Kamis, 25 Juli 2024

 


BAB I

PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang Masalah

Dalam proses pembelajaran banyak ditemukan problem di dalamnya, baik itu dari guru, siswa, maupun dari materi pembelajarannya.  Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen, yaitu guru, siswa, danmateri pelajaran atau sumber belajar. Interkasi antara tiga komponen utama ini melibatkan sarana dan prasarana seperti metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta suatu proses pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan. (Heri Gunawan, 2014, hal. 116)

Pendidikan akhlak diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah. (Beni Ahmad Saebani, 2010, hal. 16) Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak ialah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan. (Rosihon Anwar, 2008, hal.206)

Dalam kehidupan sehari-hari akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam bertingkah laku. Dengan akhlak yang baik seseorang tidak akan terpengaruh pada hal-hal yang negatif. Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan (Alim, 2011, hal. 149)

1

Problem-problem akhlak adalah permasalahan yang sedang dihadapi dikalangan remaja, sekolah, dan lingkungan masyarakat yang mana pengaruh berakhlak itu sering datang pengaruh dari dalam maupun pengaruh dari luar sehingga siswa sering terjerumus kedalam pergaulan yang tidak diinginkan sehingga akhlaknya rusak dan tidak memiliki akhlak yang islami. Problem-problem akhlak itu disebabkan oleh pergulan, pengaruh lingkungan, kurangnya perhatian orang tua dan lain sebagainya. Karena perhatian orang tua sangat berperan yaitu untuk menjadikan anak yang baik dan bermoral, salaras dengan tujuan pendidikan islam, serta sekolah merupakan salah satu tempat membina, mempersiapkan siswa dan tempat siswa bergaul dengan teman sebaya serta tempat berkumpul para guru. Pembinaan merupakan suatu proses perbuatan, cara, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdayaguna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan dan pengajaran merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia, untuk itu eksistensi pendidikan sangat diperlukan karena pendidikan akan bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak. Oleh karena itu sangat penting sekali jika pembelajaran akhlak itu dilakuan di sekolah, disamping dalam kehidupan keluarga, karena dalam pembelajaran aqidah akhlak banyak memuat materi-materi yang mengarahkan siswa untuk selalu bersikap terpuji serta menjauhi perbuatan yang tercela. Namun, banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk meningkatkan mutu dalam proses pembelajaran seperti penyampaian materi dari sumber belajar yang diberikan oleh guru dan diterima oleh peserta didik.

Proses penerimaan tersebut diharapkan peserta didik mampu menangkap materi yang diberikan oleh guru serta mampu memahaminya. Akan tetapi masalah akan timbul apabila peserta didik kurang memahaminya. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya yaitu kurang meresponnya peserta didik terhadap materi yang disampaikan oleh guru, guru yang tidak mampu memahami peserta didik atau pelajaran yang sulit dipahami oleh peserta didik. Maka dari itu, hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, perlu adanya upaya yang dilakukan baik guru maupun pihak sekolah untuk mengatasinya.

Pembinaan akhlak menjadi sangat penting mengingat perkembangan zaman, oleh karena itu penanaman nilai-nilai keislaman harus dilakukan sejak dini. Untuk membina akhlak yang baik dan berbudi pekerti yang luhur, menurut Prof. Dr. H Abudin Nata M.A ada beberapa cara dalam memberikan pengetahuan agama dalam pembinaan akhlak anak yaitu, melalui pembiasaan, melalui paksaan dan melalui keteladanan. (Abudin Nata, 2014,hlm. 141). Peserta didik disekolah akan memiliki akhlak yang baik apabila guru mampu memberikan contoh yang baik, sebab guru adalah orang yang mampu mempengaruhi kepribadian anak didik. Anak penerus bangsa harus mendapatkan perhatian khusus dari orang tua, masyarakat maupun sekolah. Salah satu cara untuk membentuk aqidah dan akhlak anak supaya menjadi lebih baik yaitu melalui pembelajaran aqidah akhlak di sekolah.

Eksistensi guru sangat menentukan dalam membina akhlak peserta didik, karena disamping guru berperan sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pengarah yang mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi terhadap diri peserta didik disekolah. Dengan demikian para guru hendaknya memahami prinsip-prinsip bimbingan dan menerapkan dalam proses belajar mengajar dan seorang guru hendaknya selalu memberikan atau mengarahkan anak didiknya kepada hal-hal yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Pembinaan akhlak pada dasarnya menuntut seseorang agar memberi petunjuk agar peserta didik dapat berbuat baik dan meninggalkan yang buruk maka sangat penting diadakannya pembinaan akhlak. Dalam sebuah pendidikan, guru merupakan komponen terpenting yang harus ada dalam proses pembelajaran. Karena guru sangat berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial disegala bidang. (Mohammad Surya, 2006 : 44).

Bagi guru Pendidikan Agama Islam telah ada standart kepribadian yakni Rasulullah SAW. Dan Allah SWT mengajarkan kepada kita untuk meneladani pribadi beliau. Sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 21, yaitu:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا  (سورة الأحزاب : 21)

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia hanya menyebut Allah. (Q.S Al-Ahzab: 21).

Ayat diatas menjelaskan bahwa seorang guru hendaknya menjadi contoh telandan bagi anak didiknya. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugasnya guru diharapkan mampu bekerja secara profesional sehingga menghasilkan tamatan yang lebih bermutu dan mempunyai akhlak yang berbudi luhur, dan salah satu faktor terpentingnya adalah peningkatan kompetensi kepribadian guru dan harus diimbangi dengan kompetensi yang lainnya yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Dalam hal tersebut memberikan suatu gambaran bahwa seorang guru professional tidak hanya menguasai salah satu kompetensi saja tetapi alangkah baiknya untuk menguasai keempat kompetensi tersebut. Tetapi kenyataannya dalam dunia pendidikan hal tersebut sangat jarang dijumpai keempat kompetensi tersebut ada dalam diri seorang guru. (Muhabbin Syah, 2004 :41).

Guru merupakan sosok yang menjadi tauladan dalam segala hal, sehingga apa yang dilakukan guru merupakan contoh bagi para siswa. Begitu pentingnya kepribadian guru, bahkan disebut juga bahwa faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya.

Pengajaran di sekolah dengan sistem pendidikan saat ini lebih menekankan pada pemikiran kritis yang hanya mengarah pada perkembangan kecerdasan intelektual melalui pengetahuan, kemampuan analisis, dan kemampuan sintesis, tetapi kurang memberikan perhatian pada kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang sangat dibutuhkan anak dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. (Imas Kurniasih, 2010: 9).

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti, diperoleh gambaran tentang pembelajaran pendidikan agama islam dalam membina akhlak peserta didik di sekolah mengengah pertama negeri SMPN 16 Kerinci menemukan bahwa guru pendidikan agama islam telah melakukan berbagai pembelajaran dalam mebina akhlak siswa, diantaranya adalah memberikan contoh perbuatan yang baik terhadap peserta didik, menanamkan nilai-nilai agama, membiasakan bersikap yang baik, menegur siswa yang melakukan kesalahan, dan mengadakan kegiatan keagamaan.

Namun kenyataanya masih terdapat siswa yang berprilaku kurang baik di sekolah mengengah pertama negeri 16 Kerinci. Guru telah melakukan berbagai kegiatan pembelajaran dalam pembinaan siswa, adapun kegiatan pembelajaran tersebut yaitu pembelajaran mengenai akhlak terpuji terhadap Allah SWT meliputi melaksanakan shalat zuhur berjamaah, mengadakan berbagai kegiatan keagamaan, membiasakan membaca doa sebelum pelajaran dimulai dan kegiatan akhlak terpuji terhadap sesama manusia meliputi membiasakan salam terhadap guru, memberikan teguran terhadap siswa yang bersalah, dan memberikan contoh serta teladan yang baik dari segi ucapan, pakaian maupun perbuatan terhadap siswa. Namun, meskipun telah dilakukan berbagai pembinaan dalam pelajaran pendidikan agama islam, masih ada saja siswa yang melakukan akhlak tercela seperti ribut didalam kelas, tidak menghargai guru, berbicara dengan nada yang tinggi terhadap guru, mengganggu teman, berkelahi, saling mengejek satu sama lain, membolos sekolah, dan melanggar tata tertib sekolah. (Observasi, 23 Maret 2021).

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 16 Kerinci Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi”

 

    B. Fokus penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan menjadi terlalu luas, maka penulis perlu membatasinya. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Selanjutnya penulis membatasi penelitian di pada kelas VIII. A sebanyak 27 siswa.

 

    C.   Rumusan Masalah

1.    Bagaimana pelaksanaan pembinaan akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci?

2.     Apa saja kendala yang dihadapi guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci?

3.    Bagaimana upaya yang dilakukan guru PAI untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci?

 

     D.  Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.      Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:

a.         Ingin mengetahui pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

b.         Ingin mengetahui kendala yang dihadapi guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

c.         Ingin mengetahui upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

 

2.        Manfaat Penelitian

  Dengan melaksanakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a.         Sebagai masukan bagi para praktisi atau tenaga kependidikan dalam menyelenggarakan pengolahan sekolah/madrasah khususnya bagi: Guru pendidikan agama islam dapat menjadikan pembelajaran pendidikan agama islam untuk membentuk akhlakul karimah.

b.        Bagi siswa, dapat memberikan dorongan atau motivasi dalam belajar, bertanggung jawab pada setiap tugas-tugasnya serta dapat memberikan bekal untuk dapat bekerja sama dengan orang lain dalam konteks akhlak yang mulia.

c.         Bagi peneliti, mendapatkan pengetahuan, memperkaya wawasan berikut praktiknya dilapangan yang berguna bagi pilihan profesi peneliti di masa yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

    A.  Landasan Teori

1.    Pengertian Upaya

Upaya menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah usaha (syarat) untuk menyampaikan suatu maksud, akal, ikhtiar, (suatu daya upaya), supaya-upayanya (sedapay-dapatnya), berusaha (berikhtiar), mengupayakan atau mengikhtiarkansupaya dapat melakukan sesuauuntuk mencari akal (jalan dan sebagainya). (Anonim KBBI, 2006, hal. 1345).

Pengertian upaya guru adalah usaha yang harus dilakukan oleh guru agar siswa itu menjadi pribadi yang disiplin. Sebelum mengetahui tentang upaya guru dalam menumbuhkan kedisiplinan siswa, guru harus mengetahui pribadi siswa, dimana siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasila proses pendidikan. Boleh dikataka hampir semua kegiatan disekolah pada akhirnya ditunjukkan untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya. (Muhaimin, 2005, hal.50).

      Poerwadarminta mengatakan bahwa upaya dalah usaha untuk menyampaikan maksud, akal dan ikhtiar. Peter Salim dan Yeni Salim mengatakan upaya adalah bagian yang dimainkan oleh guru atau bagian dari tugas utama yang harus dilakukan. (Peter Salim dan Yeni Salim, 2005: 1187).

   Upaya adalah statu hal dari pengajaran yang memungkinkan seseorang  untuk berbuat baik secara kebiasaan atau langsung. Adapun menurut pendapat Robinson mengatakan bahwa upaya adalah kemampuan seseorang untuk berbuat semua kegiatan dan pada intinya kemampuan tersebut akan mencakupi dari faktor yaitu kemampuan berpikir dan kemapuan berbuat. (Martinis Yamin, 2010: 2)

8

   Berdasarkan pengertian di atas dapat diperjelas bahwa upaya adalah bagian dari usaha dan peranan yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian ini ditekankan pada bagaimana usaha guru dalam mencapai tujuan  pada saat proses pembelajaran.

 

2.    Pengertian Guru

          Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. “Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushola, di rumah, dan sebagainya”. (Syaiful Bahrin Djamarah, 2005 : hlm 31).

          Guru adalah tenaga profesional yang bertanggung jawab untuk mendidik dan mengajarkan anak didik dengan pengelaman yang dimiliknya baik dalam bentuk formal dan nonformal. “Guru adalah orang yang peling penting statusnya di dalam kegiatan belajar mengajar karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu mengatur dan mengemudikan kelas”. (Suharsimi Arikunto, 2009 : hlm 293).

          Guru merupakan pendidik dan pengajar bagi anak sewaktu berada di lingkungan sekolah, sosok guru diibaratkan seperti orang tua kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru da sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengemagkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal. Guru merupakan sosok yang rela mencurahkan sebagian waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara penghargaan dari sisi material, misalnya, sangat jauh dari harapan. Gaji seorang guru rasanya terlalu jauh untuk mencapai kesejahteraan hidup layak sebagai profesi yang menjadi salah satu alas an mengapa guru di sebut sebagai pahlawan tampa tanda jasa. (Ngainun Naim, 2009 : 1)

          Guru merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem kependidikan, karena gurulah yang akan mengantarkan anak didik pada tujuaan yang telah di tentukan, (Khoirun Rosyadi, 2004 : 172) menurut dzakiyah dradjat  dan kawan-kawan dalam bukunya ilmu pendidikan islam menguraikan bahwa guru adalah pendidik profesinal, karenanya secara inflisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru.Hal itu pun menunjukan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarag guru/sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat guru. (Zakiyah Daradjat Dkk, 2000 : 39)

          Sedangkan dalam Undang-Undang RI NO. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menegaskan bahwa           Guru adalah “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, da pendidikan menengah. (UU RI No.14 th 2005 : 3)

          Kemudian menurut Al-Ghazali dalam ihya’ ulumuddin, sebagai mana di kutip Khoiron Rosyadi mengatakan bahwa guru adalah seseorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu, dialah yang bekerja di bidang pendidkan. Sesungguhnya ia telah memiliki pekerjaan yang terhormat dan yang sanga penting, maka hendaknya ia memelihara adab sopan santun dalam tugasnya ini. (Khoiron Rosyadi, 2004 : 178)

Jadi,guru adalah orang yang memberikan informasi atau ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan rasa tanggung jawab, baik itu pendidikan formal maupun non formal.

 

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam

        Pendidikan Islam ditinjau dari segi kelembagaan mengandung makna bahwa kelembagaan pendidikan Islam adalah kelembagaan yang menekankan untuk dapat merealisasi seluruh aspek-aspek pendidikan Islam yang telah disebutkan terdahulu, baik pada pendidikan formalnya maupun pendidikan nonformal dan informalnya. (Haidar Putra Daulay, 2009: 9-10).

Pendidikan Islam yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam harus bisa menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut. (M.Arifin, 2011: 9). Proses pendidikan dalam keluarga juga tidak selamanya berjalan lancar tanpa hambatan. Pada saat tertentu orang tua atau lingkungan di luar keluarga mempengaruhi proses pendidikan yang ada. Kapasitasnya  juga tidak menentu. Ada yang ringan, berat dan ada juga yang fatal permasalahan tersebut. Untuk itu orang tua dan penanggung jawab pendidikan yang lainnya harus bijaksana dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah tersebut.

Dari aspek visi, misi dan tujuan, pendidikan Agama Islam sejatinya tidak terpisahkan dari tugas kekhalifahan manusia yakni, membangun kehidupan dunia yang makmur, dernokratis, adil, dinamis, harmonis, lestari, taat hukum, yang didasarkan pada nilai-nilai ilahiyah. (Ansori LAL, 2012: 24-29). Maka misi dan visi pendidikan Islam menunjang transformasi menuju masyarakat yang memiiiki identitas berdasarkan nilai-nilai Islam dan budaya Indonesia dan dapat menghasilkan individu yang religius, memiliki pengetahuan keterampilan, teknologi, integritas pribadi yang mereka, demokratis, toleransi kemanusiaan demi yang tinggi, taat hukum, hak asasi manusia serta memiliki orientasi global dan berpikir lokal dalam kehidupan masyarakat.

           Pendidikan Islam secara subtansial tujuan pendidikan agama islam adalah mengasuh, membimbing, mendorong, mengusahakan, menumbuh kembangkan manusia takwa.

            Pendidikan Islam bersumber  pada pendidikan yang diberikan Allah SWT sebagai pendidik, seluruh ciptaannya termasuk manusia.Pendidikan Islam mengandung arti memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa, mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan dan melaksanakan pendidikan secara bertahap. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islamdari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman. (Ramayulis, 2012: 21).

Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita ajaran Islam, karena nilai-nilai ajaran Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannyat sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri untuk menghasilkan anak yang cerdas, bermental baik, sehat jasmani dan rohani yaitu insan yang sempurna setelah orang mengalami pendidikan.

              Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. (Zakiah Darajat, 2014: 86-88). Pendidikan, bagi sebagian orang dipahami sebagai pengajaran, karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Apabila pengertian pendidikan dalam hal ini dijadikan acuan, maka setiap orang yang berkewajiban mendidik tentu harus melakukan perbuatan mengajar, sedangkan diketahui bahwa mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal, sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, agar mereka menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut, atau siswa tersebut memiliki ilmu pengetahuan.

             Tujuan pendidikan Islam dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah proses pendidikan berakhir. Tujuan ini diklasifikan kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Banyak sekali konsep dan teori tujuan pendidikan islam yang telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan, baik pada zaman klazik, pertengahan maupun dewasa ini. Namun dapat difahami, bahwa beragamnya konsep dan teori tujuan pendidikan agama islam tersebut merupakan bukti adanya usaha dari para intelektual muslim dan masyarakat muslim umumnya untuk menciptakan suatu system pendidikan yang baik bagi masyarakatnya.

             Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita ajaran Islam, karena nilai-nilai ajaran Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya (peserta didik). Tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau kelompok orang yang melaksanakan suatu kegiatan. Karena itu, tujuan ilmu pendidikan Islam yaitu sasaran, yang akan dicapai oleh seseorang atau kelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam, fungsi tujuan itu ada 4 macam, yaitu: mengakhiri usaha, mengarahkan usaha, merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama dan memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu. (Djamaluddin dan Abdullah Aly, 2006: 14).

          Pendidikan Islam mengisyaratkan tiga macam dimensi dalam upaya mengembangkan kehidupan manusia, yaitu sebagai berikut:

a.       Dimensi kehidupan duniawi yang mendorong manusia sebagai hamba Allah untuk mengembangkan dirinya dalam ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai Islam yang mendasari kehidupan.

b.      Dimensi kehidupan ukhrawi yang mendorong manusia untuk mengembangkan dirinya dalam pola hubungan yang serasi dan seimbang dengan Tuhan. Dimensi inilah yang melahirkan berbagai usaha agar seluruh aktivitas manusia senantiasa sesuai dengan nilainilai Islam.

c.       Dimensi hubungan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi yang mendorong manusia untuk berusaha menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang utuh dan paripurna dalam bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta menjadi pendukung dan pelaksana ajaran Islam. (Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiat, 2012: 22-23).

            Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Tujuan pendidikan secara formal diartikan sebagai rumusan kualifikasi, pengetahuan, kemampuan dan sikap yang harus dimiliki oleh anak didik setelah selesai suatu pelajaran di sekolah, karena tujuan berfungsi mengarahkan, mengontrol dan memudahkan evaluasi suatu aktivitas sebab tujuan pendidikan itu adalah identik dengan tujuan hidup manusia.

        Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita ajaran Islam, karena nilai-nilai ajaran Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya (peserta didik). (Muzayyin Arifin, 2009 :10). Pendidikan merupakan aktivitas atau kegiatan yang selalu menyertai kehidupan manusia, mulai dari bangsa yang sederhana peradabannya sampai kepada bangsa yang tinggi peradabannya. Persoalan itu sendiri muncul bersamaan dengan keberadaan manusia di dalam lingkungannya, hal ini di karenakan manusia merupakan makhluk yang selalu harus mendapat bimbingan dan bantuan dalam hidupnya. Lebih jauh dari itu, manusia harus pula dapat mendidik baik dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat pada umumnya yang ada di lingkungan sekitarnya.

             Pendidikan Agama Islam, yaitu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju terbentukrya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain, seringkali beliau menvatakan kepribadian utama dengan istilah kepribadian musiim, laitu kepribadian yang rnemiliki nilai-nilai agama lslam- memlih, dan mernutuskan serla berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. (Djamaluddin dan Abdullah Aly, 2012: 9).

             Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah lantaran mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa ke masa mengalami kemajuan yang sangat pesat, demikian juga piranti pendidikan yang canggih, oleh sebab itu perubahan yang terjadi di tengah masyarakat adalah diakibatkan oleh majunya dunia pendidikan. Pendidikan tidak hanya merambah dunia nyata akan tetapi sudah merambah dunia maya, yang menurut pemikiran lama masih dalam bentuk hayalan dan angan-angan, sekarang sudah dalam bentuk kenyataan. Perkembangan dan perubahan pendidikan yang maju menuntut kita untuk mempersiapkannya dengan matang pula, tenaga pengajar dituntut untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan dan keahlian agar guru dan dosen tidak tergilasnya oleh majunya pendidikan dalam situasi bagaimauapun sang guru dan dosen tetap menjadi kemudi untuk mencapai masyarakat madani.

            Tujuan pendidikan ini adalah membina insan paripurna yang taarrub  kepada Allah, bahagia di dunia dan akhirat. Tidak dapat dilupakan pula orang yang rajin mengikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu yang dipelajarinya dan kelezatan ini pula dapat mengantarkannya pada pembentukan insan paripurna sebagaimana dijelaskan di atas. (Djamaluddin dan Abdullah Aly, 2012: 15).

              Pendidikan Agama itu lebih banyak ditujukan pada perbaikan sikap mental yang akan bewujud dalam damai perbuatan, baik dalam segi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Pada segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoretis saja. Ajaran Islam tidak membedakan antara iman dan amal soleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam sekaligus merupakan pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi di masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perseorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidrkan masy'arakat. Semula orangyang berlugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul, rutmun selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.     

           Agama mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia Pancasila sebab agama merupakan motivasi hidup dan diri yang amat penting. OIeh karena itu agama perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia lndonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh.

         Agama mengatur hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan, dan keserasian dalam hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam mencapai kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan rohaniyah. (Zakiah Darajat, 2014: 86).

        Oleh karena agama sebagai dasar tata nilai merupakan penentu dalam perkembangan dan pembinaan rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, maka pemahaman dan pengalamannya dengan tepat dan benar dipertukan untuk menciptakan kesatuan bangsa. Bahan pendidikan agama bagi masing-masing pemeluknya berasal dari sumber-sumber agamanya masing-masing. Pelaksanaan pendidikan agama dilakukan oleh pengajar yang meyakini, mengamalkan, dan menguasai bahan agama tersebut. Dan salah satu tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (Zakiah Darajat, 2014: hlm. 86-87). Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan agama perlu diberikan pada semua jenjang dan jenis sekolah dan dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah tingkat dasar sampai dengan tingkat tinggi.

4. Membina Akhlak Siswa

a.       Pengertian Membina akhlak

          Berbicara tentang pembinaan akhlak sama dengan berbicara pada tujuan pendidikan islam. Akhlak dan kepribadian manusia tentun dapat ditingkatkan dan dibina. Pembinaan akhlak dan kepribadian manusia dapat dilakukan dengan cara menyucikan diri atau disebut dengan takziyah al-nafs, takziyah berarti penyucian sedangkan al-nafs berarti pribadi. Jadi takziyah al-nafs berarti penyucian pribadi. Al-Ghazali menekankan takziyah al-nafs sebagai pembinaan akhlak manusia, menurutnya pribadi yang sehat bersumber dari akhlak yang terpuji serta memutuskan segala hubungan yang dapat merugikan kesempurnaan pribadi. Ia menilai bahwa kualitas pribadi seseorang dapat dilihat dari penampilan akhlaknya. Orang yang baik akhlaknya menandakan bahwa orang itu sehat pribadinya, ia memiliki kedudukan yang paling mulia disisi-Nya. Sebaliknya orang yang buruk akhlaknya adalah orang yang menyimpang dari hakikat kemanusiaannya. Terbentuknya akhlak yang baik dibutuhkan metode yang tepat yaitu mujahadat (kesungguhan) dan riyadah al-nafs (latihan kepribadian), kedua metode ini bila diganbungkan mengandung arti menahan diri dan melatih diri yakni berupaya melatih diri untuk melakukan amal perbuatan yang memberikan akhlak yang baik sehingga menjadi kebiasaan bahkan menjadi kebiasaan bahkan menjadi sesuatu yang menyenangkan (gunawan, 2017, hal. 82)

Usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada ibu-bapak, sayang kepada sesama makhluk Tuhan dan seterusnya.

Sebagaimana Firman Allah SWT surat Luqman ayat 14 yang berbunyi :

وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٖ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ (سورة لقمان : 14)

Artinya : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. ( QS. Al-Lukman: 14 )

 

            Sebaliknya, keadaan menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan, dan pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa akhlak perlu dibina (Nata, 2010, hal. 158)

Pembentukan atau pembinaan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisiten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada pada diri manusia, termasuk dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, nurani, dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat (abuddin, 2014, hal. 135).

 

b.    Tujuan pembinaan akhlak

Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak yang mulia ini sangat ditekankan karena disamping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang, tujuannya adalah untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Azmi, 2006, hal. 54)

Para ahli pendidikan Islam berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah Al-Abrasy mengatakan pembinaan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, bersifat bijaksana, sopan dan beradab. Jiwa dari pendidikan Islam pembinaan moral atau akhlak. Ibnu Maskawaih merumuskan tujuan pembinaan akhlak yaitu terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik, sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati dan sempura dalam arti yang sempurna. Tujuan pembinaan akhlak bersifat menyeluruh yakni mencakup kebahagiaan hidup manusia dalam arti yang seluas-luasnya. Allah SWT menggambarkan dalam Al-Qur‟an tentang janji-Nya terhadap orang yang senantiasa berakhlak baik, diantaranya QS. an-Nahl : 97.

مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

 

Artinya :“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” ( Q.S An-Nahl : 97 )

 

 

c. Metode Pembinaan Akhlak

Adapun beberapa metode pembinaan akhlak yaitu :

1)      Pembiasaan

     Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik. M, Mujib merumuskan tiga pokok metode. (Abdul kosim, 2018, hal.176) :

a)         Adanya relevansi dengan kecenderungan dan watak peserta didik baik aspek intelegensi, social, ekonomi, dan status keberadaan orang tua.

b)        Memelihara prinsip umum diantaranya berangsur-angsur dari yang mudah menuju ke yang sulit dari yang terperinci menuju ke yang terstruktur

c)         Memperhatikan perbedaan individual misalnya nilai keimanan tidak begitu saja hadir dalam jiwa seseorang tetapi perlu ia tanamkan, diarahkan dan menjadi motivasi semangat dan control terhadap pola tingkah laku.

2)      Paksaan

Dalam tahap-tahap tertentu pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama-kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Seseorang yang ingin menulis dan mengatakan kata-kata  yang bagus misalnya pada mulanya ia harus memaksakan tangan dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan huruf yang bagus. Apabila pembinaan ini sudah berlangsung lama, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan (Abuddin Nata, 2017, hal.141).

 

 

3)      Keteladanan

Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan. Sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. (Abuddin Nata, 2017, hal.141) Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh Rasulullah SAW, keadaan ini dinyatakan dalam ayat yang berbunyi :

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(Q.S Al- Ahzab :21) (Qur’an, 2013)

 

 

4). Melihat kekurangan diri sendiri

Dalam hubungan ini, Ibnu Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya. Dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan. (Abuddin Nata, 2017, hal. 141

5). Memperhatikan factor kejiwaan sasaran yang akan dibina

Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan factor kejiwaan sasaran yang akan dibina, menurut hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia. (Abuddin Nata, 2017, hal. 141).

 

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak

1)      Agama

Agama dalam membina akhlak manusia dikaitkan dengan ketentuan hukum agama yang sifatnya pasti dan jelas, misalnya wajib, mubah, makruh dan haram, pembinaan tersebut dijelaskan secara rinci oleh agama, maka dari itu pembinaan akhlak tidak dapat dipisahkan dari agama.

2)      Tingakah laku

      Tingkah laku manusia ialah sikap seseorang yang dimanifestasikan kedalam perbuatan.

3)        Nafsu

       Nafsu dapat mendorong manusia berbuat buruk ataupun baik nafsu dapat menyingkirkan semua pertimbangan akal, mempengaruhi hati nurani dan menyingkirkan hasrat baik yang lainnya.

4)      Adat istiadat

       Kebiasaan terjadi sejak lahir, lingkungan yang baik mendukung kebiasaan yang baik pula, lingkungan dapat mengubah kepribadian seseorang. Lingkungan yang tidak baik dapat menolak adanya sikap disiplin dan pendidikan. Kebiasaan buruk mendorong kepada hal-hal yang lebih rendah, yaitu kembali kepada adat kebiasaan yang masih primitif.

5)      Lingkungan

        Lingkungan mampu mempengaruhi aklak manusia, lingkungan dapat menjadi pendorong terhadap perkembangan kecerdasan, dan sebaliknya lingkungan juga dapat menghambat perkembangan seseorang sehingga tidak dapat mengambil manfaat dari kecerdasan yang diwarisi.

 

5. Macam-Macam Akhlak

Ulama akhlak mengatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para nabi dan orang-orang ,siddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat syaitan dan orang yang tercela.maka pada dasarnya, akhlak itu menjadi dua macam jenis;

a). Akhlak baik atau terpuji (Al-Akhlaqu al-Mahmud’ah) yaitu perbuatan baik  terhadap tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain (Mahjuddin,2009, hal.10). Akhlak baik terhadap tuhan yang meliputi antara lain:

1)      Bertaubat (Al-Taubah) yaitu suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukan dan berusaha menjauhinya, serta melakukan perbuatan baik.

2)      Bersabar (Al-Sabru) yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. maka sabar  yang dimaksud adalah sikap yang diawali dengan ikhtiyar, lalu diakhiri dengan sikap menerima dan ikhlas ,bila seseorang dilanda suatu cobaan dari tuhan.

3)      Besyukur (Al-Shukru) yaitu suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh allah swt. Baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Lalu disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada yang memberi nikmat, yaitu allah swt.

4)      Bertawakal. (Al-Tawakkul) yaitu menyerahkan segala urusan kepada allah setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkannya, harus lebih dahulu berupaya sekuat tenaga, lalu menyerahkan ketentuannya kepada allah swt. Maka dengan cara yang demikian itu manusia dapat meraih kesuksesan dalam hidupnya.

5)      Ikhlas (Al-Ikhlas) yaitu sikap menjauhkan diri dari riya’ (menunjuk-nunjukkan kepada orang lain) ketika mengerjakan amal baik. Maka amalan seseorang dapat dikatakan jernih, bila dikerjakan dengan ikhlas.

6)      Raja’ (Al-Raja’) yaitu sikap jiwa yang sedang menunggu (mengharapkan) sesuatu yang disenangi oleh allah swt. Setelah melakukan hal-hal yang menyebabkan yang terjadi  sesuatu yang diharapkannya. Oleh karena itu bila tidak mengerjakan penyebabnya, lalu menunggu sesuatu yang diharapkan, maka hal itu disebut “tamanni” atau hayalan.

7)      Bersikap takut (Al-Khauf) yaitu suatu sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang tidak disenangi dari allah swt. Maka manusia perlu berupaya agar apa yang ditakutkan itu, tidak akan terjadi.

 

b). Akhlak buruk atau tercela (Al-Akhlaqul Al- Mazmumah) yaitu perbuatan buruk terhadap tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk lainnya. (Mahjuddin,2009,hal.17) akhlak buruk terhadap tuhan yang meliputi antara lain:

1)      Takabbur (Al- Kibru) yaitu suatu sikap yang menyombongkan diri, sehingga tidak mau mengakui kekuaaan allah di alam ini, termasuk mengingkari nikmat allah yang ada padanya.

2)      Musyrik (Al-Isyrak) yaitu suatu sikap yang mempersekutukan allah dengan makhluknya, dengan cara mengnggap bahwa ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaannya.

3)      Murtad (Al-Riddah) yaitu sikap yang meninggalkan atau keluar dari agama islam, untuk menjadi kafir.

4)      Munafiq (Al-Nifaq) yaitu suatu sikap yang menampilkan dirinya  bertentangan dengan kemauan hatinya dalam kehidupan beragama.

5)      Riya’ (Al-Riya) yaitu suatu sikap yang menunjuk-nunjukkan sikap baik yang dilakukannya. Maka dia berbuat bukan karena allah , melainkan hanya ingin di puji sesama  manusia. Jadi perbuatan ini kebalikan dari sikap ikhlas.

6)      Boros atau berfoya-foya (Al-Israf) yaitu perbuatan yang selalu melampaui batas-batas ketentuan agama. Tuhan melarang bersikap boros, karena hal itu dapat melakukan dosa terhadapnya., merusak perekonomian manusia, merusak hubungan social, serta merusak diri sendiri.

7)      Rakus atau Tamak (Al-Hirsu atau Al-Tama’u) yaitu suatu sikap yang tidak pernah merasa cukup, sehingga, selalu ingin menambah apa yang seharus nya ia mliki, tanpa memperhatikan hak-hak orang lain. Hal ini, termasuk kebalikan dari rasa cukup Al-Qona’ah) dan merupakan akhlak buruk terhadap allah swt, karena melanggar ketentuan larangan-larangan nya.

 

 

6. Unsur-Unsur Pembinaan

Berhasil tidaknya suatu pembinaan ditentukan oleh para pelakunya, dalam halii ada tiga unsur (putri, 2017, hal. 55)yakni guru, siswa dan sekolah.

1)      Guru

Tugas dari guru atau pendidik adalah sebagai media agar anak didik mencapai tujuan yang dirumuskan.  Tanpa pendidik, tujuan pendidikan tidak akan tercapai, oleh sebab itu diperlukan guru yang profesional, karena guru yang profesional tentu akan lebih mampu dan lebih menguasai teori pelajaran yang akan diberikan dan tentu lebih berhasil pula sebagai guru untuk membina dan mengembangkan kemampuan siswa.

2)   Siswa

Siswa adalah orang yang belajar atau menerima bimbingan dari guru dalam kegiatan pendidikan, antara guru dan siswa merupakan dua faktor yang tidak dapat dipisahkan dan tidak bisa berdiri sendiri, dimana guru sebagai pemberi pelajaran dan siswa sebagai penerima pembelajaran, keduanya harus aktif, bukan guru saja tetapi siswa dalam menerima pelajaran harus dengan perhatian dan minat yang besar oleh sebab itu, anak didik harus diperhatikan dalam kegiatan pendidikan.

3)        Sekolah

Sekolah merupakan tempat dimana anak mendapatkan pendidikan agama yang membentuk perilaku seseorang agar menjadi lebih sempurna secara moral sehingga hidupnya senantiasa melakukan kebaikan. Sekolah juga merupakan lembaga pendidikan formal yang secara teatur dan terencana  melakukan pembinaan terhadap generasi muda dan guru adalah contoh tauladan dalam pembinaan akhlak bagi peserta didik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B. Studi Relevan

Penelitian upaya guru akidah akhlak dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa kelas X di Sekoloah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci adalah dari hasil pemikiran penulis langsung dengan cara melakukan penelitian langsung kelapangan, setelah itu barulah mendapatkan masalah dan jadilah sebuah skripsi. Berbagai temuan yang ada dilapangan penulis dapatkan dengan sumber yang bermacam-macam. Studi yang relevan dengan penelitian ini antara lain:

1.      Skripsi saudara Riska (TP 140876) dengan judul Upaya Guru Akidah Akhlak Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Di Madrasah Aliyah Riyadhul Jannah Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabungn Barat. Skripsi ini menjelaskan bahwa bagaimana upaya guru akidah akhlak dalam mengatasi kenakalan pada siswa untuk mengajak ke perbuatan yang lebih baik.

2.      Skripsi saudara Dita Probo Susanti (13410205) dengan Judul Pembelajaran Akidah Akhlak dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa di MAN 3 Sleman. Skripsi ini menjelaskan tentang guru Akidah Akhlak mengembangkan kecerdasan spiritual pada siswa nya, proses cara pengajaran sama-sama menanamkan nilai-nila keagamaan.

3.      Skripsi saudara Taufik Nugroho (G000130148) dengan judul peran guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa di sekolah menengah pertama (SMP) Negeri  1 Mojosongo Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi ini menjelaskan tentang peran guru dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa.

Dari beberapa penelitian diatas maka terdapat persamaan dan perbedaan dengan peneliti yang akan saya lakukan, yaitu:

a.       Persamaan

Persamaannya adalah penelitiannya sama-sama mengenai tentang upaya guru dalam membagun kecerdasan spiritual pada siswa

b.      Perbedaan

Dari hasil penelitian saya dengan penelitian diatas terdapat perbedaan dalam upaya yang dilakukan para guru di sekolah khusunya guru yang bersangkutan, didalam penelitian saya kendala yang dihadapi adalah terdapat pada kurang waktu pelajaran dalam mata pelajaran agama, dan kesadaran siswa akan pentingnya kecerdasan spiritual. Dan penulis disini memfokuskan pada guru  Akidah Akhlak yang bertanggung jawab dengan kegiatan-kegiatan spiritual dari sekolah.

           Sedangkan pada penelitian-penelitian yang menjadi study relevan di atas kendala yang dihadapi guru adalah kurangnya perhatian orang tua siswa akan perilaku anak-anaknya, kurangnya kecerdasan spiritual pada anak, sehingga kurangnya minat anak dalam membangun kecerdasan spiritual.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

A.  Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang telah dibentangkan, karena sifatnya menggunakan penekatan analisis deskriptif. Dengan kata lain penelitian ini  berupaya menggambarkan, menguraikan suatu keadaan yang sedang berlangsung beradsarkan fakta dan informasi yang diperoleh dari lapangan dan kemudian dianalisis beradasarkan variable yang satu dengan lainnya sebagai upaya untuk memberikan solusi tentang pencegahan kekerasan dalam pembelajaran, yang dimana lokasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri  16 Kerinci.

Menurut Sugiyono bahwa pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan pengambilan sampel secara random dengan pengumpulan data menggunakan instrumen, analisis data bersifat statistic. (Sugiono, 2015:14).

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan pada kondisi objek yang alamiah, dan peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive sample, yaitu pengambilan sampel dengan cara memberikan ciri khusus yang sesuai tujuan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan trianggulasi dan analisis data bersifat induktif/kualitatif serta hasil dari penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. (Sugiono, 2015:15).

26

Lexy J Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexy J Moleong, 2016 : 6).

B.  Setting dan Subjek Penelitian

1.      Setting penelitian

     Lokasi penilitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci tentang permasalah bagaimana pelakasanan guru pendidikan agama islam dalam membina akhlak siswa, kendala yang dihadapi guru pendidikan agama islam dalam membina akhlak siswa, serta upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

2.      Subjek penelitian

Penelitian kualitatif tidak dikenal konsep “keterwakilan contoh/sample dalam rangka generalisasi yang berlaku bagi populasi. (Sanafiah Faisal, 1990: 38) Untuk memperoleh hasil yang ideal maka penentuan sample dan informan ditentukan oleh empat faktor; derajat kesimpulan, proposisi yang dikehendaki dalam penelitian ini, rencana analisa, tenaga, biaya, dan waktu.

Atas berbagai pertimbangan sebagaimana dikemukakan di atas maka yang akan dijadikan sebagai informan (Subjek penelitian) ini adalah:

a)         Kepala sekolah

b)        Guru pendidikan agama islam

c)         Siswa-Siswi kelas VIII.A

      Adapun teknik pengambilan sample dan informan dalam penelitian ini menggunakan cara Purposive Sampling. Purpossive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu. (Sugiyono, 2008).

      Sebagai subjek utama yaitu bapak Mupridul Mahpus (Guru pendidikan agama islam) yang bertanggung jawab akan kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa. Adapun sebagai sumber informasi untuk memperoleh data tentang realita upaya guru pendidikan agama Islam dalam menerapkan pembinaan akhlak di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci metode-metode pembelajaran yang diterapkan.

  C. Jenis Dan Sumber Data

1.    Jenis data

a.      Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. (Lexy J. Moleong, 2004: 20). Data primer yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah data upaya guru pendidikan agama islam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri  16 Kerinci diantaranya :

1)      Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci?

2)       Apa saja kendala yang dihadapi guru pendidikan agama islam dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci?

3)      Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci?

b.        Data sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. (Lexy J. Moleong, 2004: 91). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil mengenai gambaran umum tentang keadaan di Sekolah Menengah Pertama Negeri  16 Kerinci seperti :.

1)   Historis dan Geografis Sejarah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

2)   Visi dan Misi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

3)   Struktur Organisasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

4)   Keadaan Guru dan Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

5)   Keadaan sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

2.    Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data dapat diperoleh. (Suharsimih Arikunt, 2002: 107) Sedangkan sumber data dalam penelitian ini terdiri dari orang dan dokumentasi meliputi:

a.     Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

b.    Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

c.     Siswa dan Siswi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

 

D. Teknik Pengumpulan Data

  1. Observasi

       Metode observasi atau disebut juga dengan pengematan merupakan kegiatan pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh indera”.(Suharsimi Arikunto, 2006: 156). Dalam pengertian psikologik, observasi atau disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan alat indera. (Suharsimi Arikunto, 2006: 156)

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang mana secara langsung dapat mengamati hal-hal yang berhubungan dengan penerapan dan proses pendidikan di lingkungan Sekolah Menengah Pertama Negeri  16 Kerinci langkah-langkah yang dilakukan:

a)      Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

b)      Apa saja kendala yang dihadapi guru pendidikan agama islam dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

c)      Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

  1. Wawancara/ interview

        Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.” (Suharsimi Arikunto, 2006: 158). Metode ini gunanya untuk memperoleh data melalui wawancara langsung secara terpimpin antara peneliti dengan orang yang memberikan informasi dengan menggunakan daftar wawancara. Adapun datanya meliputi:

a)      Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

b)      Apa saja kendala yang dihadapi guru pendidikan agama islam dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

c)      Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

              Interview ditinjau dari segi pelaksanaannya, maka dibedakan menjadi:

a)      Interview  bebas (inguided interview) dimana pewancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.

b)      Interview terpimpin (guided interview) yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti,yang dimaksud dalam interview terstruktur.

c)      Interview bebas terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin (Suharsimi Arikunto,2002, hal.132).

 

  1. Dokumentasi

      Dokumentasi sebagai salah satu cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrif, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, prasasti, legger agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2006: 231), menurut (Sugiono, 2016: 329) dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumental seseorang. Dokumentasi penulis gunakan sebagai Instrumen utama untuk memproleh semua data-data yang berhubungan dengan gambaran umum tentang bagaimana guru pendidikan agama islam membangun kecerdasan spiritual siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci seperti:

a.       Historis dan Geografis Sejarah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

b.      Visi dan Misi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

c.       Struktur Organisasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

d.      Keadaan Guru dan Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

e.       Keadaan sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

 

E.  Teknik Analisis Data

            Dalam penelitian ini yang akan di analisis adalah melalui pendekatan kualitatif dengan menggunakan cara deduktif. Deduktif adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan permasalahan yang bersifat umum kemudian dibahas kepada permasalahan yang bersifat khusus. Analisis data meliputi:

1.      Reduksi data

      Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, observasi, dan dokumentasi (Jam’an Satori, 2009, hal: 219). Setelah dibaca dipelajari maka langkah selanjutnya adalah reduksi data .

       Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis dilapangan. Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung.

 

 

 

2.      Penyajian Data

           Setelah melalui reduksi data langkah selanjutnya dalam analisa data adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan penelitian melakukan penarikan kesimpulan.

3.      Verifikasi / Penarikan Kesimpulan

            Setelah data terkumpul direduksi yang selanjutnya disajikan.Maka langkah terakhir dalam penganalisa data adalah menarik kesimpulan atau verifikasi dan analisanya menggunakan analisa model interaktif, artinya analisa ini dilakukan dalam bentuk ineraktif dari ketiga komponen utama tersebut.

 

F.     Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

1.    Diskusi dengan Teman Sejawat.

Hal ini memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.

2.    Perpanjangan Waktu Peneliti.

Dilakukan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

3.    Triangulasi Data

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.Penelitian ini menggunakan triangulasi dengan sumber membandingkan dan mengecek balik derajat keperayaan/informasi yang diperoleh melalui waktu penelitian kualitatif.

Triangulasi dengan metode menurut Moleong adalah: pertama, pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi dengan penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analis lainnya. Sedangkan, triangulasi dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara induktif dan secara logika. (Lexy J. Moleong, 2004: 306-307).

Hal ini dapat dicapai dengan jalan:

a.    Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

b.    Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi

c.    Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

d.    Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, dan orang berpendidikan.

e.    Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

 

G.      Jadwal Penelitian

Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian dilapangan, maka penulis menyusun agenda secara sistematis yang terlihat pada tabel jadwal penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan selama (lima) bulan, mulai dari Juni 2021 sampai Nopember 2021, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Tahun 2021

 

Agustus

Septem

ber

Oktober

Nopem

ber

Desember

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

Persiapan penelitian

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

Menyusun atau menulis konsep proposal

 

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

Mengajukan judul ke Fakultas untuk persetujuan judul

 

 

 

 

X

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4

Konsultasi dengan dosen pembimbing

 

 

 

 

 

x

X

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

Seminar proposal

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6

Izin atau perintah riset

 

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7

Pelaksanaan riset

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

x

x

 

 

 

 

 

 

 

 

8

Penulisan konsep skripsi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

9

Konsultasi kepada dosen pembimbing

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

x

 

 

 

 

 

10

Penggandaan skripsi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

11

Munaqasah dan perbaikan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

12

Penggandaan skripsi dan penyampaian skripsi kepada tim Penguji dan Fakultas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

x

X

 

 


BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

 

 

A. Temuan Umum

1. Sejarah Singkat Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

Pada mulanya Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci belum dikenal dengan SMPN 16 seperti sekarang ini. Sekolah tersebut dulu bernama SMP filyar Tanjung Pauh yang dipimpin oleh bapak Rudin Akim yang terletak di Jalan Impres disamping Sekolah Dasar Impres Desa Koto Patah.  Sementara gedung sekolah ini didirikan pertama kalinya pada tahun 1982 atas swadaya masyarakat sekitar yang sangat antusias dalam pendidikan anak-anak khususnya di Desa Koto Patah, hingga akhirnya masyarakat bersama-sama secara swadaya mendirikan sekolah ini. Namun pada tahun 1982 sekolah ini dirombak atas swadaya masyarakat menjadi Sekolah Menengah Pertama (SMP PGRI) yang dipimpin oleh bapak Muktarudin.

Dengan perkembangan desa Kedepatian Semerap, maka perkembangan sekolah ini pun ikut terwarnai dengan sangat cepat pada waktu itu. Adapun siswa-siswi yang belajar atau yang mendapat pendidikan disana bukan saja siswa yang berasal dari daerah setempat saja (Desa Kedepatian Semerap), melainkaan sebagian berasal dari desa Lempur Danau. (Sumber : Dokumentasi SMPN 16 Kerinci 2021)

 

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat serta perkembangan dan pertumbuhan kebutuhan penduduk yang cukup tinggi, makapadatahun 1984 Sekolah Menengah Pertama PGRI berubah menjadi, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 16 Kerinci. Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci yang ada saat sekarang ini berkembang terus meningkat.

35

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai dengan semakin mudahnya akses informasi, berimplikasi langsung pada keberadaan Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci. Namun demikian, yang menjadi persoalan kemudian adalah lokasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci yang belum memenuhi standar luas areal apabila dibandingkan dengan sekolah-sekolah negeri lainnya. Mengingat lokasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci yang masih sangat terbatas pada satu sisi, namun di sisi lain jumlah peserta didik semakin bertambah sehingga kemudian membutuhkan tambahan ruang belajar untuk menampung mereka dalam melaksanakan kegiatan belajar.

Penambahan ruang belajar menjadi terkendala disebabkan areal Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci yang sempit, sehingga kemudian kepala sekolah bersama jajarannya melakukan komunikasi aktif dengan para tokoh masyarakat dengan langkah-langkah positif terkait dengan rencana madrasah ini dipindahkan ke areal khusus yang tentunya permanen dan representatif, karena selama ini kondisi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci. Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci setelah mengalami perubahan status menjadi negeri.

Berikut adalah yang memimpin Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci dari dulu sampai sekarang.

Tabel 4.1 : Masa Kepemimpinan Sekolah Menengah Pertama  Negeri 16 Kerinci dari dari tahun 1982 sampai sekarang.

 

No

Nama

MasaTugas

Keterangan

  1.  

Rudin Akim

1982 s/d 1983

SMP Filiyar SMP PGRI

  1.  

Muktarudin

1983 s/d 1984

SMPN 16 Kerinci

  1.  

Ilyas Muktar

1984 s/d 1987

SMPN 16 Kerinci

  1.  

IlyasYakub Samsi

1987 s/d 1992

SMPN 16 Kerinci

  1.  

A.   Wahab Arifin

1992 s/d 1997

SMPN 16 Kerinci

  1.  

Zulkifli Kidri, BA

1997 s/d 2004

SMPN 16 Kerinci

  1.  

Drs . Ahmad Yani

2004 s/d 2009

SMPN 16 Kerinci

  1.  

Dakir Yahya, S.Pd

2009 s/d 2010

SMPN 16 Kerinci

  1.  

Sulaiman, S.Pd

2010 s/d 2013

SMPN 16 Kerinci

  1.  

Agusman, S.Pd

2013 s/d sekarang

SMPN 16 Kerinci

 

(Dokumentasi : SMPN 16 Kerinci tahun 2021)

 

2. Geografis Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci terletak di desa Koto Patah Semerap Kecamatan Keliling Danau. Sekolah ini berdiri di atas tanah lebih kurang  20.000M². Sekolah ini berada lebih kurang 70 M dari jalan kecamatan (Jalan Raya) dan berkisaran antara 12 Km dari Kota Sungai Penuh.

Keadaan geografis Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci berada pada posisi yang sangat strategis, sebab jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk desa, keadaan inilah yang dapat menciptakan suasana belaja rmengajar yang lebih baik sehingga dapat menunjang kelancaran  proses belajar mengajar.

Struktur lokasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci dari aspek geografis dapat dikatagorikan sebagai lokasi yang cukup strategis, dimana sekolah tersebut berada di jauh dari permukiman warga setempat. Secara rinci tata letak SMPN 16 Kerinci dapat dilihat berikut ini:

a).    Sebelah timur berbatasan dengan jalan umum.

b).    Sebelah barat berabatasan dengan kebun warga.

c).    Sebelah selatan berbatasan dengan kebun warga.

d).    Sebelah utara berbatasan dengan pemukiman warga. (Dokumentasi, SMPN 16 Kerinci Tahun 2021)

 Kemudian dari letak bangunan, Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci ini merupakan suatu tempat yang dipandang sangat baik untuk kegiatan belajar mengajar, dimana lokasi atau areal sekolah tersebut jauh dari pemukiman warga dan cukup jauh dari kebisingan, mengingat jalan raya tempat keramaian kendaraan dengan tonase tinggi berjarak sekitar 2 kilometer dari lokasi sekolah. Sehingga kemudian belum memberikan dampak negatif terhadap kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci.

Namun apabila dilihat dari letaknya yang jauh bagi peserta didik dan guru, sedikit mengalami kesulitan atau kesukaran bagi mereka dalam hal cepat atau lambatnya sampai ke sana, karena tidak adanya alat transportasi atau angkutan umum yang jalur trayeknya bisa langsung masuk ke areal Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci.

3. Profil Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

NPSN                         : 10502316

Nama Sekolah           : SMPN 16 Kerinci

 Alamat                       : Semerap, Kecamatan Keliling Danau

Kode Pos                    : 37173

Luas Tanah                 : 20.000 m2

Sumber Listrik           : PLN

Status Sekolah            : Negeri

Akreditasi                  : B

Status Kepemilikan   : Pemerintah Pusat

 

4. Visi dan Misi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

           Setiap lembaga pendidikan memiliki visi, misi, dan tujuan. Visi dan misi menjadi standar dan acuan dalam kegiatan pendidikan yang dilakukan di lembaga pendidikan tersebut, sehingga kemudian lembaga tersebut selalu berupaya mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan melalui berbagai kegiatan pendidikan, baik intra maupun ekstra. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan umum tetap konsisten mempertahankan nilai-nilai Islami dalam proses pendidikan dengan tujuan untuk menghasilkan out put pendidikan yang tidak hanya memiliki kompetensi kognitif yang baik, tetapi lebih dari itu, mampu mengamalkan nilai-nilai Islam melalui perilaku yang baik

            Adapun Visi dan Misi dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci adalah sebagai berikut :

- Visi

“ Terwujudnya peserta didik yang beriman, cerdas, terampil dan berwawasan global“

- Misi

a.    Menanamkan keimanan dan ketakwaan melalui ajaran agama

b.    Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan

c.    Mengembangkan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan minat bakat, dan potensi peserta didik

d.    Membina kemandirian peserta didik melalui kegiatan pembiasaan, kewirausaha, dan pengembangan diri yang terencana dan berkelanjutan

e.    Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah, dan lembaga yang terkait

f.     Menjadikan sekolah sebagai pusat wawasan wiyatamandala yang bersih, rindang dan nyaman

g.    Mempelopori kebiasaan gemar membaca dan menulis

h.    Membekali kemampuan siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi

i.      Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. (Dokumentasi : SMPN 16 Kerinci tahun 2021)

 

5. Srtuktur Organisasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

Struktur organisasi merupakan suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas-tugas dibidang masing-masing yang akhirnya akan dipertanggung jawabkan. Struktur organisasi juga dapat di artikan sebagai penggambaran hubungan formal antara satu orang dan orang lain yang masing-masing mempunyai wewenang, tanggung jawab maupun posisinya dalam struktur organisasi. Untuk mewujudkan  proses belajar mengajar yang baik, maka harus ada suatu kerja sama antara guru, kepala sekolah, tata usaha, pihak komite sekolah, siswa dan pemerintah.

Struktur organisasi mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting terhadap keberhasilan suatu sekolah/madrasah. Struktur organisasi adalah sebagai kerangka pembangunan dan pengelompokan tugas. Kegiatan apapun namanya di suatu lembaga instansi pemerintahan maupun lembaga organisasi masyarakat, proses kegiatan diharapkan dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. Tentu diharapkan pendistribusian yang baik pula dengan melalui organisasi yang baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing komponen organisasi.

Dalam mewujudkan kerjasama yang baik, Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci juga memiliki sebuah organisasi. Organisasi yang baik terdiri dari beberapa personil yang memiliki kemampuan untuk menjalankan program Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci. Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci struktur organisasi dapat dilihat pada bagan berikut:

Srtuktur Organisasi

Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci tahun 2021-2022

MAJELIS GURU

Wali Kelas VII.A

Hidayati, S.Pd.

Wali Kelas IX.A

Mhd. Yusuf, S.Pd

Wali Kelas VIII.B

Roza Maya Sartika, S.Pd

SISWA/SISWI

Kepala Labor

Tasman, S.Pd

Kepala Perpustakaan

Jamilah, S.Pd

 

Wali Kelas IX.B

Noveraria, S.Pd

Wali Kelas VII.B

Hermansyah, S.Pd.

Wali Kelas VIII.A

Tuti Krisna Dwiva, S.Pd.

Kepala Sekolah

Agusman, S.Pd

Ka. TU

Zulbaidah

Anggota

Abu Hapas

Mat Rajab

Neni Sepniyati, S.Pd.I

Neldya Asmiyanti, S.Pd

Ati Arlita, S.Pd

Nasrul Hidayat, A.Md

 

 

Waka. Kurikulum

Hj. Eka yuliani, S.Pd

Bendahara

Taufiq, S.Pd

KOMITE SEKOLAH

Waka. Kesiswaan

Syamsinar, S.Pd

Waka. Sarpama

Siderhana, S.Pd

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(Dokumentasi : SMPN 16 Kerinci tahun 2021)

6. Keadaaan Guru, Karyawan dan Siswa SMPN 16 Kerinci 

a.    Keadaan Guru

       Guru adalah pelaksana dan pengembang program kegiatan proses belajar mengajar, bagaimanapun guru merupakan peraturan dalam menyampaikan materi pelajaran untuk tercapainya suatu pendidikan. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan proses belajar dan mengajar sangat tergantung peran dari guru SMPN 16 Kerinci, sebagai tenaga pengajar atau pendidik didalam memupuk minat dan menumbuhkan semangat peserta didik dalam memberikan bekal ilmu pengetahuan melalui program pembelajaran.

Keberhasilan dalam setiap mata pelajaran tentunya didukung oleh semangat guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru di SMPN 16 Kerinci merupakan unsur dari terlaksananya pedidikan dan pengajaran dalam suatu lembaga pendidikan. Guru merupakan fasilitator penting dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik atau yang disebut pemberi informasi, tentunya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dalam mengembangkan potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam diri peserta didik. Tanpa guru, suatu lembaga pendidikan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Sebagaimana di SMPN 16 Kerinci dimana sekolah ini memiliki tenaga-tenaga pengajar berjumlah 37 orang yang di dalamnya termasuk kepala sekolah juga memegang mata pelajaran

Tenaga pendidikan atau guru yang mengajar di SMPN 16 Kerinci terbagi dua golongan, pertama guru tetap dan kedua guru tidak tetap. Guru yang mengajar di SMPN 16 Kerinci berjumlah 37 orang dan sudah memiliki kualifikasi sesuai dengan jenjang pendidikan dan bidang studi yang mereka ampuh. Untuk melihat keadaan guru di SMPN 16 Kerinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2 : Keadaan guru Sekolah Menengah Pertama  Negeri 16 Kerinci tahun pelajaran 2021/2022.

NO

NAMA

JABATAN

B. STUDI

1

Agusman, S.Pd

Kepala

-

2

Hj. Eka yuliani, S.Pd

Waka Kurikulum

B. Inggris

3

Syamsinar, S.Pd.

Waka. Kesiswaan

Matematika

4

Siderhana, S.Pd

Waka. Sarpama

IPS

5

Hidayati, S.Pd.

Wali Kelas VII A

Matematika

6

Hermansyah, S.Pd.

Wali Kelas VII B

Bahasa Inggris

7

Tuti Krisna Dwiva, S.Pd.

Wali Kelas VIII A

IPS

8

Roza Maya Sartika, S.Pd

Wali Kelas VIII B

Bahasa Indonesia

9

Mhd. Yusuf, S.Pd.

Wali Kelas IX A

BK

10

Noveraria, S.Pd

Wali Kelas IX B

PKN

11

Nurjati, S.Pd.

Guru

Bahasa Indonesia

12

Jamilah, S.pd.

Guru

Matematika

13

Asmita, S.Pd.

Guru

IPA

14

Tasman, S.Pd.

Guru

IPA

15

Pinul Dartuti

Guru

Penjas

16

Arita Nelyati, S.Pd.

Guru

Bahasa Inggris

17

Ari Budiarti, S.Pd.

Guru

Matematika

18

Sispordiana, S.Pd.

Guru

Bahasa Inggris

19

Misrawati

Guru

IPS

20

Hermansyah, S.Pd

Guru

Bahasa Indonesia

21

Noveraria, S.Pd

Guru

BK

22

Roza Maya Sartika, S.Pd

Guru

Matematika

23

Tuti Krisna Dwiva, S.Pd

Guru

Seni Budaya

24

Hidayati, S.Pd

Guru

IPS

25

Bustian, S.Pd.

Guru

Prakarya

26

Ardi Yoka, S.Pd.

Guru

Prakarya

27

Dwi Fujiani, M.Pd

Guru

IPA

28

Lisa Anggraini, S.Pd.

Guru

Prakarya

29

Yudha Hidayat, S.pd.

Guru

BK

30

Misdipiar, S.Pd.

Guru

Prakarya

31

Sopia Dewi, S.Pd.

Guru

PKN

32

Lia Aristantia, S.Pd

Guru

PKN

33

Liska Maya, S.Pd.

Guru

Prakarya

34

Rika Anggraini, S.Pd.

Guru

PKN

35

Oki Hardinol, S.Pd.

Guru

Penjas

36

Triya Evaningsih, S.Pd

Guru

Prakarya

37

Syafriana, S.Pd

Guru

PAI

 

(Dokumentasi : SMPN 16 Kerinci tahun 2021)

 

b. Karyawan

Karyawan merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah organisasi, terutama organisasi sekolah/madrasah yang membutuhkan dukungan kinerja yang baik dari para karyawan dan tenaga administrasi. Pengelolaan administrasi yang baik membutuhkan tenaga-tenaga terampil dengan kompetensi individual dan keilmuan yang sesuai dengan tugas dan fungsi yang diberikan. Oleh sebab itu, sekolah/madrasah pada umumnya memiliki tenaga karyawan dan pengelola administrasi untuk membantu kepala sekolah/madrasah dalam mengerjakan berbagai tugas dan pekerjaan administrasi.

Administrasi pada suatu lembaga pendidikan dipandang perlu sebagai penunjang agar penidikan dan pengajaran berlangsung dengan baik, demi mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Kegiatan administrasi di SMP Negeri 16 Kerinci meliputi aktivitas-aktivitas dan pelaksanaan dari segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan-urusan sekolah, baik yang menyangkut urusan dalam maupun luar sekolah.

Kegiatan organisasi akan berjalan dengan baik apabila didukung dengan tenaga terampil yang mampu memberikan layanan prima dalam berbagai kegiatan organisas. Demikian halnya dengan administrasi SMP Negeri 16 Kerinci, aktivitas administrasi dibantu oleh karyawan Tata Usaha (TU) yang membantu pelaksanaan tugas kepala sekolah dan guru dalam mengelola SMP Negeri 16 Kerinci.

Untuk itu, administrator di suatu lembaga pendidikan sangat dibutuhkan bagi kelancaran proses pendidikan dan pembelajaran. Inilah yang sudah disadari oleh pihak SMP Negeri 16 Kerinci. Untuk penanjang proses pembelajaran di SMP Negeri 16 Kerinci tentunya tidak terlepas dari pengelola layanan sekolah, baik itu sebagai tenaga administrasi, keuangan dan lain sebagainya. Adapun jumlah karyawan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci berjumlah 8 orang dan masing-masing mempunyai tugas yang telah ditugaskan dari sekolah.

            Untuk melihat keadaan karyawan di Sekolah Menengah Pertama  Negeri 16 Kerinci dapat dilihat pada tebel berikut ini :

Tabel 4.3 : Keadaan Karyawan Sekolah Menengah Pertama  Negeri 16 Kerinci tahun pelajaran 2021/2022.

No

Nama

Jabatan

1

Zulbaidah

Kep. Tata Usaha

2

Taufiq, S.Pd

Bendahara

3

Abu Hapas

Bagian Personalia

4

Mat Rajab

Bagian Kearsipan

5

Neni Sepniyati, S.Pdi

Bagian Kesiswaan

6

Neldya Asmiyanti, S.Pd

Bagian Buku Induk

7

Ati Arlita, S.Pd

Bagian Inventaris

8

Nasrul Hidayat, A.Md

Bagian Pelaporan

 

 

(Dokumentasi : SMPN 16 Kerinci tahun 2021)

 

c. Siswa

Peserta didik merupakan salah satu elemen penting dalam lembaga pendidikan disamping guru dan materi pelajaran. Peserta didik sebagai objek pendidikan harus mendapatkan perlakuan edukatif secara berkesinambungan, sehingga kemudian diharapkan dapat memenuhi kuota out put pendidikan yang ideal sebagaimana diharapkan

Jumlah peserta didik di SMPN 16 Kerinci pada tahun ajaran 2021-2022 berjumlah 137 orang. Dengan rincian sebagai berikut :

 

 

 

 

Tabel 4.4 : Keadaan Siswa Sekolah Menengah Pertama  Negeri 16 Kerinci tahun pelajaran 2021/2022.

NO

Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah

LK

PR

1

VII.A

12

13

25

2

VII.B

12

13

25

3

VIII.A

15

12

27

4

VIII.B

16

11

27

5

IX.A

8

8

16

6

IX.B

9

8

17

Jumlah

72

65

137

           

(Dokumentasi : SMPN 16 Kerinci tahun 2021)

 

7. Keadaan Sarana dan Prasarana SMPN 16 Kerinci

Meskipun diakui bahwa sarana dan prasarana dalam konteks pendidikan bukanlah faktor utama kesuksesan proses pendidikan. Namun demikian, fasilitas pendidikan tersebut dianggap cukup urgen dalam mendukung elemen pendidikan lainnya seperti guru, peserta didik, materi ajar, dan lain sebagainya. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang vital dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang harus ada di SMP Negeri 16 Kerinci, karena itu apabila ada sarana dan prasarana kurang mendukung maka penyelenggaraan atau pelaksanaan proses pembelajaran di SMP Negeri 16 Kerinci tidak dapat berjalan dengan baik.

Begitupun sebaliknya, sarana dan prasarana yang mendukung lengakap akan memudahkan proses pembelajaran, karena dengan lengkapnya sarana dan prasarana akan memberi variasi pada proses pembelajaran, secara khusus ataupun pelaksanaan sistem pendidikan secara umum di SMP Negeri 16 Kerinci tentunya. SMP Negeri 16 Kerinci sangat membutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran. SMP Negeri 16 Kerinci mempunya gedung serta fasilitas lainnya yang memadai bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana tersedia merupakan faktor penunjang lancarnya suatu proses belajar mengajar di SMP Negeri 16 Kerinci.

Adapun fasilitas yang terdapat di SMP Negeri 16 Kerinci, diantaranya adalah dua bangunan utama, yang mana bangunan pertama terdiri dari satu ruangan labor komputer, satu ruang perpustakaan, satu ruang kantor, dimana ruangan kantor ini terdiri dari ruang kepala sekolah, dan ruang tata usaha, satu ruang guru yang terdiri dari ruang wakil kurikulum , dua ruang kamar mandi, dan satu ruang gudang. Bagunan yang kedua yaitu terdiri dari enam ruangan kelas dan beberapa perlengkapan atau peralatan yang di perlukan dalam proses belajar mengajar.

Tabel 4.5 : Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama  Negeri 16 Kerinci tahun pelajaran 2021/2022

NO

Jenis Sarana

Jumlah

Keterangan

  1.  

Ruang Kepala

1

Baik

  1.  

Ruang Wakil Sekolah

1

Baik

  1.  

Ruang Guru

1

Baik

  1.  

Ruang Tata Usaha

1

Baik

  1.  

Ruang Bendahara

1

Baik

  1.  

Ruang UKS

1

Baik

  1.  

Ruang Perpustakaan

1

Baik

  1.  

Ruang Lab. IPA

1

Baik

  1.  

Ruang Kelas

6

Baik

  1.  

Ruang OSIS

1

Baik

  1.  

Musholla

1

Baik

  1.  

WC

7

Baik

  1.  

Lapangan Bola Kaki

1

Baik

  1.  

Meja dan Kursi Guru

37

Baik

  1.  

Meja dan Kursi Siswa

137

Baik

  1.  

Lemari

5

Baik

  1.  

Kursi Tamu

4

Baik

  1.  

Kantin

2

Baik

  1.  

Ruang Arsip

1

Baik

  1.  

Lapangan Tenis Meja

2

Baik

 

(Dokumentasi : SMPN 16 Kerinci tahun 2021)

 

 

 

 

B. Temuna Khusus

1.    Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci berjalan dengan lancar dan baik dan terencana dengan melakukan serangkaian kegiatan. Sebelum dilaksanakannya proses belajar mengajar, ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam. Tahapan tersebut sesuai dengan Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh guru PAI sebelum mengajarkan materi Aqidah Akhlak pada  kelas VIII di SMP 16 Kerinci. (Observasi, 11 Desember 2021).

Dalam kesempatan itu penulis mencoba mewawncarai guru PAI di kelas VIII yaitu Ibu Syafriana, S.Pd beliau mengatakan :

“Proses pembelajaran PAI pada kelas VIII sesuai dengan Langkah awal yang saya lakukan sebelum dimulainya proses kegiatan belajar mengajar yaitu mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang kemudian melakukan serangkaian proses pembelajaran dengan membuka pelajaran, menyampaikan materi, serta menutup pelajaran diakhir proses pembelajaran saya selalu memberikan tugas untuk siswa dikerjakan di rumah” (Wawancara, 13 Desember 2021)

 

Dari hasil observasi penulis dan wawancara diatas dapatlah dipahami bahwa guru PAI dalam proses pembelajaran aqidah akhlak selalu menggungakan RPP yang telah dirancang dalam proses pembelajaran, tujuan tersebut agara materi yang disampaikan dapat berjalan dengan baik.

Sebagaimana diketahui bahwa pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan, didalamnya terjadi proses interaksi antara berbagai komponen yaitu guru, siswa, dan materi pelajaran ataupun sumber belajar. Interaksi antara ketiga komponen utama ini melibatkan sarana dan prasarana seperti metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta suatu proses pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan.

Kemudian berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada kelas VIII di SMP 16 Kerinci, penulis juga menemukan bahwa kegiatan pembelajaran aqidah akhlak yang dilakukan di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci dilaksanakan satu kali dalam seminggu disetiap kelasnya dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. (Observasi, 13 Desember 2021)

Adapun pelaksanaan pembelajaran PAI di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup.

Berikut penulis paparkan proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran PAI di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci.

a.    Kegiatan Awal Membuka Pelajaran

   Pelaksanaan pembelajaran dikelas VIII di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh guru PAI sebagai upaya pembinaan akhlak siswa. Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Ibu Syafriana, S.Pd selaku guru PAI di kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci mengungkapkan :

“Dalam proses pembelajaran PAI di kelas VIII saya selalu membuka pelajaran yang pertama mengucap salam dahulu setelah itu saya absen menayakan siswa yang hadir ataupun tidak setelah itu saya akan menyampaikan tujuan dari pembelajaran”(Wawancara, 13 Desember 2021)

 

   Hasil observasi dan wawancara diatas, pada saat proses pembelajaran di dalam kelas VIII Ibu Syafriana, S.Pd sedang menyampaikan materi pelajaran. Adapun hal pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak adalah appersepsi yaitu mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, menanyakan kabar siswa dan didalam kegiatan membuka pelajaran ini guru memberikan penjelasan mengenai tujuan dari materi yang akan dipelajari serta kilas balik terhadap materi yang lalu.

Dalam kegiatan membuka pelajaran sebelum masuk ke kegiatan inti guru PAI menyiapkan sumber belajar yaitu buku paket aqidah akhlak SMP lalu memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa untu mengukur kemampuan yang telah dimiliki siswanya.(Observasi, 15 Desember 2021)

Kemudian penulis juga mewawancarai salah seorang siswa kelas VIII yang bernama Iwan di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci mengungkapkan :

“Setiap pembelajaran PAI, guru sebelum menyampaikan materi pembelajaran selalu mengecek kehadiran kami, dimana guru membuka pelajaran yang pertama mengucap salam dahulu setelah itu guru mengabsen menayakan siswa yang hadir ataupun tidak setelah itu guru beru menyampaikan tujuan dari pembelajaran”(Wawancara, 13 Desember 2021)

 

Hal sama diungkap oleh Irmawati siswi kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci mengungkapkan :

“Hal pertama yang dilakukan guru saat proses pembelajaran PAI di kelas, dimana guru membuka pelajaran yang pertama mengucap salam dahulu setelah itu guru mengabsen menayakan kami yang hadir ataupun tidak setelah itu guru beru menyampaikan tujuan dari pembelajaran”(Wawancara, 13 Desember 2021)

 

Dari hasil wawancara diatas sangatlah jelas bahwa, guru PAI dalam setiap menyampaikan materi pembelajaran PAI dikelas VIII terlebih dahulu mengucapkan salam dan mengecek absen kehadiran siswa.

Kemudian setelah melakukan langkah pertama yaitu membuka pelajaran selanjutnya guru PAI menjutkan langkah kedua yaitu kegiatan inti.

b.   Kegiatan inti

Kegiatan inti bukan hanya gurunya saja yang aktif menjelaskan dan berbicara namun siswanya juga semangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif, apabila terdapat siswa yang ribut sendiri ataupun terlihat mengantuk maka akan diberikan teguran. (Observasi, 17 Desember 2021).

Lebih lanjut dalam hasil obervasi penulis di kelas VIII dan untuk mengetahui proses pembelajaran PAI yang dilakukan oleh Ibu Syafriana, S.Pd  di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci beriku hasil wawancara penulis dengan belia mengatakan:

“Sebelum saya menyampaikan materi inti dari pembelajaran, saya juga penyusunan tempat duduk siswa, hal ini saya menggunakan format baris yang telah ditentukan sekolah, karena jika melakukan perubahan itu akan memakan banyak waktu ditambah lagi ruangan kelasnya kecil dan sempit paling saya akan memindah anak-anak yang nakal untuk duduk didepan agar tidak membuat keributan”(Wawancara, 22 Desember 2021)

 

Berdasarkan hasil wawancara diatas jelaslah bahwa penataan ruang kelas yang dilakukan oleh Ibu Syafriana, S.Pd menggunakan format berbaris sesuai dengan pengaturan sekolah, jika ingin melakukan perubahan maka akan memakan banyak waktu ditambah lagi ruangan yang tidak memungkinkan jika melakukan berbagai variasi tempat duduk. Selain itu, kelas bukan hanya dilakukan untuk pembelajaran PAI saja, namun untuk belajar mata pelajaran lain juga.

Sebagaimana pengamatan yang peneliti lakukan bahwa pada saat Ibu Syafriana,S.Pd menjelaskan materi pelajaran Aqidah Akhlak beliau menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan bagian-bagian dari materi pelajaran tersebut. (Observasi, 22 Desember 2021)

Hasil wawancara penulis dengan ibu Ibu Syafriana, S.Pd di kelas VII Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci belia mengatakan:

“Dalam kegiatan inti ini, dimana saat saya mengajar materi saya selalu  menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan selain itu agar apa yang saya ajarkan meresap pada diri siswa maka saya menggunakan metode keteladanan dan pembiasaan, pada akhirnya saya mengharpkan kepada semua siswa ikut berperan dalam sesi tanya jawab mengenai materi yang saya ajarkan” (Wawancara, 23 Desember 2021)

 

Kemudian penulis juga mencoba mewawancarai beberapa siswa kelas VIII yang bernama Ulyanti, Syarifah dan Denisyah mereka mengatakan:

“Saat proses pembelajaran PAI di kelas, dimana Ibu Syafriana yang saat menjelaskan pelajaran materi Aqidah Akhlak kami selalu antusias penjelasn dari ibu, setelah itu dibuka sesi tanya jawab, kemudian biasanya Ibu Syafriana juga langsung memberi tugas kepada kami untuk mengisi lembaran soal dalam buku LKS”(Wawancara, 23 Desember 2021)

 

Dengan adanya metode ceramah dan tanya jawab, dapat menjadikan siswa paham akan materi yang dijelaskan oleh guru sehingga peserta didik akan mengingat dan kemudian akan mengaplikasikan kedalam kehidupannya sehari-hari.

Wawancara penulis dengan beberapa siswa kelas VIII yang bernama Safwan, Nurhadi dan Hidayat mereke mengatakan :

“Adanya metode tanya jawab, kami yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, serta dapat membuat kami memilih-milih mana hal yang baik dan mana hal yang buruk yang harus dihindari. Kemudian juga dengan adanya metode penugasan kami rajin belajar dan lebih aktif mencari tahu tentang materi akidah akhlak” (Wawancara, 23 Desember 2021)

 

Selain itu, untuk membentuk kepribadian yang baik, guru juga memberikan keteladanan dan pembiasaan yang baik. Dengan keteladanan yang baik dari seorang guru mampu membangkitakn semangat serta memotivasi siswa untuk meniru apa yang telah dilakukan guru baik itu bersikap, perbuatan maupun dari segi berbicara.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci penulis menemukan bahwa dalam memberikan keteladanan terhadap siswa, sebelum memasuki kelas Ibu Syafriana, S.Pd mengucapkan salam terlebih dahulu, berbicara dengan bahasa yang sopan terhadap siswa ataupun terhadap sesama guru lainnya, membiasakan senyum, sapa, salam saat bertemu.(Observasi, 22 Desember 2021)

Keteladanan tersebut harus dibiasakan dalam sehari-hari agar menjadi terbiasa. Pembiasaan sangat penting dilakukan, karena dengan pembiasaan yang baik, akan membentuk kepribadian manusia yang baik pula.

Kemudian setelah melaksanakan kegiatan inti daro proses pemebelajaran PAI di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci terkahir guru PAI melanjutkan kegiatan ketiga yaitu kegiatan penutup.

c.    Kegiatan penutup

Untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran adalah dengan mengevaluasi materi yang telah diajarkan, memberikan beberapa pertanyaan ataupun tugas kepada peserta didik. Setelah itu  memberitahukan materi yang akan dipelajari minggu depan lalu bersama-sama mengucap hamdallah dan mengucapkan salam. (Observasi, 22 Desember 2021)

Pada kesempatan itu penulis juga mewawancarai Ibu Syafriana, S.Pd di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci beliau mengatakan bahwa :

“Setiap akhir proses pembelajaran, saya selalu mengevaluasi peserta didik dengan memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang telah saya jelaskan lalu memberi tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah dan akan diperiksa pada pertemuan berikutnya”(Wawancara, 22 Desember 2021)

 

Pada kesempatan itu juga penulis mencoba mewawncarai bapak kepala sekolah yaitu Bapak Agusman, S.Pd mengatakan bahwa :

“Alhamdulillah di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci ini belum ada keluhan mengenai pelajaran aqidah akhlak baik itu dari gurunya taupun muridnya, tidak seperti pelajaran lain yang banyak dikeluhkan karena kesulitan memahami materi pelajaran, saya sangat mengapresiasi kepada guru PAI kelas VIII dimana guru PAI nya cukup handal dalam memberikan materi kepada siswa sehingga suasana kelas menjadi nyaman dan berlangung kondusif. (Wawancara, 22 Desember 2021)

 

Dari hasil wawancara diatas, baik dengan guru PAI dan kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci dapat dipahami bahwa pelaksanaan pembelajaran PAI pada materi aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa berjalan dengan lancar walau hanya menggunakan metode tradisional.

 

2.    Kendala Yang Dihadapi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam suatu proses pasti adanya kendala-kendala, baik yang dihadapi guru maupun siswa. Namun hal demikain untuk menyukseskan proses belajar mengajar secara terus menerus harus ada langkah-langkah yang nantinya diambil oleh seorang guru dalam mengatasi kendala tersebut.

Adapun kendala yang dihadapi guru PAI dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci adalah sebagai berikut :

a. Minimnya Fasilitas Pendukung

Keterbatasan fasilitas pendukung seperti LCD ataupun infocus yang dapat menunjang proses pembelajaran PAI di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci boleh dikatan tidak ada, sehingga guru saat menyampaikan materi pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga hal ini juga membuat siswa menjadi bosan dalam belajar. (Observasi, 23 Desember 2021).

Hasil wawancara penulis dengan Ibu Syafriana, S.Pd S.Pd.I di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci beliau mengatakan :

“Dalam proses pembelajaran PAI di kelas VIII ini, ada sedikit kendala yang saya hadapi saat proses pembelajaran yaitu yang pertama ya dari faktor diri saya sendiri, saya belum bisa mengajar menggunakan alat-alat infocus atau yang lainnya, dikarenakan minimnya fasilitas yang tersedia disini yang mendukung proses belajar mengajar, selain itu saya juga tidak pernah mengajar menggunakan media sehingga jika mengajar terkesan membosankan. Kendala yang kedua yaitu disaat belajar terkadang siswa sering izin untuk keluar ruangan dengan alasan ke kamar kecil, sebentar-sebentar sudah ada yang permisi secara bergantian, ya kita tidak bisa melarangnya” (Wawancara, 23 Desember 2021).

 

 

Berdasarkan ungkapan dari Ibu Syafriana, S.Pd tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kendala yang dihadapi selama proses pelaksanaan pembelajaran yaitu dikarenakan minimnya fasilitas yang disediakan sekolah seperti LCD ataupun infocus, dari segi guru pengajarnya yaitu guru kurang menguasai teknologi dan guru aqidah masih menggunakan metode tradisional seperti ceramah sehingga murid terkadang merasa bosan, dari segi peserta didiknya yaitu peserta didiknya juga masih belum memperhatikan pembelajaran atupun perlengkapan lain yang menunjang proses pembelajaran.

Berdasarkan wawancara terhadap bapak Agusman, S.Pd selaku kepala Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci mengatakan bahwa :

“Saya juga merasakan bahwa fasilitas pendukung dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci sangatlah kurang dan belum memadai, seperti infocus ataupun alat penunjang pembelajaran lainnya masih terbatas, problematika yang dihadapi semua guru dalam pembelajaran selama ini masih dalam batas wajar, namun hal ini saya pun terus berupaya agar nanti fasilitas pendukung dapat tercapai sehingga guru-guru dapat menggunakannya dengan baik” (Wawancara, 23 Desember 2021)

 

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan memang benar adanya, fasilitas yang tersedia di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci masih minim, selama proses kegiatan pembelajaranpun guru PAI tidak pernah menggunakan infocus ataupun alat penunjang pembelajaran lainnya. (Observasi, 23 Desember 2021)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran PAI, kendala yang terjadi masih bersifat wajar dan bukan sesuatu yang fatal.

Kendala kedua yang dihadapi guru PAI kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci adalah keterbatasan alokasi waktu belajar.

 

 

 

b. Keterbatasan Alokasi Waktu Mengajar

Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan kreativitas guru, tetapi dilain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan kreativitas guru. Bahan pelajaran dengan tingkat  kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu. 

Hasil wawancara penulis dengan Ibu Syafriana, S.Pd di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci beliau mengatakan :

“Kami masih dihadapkan pada masalah kekurangan jam pelajaran agama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci dimana alokasi waktu mengajar hanya 2 jam perminggu, dimana satu jam pelajaran hanya dilaksanakan satu kali dalam seminggu disetiap kelasnya dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dan ini membuat kami kesulitan memberikan materi secara maksimal” (Wawancara, 23 Desember 2021).

 

Lebih lanjut Ibu Syafriana, S.Pd menjelaskan bahwa :

“Waktu yang kurang mencukupi untuk satu materi pembahasan sangat mengganggu pelaksanaan proses pembelajaran. Artinya, penetapan waktu pembelajaran bagi materi tersebut sudah habis dan seharusnya kami telah memasuki materi lain jika waktu selanjutnya. Jika hal ini dipaksakan, maka banyak materi lain yang kekurangan penyampaiannya” (Wawancara, 23 Desember 2021).

 

Kemudian hasil wawancara penulis beberapa siswa kelas VIII yaitu Tuti, Ismaniyah dan Gumalasari di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci mereka mengatakan :

“Kami memang belajar agama sekali dalam seminggu, dan menurut kami ini sangat kurang sekali untuk belajar agama, dimana alokasi waktu yang diberikan pihak sekolah hanya 2 x 40 menit dan ini membuat kami kesulitan memahami materi yang diberikan guru kepada kami” (Wawancara, 23 Desember 2021).

 

       Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa kekurangan jam pelajaran agama di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci menjadi problematika bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran Agama di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci.

 

3.    Upaya Yang Dilakukan Guru PAI untuk Mengatasi Kendala Yang Terjadi Dalam Membina Akhlak Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci

Kegiatan pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Sehubungan dengan itu, maka hasil observasi di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci pada mata pelajaran PAI ditemukan bahwa guru berusaha mengaktifkan siswa dengan membangkitkan motivasi mereka agar tertuju pada pemberian materi pelajaran yang disampaikan di kelas.

Begitu juga di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci masih memerlukan usaha untuk memperbaiki semua kekurangan yang ada, sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan dengan cepat dan apa yang diharapkan kedepannya dapat terwujud. Untuk mengatasi semua kendala-kendala yang dihadapi merupakan kewajiban setiap kepala sekolah dan guru untuk mengatasinya, karena hal itu merupakan jalan untuk meningkatkan pendidikan disekolah dan harus dilaksanakan dengan baik. (Observasi, 23 Desember 2021).

    Adapun upaya yang dilakukan guru PAI untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan Motivasi Siswa

Guru terlihat lebih mengeraskan suaranya agar didengar sampai ke bangku siswa yang di belakang dengan jelas, lalu guru juga terlihat sesekali menerangkan pelajaran dengan berjalan-jalan mengitari bangku siswa agar siswa bisa fokus dalam belajar, dan guru juga tidak memberikan materi pelajaran begitu banyak dalam waktu yang lama, namun guru membaginya kepada beberapa waktu agar siswa dapat bertanya tentang materi yang belum mereka mengerti, semua hal tersebut sebelumnya jarang dilakukan guru di kelas.

Wawancara penulis dengan beberapa siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci  mereka adalah Subhan, Iin Candra dan Imanuddin mereka mengatakan:

“Kami bisa berkonsetrasi dalam menyimak materi pelajaran yang disampaikan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak, karena guru mengeraskan suaranya dalam mengajar, guru juga menerangkan pelajaran dengan berjalan-jalan mengitari bangku kami, dan guru membaginya kepada beberapa waktu dalam menyampaikan materi pelajaran agar kami dapat bertanya tentang materi yang belum mereka mengerti. Untuk merangsang anak-anak melaksanakan kegiatan agama maka guru PAI selalu memberikan memberikan Motivasi secara lisan berupa nasehat yang tepat untuk diberikan kepada siswa (Wawancara, 23 Desember 2021).

 

Disamping itu juga guru PAI dalam hal ini juga mencari solusi agar saat proses pembelajar PAI siswa tidak meras bosan dengan metode itu-itu saja, denagan demikian adanya teknologi zaman sekarang ini juga dimanfaat oleh Ibu Syafriana, S.Pd dalam mengajarakan materi pembelajaran PAI di kelas, salah satunya adalah dengan menggunakan leptop untuk mengajarkan siswa di kelas. (Observasi, 23 Desember 2021).

Hasil wawancara penulis dengan Ibu Syafriana, S.Pd di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci beliau mengatakan :

“Salah satu upaya untuk mengatasi kendala yang terjadi, saya berusaha belajar mengenai alat teknologi biar tidak di bilang Gaptek, sampai-sampai saya beli laptop sendiri dan belajar bersama guru lain. Untuk siswa yang tidak mau mengikuti proses pembelajaran saya akan memberikan peringatan yang kemudian jika masih belum ada perubahan, maka saya akan berkoordinasi dengan waka kesiswaan” (Wawancara, 23 Desember 2021)

 

Sarana dan prasarana merupakan hal yang mutlak dipenuhi untuk memberikan kemudahan dalam menyelenggarakan suatu kegiatan walaupun belum bisa memenuhi sarana dan prasarana dengan sebagaimana mestinya. Jika sebuah lembaga pendidikan memiliki sebuah sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap, maka hal ini akan sangat menunjang lancarnya proses pembelajaran, dan tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Sebaliknya, sarana dan prasarana yang tidak memadai tentu akan menjadi hambatan dalam sebuah proses pembelajaran.

b. Meningkatkan Metode Mengajar yang Bervariasi

Guru menyadari bahwa metode yang dipakai mempengaruhi pembelajaran yang berlangsung, sehingga dengan demikian guru menggunakan metode mengajar yang lebih bervariasi. Berkaitan dengan itu, maka wawancara dengan Ibu Syafriana, S.Pd, selaku guru PAI di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci dimana beliau mengatakan :

Untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan interaktif, maka saya melakukan penggunaan sejumlah metode yang biasanya jarang digunakan. Metode yang ditambah seperti demonstrasi, kerja kelompok, drill, problem soviling, dan memberikan tugas kepada siswa untuk membaca ulang, pada intinya saya berharap apa yang saya ajarkan dapat dipahami siswa dan dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari”. (Wawancara, 23 Desember 2021)

 

Disamping itu juga masih ditemukan saat belajar siswa sering rebut dikelas tidak memperhatikan guru saat mengajar dan tidak memiliki konsentrasi penuh untuk menerima pelajaran. Tindakan yang digunakan guru adalah mengarahkan siswa agar memperhatikan materi yang diajarkan. Salah satunya guru PAI juga berupaya memberikan metode mengajar yang variatif. Metode yang sering digunakan guru saat mengajar adalah ceramah, diskusi, unjuk kerja, dan demontrasi yang digunakan secara bergiliran sesuai dengan materi yang diberikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

                                                                                  

A.  Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan beberapa  hal penting mengenai pembelajaran Aqidah Akhlak dalam membina akhlak siswa yaitu :

1.    Pelaksanaan pembina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci terdiri dari kegiatan membuka pelajaran, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Guru menggunakan metode ceramah, penugasan dan tanya jawab. Dengan metode ceramah peserta didik diharapkan dapat mengerti akan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru terutama mengenai perilaku terpuji. Dengan adanya metode tanya jawab memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti sehingga yag awalnya tidak tahu menjadi tahu, setelah tahu maka mereka dapat membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang harus dihindari. Dengan adanya metode penugasan diharapkan peserta didik akan rajin belajar dan lebih aktif dalam mencari tahu materi aqidah akhlak. Selain itu untuk membentuk perilaku terpuji guru juga memberikan keteladanan dan kebiasaan yang baik. Dengan keteladanan yang baik dari seorang guru akan membangkitkan motivasi siswanya untuk mengikuti perilaku yang telah dicontohkannya. Guru memberikan teladan kepada peserta didik mengenai akhlak yang baik dalam hubungannya dengan Allah Swt, hubungan yang baik dengan alam semesta, dan hubungan yang baik terhadap lingkungan sosial yang mencakup akhlak yang baik terhadap orang tua, guru  dan sesama teman. Keteladanan dari guru harus dibiasakan dalam sehari-hari, pembiasaan sangat penting dilakukan karena dengan pembiasaan yang baik akan membentuk kepribadian manusia yang baik pula.

2.   

58

Adapun kendala yang dihadapi guru pendidikan agama islam dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci adalah yang pertama guru kurang menguasai tehnologi seperti infocus dan lainnya sehingga dalam pengajarannya guru masih menggunakan metode tradisional seperti ceramah sehingga siswa terkadang bosan. Dari segi peserta didiknya yaitu peserta didiknya juga masih belum memperhatikan pembelajaran atupun perlengkapan lain yang menunjang proses pembelajaran. Dan dari pihak sekolah masih minimnya persediaan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran.

3.        Adapun solusi untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dari pihak guru aqidah akhlak berusaha membenahi diri dan lebih belajar lagi mengenai tehnologi, dan memberikan teguran serta nasihat kepada siswa yang tidak mengikuti peraturan sekolah serta tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Dari pihak sekolah berusaha mencari donatur sehingga sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana maupun fasilitas yang lebih baik lagi sehingga dapat mendukung proses kegiatan belajar mengajar.

 

B.  Saran

   Dari kesimpulan yang penulis kemukakan diatas selanjutnya penulis akan memberikan saran-saran terhadap berbagai kalangan atau kompenen-kompenen yang terkait yaitu :

1.    Bagi guru Pendidikan Agama Islam hendaknya selalu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dalam mengajar terutama yang berhubungan dengan akhlak siswa, dan dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi agar proses pembelajaran tidak membosankan serta melakukan pencegahan terhadap hal-hal yang dapat merusak akhlak maupun perilaku siwa dalam kehidupan sehari-hari.

2.    Kepada lembaga pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci hendaknya terus berusaha memperbaiki sarana dan prasarana sekolah guna kelancaran proses belajar mengajar.

3.    Kepada orang tua/wali murid hendaknya selalu menanamkan ajaran agama agar mereka selalu bertaqwa kepada Allah SWT, berbakti kepada kedua orang tua serta terhindar dari perilaku yang buruk yang dapat merusak masa depan mereka.

4.    Kepada siswa hendaknya selalu tanamkan sikap sopan santun terhadap orang tua maupun guru, menjalankan tugasnya dan menjauhi larangannya agar menjadi anak yang berbakti dan memiliki akhlak mulia.

 

C.  Kata Penutup

Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah atas rahmat dan inayah dari Allah Swt penulis dapat menyelesaikan karya ilmiyah ini. Penulis menyadari akan kekurangan Ilmu pengetahuan yang penulis miliki, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menambah ilmu pengetahuan bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan mudah-mudahan perlindungan serta petunjuk akan senantiasa tercurrahkan kepada kita semua. Amin  ya Rabbal’alamin.

 


 

 



 

DAFTAR PUSTAKA


Anonim, Al-Quran dan Terjemahanya, (Jakarta: Karya Insan Indonesia, 2004)

 

............, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Pustaka Setia, 2010)

 

Abdul kosim dan Faturrahman, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018)

 

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)

 

Akhmad Muhaimin Azzet, Menjadi Guru Faforit, (Jokjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011)

 

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet ke-2

 

Ansori LAL, Pendidikan Islam Transpormatif, (Jakarta: Referensi, 2012)

 

Anwar Rosihon Akidah Akhlak, (Bandung: CV Pustaka setia, 2008)

 

Azmi, Muhammad . Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah, (Yogyakarta: Belukar, 2006)

 

Baeni Ahmad Saebani, Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012)

 

Beni ahmad saebani dan Abdul Hamid, Ilmu akhlak, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010)

 

Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012)

 

Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2010)

 

Gunawan, Heri, Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014)

 

Gunawan, Heri. Pendidikan karakter, (Bandung: Alfabeta, 2017)

 

Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)

 

Lexy J Moleong, Metodolgi Penelitian Kualitatif (Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2013)

 

M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011)

 

Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen pembelajaran kelas (Jakarta: Gaung persada 2012)

 

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rodakarya, 2012)

 

Pratiwi, Indah dwi. Upaya guru akidah akhlak dalam membina akhlak siswa di MTs Darussalam Tanggerang Selatan, 2019. ( Skripsi Universitas Muhammadiyah Jakarta)

 

Putri, Juwita. Peran guru Akidah akhlak dalam membina akhlak peserta didikdi MIN 2 Teluk Betung Bandar Lampung, 2017 (Skripsi IAIN Raden Intan Lampung)

 

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012)

 

Sugiono, Metode penelitian kualitiatif, kauntitatifdan R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2018)

 

Syaiful  Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)

 

Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014)

 

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



0 $type={blogger}:

Postingan Populer

Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Kota Jambi, Indonesia

Putra Muaro Bungo

Putra Muaro Bungo
Jadilah Diri Sendiri Tanpa Berharap Kepada Manusia

Simpel Aja

Simpel Aja

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

My Famili

SELAMAT DATANG DI

BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN

Arsip Blog

Pengikut

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman

TERIM KASIH

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT