Jumat, 12 Juli 2024

 

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

 

AA.  Latar Belakang Masalah

Pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam. (M. Dawam Rahardjo, 1985:8). Pesantren   sebagai   lembaga   pendidikan   Islam   untuk   mempelajari   dan   memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. (Muljono, 2011:57).

Pesantren terdiri dari lima komponen  yaitu; kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab  Islam klasik. Kelima    elemen tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren dan membedakan pendidikan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan dalam bentuk lain, sekalipun kelima elemen  tersebut  saling menunjang keberadaan  sebuah  pesantren. (Yasmadi, 2002:63).  Sedangkan santri  adalah orang yang sedang belajar agama Islam  di pondok pesantren. Santri ada yang disebut santri mukim dan ada yang santri kalong. (Abdul Choliq, 2011:40)

Terkait dengan kegiatan pesantren seperti salat  berjamaah, mengaji, membaca kitab dan amalan-amalan yang dapat membentuk kepribadian anak menjadi baik, salah satunya disiplin dalam waktu. Dalam kegiatan keagamaan meliputi  Salat   tahajjud, salat   lima waktu, mengaji Al-Qur’an dan tilawah, salat  Duha, musyawarah bersama, mengaji kitab dan sebagainya.

Usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan (religiousitas) subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam”. (Achmadi, 2005:32). Program pesantren secara umum dapat di lihat dari program kepesantrenan terdiri atas:  (1) seluruh santri wajib mengikuti kegiatan salat tahajud dan witir bersama, (2) salat subuh  berjemaah  di  masjid  (3)  salat  Duha  berjemaah  (4)  pengajian  kitab  kuning  (5) musyawarah, sebagai media dalam mengkaji membahas isi kandungan pada kitab-kitab kuning (6) salat  Zuhur dan Asar berjemaah (7) salat  Magrib berjemaah (8) Mengkaji Al- Qur’an. (Abdul Choliq, 2011:43)

Sistem pendidikan pesantren merupakan bagian dari pendidikan Islam yang merupakan proses pembentukan individu yang berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang telah diwahyukan Allah SWT kepada nabi  Muhammad SAW.( Solichin, 2019:45). Sistem pendidikan pesantren merupakan   sistem   pendidikan   yang   sangat   menekankan   arti   penting   kedisiplinan, pembinaan kedisiplinan santri untuk meningkatkan dan mengembangkan sikap ketaatan dan rasa bertanggung  jawab.

Sehubungan dengan pembinaan kedisiplinan bahawa pembinaan adalah suatu proses, perbuatan, cara membina, yaitu mengupayakan agar lebih baik, lebih maju”. (Abdul Choliq, 2011:89) Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan yang dilakukannya. Disiplin diperlukan dimanapun,  karena disiplin akan tercipta teratur dantertata. Disiplin diartikan sebagai latihan penting dan watak dengan maksud supaya segala hal perbuatan selalu menaati tata tertib, ketaatan dan peraturan tata tertib.

Disiplin ialah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan dapat dapat dilakukan  dan diajarkan kepada anak di sekolah maupun di rumah dengan cara membuat semacam peraturan atau tertib yang wajib di patuhi oleh setiap anak. Apabila anak yang melanggar, harus menerima konsekuensi yang telah disepakati. Oleh karena itu, supaya peraturan dapat berjalan dengan baik, handaknya  orang  tua  maupun  pendidik  menyolisiasikan  terlebih  dahulu  kepada  anak- anak. (Muhammad    fadilillah    dkk, 2013:192).

Kegiatan pendidikan yang meliputi suasana sekolah, guru atau ustaz dan siswa yang  berpegang  pada  ukuran  norma  hidup,  nilai-nilai  moral,  ajaran.  Berfungsi  dan bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia, baik dalam peningkatan pengetahuan umum, maupun peningkatan pendidikan keimanan dan ketakwaan. Dengan pembiasaan siswa untuk melakukan keagamaan yang penuh dengan kedisiplinan. (Eka, Prihatin, 2011:89)

Strategi pembinaan disiplin santri di pondok pesantren yang dilakukan oleh Sawaty menjelaskan strategi dalam pembinaan disiplin dilakukan secara terencana, terprogram dan berkelanjutan, penanaman nilai-nilai akhlak yang dilakukan oleh ustadz berjalan dengan efektif dikarenakan pembinaan yang dilakukan melalui strategi   yang   beragam   seperti   strategi   formal, strategi non formal, strategi alami, strategi keteladanan, strategi ceramah, strategi dengan menceritakan kisah-kisah dan strategi nasehat (Eka, Prihatin, 2011:89).

Berikut keutamaan orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, sebagaimana firman Allah :

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ

 

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Anonim, Q.S. Al-Mujadalah : 11)

 

 

Ayat diatas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikan derajat seorang berilmu. Tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-derajat yakni yang lebih tinggi dari yang sekedar beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu.

Menerut tafsir Jalalain, kata tafassahuu (تفسحوا) dan ifsahuu (إفسحوا) berasal dari kata fasaha (فسح) yang artinya lapang. Sedangkan kata unsyuzu (أنشزوا) berasal dari kata nusyuuz (نشوز) yang artinya tempat yang tinggi. Yaitu beralih ke tempat yang tinggi. Perintah itu berarti, berdirilah untuk pindah ke tempat lain guna memberikan kesempatan kepada orang lain agar duduk di situ. Ayat ini memberikan tuntunan adab atau etika bermajlis. Yakni hendaklah setiap orang berlapang-lapang dalam majlis. Tidak mengambil tempat duduk kecuali seperlunya dan mempersilakan orang lain agar bisa duduk di majlis jika masih memungkinkan.

Begitu pentingnya pendidikan dimiliki oleh manusia maka negara harus membangun sekolah untuk tujuan pendidikan. Negara bertanggung jawab atas pendidikan warga negaranya. Oleh sebab itu, sekolah harus menjadi sarana utama dalam suatu negara untuk membangun pendidikan warga negaranya. Ketika pendidikan sudah dikelola melalui persekolahan dengan semestinya, berkembang, dan menginternalisasi peranan pendidikan dalam kehidupan manusia

Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo merupakan suatu lembaga pendidikan dibawah naungan Depertemen Agama,  Pondok Pesantren ini merupakan sebagai tempat atau wadah penambahan ilmu pengetahuan bagi santri yang ingin belajar ilmu agama dan ilmu umum lainnya. Selain itu pondok pesantren ini  juga merupakan rintisan sebuah yayasan yang keberadaannya sangat membantu bagi para orang tua yang ingin melanjutkan pendidikan anakanya ditingkat Tsanawiyah dan Aliyah, karena banyak menghasilkan santri yang berprestasi baik dibidang keilmuan mapun dan di bidang lainnya dan pondok pesantren ini sangat banyak menghasilkan kader-kader umat dalam upaya meneruskan estapet pejuang islam dalam menerapkan amar’ ma’ruf nahi mungkar’.

Namun disisin lain masih terdapat prilaku santri yang kurang baik selama berada di pondok pesantren, seperti seringnya santri yang membuat keributan, keluar perkarangan pondok tanpa izin, merokok dalam asrama dan lain sebagainya.  (Observasi, Senin 24 Mei 2021).

Pembinaan disiplin santri di pondok pesantren merupakan salah satu masalah yang penting yang perlu di lakukan melalui bimbingan, pembinaan serta perhatian yang lebih khusus. Oleh karena itu pembinaan disiplin santri memerlukan waktu yang panjang sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani yang di alami oleh santri. Oleh karena itu keberadaaan pondok pesantren di tengah masyarakat sangatlah penting dalam upaya menciptakan pembelajaran yang baik, disamping itu adanya peran dari kalangan pondok pesantren dalam pembinaan  disiplin dari majlis mudabbiroh  (pengurus).

Mudabbir atau pengurus dalam sebuah pondok pesantren memegang peranan yang sangat penting dan sangat berpengaruh atas pembinaan disiplin para santri dan santriwati dilingkungan pondok pesantren karena mudabbir sebagai pengayom utama dan dijadikan sebagai contoh teladan yang baik bagi setiap santri dilingkungan pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur  yang selalu menegakkan disiplin santri. Mudabbir adalah kakak kelas yang bertugas pada bagian kamar setiap rayon yang ditempatkan pada kamar-kamar (Suwardi, 2009 : 13). Mudabbir diistilahkan sebagai pengurus bagi santri pondok pesantren modern Darus Salam, baik dalam mengontrol dan mengawasi kegiatan santri tersebut, pengurus adalah orang yang mengurus atau sekelompok orang yang mengurus dan memimpin suatu perkumpulan atau suatu organisasi.

Peran mudabbir sebagai pengurus atau pengasuh bagi santri pondok pesantren modern Darus Salam adalah menentramkan dan menghidupkan perdamaian antara sesama dilingkungan pondok pesantren modern Darus Salam bagi santri, memberikan pelajaran yang baik, menghidupkan disiplin santri   untuk membiasakan diri hidup dengan berdisiplin yang baik. Dengan demikian, mudabbir adalah yang bertanggung  jawab dalam semua aktifitas santri dilingkungan pondok pesantren modern Darus Salam dengan selalu mengawasi, mengontrol yang bermanfaat bagi santri.

Wawancara penulis dengan bapak Dr. Ahmad Basri, M.Si, selaku  pimpinan Pondok Pesantren Darussalam beliau menjelaskan bahwa :

 

“Peran pengurus asrama (mudabir-mudabbirah) di pondok pesantren modern Darus Salam ini sangatlah penting, karena pengurus asrama dapat membantu majlis guru dalam menegakkan disiplin bagi santri dan santriwati. Oleh karenanya di pondok pesantren Darus Salam ini kami juga membentuk pengurus santri yang disebut Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Darus Salm (OPPD) dimana mereka diambil dari kelas II dan III aliyah yang mempunyai kwualitas untuk membimbing adik-adik kelas dalam menegakkan disiplin pondok, seperti bagian kemanan, bagian bahasa, bagian kesehatan dan lain sebagainya”. (Wawancara, Senin 24 Mei 2021).

 

 

 

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo penulis menemukan Pertama : masih adanya santri yang yang tidak mengikuti disiplin yang diterapkan dipondok  seperti adanya santri yang keluar komplek asrama tanpa izin dari pengurus asrama, mereka keluar komplek tanpa adanya izin dari pengurus asrama, Kedua masih terdapat santri yang membuat keributan atau berkelahi sesama santri lainnya di lingkungan pondok pesantren serta adanya  santri yang merokok di dalam asrama, Ketiga masih terdapat santri yang kurang melastarikan kebersihan lingkungan pondok Pesantren Darussalam. (Observasi, Senin 24 Mei 2021).

 

Dari masalah-masalah yang dipaparkan diatas peneliti melihat bahwa dunia pendidikan saat ini sudah banyak yang tidak mementingkan disiplin sehingga terjadilah krisis akhlak karena semakin tinggi ilmu dan pendidikan yang dimiliki, maka semakin berperilakulah dengan akhlak yang baik.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk menelusuri lebih dalam bagaimana pendekatan yang digunakan pengurusa asrama atau mudabbir dalam pembinaan disiplin di pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo yang nanti dijadikan sebuah karya ilmiah untuk penyelesai studi akhir dengan judul “Kehidupan Berasrama Santri Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi”.

 

 

BB. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok-pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.    Apa saja problem individual santri di asrama Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi?

2.    Apa saja problem sosial santri di asrama Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi?

3.    Bagaimana peran mudabir dan mudabbirah membimbing problem santri individual dan sosial di sarama pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi?

 

 

 

C. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.    Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan, mengembangkan, dan membuktikan pengetahuan, adapaun secara khusus tujuan penelitian ini adalah:

a.    Untuk mengetahui problem individual santri di asrama Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.

b.    Untuk mengetahui problem sosial santri di asrama Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

c.    Untuk mengetahui peran mudabir dan mudabbirah membimbing problem santri individual dan sosial di sarama pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.

 

2.    Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:

a.    Untuk dapat menambah khazanah pengetahuan bagi penulis sendiri tantang kehidupan berasrama santri di pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.

b.    Untuk dapat memberikan masukan dan saran bagi pengurus asrama dalam pembinaan disiplin santri di pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.

c.    Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana strata Satu (S1) pada bidang Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Univeristas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A. Kajian Teoritik

1. Kedisiplinan Santri

    a. Pengertian Kedisiplinan

Salah satu kelemahan masyarakat kita adalah disiplin. Jam Karet” adalah istilah yang lazim digunakan untuk menggambarkan betapa masyarakat kita terbiasa untuk molor dari jadwal. Hal ini dapat dicermati dari berbagai kegiatan  yang ada di masyarakat, instansi pemerinta, perusahaan, sekolah, pondok pesantren, dan sebagainya.  Seolah  kata  disiplin  hanya  menjadi  idealitas  yang indah untuk dibicarakan, tetapi tidak mudah untuk dilaksanakan.

Ditinjau dari  asal  kata,  kata  disiplin  berasal  dari  bahasa Latin discere yang memiliki arti belajar. Dari kata lain kemudian muncul kata disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Seiring  perkembangan  waktu,  kata  disiplina  juga  mengalami perkembangan makna. Kata disiplin sekarang ini dimaknai secara beragam.   Ada   yang   mengartikan   disiplin   sebagai   kepatuha terhadap  peraturan  atau  tunduk  pada  pengawasan  dan pengendalian. Ada juga yang mengartikan disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.

Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan  suatu  sistem   yang  mengharuskan  orang  untuk tunduk  kepada keputusan,  perintah  dan  peraturan  yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. (Ngainun   Naim, 2012:142) Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. (Retno Listyarti, 2012:6)

9

Dalam ajaran Islam banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits yang memerintahkan  disiplin  dalam  arti  ketaan  pada  peraturan  yang telah ditetapkan, antara lain surat An-Nisa ayat 59:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat). (Anonim, Q.S. Nisa ayat 59).

 

Menurut   Oteng   Sutisna   dalam   bukunya   administrasi pendidikan,  terdapat  dua  pengertian  pokok  mengenai  disiplin. Pertama, proses atau hasil pengembangan karakter, pengendalian diri, keadaan teratur dan efesiensi. Kedua, penggunaan hukuman atau ancaman guna membuat orang-orang mematuhi perintah dan mengikuti peraturan serta hukum yang berlaku.  Adapun standar perbuatan yang diharapkan dari karakter disiplin meliputi hal-hal seperti kehadiran yan baik, pemberitahuan bila tidak hadir, ketepatan dalam waktu, kerjasama antar kawan, standar-standar sopan serta kesusilaan dan lain sebagainya. (Oteng Sutisna, 1993:110-111).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diindikasikan bahwa kedisiplinan itu berupa peraturan atau tata tertib, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh semua orang yang berada dalam lingkup kedisiplinan, dan dalam hal ini pada hakekatnya semua orang termasuk kedalam lingkup kedisiplinan, baik  dalam  lingkungan  keluarga,  lingkungan  pendidikan  baik formal dan nonformal, maupun lingkungan masyarakat yang mana disiplin itu sendiri dilaksanakan agar tujuan yang diinginkan tercapai.  Dan  agar  kedisiplinan  tersebut  berjalan  lancar  maka dalam hal ini dibutuhkan peran yang mampu berperan aktif sebagai alat pendukung.

Kemudian  yang terpenting dalam  hal  ini  adalah seorang pelajar atau santri perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan  yang  memperkuat  dirinya  sendiri  untuk  selalu  terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali diri. Sikap disiplin yang timbul  dari  kesadarannya sendiri  akan  lebih  dapat  memicu dan tahan lama, dibandingkan dengan sikap disiplin yang timbul karena adanya pengawasan dari orang lain.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin  berarti  aturan-aturan  yang  harus  di  taati  oleh  setiap individu. Dimana tujuan dekat dari disiplin adalah untu membuat santri terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan kepada mereka bentuk-bentuk  tingkah  laku  yang  pantas  dan  tidak  pantas  atau masih asing bagi mereka. munculnya sikap disiplin karena keseriusan  dan  kesunngguhan  dalam  mentaati  segala  peraturan yang ada. Munculnya sikap kedisiplinan juga tidak dari diri sendiri, namun adanya dorongan dan motivasi dari orang orang sekeliling yang dalam hal ini lingkungan pondok pesantren.

b. Tujuan Disiplin

Disiplin sangatlah penting bagi kehidupan. Karena hidup itu  merupakan  peraturan  yang harus dijalani.  Jika tidak  adanya aturan   dalam   hidup   bagaimana   kita   bisa   mempertanggung jawabkan diri kita sendiri. dengan itu perlunya disiplin supaya kehidupan kita lebih teratur dan jelas.

Adapun pendapat para ahli mengenai tujuan daripada disiplin ini antara lain adalah: Menurut Hasan Langgulung bahwa tujuan disiplin adalah: “Menjadikan peserta didik dalam hidupnya mempunyai  keteraturan  sehingga  terarah  berjalan  menuju  jalan yang dituju”. Sedangkan Menurut Alex Sobur, tujuan berdisiplin adalah: “Menjadikan peserta didik mempunyai pengendalian diri dengan mudah yaitu menghormati dan mematuhi peraturan- peraturan dan mempunyai ketegasan terhadap hal-hal yang boleh dilakukan dan yang dilarang (Oteng Sutisna, 1993:110-111).

Menurut Ngainun Naim, tujuan mendisiplinkan adalah mengajarkan kepatuhan. Maman Rachman mengemukakan bahwa tujuan disiplin adalah memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, mendorong melakukan yang baik dan benar,  membantu   memahami   dan   menyesuaikan  diri   dengan tuntutan  lingkungannya  dan    menjauhi  melakukan  hal-hal  yang dilarang, belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. (Ngainun   Naim, 2012:145-148)

Jadi, tujuan diciptakannya kedisiplinan pada santri bukan untuk memberikan rasa takut atau pengekangan pada santri, melakinkan untuk mendidik para santri agar sanggup mengatur dan mengendalikan dirinya dalam berperilaku serta bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

Dari pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semua  ahli  sepakat  bahwasanya  disiplin  bertujuan  untuk menjadikan peserta didik mempunyai tingkah laku yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada demi kebaikan dirinya dan kebaikan bersama, dan dengan adanya disiplin tersebut akan membentuk  manusia  yang  lebih  bertanggung  jawab  dan  tepat waktu, sehinga kehidupan akan lebih teratur dan terarah.

Disiplin sangatlah perlu dimiliki oleh setiap orang, karena sikap tersebut yang akan selalu mengatur kegiatan yang akan kita kerjakan. Sebelum memiliki sikap tersebut haruslah kita bekali diri kita dahulu karena adanya sikap disiplin di mulai dari adanya peraturan, ketika kita melakukan suatu kegiatan, terlebih dahulu kita   sudah   menyiapkan   peraturan   yang   terjadi   ketika   kita melanggar kegiatan yang akan dikerjakan. Ketika kita sudah melanggar  itu  berarti  kita  belum  mampu  menjalankan  sikap disiplin. Se-sering mungkin kita melanggar peraturan akan menyadari betapa penting nya peraturan agar kita terbiasa tepat waktu dalam menjalankan kegiatan.

 

c. Bentuk-bentuk Disiplin

Karena banyaknya bentuk-bentuk disiplin yang diterapkan, maka  penulis  hanya  mambahas  tiga  bentuk  disiplin  saja  yaitu disiplin waktu, disiplin belajar, dan disiplin bertingkah laku, karena menurut  penulis  ketiga  bentuk  disiplin  ini  mempunyai  peranan yang sangat signifikan bagi peserta didik atau santri. Disiplin yang ada didalam diri tidaklah terbentuk dengan sendirinya, akan tetapi melalui proses, yaitu dengan melakukan suatu kegiatan (disiplin) secara berulang-ulang sehingga yang melakukan menjadi terbiasa melakukannya sehingga menjadi   suatu   kebiasaan dan pada akhirnya menjadi suatu sifat atau kepribadian.

1)  Disiplin Waktu

Hal  yang  paling  mendasar  daripada  bentuk  kedisiplinan yang  pertama  adalah  disiplin  waktu.  Contoh  dari  disiplin waktu ini dapat ditemukan pada kegiatan kita sehari-hari, seperti   halnya   shalat   tepat   pada   waktunya,   itu   dapat membentuk kedisiplinan santri. Dan untuk membiasakan hal itu harus dilatih. Kewajiban shalat yang harus dikerjakan lima kali  dalam  sehari  itu  harus  dirasakan  oleh  seorang  santri sebagai suatu tanggung jawab yang harus dikerjakan, sehingga jika tidak dikerjakan maka akan menjadi suatu beban.

Dari kegiatan (shalat) yang pada awalnya dilakukan karena paksaan jika sudah terbiasa pada akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan bahkan menjadi suatu kebutuhan, karena ia akan merasakan ada sesuatu yang hilang jika tidak dikerjakan

2)  Disiplin Belajar

Pada dasarnya belajar atau menuntut ilmu sangat penting bagi  umat  manusia umumnya dan  juga menjadi  wajib  bagi umat Islam khususnya, meskipun kita berada dalam keadaan perang.   Ini  berarti  kedudukan  ilmu  sangat   penting  bagi manusia. Dan menuntut ilmu itu juga salah satu cara lain untuk berjihad selain pergi ke medan perang. Agar dalam belajar atau menuntut ilmu berjalan dengan baik, teratur dan terarah, maka disiplin belajar dibutuhkan. Sehingga kita dapat belajar semaksimal    mungkin.    Dengan    disiplin    belajar    akan menimbulkan kesadaran diri untuk belajar tanpa didorong oleh other-imposed atau faktor dari luar. Meskipun kita pada awalnya belajar bedasarkan dorongan dari luar, namun pada akhirnya keinginan belajar akan timbul dari dirinya sendiri. Karena jika ia tidak melaksanakan disiplin belajar itu, ia akan merasa rugi karena kehilangan waktu yang ia buang. Sehingga dia dapat mengatakan bahwa waktu adalah belajar.

 

Berdisiplin dalam belajar selain akan membuat seseorang memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan proses ke arah pembentukan watak  yang baik  sehingga akan tercipta suatu pribadi yang luhur. Jadi memang pada dasarnya disiplin belajar itu selain dapat membentuk etos belajar yang baik juga dapat membentuk kepribadian   yang   baik   pula.   Dan   salah   satu   lembaga pendidikan yang menerapkan disiplin belajar secara intensif itu adalah pondok pesantren. Karena segala aktivitas disana selalu dimotori, dan jika ada yang melanggar disiplin akan diberikan sangsi. Selain disiplin waktu disiplin belajar juga menjadi hal yang utama di sana.

3) Disiplin Bertingkah Laku

Selain dua disiplin yang sudah dibahas di atas, sekarang disiplin bertingkah laku yang akan peneliti bahas. Yang dimaksud disiplin bertingkah laku disini adalah disiplin dalam bersikap, dalam perkataan maupun perbuatan yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam.

Dari uraian di atas, yaitu mengenai disiplin waktu, disiplin belajar, dan disiplin bertingkah laku dapat dilakukan dengan baik dan secara kontinu, maka ketiga disiplin itu akan menjadi suatu bagian dari dirinya, sehingga jika ia melanggar salah satu disiplin tersebut ia akan merasa rugi, karena ketiga disiplin tersebut telah menjadi suatu kebutuhan.

 

d. Faktor yang mempengaruhi Disiplin

Dalam  melaksanakan  suatu  disiplin  terdapat  suatu hambatan yang terkadang membuat para santri tidak melaksanakan kedisiplinan atau tidak menaati peraturan pondok pesantren dengan baik.  Kedisiplinan  tersebut  dapat  dipengaruhi  beberapa  faktor antara lain:

1). Teladan Pemimpin

Kepemimpinan pada dasarnya ialah kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan. Kepemimpinan juga merupakan proses interaksi antar kedua belah pihak, yaitu seorang pemimpin dan yang dipimpinnya. (Heri Gunawan, 2012:142)

Dalam kenyataannya apa pun bentuk suatu organisasi, pasti memerlukan seseorang dengan atau tanpa dibantu orang lain, untuk menempati posisi sebagai pimpinan/pemimpin (leader). Seseorang yang menduduki posisi pemimpin di dalam suatu organisasi mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan. Dengan kata lain, pemimpin adalah orangnya dan kepemimpinan adalah kegiatannya. Sehubungan dengan itu untuk sementara dari segi organisasi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan/kecerdasan mendorong sejumlah orang  (dua  orang  atau  lebih)  agar  bekerja  sama  dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama. (Hadari Nawawi, 2011:9)

Dalam hal ini pemimpin dimaksud adalah pengasuh pesantren  dan  pengurus  pondok  pesantren.  Pada  dasarnya setiap orang cenderung untuk mengikuti sikap dan tingkah laku pimpinan.  Dalam  kepemimpian  itu  sendiri  terdapat  proses saling mempengaruhi. Selain itu kepala pondok pesantren dan pengurus pondok pesantren adalah orang-orang yang bertugas menjalankan disiplin sesuai dengan peraturan yang dibuat. Sebab  salah  satu  syarat  terjadinya  internalisasi  nilai-nilai adalah adanya model, maka model-model disini adalah pengurus pondok dan orang-orang yang menjalankan disiplin itu.

2). Pengawasan

Pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak-anak. Tanpa pengawasan berarti membiarkan anak berbuat sekehendaknya, anak tidak akan dapat membedakan yang baik dan buruk. Tentu saja pengawasan itu dilakukan dengan mengingat usia anak-anak. Anak-anak yang masih kecil sangat membutuhkan pengawasan, makin besar anak itu, makin berkurang pengawasannya sehingga berangsur-angsur anak dapat bertanggung jawab atas tindakan dan perbuatannya. (Hadari Nawawi, 2011:9)

Pengawasan merupakan tindakan nyata yang efektif untukmewujudkan kedisiplinan. Dengan adnya pengawasan yang konsisten maka akan mempengaruhi juga terhadap disiplin santri  karena  tentunya  santri  akan  merasa  selalu  mendapat perhatian dan pengarahan apabila berbuat kesalahan.

Pengawasan dapat dilakukan oleh pengasuh pondok kepada para pengurus dan juga santri, pengawasan pengurus kepada santri, dan pengawasan santri kepada santri lainnya. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala pondok kepada para pengurus dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kehadiran pengurus dalam melaksanakan jadwal kegiatan yang telah ditetapkan,  memperhatikan  adab  berpakaian  dan  tutur  kata yang baik. Pengawasan  yang dilakukan kepada santri dapat dilaksanakan dengan mengawasi langsung kebersihan pondok, kerapihan berpakaian santri dan lain sebagainya. Sedangkan pengawasan santri terhadap santri lainnya dapat dilakukan dengan cara melaksanakan pemilihan ketua santri yang nantiya akan bertanggung jawab dengan kedisplinan dalam pondok.

3). Sanksi dan Hukuman

Sanksi dan hukuman diperlukan dalam memelihara kedisiplian.  Pemberian  sanksi  dan  hukuman  dimaksudkan disini tidak seperti hukuman penjara atau hukuman potong tangan. Tetapi adalah hukuman yang bersifat mendidik, hukuman yang bersifat mendidik inilah yang diperlukan dalam pendidikan. Kesalahan  anak didik dalam melanggar disiplin dapat diberikan hukuman berupa sanksi menyapu lantai atau apa saja yang bersifat mendidik. (Syaiful Bahri Djamarah, 2006:156)

Dari  beberapa  faktor  yang  mempengaruhi  kedisiplinan santri  yang  telah  diuraikan  diatas.  Sikap  kedisiplinan  itu muncul tidak hanya dari diri sendiri, tapi ada beberapa faktor agar  munculnya  sikap  kedisiplinan,  dengan  adanya  faktor, siswa akan diberikan penambahan sikap agar dirinya memiliki sikap   displin.   Sikap   disiplin   sangatlah   penting   dalam kehidupan, setiap kegiatan yang kita lakukan menunjukkan arti kedisiplinan, maka dari itu dispilin haruslah dibiasakan dari dini.

 

2. Bimbingan dan Konseling

Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris “ guidance”. Kata “guidance” adalah kata dalam bentuk mashdar (kata benda) yang berasal dari kata kerja “to guide” artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain ke jalan yang benar. (Samsul Munir Amin, 2013:3).

       Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. (Prayitno dan Erman Amti, 2008 :36)

Sedangkan konseling berasal dari bahasa inggris ”to counsel” yang secara etimologis berarti “to give advice” atau memberi saran dan nasihat. Disamping itu istilah bimbingan yang selalu dirangkaikan dengan istilah konseling itu merupakan suatu kegiatan yang integral. Konseling merupakan salah satu tekhnik dalam pelayanan bimbingan diantara bebrapa tekhnik lainnya (Samsul Munir Amin, 2013:36). Sedangkan secara terminologi diartikan sebagai “ proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (dsebut konselor) kepada invidu yang sedang mengalami masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno dan Erman Amti, 2008 :105)

Konseling merupakan salah satu tekhnik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing/konselor dengan klien yang bertujuan agar mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.

Bimbingan dan konseling adalah proses bantuan yang di berikan seorang konselor kepada klien dengan wawancara agar klien tersebut mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan kemampuan-kemampuan yamg dimiliki. Pengertian bimbingan dan konseling sebagaimana yang di sampaikan di atas, maka kedua istilah tersebut memiliki kaitan yang saling berhubungan.Oleh sebab itu bahwa salah satu jenis bimbingan tersebut adalah konseling.

Bimbingan dan konseling juga merupakan program sekolah yang sangat penting adanya di setiap sekolah.Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membina kepribadian serta akhlak siswa, karena siswa pada umumnya berada pada tahap puber maka bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan agar siswa terhindar dari perbuatan yang melanggar norma-norma dan bantuan yang diberikan oleh seorang konselor adalah bantuan yang bersifat psikologis.

Konseling bertujuan membantu individu untuk mengadakan interpretasi fakta-fakta mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan mendatang.konseling memberikan bantuan kepada individu untuk mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku.

Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, disini guru pembimbing dituntut mempunyai peran yang cukup untuk membimbing anak didik. Guru pembimbing tidak hanya berkepentingan kepada siswa yang bermasalah saja akan tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan siswa secara optimal serta membantu atau membina mental, sikap dan tingkah laku menuju kearah yang lebih baik.

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak diturunkan (diwariskan), tetapi harus dikembangkan. (Prayitno dan Erman Amti, 2013:95).

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan berpendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebanya sendiri.

Bimbingan merupakan suatu tuntunan atau pertolongan. Bimbingan merupakan suatu tuntunan mengandung pengertian bahwa di dalam memberikan bantuan itu jika keadaan menuntut adalah menjadi kewajiban bagi para pembimbing memberikan bimbingan secara aktif kepada yang dibimbingnya. Di samping itu, pengertian bimbingan juga berarti memberikan bantuan atau pertolongan di dalam pengertian bahwa menentukan arah dapatlah diserahkan kepada yang dibimbingnya. Keadaan seperti ini yang terkenal dalam pendidikan sebagai “tut wuri handayani”.

Jadi, di dalam memberikan bimbingan arah diserahkan kepada yang dibimbingnya, hanya di dalam keadaan yang memaksa maka pembimbing mengambil peranan secara aktif di dalam memberikan bimbingan. Tidak pada tempatnya jika pembimbing membiarkan individu yang dibimbingnya telantar keadaanya apabila ia telah nyata-nyata tidak dapat menghadapi atau mengatasi persoalannya. Bimbingan dapat diberikan kepada seorang individu atau sekumpulan individu. Artinya, bimbingan dapat diberikan secara individual ataupun secara kolektif. Bimbingan dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan, tanpa memandang usia (of any age), sehingga baik anak maupun orang dewasa dapat menjadi objek dari bimbingan. Dengan demikian, bidang gerak dari bimbingan tidak hanya terbatas kepada anak-anak ataupun para remaja, tetapi juga orang dewasa.

Bimbingan dapat diberikan, baik untuk menghindari ataupun mengatasi berbagai persoalan atau kesulitan yang dihadapi oleh individu di dalam kehidupanya, ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan, baik untuk mencegah agar kesulitan itu tidak atau jangan timbul, dan juga dapat diberikan untuk mengatasi berbagai kesulitan yang telah menimpa individu. Jadi, lebih bersifat memberikan korektif atau penyembuhan daripada sifat pencegahan. Di samping itu, di dalam memberikan bimbingan dimaksudkan agar individu atau sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya (life welfare), sesuai dengan petunjuk yang dikehendaki Allah SWT. Dan disinilah letak tujuan dari bimbingan yang sebenarnya. (Samsul Munir Amin, 2013; 8).

Dalam konteksnya dengan bimbingan orang tua bahwa orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. (Zakiah Daradjat, 2004;35).

 

3. Jenis Bimbingan Konseling

Dilihat dari masalah individu, ada tiga jenis bimbingan yaitu bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan karir.

a.  Bimbingan Belajar

   Bimbingan belajar yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masasal-masalah belajar. Adapun yang menjadi masalah-masalah belajar yaitu pengenalan kurikulu, pemilihan jurusan/ konsentrasi, cara belajar, penyelesaiaan tugas-tugas dan latihan, penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan dan lain-lain.

  Bimbingan belajar dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yag kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing membantu individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam belajar, dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program pendidikan. Dalam bimbingan belajar, para pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.

b.   Bimbingan Sosial

   Bimbingan sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial. Adapun yang tergolong masalah-masalah sosial adalah masalah hubungan dengan sesama teman, guru, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan ingkungan pendidikan dan penyelesaian konflik.

   Bimbingan sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dalam dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permsalahan yang dialami oleh individu.

c. Bimbingan Karir

Bimbingan karir yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian masalah-masalah karir, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, penyesuaian kerjaan, dan penyeleseaian masalah-masalah karir yang dihadapi.

Bimbingan karir merupakan upaya bantuan terhadap individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, dan mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. (Samsul Munir Amin, 2013; 15).

4. Fungsi Bimbingan Konseling

Ditinjau dari sifatnya, layanan bimbingan dan konseling dapat berfungsi sebagai berikut:

a.       Pencegahan (Preventif)

Layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai pencegahan. Artinya ia merupakan suatu usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini, layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat mengahmbat perkembangannya.

b.      Pemahaman

Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang suatu oleh pihak-pihak tertentu, sesuai dengan keperluan pengembangan siswa. Pemahaman ini mencakup pemahaman tentang diri siswa, pemahaman tentang lingkungan siswa, pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas termasuk didalamnya informasi pendidikan, pekerjaan, dan karir terutama oleh siswa.

c.       Fungsi Perbaikan

Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli, sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak. Disinilah fungsi perbaikan itu berperan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya berbagai permasalahan yang dialami siswa.

d.      Fungsi Penyesuaian

Fungsi penyesuaian yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. Dengan demikian adanya kesesuaian antara pribadi siswa dan sekolah sebagai lingkungan merupakan sasaran fungsi ini.

e.       Fungsi Adaptasi

Fungsi adaptasi yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/ Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli.

f.        Fungsi Penyaluran

Fungsi penyaluran yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ektrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karier sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. (Samsul Munir Amin, 2013; 18).

 

B. Studi Relevan

Berdasarkan hasil penelusuran peneliti terhadap beberapa literatur terdahulu yang juga berkaitan dengan penelitian ini, maka peneliti menemukan adanya beberapa referensi yang dapat menunjang penelitian ini untuk dapat ditindaklanjuti. Kemudian dari literatur-literatur yang penulis temukan, terdapat titik persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan pada skripsi ini. Letak persamaan dan perbedaan dari literatur-literatur tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

 

1.    Selly Sylviyanah

Penelitian Selly Sylviyanah mengambil judul “Pembinaan Akhlak Mulia pada Sekolah Dasar (Studi Deskriptif pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Nir al-Rahman) penelitian Selvi ini dalam bentuk jurnal yang ditulis pada tahun 2012. Dalam penelitianya, Selvi setelah melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan datanya berupa observasi wawancara, dokumentasi dan literatur, beliau menemukan adanya indikator akhlak yaitu dengan 5 S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun) serta janji pelajar Islam. Pelaksanaan pembinaan akhlak mulia pada SDIT Nur Rahman dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu pembiasaan, keteladanan, dan pemberian sanksi. Orang tua peserta didik pun ikut bekerjasama dengan pihak sekolah dalam pembinaan akhlaknya. (Selly Sylviyanah, 2012:14)

Persamaan dengan skripsi ini adalah dari segi objek materinya sama-sama berbicara tentang pembinaan akhlak. Hanya saja terdapat perbedaan dari segi setting penelitianya, Selly mengambil lokasi di  SDIT Nur Rahman Jakarta, sedangkan skripsi ini di pondok pesantren Darusslam Sungai Mancur Bungo. kemudian perbedaan dari segi tahun penelitian yaitu tahun 2012 sedangkan peneliti pada tahun 2016. Demikianlah gambaran perbandingan antara kedua penelitian.

2.    Marzuki

Penelitian Marzuki adalah dalam bentuk jurnal dengan judul “Pembentukan Kultur Akhlak Mulia di Kalangan Mahasiswa UNY Melalui Pembelajaran PAI.” Setelah melakukan kajian dengan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya yaitu observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi maka ditemukanlah bahwa pembelajaran PAI memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan akhlak mulia di kalangan mahasiswa jika didukung oleh dosen yang kompeten, input yang baik, materi ajar yang memadai, dan proses perkuliahan yang baik.di antara problem yang muncul adalah kemampuan mahasiswa yang beragam, perhatian mahasiswa terhadap akhlak mulia masih kurang, materi pembelajaran PAI masih menekankan aspek kognitif dan masih sulitnya melakukan kontrol  terhadap mahasiswa di luar kuliah. (Marzuki, 2011:17).

Persamaan penelitian Marzuki dengan skripsi ini adalah dari segi diskursusnya sama-sama meneliti tentang pembinaan akhlak. Namun, penelitian Marzuki dilakukan di kalangan mahasiswa sedangkan skripsi ini di kalangan pelajar menengah pertama. dan pendekatan skripsi ini tidak menggunakan teknik pengumpulan datanya menggunakan angket.

3.    Muhammad Nasrullah

Penelitian Nasrullah berbentuk skripsi dengan judul “Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Perilaku Keseharian Siswa Sekolah Menengah Atas Pertama (SMP) Negeri 2 Arjawiangun Kabupaten Cirebon.” Dalam penelitianya tersebut, setelah melakukan penelitian dengan teknik observasi, wawancara, dan penyebaran angket dengan metode kuantitatif yaitu teknik analisis datanya dengan prosentase maka ditemukanlah hasil penelitian sebagai berikut: pengaruh pembelajaran PAI terhadap akhlak siswa di SMP Negeri 2 Arjawinangun Cirebon menunjukkan kategori sedang/cukup. Dengan rhitung sebesar 0,57. Hasil tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Ini dibuktikan dengan harga rhitung ≥ harga rtabel dengan tingkat kepercayaan 95% dan 99%/ sedangkan dari hasil r sebesar 0,59 diketahui bahwa 35% presentasi pebinaan akhlak siswa melalui pembelajaran PAI dan pengaruhnya terhadap kualitas perilaku siswa SMPN 2 Arjawinangun-Cirebon dan selebihnya 65% dipengaruhi faktor lain yang masih perlu diteliti. (Nasrullah, 2000:13).

Persamaan penelitian Nasrullah dengan skripsi ini adalah dari segi objek materinya sama-sama mengangkat tema pembinaan akhlak, namun terdapat perbedaan dimana dalam pendekatanya Nasrullah menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                         

8

1

BAB III

 PROSEDUR PENELITIAN

 

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

 1. Pendekatan Penelitian

 Penelitian ini merupakan bentuk penelitian deskriptif yang berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. Maksudnya penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi. Peneliti menggunakan desain penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui dan memberikan gambaran secara apa adanya mengenai kehidupan berasrama santri di pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.

Menurut Sugiyono bahwa pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan pengambilan sampel secara random dengan pengumpulan data menggunakan instrumen, analisis data bersifat statistic. (Sugiyono, 2015:14).

            Lexy J Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexy J Moleong, 2016:6).

25

Penelitian kualitatif ini penulis gunakan untuk mengetahui makna yang tersembunyi serta memahami interaksi social untuk mengembangkan teori dan memastikan kebenaran data apa saja problem individual dan problem sosial santri di asrama serta bagaimana mudabir dan mudabbirah membimbing problem santri individual dan sosial di sarama pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskripftif.

2. Metode Penelitian

Sugiyono pengertian metode penelitian adalah sebagai berikut: “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” (Sugiyono, 2016:2).  Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggambarkan pendekatan penelitian dengan menerapkan metode deskriptif. Menurut Sugiyono yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah: “Metode deskriptif adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan dengan variabel yang lain”. (Sugiyono, 2016:59)

Adapun alasan penulis menggunakan metode deskriptif ini adalah untuk menjawab permasalahan mengenai bagaimana kehidupan berasrama santri di pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, maka dengan menggunakan penelitian kualitatif penulis dapat memenuhi karakteristik terutama dalam hal pengungkapan data secara mendalam melalui wawancara, observasi dan kajian dokumen terhadap apa yang dilakukan para informan.

 

1

1

B. Setting dan Subjek Penelitian

1.  Setting Penelitian

1

1

       Lokasi penelitian ini di pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, dengan alasan bahwa masih banyaknya santri yang yang tidak mengikuti disiplin yang diterapkan dipondok  pesantren modern Darus Salam seperti adanya sebahagian santri yang keluar komplek asrama tanpa izin dari pengurus asrama, mereka keluar komplek tanpa adanya izin dari pengurus asrama, kemudian masih terdapat santri yang membuat keributan atau berkelahi sesama santri lainnya baik itu dalam  asrama mapun di lingkungan pondok pesantren. Oleh karenanya penulis tertarik menela’ah permasalahan tersebut dan sejauh mana peran pengurus asrama dalam membina disiplin santri yang meliputi amanah, jujur dan disiplin.

 

2.  Subjek Penelitian

       Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan pada populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden tetapi narasumber, atau partisipan, informan, teman, guru, atau konsultan dalam penelitian. Karena mereka tidak hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan secara pasif tetapi secara aktif berinteraksi secara interaktif dengan peneliti seperti dengan peneliti seperti yang peneliti ciptakan.

Tabel : 1.3. Subjek penelitian

No

Nama

Keterangan

  1.  

Dr. Ahmad Basri, M. Si

Pimpinan Pondok Pesantren

  1.  

Amri Pardede, S.Pd.I

Kepala MTs

  1.  

Dimrah, S.Pd

Kepala MAS

  1.  

Erwinsyah

Pengurus Asrama (Mudabbir)

  1.  

M. Sataria

Pengurus Asrama (Mudabbir)

  1.  

Ilham Khalik

Pengurus Asrama (Mudabbir)

  1.  

M. Yamin

Pengurus Asrama (Mudabbir)

  1.  

Zahrotul Khusna

Pengurus Asrama (Mudabbirah)

  1.  

Hayati

Pengurus Asrama (Mudabbirah)

  1.  

Imawadah

Pengurus Asrama (Mudabbirah)

  1.  

Indah Putri

Pengurus Asrama (Mudabbirah)

  1.  

Bakhtiar Efendi

Santri Kelas I MTs

  1.  

Rofi

Santri Kelas I MTs

  1.  

Maulana

Santri Kelas I MTs

  1.  

Sudirman

Santri Kelas II MTs

  1.  

M. Ridwan

Santri Kelas II MTs

  1.  

Solihin

Santri Kelas II MTs

  1.  

Farah Arsyayanti

Santriwati Kelas I MTs

  1.  

Susilawati

Santriwati Kelas I MTs

  1.  

Hanafi

Santriwati Kelas I MTs

  1.  

Nur Halimah

Santriwati Kelas II MTs

  1.  

Noer Laili

Santriwati Kelas II MTs

  1.  

Fatmawati

Santriwati Kelas II MTs

 

(Dokumentasi : Pondok Pesantren Darus Salam Sungai Mancur, 2020-2021)

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

 Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. (Sugiyono, 2009 : 137). Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder kalau dipergunakan orang yang tidak berhubungan langsung dengan penelitian yang bersangkutan. (Sugiyono, 2009 : 137).

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono bahwa: “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.” (Sugiyono, 2016:85). Adapun data Primer dalam penelitian ini diantaranya :

1). Pimpinan Pondok

2). Kepala MTs

3). Kepala MAS

4). Pengurus Asrama

5). Santri dan santriwati.

 

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. (Sugiyono, 2009:91).

Dalam penelitian ini data yang diambil oleh penulis adalah  gambaran umum Pondok Pesantren Modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi yang meliputi : Pimpinan pondok pesantren 1 orang, kepala MTs 1 orang Kepala MAS 1 orang, Mudabir dan Mudabbirah 10 orang, serta santri dan sntriwati sebanyak 12 orang.

 

2.    Sumber Data

        Sedangkan sumber data dalam penelitian ini meliputi: pengurus asrama (mudabbir), sebanyak 10 orang, santri 12 orang, dan pimpinan pondok 1 orang yang memenggang peran di pondok pesantren Modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.

 

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi data-data yang diinginkan, peneliti dalam hal ini menerapkan beberapa metode sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi non partisipan dan teknik observasi terbuka. Yang dimaksud dengan teknik observasi non partisipan, yakni pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan. (Narbuko dan Abu Achmadi, 2016:70).

Teknik observasi nonpartisipan digunakan karena dalam proses penelitian ini peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan, akan tetapi hanya berperan mengamati kegiatan. Kalaupun ikut dalam kegiatan itu hanya dalam lingkup yang terbatas sesuai kebutuhan peneliti untuk memperoleh data yang benar-benar valid. Pemilihan teknik jenis ini dilakukan agar peneliti dapat lebih fokus dalam melakukan pengamatan terhadap objek yang sedang diamati sehingga data observasi yang dihasilkan benar-benar valid dan sesuai dengan kondisi yang sedang diamati.

Adapun teknik observasi terbuka, kehadiran pengamat secara terbuka diketahui oleh subjek yang secara sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi, dan mereka menyadari ada orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka. (Narbuko dan Abu Achmadi, 2016:70).

          Metode observasi ini penulis lalukan dengan mengamati permasalahan yang terjadi dilapangan mengenai bagaimana peran pengurus asrama dan kendala yang dihadapi pengurus asrama serta  solusi pengurus asrama dalam pembinaan disiplin santri di pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. (Suharsimi Arikunto, 2006:155).

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, yakni wawancara yang pewancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara jenis ini disusun dengan rapi dan ketat. (Lexy J Moelong, 2017:90)

Metode wawancara ini penulis gunakan dengan cara mewawancarai langsung kepada subjek penelitian yaitu dengan beberapa pengurus asarama (mudabbir), santri kelas I dan II MTs dan Kepala Madasah Tsanawiyah dan Pimpinan Pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

3. Dokumentasi

Dokumentasi sebagai berikut cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat khabar, majalah, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2006:231). Dokumentasi penulis gunakan untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan dengan gambaran umum  pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi meliputi : historis pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, geografis pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, struktur organisasi pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, keadaan guru dan santi pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi serta keadaan sarana dan prasarana pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

 

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data seperti yang diberikan Miles and Huberman dan Spradley. Miles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga samapai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Langkahlangkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut.

 

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan (Miles dan Huberman (1992:16).

Begitu banyak data yang harus penulis catat secara teliti dan rinci yang ada dilapangan serta memilih hal-hal pokok, oleh karenanya penulis hanya memfokus merudiksi data tentang bagaimana peran pengurus asrama dan kendala yang dihadapi pengurus asrama serta  solusi pengurus asrama dalam pembinaan disiplin santri di pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif. (Sugiono, 2009:341). Langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data dilakukan dengan bentuk uraian singkat, grafik, bagan, hubungan antar kategori, dan flowchart. Dalam hal ini Miles and Huberman Data collection Data reduction Data display Conclusion drawing/verifying 59 (1984) menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut

3. Verifikasi

  Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara , dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh buktibukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibel.

    Setelah data disajikan yang juga dalam rangkaian analisis data, maka proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Proses verifikasi dalam hal ini adalah tinjauan ulang terhadap catatan lapangan, tukar pikiran dengan teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektivitas”. (Salim dan Syahrum , 2016:150).

F. Triangulasi Pemerikasaan Keabsahan Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. (Lexy J. Moleong, 2007:330). Jadi dalam hal ini mengecek sumber data yang diperoleh di lapangan berkenaan dengan penelitian ini. Ada empat macam trianggulasi yaitu dengan menggunakan sumber, metode, penyidik dan teori. Penelitian ini penulis menggunakan triangulasi dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan cara :

a.         Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara yang dimaksud adalah apakah data hasil pengematan sesuai dengan hasil wawancara, hal ini diharapkan ada kesamaan hasil perbandingan pengamatan dengan wawancara.

b.        Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

 Perlunya ada perbandingan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, hal ini untuk mengecek lebih dalam manakah yang lebih valid data tersebut, karena apa yang dikatakan orang didepan umum belum valid namun sebaliknya perlu adanya pengecekan secara pribadi.

     Penulis memilih keabsahan data dengan pendekatan triangulasi sumber untuk mengungkap dan menganalisis masalah-masalah yang dijadikan subjek penelitian yaitu tentang bagaimana kehidupan berasrama santri di pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Data tersebut kemudian di deskripsikan, dipetakan mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber- sumber tersebut. Selanjutnya data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan sumber-sumber data tersebut.

Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan tentang kehidupan berasrama santri di pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama (lima) bulan, mulai dari Juni 2021 sampai Nopember 2021, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Tahun 2021

Juni

Juli

Agustus

September

Nopember

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

 

1

Persiapan penelitian

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

Menyusun atau menulis konsep proposal

 

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

Mengajukan judul ke Fakultas untuk persetujuan judul

 

 

 

 

X

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4

Konsultasi dengan dosen pembimbing

 

 

 

 

 

x

X

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

Seminar proposal

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6

Izin atau perintah riset

 

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7

Pelaksanaan riset

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

x

x

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8

Penulisan konsep skripsi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

 

9

Konsultasi kepada dosen pembimbing

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

x

 

 

 

 

 

 

10

Penggandaan skripsi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

 

11

Munaqasah dan perbaikan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

12

Penggandaan skripsi dan penyampaian skripsi kepada tim Penguji dan Fakultas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

x

X

 

 

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

 

 

A. Temuan Umum

1. Historis dan Geografi Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur

Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur didirikan pada tahun 1996 dan terletak di Jalan Lintas Sumatera KM. 19 Arah Padang Desa Sungai Tembang Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi. Pondok Pesantren ini berdiri di atas sebidang tanah yang luas areal seluruhnya 200 M2 dan tanah Pondok Pesantren tersebut sepenuhnya milik yayasan Al Ikhsan. Sekitar Pondok Pesantren dikelilingi oleh pagar sepanjang 360 M. (Observasi, 03 Oktober 2021)

Sejak awal berdirinya tahun 1996 Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur sampai sekarang Pondok Pesantren tersebut masih berstatus Swasta. Walaupun status Pondok Pesantren tersebut masih Swasta kegiatan belajar mengajar tidak berbeda jauh dengan Pondok Pesantren yang berstatus Negeri.

Hasil wawancara penulis dengan pimpinan pondok pesantren Darus Salam Sungai Mancur yaitu dengan bapak Dr. Ahmad Basri, M.Si, beliau mengatakan bahwa :

“Kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur dilaksanakan sebagaimana di Pondok Pesantren Negeri yaitu dilaksanakan pada pagi hari. Namun perbedaannya yaitu pada hari jum’at di Pondok Pesantren Modern Darus Salam dijadikan hari libur dan hari minggu dijadikan kegiatan aktif belajar sedangkan Pondok Pesantren maupun sekolah lain tetap mengikuti libur hari minggu sebagai libur nasional. (Wawancara, 03 Oktober 2021)

 

35

25

Adanya dukungan dari berbagai kalangan termasuk dari Departemen Agama maupun masyarakat sekitar Pondok Pesantren tersebut banyak mengalami perkembangan. Tersedianya tenaga pengajar professional yang berupaya sekuat tenaga agar Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur berkembang dan dapat sejajar dengan Pondok Pesantren Negeri dan sekolah umum lainnya.

Pada tahun 2013 yayasan Al Ikhsan mencanangkan untuk memisahkan Pondok Pesantren tersebut untuk menjadi 2 Pondok Pesantren yaitu Pondok Pesantren Darus Salam yang diperuntukkan untuk santriwati perempuan sedangkan Pondok Pesantren Darul Hikmah yang diperuntukkan untuk santri laki-laki tetapi masih dalam lingkup yayasan yang sama yaitu Al Ikhsan dan pada tahun 2014 Pondok Pesantren tersebut telah selesai di bangun walaupun bangunan kelas masih kurang dan sarana prasarana belum memadai.

Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur penulis berkesempatan mewawancarai pimpinan dari Pondok Pesantren Darus Salam sekaligus perintis Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur yaitu Bapak Dr  Ahmad Basri, M Si, beliau menjelaskan bahwa:

“Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur didirikan pada tahun 1996.Sejak awal berdiri sampai sekarang Pondok Pesantren masih berstatus Swasta, walaupun Swasta kegiatan belajar mengajar tidak beda jauh dengan yang berstatus Negeri maupun sekolah umum. Pada tahun 2013 lalu yayasan Al Ikhsan mencanangkan memisahkan Pondok Pesantren yang diperuntukkan untuk siswa dan Pondok Pesantren yang diperuntukkan bagi santriwati . Dan pada tahun ini pembangunan Pondok Pesantren baru telah dibangun walaupun bangunan kelas maupun sarana dan prasarana masih kurang dan belum memadai”. (Wawancara, 03 Oktober 2021)

 

 

Perkembangan Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo selama 15 tahun terakhir ini sudah cukup banyak mengalami perubahan, baik dari segi fisik maupun non fisik. Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur, sejak awal berdirinya sampai dengan sekarang dipimpin oleh Dr Ahmad Basri, M.Si dibawah kepemimpinan Kepala Pondok Pesantren para tenaga pengajar melakukan interaksi guna membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa sehingga mendapat pelajaran yang berguna untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.

 

 

 

 

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Moder Darus Salam Sungai Mancur

a.       Visi Sekolah

“Terwujudnya Pondok Pesantren yang berkualitas, Bersih, dan disiplin, Berlandaskan Imtaq dan Iptek yang berkesinambungan”

b.      Misi Sekolah

1.      Menciptakan Pondok Pesantren yang berkarakter dan bermutu

2.      Memberikan Pendidikan Agama yang utuh, berwawasan dan fungsional

3.      Memberikan Pendidikan Iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman

4.      Memberikan Pendidikan Keterampilan yang praktis

5.      Meningkatkan kualitas guru dan tenaga kependidikan melalui program pendidikan, pelatihan, penataran, dan sejenisnya.

6.      Menerapkan menejement transparant dan pertisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah.

 

3.  Profil Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur

Berikut adalah Profil Pondok Pesantren Modern Darus SalamSungai Mancur

1.  Nama Sekolah                                       : Pondok Pesantren Modern

                                                                   Darus Salam

 Alamat Jalan/Desa                                 : Jl. Lintas Sumatera KM. 19

    Kecamatan                                             : Tanah Sepenggal Lintas

    Kabupaten                                             : Bungo

    NSS                                                       : 121215080010

    NPSN                                                    : 10508220

2.  Nama Kepala Sekolah                           :  Dr Ahmad Basri, M.Si

3.  Kategori Sekolah                                   : Swasta

4.  Tahun Didirikan/Tahun beroperasi       : 1996/ 01/09/1997

5.  Kepemilikan Tanah                               : Yayasan

a.  Luas Tanah/Status Tanah                 : 2000 m2 /wakaf

b.  Luas Bangunan                                 : 1112 m2

7. Nilai Akreditasi Sekolah                       : C

8. Waktu belajar                                        : Pagi  

 

4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur

Struktur Organisasi merupakan bagian yang menggambarkan pembagian tugas dan tanggung jawab serta hirarki kekuasaan, mulai dari kepala Pondok Pesantren sampai bawahan, Besar dan kompleknya sebuah struktur organisasi menggambarkan tingginya intensitas yang dilakukan.

Struktur juga mencangkup semua komponen yang terdapat pada tubuh sebuah Pondok Pesantren, mulai dari kepala Pondok Pesantren sebagai pimpinan yang memiliki garis koordinasi dengan komite Pondok Pesantren, pada bagian menejemen tengah kepala Pondok Pesantren dibantu oleh tiga orang wakil kepala yang masing-masing membidangi urusan kurikulum, kesiswaan, humas dan sarana prasarana.

Guna mendukung kelancaran tugas administrasi kepala Pondok Pesantren dibantu oleh kepala urusan tata usaha, selanjutnya untuk membantu bagian administrasi bagian tata usaha dibantu oleh beberapa staf yang mengurusi bagian umum dan keuangan dan dalam bimbingan serta proses pembelajaran kepala Pondok Pesantren dibantu oleh satu orang guru bimbingan dan penyuluhan (BP) serta beberapa guru bidang studi.

Struktur organisasi Pondok Pesantren Tsanawiyah Darus Salam Sungai Mancur berdasarkan dokumentasi dilapangan cukup sederhana seiring dengan tipologi sekolah tersebut, untuk lebih jelas bagian struktur organisasi Pondok Pesantren Tsanawiyah Darus Salam Sungai Mancur dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

 

 

 

 

STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN MODERN

DARUS SALAM SUNGAI MANCUR TANAH SEPENGGAL LINTAS KABUPATEN BUNGO TAHUN PELAJARAN 2021-2022

 

 

 

Komite Sekolah

Ketua Yayasan

Abdul Somad H.Z

Mudir

Dr. Ahmad Basri, M.Si

Kepala Tata Usaha

Nurul Huda

Eka Suryani

 

Bendahara

Reni Efriani, SE

 

 

 

 

 

 

 


                                   

                                                                                                    

                                               

 

 


Waka Kurikulum

Bahren,S.Pd.I

Waka Saspras

Endutra, S.Pd.I

Waka Kesiswaan

Darnawati, S.Pd.I

                                                                                   

 

 


                                   

 

Wali Kelas

 

Siswa/Siswi

 

Majlis Guru

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(Dokumentasi Pondok Pesantren Moder Darus Salam Sungai Mancur 2021)

 

5. Muatan Kurikulum Pondok Pesantren Modern Darus Salam

Dalam lembaga pendidikan baik itu Negeri maupun Swasta kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh setiap guru, selalu bermula dari dan bermuara pada komponen-komponen pembelajaran yang tersurat dalam kurikulum. Peryataan ini, didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru merupakan bagian utama dari pendidikan formal yang syarat mutlaknya adalah adanya kurikulum sebagai pedoman. Dengan demikian, guru dalam merancang program pembelajaran maupun melaksanakan proses pembelajaran akan selalu berpedoman pada kurikulum.

Struktur kurikulum Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur kelas VII sampai dengan kelas IX meliputi:

a.         Kurikulum setiap kelas terdiri atas: 23 mata pelajaran, muatan lokal (konservasi dan pemberdayaan potensi bahan) dan program pengembangan diri.

b.         Pondok Pesantren tidak menambah alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran. Jam mata pelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.

c.         Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 45 menit.

 

Untuk lebih jelasnya tentang alokasi waktu dalam struktur kurikulum di Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo dapat dilihat dalam table berikut:

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 4.1 Alokasi Waktu Dalam Struktur Kurikulum Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur Tahun Ajaran 2021/2022

Komponen

Alokasi Waktu

Kelas VII

Kelas VIII

Kelas IX

A.    Mata pelajaran

Smt 1

Smt 2

Smt 1

Smt 2

Smt 1

Smt 2

1.      Al quran

2

2

2

2

2

2

2.      PKN

2

2

2

2

2

2

3.      B. Indonesia

2

2

2

2

2

2

4.      B. Inggris

4

4

4

4

4

4

5.      Matematika

2

2

2

2

2

2

6.      Seni Budaya

2

2

2

2

2

2

7.      Penjas

2

2

2

2

2

2

8.      TIK

2

2

2

2

2

2

9.      B. Arab

4

4

4

4

4

4

10.  Hadist

2

2

2

2

2

2

11.  Fiqih

4

4

4

4

4

4

12.  Nahwu

2

2

2

2

2

2

13.  Sorof

2

2

2

2

2

2

14.  Khot

2

2

2

2

2

2

15.  Tauhid

2

2

2

2

2

2

16.  Tarikh Islam

2

2

2

2

2

2

17.  Grammar

2

2

2

2

2

2

18.  Tafsir

2

2

2

2

2

2

19.  Al quran Hadist

2

2

2

2

2

2

20.  Akidah Akhlak

2

2

2

2

2

2

21.  SKI

2

2

2

2

2

2

22.  IPA

2

2

2

2

2

2

23.  IPS

2

2

2

2

2

2

B. Muatan Lokal

-          Tajwid

-          Pidato

-          Praktek Ibadah

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

C.Pengembangan Diri

2*)

2*)

2*)

2*)

2*)

2*)

Jumlah

60

60

60

60

60

60

 

(Dokumentasi Pondok Pesantren Moder Darus Salam Sungai Mancur 2021)

         

 

 

     Berdasarkan tabel di atas, dapat di bangun pemahaman bahwa alokasi waktu dalam struktur kurikulum di Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur akan menjadi pedoman untuk guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat mengajar sesuai alokasi waktu sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.

Penyusunan struktur kurikulum di Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur didasarkan atas standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh BSNP. Pondok Pesantren atas persetujuan Yayasan Al Ikhsan dan memperhatikan keterbatasan sarana belajar serta minat didik, menetapkan pengelolaan kelas sebagai berikut:

1)        Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur menerapkan sistem paket. Peserta didik mengikuti sesuai dengan yang telah diprogramkan dalam struktur kurikulum.

2)        Jumlah rombongan belajar berjumlah 3 (tiga) yaitu pada tingkat kelas VII, kelas VIII dan kelas IX.

3)        Tiap kelas dipisah antara putri dengan putra.

 

Muatan kurikulum Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ditetapkan oleh BSNP dan muatan lokal yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren.

 

a). Mata Pelajaran

Mata pelajaran terdiri dari mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan sebagai berikut:

1)        Mata Pelajaran Wajib: Pendidikan Agama (Fiqih, Al quran Hadis, Akidah Akhlak, SKI, Bahasa Arab, Hadist, Tauhid, Nahwu, Sorof, Khot, Mahfudzot, Tarikh Islam), PKN, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Penjas, Seni dan Budaya, Prakarya atau Mulok dan Praktek Ibadah.

2)        Mata Pelajaran Pilihan: Arab Grammar (pilihan mata pelajaran ini dimungkinkan dengan adanya sumber daya manusia yang memadai dan kehidupan masyarakatnya yang menunjang program pembelajaran tersebut.

 

Pembelajaran setiap mata pelajaran dilaksanakan dalam suasana yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat antara siswa dan guru. Metode pembelajaran diarahkan berpusat pada peserta didik. Guru sebagai fasilitator mendorong peserta didik agar mampu belajar secara aktif, baik secara fisik dan mental. Selain itu, dalam pencapaian setiap kompetensi pada masing-masing mata pelajaran diberikan secara konstektual dengan memperhatikan perkembangan kekinian dari berbagai aspek kehidupan.

 

2). Muatan Lokal

Program muatan lokal disusun bekerja sama antara Pondok Pesantren dengan Pondok Pesantren Tsanawiyah Darus Salam Gontor Jawa Timur. Muatan lokal ini sesuai dengan program kabupaten yaitu meningkatkan Iptek dan Iptaq.

3). Kegiatan pengembangan Diri

a)     Pengembangan diri diarahkan untuk pengembangan karakter peserta didik yang ditujukan untuk mengatasi persoalan dirinya, persoalan masyarakat di lingkungan sekitarnya, dan persoalan kebangsaan. Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur memfasilitasi kegiatan pengembangan diri seperti berikut:

b)      Pengembangan diri yang dilaksanakan sebagian besar di dalam kelas (infrastruktur) dengan alokasi waktu 2 jam tatap muka yaitu bimbingan konseling

c)      Pengembangan diri yang dilaksanakan sebagian besar di luar kelas (ekstrakurikuler) diasuh oleh guru Pembina yaitu (pramuka, palang merah remaja, kelompok ilmiah kerja, jamaah yasin, shalat dhuha, muhadarah, bola kaki, bola volley, silat dan melukis),

d)      Program pembiasaan mencakup kegiatan yang bersifat pembinaan karakter siswa yang dilakukan secara rutin, spontan, dan keteladanan

 

6. Keadaan Guru dan Siswa Pondok Pesantren Darus Salam Sungai Mancur

a.  Keadaan Guru

Setiap lembaga pendidikan baik itu Pondok Pesantren maupun sekolah umum pastinya memiliki unsur-unsur utama pendidikan. Di Pondok Pesantren Darus Salam Sungai Mancur memiliki unsur-unsur pendidikan yaitu kepala Pondok Pesantren, tenaga pengajar atau guru, karyawan dan siswa.

Dalam usaha membimbing dan mengefektifkan suatu pembelajaran maka di Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur tidak terlepas dari kualitas tenaga pengajarnya. Tenaga pengajar yang berkualitas dan profesional sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan serta mendapatkan lulusan-lulusan yang memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum. Guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dan mencapai tingkat kedewaasaan sebagai tujuan akhir proses pendidikan. Jadi dalam proses belajar mengajar keberhasilan siswa tidak hanya dari kuantitas guru tetapi juga dari kualitas guru itu sendiri baik dari ilmu pengetahuannya maupun dari latar belakang pendidikan yang dimilikinya.

Seluruh personil Pondok Pesantren Modern Darus Salam Darssalam Sungai Mancur hingga saat ini berjumlah 30 guru honorer (Non PNS), karyawan tata usaha 2 orang dan satpam 2 orang. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan guru di Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur sekaligus meliputi pembagian tugas dan status pada setiap Guru untuk tahun ajaran 2021/2022 dapat dilihat dalam table berikut:

 

Tabel 4.2 Keadaan Guru dan Status Guru Pada Pondok Pesantren Darus Salam Sungai Mancur Tahun Ajaran 2021/2022

No

Nama Guru

Jabatan

Guru Mapel

1.

Dr. Ahmad Basri, M.Si

Pimpinan

-

2.

Bahren, S.Pd.I

Wakil

B.inggris

3.

Saimun, S.Pd.I

Non PNS

B. Arab

4.

Ahmad Pudaili, S.Pd.I

Non PNS

PKN

5.

Bahman, SE

Non PNS

IPS

6.

Endutra, S.Pd.I

Non PNS

Arab Melayu

7.

Riduan, S.Hi

Non PNS

Al Quran Hadis

8.

Marfuah, S.Pd.I

Non PNS

Al Quran

10.

Isniyanti, A.Ma

Non PNS

Tauhid

11.

Eka Suryani, S.Pd.I

Non PNS

Mahfudzot

12.

Abdussomad,A.Ma

Non PNS

Mulok

13.

Saipul Amri, S.Pd.I

Non PNS

MTK

14.

Siti Aminah, S.Pd.I

Non PNS

B. Indonesia

15.

M.Safii

Non PNS

Penjas

16.

Darnawati, S.Pd.I

Non PNS

TIK/Prakarya

17.

Nurhalimah, S.Pd.I

Non PNS

Mahfudzot

18.

Yupita

Non PNS

FIQH

19.

Reni Afriani, S.Pd.I

Non PNS

Tarikh Islam

20.

Sahari, S.Pd.I

Non PNS

Hadist

21.

A. Pardede, S.Pd.I

Non PNS

MTK

22.

Nurul Huda

Non PNS

Nahwu

23.

Muhammad Syafri, S.Pd.I

Non PNS

Aqidah Akhlak

24.

Irma Suryani, S.Pd

Non PNS

B. Inggris

25.

Dahrani NST, S.Ag

Non PNS

Tafsir

26.

Eka Yanti, S.Pd.I

Non PNS

Al Quran

27.

Zelfa H

Non PNS

Mutholaah

28.

Muhammad Habibi

Non PNS

Grammar

29.

Tinta Murni

Non PNS

Mutholaah

30.

M. Padli Darmawan

Non PNS

Khot, Sorof

 

(Dokumentasi Pondok Pesantren Moder Darus Salam Sungai Mancur 2021)

 

   Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sejumlah tenaga pengajardi Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo 100% berstatus guru Non PNS, walaupun Pondok Pesantren tersebut Minim Guru PNS tetapi sudah dapat dikatakan memenuhi kualifikasi dari latar pendidikan, jejang pendidikan dan pengalaman mengajar.

b. Keadaan siswa

Semua siswa merupakan siswa yang berbakat sejak lahir. Siswa mempunyai potensi yang unik, bila dibina dan dikembangkan dengan benar dapat menjadi siswa yang berguna bagi bangsa.Siswa juga memiliki keanekaragaman watak, perilaku dan kebiasaan. Tantangan besar bagi guru dalam membimbing, membina dan mengembangkan potensi setiap siswa sehingga menjadi siswa yang berpengetahuan, memiliki kepribadian dan moral yang baik serta memiliki keterampilan.

Adapun jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2021/2022 seluruhnya berjumlah 508 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merata. Separuh dari peserta didik (50%) berasal dari kecamatan lain, yakni Kecamatan Limbur, Lubuk Mengkuang, Tanah Tumbuh, Pelayang, Kecamatan Jujuhan, Jujuhan Ilir, Tanah Sepanggal, Bathin III, Babeko, Kecamatan Bungo Dani, Kecamatan Pelepat dan Pelepat Ilir, Kecamatan Rantau Panjang Kabupaten Merangin, Kabupaten Tebo, Kabupaten Batang Hari, dan Kabupaten Darmasraya Provinsi Sumatra Barat. Mereka semuanya bermukim dan tinggal di asrama. Mereka dibina setiap waktu dan berikan pelajaran-pelajaran baik umum maupun agama.

Untuk lebih jelasnya tentang Jumlah peserta didik di Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepanggal Lintas Kabupaten Bungo dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.3 Keadaan Siswa Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur Tahun Ajaran 2021/2022.

Kelas

Jumlah

Jumlah

Laki-laki

Perempuan

VII

84

82

174

VIII

85

83

168

IX

65

109

166

Jumlah

234

274

509

 

Dokumentasi Pondok Pesantren Moder Darus Salam Sungai Mancur 2021)

Berdasarkan tabel diatas, terlihat jelas bahwa siswa Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo sudah cukup banyak. Jumlah paling banyak yaitu siswa perempuan yakni berjumlah 274 orang siswa, sedangkan siswa laki-laki kelas IX paling sedikit yakni berjumlah 234 orang siswa.

 

7. Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, sedangkan prasarana merupakan segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sarana dan prasarana sangat mendukung bagi kelancaran proses pembelajaran di Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur. Dengan adanya sarana dan prasarana dalam suatu lembaga pendidikan dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran siswa.

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur dalam rangka menunjang dan menbantu pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur Tahun Ajaran 2021/2022

No

Sarana dan prasarana

Jumlah

keterangan

1.

Ruang Kepala Sekolah

1

Baik

2.

Ruang TU

1

Baik

3.

Ruang Guru

1

Baik

4.

Ruang Kelas

10

Baik

5.

Ruang Perpustakaan

1

Baik

6.

Ruang Serba Guna

1

Baik

7.

Musholla

2

Baik

8.

Ruang Osis

1

Baik

9.

Ruang Olahraga

1

Baik

10.

WC Guru

4

Baik

11.

WC Siswa

10

Baik

12.

Kantin

2

Baik

13.

Kursi Guru

35

Baik

14.

Meja Guru

34

Baik

15.

Papan Tulis

10

Baik

16.

Sumur

5

Baik

 

(Dokumentasi Pondok Pesantren Moder Darus Salam Sungai Mancur 2021)

 

            Dari tabel diatas dapatlah dipahami bahwa  sarana dan prasarana penunjang dalam proses kegiatan beajar-mengajar sangatlah mendukung. Hal ini sangat jelas bahwa sarana dan prasarana di Madrasah Tsanawiayah Pondok Pesantren Moder Darus Salam Sungai Mancur sudah memadai, meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan lain, namun pihak dari yayasan terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan sekolah.

 

B. Temuan Khusus

1.      Problem individual santri di asrama Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

       Melihat betapa pentingnya kedisiplinan demi lancarnya kegiatan pondok ini tentu menjadi harapan bagi setiap jajaran pengurus asrama. Namun dewasa ini kedisiplinan di pondok pesantren ini sudah mulai menurun. Banyak santri yang mulai melanggar tata tertib. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya santri yang mendapatkan sanksi dari pengurus.

       Menurunnya tingkat kedisiplinan ini dikarenakan beberapa faktor, di  antaranya;  kurangnya  pengontrolan  dari pengasuhan dan pengurus santri, kurangnya sosialisasi tentang tata tertib disiplin di pondok, masih ada santri yang belum sadar berdisiplin di pondok, banyak santri yang menganggap remeh tata tertib aturan pondok, dan santri yang masih belum betah di pondok.

        Hasil wawancara penulis dengan Erwinsyah selaku ketua pengurus asrama putra (mudabbir) pondok pesantren Darus Salam Sungai Mancur beliau mengatakan:

“Pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur merupakan salah satu pondok pesantren yang juga menerapkan kedisiplinan dalam seluruh kegiatan    pondok.    Hal    tersebut    bertujuan    untuk menanamkan rasa disiplin santri sejak dini, sehingga harapan kedepan ialah seorang santri akan menjadi pribadi yang disiplin, bertanggung jawab, dan mampu memaksimalkan waktu untuk kegiatan positif. Hal tersebut dapat terlihat dari jadwal kegiatan santri  yang sudah dibuat dengan sangat baik dari pagi hingga malam   hari”. (Wawancara, 21 September 2021).

 

          Dari hasil wawancara diatas, dapatlah dipahami bahwa pondok pesantren Darus Salam Sungai Mancur telah menerapkan kedisiplinan dalam seluruh kegiatan pondok, hal ini bertujuan agar santri dapat berdisiplin dalam semua aspek kegiatan yang ada di lingkungan pesantren.

            Problem individual santri di asrama pondok pesantren modern  Darus Salam sama hal yang di berbagai pondok pesantren lain. Adapun masalah yang sering terjadi pada kehidupan santri di pondok khususnya di pondok pesantren modern  Darus Salam adalah sebagai berikut :

a. Penyesuaian Diri Santri.

Pada awal santri masuk ke pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur tentunya mereka merasa asing apalagi setelah mereka masuk ke asrama, mereka banyak mengalami masalah penyesuaian diri, baik dengan teman-teman seasrama maupun di lingkungan pesantren. Hal tersebut   dikarenakan   mereka   harus   menyesuaiakan   dengan   lingkungan barunya dan harus mengikuti disiplin yang telah diterapkan di pondok pesantren.

Observasi penulis di pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur penulis menemukan bahwa banyaknya santri yang ingin pindah sekolah dari pondok pesantren tersebut, hal ini beberapa faktor yang dialami santri, seperti merasa asing tinggal di asrama dan harus mengikuti aturan disiplin yang diterapkan di pondok. Namun hal ini juga mereka akan terbiasa jika sudah menjalani hidup di pesantren selama 3 bulan. (Observasi, 23 September 2021).

Wawancara penulis dengan pimpinan pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur yaitu dengan ustaz Dr. Ahmad Basri, M.Si mengatakan :

“Pada awal mula santri baru masuk ke pondok pesantren tentunya mengalami banyak faktor, mereka merasa asing tinggal di asrama dan harus mengikuti disiplin yang diterapkan di pondok.  Sudah rutin setiap tahun, artinya satu dua bulan pertama mereka mengalami masalah penyesuaian diri. Satu dua santri juga ada yang tidak betah, sampai keluar dari pondok dan itu setiap tahun pasti ada”.(Wawancara, 23 September 2021).

 

Dari  hasil  wawancara  dengan  ustadz  Dr. Ahmad Basri, M.Si dapat  diketahui bahwa setiap tahun ajaran baru terdapat masalah penyesuaian diri yang dihadapi oleh para santri baru. Permasalahan tersebut terjadi dari awal mereka masuk sampai dua bulan pertama. Selain itu juga terdapat dampak dari permasalahan tersebut, yaitu dapat membuat santri mengundurkan diri dari pondok. Penyesuian diri secara sosial merupakan suatu hal yang paling sulit dilakukan  oleh  para  santri.  Hal  tersebut  dikarenakan  perbedaan  asal  dari masing-masing santri.

Rendahnya  tingkat  disiplin  ini  juga  dikarenakan  beberapa kendala yang dihadapi oleh santri sehingga sulit menumbuhkan kedisiplinan.  Masalah tersebut  itu  diantara  kurangnya  fasilitas yang tersedia dipondok umpamanya ruang khusus pengurus, kurangnya koordinasi antar pengurus sehingga kadang terbengkalai tugas masing-masing pengurus, masih adanya pengurus yang malas dalam menjalankan tugas yang terkadang meremehkan, dan juga memang karakter santri yang masih terbawa pergaulan  sebelum  masuk  pondok  sehingga mereka belum terbiasa dengan peraturan pondok yang biasanya dibebaskan dirumah jadi harus mengikuti aturan pondok yang ketat.

 

Dalam   melaksanakan tugasnya sehingga menjadikan penurunan kedisiplinan di pondok dikarenakan beberapa sebab, diantaranya: kurangnya arahan dari staff pengasuhan santri,  kemalasan dari pengurusnya  yang menyebabkan santri mudah melanggar disiplin, kurang kedewasaannya pengurus sehingga  santri  meremehkan. 

Hal  ini  sesuai hasil wawancara penulis dengan M. Sataria  selaku pengurus asrama pondok pesantren modern Darus Salam dalam wawancaranya mengatakan:

“Menurunnya kedisiplinan santri bukan sepenuhnya salah santri. Tentunya pengurus juga turut ambil andil dengan masalah ini karena pengurus sudah diberi amanat langsung dari atasan untuk mengawasi dan mengarahkan santri untuk senantiasa   menaati   peraturan   di   pondok   pesantren   ini. Kegagalan pengurus sendiri dalam memantau santri disebabkan juga karena beberapa faktor. Contohnya kita kurangnya arahan, bimbingan dan pengontrolan terhadap pengurus dari staf pengasuhan  santri  yang  mana mereka membawahi  langsung pengurus yang menyebabkan menurunnya pula kinerja pengurus dalam menjalankan tugas. Selain itu ada beberapa pengurus yang malas dan kurang dewasa sehingga santri cenderung meremahkan perintah pengurus yang bersangkutan” (Wawancara, 28 September 2021).

 

Berdasarkan  hasil  wawancara tersebut  terkait  kepengurusan dalam mendisiplinkan santri menjadikan evaluasi bagi pondok pesantren untuk dapat menjalankan perannya lebih baik lagi. Karena  sejatinya  pesantren  merupakan  sebuah  tempat  bagi  santri untuk mencari ilmu agama, terlebih Darus Salam merupakan sebuah pesantren yang juga menyediakan pendidikan formal yang tentunya selain ilmu agama santri juga belajar ilmu pengetahuan umum. Tentunya berbagai upaya telah  dilakukan  pesantren  untuk  menumbuhkan  kedisiplinan  santri yang sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga ketika nanti santri sudah   keluar   dari   pesantren   dan   terjuan   ke   masyarakat   maka diharapkan  dapat  berperan  di  tengah-tengah  masyarakat  sebagai teladan yang baik.

b. Kehilangan Barang

            Apapun sistem pendidikan pesantren tersebut, di manapun lokasi pesantren tersebut, masalah kehilangan di Pesantren sudah bukan hal yang aneh. Meski pondok pesantren adalah sebuah institusi pendidikan keagamaan, namun tetap saja permasalahan khususnya di hal moral tetap ada saja dan kerap terjadi. Ada banyak hal dan alasan mengapa masalah kehilangan di Pesantren sering terjadi Entah hilang sandal, seragam, buku, peci bahkan uang dan lain-lain. Entah itu disengaja maupun tidak. Hal-hal seperti ini sangat sulit dihindari. Bagi santri senior, masalah kehilangan sudah tidak aneh. Namun bagi santri baru, hilangnya ember sudah membuat goyah untuk melanjutkan pendidikan di pondok. Maka dari itu kami akan melampirkan beberapa barang-barang yang sering hilang di Pesantren serta cara atau solusi bagaimana agar tidak hilang.

            Dari hasil observasi penulis di pondok pesantren modern  Darus Salam Sungai Mancur, penulis menemukan bahwa banyaknya laporan santri baru kepada pengurus asrama kehilangan sandal saat sepulang dari masjid, ada pula kehilangan pakaian, seperti peci, baju dan sarung saat di jemuran, dan ada pula kehilangan uang dan lain sebagainya. (Observasi, 25 September 2021).

            Pada saat bersamaan, penulis mewawancarai M. Sataria selaku pengurus asarama (mudabbir) di ondok pesantren modern  Darus Salam Sungai Mancur beliau mengatakan :

“Hampir setiap hari ada santri yang mengadu kepada kami kehilangan sandal, ada juga yang kehilangan peci dan pakaian dan sebagainya. Hal ini bukanlah yang pertama terjadi di pondok ini, karena pada kebanyakan santri saat keluar masjid setelah melaksanakan sholat berjamaah terburu-buru keluar dan saling mendahului temannya, pada saat itu lah sandal yang mereka pakai sering ketukar, namun ada juga sebahagian kecil yang memang sengaja memakai sandal temannya yang lain” (Wawancara, 25 September 2021).

            Dari hasil wawancara penulis diatas, jelaslah bahwa salah satu problem individual santri di asrama pondok pesantren modern  Darus Salam adalah seringnya kehilangan barang mereka.

            Permasalahan kehilangan barang di Pondok, tidak jauh dari adanya kesempatan, ini yang sering terjadi. Dan jika adanya niat memang jarang, kecuali tersangka memang sedang benar-benar terdesak membutuhkannya, namun menggunakan cara-cara yang salah. Yang paling sering terjadi adalah adanya kesempatan. Kita tidak bisa begitu saja menyalakan mereka yang mengambil barang tanpa izin, selama di pesantren

Barang yang sering hilang di Pesantren yaitu sendal. Meski bentuknya bukan seperti uang sendal adalah senjata utama santri ketika beraktivitas berlangsung di Pesantren.Terkadang santri berfikiran jika meng gosob atau memakai sendal orang tanpa izin sudah lumrah. Padahal tidak demikian, dosa nya pun sama dengan orang yang mencuri uang diatas tadi. Sayangnya, kesadaran akan tidak menggunakan sandal orang lain tanpa izin ini sangat sulit. Karena sifatnya seperti domino. Domino disini maksudnya, jika temanmu kehilangan sandal maka dia akan memakai sandal mu, dan kamu akan memakai sendal temanmu yang lain, begitu seterusnya.

            Santri  juga  secara  aktif  melaksanakan  setiap  kegiatan  dengan tepat waktu, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Zahrotul Khusna selaku pengurus asrama beliau mengatakan:

“Mengajarkan     dan     mengajak     para     santri     untuk melaksanakan setiap kegiatan dengan tepat waktu memang bukan  perkara  yang  mudah,  akan  tetapi  membutuhkan proses  agar  dapat  berjalan  secara  aktif.  Memanfaatkan waktu di lingkungan pondok ini sangatlah penting. Karena disini  kami  sedang  menimba  ilmu,  jika  kami  terlambat maka  ilmu   yang  kami  dapatpun  tidak  maksimal  dan tentunya  akan  mengganggu  santri  lainnya  yang  sedang fokus mendengarkan penjelasan dari ustad. Sehingga kami dari  pengurus  berusaha  semaksimal  mungkin  agar  santri menjaga kedisiplinan terutama disiplin waktu. Disini yang kami  lakukan  membuat  jadwal  kegiatan  yang  ditempel disetiap  kamar  santri  yang  fungsinya  sebagai  pengingat santri.  Kemudian  pengurus  juga  mendatangi  tiap  kamar untuk memastikan tiap santri sudah meranjak ke masjid, kelas atau aula untuk mengikuti kegiatan” (Wawancara 04 Oktober 2021).

 

            Hal ini sesuai dengan apa yang dijumpai oleh peneliti pada saat observasi tampak bahwa beberapa pengurus asrama mengecek  tiap  kamar  santri  untuk  memastikan  bahwa  semua santri sudah berada di kelas untuk mengikuti pengajian idhofi  yang rutin dilaksanakan tiap malam hari.

            Pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur semua santri diwajibkan untuk disiplin waktu yaitu agar para santri nantinya dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sehingga mereka terbiasa disiplin dan jika nanti para   santri   keluar   dari   pondok   pesantren   mereka   dapat  mengamalkannya dalam kehidupan bermasyarakat kelak.

Hal  ini  sesuai  dengan  hasil  wawancara  dengan  Hayati selaku pengurusa asrama yang mengatakan:

“Tujuan kita selalu mengajarkan dan mengamalkan santri agar disiplin waktu di pondok pesantren ini tentunya agar mereka terbiasa sehingga jika nanti mereka di masyarakat mereka dapat menjadi contoh yang baik. Karena pada awalnya banyak santri yang belum terbiasa dengan disiplin, tapi semenjak di pondok karena adanya hukuman bila mereka melanggarnya mau enggak mau ya mereka jadi disiplin yang awalnya karena terpaksa lama kelamaan mereka juga terbiasa jadinya sekarang mereka  jadi  lebih disiplin” (Wawancara 04 Oktober 2021).

 

            Dari hasil observasi dan wawancara diatas, jelaslah bahwa salah satu problem individual santri di asrama adalah penyesuaian diri di lingkungan pondok serta seringnya kehilangan barang dan disiplin asrama yang harus dipahtuhi semua santri.

 

c. Menu Makanan

Menu makanan di pesantren memang tak seenak menu makanan di rumah atau rumah makan, karena pesantren sendiri pada dasarnya adalah tempat untuk belajar mandiri dan menimba ilmu agama. Pesantren bukan restoran rumah makan atau bahkan hotel. Dengan menu masakan sajian yang enak dan asrama yang mewah. Bukannya pesantren tidak bisa menyajikan masakan seenak rumah makan, sangat memungkinkan pesantren menyajikan menu ala restoran mewah. Namun hal tersebut bukan termasuk pada pendidikan. Pesantren mendidik para santrinya dengan menu makanan ala kadarnya, meski dengan tahu dan kerupuk. Belajar bersyukurlah, diharapkan para santri memaknai betul-betul makna bersyukur tersebut. Berapa banyak orang-orang diluar sana yang sama sekali tidak makan beberapa hari.

Hasil observasi penulis di Pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur penulis menemukan bahwa banyaknya keluhan santri saat makan siang dimana menu makan yang disajikan oleh pondok pesantren adalah tempe goreng dan sayur lobak. Mereka diberikan makanan nasi sepiring dan lauk sepotong tempe dan sayur lobak satu sendok. (Observasi, 05 Oktober 2021).

Hasil wawancara penulis dengan Maulana salah seorang santri pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur beliau mengatakan:

“Terkadang saya membeli lauk di warung sebelah pesantren, karena lauk yang disajikan di pondok tidak semuanya sesuai dengan selera saya, jadi saya harus membeli lauk di luar”. (Wawancar, 05 Oktober 2021).

 

Pada sisi lain, adanya santri yang tidak sempat untuk mengambil jatah makan pada waktunya adalah karena terburu-buru persiapan untuk berangkat ke kelas yang memakan waktu yang lama, yang membuatnya tidak sempat untuk mengambil makan pada waktunya, sehingga pada giliran mengambil makanan hanyalah tinggal sisa-sisa lauk seadanya.

Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Rofi sebagai berikut:

“Waktu  itu  saya  buru-buru  karena  ingin  berangkat  ke kelas lebih awal, namun pada saat giliran saya mengambil makan di dapur, saya hanya mendapat sisa lauk yang seadanya, namun saya masih bersyukur tetap dapat makanan, walaupun hanya sedikit” (Wawancar, 05 Oktober 2021). 

 

            Dari hasil observasi dan wawancara penulis diatas, jelaslah bahwa salah satu problem individual santri di asrama Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur adalah menu makan yang tidak sesuai dengan selera mereka, namun pada sisi lain santri diperbolehkan membeli lauk yang ada di warung sebelah pondok pesantren.

 

2. Problem sosial santri di asrama Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

Setiap santri yang masuk ke pondok pesantren baik santri baru maupun santri lama, tentunya mengalami problem sosial dalam lingkungan pondok pesantren terutama di asrama. Hal ini tentunya mereka harus membiasakan diri dari atuaran yang diatur oleh pondok itu sendiri dari kebiasaan mereka di rumah.

Adapun  problem sosial santri di asrama pondok pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi adalah sebagai berikut :

a. Penyesuaian Diri Dengan Norma Sosial di Asrama.

Dalam  kehidupan  keluarga,  sekolah,  dan  masyarakat  sudah  memiliki ukuran dasar mengenai konsep baik atau buruk dan benar atau salah yang terdapat dalam norma, hukum, nilai moral, sopan santun maupun adat. Sedangkan bentuk aturan masyarakat tertentu belum tentu dapat diterima oleh kelompok masyarakat lain. Sehingga seseorang dalam bermasyarakat perlu menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku ditempat ia berada. Adapun para santri  yang ada di pondok pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur juga   harus   menyesuaikan   dirinya   dengan   norma   atau peraturan-peraturan   yang  ada  di   asrama  dan   pondok.   Salah  satu peraturan  yang  ada  di  asrama  adalah  harus  sudah  berada  di  Masjid sebelum adzan berhenti. (Observasi, 04 Oktober 2021).

Hasil wawancara penulis dengan salah seorang santri yang bernama Arsyayanti beliau mengatakan :

“Kalau di asrama  kan ada petugas kedisiplianan sendiri. Biasanya saya kena hukuman karena telat ke masjid. Soalnya kan antri mandinya, terus pada lama gitu mandinya. Jadinya telat ke masjidnya. Kalau hukumannya bisa milih sendiri, mau push-up, skot jump atau lari-lari” (Wawancara, 04 Oktober 2021).

 

Dari hasil wawancara dengan santri diatas dapat diketahui bahwa ia belum bisa menyesuaikan dengan peraturan datang ke Masjid sebelum adzan. Santri telat  datang  ke  Masjid  dikarenakan  antri  saat  mandi.  Karena kamar mandi yang ada digunakan untuk bergantian, dan terdapat perilaku santri suka berlama-lama saat di kamar mandi, membuat beberapa santri telat untuk bersih-bersih badan dan berangkat ke Masjid. Selain itu para santri juga dibiasakan untuk bangun sebelum subuh.

Wawancara penulis dengan salah seorang santri yang bernama Nur Halimah beliau mengatakan :

“Disini kan harus disiplin, menjaga kebersihan juga. Biasanya saya susah bangun pagi. Banyak kegiatan di asrama terus belum belajar di pondok sampai sore, ekstranya juga belum. Jadi badan rasanya capek. Biasanya kalau bangun kesiangan terus nanti akhirnya disuruh bersih-bersih halaman asrama” (Wawancara, 04 Oktober 2021).

 

Dari hasil wawancara dengan penulis diatas diketahui bahwa santri belum bisa menyesuaikan dengan peraturan  bangun sebelum subuh. Dengan alasan memiliki agenda kegiatan yang padat baik di asrama maupun pondok, sehingga membuat santri mengalami kesulitan untuk bangun pagi dan mendapatkan hukuman bersih-bersih halaman asrama. Selain harus bangun sebelum subuh, para santri juga harus sudah bersiap-siap ke lokal dari sejak pagi.

Wawancara penulis dengan salah seorang santri yang bernama M. Ridwan beliau mengatakan :

Jam setengah delapan harus sudah siap ke lokal. Cuman saya kadangan belum mandi, ya sama ustadz terus disuruh cepet-cepet mandi. Kan pada antri mandinya, sambil nunggu kan enakan tidur dulu. Eh malah kebablasan. Jadinya di asrama di catet sama musyrif, terus waktu di lokal  juga kena hukuman suruh baca Al-Qur’an dua lembar” (Wawancara, 04 Oktober 2021).

 

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa adanya santri belum bisa menyesuaikan diri dengan melanggar peraturan jam berangkat ke lokal.  Kemudian adanya santri yang  menunggu  teman-temannya  selesai  mandi  dengan tidur. Namun hal tersebut membuat santri lalai dan ketiduran sampai teman- temannya  selesai  mandi.  Akhirnya  dia  mendapat  hukuman  di  asrama berupa  peringatan  dan  dicatat  dalam  buku  pelanggaran.  Sedangkan  di lokal ia mendapatkan hukuman membaca Al-Qur‟an.

Dari hasil wawancara dengan para santri di atas, dapat diketahui bahwa santri baru salah satunya mengalami masalah menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang ada di asrama dan pondok. 

b. Penyesuain Diri Dengan Proses Belajar

Belajar merupakan salah satu kegiatan yang ada di pondok pesantren Darus Salam Sungai Mancur. Proses belajar merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan para santri agar mendapatkan ilmu agama dan pengetahuan. Dengan pentingnya proses belajar, seharusnya para santri dapat mengikutinya dengan baik. Namun pada kenyataanya masih banyak santri  yang  mengalami  kesulitan  dalam  masalah  belajar.  Salah  satunya yaitu para santri belum terbiasa dengan kondisi kelas dan metode mengajar para ustadz.

Wawancara penulis dengan salah seorang santri yang bernama Solihin beliau mengatakan :

“Saya juga pernah kesulitan belajar. Waktu itu saya kesulitan pelajaran Nahu. Mata pelajaran nahu ini sangat sulit dimengerti karena banyaknya qaidah yang harus dipahami. Soalnya teman-teman pada ribut, terus ustadznya juga cepet banget jelasinnya. Jadi belum sempet tanya sudah lanjut (Wawancara, 08 Oktober 2021)

 

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa adanya santri belum terbiasa dengan situasi belajar yang ada. Denga kondisi kelas kurang kondusif dan terdapat salah satu ustadz yang terlalu cepat dalam menyampaikan materi. Membuat santri mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dengan proses   belajar di lokal. Selain kondisi kelas yang kurang kondusif, perilaku tidur dikelas juga menambah permasalahan santri dalam belajar. Hal tersebut juga diperparah dengan permasalahan tidur di kelas. Padahal waktu di sekolah dasar, tidak pernah tidur di kelas. Selain permasalahan di atas, juga terdapat santri yang tidak bisa menyesuaian  diri  dengan  belajar  karena  belum  menguasai  salah  satu pelajaran.

Wawancara penulis dengan salah seorang santri yang bernama Fatmawati beliau mengatakan :

 

“Ada beberapa pelajaran yang tidak bisa cepat dipahami, seperti mata pelajaran Nahwu, Shorof dan Bahasa arab. Kesulitan dalam memehami pelajaran ini hampir semua teman-teman dalam kelas tidak mengerti apa yang disamapaikan ustazd. Namun saya tetap semangat mengikuti mata pelajaran ini”. (Wawancara, 09 Oktober 2021).

 

Berdasarkan hasil wawancara dengan santri diatas, diketahui bahwa banyaknya santri yang mengalami permasalahan belajar. Permasalahannya tersebut dikarenakan tidak bisa menguasai salah satu pelajaran. Untuk menambah pengetahuan tentang pelajaran tersebut, ia diajari oleh beberapa kakak kelas yang ada di asrama. Dari pemaparan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa santri yang  baru  masuk  salah  satunya  mengalami  masalah  penyesuaian  diri dengan proses belajar.

 

3. Penyesuaian Dengan Waktu.

Upaya penyesuaian diri seseorang santri dalam menggunakan waktu luang yaitu menyesuaiakan antara dorongan kebebesannya serta inisiatif dan kreatifitasnya dengan kegiatan yang bermanfaat. Salah satu permasalahan menyesuaiakan diri dengan waktu adalah ketidak mampuan santri untuk mengatur antara kegiatan bersifat umum dengan kegiatan yang bersifat pribadi seperti mandi, mencuci baju dan istirahat.

 Hasil observasi penulis di pondok pesantren modern Darussalm Sungai Mancur, penulis menemukan bahwa kegiatan di asrama dan pondok yang cukup padat, membuat santri kesulitan mengatur waktu untuk belajar dan kegiatan pribadinya. (Observasi, 13 Oktober 2021).

Wawancara penulis dengan salah seorang santri yang bernama Sudirman beliau mengatakan :

“Waktu awal masuk pondok pesantren, kesusahan yang saya alami adalah bangun pagi sangat berat sekali, terkadang kepala pusing. Kemudian sering ngantuk pas belajar pagi, susah juga jadinya ngatur waktu buat belajar, ngerjain tugas, hafalan, nyuci, pokoknya jadi susah, banyak yang harus dikerjain”. (Wawancara, 13 Oktober 2021).

 

Berdasarkan hasil wawancara diatas, diketahui bahwa awal-awal ketika santri masuk asrama ia mengalami masalah penyesuaian diri mengatur waktu. Masalah yang dia hadapi yaitu mengatur antara waktu untuk belajar, hafalan, dan mengerjakan tugas dengan kegiatan pribadi.

Salah satu dampak dari ketidak mampuan mengatur waktu, membuat santri tersebut susah tidur dan bangun kesiangan. Pendapat mengenai permasalahan santri baru mengalami kesulitan untuk mengatur waktunya juga di perkuat dengan pernyataan Erwinsyah selaku pengurus arsama beliau mengatakan:

“Bahwa santri yang baru masuk belum siap jauh dari orang tua dan mengurus keperluannya sendiri, termasuk mengatur jadwal kegiatan, juga  yang menjadi problem mereka belum siap jauh dengan orang tua. Dengan aktivitas yang cukup padat kadang-kadang mereka belum bisa mengatur waktu dengan baik. Termasuk pengelolaan keuangan” (Wawancara, 13 Oktober 2021).

 

Berdasarkan   hasil   wawancara  diatas   diketahui   bahwa aktivitas dari santri cukup padat. Sehingga membuat para santri mengalami kesulitan untuk mengatur waktu dengan baik. Dengan kondisi secara fisik yang  masih  kecil  dan  kematangan  emosi  yang  masih  labil,  membuat mereka belum terbiasa dengan jadwal yang padat. Dari temuan-temuan di atas, dapat diketahui bahwa santri baru mengalami permasalahan menyesuaikan diri dengan mengatur waktu secara optimal.

Disamping problem sosial santri di asrama Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur diatas, juga terdapat dua faktor yang menjadikan seorang santri mengalami masalah penyesuaian diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri santri tersebut peneliti rangkum dalam dua bentuk. Pertama, dikarenakan  faktor internal, dan yang kedua dikarenakan faktor eksternal. Berikut ini merupakan faktor yang mempengaruhi santri dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. 

1). Faktor Internal

            Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri santri dikarenakan pengaruh diri santri sendiri. Faktor-faktor tersebut meliputi kondisi jasmani, psikologis, kebutuhan, kematangan intelektual, emosional, mental, dan motivasi. 

            Hasil wawancara penulis dengan kepala MTs yaitu ustazd  Amri Pardede, S.Pd.I beliau mengatakan:

“Karakter santri di pondok pesantren modern Darus Salam ini sangatlah beragam, ada anak itu yang pandai ngomong, dalam arti dia suka berbicara sama orang-orang yang baru dia kenal, ada juga anak itu mungkin sudah diajari kemandirian sama orang tuanya. Kemudian anak itu masuk sini memang punya keinginan yang kuat buat berprestasi dan ada juga anak yang sudah bisa mengatur emosi dan pikirannya matang”. (Wawancara, 13 Oktober 2021).

 

Dari hasil wawancara dengan ustadz Amri Pardede, S.Pd.I, dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi santri untuk bisa menyesuaikan dirinya dengan lingkungan asrama dan madrasah adalah kemampuan dalam berbicara,  memiliki  sikap  mandiri,  memiliki  motivasi  yang  kuat,  dan memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi.

            Berdasarkan   hasil observasi penulis di lapangan, penulis menemukan bahwa terdapat santri yang belum bisa  mengendalikan  emosi.  Hal  tersebut  berdampak  pada  kemampuan santri tersebut untuk berinteraksi dengan teman-temannya yang memiliki sifat hurmor dan jahil.Sehingga dapat diketahui bahwa faktor internal yang mempengaruhi santri untuk    bisa    menyesuaikan   diri    yaitu kemampuan   berkomunikasi, kemandirian, motivasi yang kuat, dan mampu mengendalikan emosi.

2). Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri santri dikarenkan pengaruh dari lingkungan santri. Faktor-faktor tersebut dapat berupa lingkungan rumah, keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Berdasarkan  hasil  observasi penulis di lapangan, penulis menemukan bahwa cepat dalam memiliki teman menjadi faktor pendukung untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Selain itu, kegiatan-kegiatan yang diadakan di pondok dan asrama juga menjadi faktor pendukung santri untuk bisa menyesuaikan dirinya dengan lingkungan  barunya.  Interaksi  dan  kesan  yang  terjadi  dalam  sebuah kegiatan  membuat  para  santri  lebih  cepat  mengenal  lingkungan  dan menjadi betah untuk tinggal di asrama.

       Wawancara penulis dengan ustaz Amri Pardede, S.Pd.I selaku kepala MTs beliau mengatakan :

“Kegiatan yang ada di pondok dan teman, serta peran dari orang tua juga menjadi faktor yang menentukan agar santri bisa menyesuaikan dengan lingkungannya. Peran dari dukungan orang tua menjadi penyemangat bagi para santri untuk lebih fokus belajar dan berprestasi. (Wawancara, 13 Oktober 2021).

 

Dari hasil wawncara diatas, dapatlah diketahui bahwa faktor ekternal yang mempengaruhi santri untuk bisa menyesuaikan diri adalah teman, kegiatan di asrama dan pondok, serta dukungan dari orang tua.

3. Peran mudabir dan mudabbirah membimbing problem santri individual dan sosial di sarama pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

          Pondok pesantren Darus Salam Sungai Mancur merupakan salah satu pondok yang sangat mengutamakan kedisiplinan para santri terutama dalam  kegiatan  belajar.  Kegiatan  belajar santri  dapat dibilang sudah berjalan  sangat baik, dimana para santri secara aktif   melakukan   kegiatan   belajar,   sebagaimana   yang   telah diungkapan oleh Bapak Dr. Ahmad Basri, M. Si selaku pimpinan pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur beliau mengatakan :

Alhamdulillah  santri   belajarnya  sudah   tertib,  banyak santri yang datang ke kelas buat belajar. Tidak tertibnya menurut saya saat santri ada yang tidur atau ngobrol jadi gak memperhatikan penjelasan. Tapi kalo ada santri yang ketauan tidur sama kita pengurus bagian pengajaran atau sama  pengurus  siapapun  pasti  kita  bangunin.  Sebagian santri ikut belajarnya masih terpaksa bukan dari kesadaran diri sendiri karena takut dengan peraturan. Jadi dalam diri santri  tersebut belum  timbul  akan pentingnya ilmu. Jadi dalam proses pembelajarannya tidak bisa berjalan dengan efektif. Tapi pada dasarnya semua santri sudah aktif dalam belajar”.(Wawancara, 10 Oktober 2021)

 

Di dalam pondok pesantren Darus Salam ini semua santri diwajibkan untuk mengikuti setiap kegiatan belajar yang dilaksanakan di pondok pesantren Darus Salam seperti pengajian salafiyah yang dilaksanakan setiap hari, muhadatsah dilaksanakan pada hari selasa dan kamis, muhadoroh setiap hari kamis dan minggu,  serta  belajar  dikelas  dibawah  pengawasan  guru  yang dilakukan  setiap  malam. Hal  tersebut  sesuai  dengan  ungkapan salah satu  pengurus  asrama  yaitu  Imawadah menyatakan:

“Peran yang dilakukan pengurus asrama dalam rangka mendisiplinkan santri dalam kegiatan proses belajar seperti memberikan adanya hukuman bagi santri. Hukuman   yang dimaksud   bukanlah   hukuman   yang   fisik melainkan hukuman yang bersifat teguran seperti memberikan nasehat,   denda,   ta’zir dan   adapula   hukuman   yang   bersifat mendidik seperti hafalan surat pendek. Tingkat keberhasilan dari upaya-upaya tersebut dirasa sudah berjalan dengan efektif, karena dilihat   dari   lapangan   itu santri    lebih    jera    kalau    mendapat hukuman. Pengurus asrama juga selalu mengadakan evaluasi rutin untuk meningkatkan kinerja para pengurus dalam mendisiplinkan santri di Pondok Pesantren Darus Salam Sungai Mancur” (Wawancara, 11 Oktober 2021).

 

Adapun Peran mudabir dan mudabbirah membimbing problem santri individual dan sosial di sarama pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi adalah sebagia berikut :

a. Pendekatan dan nasehat

Setiap  lembaga  pendidikan  khususnya pondok  pesantren mengharapkan lulusan yang bertingkah laku atau berkepribadian baik yang juga mempunyai rasa disiplin yang tinggi, karena hal ini  yang  menjadi  sorotan  para  masyarakat  terhadap  kualitas sekaligus menjadikan pertimbangan khususnya bagi para orang tua untuk menitipkan anaknya di pondok pesantren.

Untuk mewujudkan anak didik yang disiplin tinggi dan berkepribadian baik maka dibentuklah organisasi pengurus santri dari tingkatan ketua, dan pengurus bidang-bidang pondok. Pengurus ini nantinya yang akan membantu tugs pengasuh santri dimana pengurus selalu mengetabu tingkah laku sehari-hari santri dan harapannya mampu mengarahkan para santri untuk mempunyai rasa disiplin yang tinggi dan berkepribadian baik. Di antara peran pengurus pondok pesantren Darus Salam dalam meningkatkan kedisiplinan santri dalam bertingkah laku yaitu dengan melalui berbagai upaya di antaranya adalah:

Berbagai macam karakter para santri  yang berbeda-beda memerlukan cara khusus untuk membina tingkah laku mereka. Upaya yang sering kali dilakukan pengurus adalah dengan pendekatan yaitu dengan menjadi seorang teman bagi para  santri.  Seperti  yang  telah  diungkapkan  oleh  M. Yamin:

“Pertama pengurus harus mulai beradaptasi dengan santri terlebih dahulu dengan mendekati mereka karena   mereka   masih   asing   dengan   kita   dan biasanya enggan santri yang mendekati pengurus maka partisipan pengurus yang pertama adalah mendekatanya  dengan  cara  menjadi  teman  yang baik  bagi  mereka  dengan  itu  nanti  mereka  bisa” (Wawancara, 13 Oktober 2021).

 

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa salah satu cara dalam membina tingkah laku santri yang baik adalah seorang pengurus harus mendekati dan menjadi teman bagi santri. Jadi ketika para pengurus sudah mulai akrab dengan mereka maka pengurus akan mudah untuk menasehat dan mengajarkan bertingkah laku  yang baik sesuai dengan etika pondok. Kemudian cara penananam tingkah laku yang dilakukan adalah dengan memulainya terhadap diri pengurus sendiri dahulu kemudian dicontohkan terhadap santri.

b. Suri Tauladan

Suri tauladan merupakan proses pembentukan kepribadian santri yang dilakukan oleh pengurus santri yaitu dengan dengan memberikan contoh-contoh yang baik dan menerapkanya di kehidupan santri karena santri akan mengamati dan meniru setiap tingkah laku pengurus yang sebagai diketahuinya sebagai orang tua kedua bagi santr setelah di pondok.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Indah Putri mengatakan :

“Biasanya dari pengurus tidak langsung mengajar santri dengan kata-kata karena mereka cenderung meremehkan, kami biasanya memilih memberikan contoh secara langsung secara langsung dan menerapkannya   di  lingkungan   pondok   karena dengan begitu mereka akan mengamati dan lama- kelamaan akan meniru apa yang dilakukan para pengurus”. (Wawancara, 13 Oktober 2021).

 

Jadi   dapat   ditarik   kesimpulan  bahwa  di   pondok pesantren  cara  para  pengurus  membina  kepribadian  santri juga dengan menggunakan suri tauladan yaitu mencontohkan perilaku yang baik dan menerapkannya pada santri di pondok pesantren agar mereka bisa mengamati secara langsung bagaimana sikap yang baik yang harus dilakukan oleh santri.

c.  Membimbing dan mengarahkan pada hal yang baik

Pengarahan  pada  santri   juga  harus  dilakukan   agar mereka tetap pada jalanya yaitu jalan yang baik dan benar sesuai yang telah membudidaya di lingkungan pesantren. Hal ini seperti yang dipaparkan oleh Zahrotul Khusna beliau mengatakan:

“Mengarahkan pada santri itu juga perlu Karena kalau mereka tidak diarahkan pada hal yang baik mereka akan seenaknya sendiri dan tidak patuh pada pengurus, karenanya selainkan diarahkan kita juga membimbing   dan   mendampingi   setiap   perilaku santri   dalam    sehari-harinya.    Jadi    kita   selau mengajak santri untuk selalu berbuat biak kepaad sesamanya” (Wawancara, 13 Oktober 2021).

 

Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa mendidik santri dengan cara pengarahan dan pembimbingan dalam kehidupan sehari-harinya mereka akan terbiasa dan ada yang mengingatkan ketika mereka berada pada jalur yang salah. Hal yang dilakukan pengurus dalam mendidik santri yaitu pengurus mengajak para santri untuk selalu berbuat baik kepada semua orang.

d. Memberikan Hukuman

Dengan berbagai karakter santri  yang berbeda-beda tentunya ada yang santri yang mudah menerima arahan pengurus untuk berkepribadian baik hanya    dengan pendekatan dan nasehat. Tetapi ada pula santri yang memang masih  melanggar  aturan.  Karenanya,  hukuman  merupakan alternatif  terakhir  jika  santri  masih  melanggar.  Hukuman yang dimaksud disini bukan hukuman fisik melainkan yang bersifat mendidi seperti hafalan surat pendek. Seperti yang diungkapkan oleh Erwinsyah beliau mengatakan:

“Disini bagi santri yang berbicara tidak sesuai etika kalo udah dikasih nasehat tapi tetap diulang maka ya hukumannnya itu berupa ta’zir dan hafalan sura pendek” (Wawancara, 13 Oktober 2021).

 

Jadi dapat simpulkan bahwa hukuman merupakan salah satu upaya yang dilakukan pengurus pondok dalam rangka menananmkan kepribadian yang baik bagi santri. Hukuman yang dimaksud bukan hukuman fisik melainkan hukuman yang mendidik.

Hukuman terhadap kedisiplinan santri bervariasi di antara para santri, factor kelas turut serta dalam  mempengaruhi  efektifitas  hukuman,   santri  yang  yang melakukan pelanggaran-pelanggaran berat seperti berkelahi, kabur dan merokok akan lebih berat menerima hukuman. Disiplin bagi seorang santri pada umunya kembali kepada dirinya masing-masing lagi, karena banyaknya potensi untuk malakukan pelanggaran jadi mereka harus mempunyai hati kecil yang baik untuk bisa menaati disiplin.

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

 

 

 

A. Kesimpulan

            Dari pemaparan pembahasan pada bab terdahulud tentang Kehidupan Berasrama Santri Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, sehingga dapatlah penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Problem individual santri di asrama Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi terdapat tiga probelem pertama probelem dalam penyesuaian diri santri, dimana pada awal santri masuk ke pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur tentunya mereka merasa asing apalagi setelah mereka masuk ke asrama, mereka banyak mengalami masalah penyesuaian diri, baik dengan teman-teman seasrama maupun di lingkungan pesantren. Kedua seringnya kehilangan barang-barang di asrama seperti; sandal, pakaian, peci, baju dan sarung dan ada pula kehilangan uang dan lain sebagainya. Ketiga menu makanan, dimana menu makan yang disajikan oleh pondok pesantren adalah ala kadarnya seperti tempe, tahu, kacang, dan sayur lobak.

2. Problem sosial santri di asrama Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi diantaranya adalah ; a). Penyesuaian Diri Dengan Norma Sosial di Asrama b). Penyesuain Diri Dengan Proses Belajar, c). Penyesuaian Dengan Waktu.

3. Peran mudabir dan mudabbirah membimbing problem santri individual dan sosial di sarama pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi diantaranya adalah ; a). Pendekatan dan nasehat, b). Suri Tauladan, c).  Membimbing dan mengarahkan pada hal yang baik, d). Memberikan Hukuman.

 

 

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1.      Kepada Bapak Kepala Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi kiranya lebih memperhatikan permasalahan yang terjadi di lingkungan pesantren agar santri dapat betah belajar di pondok sehingga tidak ada lagi yang ingin pindah dari pondok pesantren.

2.      Kepada pengurus mudabbir dan mudabbirah Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi agar terus berusaha memberikan yang terbaik untuk santri dan terus berusaha untuk membina santri dalam kehidupan berasrama.

3.      Kepada santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Modern  Darus Salam  Sungai  Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi  agar menngikuti disiplin yang telah diterapkan oleh pondok pesantren dengan berakhlakul karimah akan menjadi insan yang berguna bagi nusa dan bangsa serta dihormati oleh orang lain lain.

 

C. Kata Penutup

            Alhamdulilah penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, meskipun masih terdapat kekurangan, penulis  berharap kritikan dan masukan dari para pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini dan akhirnya penuis mengucapkan terima kasih yang sebeesar-besarnya atas  kritik dan sarannya.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim,  Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta : Depag RI, 2010)

 

......., Mushaf Al-Quran Terjemahan Departemen Agama RI, (Depok, Al-Huda, 2002).

......., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2011)

 

 

 

Abdul Choliq, Manajemen Madrasah dan Pembinaan Santri, (Yogyakarta: STAI-NU, 2011)

 

Abdul Choliq, Manajemen pesantren Madrasah dan Pembinaan Santri, (Yogyakarta: Stainu Press, 2011)

 

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanime Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)

 

Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam. (Jakarta: Amah, 2010)

 

 

Eka, Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011)

 

Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011)

 

Hasan Langgulung, Manusia dan pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Al Husna, 1989)

 

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012)

 

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006)

 

M. Dawam Rahardjo., Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun Dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985)

 

Marzuki (2011), “Pembentukan Kultur Akhlak Mulia di Kalangan Mahasiswa UNY Melalui Pembelajaran PAI. http://skripsi-marzuki.com. Diakses pada hari selasa, 23 Maret 2021 pukul 21:19 WIB

 

Muljono, Damopolii, Pesantren Modern IMMIM Mencetak Muslim Modern, (Jakarta : Rajawali Pers,2011)

 

Ngainun   Naim,  Character   Building   Optimalisasi   Peran   Pendidikan   dalam Perkembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)

 

Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan (Dasar teoritis Untuk Praktek Profesional), (Bandung: Angkasa, 1993)

 

Prayitno dan Eman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004

 

Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif, (Jakarta: Esensi, 2012)

 

Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif : Konsep dan Aplikasi dalam Ilmu Sosial, Keagamaan dan Pendidikan, (Bandung: Citapustaka Media, 2016)

 

Selly Sylviyanah,  Pembinaan Akhlak Mulia pada Sekolah Dasar (Studi Deskriptif pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Nir al-Rahman) http://Sellysylviyanah-uinsyahid.com. Diakses pada hari selasa, 23 Maret 2021 pukul 21:15 WIB

 

Solichin, Mohammad Muchlis. "Manajemen Pembelajaran Pendidikan Islam Moderat Di Perguruan  Tinggi  Islam  (Studi  Atas  Institute  Agama  Islam  Negeri  Madura, 2015)." re-JIEM:

 

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2017)

 

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009)

 

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)

 

Suwardi, Model Pendidikan Tanggung Jawab dan Kejujuran, (Jurnal Al-Falah, Vol IX, no.5, 2009)

 

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2006)

 

 

 

 

 

 



0 $type={blogger}:

Postingan Populer

Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Kota Jambi, Indonesia

Putra Muaro Bungo

Putra Muaro Bungo
Jadilah Diri Sendiri Tanpa Berharap Kepada Manusia

Simpel Aja

Simpel Aja

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

My Famili

SELAMAT DATANG DI

BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN

Arsip Blog

Pengikut

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman

TERIM KASIH

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT