
dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah.
(Mohammad Rapiq. Dkk, 2009, hlm. 12).
B. Studi Relevan
Sepanjang
yang penulis ketahui tidak ada peneliti yang melakukan penelitian mengenai Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa
Terhadap Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota
Jambi. Meskipun demikian,
sepanjang penulis tahu peneliti-peniliti terdahulu sebelum penelitian ini ada
kesamaan (pendekatan) dengan judul penelitian yang penulis bahas ini.
Penelitian terdahulu yang telah dikemukakan mereka antara lain :
1. Zaki Tamrin dalam
skripsinya yang berjudul Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak Di Madrasah
Tsanawiyah Ihya’ Ulumuddin Desa Sengkati Baru Kecamatan Mersam Kabupaten Batang
Hari tahun ajaran 2011. dalam skripsi ini beiau mengemukakan pokok masalah
diantaranya : Bagaimana proses pembelajaran Aqidah Akhlak, Faktor penghambat
dan pendukung dalam proses pembelajaran Aqidah dan usaha yang dilakukan guru
untuk mencapai kebarhasilan siswa dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak di
Madrasah Tsanawiyah Ihya’ Ulumuddin
2. Zulkarnain dalam
skripsinya yang berjudul “Eksistensi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Akhlak Siswa Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Muaro
Jambi” tahun ajaran 2009. Dalam skripsi ini beliau mengemukan pokok masalah
dianataranya : Apa penyebab merosotnya akhlak siswa di SMP Negeri 19 Muaro
Jambi, Apa peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan akhlak siswa di
SMP Negeri 19 Muaro Jambi dan Fakor-faktor apa yang mendukung bagi guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan akhlak siswa di SMP Negeri 19 Muaro
Jambi.
3. Muhmmad Firdaus, dalam
skripsinya yang berjudul “Upaya Guru dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa
di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Berembang Kecamatan Sekernan Kabupaten
Muaro Jambi tahun ajaran 2008. dalam skripsi ini beliau mengemukan pokok
masalah dianataranya : Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan disiplin belajar
siswa di MTs Negeri Berembang, Apa saja kendala-kendala guru dalam meningkatkan
disiplin belajar siswa di MTs Negeri Berembang dan Bagaimana hasil yang dicapai
guru dalam meningkatkan disiplin belajar siswa di MTs Negeri Berembang.
Penulisan skripsi ini
dibandingkan dengan skripsi terdahulu terdapat keunikan tersendiri dimana dalam
skripsi ini penulis mengurai secara detail tentang strategi-strategi yang
dilakukan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Aspek yang diteliti
adalah Bagaimana strategi guru untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran Aqidah Akhlak, Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang
dihadapi guru dalam meningkatkan minat
belajar siswa serta Bagaimana solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan
minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
Adapun
persamaan dan perbedaan skripsi ini dengan skripsi terdahulu, sebagaimana yang
dikemukan oleh Zaki Tamrin dalam skripsinya yang berjudul Proses Pembelajaran
Aqidah Akhlak Di Madrasah Tsanawiyah Ihya’ Ulumuddin Desa Sengkati Baru
Kecamatan Mersam Kabupaten Batang Hari. Pada penelitian ini persamaannya adalah
sama-sama meneliti tentang mata pelajaran Akidah Akhlak, sementra pada aspek
perbedaannya adalah penulis lebih memfokus pada strategi memotivasi siswa dalam
belajar Akidah Akhlak. Begitu juga
dengan Zulkarnain dalam skripsinya yang berjudul “Eksistensi Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Siswa dan Muhmmad Firdaus, dalam
skripsinya yang berjudul “Upaya Guru dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa.
|
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian ini
bersifat kualitatif dengan pokok masalah tentang strategi guru dalam
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi tahun ajaran 2015/2016. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode observasi wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini penulis
membahas tentang strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
B. Setting dan
Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Lokasi
penelitian ini di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi, dengan alasan
sekolah ini adalah sekolah yang masih dihadapkan pada permasalahan strategi
guru dalam meningkatkan minat belajar siswa, dan permasalan ini belum pernah
diteliti oleh peneliti sebelumnya.
2. Subjek Penelitian
Subjek yang
diteliti adalah 1 kepala sekolah, 1 guru Aqidah Akhlak dan siswa yang diambil
dengan menggunakan cara purposive sampling yaitu teknik yang didasarkan
pada ciri-ciri tertentu yang diperkirakan erat sangkut pautnya.dengan ciri-ciri
atau sifat-sifat yang ada dalam populasi
yang sudah diketahui sebelumnya. (Sanafiah Faisal, 1990, hlm. 202). Maka
ditetapkan informan kunci adalah guru Aqidah Akhlak, sedangkan kepala sekolah
dan siswa dijadikan informan tambahan. Subjek dalam penelitian ini sebagian
didatangi dan diwawancarai, dan sebagian lagi didatangi untuk diamati atau
diobservasi secara langsung. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian informasi atau
data yang diperoleh melalui wawancara dengan data yang diperoleh melalui
observasi melalui teknik triangulasi, sehingga data atau informasi
sampai pada titik jenuh.
C. Jenis
dan Sumber Data
1. Jenis Data
a). Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data
tersebut menjadi data sekunder kalau dipergunakan orang yang tidak berhubungan
langsung dengan penelitian yang bersangkutan. (Mukhtar , 2007, 87).
Data primer yang penulis maksudkan dalam
penelitian ini adalah data mengenai strategi
guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah
Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3
(1) Strategi guru untuk meningkatkan minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 3 Kota Jambi
(2) Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi
guru dalam meningkatkan minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 3
(3) Solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan
minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
b). Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan
diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik,
majalah, koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. (Sanafiah Faisal,
1990 : 91). Dalam penelitian ini adalah data yang diambil di gambaran umum di Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi sebagai berikut:
(1) Historis dan geografis
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
(2) Struktur organisasi
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
(3) Keadaan guru dan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
(4) Keadaan sarana dan
prasarana Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 3 Kota Jambi
2. Sumber Data
Sedangkan
sumber data dalam penelitian ini orang dan materi yang terdapat di di Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi yang meliputi guru Aqidah Akhlak, kepala sekolah, siswa kelas X, arsip dan peristiwa/kejadian.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi data-data yang
diinginkan, peneliti dalam hal ini menerapkan beberapa metode sebagai berikut:
1. Observasi
Metode
observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan kegiatan pemuatan
perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh indera. (Suharsimi Arikunto,
2006, hlm 156). Penulis menggunakan metode observasi non partisipan untuk
melihat di lapangan tentang strategi guru dalam meningkatkan minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 3 Kota Jambi , yang meliputi:
a). Strategi guru untuk
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas
X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
b). Faktor pendukung dan
penghambat yang dihadapi guru dalam
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak
di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
c). Solusi yang diberikan guru
dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di
kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
2. Wawancara
Wawancara adalah
sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi
dari terwawancara. (Suharsimi Arikunto, 2006, hlm 155). Wawancara tidak
terstruktur dengan menggunakan kaset dilakukan untuk mengumpulkan data tentang
strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi , yang
meliputi:
a). Strategi guru dalam tahap pra instruksional
untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di
kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
b). Strategi guru dalam tahap instruksional untuk
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas
X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
c). Strategi guru dalam tahap evaluasi untuk
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas
X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai cara mencari data
mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrip, buku,
a). Historis dan geografis Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 3 Kota Jambi
b). Struktur organisasi Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 3 Kota Jambi
c). Keadaan guru dan siswa
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
d). Keadaan sarana dan
prasarana Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
E. Teknik Analisis Data
Setelah selesai penelitian
ini, maka data yang di peroleh terlebih dahulu diseleksi menurut kelompok
variabel-variabel tertentu dan dianalisis melalui segi kualitatif, dengan
teknik :
1. Analisis Domain
Analisis domain biasanya dilakukan untuk
memperoleh gambaran/pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh
tentang apa yang tercakup di suatu fokus/pokok permasalahan yang diteliti. (Sanapiah Faisal, 1990 : 91).
Analisis domain ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari
lapangan penelitian secara garis besarnya yaitu mengenai gambaran umum strategi
guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah
Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
2. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi adalah analisis yang lebih
rinci dan mendalam dan fokus penelitian di tetapkan terbatas pada domain
tertentu yang sangat berguna dalam upaya mendeskripsikan atau menjelaskan
fenomena/fokus yang menjadi sasaran semula penelitian. (Sanapiah Faisal, 1990,
hlm. 98). Analisis taksonomi ini digunakan dalam menganalisa data tentang
strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
3. Analisis Komponensial
Analisis komponensial juga baru dilakukan
setelah penelitian mempunyai cukup banyak fakta/informasi-informasi dari hasil
wawancara dan observasi yang melacak kontras-kontras tersebut oleh peneliti di
pikir/dicarikan dimensi yang bisa mewadahinya. (Sanapiah Faisal, 1990, hlm.
103). Analisis komponensial ini digunakan untuk menjawab
permasalahan-permasalahan strategi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa
terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3
Kota Jambi.
F. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. (Lexy J.
Moleong , 2007, hlm. 330). Jadi dalam
hal ini mengecek sumber data yang diperoleh di lapangan berkenaan dengan
penelitian ini.
a).
Membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b).
Membandingkan apa yang
dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
c).
Membandingkan apa yang
dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya
sepanjang waktu
d).
Membandingkan keadaan
dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti
rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya,
pemerintah.
e). Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan. (Lexy J. Moleong ,
2007, hlm. 331).
Trianggulasi dengan metode menurut
Moleong adalah: Pertama, pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Trianggulasi dengan
penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan
kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara membandingkan hasil pekerjaan
seorang analis dengan analis lainnya. Sedangkan, trianggulasi dengan teori
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara induktif dan secara logika. (Lexy
J. Moleong , 2007, hlm. 332).
Berdasarkan
teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk mengecek kebenaran dan
keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan tentang strategi guru dalam
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas
X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi.
G. Jadwal
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan selama enam bulan. Penelitian dilakukan dengan pembuatan proposal,
kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi. Setelah
pengesahan judul dan izin riset, maka penulis mengadakan pengumpulan data,
verifikasi dan analisis data dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis
melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum diajukan kepada sidang
munaqasah. Hasil sidang munaqasah dilanjutkan dengan perbaikan dan penggandaan
laporan penelitian skripsi. Adapun jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 1: Jadwal Penelitian
No |
KEGIATAN |
2015-2016 |
|||||||||||||||||||||||
Jan |
Peb |
Mar |
April |
Mei |
Juni |
||||||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1. |
Pengajuan judul
skripsi dan dosen pembimbing |
√ |
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Pembuatan Proposal |
|
|
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Perbaikan Hasil
Seminar |
|
|
|
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Izin Riset |
|
|
|
|
|
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Pengumpulan Data |
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
|
6. |
Verifikasi dan Analisa
Data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
|
7. |
Konsultasi pembimbing |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
√ |
|
|
|
|
|
|
8. |
Perbaikan skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
√ |
|
|
|
|
9. |
Penggandaan Laporan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
√ |
√ |
|
|
10. |
Ujian Munaqasyah |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
|
11. |
Perbaiakan Skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. TEMUAN UMUM
1. Historis Madrasah
Aliyah Negeri 3 kota Jambi
Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi merupakan salah satu
lembaga pendidikan formal yang secara historis berasal dari lembaga pendidikan
swasta dengan nam “Madrasah Aliyah Swasta Dharma Wanita Kantor Kementeria Agama
Kota Jambi”. Secara periodik kemudian madrasah ini mengalami perkembangan
hingga beralih status menjadi madrasah negeri, dan secara otomatis menjadi
milik penuh pemerintah yang berada di bawah Kementerian Agama kota Jambi.
Madrasah Aliyah Negeri 3 yang lebih dikenal di kalangan peserta didik, guru,
dan karyawan dengan sebutan MANTRI yang pertama kali memiliki status sekolah
negeri di kota Jambi pada tahun 2009.
Berdirinya Madrasah Aliyah 3 Kota Jambi merupakan sebuah
upaya dalam menyediakan lembaga pendidikan yang kemudian dapat memberikan
pendidikan dan pengajaran serta penanaman nilai-nilai ke-Islam khususnya bagai
peserta didik yang berdomisili di kelurahan Payoselincah Kecamatan Jambi Timur.
Latar belakang pendirian madrasah tersebut pada awalnya berangkat dari semakin
tingginya animo masyarakat untuk menitipkan anak-anak mereka untuk didik sesuai
dengan nilai dan ajaran Islam.
|
Pendirian Madrasah Aliyah
Swasta Dharma Wanita Kantor Kementerian Agama kota Jambi diprakarsai oleh Bapak
Abdul Fatah, S.Pd dengan memanfaatkan tanah wakaf yang diberikan masyarakat
untuk kemudian dikelola secara optimal dalam rangka mempersiapkan generasi
penerus bangsa yang memiliki integritas dan komitmen tinggi terhadap penanaman
nilai-nilai ajaran Islam. Setelah madrasah tersebut resmi menjadi sebuah
institusi pendidikan Islam, maka amanah kepala madrasah diberikan kepada Bapak
Abdul Fatah, S.Pd. Seiring dengan perkembangan zaman, madrasah ini kemudian
berjalan normal sebagaimana sekolah-sekolah dan madrasah lainnya, sampai
kemudian mengalami perubahan status pada tahun 2009 menjadi Madrasah Aliyah
Negeri dengan konsekwensi bahwa seluruh pola manajemen dan sumber dana, serta
pembangunan menjadi tanggung jawab pemerintah yang dalam hal ini Kementerian
Agama. (Dokumentasi, Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi Tahun 2016).
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang ditandai dengan semakin mudahnya akses informasi, berimplikasi langsung
pada keberadaan Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi. Namun demikian, yang
menjadi persoalan kemudian adalah lokasi madrasah yang belum memenuhi standar
luas areal apabila dibandingkan dengan madrasah-madrasah negeri lainnya.
Mengingat lokasi madrasah yang masih sangat terbatas pada satu sisi, namun di
sisi lain jumlah peserta didik semakin bertambah sehingga kemudian membutuhkan
tambahan ruang belajar untuk menampung mereka dalam melaksanakan kegiatan
belajar. Penambahan ruang belajar menjadi terkendala disebabkan areal madrasah
yang sempit, sehingga kemudian kepala madrasah bersama jajarannya melakukan
komunikasi aktif dengan para tokoh masyarakat dengan langkah-langkah positif
terkait dengan rencana madrasah ini dipindahkan ke areal khusus yang tentunya
permanen dan representatif, karena selama ini kondisi Madrasah Aliyah Negeri 3
kota Jambi setelah mengalami perubahan status menjadi negeri hanya menumpang di
lokasi tanah wakaf yang merupakan milik Dharma Wanita Kantor Kementeri Agama
Kota Jambi.
Setelah melalui berbagai usaha dalam rangka kepindahan
MAN 3 ke lokasi yang permanen, akhirnya kepala madrasah mendapat informasi
tentang tanah wakaf yang diberikan masyarakat untuk keperluan pendidikan.
Kepala madrasah kemudian berkoordinasi secara intens dan serius dengan pihak-pihak
terkait, terutama Kantor Kementerian Agama Kota dan Provinsi Jambi terkait
dengan pemanfaatan tanah wakaf untuk kegiatan pendidikan yang dalam hal ini
adalah Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi. Memasuki tahun 2012, kepala
madrasah yang dalam hal ini adalah Bapak Abdul Fatah, S.Pd akan memasuki usia
pensiun, sehingga kemudian Kantor Kementerian Agama Provinsi Jambi melakukan
regenerasi kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi dengan mengangkat Bapak
M. Zakri K, M.Pd.I untuk menjabat kepala MAN 3 menggantikan Bapak Abdul Fatah,
S.Pd yang sudah memasuki usia pensiun.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa Madrasah
Aliyah Negeri 3 kota Jambi mengalami perkembangan dan pertumbuhan terutama
ditinjau dari jumlah peserta didik yang selalu mengalami perkembangan dari
tahun ke tahun, sehingga kemudian menjadi perhatian tersendiri bagi kepala
madrasah yang baru untuk melakukan berbagai inovasi, baik administrasi maupun
fasilitas dan sarana pendidikan. Dengan kepemimpinan kepala madrasah yang baru,
membawa madrasah ini ke arah yang lebih baik sehingga ketersediaan gedung
belajar tidak mampu lagi menampung peserta didik yang setiap tahun selalu
bertambah jumlahnya. Dan pada akhirnya kepala madrasah berkoordinasi dengan
pihak Kantor Kementeri Agama Provinsi dan Kota Jambi terkait dengan rencana
pemindahan areal MAN 3 dari Selincah ke lokasi yang baru, tepatnya berada di
Jalan Marene RT. 07 Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Jambi Selatan.
Setelah mendapatkan dukungan yang kuat dari Kantor
Kementerian Agama Kota dan Provinsi Jambi, akhirnya pada bulan Agustus 2014
atas dasar prakarsa kepala madrasah dan seluruh elemen Madrasah Aliyah Negeri 3
kota Jambi berkomitmen pindah ke lokasi baru yang permanen dan dianggap cukup
representatif. Dengan segala keterbatasan, terutama gedung yang digunakan
kegiatan belajar mengajar yang sangat terbatas ditambah dengan fasilitas
lainnya yang belum tersedia, sehingga kemudian semakin memacu semangat dan
kinerja seluruh elemen MAN 3 kota Jambi untuk berusaha melakukan sesuatu yang
positif demi kelancaran kegiatan belajar di madrasah tersebut.
Madrasah Aliyah
Negeri 3 kota Jambi dalam tinjauan sejarah kepemimpinan merupakan salah satu
madrasah negeri yang tergolong masih baru. Oleh karena itu, maka kepemimpinan
pun tidak mengalami beberapa pergantian sebagaimana sekolah/madrasah lainnya
yang memang secara periodik telah mengalami beberapa kali pergantian kepala
madrasah. Dalam usia yang cukup relatif muda, Madrasah Aliyah Negeri 3 kota
Jambi baru dipimpin oleh dua orang kepala madrasah. Periode pertama dipimpin
oleh Bapak Abdul Fatah, S.Pd dan berakhir kepemimpinanya pada tahu 2012
dikarenakan beliau telah memasuki usia pensiun. Tongkat estafet kepemimpinan
kemudian dilanjutkan oleh Bapak Drs. M. Zakri K, M.Pd.I dari tahun 2012 hingga
sekarang. Salah satu usaha yang tampak adalah penambahan gedung belajar dan
beberapa gedung lainnya seperti gedung untuk laboratorium komputer, gedung
majelis guru dan beberapa fasilitas pendukung lainnya.
Keberadaan pimpinan yang inovatif, kreatif, dan produktif
menjadi sebuah kebutuhan dalam memajukan dan mengembangkan Madrasah Aliyah
Negeri 3 kota Jambi. Hal ini didasari atas realitas madrasah tersebut yang
memang masih tergolong baru dibandingkan dengan madrasah negeri lainnya yang
ada di kota Jambi, seperti MAN Insan Cendekia Jambi, MAN Model Jambi, dan MAN
Olak Kemang Seberang Kota Jambi, terutama dalam hal ketersediaan ruang belajar
yang representatif, gedung laboratorium, dan beberapa fasilitas pendukung
lainnya. Dengan beralihnya MAN 3 ke wilayah Marene, maka peseta didik yang
melanjutkan pendidikannya di madrasah tersebut semakin meningkat disebabkan
kemudahan akses menuju madrasah tersebut, dan dengan dukungan nuansa lokasi
madrasah yang masih tampak asri, serta cukup jauh dari suasana keramaian dan kesibukan
lalu lintas kendaraan.
2. Geografis Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi
Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi berada di jalan
Marene RT. 07 Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi. Sekitar 10
KM dari pusat kota Jambi, sehingga untuk akses ke lokasi Madrasah Aliyah Negeri
3 dapat ditempuh dengan kendaraan umum maupun pribadi. Lokasinya juga
berdekatan dengan rumah penduduk setempat dan telah berasimilasi dengan
pemukiman penduduk setempat.
Struktur lokasi Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi dari
aspek geografis dapat dikatagorikan sebagai lokasi yang cukup strategis, dimana
madrasah tersebut berada di tengah-tengah pemukiman warga setempat. Secara
rinci tata letak MAN 3 dapat dilihat berikut ini:
a). Sebelah timur berbatasan dengan jalan umum dan
pemukiman warga.
b). Sebelah barat berabatasan dengan jalan umum dan
sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
c). Sebelah selatan berbatasan dengan rumah dan
pemukiman warga.
d). Sebelah utara berbatasan dengan pemukiman
warga. (Dokumentasi, Madrasah Aliyah Negeri 3
Kemudian
dari letak bangunan, Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi ini merupakan suatu
tempat yang dipandang sangat baik untuk kegiatan belajar mengajar, dimana
lokasi atau areal madrasah tersebut berada di tengah-tengah perkampungan dan
pemukiman warga dan cukup jauh dari kebisingan, mengingat jalan lingkar lintas
selatan tempat keramaian kendaraan dengan tonase tinggi berjarak sekitar 2
kilometer dari lokasi madrasah. Sehingga kemudian belum memberikan dampak
negatif terhadap kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah
Negeri 3
Lokasi
madrasah yang cukup jauh dari jalan lingkar selatan dapat menunjang bagi
kelancaran pendidikan karena letaknya yang jauh dari kebisingan
3. Profil
Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi
Profil Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi secara detail
dapat dilihat sebagai berikut ini:
1) Nama Madrasah :
MAN 3
2) Tahun Pendirian :
2009
3) Nomor Statistik :
131115710030
4) Status Madrasah :
Negeri
5) Status Akreditasi : Peringkat C
6) Alamat Madrasah :
Jln. Marene RT. 07
7) Kelurahan : Eka Jaya
8) Kecamatan : Jambi Selatan
9) Provinsi : Jambi
10) Telp/Fax : -
11) Kode Pos : 36135
12) Alamat Email :
man3_kotajambi@kemenag.go.id
13) Nama Kepala Madrasah : Drs. M. Zakri K, M.Pd.I
14) Nama Bendahara : Deis Renis, S.Pd
15) Rekening an. Lembaga : MAN 3 Kota Jambi
4. Visi
dan Misi Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi
Setiap lembaga pendidikan memiliki visi, misi, dan
tujuan. Visi dan misi menjadi standar dan acuan dalam kegiatan pendidikan yang
dilakukan di lembaga pendidikan tersebut, sehingga kemudian lembaga tersebut selalu
berupaya mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan melalui berbagai
kegiatan pendidikan, baik intra maupun ekstra. Madrasah sebagai salah satu
lembaga pendidikan yang bercirikan Islam, tetap konsisten mempertahankan
nilai-nilai Islami dalam proses pendidikan dengan tujuan untuk menghasilkan out
put pendidikan yang tidak hanya memiliki kompetensi kognitif yang baik,
tetapi lebih dari itu, mampu mengamalkan nilai-nilai Islam melalui perilaku
yang baik. Demikian halnya dengan Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi, meskipun
masih tergolong madrasah yang baru mengalami perubahan status dari madrasah
swasta menjadi negeri, tetapi selalu berinovasi agar terwujud madrasah yang
baik dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain. Adapun visi dan misi Madrasah
Aliyah Negeri 3 kota Jambi dapat dilihat berikut ini.
Madrasah unggul dalam prestasi, teladan dalam berbudi
pekerti dan mampu menghadapi tantangan di masa datang dengan landasan Islami.
Visi dan misi dalam sebuah lembaga pendidikan merupakan salah satu barometer
cita-cita dan tujuan yang harus dicapai dalam pelaksanaan pendidikan secara
umum. Dan untuk membentuk Madrasah Aliyah Negeri 3 yang baik dan visioner, maka
lembaga ini meletakkan pondasi visi dan misi sebagai cita-cita dan harapan
lembaga. Adapun visi, misi, dan tujuan Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi
dapat dilihat berikut ini. (Dokumentasi Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
Tahun 2016).
Visi : Terwujudnya peserta didik MAN 3 kota Jambi yang
berilmu, cerdas, kreatif, terampil, dan berprestasi.
Misi : 1. Meningkatkan mutu manajemen pengelolaan
madrasah.
1. Meningkatkan mutu kinerja
tenaga kependidikan.
2. Meningkatkan mutu profesionalisme.
3. Meningkatkan mutu prestasi akademis dan non
akademis peserta didik.
4. Mengembangkan dan
meningkatkan kualitas unit-unit organisasi madrasah.
5. Meningkatkan mutu sarana dan prasarana
pendidikan madrasah.
6. Meningkatkan kerjasama
guru dan pegawai.
7. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
dan religius.
8. Menciptakan hubungan kemitraan dengan
masyarakat.
Tujuan : Menghasilkan
manusia yang berilmu, cerdas, kreatif, terampil, mandiri, dan bertakwa kepada
Allah SWT serta memiliki semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
5.
Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
Struktur organisasi mempunyai peranan dan fungsi yang
sangat penting terhadap keberhasilan suatu sekolah/madrasah. Struktur
organisasi adalah sebagai kerangka pembangunan dan pengelompokan tugas.
Kegiatan apapun namanya di suatu lembaga instansi pemerintahan maupun lembaga
organisasi masyarakat, proses kegiatan diharapkan dapat berjalan dengan baik
sebagaimana mestinya. Tentu diharapkan pendistribusian yang baik pula dengan
melalui organisasi yang baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
masing-masing komponen organisasi.
Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi dalam tinjauan
struktur kelembagaan, memiliki beberapa formatur yang masing-masing personalia
memiliki tugas, fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan amanah yang diberikan.
Dilihat dari pelaksanaan dan operasional Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi
terdiri dari beberapa desain unsur-unsur, yaitu: Kepala Madrasah, Wakil Kepala
Madrasah, Kepala Tata Usaha, Guru dan Peserta didik.
STRUKTUR ORGANISASI MAN 3 KOTA JAMBI
TAHUN
PELAJARAN 2015-2016
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||
|
||||||||||
![]() |
(Sumber
Data: Dokumentasi MAN 3 Kota Jambi Tahun 2016)
6. Keadaan
Guru, Karyawan, dan Peserta Didik
a)
Keadaan Guru
Guru adalah pelaksana dan pengembang program
kegiatan proses belajar mengajar, bagaimanapun guru merupakan peraturan dalam
menyampaikan materi pelajaran untuk tercapainya suatu pendidikan. Keberhasilan
pelaksanaan kegiatan proses belajar dan mengajar sangat tergantung peran dari
guru Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi, sebagai tenaga pengajar atau pendidik
didalam memupuk minat dan menumbuhkan semangat peserta didik dalam memberikan
bekal ilmu pengetahuan melalui program pembelajaran.
Keberhasilan dalam
setiap mata pelajaran tentunya didukung oleh semangat guru dalam menyampaikan
materi pelajaran. Guru di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi merupakan unsur
dari terlaksananya pedidikan dan pengajaran dalam suatu lembaga pendidikan.
Guru merupakan fasilitator penting dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada
peserta didik atau yang disebut pemberi informasi, tentunya diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang baik dalam mengembangkan potensi kognitif, afektif,
dan psikomotorik dalam diri peserta didik. Tanpa guru, suatu lembaga pendidikan
tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Sebagaimana di MAN 3 kota Jambi
dimana sekolah ini memiliki tenaga-tenaga pengajar berjumlah 29 orang yang di
dalamnya termasuk kepala sekolah juga memegang mata pelajaran.
Table 2 : Keadaan Guru Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota
Jambi Tahun Pelajaran 2015-2015
No |
Nama Guru |
Bidang Studi |
P. Terakhir |
Jabatan |
1 |
Drs.
M. Zakri K, M.Pd.I |
Akidah Akhlak |
S1 |
Kepala
Madrasah |
2 |
Drs.
Sayuti, S.Pd |
Sosiologi |
S1 |
Ka.
Perpustakaan |
3 |
Drs. M. Kosasi, S.Pd |
Ekonomi dan PKn |
S1 |
Waka
Sarpra |
4 |
Dra.
Hj. Rozita Azlen |
Akidah Akhlak |
S1 |
Waka
Humas |
5 |
Drs.Dodi
Hendra, M.Pd.I |
Sejarah |
S2 |
Guru |
6 |
Nuryakhman,
S.Ag |
Al Qur’an Hadits |
S1 |
Waka Kesiswaan |
7 |
Hasana,
S.Pd |
Bahasa Indonesia |
S1 |
Guru |
8 |
|
Bahasa Arab |
S2 |
Waka Kurikulum |
9 |
Renita,
S.Si |
Matematika |
S1 |
Guru |
10 |
Noveri,
S.Pd |
Fisika dan Geografi |
S1 |
Guru |
11 |
Drs.
Muzakkar, M.Pd |
Penjasorkes |
S2 |
Guru |
12 |
Neny
Novridewi, S.Pd |
Bahasa Inggris |
S1 |
Guru |
13 |
Srimaduma,
S.Pd |
Matematika |
S1 |
Guru |
No |
Nama Guru |
Bidang Studi |
P. Terakhir |
Jabatan |
14 |
Deis
Reni, S.Pd |
Kimia |
S1 |
Guru |
15 |
Dewi
Maulinda, M.Pd |
Sosiologi |
S2 |
Guru |
16 |
Dewi
RH, SP |
Biologi |
S1 |
Guru |
17 |
Rusnah,
S.Ag |
Fikh dan SKI |
S1 |
Guru |
18 |
Dra.
Arini |
Ekonomi |
S1 |
Guru |
19 |
Abdurrahman,
S.Pd |
PKn |
S1 |
Guru |
20 |
Nani
Afriani, M.Pd |
Bahasa Inggris |
S2 |
Guru |
21 |
Sofwan
Hilal, SE |
TIK |
S1 |
Guru |
22 |
Iskandar,
S.Pd |
Bahasa Inggris |
S1 |
Guru |
23 |
Elsi
Lastari, SE |
Bahasa Indonesia |
S1 |
Guru |
24 |
Yohana Manora, S.Pd.I |
Seni Budaya |
S1 |
Guru |
25 |
Teri
Santera, S.Pd |
BK dan SKI |
S1 |
Guru |
26 |
Aditya
Anggun K, S.Pd |
Seni Budaya |
S1 |
Guru |
27 |
Taufik Hendra N, S.Pd.I |
Bahasa Arab |
S1 |
Guru |
28 |
Eky
Mardawati, S.Pd |
Geografi |
S1 |
Guru |
29 |
Aida
Sutriana, M.Pd.I |
Matematika |
S2 |
Guru |
(Sumber Data: Dokumen
MAN 3
b) Keadaan Karyawan
Karyawan merupakan salah satu unsur
penting dalam sebuah organisasi, terutama organisasi sekolah/madrasah yang
membutuhkan dukungan kinerja yang baik dari para karyawan dan tenaga
administrasi. Pengelolaan administrasi yang baik membutuhkan tenaga-tenaga
terampil dengan kompetensi individual dan keilmuan yang sesuai dengan tugas dan
fungsi yang diberikan. Oleh sebab itu, sekolah/madrasah pada umumnya memiliki
tenaga karyawan dan pengelola administrasi untuk membantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengerjakan berbagai tugas dan pekerjaan administrasi.
Administrasi pada suatu lembaga pendidikan dipandang perlu sebagai penunjang
agar penidikan dan pengajaran berlangsung dengan baik, demi mencapai tujuan
pendidikan yang dicita-citakan. Kegiatan administrasi di Madrasah Aliyah Negeri
3 Kota Jambi meliputi aktivitas-aktivitas dan pelaksanaan dari segala sesuatu
yang berhubungan dengan urusan-urusan sekolah, baik yang menyangkut urusan
dalam maupun luar sekolah.
Kegiatan organisasi akan berjalan dengan
baik apabila didukung dengan tenaga terampil yang mampu memberikan layanan
prima dalam berbagai kegiatan organisas. Demikian halnya dengan administrasi
MAN 3 Kota Jambi, aktivitas administrasi dibantu oleh karyawan Tata Usaha (TU)
yang membantu pelaksanaan tugas kepala sekolah dan guru dalam mengelola MAN 3
Kota Jambi. Untuk itu, administrator di suatu lembaga pendidikan sangat
dibutuhkan bagi kelancaran proses pendidikan dan pembelajaran. Inilah yang
sudah disadari oleh pihak MAN 3 Kota Jambi. Mengenai keadaan karyawan Tata
Usaha MAN 3 Kota Jambi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3 : Keadaan
Karyawan di Madrasah Aliyah Negeri 3
NO |
NAMA |
TUGAS |
STATUS |
1 |
Sugianti,
S.Ag |
Kaur TU |
PNS |
2 |
Drs.
Azmi |
Staf Bid. Kepegawaian |
PNS |
3 |
Deis
Reni, S.Pd |
Bendahara |
PNS |
4 |
Sumarsono,
SH |
Staf TU Bid.
Pendidikan |
PNS |
5 |
Abdurrahman,
S.Pd |
Staf TU Bid. Emis |
PTT |
6 |
Nurekawati,
SH |
Pramusaji |
PTT |
7 |
Faisal |
Satpam |
PTT |
(Sumber Data: Dokumen
MAN 3
c). Keadaan Peserta didik
Peserta didik
merupakan salah satu elemen penting dalam lembaga pendidikan disamping guru dan
materi pelajaran. Peserta didik sebagai objek pendidikan harus mendapatkan
perlakuan edukatif secara berkesinambungan, sehingga kemudian diharapkan dapat
memenuhi kuota out put pendidikan yang ideal sebagaimana diharapkan.
Adapun mengenai keadaan peserta didik MAN 3 Kota Jambi dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4 : Keadaan
Peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi Tahun 2015/2016
No |
Kelas |
Laki-Laki |
Perempuan |
Jumlah |
1 |
X IPA 1 |
11 |
16 |
27 |
2 |
X IPA 2 |
13 |
15 |
28 |
3 |
X IPS 1 |
19 |
18 |
37 |
4 |
X IPS 2 |
19 |
19 |
38 |
5 |
XI IPA |
8 |
12 |
20 |
6 |
XI IPS 1 |
17 |
21 |
38 |
7 |
XI IPS 2 |
16 |
22 |
38 |
8 |
XII IPA |
3 |
17 |
20 |
9 |
XII IPS 1 |
12 |
19 |
31 |
10 |
XII IPS 2 |
13 |
18 |
31 |
|
JUMLAH |
|
|
308 |
( Sumber Data : Dokumen
MAN 3
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ditandai dengan lajunya arus informasi semakin terbuka cakrawala
informasi, sehingga kemudian muncullah istilah era digitalisasi. Sarana dan fasilitas informasi semakin mempermudah
manusia dalam melakukan berbagai komunikasi dan konektifitas. Namun terkadang
manusia lebih melihat sisi positifnya saja karena alur berpikir yang lebih
pragmatis, tanpa melihat sisi negatif dan implikasinya terhadap kehidupan
generasi penerus. Seiring dengan kemajuan tersebut di atas, Madrasah Aliyah
Negeri 3 kota Jambi tumbuh dan berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
7. Saranan dan
Prasarana MAN 3 Kota Jambi
Meskipun diakui bahwa sarana dan prasarana
dalam konteks pendidikan bukanlah faktor utama kesuksesan proses pendidikan.
Namun demikian, fasilitas pendidikan tersebut dianggap cukup urgen dalam
mendukung elemen pendidikan lainnya seperti guru, peserta didik, materi ajar,
dan lain sebagainya. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang
vital dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang harus ada di MAN 3
Kota Jambi, karena itu apabila ada sarana dan prasarana kurang mendukung maka
penyelenggaraan atau pelaksanaan proses pembelajaran di MAN 3 Kota Jambi tidak
dapat berjalan dengan baik. Begitupun sebaliknya, sarana dan prasarana yang
mendukung lengakap akan memudahkan proses pembelajaran, karena dengan
lengkapnya sarana dan prasarana akan memberi variasi pada proses pembelajaran,
secara khusus ataupun pelaksanaan sistem pendidikan secara umum di MAN 3 Kota
Jambi tentunya. MAN 3 Kota Jambi sangat membutuhkan sarana dan prasarana yang
mendukung pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran. MAN 3 Kota Jambi mempunya
gedung serta fasilitas lainnya yang memadai bagi berlangsungnya proses belajar
mengajar. Sarana dan prasarana tersedia merupakan faktor penunjang lancarnya
suatu proses belajar mengajar di MAN 3 Kota Jambi. Semua sarana dan prasarana
yang tersedia di MAN 3 Kota Jambi dapat dilihat pada lampiran.
Terkait dengan
informasi data lapangan tentang sarana dan prasarana pendidikan, penulis
melakukan penelusuran dokumentasi dengan mengamati langsung berbagai sarana dan
fasilitas pendukung pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 3 kota Jambi. Dari
data yang tercatat dari hasil pengamatan sarana penunjang proses belajar
mengajar di MAN 3 Kota Jambi terdiri atas 10 ruang belajar mengajar, yang
merupakan bantuan dari Kementerian Agama Provinsi Jambi, 1 ruang kantor, 1
ruang guru, 1 labor komputer, serta satu ruang kepala sekolah. Disamping itu
juga terdapat kantin yang dikelola langsung oleh masyarakat seputar madrasah, 2
ruang WC Guru dan 2 ruang WC Peserta didik.
Berbicara tentang
kualitas dan kuantitas pendidikan pada suatu lembaga pendidikan, tidak terlepas
dari bahasan tentang sarana pendukung kegiatan pendidikan. Hal ini kemudian
menjadi penting ketika visi dan misi sekolah/madrasah diarahkan pada hasil out
put pendidikan yang mampu bersaing dengan lulusan dari sekolah umum
lainnya. Kualitas suatu sekolah sangat ditunjang oleh sarana dan prasarana
pendidikan, mustahil suatu lembaga pendidikan akan bermutu tanpa dilengkapi
oleh dua hal tersebut. Namun kenyataan di lapangan masih ditemui beberapa
madrasah belum memperhatikan hal-hal ini, dan memiliki sarana dan prasarana
seadanya. Dengan demikian wajar sebagian madrasah tidak mendapat mutu lulusan
yang baik, suasana belajar yang gersang akan tidak mampu menciptakan kenyamanan
belajar, bagaimana sorang peserta didik dapat mengikuti pembelajaran bila
perlatan pendidikan tidak ada komunikasi dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukan tidaklah sempurna manakala tidak didukung oleh media pendidikan yang
relevan.
Sarana-sarana seperti
ini harus dimiliki madrasah/sekolah, demikian juga sumber belajar, buku-buku di
perpustakaan harus lengkap sesuai kebutuhan jenjang pendidikannya.
Sebagaimana telah
dipaparkan sebelumnya bahwa sarana dan fasilitas pendidikan menjadi penting
ketika sekolah/madrasah berupaya mewujudkan visi dan misi lembaga, sehingga
seluruh fasilitas pendukung harus diwujudkan meskipun dalam bentuk yang masih
sederhana. Terutama fasilitas gedung tempat berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar.
Lembaga pendidikan
seperti MAN 3 Kota Jambi, disamping buku-buku juga mempunyai gedung yang baru
serta fasilitas yang memadai bagi berlangsungnya proses belajar mengajar,
fasilitas tersedia merupakan faktor penunjang lancarnya suatu proses belajar
dan mengajar. Semua fasilitas yang tersedia di MAN 3 Kota Jambi ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 5 : Sarana dan
Prasarana Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2015-2016.
No |
Jenis
Sarana Dan Prasaran |
Volume/
Jumlah |
Ket |
1. |
Ruang Kepala Sekolah |
1 |
Baik |
2. |
Ruang Tatat Usaha (TU) |
1 |
Baik |
3. |
Ruang Majlis Guru |
1 |
Baik |
4. |
Ruang Kelas |
10 |
Baik |
5. |
Ruang UKS |
1 |
Baik |
6. |
Ruang Kantor |
1 |
Baik |
7. |
Ruang Laboratorium |
1 |
Baik |
8. |
Gudang |
1 |
Baik |
9. |
WC
Guru |
2 |
Baik |
10. |
WC
Peserta didik |
5 |
Baik |
11. |
Kantin
Madrasah |
2 |
Baik |
12. |
Kursi dan meja peserta didik |
308 |
Baik |
13. |
Kursi Jok (Guru) |
24 |
Baik |
14. |
Meja ½ biro (Guru) |
8 |
Baik |
15. |
Perpustakaan |
1 |
Baik |
16. |
Kursi Pustaka |
11 |
Baik |
17. |
Lemari Buku Pustaka |
5 |
Baik |
18. |
Buku Buku Referensi |
3.559 |
Baik |
19. |
Meja
½ biro (Pegawai) |
7 |
Baik |
20. |
Meja 1 biro (Kepala) |
1 |
Baik |
21. |
Papan Pengumuman |
2 |
Baik |
22. |
Papan Tulis |
10 |
Baik |
23. |
Papan Data |
3 |
Baik |
24. |
Lemari
kayu |
9 |
Baik |
25. |
Meja
Kompter |
2 |
Baik |
26. |
Filing
Kabinet |
7 |
Baik |
27. |
Brangkas |
1 |
Baik |
28. |
Kursi Tamu (set) |
1 |
Baik |
29. |
Komputer/Laptop |
5 |
Baik |
30. |
Printer |
3 |
Baik |
31. |
Sound Sistem |
1 |
Baik |
32. |
Dispenser |
2 |
Baik |
33. |
Listerik |
1 |
Baik |
34. |
Wifi/Internet |
1 |
Baik |
35. |
Lapangan
Volli |
1 |
Baik |
36. |
Lapangan
Tenis Meja |
3 |
Baik |
37. |
Lapangan
Bulu Tangkis |
1 |
Baik |
(Sumber Data : Dokumen
MAN 3
Kepala madrasah sebagai pemimpin kemajuan sekolah
bertanggung jawab dalam mengusahakan fasilitas pendidikan yang dibutuhkan
sekolah. Satu bentuk dari instrument pendidikan yaitu sarana dan prasarana.
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang vital dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran, karena itu apabila sarana dan
prasarana kurang mendukung maka penyelenggaraan atau pelaksanaan proses
pembelajaran di sekolah tidak dapat berjalan dengan baik. Begitupun sebaliknya,
sarana dan prasarana yang mendukung dan lengkap akan memudahkan proses
pembelajaran, karena dengan lengkapnya
sarana dan prasarana akan memberi variasi pada proses pembelajaran, secara
khusus ataupun pelaksanaan sistim pendidikan secara umum di sekolah tentunya.
B. TEMUAN KHUSUS
1.
Strategi guru untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri
3 Kota Jambi
Pada hakekatnya proses pembelajaran
merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam
situasi tertentu. Mengajar adalah suatu tugas yang membutuhkan penampilan
maksimal guru agar menghasilkan output yang maksimal pula. Penampilan
pembelajaran maksimal yang dilakukan oleh seorang guru harus memperhatikan
banyak hal, di antara profesionalitas guru pada bidang studi Aqidah Akhlak.
Strategi guru dalam mengatasi kurangnya minat belajar siswa pada bidang studi
Aqidah Akhlak di Kelas X Madrasah Aliyah Negeri
3 Kota Jambi dapat diketahui dan dapat diuraikan sebagai berikut:
a).
Memberi Semangat dan Mengaktifkan Peserta Didik
Pada awalnya kemauan siswa dalam
mempelajari Aqidah Akhlak masih sangat kurang, hal ini terlihat lemah dari
pemahaman siswa terhadap pelajaran yang sudah diberikan oleh guru.
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah
Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota
Jambi yang mengatakan:
”Dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak khususnya bidang
studi Aqidah Akhlak sulit bagi saya untuk melihat kemampuan siswa yang
benar-benar ingin memahami pelajaran dengan baik. Maka dari itu usaha saya dalam
menarik perhatian siswa agar lebih berkonsentrasi dalam belajar, maka saya
memberikan pujian yang pantas kepada siswa yang benar-benar memahami dan
memperhatikan disaat saya menyampaikan materi dan saya menanyakan kepada siswa
jika terapat siswa yang kurang jelas dalam pembelajara ini maka saya mencapi
jlan keluar bagi siswa merak kesulitan dalam memahami pelajaran ini. (Wawancara,
1 Maret 2016).
Kegiatan awal
atau pembukaan pembelajaran Aqidah Akhlak yang mencakup pembinaan keakraban dan
pre-test. Pembinaan keakraban perlu dilakukan untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif bagi pembentukan kemampuan peserta didik, sehingga
tercipta hubungan yang harmonis antara guru sebagai fasilisator dan peserta
didik , dalam hal ini, peserta didik perlu diperlakukan sebagai individu yang
memiiki persamaan dan perbedaan individual.
Observasi penulis di kelas X di Madrasah
Aliyah Negeri 3 Kota Jambi penulis menemukan bahwa strategi guru Aqidah Akhlak
dalam mengatasi kurang minat belajar siswa yaitu dengan melakukan pujian bagi
siswa yang terlihat sungguh-sungguh dalam belajar dan memberi dorongan semangat
agar mereka terus belajar dan memiliki minat yang lebih dari sebelumnya. Bagi
siswa yang kurang sungguh-sungguh serta siswa yang memiliki minat yang kurang
dalam belajar maka sisw tersebut berdialog mengenai kesulian mereka dalam
menyerap pelajaran Aqidah Akhlak, dan dicarikan solusi pemecahan masalah atau
keadaan ini.(Observasi, 1 Maret 2016).
Hal ini sangat berguna bagi peningkatan
pelaksanaan pembelajaran pada masa yang akan datang pada bidang studi Aqidah
Akhlak. Upaya ini bisa dilakukan secara kontinyu atau berkesinambungan maka
akan terlihat hasilnya pada kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran.
b). Membantu Memenuhi Kebutuhan Siswa
Minat dan kebutuhan anak dalam prinsip
belajar yang dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajar Aqidah Akhlak.
Sebagai mana kita ketahui bahwa minat itu bukan dibawa dari lahir, namun minat
itu ada setelah beberapa waktu. Minat anak untuk belajar di Madrasah Aliyah
Negeri 3 Kota Jambi, bisa dibangkitkan guru dengan menyajikan materi pelajaran
di kelas dengan menarik. Guru perlu memperhatikan minat dan kebutuhan sebab
keduannya penyebab timbulnya perhatiannya, dengan demikian akan sungguh-sungguh
dalam belajar.
Wawancara dengan Ibu
Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota
Jambi yang mengatakan:
”Ada
beberapa aspek yang saya masih kurang dalam proses pembelajaran, salah satunya
adalah aspek minat siswa untuk belajar pada bidang studi Aqidah Akhlak masih
sangat lemah kurang penyebabnya karena banyak siswa yang lemah kemampuannya
dalam memahami materi ini. Untuk mengatasinya saya selalu memusatkan perhatian
dan membagi mereka menjadi beberapa kelompok. Setelah itu mereka mempraktekkan
materi ini dengan kelompok mereka masing-masing dengan demikian mereka
bersemangat dalam memperhatikan. (Wawancara, 01 Maret 2016).
Berdasarkan
keterangan di atas berarti guru harus selalu memiliki kepekaan terhadap usaha
menciptakan suasana yang akrab. Meksipun di antara sesama guru dan siswa sudah
saling mengenal, hal ini hendaknya selalu diperhatikan dan dijalankan. Suasana
ini dapat mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar, suasana
keakraban ini penting ditumbuhkan oleh guru/fasilitator sebelum kegiatan inti
pembelajaran dimulai. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa peserta didik tidak
dapat berpartisipasi secara optimal di dalam kegiatan pembelajaran apabila
tidak saling mengenal satu sama lainnya tidak akrab.
Pengamatan
penulis di kelas X Madrasah Aliyah Negeri
3 Kota Jambi dimana banyaknya siswa yang kurang berminat saat mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas pada bidang studi Aqidah Akhlak memang guru
jarang menyampaikan materi pembelajaran yang menarik, sehingga mereka banyak
diam saja di kelas dan tidak banyak bertanya. Namun, dengan adanya cara guru
dalam mempraktekkan materi ini mereka menjadi bersemangat dalam belajar.
(Observasi, 01 Maret 2016).
Berdasarkan
observasi di atas dapat diketahui bahwa siswa yang berminat belajar pada bidang
studi Aqidah Akhlak hal ini disebabkan guru mengupayakan materi pembelajaran
yang menarik, sehingga siswa menjadi termotivasi dan mempunyai minat untuk
belajar pada bidang studi Aqidah Akhlak.
Pelaksanaan pembelajaran bukan hanya
sekedar mengisi dan memberi saja, tetapi gejala masalah yang terdapat pada anak
juga sangat
berpengaruh dalam proses pembelajaran, maka dari itu sangat dibutuhkan usaha
guru dalam mencari dan memecah segala permasalahan yang terdapat pada anak,
salah satu contoh perlombaan LCT adalah salah satu usaha dalam memotivasi
terhadap siswa yang kurang berminat dalam belajar terutama di bidang studi
Aqidah Akhlak.
Wawancara
dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri
3 Kota Jambi yang mengatakan:
”Untuk menumbuhkan minat belajar siswa di kelas X ini saya
melakukan berbagai usaha salah satunya saya mengadakan LCT di akhir
pembelajaran dengan mengadakan LCT ini dapat saya lihat hasilnya melalui usaha
dan semangat siswa untuk memperoleh kemenangan dalam perlombaan ini, tentunya.
(Wawancara, 02 Maret 2016).
Saat di konfirmasi juga kepada siswa
Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota
Jambi yang bernama Erawati, di mana beliau mengatakan:
”Kami sangat termotivasi dengan adanya LCT yang selalu
diadakan di akhir pengajaran, karena dengan adanya perlombaan LCT ini saya
lebih menyukai dan berusaha untuk menguasai semua materi yang telah diajarkan.
Sebagai salah satu cara dalam memperoleh kemenangan (Wawancara, 02 Maret 2016).
Hasil
wawancara dengan Ridwan, siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
beliau mengatakan:
”Dengan adaya perlombaan LCT ini saya
sangat termotivasi dalam memahami dan menyukai bidang studi ini, memang tidak. Semua bidang
studi dimasukkan dalam perlombaan, tetapi salah satu bidang studi yang termasuk
dalam acara ini yaitu Aqidah Akhlak. Dari usaha saya dalam memahami materi ini
saya tidak hanya berharap untuk menang tetapi saya sadari bahwa apa saja yang
telah saya pahami itu bukan hanya keperluan saya dalam menjawab perlombaan
tetapi pengetahuan saya dalam bidang Aqidah Akhlak juga membantu saya agar
lebih memahami dan menyadari bahwa setiap materi jika selau diulas atau
dipelajari berulang-ulang maka itu bisa mempermudah kita. (Wawancara, 02 Maret
2016).
Berdasarkan
wawancara di atas dapat dipahami bahwa strategi guru menumbuhkan motivasi siswa
adalah dengan mengadakan perlombaan LCT, salah satu bidang studi yang termasuk
dalam acara ini yaitu Aqidah Akhlak.
c). Memusatkan
Perhatian Peserta Didik pada Tugas-Tugas Tertentu
Memperbanyak
latihan dan tugas membaca di rumah bertujuan untuk membina siswa agar lebih
kreatif serta mempelajar membaca dan lebih memahami materi baik yang
berbentuk bahasa Arab atau yang
berbentuk tulisan biasa yang mudah untuk dibaca. Maka dari itu, guru bidang studi Aqidah Akhlak sering memberi
tugas atau latihan untuk dikerjakan di rumah.
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah
Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi, mengatakan:
”Memperbanyak latihan membaca dan
memberi tugas di rumah sering saya perintahkan kepada siswa yang belajar pada bidang
studi Aqidah Akhlak. Hal ini bertujuan agar siswa lebih sering membuka materi
yang sudah dipelajari di rumah mereka masing-masing. Melalui latihan dan
pemberian tugas membaca tambahan di rumah, mereka terbiasa untuk belajar di
rumah, mereka menjadi lebih giat untuk belajar di rumah dan tidak melakukan
kegiatan negatif lainnya seperti bermain-main dengan teman mereka tanpa ada
kemauan untuk belajar. (Wawancara, 03 Maret 2016).
Hasil wawancara dengan Dewi Sartika, siswa Kelas X
Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
mengatakan:
”Guru yang mengajar Aqidah Akhlak
memang sering memerintahkan kepada kami selaku muridnya untuk latihan membaca
dan memahami materi yang diberikan pada hari ini. Hasilnya akan terlihat pada
pembelajaran selanjutnya karena guru mengadakan evaluasi atau tanya jawab serta
meminta untuk mempraktekan materi minggu ini.(Wawancara, 03 Maret 2016).
Pengamatan
penulis lebih lanjut terhadap guru yang mengajar Aqidah Akhlak di mana dengan
adanya latihan dan tugas membaca di
rumah, maka dapat kita lihat sejumlah siswa yang telah bisa memahami dan
mempraktekkan materi ini agar lebih lanjutnya bisa mereka terapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Hasil wawancara dengan Muhammad Zaki,
siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi mengatakan bahwa:
”Guru yang mengajar Aqidah Akhlak juga
sering memberi tugas di rumah dengan memerintahkan kepada kami untuk mencari
atau mencatat ayat yang terdapat pada materi hari ini, karena kami sadari
dengan adanya tugas ini maka pada saat sepulang sekolah saya langsung membuka
Al-Qur'an dan mencari serta mencatat ayat yang diperintahkan atau mengerjakan
tugas yang diberikan. Dengan adanya tugas ini saya termotivasi untuk membuka
ulang buku Aqidah Akhlak di rumah. (Wawancara, 03 Maret 2016).
Pengamatan penulis terhadap guru yang
mengajar Aqidah Akhlak di mana guru sering memerintahkan kepada siswa untuk memberi
latihan membaca di rumah. Selanjutnya diadakan penilaian dengan tanya jawab
dengan siswa tentang materi minggu lalu, dan meminta siswa untuk mempraktekkan
di kelas.(Observasi, 04 Maret 2016).
Kegiatan yang berupa latihan dan tugas
membaca di rumah baik secara individu maupun kelompok sangat baik bagi siswa.
Hal ini akan membuat mereka lebih berkonsentrasi pada kegiatan belajar,
meskipun mereka berada di luar sekolah.
Kegiatan
inti pembelajaran antara lain mencakup penyampaian informasi tentang bahan
pelajaran atau materi standar, membahas materi standar untuk membentuk
kompetensi peserta didik serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam
membahas materi standar atau memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Dalam
pembelajaran, peserta didik dibantu oleh guru sebagai fasilitator dalam
melibatkan diri untuk membentuk kompetensi serta mengembangkan dan
memodifikasikan kegiatan pembelajaran, apabila kegiatan itu menuntut adanya
pengembangan atau modifikasi. Kegiatan pembelajaran mencakup berbagai langkah
yang perlu ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai fasilitator untuk
mewujudkan kemampuan peserta didik.
Penerapan
suatu metode yang dilakukan guru di Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi telah menyesuaikan dengan materi
yang diajarkan dan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Melalui metode
yang digunakan, guru terhadap siswa bukan hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajarannya saja, akan tetapi lebih dituntut siswa mahir dalam
mempraktekkanya.
Pengamatan
penulis di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dalam proses pembelajaran Aqidah
Akhlak dimana guru saat mengajar dikelas menggunakan metode ceramah, tanya
jawab, dan pemberian tugas. Dengan demikian, kondisi pembelajaran tidak
terkesan. menonton dan siswa nampaknya memiliki banyak kesempatan untuk lebih
memahami materi ini karena metode yang digunakan selalu mengarah siswa untuk
bisa mempraktekkan materi ini di kelas dan dalam kehidupan sehari-hari.
(Observasi, 4 Maret 2016).
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita
Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang
mengatakan:
”Saya sekarang menggunakan metode lain
seperti demonstrasi dan drill untuk lebih bisa memahami materi, disamping itu
saya juga memberi penugasan di rumah untuk mengerjakan berupa latihan yang
terdapat pada materi. Saya berusaha menggunakan variasi metode dalam mengajar
saat ini”. (Wawancara, 4 Maret 2016).
Wawancara penulis dengan Saiful, siswa kelas X di
Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
”Kami melihat guru mengajar di kelas
dengan menggunakan bermacam matode seperti metode ceramah lalu di lanjutkan dan
guru menjelaskannya dengan ceramah lalu di lanjutkan dengan tanya jawab. Dengan
demikian kami menjadi bersemangat untuk mengikuti pembelajaran”. (Wawancara, 4
Maret 2016).
Kemudian wawancara penulis dengan Nurul Huda, siswa Kelas
X di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
”Kami melihat guru mengajar di kelas
menggunakan metode yang mendemontrasikan atau memperagakan sesuatu tentang
materi Aqidah Akhlak yang diajarkan, sehingga kami sangat antusias
memperhatikan materi pelajaran yang diberikan guru”. (Wawancara, 04 Maret
2016).
Guru
menyadari bahwa metode yang dipakai mempengaruhi pembelajaran yang berlangsung,
sehingga dengan demikian guru menggunakan metode mengajar yang lebih
bervariasi. Demikian juga dalam penerapan kurikulum yang dilakukan dengan
pengembangan program tahunan, semester, satuan pelajaran dan rencana pengajaran
yang dibuat sebelum guru mengajar. Dengan
demikian, guru masih membuat SP/RP.
Perencanaan
pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan pada jangka waktu tertetu
yang berisi tentang apa yang akan dilakukan guru dalam mengajar. Dengan
demikian, persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang
akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran perlu
diakukan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran seperti standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat dan
sumber pembelajaran serta penilaian pembelajaran.
Hal ini berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik. Mengenai perencanaan pembelajaran, berikut wawancara dengan Ibu
Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak yang mengatakan:
“Untuk melakukan
pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas, maka terlebih dahulu saya harus menyiapkan
beberapa hal tentang pembelajaran itu sendiri. Hal itu meliputi mempersiapkan
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran,
alat dan sumber pembelajaran serta penilaian pembelajaran dalam suatu materi
yang akan saya ajarkan nantinya di kelas. (Wawancara, 10 Maret 2016).
Observasi
penulis di kelas X penulis menemukan bahwa guru Aqidah Akhlak membuat silabus,
RPP yang memperhatikan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran,
kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian
pembelajaran dalam silabus tersebut. Guru dalam melakukan hal tersebut banyak
mengambil dari format yang sudah ada pada buku-buku pelajaran Aqidah Akhlak .(Observasi,
10 Maret 2016).
Dalam
menyukseskan suatu kurikulum, idealnya peserta didik dilibatkan dalam
perencanaan pembelajaran, untuk mengidentifikasi standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran
serta penilaian pembelajaran. selanjutnya guru dapat menentukan jenis evaluasi untuk melihat
keberhasilan dan kemajuan belajarnya, pelibatan peserta didik tersebut antara
lain dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok, dan curah pendapat.
Pengamatan
terhadap guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi sebagai berikut bahwa guru yang
mengajar Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi melakukan persiapan pengajaran
agar bisa digunakan dalam pembelajaran.
Wawancara
penulis dengan Bapak M. Zakri, K. M.Pd.I, kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi terhadap yang mengatakan:
“Prestasi belajar adalah target akhir dari proses pembelajaran di Madrasah
Aliyah Negeri 3 Kota Jambi. Untuk mencapai tujuan itu, maka guru memang perlu mempersiapkan proses
pembelajaran secara maksimal, termasuk memperhatikan minat belajar siswa
nantinya saat mengikuti kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak. Saya membuat
perencanaan dengan memperhatikan minat siswa, untuk itu saya merencanakan memberikan insentif hadiah dan hukuman, memberi pujian dan melakukan
diskusi kesulitan belajar, menggunakan metode mengajar yang variatif dan
menggunakan beragam sumber belajar”. (Wawancara, 10 Maret
2016).
Setelah diobservasi terlihat bahwa guru Aqidah Akhlak
membuat perencanaan program pembelajaran yang merupakan landasan utama bagi
seorang guru dalam pengajaran jangka waktu yang agak panjang nampaknya
direalisasikan sebagaimana mestinya. Program perencanaan pembelajaran tersebut
meliputi program tahunan, semester, satuan pembelajaran dan rencana pengajaran.
Pada dasarnya yang menjadi isi dari program semester pada mata pelajaran Aqidah
Akhlak adalah apa yang tercantum dalam GBPP, tetapi beberapa pengaturan kembali
dilakukan untuk perluasan dan kelengkapan sehingga membentuk suatu program
pengajaran.
Menurut Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak
bahwa termasuk di dalamnya pembuatan silabus dan RPP di tiap-tiap pokok bahasan
yang saya ajarkan atau yang diberikan dalam proses pembelajaran telah saya buat
dengan baik serta belajar dari pengalaman kesalahan yang lalu.
Tahapan perencanaan pembelajaran Aqidah Akhlak hendaknya
memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar, maksudnya adalah harus
tetap mengacu kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jadi pelajaran
yang telah diajarkan harus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar, misalnya tentang akhlak qadha dan qadhar kepada Allah, maka yang
dipelajari adalah tentang kehidupan sehari-hari.
2.
Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
a). Faktor
Pendukung
Kerja sama
yang intensif dilakukan kepala sekolah dengan guru diharapkan mampu memberikan
gagasan baru bagi pelaksanaan pembelajaran, karena adanya pola saling mendukung
antara dua pihak yang berkepentingan dalam pembelajaran.
Wawancara
dengan M. Zakri, K. M.Pd.I, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang
mengatakan:
“Berbagai
permasalah yang timbul dalam upaya peningkatan minat belajar siswa selalu saya
selesaikan melalui rapat berkala dengan majelis guru yang diselenggarakan
setiap 2 bulan sekali, diskusi dengan guru setiap guru dan lain-lain. Melalui
upaya ini, saya bisa menuangkan gagasan yang bisa meningkatkan belajar siswa.
Salah satu gagasan tersebut adalah mengenai peningkatan disiplin belajar dan
sarana pembelajaran. Waktu belajar yang tidak tepat waktu sebisa mungkin
diperbaiki dengan waktu belajar di kelas tepat pada waktunya. (14 Maret 2016).
Pengamatan penulis di
kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota
Jambi dimana penulis melihat bahwa disiplin belajar siswa sudah sangat baik.
Setiap harinya tidak tampak siswa yang terlambat datang ke sekolah atau siswa
yang bolos belajar. Saat dilakukan pengamatan selama 2 bulan, maka selama
rentang waktu itu ada 3 orang yang terlambat ke sekolah dan tidak ada yang
bolos belajar. (Observasi, 14 Maret 2016).
Wawancara dengan Ibu
Dra. Hj. Rozita Azlen,, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota
Jambi yang mengatakan:
“Saya
mengajar di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi memang belum lama, namun pengalaman mengajar yang saya
miliki belum sepenuhnya baik, sehingga dalam keseharian proses pembelajaran itu
sendiri sering mendapat kendala dan hasil yang kurang memuaskan atau baik sebagaimana mestinya.
Untuk itu saya berusaha melakukan dialog dengan kepala sekolah bagaimana
melakukan pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik lagi” (Wawancara, 14 Maret 2016).
Berbagai permasalahan
sering ditemui guru dalam proses pembelajaran dan upaya peningkatan minat
belajar siswa. Untuk memecahkan masalah itu maka guru dan kepala sekolah
melakukan kerja sama dalam rangkaian proses pembelajaran yang dilakukan. Saat
diobservasi mengenai kerja sama menyangkut hal ini maka terlihat guru sering
melakukan diskusi tentang permasalahan proses pembelajaran di Madrasah Aliyah
Negeri 3 Kota Jambi. Hal ini meliputi, diskusi tentang bagaimana memberikan
materi pembelajaran yang kondusif terhadap siswa, tentang bentuk evaluasi yang
baik, penegakan disiplin waktu dalam belajar dan lain sebagainya.
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita
Azlen, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
“Sebagai upaya peningkatan minat
belajar siswa, maka saya berusaha meminta saran dari kepala sekolah mengenai
kinerja saya selama ini mengajar di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi Kepala
sekolah banyak memberikan masukan bagi saya tentang bagaimana menciptakan
kondisi belajar yang efesien dan efektif di kelas, dengan tujuan minat belajar
siswa.(Wawancara, 15 Maret 2016).
Keadaan ini menjadi pendukung percepatan
upaya peningkatan minat belajar siswa pada setiap bidang studi di Madrasah Aliyah
Negeri 3 Kota Jambi. Kegiatan kerja sama dengan kepala sekolah guna mencari
solusi pemecahan masalah untuk kemajuan pendidikan/pengajaran di Madrasah
Aliyah Negeri 3 Kota Jambi.
b).
Faktor Penghambat
Buku sumber yang terbatas membuat pembelajaran menjadi
kurang efektif. Tempo pembelajaran yang lambat tentu membuat banyak waktu yang
terpakai. Dengan sumber yang terbatas tentu akan menghambat proses belajar
siswa dan guru akan mengalami kesulitan dalam mengajar. Berbagai sumber
kesulitan belajar siswa di atas membuat guru memikirkan bagaimana
mengantisipasinya dalam suatu strategi penyelesaian yang tepat.
Wawancara dengan Ibu
Dra. Hj. Rozita Azlen,, Guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota
Jambi yang mengatakan:
“Minimnya
buku sumber yang dimiliki siswa membuat tempo pembelajaran yang lambat. Hal ini
dikarenakan sumber belajar seperti buku paket dan LKS. Dimana siswa kelas X
hanya sedikit yang memiliki buku tersebut, maka dari itu mereka hanya bisa
memahami dan mencatat dari apa yang diterangkan atau yang saya sampaikan di
saat belajar. (Wawancara, 15 Maret 2016).
Buku sumber yang
tebrbatas membuat pembelajaran menjadi kurang efektif. Tempo pembelajaran yang
lambat tentu membut banyak waktu yang terpakai. Dengan sumber yang terbatas
menghambat proses belajar siswa dan keadaan ini akan mengakibatkannya rasa
kesulitan bagi siswa.
Wawancara dengan
Bapak M. Zakri, K. M.Pd.I, selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
mengatakan:
“Dalam
persediaan sumber belajar ini saya akui sumber belajar yang kami sediakan
kurang memadai. Hal ini terhambat karena kurangnya dana yang memadai. Oleh
karenanya saya menyuruh kepada guru untuk memoto copy buku-buku pelajaran”.
(Wawancara, 17 Maret 2016).
Wawancara dengan Ibu
Dra. Hj. Rozita Azlen,, guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota
Jambi yang mengataka:
“Kurangnya
sarana dan prasarana. Dimana kendala ini di ungkapkan karena didalam
pembelajaran siswa hanya sedikit memperoleh informasi sewaktu belajar saja.
Tetapi mereka juga butuh bahan tambahan seperti hal buku LKS mereka hanya
mendapat informasi di saat mereka di terangkan oleh guru”.(Wawancara, 17 Maret
2016).
Perubahan yang
terjadi pada salah satu sumber belajar akan mengakibatkan terjadinya perubahan
pada kegiatan pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada suatu sumber belajar
juag akan mengakibatkan sumber belajar yang lain dapat menyesuaikan dengan
perubahan yang terjadi. Banyaknya sumber pelajaran memungkinkan guru untuk
memberikan pelajaran sesuai dengan keadaan siswa pada saat belajar.
Beberapa hal yang belum diperhatikan
oleh guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi. Untuk
menarik perhatian siswa dalam Belajar yaitu penggunaan metode mengajar yang
bervariasi. Sehubungan dengan itu sebagaimana pengamatan penulis dalam
pembelajaran pada bidang studi Aqidah Akhlak di mana kebosanan siswa dalam
proses pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas X terlihat cukup tinggi. Memang
terlihat ada sebagian siswa yang kurang bersemangat untuk belajar. Ini
dikarenakan guru hanya memberikan materi pelajaran secara ceramah saja.
Berdasarkan pengamatan di atas dapat
diketahui bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran Aqidah Akhlak memang ada sebagian siswa yang
kurang memperhatikan guru dalam memberikan pelajaran. Lebih lanjut kurang
berminat dalam belajar di mana dalam proses pembelajaran bidang studi Aqidah
Akhlak Memang saya kurang bersemangat. (Observasi, 17 Maret 2016).
Wawancara penulis dengan M. Syarif,
siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
“Saya kesulitan dalam mengikuti
kegiatan belajar karena motivasi saya untuk belajar dalam proses pembelajaran
bidang studi Aqidah Akhlak memang kurang. Hal ini dikarenakan guru
mengajar terlalu banyak menggunakan metode ceramah setiap kali pertemuan
mengajar di kelas”. (Wawancara, 22 Maret 2016).
3. Solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan minat
belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah
Negeri 3 Kota Jambi
Minat
merupakan elemen penting yang membantu siswa menyenangi bidang studi yang
dipelajarinya. Seperti hanya pada bidang studi yang lain, pada bidang studi Aqidah Akhlak minat Belajar jug
dibutuhkan. Tentu guru tidak ingin bila tujuan pendidikan dan pembelajaran yang
telah direncanakan tidak tercapi melihat siswa tidak memiliki minat sedikitpun
untuk mempelajari bidang studi Aqidah Akhlak.
Adapaun Solusi yang diberikan guru dalam meningkatkan
minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah
Aliyah Negeri 3 Kota Jambi diantaranya
adalah :
a). Menumbuhkan Minat Baru dan Minat yang Ada Pada Siswa
Setiap
perbuatan, termasuk perbuatan belajar didorong oleh satu atau beberapa minat.
Minat atau biasa juga disebut juga dorongan atau kebutuhan merupakan suatu
tenaga yang berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk
berbuat mencapai suatu tujuan.
Observasi peneliti terhadap guru
Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri
3 Kota Jambi dimana menemukan bahwa adapun yang telah dilaksanakan untuk
meningkatkan minat belajar siswa, di antaranya dengan menghargai hasil karya
siswa, menerapkan persaingan yang sportif dalam perbandingan hasil-hasil
belajar siswa dan membuka peluang bagi setiap siswa untuk berprestasi, hal ini
seperti memberikan kepada setiap siswa yang berusaha ingin belajar lebih giat,
ingin bertanya sepenuhnya tentang suatu pelajaran yang tidak mereka pahami.
Kemudian guru juga memberikan bahan pelajaran dengan menceritakan informasi
terkini atau menarik mengenai bahan pelajaran tersebut dan juga kegunaannya di
masa yang akan datang. (Observasi, 22 Maret 2016).
Sebagaimana
dikemukakan oleh Bapak M. Zakri, K. M.Pd.I, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi berikut ini:
“Untuk
menghadapi anak yang lambat memahami pelajaran maka guru menggunakan media yang
ada dalam belajar seperti menggunakan media karton untuk menulis ayat-ayat
Al-Qur’an. Ini salah satu strategi yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi
minat belajar siswa agar memiliki minat dalam belajar. Kemudian guru juga memberikan
bahan pelajaran dengan menceritakan informasi terkini atau menarik mengenai
bahan pelajaran tersebut dan juga kegunaannya di masa yang akan datang”.
(Wawancara, 22 Maret 2016).
Wawancara
dengan Akmaludin, siswa di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
“Saya
memang sering melihat guru mata pelajaran Aqidah Akhlak menggunakan media yang
ada dalam belajar seperti menggunakan media karton untuk menulis ayat-ayat
Al-Qur’an, dan terkadang guru juga langsung memberikan praktek tentang materi
yang diajarkan”. (Wawancara, 28 Maret 2016).
Tujuan
semua yang dilakukan guru di atas agar motivasi siswa dalam proses pembelajaran
bergairah, dan tidak terkesan monoton. Kemudian juga tujuannya untuk menjadikan
siswa aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini memang menuntut siswa untuk
lebih memiliki kemampuan menguasai materi yang telah disampaikan oleh gurunya.
Langkah selanjutnya yang dilakukan
guru adalah memberikan hukuman dan hadiah. Orang tua dapat memberikan hadiah
bagi peningkatan disiplin anak untuk belajar di rumah. Sebagaimana pula
dikemukakan oleh Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru mata pelajaran Aqidah Akhlak
mengatakan:
“Bentuk hadiah dan hukuman adalah tindakan yang
terkadang sangat efektif untuk memacu kemampuan belajar siswa. Untuk itu
sebagai guru hal ini baik dilakukan sebagai upaya mengarahkan anak agar
berminat belajar. Meskipun demikian ada juga sebagian anak yang masih kurang
berminat belajar. (Wawancara, 28
Maret 2016).
Hal serupa juga dikemukakan oleh
Akmaludin, siswa yang mengatakan:
“Adapun bimbingan yang dilakukan terhadap siswa berminat
belajar adalah memberi berupa hadiah seperti uang atau perlengkapan belajar,
jika anak berprestasi belajar di sekolah dan memberi siswa hukuman apabila dia
tidak mau belajar seperti mendapat hukuman agar anak bisa belajar lebih baik di
masa depannya. (Wawancara, 28 Maret 2016).
Berdasarkan pendapat dari guru dan siswa di atas dapat
diketahui bahwa solusi guru dalam meningkatkan minat siswa dalam belajar pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak, maka guru memainkan peranan penting dengan
pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi seperti membelikan mereka
perlengkapan belajar di sekolah dan pemberian hukuman agar anak berkeingin
belajar.
b). Memberi Pujian
dan Melakukan Diskusi Kesulitan Belajar
Pada awalnya kemauan
siswa dalam mempelajari Aqidah Akhlak masih sangat kurang, hal ini terlihat
lemah dari pemahaman siswa terhadap pelajaran yang sudah diberikan oleh guru.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru mata pelajaran
Aqidah Akhlak berikut ini:
“Dalam
proses pembelajaran Aqidah Akhlak, sangat sulit bagi saya untuk melihat kemauan
siswa yang betul-betul ingin memahami
pelajaran dengan baik, karena siswa ada
tidak begitu serius mengikuti proses pembelajaran. Untuk meningkatkan
minat siswa agar lebih berkonsentrasi dalam belajar, maka saya memberikan
pujian yang pantas kepada anak yang berprestasi dan berpeluang untuk
berprestasi”. (Wawancara, 30 Maret 2016).
Observasi penulis
menemukan bahwa strategi guru Aqidah Akhlak dalam meningkatkan minat belajar
siswa yaitu dengan melakukan pujian bagi anak-anak yang terlihat
sungguh-sungguh belajar dan memberikan dorongan semangat belajar untuk terus
belajar lebih giat lagi dari sebelumnya. Bagi anak yang kurang sungguh-sungguh
belajar maka anak tersebut diajak untuk berdialog mengenai kesulitan belajar
Aqidah Akhlak dan dicari solusi pemecahan masalahnya. (Observasi,
30 Maret 2016).
Wawancara dengan Ade Fitria, siswa yang mengikuti
pembelajaran studi Aqidah Akhlak mengatakan:
“Guru
terkadang memberikan pujian kepada saya yang sungguh-sungguh mengikuti
pembelajaran. Di samping itu guru juga mambantu memecahkan masalah saya jika
saya kesulitan belajar di kelas.” (Wawancara, 30 Maret 2016).
Hal ini sangat
berguna bagi peningkatan minat belajar pada masa yang akan datang pada bidang
studi Aqidah Akhlak. Upaya ini bila dilakukan secara kontinyu atau
berkesinambungan maka akan terlihat hasilnya pada prestasi belajar siswa.
c). Menggunakan
Metode Mengajar yang Variatif
Penerapan suatu
metode yang dilakukan guru di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi telah disesuaikan dengan macam
materi yang akan diajarkan dan tujuan yang akan dicapai dalam pelajaran. Jadi satu metode yang ada tidak dapat dikatakan serba
guna. Siswa bukan hanya dituntut untuk menguasai materi pelajarannya saja, akan
tetapi lebih dituntut siswa mahir dalam mempraktekkannya, untuk itu metode yang
tepat dalam memberikan pelajaran telah diperhatikan guru.
Pengamatan penulis di
Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dimana guru saat
mengajar di kelas menggunakan metode ceramah, dan saat sesi tanya jawab, dan
melakukan cerita tentang materi yang dipelajari. Dengan demikian, kondisi
pembelajaran tidak terkesan monoton. (Observasi, 04 April 2016).
Wawancara dengan Ibu
Dra. Hj. Rozita Azlen, guru mata pelajaran Aqidah Akhlak berikut ini:
“Saya
sekarang menggunakan metode lain seperti demontrasi ataupun cerita. Di dalam
kelas pada biasa menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan drill
kepada siswa, dan siswa saya perhatikan selalu meminati kondisi pembelajaran
yang demikian, karena saya berusaha menggunakan variasi metode dalam mengajar.
Hanya saja saya belum pernah menggunakan metode karyawisata dan seminar untuk
membangkitkan minat belajar siswa, hal ini disebabkan saya kesulitan memcari
objek yang bisa dikunjungi untuk kegiatan ini dan menyadari masih lemahnya
siswa untuk diajak diskusi dalam seminar tersebut”. (Wawancara, 04 April 2016).
Saat dikonfirmasi
tentang kebenaran keterangan ini, maka Andika, siswa di kelas X Madrasah Aliyah
Negeri 3 Kota Jambi yang mengatakan:
“Kami
melihat guru mengajar di kelas dengan menggunakan metode cerita dengan
menceritakan kisah para Nabi dan Rasul, dan guru menjelaskannya dengan ceramah
lalu dilanjuti dengan tanya jawab. Dengan demikian kami menjadi bersemangat
untuk mengikuti pembelajaran. (Wawancara, 07 April 2016).
Berdasarkan
keterangan melalui wawancara di atas dapat diketahuai bahwa dalam proses
pembelajaran di kelas, maka guru Aqidah Akhlak di Kelas X Madrasah Aliyah
Negeri 3 Kota Jambi menggunakan metode
yang bervariasi. Variasi metode bisa membuat kondisi pembelajaran menjadi
kondusif dan siswa lebih banyak mengetahui tentang ilmu pengetahuan yang sedang
mereka pelajari di sekolah. Dengan demikian bekal ilmu yang mereka punyai cukup
memadai bagi kehidupan mereka, termasuk di dalamnya tentang ilmu-ilmu agama
seperti aspek ibadah.
d). Peningkatan
Sumber Belajar
Sumber
belajar merupakan hal yang mempengaruhi proses pembelajaran, dengan kelengkapan
media akan menunjang belajar anak didik di sekolah. Hasil
wawancara peneliti dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru mata
pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi sebagai berikut:
“Tidak banyak
yang dapat saya lakukan agar siswa terbantu dalam mengikuti proses pembelajaran
dengan sumber yang lengkap. Saya memfotocopy buku pelajaran yang saya gunakan
untuk bagi-bagikan kepada siswa di kelas yang saya ajarkan. Ini dimaksudkan
untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran karena telah memiliki
buku sendiri, dan di luar sekolah, siswa bisa belajar dengan dibantu buku itu”. (Wawancara, 07 April 2016).
Setelah diobservasi
memang terlihat guru mata pelajaran Aqidah Akhlak memfotocopy buku pelajaran
yang ia punyai untuk dibagi-bagikan kepada siswa di kelas yang diajarkan yaitu
kelas X. Ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi
pelajaran. Dengan demikian siswa tidak terlihat kesulitan dalam menerima materi
pelajaran yang disajikan guru. (Observasi, 07 April 2016).
Tindakan yang dilakukan
mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X
Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi terlihat
cukup tepat. Tindakan ini dapat membantu siswa mengikuti pembelajaran di kelas
karena dibantu dengan keberadaan buku pegangan yang sudah tersedia.
e). Evaluasi
Evaluasi pembelajaran
Aqidah Akhlak ditujukan untuk mengetahui tercapai tidaknya kompetensi dasar
yang telah ditetapkan dalam pembelajaran. Dengan kompetensi dasar ini dapat
diketahui tingkat penguasaan materi standar oleh peserta didik, baik yang
menyangkut aspek intelektual, sosial, emosional, spritual, kreatifitas, dan
moral. Berdasarkan observasi terhadap Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah
Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota
Jambi dimana setiap menyelesaikan pokok materi pelajaran guru melakukan latihan
soal-soal yang diambil dari isi materi pokok atau soal yang ada pada buku
pegangan guru, untuk mengukur sejauh mana materi pelajaran dapat dicapai siswa.
Guru membuat kisi-kisi soal sesuai dengan indikator, dan memang guru pada
awalnya membuat perencanaan.(Observasi, 11 April 2016).
Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah
Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota
Jambi dimana:
“Saya berusaya setiap
menyelesaikan pokok materi pelajaran lalu dilanjutkan dengan memberikan latihan
soal-soal yang diambil dari isi materi pokok atau soal yang ada pada buku”.
(Wawancara, 11 April 2016).
Ulangan harian merupakan bentuk evaluasi yang dilakukan
guru secara periodik terhadap materi pokok yang diajarkan, dengan tujuan
merangsang kegiatan siswa, menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
Kemudian, evaluasi lain yang dilakukan guru adalah dengan tugas individu. Tugas
yang diberikan oleh guru kepada siswa secara individu, dapat diberikan setiap
minggu dengan bentuk tugas/soal uraian objektif atau non objektif.
Berdasarkan observasi terhadap Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen,
guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri
3 Kota Jambi dimana guru memberikan tugas individu kepada siswa pada
materi pelajaran Aqidah Akhlak agar mereka mengerjakannya di rumah. Hal ini
juga bisa melatih mereka bekerja secara individu. (Observasi, 11 April 2016).
Pengamatan penulis terhadap Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen,
guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri
3 Kota Jambi dimana guru melakukan ulangan semester dengan bentuk soal
ujian pilihan ganda atau uraian. Materi
yang diujikan berdasarkan kisi-kisi soal yang sudah dikembangkan. (Observasi, 11 April 2016).
Berdasarkan
keterangan pengamatan terhadap Ibu Dra. Hj. Rozita Azlen, guru Aqidah Akhlak di
Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
dimana guru mengunakan tagihan yang berbentuk ulangan harian, tugas individu
dan ulangan semester ini sebagai unit penilai belajar siswa. Guru membuat sejumlah kisi-kisi soal sesuai dengan
indikator, karena memang guru membuat perencanaan pembelajaran.
Hasil observasi terhadap guru mata pelajaran Aqidah
Akhlak yang mengajar di kelas X, maka didapatkan keterangan sebagai berikut
bahwa upaya guru pada saat mengakhiri pelajaran adalah memberikan tugas kepada
siswa untuk dikerjakan di rumah. Tidak terlihat guru menyampaikan inti sari
bahan yang telah diajarkannya. Hal ini disebabkan waktu yang tidak mencukupi
untuk itu.
Berdasarkan uraian di atas bahwa guru mata pelajaran
Aqidah Akhlak selain memberikan tugas di kelas juga memberikan tugas pekerjaan
di rumah (PR) secara individu dengan memberikan sejumlah pertanyaan untuk
dikerjakan. Hasil wawancara dengan Julia, seorang siswa di kelas X Madrasah
Aliyah Negeri 3 Kota Jambi yang mengikuti
pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak mengatakan: “Setiap guru mata
pelajaran Aqidah Akhlak selesai mengajar, maka guru memberikan latihan yang
akan kami kerjakan saat itu juga atau di rumah. Hal ini selalu dilakukan guru
saat mengakhiri pembelajaran di kelas.
Guru Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi telah menyadari bahwa mengakhiri
pelajaran adalah suatu hal yang sangat penting dalam mengajar. Ini akan
bermanfaat untuk menguji kemampuan siswa yang telah diberikan beberapa materi
dalam pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan di kelas X dalam pembelajaran Aqidah
Akhlak sebagai berikut yaitu untuk mengakhiri pembelajaran, maka guru Aqidah
Akhlak memberikan pos tes dalam bentuk tulisan dengan memberikan 5 soal kepada
siswa. (Observasi, 13 April 2016).
Maksud yang ingin dicapai oleh guru tentang tingkat
kemampuan siswa dalam belajar dapat diketahui melalui pos tes yang diberikan.
Dengan demikian, untuk mengetahui keberhasilan guru selama pembelajaran dapat
dilihat dari pos tes.
Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa di
Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota ada
beberapa siswa yang memiliki minat untuk belajar. Mereka berkonsentrasi dalam
belajar dan terlihat bahwa mereka merasa mudah dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran Aqidah Akhlak. Dengan kondidisi ini tentu tumbuhnya minat dalam
menerima materi terjadi karena motivasi siswa tinggi sekali
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari urain dan pembahasan diatas dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Strategi guru untuk
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas
X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi
adalah sebagai berikut:
a).
Memberi Semangat dan Mengaktifkan Peserta Didik
Membeikan semangat bertujuan agar siswa
dapat memahami materi pembelajaran pelajaran yang disampaikan guru serta siswa
lebih aktif dalam mengikuti pelajaran hingga akhir jam pelajaran.
b). Membantu
Memenuhi Kebutuhan Siswa
Strategi yang dilakukan guru dalam
menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan
sebab keduannya penyebab timbulnya perhatiannya, dengan demikian akan
sungguh-sungguh dalam belajar
c). Memusatkan
Perhatian Peserta Didik pada Tugas-Tugas Tertentu
Memperbanyak
latihan dan tugas membaca di rumah bertujuan untuk membina siswa agar lebih
kreatif
2. Faktor pendukung dan
penghambat yang dihadapi guru dalam
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak
di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota
Jambi diantaranya adalah :
a). Faktor Pendukung
Kerja sama
yang intensif dilakukan kepala sekolah dengan guru diharapkan mampu memberikan
gagasan baru bagi pelaksanaan pembelajaran, karena adanya pola saling mendukung
antara dua pihak yang berkepentingan dalam pembelajaran
b).
Faktor Penghambat
Buku sumber
yang terbatas membuat pembelajaran menjadi kurang efektif. Tempo dan alat
pembelajaran / sarana perorangan yang lambat tentu membuat banyak waktu yang
terpakai. Dengan sumber yang terbatas tentu akan menghambat proses belajar
siswa dan siswa akan mengalami kesulitan belajar. Berbagai sumber kesulitan
belajar siswa di atas membuat guru memikirkan bagaimana mengantisipasinya dalam
suatu strategi penyelesaian yang tepat.
3. Solusi
yang diberikan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata
pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Jambi diantaranya
adalah :
a). Menumbuhkan Minat Baru dan Minat yang Ada Pada Siswa
b). Memberi Pujian
dan Melakukan Diskusi Kesulitan Belajar
c). Menggunakan
Metode Mengajar yang Variatif
d). Peningkatan
Sumber Belajar
e). Evaluasi
B. Saran-Saran
Sebelum
mengakhiri tulisan ini tak lupa peneliti meyampaikan beberapa saran yang
dirasakan berguna dan bermanfaat sebagai masukan dan demi perkembangan mutu
pendidikan di Kelas X Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) 3 Kota Jambi yang akan datang adapun saran
dari peneliti sebagai berikut:
1. Kepada kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi
untuk membenahi sistem mengajar yang telah ada dan melakukan inovasi baru bagi
peningkatan minat belajar siswa dalam belajar, mengusahakan sumber belajar dan
alat-alat pembelajaran
2. Kepada guru pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota
Jambi untuk terus berupaya untuk menggunakan metode
yang bervariasi dalam mengajar, agar bisa menampilkan minat belajar siswa dalam
belajar, dan bisa menumbuhkan minat belajar
3. Kepada siswa yang mengikuti proses pembelajaran
pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas
X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi untuk
terus menampilkan minat belajar siswa dalam belajar dan sabaar tetap semangat
serta tekun.
C. Kata Penutup
Dengan mengucapkan
syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat serta Taufiq
dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga
skripsi ini dapat diselesaaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum
tentu sempurna baik dari isinya maupun dari segi bahasanya. Untuk itu, kritikan
dan saran yang konstruktif sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini.
Dalam hal ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen
yang telah berpartisipasi membimbing penyelesaian skripsi ini. Jika terdapat
kesalahan terlebih dahulu penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya, akhir kata
penulis mendo’akan semoga kita selalu dilindungi Allah SWT. Amin Ya
Robbalalamin.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar