BAB I
PENDAHULUAN
AA. Latar Belakang
Masalah
Pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan dan penyiaran agama
Islam. (M. Dawam Rahardjo, 1985:8). Pesantren
sebagai lembaga pendidikan
Islam untuk mempelajari
dan memahami, mendalami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral
keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. (Muljono, 2011:57).
Pesantren terdiri dari lima komponen
yaitu; kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Kelima elemen tersebut merupakan ciri khusus yang
dimiliki pesantren dan membedakan pendidikan pondok pesantren dengan lembaga
pendidikan dalam bentuk lain, sekalipun kelima elemen tersebut
saling menunjang keberadaan
sebuah pesantren. (Yasmadi,
2002:63). Sedangkan santri
adalah orang yang sedang belajar agama Islam di pondok pesantren. Santri ada yang disebut
santri mukim dan ada yang santri kalong. (Abdul Choliq, 2011:40)
Terkait dengan kegiatan pesantren seperti salat berjamaah, mengaji, membaca kitab dan
amalan-amalan yang dapat membentuk kepribadian anak menjadi baik, salah satunya
disiplin dalam waktu. Dalam kegiatan keagamaan meliputi Salat
tahajjud, salat lima waktu,
mengaji Al-Qur’an dan tilawah, salat
Duha, musyawarah bersama, mengaji kitab dan sebagainya.
Usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan
(religiousitas) subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam”. (Achmadi, 2005:32). Program pesantren secara
umum dapat di lihat dari program kepesantrenan terdiri atas: (1) seluruh santri wajib mengikuti kegiatan
salat tahajud dan witir bersama, (2) salat subuh berjemaah
di masjid (3)
salat Duha berjemaah
(4) pengajian kitab
kuning (5) musyawarah, sebagai
media dalam mengkaji membahas isi kandungan pada kitab-kitab kuning (6)
salat Zuhur dan Asar berjemaah (7)
salat Magrib berjemaah (8) Mengkaji Al-
Qur’an. (Abdul Choliq, 2011:43)
Sistem pendidikan pesantren merupakan bagian dari pendidikan Islam yang
merupakan proses pembentukan individu yang berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang
telah diwahyukan Allah SWT kepada nabi
Muhammad SAW.( Solichin, 2019:45). Sistem pendidikan pesantren
merupakan sistem pendidikan
yang sangat menekankan
arti penting kedisiplinan, pembinaan kedisiplinan santri
untuk meningkatkan dan mengembangkan sikap ketaatan dan rasa bertanggung jawab.
Sehubungan dengan pembinaan kedisiplinan bahawa pembinaan adalah suatu
proses, perbuatan, cara membina, yaitu mengupayakan agar lebih baik, lebih
maju”. (Abdul Choliq, 2011:89) Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas
dari aktivitas atau kegiatan yang dilakukannya. Disiplin diperlukan
dimanapun, karena disiplin akan tercipta
teratur dantertata. Disiplin diartikan sebagai latihan penting dan watak dengan
maksud supaya segala hal perbuatan selalu menaati tata tertib, ketaatan dan
peraturan tata tertib.
Disiplin ialah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan dapat dapat dilakukan dan diajarkan kepada anak di sekolah maupun
di rumah dengan cara membuat semacam peraturan atau tertib yang wajib di patuhi
oleh setiap anak. Apabila anak yang melanggar, harus menerima konsekuensi yang
telah disepakati. Oleh karena itu, supaya peraturan dapat berjalan dengan baik,
handaknya orang tua
maupun pendidik menyolisiasikan terlebih
dahulu kepada anak- anak. (Muhammad fadilillah dkk, 2013:192).
Kegiatan pendidikan yang meliputi suasana sekolah, guru atau ustaz dan
siswa yang berpegang pada
ukuran norma hidup,
nilai-nilai moral, ajaran.
Berfungsi dan bertujuan untuk
mengembangkan potensi manusia, baik dalam peningkatan pengetahuan umum, maupun
peningkatan pendidikan keimanan dan ketakwaan. Dengan pembiasaan siswa untuk
melakukan keagamaan yang penuh dengan kedisiplinan. (Eka, Prihatin, 2011:89)
Strategi pembinaan disiplin santri di pondok pesantren yang dilakukan oleh
Sawaty menjelaskan strategi dalam pembinaan disiplin dilakukan secara
terencana, terprogram dan berkelanjutan, penanaman nilai-nilai akhlak yang
dilakukan oleh ustadz berjalan dengan efektif dikarenakan pembinaan yang
dilakukan melalui strategi yang beragam
seperti strategi formal, strategi non formal, strategi alami,
strategi keteladanan, strategi ceramah, strategi dengan menceritakan
kisah-kisah dan strategi nasehat (Eka, Prihatin, 2011:89).
Berikut
keutamaan orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, sebagaimana firman Allah :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي
ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ
فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ
ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Anonim, Q.S.
Al-Mujadalah : 11)
Ayat
diatas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikan derajat seorang
berilmu. Tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-derajat yakni yang
lebih tinggi dari yang sekedar beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu
sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperan
besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di
luar ilmu itu.
Menerut
tafsir Jalalain, kata tafassahuu (تفسحوا) dan ifsahuu (إفسحوا) berasal dari
kata fasaha (فسح) yang artinya lapang. Sedangkan
kata unsyuzu (أنشزوا) berasal dari
kata nusyuuz (نشوز) yang
artinya tempat yang tinggi. Yaitu beralih ke tempat yang
tinggi. Perintah itu berarti, berdirilah untuk pindah ke tempat lain guna
memberikan kesempatan kepada orang lain agar duduk di situ. Ayat ini memberikan
tuntunan adab atau etika bermajlis. Yakni hendaklah setiap orang
berlapang-lapang dalam majlis. Tidak mengambil tempat duduk kecuali seperlunya
dan mempersilakan orang lain agar bisa duduk di majlis jika masih memungkinkan.
Begitu pentingnya pendidikan dimiliki oleh manusia maka negara harus
membangun sekolah untuk tujuan pendidikan. Negara bertanggung jawab atas
pendidikan warga negaranya. Oleh sebab itu, sekolah harus menjadi sarana utama
dalam suatu negara untuk membangun pendidikan warga negaranya. Ketika
pendidikan sudah dikelola melalui persekolahan dengan semestinya, berkembang,
dan menginternalisasi peranan pendidikan dalam kehidupan manusia
Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur
Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo merupakan suatu lembaga
pendidikan dibawah naungan Depertemen Agama,
Pondok Pesantren ini merupakan sebagai tempat atau wadah penambahan ilmu
pengetahuan bagi santri yang ingin belajar ilmu agama dan ilmu umum lainnya.
Selain itu pondok pesantren ini juga
merupakan rintisan sebuah yayasan yang keberadaannya sangat membantu bagi para
orang tua yang ingin melanjutkan pendidikan anakanya ditingkat Tsanawiyah dan
Aliyah, karena banyak menghasilkan santri yang berprestasi baik dibidang
keilmuan mapun dan di bidang lainnya dan pondok pesantren ini sangat banyak
menghasilkan kader-kader umat dalam upaya meneruskan estapet pejuang
islam dalam menerapkan amar’ ma’ruf nahi mungkar’.
Namun disisin lain masih terdapat prilaku santri
yang kurang baik selama berada di pondok pesantren, seperti seringnya santri
yang membuat keributan, keluar perkarangan pondok tanpa izin, merokok dalam
asrama dan lain sebagainya. (Observasi,
Senin 24 Mei 2021).
Pembinaan disiplin santri di pondok pesantren
merupakan salah satu masalah yang penting yang perlu di lakukan melalui
bimbingan, pembinaan serta perhatian yang lebih khusus. Oleh karena itu pembinaan
disiplin santri memerlukan waktu yang panjang sesuai dengan perkembangan
jasmani dan rohani yang di alami oleh santri. Oleh karena itu keberadaaan
pondok pesantren di tengah masyarakat sangatlah penting dalam upaya menciptakan
pembelajaran yang baik, disamping itu adanya peran dari kalangan pondok
pesantren dalam pembinaan disiplin dari
majlis mudabbiroh (pengurus).
Mudabbir atau pengurus dalam sebuah pondok pesantren
memegang peranan yang sangat penting dan sangat berpengaruh atas pembinaan
disiplin para santri dan santriwati dilingkungan pondok pesantren karena mudabbir
sebagai pengayom utama dan dijadikan sebagai contoh teladan yang baik bagi
setiap santri dilingkungan pondok pesantren modern Darus Salam Sungai
Mancur yang selalu menegakkan disiplin
santri. Mudabbir adalah
kakak kelas yang bertugas pada bagian kamar setiap rayon yang ditempatkan pada
kamar-kamar (Suwardi, 2009 : 13). Mudabbir diistilahkan sebagai pengurus bagi santri pondok
pesantren modern Darus Salam, baik dalam mengontrol dan mengawasi kegiatan
santri tersebut, pengurus adalah orang yang mengurus atau sekelompok orang yang
mengurus dan memimpin suatu perkumpulan atau suatu organisasi.
Peran mudabbir sebagai pengurus atau
pengasuh bagi santri pondok pesantren modern Darus Salam adalah menentramkan
dan menghidupkan perdamaian antara sesama dilingkungan pondok pesantren modern
Darus Salam bagi santri, memberikan pelajaran yang baik, menghidupkan disiplin
santri untuk membiasakan diri hidup
dengan berdisiplin yang baik. Dengan demikian, mudabbir adalah yang
bertanggung jawab dalam semua aktifitas
santri dilingkungan pondok pesantren modern Darus Salam dengan selalu
mengawasi, mengontrol yang bermanfaat bagi santri.
Wawancara penulis dengan bapak Dr. Ahmad Basri,
M.Si, selaku pimpinan Pondok Pesantren
Darussalam beliau menjelaskan bahwa :
“Peran pengurus asrama (mudabir-mudabbirah)
di pondok pesantren modern Darus Salam ini sangatlah penting, karena pengurus
asrama dapat membantu majlis guru dalam menegakkan disiplin bagi santri dan
santriwati. Oleh karenanya di pondok pesantren Darus Salam ini kami juga
membentuk pengurus santri yang disebut Organisasi Pelajar Pondok Pesantren
Darus Salm (OPPD) dimana mereka diambil dari kelas II dan III aliyah yang
mempunyai kwualitas untuk membimbing adik-adik kelas dalam menegakkan disiplin
pondok, seperti bagian kemanan, bagian bahasa, bagian kesehatan dan lain
sebagainya”. (Wawancara, Senin 24 Mei 2021).
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di pondok
pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas
Kabupaten Bungo penulis menemukan Pertama : masih
adanya santri yang yang tidak mengikuti disiplin yang diterapkan dipondok seperti adanya santri yang keluar komplek
asrama tanpa izin dari pengurus asrama, mereka keluar komplek tanpa adanya izin
dari pengurus asrama, Kedua masih terdapat santri yang membuat keributan
atau berkelahi sesama santri lainnya di lingkungan pondok pesantren serta
adanya santri yang merokok di dalam
asrama, Ketiga masih terdapat santri yang kurang melastarikan kebersihan
lingkungan pondok Pesantren Darussalam. (Observasi, Senin 24 Mei 2021).
Dari masalah-masalah yang dipaparkan diatas
peneliti melihat bahwa dunia pendidikan saat ini sudah banyak yang tidak
mementingkan disiplin sehingga terjadilah krisis akhlak karena semakin tinggi
ilmu dan pendidikan yang dimiliki, maka semakin berperilakulah dengan akhlak
yang baik.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk menelusuri lebih dalam bagaimana pendekatan yang
digunakan pengurusa asrama atau mudabbir dalam pembinaan disiplin di
pondok pesantren modern
Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo yang
nanti dijadikan sebuah karya ilmiah untuk penyelesai studi akhir dengan judul “Kehidupan
Berasrama Santri Pondok Pesantren Modern
Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas
Kabupaten Bungo Provinsi Jambi”.
BB. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
pokok-pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa saja problem individual santri di asrama
Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai
Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi?
2.
Apa saja problem sosial santri di asrama Pondok Pesantren Modern Darus Salam
Sungai Mancur Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi?
3.
Bagaimana peran mudabir dan mudabbirah membimbing problem santri individual dan sosial di
sarama pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi?
C. C. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan, mengembangkan,
dan membuktikan pengetahuan, adapaun secara khusus tujuan penelitian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui
problem individual santri di asrama Pondok Pesantren Modern Darus Salam
Sungai Mancur Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.
b. Untuk mengetahui problem sosial santri di asrama Pondok Pesantren Modern Darus Salam
Sungai Mancur Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi
c. Untuk mengetahui
peran mudabir dan mudabbirah membimbing problem santri individual
dan sosial di sarama pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan
Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan
ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk dapat
menambah khazanah pengetahuan bagi penulis sendiri tantang kehidupan
berasrama santri di pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur
Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.
b. Untuk dapat
memberikan masukan dan saran bagi pengurus asrama dalam pembinaan disiplin
santri di pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.
c. Untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar sarjana strata Satu (S1) pada bidang Pendidikan Agama
Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Univeristas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Kedisiplinan Santri
a. Pengertian
Kedisiplinan
Salah satu kelemahan masyarakat kita adalah disiplin. “Jam
Karet” adalah istilah yang lazim digunakan untuk menggambarkan betapa
masyarakat kita terbiasa
untuk molor dari jadwal. Hal ini
dapat dicermati dari berbagai kegiatan yang ada di masyarakat,
instansi pemerinta, perusahaan, sekolah, pondok pesantren, dan sebagainya.
Seolah kata
disiplin hanya menjadi
idealitas
yang indah untuk dibicarakan, tetapi
tidak mudah untuk dilaksanakan.
Ditinjau dari asal
kata, kata disiplin berasal dari
bahasa Latin discere yang memiliki arti belajar. Dari kata lain kemudian muncul
kata disciplina yang
berarti pengajaran atau pelatihan.
Seiring
perkembangan waktu,
kata disiplina
juga mengalami perkembangan makna. Kata disiplin sekarang ini dimaknai secara beragam. Ada
yang mengartikan
disiplin sebagai kepatuha terhadap
peraturan atau
tunduk pada pengawasan dan
pengendalian. Ada juga yang mengartikan disiplin sebagai latihan
yang bertujuan mengembangkan
diri agar dapat berperilaku
tertib.
Disiplin adalah kepatuhan
untuk menghormati dan
melaksanakan suatu
sistem
yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah
dan peraturan
yang berlaku. Dengan kata
lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan
ketentuan yang telah
ditetapkan tanpa
pamrih. (Ngainun Naim,
2012:142) Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada
berbagai
ketentuan dan peraturan. (Retno Listyarti, 2012:6)
9
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا
اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ
تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ
تَأْوِيْلًا ࣖ
ࣖArtinya : Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara
kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah
(Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir.
Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan
di akhirat). (Anonim, Q.S. Nisa ayat 59).
Menurut Oteng Sutisna
dalam bukunya administrasi pendidikan, terdapat
dua pengertian pokok
mengenai disiplin. Pertama, proses atau hasil pengembangan
karakter, pengendalian diri, keadaan teratur dan efesiensi. Kedua, penggunaan hukuman atau ancaman
guna membuat orang-orang mematuhi perintah dan mengikuti peraturan serta hukum
yang berlaku. Adapun standar perbuatan
yang diharapkan dari karakter disiplin meliputi hal-hal seperti kehadiran yan
baik, pemberitahuan bila tidak hadir, ketepatan dalam waktu, kerjasama antar
kawan, standar-standar sopan serta kesusilaan dan lain sebagainya. (Oteng
Sutisna, 1993:110-111).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diindikasikan bahwa kedisiplinan itu
berupa peraturan atau tata tertib, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis yang harus dipatuhi oleh semua orang yang berada dalam lingkup
kedisiplinan, dan dalam hal ini pada hakekatnya semua orang termasuk kedalam
lingkup kedisiplinan, baik dalam lingkungan
keluarga, lingkungan pendidikan
baik formal dan nonformal, maupun lingkungan masyarakat yang mana
disiplin itu sendiri dilaksanakan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Dan
agar kedisiplinan tersebut
berjalan lancar maka dalam hal ini dibutuhkan peran yang
mampu berperan aktif sebagai alat pendukung.
Kemudian yang terpenting dalam hal
ini adalah seorang pelajar atau
santri perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan yang
memperkuat dirinya sendiri
untuk selalu terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali
diri. Sikap disiplin yang timbul
dari kesadarannya sendiri akan
lebih dapat memicu dan tahan lama, dibandingkan dengan
sikap disiplin yang timbul karena adanya pengawasan dari orang lain.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin berarti
aturan-aturan yang harus
di taati oleh
setiap individu. Dimana tujuan dekat dari disiplin adalah untu membuat
santri terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan kepada mereka
bentuk-bentuk tingkah laku
yang pantas dan
tidak pantas atau masih asing bagi mereka. munculnya sikap
disiplin karena keseriusan dan kesunngguhan
dalam mentaati segala
peraturan yang ada. Munculnya sikap kedisiplinan juga tidak dari diri
sendiri, namun adanya dorongan dan motivasi dari orang orang sekeliling yang
dalam hal ini lingkungan pondok pesantren.
b. Tujuan Disiplin
Disiplin sangatlah penting bagi kehidupan. Karena hidup itu merupakan
peraturan yang harus
dijalani. Jika tidak adanya aturan dalam
hidup bagaimana kita
bisa mempertanggung jawabkan
diri kita sendiri. dengan itu perlunya disiplin supaya kehidupan kita lebih
teratur dan jelas.
Adapun pendapat para ahli mengenai tujuan daripada disiplin ini antara
lain adalah: Menurut Hasan Langgulung bahwa tujuan disiplin adalah: “Menjadikan
peserta didik dalam hidupnya mempunyai
keteraturan sehingga terarah
berjalan menuju jalan yang dituju”. Sedangkan Menurut Alex
Sobur, tujuan berdisiplin adalah: “Menjadikan peserta didik mempunyai
pengendalian diri dengan mudah yaitu menghormati dan mematuhi peraturan-
peraturan dan mempunyai ketegasan terhadap hal-hal yang boleh dilakukan dan
yang dilarang (Oteng Sutisna,
1993:110-111).
Menurut Ngainun Naim, tujuan mendisiplinkan adalah mengajarkan kepatuhan.
Maman Rachman mengemukakan bahwa tujuan disiplin adalah memberi dukungan bagi
terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, mendorong melakukan yang baik dan
benar, membantu memahami
dan menyesuaikan diri
dengan tuntutan lingkungannya dan
menjauhi melakukan hal-hal
yang dilarang, belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan
bermanfaat baginya serta lingkungannya. (Ngainun Naim,
2012:145-148)
Jadi, tujuan diciptakannya kedisiplinan pada santri bukan untuk memberikan
rasa takut atau pengekangan pada santri, melakinkan untuk mendidik para santri
agar sanggup mengatur dan mengendalikan dirinya dalam berperilaku serta bisa
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Dari pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semua ahli
sepakat bahwasanya disiplin
bertujuan untuk menjadikan
peserta didik mempunyai tingkah laku yang sesuai dengan peraturan-peraturan
yang ada demi kebaikan dirinya dan kebaikan bersama, dan dengan adanya disiplin
tersebut akan membentuk manusia yang
lebih bertanggung jawab
dan tepat waktu, sehinga
kehidupan akan lebih teratur dan terarah.
Disiplin sangatlah perlu dimiliki oleh setiap orang, karena sikap tersebut
yang akan selalu mengatur kegiatan yang akan kita kerjakan. Sebelum memiliki
sikap tersebut haruslah kita bekali diri kita dahulu karena adanya sikap
disiplin di mulai dari adanya peraturan, ketika kita melakukan suatu kegiatan,
terlebih dahulu kita sudah menyiapkan
peraturan yang terjadi
ketika kita melanggar kegiatan
yang akan dikerjakan. Ketika kita sudah melanggar itu
berarti kita belum
mampu menjalankan sikap disiplin. Se-sering mungkin kita
melanggar peraturan akan menyadari betapa penting nya peraturan agar kita
terbiasa tepat waktu dalam menjalankan kegiatan.
c. Bentuk-bentuk Disiplin
Karena banyaknya bentuk-bentuk disiplin yang diterapkan, maka penulis
hanya mambahas tiga
bentuk disiplin saja
yaitu disiplin waktu, disiplin belajar, dan disiplin bertingkah laku,
karena menurut penulis ketiga
bentuk disiplin ini mempunyai peranan yang sangat signifikan bagi peserta
didik atau santri. Disiplin yang ada didalam diri tidaklah terbentuk dengan
sendirinya, akan tetapi melalui proses, yaitu dengan melakukan suatu kegiatan
(disiplin) secara berulang-ulang sehingga yang melakukan menjadi terbiasa
melakukannya sehingga menjadi
suatu kebiasaan dan pada
akhirnya menjadi suatu sifat atau kepribadian.
1) Disiplin Waktu
Hal
yang paling mendasar
daripada bentuk kedisiplinan yang pertama
adalah disiplin waktu.
Contoh dari disiplin waktu ini dapat ditemukan pada
kegiatan kita sehari-hari, seperti halnya shalat
tepat pada waktunya,
itu dapat membentuk kedisiplinan
santri. Dan untuk membiasakan hal itu harus dilatih. Kewajiban shalat yang harus
dikerjakan lima kali dalam sehari
itu harus dirasakan
oleh seorang santri sebagai suatu tanggung jawab yang
harus dikerjakan, sehingga jika tidak dikerjakan maka akan menjadi suatu beban.
Dari kegiatan (shalat) yang pada awalnya dilakukan
karena paksaan jika sudah terbiasa pada akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan
bahkan menjadi suatu kebutuhan, karena ia akan merasakan ada sesuatu yang
hilang jika tidak dikerjakan
2) Disiplin Belajar
Pada dasarnya belajar atau menuntut ilmu sangat
penting bagi umat manusia umumnya dan juga menjadi
wajib bagi umat Islam khususnya,
meskipun kita berada dalam keadaan perang.
Ini berarti kedudukan
ilmu sangat penting
bagi manusia. Dan menuntut ilmu itu juga salah satu cara lain untuk
berjihad selain pergi ke medan perang. Agar dalam belajar atau menuntut ilmu
berjalan dengan baik, teratur dan terarah, maka disiplin belajar dibutuhkan.
Sehingga kita dapat belajar semaksimal
mungkin. Dengan disiplin
belajar akan menimbulkan
kesadaran diri untuk belajar tanpa didorong oleh other-imposed atau faktor dari luar. Meskipun kita pada awalnya
belajar bedasarkan dorongan dari luar, namun pada akhirnya keinginan belajar
akan timbul dari dirinya sendiri. Karena jika ia tidak melaksanakan disiplin
belajar itu, ia akan merasa rugi karena kehilangan waktu yang ia buang.
Sehingga dia dapat mengatakan bahwa waktu adalah belajar.
Berdisiplin dalam belajar selain akan membuat
seseorang memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan
proses ke arah pembentukan watak yang
baik sehingga akan tercipta suatu
pribadi yang luhur. Jadi memang pada dasarnya disiplin belajar itu selain dapat membentuk etos
belajar yang baik juga dapat membentuk kepribadian yang
baik pula. Dan
salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan disiplin
belajar secara intensif itu adalah pondok pesantren. Karena segala aktivitas
disana selalu dimotori, dan jika ada yang melanggar disiplin akan diberikan
sangsi. Selain disiplin waktu disiplin belajar juga menjadi hal yang utama di
sana.
3) Disiplin
Bertingkah Laku
Selain dua disiplin yang sudah dibahas di atas,
sekarang disiplin bertingkah laku yang akan peneliti bahas. Yang dimaksud
disiplin bertingkah laku disini adalah disiplin dalam bersikap, dalam perkataan
maupun perbuatan yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam.
Dari uraian di atas, yaitu mengenai disiplin
waktu, disiplin belajar, dan disiplin bertingkah laku dapat dilakukan dengan
baik dan secara kontinu, maka ketiga disiplin itu akan menjadi suatu bagian
dari dirinya, sehingga jika ia melanggar salah satu disiplin tersebut ia akan
merasa rugi, karena ketiga disiplin tersebut telah menjadi suatu kebutuhan.
d. Faktor yang mempengaruhi Disiplin
Dalam
melaksanakan suatu disiplin
terdapat suatu hambatan yang
terkadang membuat para santri tidak melaksanakan kedisiplinan atau tidak
menaati peraturan pondok pesantren dengan baik.
Kedisiplinan tersebut dapat
dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
1). Teladan Pemimpin
Kepemimpinan pada dasarnya ialah kemampuan
menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia
melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui
keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.
Kepemimpinan juga merupakan proses interaksi antar kedua belah pihak, yaitu
seorang pemimpin dan yang dipimpinnya. (Heri Gunawan,
2012:142)
Dalam kenyataannya apa pun bentuk suatu
organisasi, pasti memerlukan seseorang dengan atau tanpa dibantu orang lain,
untuk menempati posisi sebagai pimpinan/pemimpin (leader). Seseorang yang menduduki posisi pemimpin di dalam suatu
organisasi mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan. Dengan kata lain,
pemimpin adalah orangnya dan kepemimpinan adalah kegiatannya. Sehubungan dengan
itu untuk sementara dari segi organisasi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai
kemampuan/kecerdasan mendorong sejumlah orang
(dua orang atau
lebih) agar bekerja
sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang terarah pada tujuan bersama. (Hadari Nawawi, 2011:9)
Dalam hal ini pemimpin dimaksud adalah pengasuh
pesantren dan pengurus
pondok pesantren. Pada
dasarnya setiap orang cenderung untuk mengikuti sikap dan tingkah laku
pimpinan. Dalam kepemimpian
itu sendiri terdapat
proses saling mempengaruhi. Selain itu kepala pondok pesantren dan
pengurus pondok pesantren adalah orang-orang yang bertugas menjalankan disiplin
sesuai dengan peraturan yang dibuat. Sebab
salah satu syarat
terjadinya internalisasi nilai-nilai adalah adanya model, maka
model-model disini adalah pengurus pondok dan orang-orang yang menjalankan
disiplin itu.
2). Pengawasan
Pengawasan itu penting sekali dalam mendidik
anak-anak. Tanpa pengawasan berarti membiarkan anak berbuat sekehendaknya, anak
tidak akan dapat membedakan yang baik dan buruk. Tentu saja pengawasan itu
dilakukan dengan mengingat usia anak-anak. Anak-anak yang masih kecil sangat
membutuhkan pengawasan, makin besar anak itu, makin berkurang pengawasannya
sehingga berangsur-angsur anak dapat bertanggung jawab atas tindakan dan
perbuatannya. (Hadari Nawawi, 2011:9)
Pengawasan merupakan tindakan nyata yang efektif
untukmewujudkan kedisiplinan. Dengan adnya pengawasan yang konsisten maka akan
mempengaruhi juga terhadap disiplin santri
karena tentunya santri
akan merasa selalu
mendapat perhatian dan pengarahan apabila berbuat kesalahan.
Pengawasan dapat dilakukan oleh pengasuh pondok
kepada para pengurus dan juga santri, pengawasan pengurus kepada santri, dan
pengawasan santri kepada santri lainnya. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala
pondok kepada para pengurus dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kehadiran
pengurus dalam melaksanakan jadwal kegiatan yang telah ditetapkan, memperhatikan
adab berpakaian dan
tutur kata yang baik.
Pengawasan yang dilakukan kepada santri
dapat dilaksanakan dengan mengawasi langsung kebersihan pondok, kerapihan
berpakaian santri dan lain sebagainya. Sedangkan pengawasan santri terhadap
santri lainnya dapat dilakukan dengan cara melaksanakan pemilihan ketua santri
yang nantiya akan bertanggung jawab dengan kedisplinan dalam pondok.
3). Sanksi dan Hukuman
Sanksi dan hukuman diperlukan dalam memelihara
kedisiplian. Pemberian sanksi
dan hukuman dimaksudkan disini tidak seperti hukuman
penjara atau hukuman potong tangan. Tetapi adalah hukuman yang bersifat
mendidik, hukuman yang bersifat mendidik inilah yang diperlukan dalam
pendidikan. Kesalahan anak didik dalam
melanggar disiplin dapat diberikan hukuman berupa sanksi menyapu lantai atau
apa saja yang bersifat mendidik. (Syaiful Bahri Djamarah, 2006:156)
Dari
beberapa faktor yang
mempengaruhi kedisiplinan
santri yang telah
diuraikan diatas. Sikap
kedisiplinan itu muncul tidak
hanya dari diri sendiri, tapi ada beberapa faktor agar munculnya
sikap kedisiplinan, dengan
adanya faktor, siswa akan
diberikan penambahan sikap agar dirinya memiliki sikap displin.
Sikap disiplin sangatlah
penting dalam kehidupan, setiap
kegiatan yang kita lakukan menunjukkan arti kedisiplinan, maka dari itu
dispilin haruslah dibiasakan dari dini.
2. Bimbingan dan Konseling
Secara etimologi kata bimbingan merupakan
terjemahan dari bahasa inggris “ guidance”.
Kata “guidance” adalah kata dalam
bentuk mashdar (kata benda) yang
berasal dari kata kerja “to guide” artinya
menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain ke jalan yang benar. (Samsul Munir Amin, 2013:3).
Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan
dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang
berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu
mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. (Prayitno dan
Erman Amti, 2008 :36)
Sedangkan konseling berasal dari bahasa inggris ”to
counsel” yang secara etimologis berarti “to give advice” atau
memberi saran dan nasihat. Disamping itu istilah bimbingan yang selalu
dirangkaikan dengan istilah konseling itu merupakan suatu kegiatan yang
integral. Konseling merupakan salah satu tekhnik dalam pelayanan bimbingan
diantara bebrapa tekhnik lainnya (Samsul Munir Amin, 2013:36). Sedangkan secara terminologi diartikan sebagai
“ proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang
ahli (dsebut konselor) kepada invidu yang sedang mengalami masalah (disebut
klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno dan Erman Amti, 2008 :105)
Konseling merupakan salah satu tekhnik dalam
pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui
wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru
pembimbing/konselor dengan klien yang bertujuan agar mampu memecahkan masalah
yang sedang dihadapinya.
Bimbingan dan konseling adalah proses bantuan yang
di berikan seorang konselor kepada klien dengan wawancara agar klien tersebut
mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan kemampuan-kemampuan yamg
dimiliki. Pengertian bimbingan dan konseling sebagaimana yang di sampaikan di
atas, maka kedua istilah tersebut memiliki kaitan yang saling berhubungan.Oleh
sebab itu bahwa salah satu jenis bimbingan tersebut adalah konseling.
Bimbingan dan konseling juga merupakan program
sekolah yang sangat penting adanya di setiap sekolah.Bimbingan dan konseling
bertujuan untuk membina kepribadian serta akhlak siswa, karena siswa pada
umumnya berada pada tahap puber maka bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan
agar siswa terhindar dari perbuatan yang melanggar norma-norma dan bantuan yang
diberikan oleh seorang konselor adalah bantuan yang bersifat psikologis.
Konseling bertujuan membantu individu untuk
mengadakan interpretasi fakta-fakta mendalami arti nilai hidup pribadi, kini
dan mendatang.konseling memberikan bantuan kepada individu untuk mengembangkan
kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku.
Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
sekolah, disini guru pembimbing dituntut mempunyai peran yang cukup untuk
membimbing anak didik. Guru pembimbing tidak hanya berkepentingan kepada siswa
yang bermasalah saja akan tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan siswa
secara optimal serta membantu atau membina mental, sikap dan tingkah laku
menuju kearah yang lebih baik.
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu
dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana.
Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak
setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri
hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak diturunkan
(diwariskan), tetapi harus dikembangkan. (Prayitno dan Erman Amti, 2013:95).
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan
berpendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia dalam
mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah
pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebanya sendiri.
Bimbingan merupakan suatu tuntunan atau pertolongan.
Bimbingan merupakan suatu tuntunan mengandung pengertian bahwa di dalam
memberikan bantuan itu jika keadaan menuntut adalah menjadi kewajiban bagi para
pembimbing memberikan bimbingan secara aktif kepada yang dibimbingnya. Di
samping itu, pengertian bimbingan juga berarti memberikan bantuan atau
pertolongan di dalam pengertian bahwa menentukan arah dapatlah diserahkan
kepada yang dibimbingnya. Keadaan seperti ini yang terkenal dalam pendidikan
sebagai “tut wuri handayani”.
Jadi, di dalam memberikan bimbingan arah
diserahkan kepada yang dibimbingnya, hanya di dalam keadaan yang memaksa maka
pembimbing mengambil peranan secara aktif di dalam memberikan bimbingan. Tidak
pada tempatnya jika pembimbing membiarkan individu yang dibimbingnya telantar
keadaanya apabila ia telah nyata-nyata tidak dapat menghadapi atau mengatasi
persoalannya. Bimbingan dapat diberikan kepada seorang individu atau sekumpulan
individu. Artinya, bimbingan dapat diberikan secara individual ataupun secara
kolektif. Bimbingan dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan, tanpa
memandang usia (of any age), sehingga
baik anak maupun orang dewasa dapat menjadi objek dari bimbingan. Dengan
demikian, bidang gerak dari bimbingan tidak hanya terbatas kepada anak-anak
ataupun para remaja, tetapi juga orang dewasa.
Bimbingan dapat diberikan, baik untuk menghindari
ataupun mengatasi berbagai persoalan atau kesulitan yang dihadapi oleh individu
di dalam kehidupanya, ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan, baik untuk
mencegah agar kesulitan itu tidak atau jangan timbul, dan juga dapat diberikan
untuk mengatasi berbagai kesulitan yang telah menimpa individu. Jadi, lebih
bersifat memberikan korektif atau penyembuhan daripada sifat pencegahan. Di
samping itu, di dalam memberikan bimbingan dimaksudkan agar individu atau
sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya (life welfare), sesuai dengan petunjuk yang dikehendaki Allah SWT.
Dan disinilah letak tujuan dari bimbingan yang sebenarnya. (Samsul Munir Amin,
2013; 8).
Dalam konteksnya dengan bimbingan orang tua bahwa
orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena
dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk
pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. (Zakiah Daradjat,
2004;35).
3. Jenis Bimbingan Konseling
Dilihat dari masalah individu, ada tiga jenis
bimbingan yaitu bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan karir.
a. Bimbingan Belajar
Bimbingan
belajar yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam
menghadapi dan menyelesaikan masasal-masalah belajar. Adapun yang menjadi
masalah-masalah belajar yaitu pengenalan kurikulu, pemilihan jurusan/
konsentrasi, cara belajar, penyelesaiaan tugas-tugas dan latihan, penggunaan
sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan dan lain-lain.
Bimbingan
belajar dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yag
kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing membantu
individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif,
membantu individu agar sukses dalam belajar, dan mampu menyesuaikan diri
terhadap semua tuntutan program pendidikan. Dalam bimbingan belajar, para
pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang
diharapkan.
b. Bimbingan Sosial
Bimbingan
sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam menyelesaikan
masalah-masalah sosial. Adapun yang tergolong masalah-masalah sosial adalah
masalah hubungan dengan sesama teman, guru, serta staf, pemahaman sifat dan
kemampuan diri, penyesuaian diri dengan ingkungan pendidikan dan penyelesaian
konflik.
Bimbingan
sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan
individu dalam menangani masalah-masalah dalam dirinya. Bimbingan ini merupakan
layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permsalahan yang
dialami oleh individu.
c. Bimbingan Karir
Bimbingan karir yaitu bimbingan untuk membantu
individu dalam perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian masalah-masalah
karir, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman
kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, penyesuaian kerjaan,
dan penyeleseaian masalah-masalah karir yang dihadapi.
Bimbingan karir merupakan upaya bantuan terhadap
individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, dan
mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang
diharapkan. (Samsul Munir Amin, 2013; 15).
4. Fungsi Bimbingan Konseling
Ditinjau dari sifatnya, layanan bimbingan dan
konseling dapat berfungsi sebagai berikut:
a. Pencegahan
(Preventif)
Layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai
pencegahan. Artinya ia merupakan suatu usaha pencegahan terhadap timbulnya
masalah. Dalam fungsi pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi
pencegahan ini, layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar
terhindar dari berbagai masalah yang dapat mengahmbat perkembangannya.
b. Pemahaman
Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi
bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang suatu oleh
pihak-pihak tertentu, sesuai dengan keperluan pengembangan siswa. Pemahaman ini
mencakup pemahaman tentang diri siswa, pemahaman tentang lingkungan siswa, pemahaman
tentang lingkungan yang lebih luas termasuk didalamnya informasi pendidikan,
pekerjaan, dan karir terutama oleh siswa.
c. Fungsi Perbaikan
Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan
konseling untuk membantu konseli, sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam
berpikir, berperasaan, dan bertindak. Disinilah fungsi perbaikan itu berperan,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya
berbagai permasalahan yang dialami siswa.
d. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian yaitu fungsi bimbingan dan
konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. Dengan demikian adanya kesesuaian
antara pribadi siswa dan sekolah sebagai lingkungan merupakan sasaran fungsi
ini.
e. Fungsi Adaptasi
Fungsi adaptasi yaitu fungsi membantu para
pelaksana pendidikan, kepala sekolah/ Madrasah dan staf, konselor, dan guru
untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan,
minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli.
f.
Fungsi Penyaluran
Fungsi penyaluran yaitu fungsi bimbingan dan
konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ektrakulikuler, jurusan atau
program studi, dan memantapkan penguasaan karier sesuai dengan minat, bakat,
keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. (Samsul Munir Amin, 2013; 18).
B. Studi Relevan
Berdasarkan hasil penelusuran peneliti terhadap
beberapa literatur terdahulu yang juga berkaitan dengan penelitian ini, maka
peneliti menemukan adanya beberapa referensi yang dapat menunjang penelitian
ini untuk dapat ditindaklanjuti. Kemudian dari literatur-literatur yang penulis
temukan, terdapat titik persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan pada skripsi ini. Letak persamaan dan perbedaan dari
literatur-literatur tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Selly Sylviyanah
Penelitian Selly Sylviyanah mengambil judul “Pembinaan Akhlak Mulia pada
Sekolah Dasar (Studi Deskriptif pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Nir al-Rahman)
penelitian Selvi ini dalam bentuk jurnal yang ditulis pada tahun 2012. Dalam
penelitianya, Selvi setelah melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan datanya berupa
observasi wawancara, dokumentasi dan literatur, beliau menemukan adanya
indikator akhlak yaitu dengan 5 S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun) serta
janji pelajar Islam. Pelaksanaan pembinaan akhlak mulia pada SDIT Nur Rahman
dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu pembiasaan, keteladanan, dan
pemberian sanksi. Orang tua peserta didik pun ikut bekerjasama dengan pihak
sekolah dalam pembinaan akhlaknya. (Selly Sylviyanah, 2012:14)
Persamaan dengan skripsi ini adalah dari segi objek materinya sama-sama
berbicara tentang pembinaan akhlak. Hanya saja terdapat perbedaan dari segi
setting penelitianya, Selly mengambil lokasi di
SDIT Nur Rahman Jakarta, sedangkan skripsi ini di pondok pesantren
Darusslam Sungai Mancur Bungo. kemudian perbedaan dari segi tahun penelitian
yaitu tahun 2012 sedangkan peneliti pada tahun 2016. Demikianlah gambaran
perbandingan antara kedua penelitian.
2.
Marzuki
Penelitian Marzuki adalah dalam bentuk jurnal dengan judul “Pembentukan
Kultur Akhlak Mulia di Kalangan Mahasiswa UNY Melalui Pembelajaran PAI.”
Setelah melakukan kajian dengan metode deskriptif kualitatif dengan teknik
pengumpulan datanya yaitu observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi maka
ditemukanlah bahwa pembelajaran PAI memiliki peran yang sangat penting dalam
pembentukan akhlak mulia di kalangan mahasiswa jika didukung oleh dosen yang
kompeten, input yang baik, materi ajar yang memadai, dan proses
perkuliahan yang baik.di antara problem yang muncul adalah kemampuan mahasiswa
yang beragam, perhatian mahasiswa terhadap akhlak mulia masih kurang, materi
pembelajaran PAI masih menekankan aspek kognitif dan masih sulitnya melakukan
kontrol terhadap mahasiswa di luar
kuliah. (Marzuki, 2011:17).
Persamaan penelitian Marzuki dengan skripsi ini adalah dari segi
diskursusnya sama-sama meneliti tentang pembinaan akhlak. Namun, penelitian
Marzuki dilakukan di kalangan mahasiswa sedangkan skripsi ini di kalangan
pelajar menengah pertama. dan pendekatan skripsi ini tidak menggunakan teknik
pengumpulan datanya menggunakan angket.
3.
Muhammad Nasrullah
Penelitian Nasrullah berbentuk skripsi dengan judul “Pembinaan Akhlak
Siswa Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pengaruhnya
Terhadap Kualitas Perilaku Keseharian Siswa Sekolah Menengah Atas Pertama (SMP)
Negeri 2 Arjawiangun Kabupaten Cirebon.” Dalam penelitianya tersebut, setelah
melakukan penelitian dengan teknik observasi, wawancara, dan penyebaran angket
dengan metode kuantitatif yaitu teknik analisis datanya dengan prosentase maka
ditemukanlah hasil penelitian sebagai berikut: pengaruh pembelajaran PAI
terhadap akhlak siswa di SMP Negeri 2 Arjawinangun Cirebon menunjukkan kategori
sedang/cukup. Dengan rhitung sebesar 0,57. Hasil tersebut
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
Ini dibuktikan dengan harga rhitung ≥ harga rtabel dengan
tingkat kepercayaan 95% dan 99%/ sedangkan dari hasil r sebesar 0,59 diketahui
bahwa 35% presentasi pebinaan akhlak siswa melalui pembelajaran PAI dan
pengaruhnya terhadap kualitas perilaku siswa SMPN 2 Arjawinangun-Cirebon dan
selebihnya 65% dipengaruhi faktor lain yang masih perlu diteliti. (Nasrullah,
2000:13).
Persamaan penelitian Nasrullah dengan skripsi ini adalah dari segi objek
materinya sama-sama mengangkat tema pembinaan akhlak, namun terdapat perbedaan
dimana dalam pendekatanya Nasrullah menggunakan pendekatan kuantitatif
sedangkan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
8 1
PROSEDUR
PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
1.
Pendekatan Penelitian
Penelitian
ini merupakan bentuk penelitian deskriptif yang berusaha menggambarkan suatu
gejala sosial. Maksudnya penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat
sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi. Peneliti menggunakan desain
penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui dan memberikan gambaran secara
apa adanya mengenai kehidupan berasrama santri di pondok pesantren
modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten
Bungo Provinsi Jambi.
Menurut Sugiyono bahwa pendekatan kuantitatif
merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme untuk meneliti
populasi atau sampel tertentu dan pengambilan sampel secara random dengan
pengumpulan data menggunakan instrumen, analisis data bersifat statistic. (Sugiyono, 2015:14).
Lexy J Moleong menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexy J Moleong, 2016:6).
25
2. Metode
Penelitian
Sugiyono pengertian metode penelitian adalah sebagai berikut: “Metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.” (Sugiyono, 2016:2). Dalam melakukan penelitian ini, penulis
menggambarkan pendekatan penelitian dengan menerapkan metode deskriptif.
Menurut Sugiyono yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah: “Metode
deskriptif adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel
mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri
sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan
variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan
dengan variabel yang lain”. (Sugiyono, 2016:59)
Adapun alasan penulis menggunakan metode deskriptif ini adalah untuk
menjawab permasalahan mengenai bagaimana kehidupan berasrama santri di
pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal
Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, maka dengan menggunakan penelitian
kualitatif penulis dapat memenuhi karakteristik terutama dalam hal pengungkapan
data secara mendalam melalui wawancara, observasi dan kajian dokumen terhadap
apa yang dilakukan para informan.
1 1
1. Setting Penelitian
1 1
2. Subjek Penelitian
Dalam
penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, karena penelitian
kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu
dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan pada populasi, tetapi ditransferkan
ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial
pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan
responden tetapi narasumber, atau partisipan, informan, teman, guru, atau
konsultan dalam penelitian. Karena mereka tidak hanya menjawab
pertanyaan-pertanyaan secara pasif tetapi secara aktif berinteraksi secara
interaktif dengan peneliti seperti dengan peneliti seperti yang peneliti
ciptakan.
Tabel : 1.3. Subjek penelitian
Nama |
Keterangan |
|
|
Dr. Ahmad Basri, M. Si |
Pimpinan Pondok Pesantren |
|
Amri Pardede, S.Pd.I |
Kepala MTs |
|
Dimrah, S.Pd |
Kepala MAS |
|
Erwinsyah |
Pengurus Asrama (Mudabbir) |
|
M. Sataria |
Pengurus Asrama (Mudabbir) |
|
Ilham Khalik |
Pengurus Asrama (Mudabbir) |
|
M. Yamin |
Pengurus Asrama (Mudabbir) |
|
Zahrotul Khusna |
Pengurus Asrama (Mudabbirah) |
|
Hayati |
Pengurus Asrama (Mudabbirah) |
|
Imawadah |
Pengurus Asrama (Mudabbirah) |
|
Indah Putri |
Pengurus Asrama (Mudabbirah) |
|
Bakhtiar Efendi |
Santri Kelas I MTs |
|
Rofi |
Santri Kelas I MTs |
|
Maulana |
Santri Kelas I MTs |
|
Sudirman |
Santri Kelas II MTs |
|
M. Ridwan |
Santri Kelas II MTs |
|
Solihin |
Santri Kelas II MTs |
|
Farah Arsyayanti |
Santriwati Kelas I MTs |
|
Susilawati |
Santriwati Kelas I MTs |
|
Hanafi |
Santriwati Kelas I MTs |
|
Nur Halimah |
Santriwati Kelas II MTs |
|
Noer Laili |
Santriwati Kelas II MTs |
|
Fatmawati |
Santriwati Kelas II MTs |
(Dokumentasi :
Pondok Pesantren Darus Salam Sungai Mancur, 2020-2021)
C. Jenis dan Sumber
Data
1.
Jenis Data
a. Data Primer
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability
sampling dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono bahwa: “purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu.” (Sugiyono, 2016:85). Adapun data Primer dalam penelitian ini
diantaranya :
1). Pimpinan Pondok
2). Kepala MTs
3). Kepala MAS
4). Pengurus Asrama
5). Santri dan
santriwati.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan
sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah,
koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. (Sugiyono, 2009:91).
Dalam penelitian ini data yang diambil oleh
penulis adalah gambaran umum Pondok
Pesantren Modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas
Kabupaten Bungo Provinsi Jambi yang meliputi : Pimpinan pondok pesantren 1
orang, kepala MTs 1 orang Kepala MAS 1 orang, Mudabir dan Mudabbirah 10 orang,
serta santri dan sntriwati sebanyak 12 orang.
2. Sumber Data
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini meliputi: pengurus asrama (mudabbir),
sebanyak 10 orang, santri 12 orang, dan pimpinan pondok 1 orang yang memenggang
peran di pondok pesantren Modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk
memperoleh informasi data-data yang diinginkan, peneliti dalam hal ini
menerapkan beberapa metode sebagai berikut:
1. Observasi
Adapun teknik observasi terbuka, kehadiran pengamat secara terbuka
diketahui oleh subjek yang secara sukarela memberikan kesempatan kepada
pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi, dan mereka menyadari ada orang
yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka. (Narbuko dan Abu Achmadi,
2016:70).
Metode observasi ini penulis lalukan dengan mengamati permasalahan yang
terjadi dilapangan mengenai bagaimana peran pengurus asrama dan kendala yang
dihadapi pengurus asrama serta solusi
pengurus asrama dalam pembinaan disiplin santri di pondok pesantren modern
Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo
Provinsi Jambi
2. Wawancara
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terstruktur, yakni wawancara yang pewancaranya menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara
jenis ini disusun dengan rapi dan ketat. (Lexy J Moelong, 2017:90)
Metode wawancara ini penulis gunakan dengan cara mewawancarai langsung
kepada subjek penelitian yaitu dengan beberapa pengurus asarama (mudabbir), santri kelas
I dan II MTs dan Kepala Madasah Tsanawiyah dan Pimpinan Pondok pesantren modern
Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo
Provinsi Jambi
3. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai berikut cara mencari data
mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrip, buku,
surat khabar, majalah, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. (Suharsimi
Arikunto, 2006:231). Dokumentasi penulis gunakan untuk memperoleh semua
data-data yang berhubungan dengan gambaran umum
pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi meliputi : historis pondok
pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas
Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, geografis pondok pesantren modern Darussalam
Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi,
struktur organisasi pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan
Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, keadaan guru dan santi
pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal
Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi serta keadaan sarana dan prasarana pondok
pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas
Kabupaten Bungo Provinsi Jambi
E. Teknik
Analisis Data
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar
yang muncul dari catatan-catatan lapangan (Miles dan Huberman (1992:16).
Begitu banyak data yang harus penulis catat secara teliti dan
rinci yang ada dilapangan serta memilih hal-hal pokok, oleh karenanya penulis
hanya memfokus merudiksi data tentang bagaimana peran pengurus asrama dan kendala yang dihadapi pengurus
asrama serta solusi pengurus asrama
dalam pembinaan disiplin santri di pondok pesantren modern Darussalam Sungai
Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
penyajian data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles
dan Huberman menyatakan “Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif. (Sugiono, 2009:341).
Langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data dilakukan dengan
bentuk uraian singkat, grafik, bagan, hubungan antar kategori, dan flowchart.
Dalam hal ini Miles and Huberman Data collection Data reduction Data display
Conclusion drawing/verifying 59 (1984) menyatakan “the most frequent form of
display data for qualitative research data in the past has been narrative
text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data,
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut
3. Verifikasi
Setelah data
disajikan yang juga dalam rangkaian analisis data, maka proses selanjutnya
adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Proses verifikasi dalam hal
ini adalah tinjauan ulang terhadap catatan lapangan, tukar pikiran dengan teman
sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektivitas”. (Salim dan
Syahrum , 2016:150).
F. Triangulasi Pemerikasaan
Keabsahan Data
a.
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara yang dimaksud adalah apakah data hasil pengematan sesuai dengan hasil
wawancara, hal ini diharapkan ada kesamaan hasil perbandingan pengamatan dengan
wawancara.
b.
Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi.
Perlunya ada
perbandingan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya
secara pribadi, hal ini untuk mengecek lebih dalam manakah yang lebih valid
data tersebut, karena apa yang dikatakan orang didepan umum belum valid namun
sebaliknya perlu adanya pengecekan secara pribadi.
Penulis memilih keabsahan data dengan
pendekatan triangulasi sumber untuk mengungkap dan menganalisis masalah-masalah
yang dijadikan subjek penelitian yaitu tentang bagaimana kehidupan berasrama
santri di pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan
Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Data tersebut kemudian
di deskripsikan, dipetakan mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana
yang spesifik dari sumber- sumber tersebut. Selanjutnya data yang telah
dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya
dimintakan kesepakatan dengan sumber-sumber data tersebut.
Berdasarkan teknik triangulasi
tersebut di atas, maka dimaksud untuk mengecek kebenaran dan keabsahan
data-data yang diperoleh di lapangan tentang kehidupan berasrama santri di
pondok pesantren modern Darussalam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal
Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.
G.
Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama (lima)
bulan, mulai dari Juni 2021 sampai Nopember 2021, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jadwal
Penelitian
No |
Kegiatan |
Tahun 2021 |
||||||||||||||||||||
Juni |
Juli |
Agustus |
September |
Nopember |
||||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
|
||
1 |
Persiapan penelitian |
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
Menyusun atau menulis konsep
proposal |
|
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
Mengajukan judul ke Fakultas untuk
persetujuan judul |
|
|
|
|
X |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
Konsultasi dengan dosen pembimbing |
|
|
|
|
|
x |
X |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
Seminar proposal |
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6 |
Izin atau perintah riset |
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7 |
Pelaksanaan riset |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
x |
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8 |
Penulisan konsep skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
9 |
Konsultasi kepada dosen pembimbing |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
x |
|
|
|
|
|
|
10 |
Penggandaan skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
|
11 |
Munaqasah dan perbaikan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
12 |
Penggandaan skripsi dan penyampaian
skripsi kepada tim Penguji dan Fakultas |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
x |
X |
|
TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Historis dan Geografi Pondok Pesantren Modern Darus Salam
Sungai Mancur
Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur didirikan
pada tahun 1996 dan terletak di Jalan Lintas Sumatera KM. 19 Arah Padang Desa
Sungai Tembang Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi.
Pondok Pesantren ini berdiri di atas sebidang tanah yang luas areal seluruhnya
200 M2 dan tanah Pondok Pesantren tersebut sepenuhnya milik yayasan
Al Ikhsan. Sekitar Pondok Pesantren dikelilingi oleh pagar sepanjang 360 M.
(Observasi, 03 Oktober 2021)
Sejak awal berdirinya tahun 1996 Pondok Pesantren
Modern Darus Salam Sungai Mancur sampai sekarang Pondok Pesantren tersebut
masih berstatus Swasta. Walaupun status Pondok Pesantren tersebut masih Swasta
kegiatan belajar mengajar tidak berbeda jauh dengan Pondok Pesantren yang
berstatus Negeri.
Hasil wawancara penulis dengan pimpinan pondok
pesantren Darus Salam Sungai Mancur yaitu dengan bapak Dr. Ahmad Basri, M.Si,
beliau mengatakan bahwa :
“Kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai
Mancur dilaksanakan sebagaimana di Pondok Pesantren Negeri yaitu dilaksanakan
pada pagi hari. Namun perbedaannya yaitu pada hari jum’at di Pondok Pesantren
Modern Darus Salam dijadikan hari libur dan hari minggu dijadikan kegiatan
aktif belajar sedangkan Pondok Pesantren maupun sekolah lain tetap mengikuti
libur hari minggu sebagai libur nasional. (Wawancara, 03 Oktober 2021)
35 25
Pada tahun 2013 yayasan Al Ikhsan mencanangkan
untuk memisahkan Pondok Pesantren tersebut untuk menjadi 2 Pondok Pesantren
yaitu Pondok Pesantren Darus Salam yang diperuntukkan untuk santriwati
perempuan sedangkan Pondok Pesantren Darul Hikmah yang diperuntukkan untuk
santri laki-laki tetapi masih dalam lingkup yayasan yang sama yaitu Al Ikhsan dan
pada tahun 2014 Pondok Pesantren tersebut telah selesai di bangun walaupun
bangunan kelas masih kurang dan sarana prasarana belum memadai.
Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Pondok
Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur penulis berkesempatan mewawancarai
pimpinan dari Pondok Pesantren Darus Salam sekaligus perintis Pondok Pesantren
Modern Darus Salam Sungai Mancur yaitu Bapak Dr
Ahmad Basri, M Si, beliau menjelaskan bahwa:
“Pondok Pesantren
Modern Darus Salam Sungai Mancur didirikan pada tahun 1996.Sejak awal berdiri
sampai sekarang Pondok Pesantren masih berstatus Swasta, walaupun Swasta
kegiatan belajar mengajar tidak beda jauh dengan yang berstatus Negeri maupun
sekolah umum. Pada tahun 2013 lalu yayasan Al Ikhsan mencanangkan memisahkan Pondok
Pesantren yang diperuntukkan untuk siswa dan Pondok Pesantren yang
diperuntukkan bagi santriwati . Dan pada tahun ini pembangunan Pondok Pesantren
baru telah dibangun walaupun bangunan kelas maupun sarana dan prasarana masih
kurang dan belum memadai”. (Wawancara, 03 Oktober 2021)
Perkembangan Pondok Pesantren Modern Darus Salam
Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo selama 15 tahun
terakhir ini sudah cukup banyak mengalami perubahan, baik dari segi fisik
maupun non fisik. Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur, sejak awal
berdirinya sampai dengan sekarang dipimpin oleh Dr Ahmad Basri, M.Si dibawah
kepemimpinan Kepala Pondok Pesantren para tenaga pengajar melakukan interaksi
guna membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa sehingga mendapat
pelajaran yang berguna untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.
2. Visi dan Misi
Pondok Pesantren Moder Darus Salam Sungai Mancur
a.
Visi Sekolah
“Terwujudnya Pondok Pesantren yang berkualitas, Bersih, dan disiplin,
Berlandaskan Imtaq dan Iptek yang berkesinambungan”
b. Misi Sekolah
1. Menciptakan Pondok
Pesantren yang berkarakter dan bermutu
2. Memberikan
Pendidikan Agama yang utuh, berwawasan dan fungsional
3. Memberikan
Pendidikan Iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman
4. Memberikan
Pendidikan Keterampilan yang praktis
5. Meningkatkan
kualitas guru dan tenaga kependidikan melalui program pendidikan, pelatihan,
penataran, dan sejenisnya.
6. Menerapkan
menejement transparant dan pertisipatif dengan melibatkan seluruh warga
sekolah.
3. Profil Pondok
Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur
Berikut adalah Profil Pondok Pesantren Modern Darus
SalamSungai Mancur
1. Nama Sekolah :
Pondok Pesantren Modern
Darus Salam
Alamat Jalan/Desa : Jl. Lintas
Sumatera KM. 19
Kecamatan :
Tanah Sepenggal Lintas
Kabupaten :
Bungo
NSS :
121215080010
NPSN :
10508220
2. Nama Kepala Sekolah : Dr Ahmad Basri, M.Si
3. Kategori Sekolah :
Swasta
4. Tahun Didirikan/Tahun beroperasi :
1996/ 01/09/1997
5. Kepemilikan Tanah :
Yayasan
a. Luas Tanah/Status Tanah :
2000 m2 /wakaf
b. Luas Bangunan :
1112 m2
7. Nilai Akreditasi
Sekolah : C
8. Waktu belajar : Pagi
4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur
Struktur Organisasi merupakan bagian yang menggambarkan pembagian tugas
dan tanggung jawab serta hirarki kekuasaan, mulai dari kepala Pondok Pesantren
sampai bawahan, Besar dan kompleknya sebuah struktur organisasi menggambarkan
tingginya intensitas yang dilakukan.
Struktur juga mencangkup semua komponen yang terdapat pada tubuh sebuah
Pondok Pesantren, mulai dari kepala Pondok Pesantren sebagai pimpinan yang
memiliki garis koordinasi dengan komite Pondok Pesantren, pada bagian menejemen
tengah kepala Pondok Pesantren dibantu oleh tiga orang wakil kepala yang
masing-masing membidangi urusan kurikulum, kesiswaan, humas dan sarana
prasarana.
Guna mendukung kelancaran tugas administrasi kepala Pondok Pesantren
dibantu oleh kepala urusan tata usaha, selanjutnya untuk membantu bagian
administrasi bagian tata usaha dibantu oleh beberapa staf yang mengurusi bagian
umum dan keuangan dan dalam bimbingan serta proses pembelajaran kepala Pondok
Pesantren dibantu oleh satu orang guru bimbingan dan penyuluhan (BP) serta
beberapa guru bidang studi.
Struktur organisasi Pondok Pesantren Tsanawiyah Darus Salam Sungai Mancur
berdasarkan dokumentasi dilapangan cukup sederhana seiring dengan tipologi
sekolah tersebut, untuk lebih jelas bagian struktur organisasi Pondok Pesantren
Tsanawiyah Darus Salam Sungai Mancur dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN MODERN
DARUS SALAM SUNGAI MANCUR TANAH SEPENGGAL LINTAS KABUPATEN
BUNGO TAHUN PELAJARAN 2021-2022
Komite Sekolah Ketua Yayasan Abdul Somad H.Z Mudir Dr.
Ahmad Basri, M.Si Kepala Tata
Usaha Nurul
Huda Eka
Suryani Bendahara Reni Efriani, SE
Waka Kurikulum Bahren,S.Pd.I Waka Saspras Endutra, S.Pd.I Waka Kesiswaan Darnawati, S.Pd.I
Wali Kelas Siswa/Siswi Majlis Guru
(Dokumentasi Pondok Pesantren Moder Darus Salam
Sungai Mancur 2021)
5. Muatan Kurikulum Pondok Pesantren Modern Darus Salam
Dalam lembaga pendidikan baik itu Negeri maupun Swasta kegiatan
pembelajaran yang diselenggarakan oleh setiap guru, selalu bermula dari dan
bermuara pada komponen-komponen pembelajaran yang tersurat dalam kurikulum.
Peryataan ini, didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan pembelajaran yang
diselenggarakan oleh guru merupakan bagian utama dari pendidikan formal yang
syarat mutlaknya adalah adanya kurikulum sebagai pedoman. Dengan demikian, guru
dalam merancang program pembelajaran maupun melaksanakan proses pembelajaran akan
selalu berpedoman pada kurikulum.
Struktur kurikulum Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur kelas
VII sampai dengan kelas IX meliputi:
a.
Kurikulum setiap kelas terdiri atas: 23 mata
pelajaran, muatan lokal (konservasi dan pemberdayaan potensi bahan) dan program
pengembangan diri.
b.
Pondok Pesantren tidak menambah alokasi waktu
untuk setiap mata pelajaran. Jam mata pelajaran untuk setiap mata pelajaran
dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.
c.
Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 45 menit.
Untuk lebih jelasnya tentang alokasi waktu dalam struktur kurikulum di
Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal
Lintas Kabupaten Bungo dapat dilihat dalam table berikut:
Tabel 4.1 Alokasi Waktu Dalam Struktur Kurikulum
Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur Tahun Ajaran 2021/2022
Komponen |
Alokasi Waktu |
|||||
Kelas VII |
Kelas VIII |
Kelas IX |
||||
A.
Mata pelajaran |
Smt 1 |
Smt 2 |
Smt 1 |
Smt 2 |
Smt 1 |
Smt 2 |
1. Al quran |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2. PKN |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
3. B. Indonesia |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
4. B. Inggris |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5. Matematika |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
6. Seni Budaya |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
7. Penjas |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
8. TIK |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
9. B. Arab |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
10. Hadist |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
11. Fiqih |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
12. Nahwu |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
13. Sorof |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
14. Khot |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
15. Tauhid |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
16. Tarikh Islam |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
17. Grammar |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
18. Tafsir |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
19. Al quran Hadist |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
20. Akidah Akhlak |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
21. SKI |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
22. IPA |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
23. IPS |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
B. Muatan Lokal -
Tajwid -
Pidato -
Praktek Ibadah |
2 2 2 2 |
2 2 2 2 |
2 2 2 2 |
2 2 2 2 |
2 2 2 2 |
2 2 2 2 |
C.Pengembangan Diri |
2*) |
2*) |
2*) |
2*) |
2*) |
2*) |
Jumlah |
60 |
60 |
60 |
60 |
60 |
60 |
(Dokumentasi Pondok Pesantren Moder Darus Salam
Sungai Mancur 2021)
Berdasarkan tabel di atas,
dapat di bangun pemahaman bahwa alokasi waktu dalam struktur kurikulum di
Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur akan menjadi pedoman untuk
guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat mengajar sesuai alokasi
waktu sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.
Penyusunan struktur kurikulum di Pondok Pesantren Modern Darus Salam
Sungai Mancur didasarkan atas standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi
mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh BSNP. Pondok Pesantren atas
persetujuan Yayasan Al Ikhsan dan memperhatikan keterbatasan sarana belajar
serta minat didik, menetapkan pengelolaan kelas sebagai berikut:
1)
Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur
menerapkan sistem paket. Peserta didik mengikuti sesuai dengan yang telah
diprogramkan dalam struktur kurikulum.
2)
Jumlah rombongan belajar berjumlah 3 (tiga) yaitu
pada tingkat kelas VII, kelas VIII dan kelas IX.
3)
Tiap kelas dipisah antara putri dengan putra.
Muatan kurikulum Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur
meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ditetapkan oleh BSNP dan muatan
lokal yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren.
a). Mata Pelajaran
Mata pelajaran terdiri dari mata pelajaran wajib dan mata pelajaran
pilihan sebagai berikut:
1)
Mata Pelajaran Wajib: Pendidikan Agama (Fiqih, Al
quran Hadis, Akidah Akhlak, SKI, Bahasa Arab, Hadist, Tauhid, Nahwu, Sorof,
Khot, Mahfudzot, Tarikh Islam), PKN, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, IPA, IPS, Penjas, Seni dan Budaya, Prakarya atau Mulok dan Praktek
Ibadah.
2)
Mata Pelajaran Pilihan: Arab Grammar (pilihan mata
pelajaran ini dimungkinkan dengan adanya sumber daya manusia yang memadai dan
kehidupan masyarakatnya yang menunjang program pembelajaran tersebut.
Pembelajaran setiap mata pelajaran dilaksanakan dalam suasana yang saling
menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat antara siswa dan guru.
Metode pembelajaran diarahkan berpusat pada peserta didik. Guru sebagai
fasilitator mendorong peserta didik agar mampu belajar secara aktif, baik
secara fisik dan mental. Selain itu, dalam pencapaian setiap kompetensi pada
masing-masing mata pelajaran diberikan secara konstektual dengan memperhatikan
perkembangan kekinian dari berbagai aspek kehidupan.
2). Muatan Lokal
Program muatan
lokal disusun bekerja sama antara Pondok Pesantren dengan Pondok Pesantren
Tsanawiyah Darus Salam Gontor Jawa Timur. Muatan lokal ini sesuai dengan
program kabupaten yaitu meningkatkan Iptek dan Iptaq.
3). Kegiatan pengembangan Diri
a) Pengembangan diri
diarahkan untuk pengembangan karakter peserta didik yang ditujukan untuk
mengatasi persoalan dirinya, persoalan masyarakat di lingkungan sekitarnya, dan
persoalan kebangsaan. Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur
memfasilitasi kegiatan pengembangan diri seperti berikut:
b) Pengembangan diri
yang dilaksanakan sebagian besar di dalam kelas (infrastruktur) dengan alokasi
waktu 2 jam tatap muka yaitu bimbingan konseling
c) Pengembangan diri
yang dilaksanakan sebagian besar di luar kelas (ekstrakurikuler) diasuh oleh
guru Pembina yaitu (pramuka, palang merah remaja, kelompok ilmiah kerja, jamaah
yasin, shalat dhuha, muhadarah, bola kaki, bola volley, silat dan melukis),
d) Program pembiasaan
mencakup kegiatan yang bersifat pembinaan karakter siswa yang dilakukan secara
rutin, spontan, dan keteladanan
6. Keadaan Guru dan
Siswa Pondok Pesantren Darus Salam Sungai Mancur
a. Keadaan Guru
Setiap lembaga pendidikan baik itu Pondok Pesantren maupun sekolah umum
pastinya memiliki unsur-unsur utama pendidikan. Di Pondok Pesantren Darus Salam
Sungai Mancur memiliki unsur-unsur pendidikan yaitu kepala Pondok Pesantren,
tenaga pengajar atau guru, karyawan dan siswa.
Dalam usaha membimbing dan mengefektifkan suatu pembelajaran maka di
Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur tidak terlepas dari kualitas
tenaga pengajarnya. Tenaga pengajar yang berkualitas dan profesional sangat dibutuhkan
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan serta mendapatkan lulusan-lulusan yang
memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum. Guru adalah orang yang
memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan
mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dan mencapai tingkat
kedewaasaan sebagai tujuan akhir proses pendidikan. Jadi dalam proses belajar
mengajar keberhasilan siswa tidak hanya dari kuantitas guru tetapi juga dari
kualitas guru itu sendiri baik dari ilmu pengetahuannya maupun dari latar
belakang pendidikan yang dimilikinya.
Seluruh personil Pondok Pesantren Modern Darus Salam Darssalam Sungai
Mancur hingga saat ini berjumlah 30 guru honorer (Non PNS), karyawan tata usaha
2 orang dan satpam 2 orang. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan guru di Pondok
Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur sekaligus meliputi pembagian tugas
dan status pada setiap Guru untuk tahun ajaran 2021/2022 dapat dilihat dalam
table berikut:
Tabel 4.2 Keadaan Guru dan Status Guru Pada Pondok Pesantren Darus Salam
Sungai Mancur Tahun Ajaran 2021/2022
No |
Nama Guru |
Jabatan |
Guru Mapel |
1. |
Pimpinan |
- |
|
2. |
Bahren, S.Pd.I |
Wakil |
B.inggris |
3. |
Saimun, S.Pd.I |
Non PNS |
B. Arab |
4. |
Ahmad Pudaili, S.Pd.I |
Non PNS |
PKN |
5. |
Bahman, SE |
Non PNS |
IPS |
6. |
Endutra, S.Pd.I |
Non PNS |
Arab Melayu |
7. |
Riduan, S.Hi |
Non PNS |
Al Quran Hadis |
8. |
Marfuah, S.Pd.I |
Non PNS |
Al Quran |
10. |
Isniyanti, A.Ma |
Non PNS |
Tauhid |
11. |
Eka Suryani, S.Pd.I |
Non PNS |
Mahfudzot |
12. |
Abdussomad,A.Ma |
Non PNS |
Mulok |
13. |
Saipul Amri, S.Pd.I |
Non PNS |
MTK |
14. |
Siti Aminah, S.Pd.I |
Non PNS |
B. Indonesia |
15. |
M.Safii |
Non PNS |
Penjas |
16. |
Darnawati, S.Pd.I |
Non PNS |
TIK/Prakarya |
17. |
Nurhalimah, S.Pd.I |
Non PNS |
Mahfudzot |
18. |
Yupita |
Non PNS |
FIQH |
19. |
Reni Afriani, S.Pd.I |
Non PNS |
Tarikh Islam |
20. |
Sahari, S.Pd.I |
Non PNS |
Hadist |
21. |
A. Pardede, S.Pd.I |
Non PNS |
MTK |
22. |
Nurul Huda |
Non PNS |
Nahwu |
23. |
Muhammad Syafri, S.Pd.I |
Non PNS |
Aqidah Akhlak |
24. |
Irma Suryani, S.Pd |
Non PNS |
B. Inggris |
25. |
Dahrani NST, S.Ag |
Non PNS |
Tafsir |
26. |
Eka Yanti, S.Pd.I |
Non PNS |
Al Quran |
27. |
Zelfa H |
Non PNS |
Mutholaah |
28. |
Muhammad Habibi |
Non PNS |
Grammar |
29. |
Tinta Murni |
Non PNS |
Mutholaah |
30. |
M. Padli Darmawan |
Non PNS |
Khot, Sorof |
(Dokumentasi Pondok Pesantren Moder Darus Salam Sungai Mancur 2021)
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sejumlah tenaga
pengajardi Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo 100% berstatus guru Non PNS, walaupun Pondok
Pesantren tersebut Minim Guru PNS tetapi sudah dapat dikatakan memenuhi
kualifikasi dari latar pendidikan, jejang pendidikan dan pengalaman mengajar.
b. Keadaan siswa
Semua siswa merupakan siswa yang berbakat sejak lahir. Siswa mempunyai
potensi yang unik, bila dibina dan dikembangkan dengan benar dapat menjadi
siswa yang berguna bagi bangsa.Siswa juga memiliki keanekaragaman watak,
perilaku dan kebiasaan. Tantangan besar bagi guru dalam membimbing, membina dan
mengembangkan potensi setiap siswa sehingga menjadi siswa yang berpengetahuan,
memiliki kepribadian dan moral yang baik serta memiliki keterampilan.
Adapun jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2021/2022 seluruhnya
berjumlah 508 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merata.
Separuh dari peserta didik (50%) berasal dari kecamatan lain, yakni Kecamatan
Limbur, Lubuk Mengkuang, Tanah Tumbuh, Pelayang, Kecamatan Jujuhan, Jujuhan
Ilir, Tanah Sepanggal, Bathin III, Babeko, Kecamatan Bungo Dani, Kecamatan
Pelepat dan Pelepat Ilir, Kecamatan Rantau Panjang Kabupaten Merangin,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Batang Hari, dan Kabupaten Darmasraya Provinsi
Sumatra Barat. Mereka semuanya bermukim dan tinggal di asrama. Mereka dibina
setiap waktu dan berikan pelajaran-pelajaran baik umum maupun agama.
Untuk lebih jelasnya tentang Jumlah peserta didik di Pondok Pesantren
Modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepanggal Lintas Kabupaten
Bungo dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.3 Keadaan Siswa Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur Tahun Ajaran
2021/2022.
Kelas |
Jumlah |
Jumlah |
|
Laki-laki |
Perempuan |
||
VII |
84 |
82 |
174 |
VIII |
85 |
83 |
168 |
IX |
65 |
109 |
166 |
Jumlah |
234 |
274 |
509 |
Dokumentasi Pondok Pesantren Moder Darus Salam Sungai Mancur 2021)
Berdasarkan tabel diatas, terlihat jelas bahwa siswa Pondok Pesantren
Modern Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten
Bungo sudah cukup banyak. Jumlah paling banyak yaitu siswa perempuan yakni
berjumlah 274 orang siswa, sedangkan siswa laki-laki kelas IX paling sedikit
yakni berjumlah 234 orang siswa.
7. Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Modern Darus
Salam Sungai Mancur
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara
langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, sedangkan prasarana merupakan
segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses
pembelajaran. Oleh karena itu, sarana dan prasarana sangat mendukung bagi
kelancaran proses pembelajaran di Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai
Mancur. Dengan adanya sarana dan prasarana dalam suatu lembaga pendidikan dapat
meningkatkan efektifitas pembelajaran siswa.
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Pondok
Pesantren Modern Darus Salam Sungai Mancur dalam rangka menunjang dan menbantu
pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Modern Darus Salam
Sungai Mancur Tahun Ajaran 2021/2022
No |
Sarana dan prasarana |
Jumlah |
keterangan |
1. |
Ruang Kepala Sekolah |
1 |
Baik |
2. |
Ruang TU |
1 |
Baik |
3. |
Ruang Guru |
1 |
Baik |
4. |
Ruang Kelas |
10 |
Baik |
5. |
Ruang Perpustakaan |
1 |
Baik |
6. |
Ruang Serba Guna |
1 |
Baik |
7. |
Musholla |
2 |
Baik |
8. |
Ruang Osis |
1 |
Baik |
9. |
Ruang Olahraga |
1 |
Baik |
10. |
WC Guru |
4 |
Baik |
11. |
WC Siswa |
10 |
Baik |
12. |
Kantin |
2 |
Baik |
13. |
Kursi Guru |
35 |
Baik |
14. |
Meja Guru |
34 |
Baik |
15. |
Papan Tulis |
10 |
Baik |
16. |
Sumur |
5 |
Baik |
(Dokumentasi Pondok Pesantren Moder Darus Salam Sungai Mancur 2021)
Dari tabel diatas dapatlah
dipahami bahwa sarana dan prasarana
penunjang dalam proses kegiatan beajar-mengajar sangatlah mendukung. Hal ini
sangat jelas bahwa sarana dan prasarana di Madrasah Tsanawiayah Pondok
Pesantren Moder Darus Salam Sungai Mancur sudah memadai, meskipun masih
terdapat kekurangan-kekurangan lain, namun pihak dari yayasan terus berupaya
untuk memenuhi kebutuhan sekolah.
B. Temuan Khusus
1. Problem individual
santri di asrama Pondok Pesantren Modern
Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas
Kabupaten Bungo Provinsi Jambi
Melihat betapa pentingnya kedisiplinan demi lancarnya kegiatan pondok
ini tentu menjadi harapan bagi setiap jajaran pengurus asrama. Namun dewasa ini
kedisiplinan di pondok pesantren ini sudah mulai menurun. Banyak santri yang
mulai melanggar tata tertib. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya
santri yang mendapatkan sanksi dari pengurus.
Menurunnya tingkat kedisiplinan ini dikarenakan beberapa faktor, di antaranya;
kurangnya pengontrolan dari pengasuhan dan pengurus santri,
kurangnya sosialisasi tentang tata tertib disiplin di pondok, masih ada santri
yang belum sadar berdisiplin di pondok, banyak santri yang menganggap remeh
tata tertib aturan pondok, dan santri yang masih belum betah di pondok.
Hasil wawancara penulis dengan Erwinsyah selaku ketua pengurus asrama
putra (mudabbir) pondok pesantren Darus Salam Sungai Mancur beliau
mengatakan:
“Pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur merupakan
salah satu pondok pesantren yang juga menerapkan kedisiplinan dalam seluruh
kegiatan pondok. Hal
tersebut bertujuan untuk menanamkan rasa disiplin santri sejak
dini, sehingga harapan kedepan ialah seorang santri akan menjadi pribadi yang
disiplin, bertanggung jawab, dan mampu memaksimalkan waktu untuk kegiatan
positif. Hal tersebut dapat terlihat dari jadwal kegiatan santri yang sudah dibuat dengan sangat baik dari
pagi hingga malam hari”. (Wawancara, 21
September 2021).
Dari
hasil wawancara diatas, dapatlah dipahami bahwa pondok pesantren Darus Salam
Sungai Mancur telah menerapkan kedisiplinan dalam seluruh kegiatan pondok, hal
ini bertujuan agar santri dapat berdisiplin dalam semua aspek kegiatan yang ada
di lingkungan pesantren.
Problem individual santri di asrama
pondok pesantren modern Darus Salam sama
hal yang di berbagai pondok pesantren lain. Adapun masalah yang sering terjadi
pada kehidupan santri di pondok khususnya di pondok pesantren modern Darus Salam adalah sebagai berikut :
a. Penyesuaian Diri Santri.
Pada awal santri masuk ke pondok pesantren modern Darus Salam Sungai
Mancur tentunya mereka merasa asing apalagi setelah mereka masuk ke asrama,
mereka banyak mengalami masalah penyesuaian diri, baik dengan teman-teman
seasrama maupun di lingkungan pesantren. Hal tersebut dikarenakan
mereka harus menyesuaiakan dengan
lingkungan barunya dan harus mengikuti disiplin yang telah diterapkan di
pondok pesantren.
Observasi penulis di pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur
penulis menemukan bahwa banyaknya santri yang ingin pindah sekolah dari pondok
pesantren tersebut, hal ini beberapa faktor yang dialami santri, seperti merasa
asing tinggal di asrama dan harus mengikuti aturan disiplin yang diterapkan di
pondok. Namun hal ini juga mereka akan terbiasa jika sudah menjalani hidup di
pesantren selama 3 bulan. (Observasi, 23 September 2021).
Wawancara penulis dengan pimpinan pondok pesantren modern Darus Salam
Sungai Mancur yaitu dengan ustaz Dr. Ahmad Basri, M.Si mengatakan :
“Pada awal mula santri baru masuk ke pondok pesantren
tentunya mengalami banyak faktor, mereka merasa asing tinggal di asrama dan
harus mengikuti disiplin yang diterapkan di pondok. Sudah rutin setiap tahun, artinya satu dua
bulan pertama mereka mengalami masalah penyesuaian diri. Satu dua santri juga
ada yang tidak betah, sampai keluar dari pondok dan itu setiap tahun pasti
ada”.(Wawancara, 23 September 2021).
Dari hasil wawancara
dengan ustadz Dr. Ahmad Basri, M.Si dapat diketahui bahwa setiap tahun ajaran baru
terdapat masalah penyesuaian diri yang dihadapi oleh para santri baru.
Permasalahan tersebut terjadi dari awal mereka masuk sampai dua bulan pertama.
Selain itu juga terdapat dampak dari permasalahan tersebut, yaitu dapat membuat
santri mengundurkan diri dari pondok. Penyesuian diri secara sosial merupakan
suatu hal yang paling sulit dilakukan
oleh para santri.
Hal tersebut dikarenakan
perbedaan asal dari masing-masing santri.
Rendahnya tingkat disiplin
ini juga dikarenakan
beberapa kendala yang dihadapi oleh santri sehingga sulit menumbuhkan
kedisiplinan. Masalah tersebut itu
diantara kurangnya fasilitas yang tersedia dipondok umpamanya
ruang khusus pengurus, kurangnya koordinasi antar pengurus sehingga kadang
terbengkalai tugas masing-masing pengurus, masih adanya pengurus yang malas
dalam menjalankan tugas yang terkadang meremehkan, dan juga memang karakter
santri yang masih terbawa pergaulan
sebelum masuk pondok
sehingga mereka belum terbiasa dengan peraturan pondok yang biasanya
dibebaskan dirumah jadi harus mengikuti aturan pondok yang ketat.
Dalam melaksanakan tugasnya
sehingga menjadikan penurunan kedisiplinan di pondok dikarenakan beberapa
sebab, diantaranya: kurangnya arahan dari staff pengasuhan santri, kemalasan dari pengurusnya yang menyebabkan santri mudah melanggar
disiplin, kurang kedewasaannya pengurus sehingga santri
meremehkan.
Hal ini sesuai hasil wawancara penulis dengan M.
Sataria selaku pengurus asrama pondok
pesantren modern Darus Salam dalam wawancaranya mengatakan:
“Menurunnya kedisiplinan santri bukan sepenuhnya salah
santri. Tentunya pengurus juga turut ambil andil dengan masalah ini karena
pengurus sudah diberi amanat langsung dari atasan untuk mengawasi dan
mengarahkan santri untuk senantiasa
menaati peraturan di
pondok pesantren ini. Kegagalan pengurus sendiri dalam
memantau santri disebabkan juga karena beberapa faktor. Contohnya kita
kurangnya arahan, bimbingan dan pengontrolan terhadap pengurus dari staf
pengasuhan santri yang
mana mereka membawahi langsung
pengurus yang menyebabkan menurunnya pula kinerja pengurus dalam menjalankan
tugas. Selain itu ada beberapa pengurus yang malas dan kurang dewasa sehingga
santri cenderung meremahkan perintah pengurus yang bersangkutan” (Wawancara, 28
September 2021).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut terkait
kepengurusan dalam mendisiplinkan santri menjadikan evaluasi bagi pondok
pesantren untuk dapat menjalankan perannya lebih baik lagi. Karena sejatinya
pesantren merupakan sebuah
tempat bagi santri untuk mencari ilmu agama, terlebih
Darus Salam merupakan sebuah pesantren yang juga menyediakan pendidikan formal
yang tentunya selain ilmu agama santri juga belajar ilmu pengetahuan umum.
Tentunya berbagai upaya telah
dilakukan pesantren untuk
menumbuhkan kedisiplinan santri yang sesuai dengan perkembangan zaman,
sehingga ketika nanti santri sudah
keluar dari pesantren
dan terjuan ke
masyarakat maka diharapkan dapat
berperan di tengah-tengah masyarakat
sebagai teladan yang baik.
b. Kehilangan
Barang
Apapun sistem pendidikan pesantren tersebut, di
manapun lokasi pesantren tersebut, masalah kehilangan di Pesantren sudah bukan
hal yang aneh. Meski pondok pesantren adalah sebuah institusi pendidikan
keagamaan, namun tetap saja permasalahan khususnya di hal moral tetap ada saja
dan kerap terjadi. Ada banyak hal dan alasan mengapa masalah kehilangan di
Pesantren sering terjadi Entah hilang sandal, seragam, buku, peci bahkan uang
dan lain-lain. Entah itu disengaja maupun tidak. Hal-hal seperti ini sangat
sulit dihindari. Bagi santri senior, masalah kehilangan sudah tidak aneh. Namun
bagi santri baru, hilangnya ember sudah membuat goyah untuk melanjutkan
pendidikan di pondok. Maka dari itu kami akan melampirkan beberapa
barang-barang yang sering hilang di Pesantren serta cara atau solusi bagaimana
agar tidak hilang.
Dari hasil observasi penulis di
pondok pesantren modern Darus Salam
Sungai Mancur, penulis menemukan bahwa banyaknya laporan santri baru kepada
pengurus asrama kehilangan sandal saat sepulang dari masjid, ada pula
kehilangan pakaian, seperti peci, baju dan sarung saat di jemuran, dan ada pula
kehilangan uang dan lain sebagainya. (Observasi, 25 September 2021).
Pada saat bersamaan, penulis
mewawancarai M. Sataria selaku pengurus asarama (mudabbir) di ondok
pesantren modern Darus Salam Sungai
Mancur beliau mengatakan :
“Hampir setiap hari
ada santri yang mengadu kepada kami kehilangan sandal, ada juga yang kehilangan
peci dan pakaian dan sebagainya. Hal ini bukanlah yang pertama terjadi di
pondok ini, karena pada kebanyakan santri saat keluar masjid setelah
melaksanakan sholat berjamaah terburu-buru keluar dan saling mendahului
temannya, pada saat itu lah sandal yang mereka pakai sering ketukar, namun ada
juga sebahagian kecil yang memang sengaja memakai sandal temannya yang lain”
(Wawancara, 25 September 2021).
Dari hasil wawancara penulis diatas, jelaslah
bahwa salah satu problem individual santri di asrama pondok pesantren
modern Darus Salam adalah seringnya
kehilangan barang mereka.
Permasalahan
kehilangan barang di Pondok, tidak jauh dari adanya kesempatan, ini yang sering
terjadi. Dan jika adanya niat memang jarang, kecuali tersangka memang sedang
benar-benar terdesak membutuhkannya, namun menggunakan cara-cara yang salah.
Yang paling sering terjadi adalah adanya kesempatan. Kita tidak bisa begitu
saja menyalakan mereka yang mengambil barang tanpa izin, selama di pesantren
Barang yang sering hilang di Pesantren yaitu sendal. Meski bentuknya bukan
seperti uang sendal adalah senjata utama santri ketika beraktivitas berlangsung
di Pesantren.Terkadang santri berfikiran jika meng gosob atau memakai sendal
orang tanpa izin sudah lumrah. Padahal tidak demikian, dosa nya pun sama dengan
orang yang mencuri uang diatas tadi. Sayangnya, kesadaran akan tidak
menggunakan sandal orang lain tanpa izin ini sangat sulit. Karena sifatnya
seperti domino. Domino disini maksudnya, jika temanmu kehilangan sandal maka
dia akan memakai sandal mu, dan kamu akan memakai sendal temanmu yang lain,
begitu seterusnya.
Santri juga
secara aktif melaksanakan
setiap kegiatan dengan tepat waktu, sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh Zahrotul Khusna selaku pengurus asrama beliau mengatakan:
“Mengajarkan
dan mengajak para
santri untuk melaksanakan
setiap kegiatan dengan tepat waktu memang bukan
perkara yang mudah,
akan tetapi membutuhkan proses agar
dapat berjalan secara
aktif. Memanfaatkan waktu di
lingkungan pondok ini sangatlah penting. Karena disini kami
sedang menimba ilmu, jika kami
terlambat maka ilmu yang
kami dapatpun tidak
maksimal dan tentunya akan
mengganggu santri lainnya
yang sedang fokus mendengarkan penjelasan
dari ustad. Sehingga kami dari
pengurus berusaha semaksimal
mungkin agar santri menjaga kedisiplinan terutama disiplin
waktu. Disini yang kami lakukan membuat
jadwal kegiatan yang
ditempel disetiap kamar santri
yang fungsinya sebagai
pengingat santri. Kemudian pengurus
juga mendatangi tiap
kamar untuk memastikan tiap santri sudah meranjak ke masjid, kelas atau
aula untuk mengikuti kegiatan” (Wawancara 04 Oktober 2021).
Hal
ini sesuai dengan apa yang dijumpai oleh peneliti pada saat observasi tampak
bahwa beberapa pengurus asrama mengecek
tiap kamar santri
untuk memastikan bahwa
semua santri sudah berada di kelas untuk mengikuti pengajian idhofi yang rutin dilaksanakan tiap malam hari.
Pondok
pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur semua santri diwajibkan untuk
disiplin waktu yaitu agar para santri nantinya dapat memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya sehingga mereka terbiasa disiplin dan jika nanti para santri
keluar dari pondok
pesantren mereka dapat
mengamalkannya dalam kehidupan bermasyarakat kelak.
Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara
dengan Hayati selaku pengurusa
asrama yang mengatakan:
“Tujuan kita selalu mengajarkan dan mengamalkan santri agar
disiplin waktu di pondok pesantren ini tentunya agar mereka terbiasa sehingga
jika nanti mereka di masyarakat mereka dapat menjadi contoh yang baik. Karena
pada awalnya banyak santri yang belum terbiasa dengan disiplin, tapi semenjak
di pondok karena adanya hukuman bila mereka melanggarnya mau enggak mau ya
mereka jadi disiplin yang awalnya karena terpaksa lama kelamaan mereka juga
terbiasa jadinya sekarang mereka
jadi lebih disiplin” (Wawancara
04 Oktober 2021).
Dari hasil observasi dan wawancara
diatas, jelaslah bahwa salah satu problem individual santri di asrama adalah
penyesuaian diri di lingkungan pondok serta seringnya kehilangan barang dan
disiplin asrama yang harus dipahtuhi semua santri.
c. Menu Makanan
Menu makanan di pesantren memang tak seenak menu makanan di rumah atau
rumah makan, karena pesantren sendiri pada dasarnya adalah tempat untuk belajar
mandiri dan menimba ilmu agama. Pesantren bukan restoran rumah makan atau
bahkan hotel. Dengan menu masakan sajian yang enak dan asrama yang mewah.
Bukannya pesantren tidak bisa menyajikan masakan seenak rumah makan, sangat
memungkinkan pesantren menyajikan menu ala restoran mewah. Namun hal tersebut
bukan termasuk pada pendidikan. Pesantren mendidik para santrinya dengan menu
makanan ala kadarnya, meski dengan tahu dan kerupuk. Belajar bersyukurlah,
diharapkan para santri memaknai betul-betul makna bersyukur tersebut. Berapa
banyak orang-orang diluar sana yang sama sekali tidak makan beberapa hari.
Hasil observasi penulis di Pondok pesantren modern Darus Salam Sungai
Mancur penulis menemukan bahwa banyaknya keluhan santri saat makan siang dimana
menu makan yang disajikan oleh pondok pesantren adalah tempe goreng dan sayur
lobak. Mereka diberikan makanan nasi sepiring dan lauk sepotong tempe dan sayur
lobak satu sendok. (Observasi, 05 Oktober 2021).
Hasil wawancara penulis dengan Maulana salah seorang santri pondok
pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur beliau mengatakan:
“Terkadang saya membeli lauk di warung sebelah pesantren,
karena lauk yang disajikan di pondok tidak semuanya sesuai dengan selera saya,
jadi saya harus membeli lauk di luar”. (Wawancar, 05 Oktober 2021).
Pada sisi lain, adanya santri yang tidak sempat untuk mengambil jatah
makan pada waktunya adalah karena terburu-buru persiapan untuk berangkat ke
kelas yang memakan waktu yang lama, yang membuatnya tidak sempat untuk
mengambil makan pada waktunya, sehingga pada giliran mengambil makanan hanyalah
tinggal sisa-sisa lauk seadanya.
Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Rofi sebagai berikut:
“Waktu itu saya
buru-buru karena ingin
berangkat ke kelas lebih awal,
namun pada saat giliran saya mengambil makan di dapur, saya hanya mendapat sisa
lauk yang seadanya, namun saya masih bersyukur tetap dapat makanan, walaupun
hanya sedikit” (Wawancar, 05 Oktober 2021).
Dari hasil observasi dan wawancara penulis diatas,
jelaslah bahwa salah satu problem individual santri di asrama Pondok Pesantren
Modern Darus Salam Sungai
Mancur adalah menu makan yang tidak sesuai dengan selera mereka, namun
pada sisi lain santri diperbolehkan membeli lauk yang ada di warung sebelah
pondok pesantren.
2. Problem sosial
santri di asrama Pondok Pesantren Modern
Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas
Kabupaten Bungo Provinsi Jambi
Setiap santri yang masuk ke pondok pesantren baik santri baru maupun
santri lama, tentunya mengalami problem sosial dalam lingkungan pondok
pesantren terutama di asrama. Hal ini tentunya mereka harus membiasakan diri
dari atuaran yang diatur oleh pondok itu sendiri dari kebiasaan mereka di
rumah.
Adapun problem sosial santri di asrama pondok
pesantren Modern Darus Salam Sungai
Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi adalah
sebagai berikut :
a. Penyesuaian Diri
Dengan Norma Sosial di Asrama.
Dalam kehidupan keluarga,
sekolah, dan masyarakat
sudah memiliki ukuran dasar
mengenai konsep baik atau buruk dan benar atau salah yang terdapat dalam norma,
hukum, nilai moral, sopan santun maupun adat. Sedangkan bentuk aturan
masyarakat tertentu belum tentu dapat diterima oleh kelompok masyarakat lain.
Sehingga seseorang dalam bermasyarakat perlu menyesuaikan diri dengan aturan
yang berlaku ditempat ia berada. Adapun para santri yang ada di pondok pesantren Modern Darus Salam
Sungai Mancur juga harus
menyesuaikan dirinya dengan
norma atau
peraturan-peraturan yang ada di asrama
dan pondok. Salah
satu peraturan yang ada
di asrama adalah
harus sudah berada
di Masjid sebelum adzan berhenti.
(Observasi, 04 Oktober 2021).
Hasil wawancara penulis dengan salah seorang santri yang bernama
Arsyayanti beliau mengatakan :
“Kalau di asrama kan
ada petugas kedisiplianan sendiri. Biasanya saya kena hukuman karena telat ke
masjid. Soalnya kan antri mandinya, terus pada lama gitu mandinya. Jadinya
telat ke masjidnya. Kalau hukumannya bisa milih sendiri, mau push-up, skot jump
atau lari-lari” (Wawancara, 04 Oktober 2021).
Dari hasil wawancara dengan santri diatas dapat diketahui bahwa ia belum
bisa menyesuaikan dengan peraturan datang ke Masjid sebelum adzan. Santri
telat datang ke
Masjid dikarenakan antri
saat mandi. Karena kamar mandi yang ada digunakan untuk
bergantian, dan terdapat perilaku santri suka berlama-lama saat di kamar mandi,
membuat beberapa santri telat untuk bersih-bersih badan dan berangkat ke
Masjid. Selain itu para santri juga dibiasakan untuk bangun sebelum subuh.
Wawancara penulis dengan salah seorang santri yang bernama Nur Halimah
beliau mengatakan :
“Disini kan harus disiplin, menjaga kebersihan juga. Biasanya
saya susah bangun pagi. Banyak kegiatan di asrama terus belum belajar di pondok
sampai sore, ekstranya juga belum. Jadi badan rasanya capek. Biasanya kalau
bangun kesiangan terus nanti akhirnya disuruh bersih-bersih halaman asrama”
(Wawancara, 04 Oktober 2021).
Dari hasil wawancara dengan penulis diatas diketahui bahwa santri belum
bisa menyesuaikan dengan peraturan
bangun sebelum subuh. Dengan alasan memiliki agenda kegiatan yang padat
baik di asrama maupun pondok, sehingga membuat santri mengalami kesulitan untuk
bangun pagi dan mendapatkan hukuman bersih-bersih halaman asrama. Selain harus
bangun sebelum subuh, para santri juga harus sudah bersiap-siap ke lokal dari
sejak pagi.
Wawancara penulis dengan salah seorang santri yang bernama M. Ridwan
beliau mengatakan :
“Jam setengah
delapan harus sudah siap ke lokal. Cuman saya kadangan belum mandi, ya sama
ustadz terus disuruh cepet-cepet mandi. Kan pada antri mandinya, sambil nunggu
kan enakan tidur dulu. Eh malah kebablasan. Jadinya di asrama di catet sama
musyrif, terus waktu di lokal juga kena
hukuman suruh baca Al-Qur’an dua lembar” (Wawancara, 04 Oktober 2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa adanya santri belum
bisa menyesuaikan diri dengan melanggar peraturan jam berangkat ke lokal. Kemudian adanya santri yang menunggu
teman-temannya selesai mandi
dengan tidur. Namun hal tersebut membuat santri lalai dan ketiduran
sampai teman- temannya selesai mandi.
Akhirnya dia mendapat
hukuman di asrama berupa
peringatan dan dicatat
dalam buku pelanggaran.
Sedangkan di lokal ia mendapatkan
hukuman membaca Al-Qur‟an.
Dari hasil wawancara dengan para santri di atas, dapat diketahui bahwa
santri baru salah satunya mengalami masalah menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan
yang ada di asrama dan pondok.
b. Penyesuain Diri
Dengan Proses Belajar
Belajar merupakan salah satu kegiatan yang ada di pondok pesantren Darus
Salam Sungai Mancur. Proses belajar merupakan salah satu kegiatan yang harus
dilakukan para santri agar mendapatkan ilmu agama dan pengetahuan. Dengan
pentingnya proses belajar, seharusnya para santri dapat mengikutinya dengan
baik. Namun pada kenyataanya masih banyak santri yang
mengalami kesulitan dalam
masalah belajar. Salah
satunya yaitu para santri belum terbiasa dengan kondisi kelas dan metode
mengajar para ustadz.
Wawancara penulis dengan salah seorang santri yang bernama Solihin beliau
mengatakan :
“Saya juga pernah kesulitan belajar. Waktu itu saya kesulitan
pelajaran Nahu. Mata pelajaran nahu ini sangat sulit dimengerti karena
banyaknya qaidah yang harus dipahami. Soalnya teman-teman pada ribut, terus
ustadznya juga cepet banget jelasinnya. Jadi belum sempet tanya sudah lanjut”
(Wawancara, 08 Oktober 2021)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa adanya santri belum
terbiasa dengan situasi belajar yang ada. Denga kondisi kelas kurang kondusif
dan terdapat salah satu ustadz yang terlalu cepat dalam menyampaikan
materi. Membuat santri mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dengan
proses belajar di lokal. Selain kondisi
kelas yang kurang kondusif, perilaku tidur dikelas juga menambah permasalahan
santri dalam belajar. Hal tersebut juga diperparah dengan permasalahan tidur di
kelas. Padahal waktu di sekolah dasar, tidak pernah tidur di kelas. Selain
permasalahan di atas, juga terdapat santri yang tidak bisa menyesuaian diri
dengan belajar karena
belum menguasai salah
satu pelajaran.
Wawancara penulis dengan salah seorang santri yang bernama Fatmawati
beliau mengatakan :
“Ada beberapa pelajaran yang tidak bisa cepat dipahami,
seperti mata pelajaran Nahwu, Shorof dan Bahasa arab. Kesulitan dalam memehami
pelajaran ini hampir semua teman-teman dalam kelas tidak mengerti apa yang
disamapaikan ustazd. Namun saya tetap semangat mengikuti mata pelajaran ini”.
(Wawancara, 09 Oktober 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dengan santri diatas, diketahui bahwa
banyaknya santri yang mengalami permasalahan belajar. Permasalahannya tersebut
dikarenakan tidak bisa menguasai salah satu pelajaran. Untuk menambah
pengetahuan tentang pelajaran tersebut, ia diajari oleh beberapa kakak kelas
yang ada di asrama. Dari pemaparan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan
bahwa santri yang baru masuk
salah satunya mengalami
masalah penyesuaian diri dengan proses belajar.
3. Penyesuaian
Dengan Waktu.
Upaya penyesuaian diri seseorang santri dalam menggunakan waktu luang
yaitu menyesuaiakan antara dorongan kebebesannya serta inisiatif dan
kreatifitasnya dengan kegiatan yang bermanfaat. Salah satu permasalahan
menyesuaiakan diri dengan waktu adalah ketidak mampuan santri untuk mengatur
antara kegiatan bersifat umum dengan kegiatan yang bersifat pribadi seperti
mandi, mencuci baju dan istirahat.
Hasil observasi penulis di pondok
pesantren modern Darussalm Sungai Mancur, penulis menemukan bahwa kegiatan di
asrama dan pondok yang cukup padat, membuat santri kesulitan mengatur waktu
untuk belajar dan kegiatan pribadinya. (Observasi, 13 Oktober 2021).
Wawancara penulis
dengan salah seorang santri yang bernama Sudirman beliau mengatakan :
“Waktu awal masuk pondok pesantren, kesusahan yang saya alami
adalah bangun pagi sangat berat sekali, terkadang kepala pusing. Kemudian
sering ngantuk pas belajar pagi, susah juga jadinya ngatur waktu buat belajar,
ngerjain tugas, hafalan, nyuci, pokoknya jadi susah, banyak yang harus
dikerjain”. (Wawancara, 13 Oktober 2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, diketahui bahwa awal-awal ketika
santri masuk asrama ia mengalami masalah penyesuaian diri mengatur waktu.
Masalah yang dia hadapi yaitu mengatur antara waktu untuk belajar, hafalan, dan
mengerjakan tugas dengan kegiatan pribadi.
Salah satu dampak dari ketidak mampuan mengatur waktu, membuat santri
tersebut susah tidur dan bangun kesiangan. Pendapat mengenai permasalahan
santri baru mengalami kesulitan untuk mengatur waktunya juga di perkuat dengan
pernyataan Erwinsyah selaku pengurus arsama beliau mengatakan:
“Bahwa santri yang baru masuk belum siap jauh dari orang tua
dan mengurus keperluannya sendiri, termasuk mengatur jadwal kegiatan, juga yang menjadi problem mereka belum siap jauh
dengan orang tua. Dengan aktivitas yang cukup padat kadang-kadang mereka belum
bisa mengatur waktu dengan baik. Termasuk pengelolaan keuangan” (Wawancara, 13
Oktober 2021).
Berdasarkan hasil wawancara
diatas diketahui bahwa aktivitas dari santri cukup padat.
Sehingga membuat para santri mengalami kesulitan untuk mengatur waktu dengan
baik. Dengan kondisi secara fisik yang
masih kecil dan
kematangan emosi yang
masih labil, membuat mereka belum terbiasa dengan jadwal
yang padat. Dari temuan-temuan di atas, dapat diketahui bahwa santri baru
mengalami permasalahan menyesuaikan diri dengan mengatur waktu secara optimal.
Disamping problem sosial santri di asrama Pondok Pesantren Modern Darus Salam
Sungai Mancur diatas, juga
terdapat dua faktor yang menjadikan seorang santri mengalami masalah
penyesuaian diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri santri
tersebut peneliti rangkum dalam dua bentuk. Pertama, dikarenakan faktor internal, dan yang kedua dikarenakan
faktor eksternal. Berikut ini merupakan faktor yang mempengaruhi santri dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
1). Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri santri dikarenakan pengaruh diri santri sendiri. Faktor-faktor
tersebut meliputi kondisi jasmani, psikologis, kebutuhan, kematangan
intelektual, emosional, mental, dan motivasi.
Hasil wawancara penulis dengan
kepala MTs yaitu ustazd Amri Pardede,
S.Pd.I beliau mengatakan:
“Karakter santri di pondok pesantren modern Darus Salam ini
sangatlah beragam, ada anak itu yang pandai ngomong, dalam arti dia suka
berbicara sama orang-orang yang baru dia kenal, ada juga anak itu mungkin sudah
diajari kemandirian sama orang tuanya. Kemudian anak itu masuk sini memang
punya keinginan yang kuat buat berprestasi dan ada juga anak yang sudah bisa
mengatur emosi dan pikirannya matang”. (Wawancara, 13 Oktober 2021).
Dari hasil wawancara dengan ustadz Amri Pardede, S.Pd.I, dapat
diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi santri untuk bisa menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan asrama dan madrasah adalah kemampuan dalam berbicara, memiliki
sikap mandiri, memiliki
motivasi yang kuat,
dan memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi.
Berdasarkan hasil observasi penulis di lapangan, penulis
menemukan bahwa terdapat santri yang belum bisa
mengendalikan emosi. Hal
tersebut berdampak pada
kemampuan santri tersebut untuk berinteraksi dengan teman-temannya yang
memiliki sifat hurmor dan jahil.Sehingga dapat diketahui bahwa faktor internal
yang mempengaruhi santri untuk
bisa menyesuaikan diri
yaitu kemampuan berkomunikasi,
kemandirian, motivasi yang kuat, dan mampu mengendalikan emosi.
2). Faktor
Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri santri
dikarenkan pengaruh dari lingkungan santri. Faktor-faktor tersebut dapat berupa
lingkungan rumah, keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Berdasarkan hasil
observasi penulis di lapangan, penulis menemukan bahwa cepat dalam
memiliki teman menjadi faktor pendukung untuk bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan barunya. Selain itu, kegiatan-kegiatan yang diadakan di pondok dan
asrama juga menjadi faktor pendukung santri untuk bisa menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan barunya. Interaksi
dan kesan yang
terjadi dalam sebuah kegiatan membuat
para santri lebih
cepat mengenal lingkungan
dan menjadi betah untuk tinggal di asrama.
Wawancara
penulis dengan ustaz Amri Pardede, S.Pd.I selaku kepala MTs beliau mengatakan :
“Kegiatan yang ada di pondok dan teman, serta peran dari
orang tua juga menjadi faktor yang menentukan agar santri bisa menyesuaikan
dengan lingkungannya. Peran dari dukungan orang tua menjadi penyemangat bagi
para santri untuk lebih fokus belajar dan berprestasi. (Wawancara, 13 Oktober
2021).
Dari hasil wawncara diatas, dapatlah diketahui
bahwa faktor ekternal yang mempengaruhi santri untuk bisa menyesuaikan diri
adalah teman, kegiatan di asrama dan pondok, serta dukungan dari orang tua.
3. Peran mudabir dan mudabbirah membimbing
problem santri individual dan sosial di sarama pondok pesantren modern Darus
Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi
Jambi
Pondok pesantren Darus Salam Sungai Mancur merupakan salah satu pondok
yang sangat mengutamakan kedisiplinan para santri terutama dalam kegiatan
belajar. Kegiatan belajar santri dapat dibilang sudah berjalan sangat baik, dimana para santri secara
aktif melakukan kegiatan
belajar, sebagaimana yang
telah diungkapan oleh Bapak Dr. Ahmad Basri, M. Si selaku pimpinan
pondok pesantren modern Darus Salam Sungai Mancur beliau mengatakan :
“Alhamdulillah
santri belajarnya sudah
tertib, banyak santri yang datang
ke kelas buat belajar. Tidak tertibnya menurut saya saat santri ada yang tidur
atau ngobrol jadi gak memperhatikan penjelasan. Tapi kalo ada santri yang
ketauan tidur sama kita pengurus bagian pengajaran atau sama pengurus
siapapun pasti kita
bangunin. Sebagian santri ikut
belajarnya masih terpaksa bukan dari kesadaran diri sendiri karena takut dengan
peraturan. Jadi dalam diri santri
tersebut belum timbul akan pentingnya ilmu. Jadi dalam proses
pembelajarannya tidak bisa berjalan dengan efektif. Tapi pada dasarnya semua
santri sudah aktif dalam belajar”.(Wawancara, 10 Oktober 2021)
Di dalam pondok pesantren Darus Salam ini semua santri diwajibkan untuk
mengikuti setiap kegiatan belajar yang dilaksanakan di pondok pesantren Darus
Salam seperti pengajian salafiyah yang dilaksanakan setiap hari, muhadatsah
dilaksanakan pada hari selasa dan kamis, muhadoroh setiap hari kamis dan
minggu, serta belajar
dikelas dibawah pengawasan
guru yang dilakukan setiap
malam. Hal tersebut sesuai
dengan ungkapan salah satu pengurus
asrama yaitu Imawadah menyatakan:
“Peran yang dilakukan pengurus asrama dalam rangka
mendisiplinkan santri dalam kegiatan proses belajar seperti memberikan adanya
hukuman bagi santri. Hukuman yang
dimaksud bukanlah hukuman
yang fisik melainkan hukuman
yang bersifat teguran seperti memberikan nasehat, denda,
ta’zir dan adapula hukuman
yang bersifat mendidik seperti
hafalan surat pendek. Tingkat keberhasilan dari upaya-upaya tersebut dirasa
sudah berjalan dengan efektif, karena dilihat
dari lapangan itu santri
lebih jera kalau
mendapat hukuman. Pengurus asrama juga selalu mengadakan evaluasi rutin
untuk meningkatkan kinerja para pengurus dalam mendisiplinkan santri di Pondok
Pesantren Darus Salam Sungai Mancur” (Wawancara, 11 Oktober 2021).
Adapun Peran mudabir dan mudabbirah membimbing problem
santri individual dan sosial di sarama pondok pesantren modern Darus Salam
Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi
adalah sebagia berikut :
a. Pendekatan dan
nasehat
Setiap lembaga pendidikan
khususnya pondok pesantren
mengharapkan lulusan yang bertingkah laku atau berkepribadian baik yang juga
mempunyai rasa disiplin yang tinggi, karena hal ini yang
menjadi sorotan para masyarakat terhadap
kualitas sekaligus menjadikan pertimbangan khususnya bagi para orang tua
untuk menitipkan anaknya di pondok pesantren.
Untuk mewujudkan anak didik yang disiplin tinggi dan berkepribadian baik
maka dibentuklah organisasi pengurus santri dari tingkatan ketua, dan pengurus
bidang-bidang pondok. Pengurus ini nantinya yang akan membantu tugs pengasuh
santri dimana pengurus selalu mengetabu tingkah laku sehari-hari santri dan harapannya
mampu mengarahkan para santri untuk mempunyai rasa disiplin yang tinggi dan
berkepribadian baik. Di antara peran pengurus pondok pesantren Darus Salam
dalam meningkatkan kedisiplinan santri dalam bertingkah laku yaitu dengan
melalui berbagai upaya di antaranya adalah:
Berbagai macam karakter para santri
yang berbeda-beda memerlukan cara khusus untuk membina tingkah laku
mereka. Upaya yang sering kali dilakukan pengurus adalah dengan pendekatan
yaitu dengan menjadi seorang teman bagi para
santri. Seperti yang
telah diungkapkan oleh
M. Yamin:
“Pertama pengurus harus mulai beradaptasi dengan santri
terlebih dahulu dengan mendekati mereka karena
mereka masih asing
dengan kita dan biasanya enggan santri yang mendekati
pengurus maka partisipan pengurus yang pertama adalah mendekatanya dengan
cara menjadi teman
yang baik bagi mereka
dengan itu nanti
mereka bisa” (Wawancara, 13
Oktober 2021).
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa salah satu cara dalam
membina tingkah laku santri yang baik adalah seorang pengurus harus mendekati
dan menjadi teman bagi santri. Jadi ketika para pengurus sudah mulai akrab
dengan mereka maka pengurus akan mudah untuk menasehat dan mengajarkan
bertingkah laku yang baik sesuai dengan
etika pondok. Kemudian cara penananam tingkah laku yang dilakukan adalah dengan
memulainya terhadap diri pengurus sendiri dahulu kemudian dicontohkan terhadap
santri.
b. Suri Tauladan
Suri tauladan merupakan proses pembentukan kepribadian santri yang
dilakukan oleh pengurus santri yaitu dengan dengan memberikan contoh-contoh
yang baik dan menerapkanya di kehidupan santri karena santri akan mengamati dan
meniru setiap tingkah laku pengurus yang sebagai diketahuinya sebagai orang tua
kedua bagi santr setelah di pondok.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Indah Putri mengatakan :
“Biasanya dari pengurus tidak langsung mengajar santri dengan
kata-kata karena mereka cenderung meremehkan, kami biasanya memilih memberikan
contoh secara langsung secara langsung dan menerapkannya di
lingkungan pondok karena dengan begitu mereka akan mengamati
dan lama- kelamaan akan meniru apa yang dilakukan para pengurus”. (Wawancara,
13 Oktober 2021).
Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa di
pondok pesantren cara para
pengurus membina kepribadian
santri juga dengan menggunakan suri tauladan yaitu mencontohkan perilaku
yang baik dan menerapkannya pada santri di pondok pesantren agar mereka bisa
mengamati secara langsung bagaimana sikap yang baik yang harus dilakukan oleh
santri.
c. Membimbing dan mengarahkan pada hal yang baik
Pengarahan pada santri
juga harus dilakukan
agar mereka tetap pada jalanya yaitu jalan yang baik dan benar sesuai
yang telah membudidaya di lingkungan pesantren. Hal ini seperti yang dipaparkan
oleh Zahrotul Khusna beliau mengatakan:
“Mengarahkan pada santri itu juga perlu Karena kalau mereka
tidak diarahkan pada hal yang baik mereka akan seenaknya sendiri dan tidak
patuh pada pengurus, karenanya selainkan diarahkan kita juga membimbing dan
mendampingi setiap perilaku santri dalam
sehari-harinya. Jadi kita
selau mengajak santri untuk selalu berbuat biak kepaad sesamanya” (Wawancara,
13 Oktober 2021).
Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa mendidik santri
dengan cara pengarahan dan pembimbingan dalam kehidupan sehari-harinya mereka
akan terbiasa dan ada yang mengingatkan ketika mereka berada pada jalur yang
salah. Hal yang dilakukan pengurus dalam mendidik santri yaitu pengurus
mengajak para santri untuk selalu berbuat baik kepada semua orang.
d. Memberikan
Hukuman
Dengan berbagai karakter santri
yang berbeda-beda tentunya ada yang santri yang mudah menerima arahan
pengurus untuk berkepribadian baik hanya
dengan pendekatan dan nasehat. Tetapi ada pula santri yang memang
masih melanggar aturan.
Karenanya, hukuman merupakan alternatif terakhir
jika santri masih
melanggar. Hukuman yang dimaksud
disini bukan hukuman fisik melainkan yang bersifat mendidi seperti hafalan
surat pendek. Seperti yang diungkapkan oleh Erwinsyah beliau mengatakan:
“Disini bagi santri yang berbicara tidak sesuai etika kalo
udah dikasih nasehat tapi tetap diulang maka ya hukumannnya itu berupa ta’zir
dan hafalan sura pendek” (Wawancara, 13 Oktober 2021).
Jadi dapat simpulkan bahwa hukuman merupakan salah satu upaya yang
dilakukan pengurus pondok dalam rangka menananmkan kepribadian yang baik bagi
santri. Hukuman yang dimaksud bukan hukuman fisik melainkan hukuman yang
mendidik.
Hukuman terhadap kedisiplinan santri bervariasi di antara para santri,
factor kelas turut serta dalam
mempengaruhi efektifitas hukuman,
santri yang yang melakukan pelanggaran-pelanggaran berat
seperti berkelahi, kabur dan merokok akan lebih berat menerima hukuman.
Disiplin bagi seorang santri pada umunya kembali kepada dirinya masing-masing
lagi, karena banyaknya potensi untuk malakukan pelanggaran jadi mereka harus
mempunyai hati kecil yang baik untuk bisa menaati disiplin.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan pembahasan pada bab terdahulud
tentang Kehidupan Berasrama Santri Pondok Pesantren Modern Darus Salam
Sungai Mancur Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, sehingga dapatlah penulis
mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Problem individual santri di asrama Pondok
Pesantren Modern Darus Salam Sungai
Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi
terdapat tiga probelem pertama probelem dalam penyesuaian diri santri,
dimana pada awal santri masuk ke pondok pesantren modern Darus Salam Sungai
Mancur tentunya mereka merasa asing apalagi setelah mereka masuk ke asrama,
mereka banyak mengalami masalah penyesuaian diri, baik dengan teman-teman
seasrama maupun di lingkungan pesantren. Kedua seringnya kehilangan
barang-barang di asrama seperti; sandal, pakaian, peci, baju dan sarung dan ada
pula kehilangan uang dan lain sebagainya. Ketiga menu makanan,
dimana menu makan yang disajikan oleh pondok pesantren adalah ala kadarnya
seperti tempe, tahu, kacang, dan sayur lobak.
2. Problem sosial santri di asrama Pondok
Pesantren Modern Darus Salam Sungai
Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi
diantaranya adalah ; a). Penyesuaian Diri Dengan Norma Sosial di Asrama b).
Penyesuain Diri Dengan Proses Belajar, c). Penyesuaian Dengan Waktu.
3. Peran mudabir dan mudabbirah membimbing
problem santri individual dan sosial di sarama pondok pesantren modern Darus
Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi
Jambi diantaranya adalah ; a). Pendekatan dan nasehat, b). Suri Tauladan,
c). Membimbing dan mengarahkan pada hal
yang baik, d). Memberikan Hukuman.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka
penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Kepada Bapak Kepala
Pondok Pesantren Modern Darus Salam Sungai
Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo Provinsi Jambi
kiranya lebih memperhatikan permasalahan yang terjadi di lingkungan pesantren
agar santri dapat betah belajar di pondok sehingga tidak ada lagi yang ingin
pindah dari pondok pesantren.
2. Kepada pengurus mudabbir
dan mudabbirah Pondok Pesantren Modern
Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas
Kabupaten Bungo Provinsi Jambi agar terus berusaha memberikan yang terbaik
untuk santri dan terus berusaha untuk membina santri dalam kehidupan berasrama.
3. Kepada santriwan
dan santriwati Pondok Pesantren Modern
Darus Salam Sungai Mancur Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas
Kabupaten Bungo Provinsi Jambi agar
menngikuti disiplin yang telah diterapkan oleh pondok pesantren dengan
berakhlakul karimah akan menjadi insan yang berguna bagi nusa dan bangsa serta
dihormati oleh orang lain lain.
C. Kata Penutup
Alhamdulilah penulis telah dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, meskipun masih terdapat kekurangan,
penulis berharap kritikan dan masukan
dari para pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini dan akhirnya penuis mengucapkan
terima kasih yang sebeesar-besarnya atas
kritik dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta : Depag RI, 2010)
......., Mushaf Al-Quran
Terjemahan Departemen Agama RI, (Depok, Al-Huda, 2002).
......., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2011)
Abdul Choliq, Manajemen Madrasah dan Pembinaan
Santri, (Yogyakarta: STAI-NU, 2011)
Abdul Choliq, Manajemen
pesantren Madrasah dan Pembinaan Santri, (Yogyakarta: Stainu Press, 2011)
Achmadi, Ideologi
Pendidikan Islam Paradigma Humanime Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005)
Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling
Islam. (Jakarta: Amah, 2010)
Eka, Prihatin, Manajemen
Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011)
Hasan Langgulung, Manusia dan pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Al Husna, 1989)
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012)
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian
Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006)
M. Dawam Rahardjo., Pergulatan
Dunia Pesantren: Membangun Dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985)
Marzuki (2011), “Pembentukan Kultur Akhlak
Mulia di Kalangan Mahasiswa UNY Melalui Pembelajaran PAI. http://skripsi-marzuki.com. Diakses pada hari selasa, 23 Maret 2021 pukul
21:19 WIB
Muljono, Damopolii, Pesantren
Modern IMMIM Mencetak Muslim Modern, (Jakarta : Rajawali Pers,2011)
Ngainun Naim, Character
Building Optimalisasi Peran
Pendidikan dalam Perkembangan
Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)
Oteng Sutisna, Administrasi
Pendidikan (Dasar teoritis Untuk Praktek Profesional), (Bandung: Angkasa,
1993)
Prayitno dan Eman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter
dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif, (Jakarta: Esensi, 2012)
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian
Kualitatif : Konsep dan Aplikasi dalam Ilmu Sosial, Keagamaan dan
Pendidikan, (Bandung: Citapustaka Media, 2016)
Selly Sylviyanah,
“Pembinaan Akhlak Mulia pada Sekolah Dasar (Studi Deskriptif pada
Sekolah Dasar Islam Terpadu Nir al-Rahman) http://Sellysylviyanah-uinsyahid.com. Diakses pada hari selasa, 23 Maret 2021 pukul
21:15 WIB
Solichin, Mohammad Muchlis. "Manajemen Pembelajaran Pendidikan Islam Moderat Di
Perguruan Tinggi Islam
(Studi Atas Institute
Agama Islam Negeri
Madura, 2015)." re-JIEM:
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2017)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Penelitian. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006)
Suwardi, Model Pendidikan Tanggung Jawab dan
Kejujuran, (Jurnal Al-Falah, Vol IX, no.5, 2009)
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Rieneka Cipta, 2006)
0 $type={blogger}:
Posting Komentar