BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam proses pembelajaran banyak ditemukan problem
di dalamnya, baik itu dari guru, siswa, maupun dari materi
pembelajarannya. Pembelajaran merupakan
inti dari proses pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai
komponen, yaitu guru, siswa, danmateri pelajaran atau sumber belajar. Interkasi
antara tiga komponen utama ini melibatkan sarana dan prasarana seperti metode,
media, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta suatu proses
pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan.
(Heri Gunawan, 2014, hal. 116)
Pendidikan akhlak diartikan sebagai latihan mental dan fisik
yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban
dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari akhlak merupakan hal
yang sangat penting dalam bertingkah laku. Dengan akhlak yang baik seseorang
tidak akan terpengaruh pada hal-hal yang negatif. Akhlak merupakan salah satu
khazanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan
1
Proses penerimaan tersebut diharapkan peserta
didik mampu menangkap materi yang diberikan oleh guru serta mampu memahaminya.
Akan tetapi masalah akan timbul apabila peserta didik kurang memahaminya. Hal
tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya yaitu kurang
meresponnya peserta didik terhadap materi yang disampaikan oleh guru, guru yang
tidak mampu memahami peserta didik atau pelajaran yang sulit dipahami oleh
peserta didik. Maka dari itu, hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, perlu
adanya upaya yang dilakukan baik guru maupun pihak sekolah untuk mengatasinya.
Pembinaan akhlak
menjadi sangat penting mengingat perkembangan zaman, oleh karena itu penanaman
nilai-nilai keislaman harus dilakukan sejak dini. Untuk membina akhlak yang
baik dan berbudi pekerti yang luhur, menurut Prof. Dr. H Abudin Nata M.A ada
beberapa cara dalam memberikan pengetahuan agama dalam pembinaan akhlak anak
yaitu, melalui pembiasaan, melalui paksaan dan melalui keteladanan. (Abudin
Nata, 2014,hlm. 141). Peserta didik disekolah akan memiliki akhlak yang baik
apabila guru mampu memberikan contoh yang baik, sebab guru adalah orang yang
mampu mempengaruhi kepribadian anak didik. Anak penerus bangsa harus
mendapatkan perhatian khusus dari orang tua, masyarakat maupun sekolah. Salah
satu cara untuk membentuk aqidah dan akhlak anak supaya menjadi lebih baik
yaitu melalui pembelajaran aqidah akhlak di sekolah.
Eksistensi guru
sangat menentukan dalam membina akhlak peserta didik, karena disamping guru
berperan sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pengarah yang mempunyai
tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi terhadap diri peserta
didik disekolah. Dengan demikian para guru hendaknya memahami prinsip-prinsip
bimbingan dan menerapkan dalam proses belajar mengajar dan seorang guru
hendaknya selalu memberikan atau mengarahkan anak didiknya kepada hal-hal yang
sesuai dengan ajaran agama Islam. Pembinaan akhlak pada dasarnya menuntut
seseorang agar memberi petunjuk agar peserta didik dapat berbuat baik dan
meninggalkan yang buruk maka sangat penting diadakannya pembinaan akhlak. Dalam sebuah pendidikan, guru merupakan
komponen terpenting yang harus ada dalam proses pembelajaran. Karena guru
sangat berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial disegala
bidang. (Mohammad Surya, 2006 : 44).
Bagi guru Pendidikan
Agama Islam telah ada standart kepribadian yakni Rasulullah SAW. Dan Allah SWT
mengajarkan kepada kita untuk meneladani pribadi beliau. Sebagaimana yang
tercantum di dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 21, yaitu:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ
يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (سورة الأحزاب : 21)
Artinya: “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia hanya
menyebut Allah. (Q.S Al-Ahzab: 21).
Ayat diatas menjelaskan
bahwa seorang guru hendaknya menjadi contoh telandan bagi anak didiknya. Oleh
karena itu, dalam menjalankan tugasnya guru diharapkan mampu bekerja secara
profesional sehingga menghasilkan tamatan yang lebih bermutu dan mempunyai
akhlak yang berbudi luhur, dan salah satu faktor terpentingnya adalah
peningkatan kompetensi kepribadian guru dan harus diimbangi dengan kompetensi
yang lainnya yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.
Dalam hal tersebut
memberikan suatu gambaran bahwa seorang guru professional tidak hanya menguasai
salah satu kompetensi saja tetapi alangkah baiknya untuk menguasai keempat
kompetensi tersebut. Tetapi kenyataannya dalam dunia pendidikan hal tersebut
sangat jarang dijumpai keempat kompetensi tersebut ada dalam diri seorang guru.
(Muhabbin Syah, 2004 :41).
Guru merupakan sosok yang menjadi tauladan dalam segala hal, sehingga apa
yang dilakukan guru merupakan contoh bagi para siswa. Begitu pentingnya
kepribadian guru, bahkan disebut juga bahwa faktor terpenting bagi seorang guru
adalah kepribadiannya.
Pengajaran di sekolah dengan sistem pendidikan saat ini lebih menekankan
pada pemikiran kritis yang hanya mengarah pada perkembangan kecerdasan
intelektual melalui pengetahuan, kemampuan analisis, dan kemampuan sintesis,
tetapi kurang memberikan perhatian pada kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual yang sangat dibutuhkan anak dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan. (Imas Kurniasih, 2010: 9).
Berdasarkan
observasi awal yang dilakukan peneliti, diperoleh gambaran tentang pembelajaran
pendidikan agama islam dalam membina akhlak peserta didik di sekolah mengengah
pertama negeri SMPN 16 Kerinci menemukan bahwa guru pendidikan agama islam
telah melakukan berbagai pembelajaran dalam mebina akhlak siswa, diantaranya
adalah memberikan contoh perbuatan yang baik terhadap peserta didik, menanamkan
nilai-nilai agama, membiasakan bersikap yang baik, menegur siswa yang melakukan
kesalahan, dan mengadakan kegiatan keagamaan.
Namun kenyataanya
masih terdapat siswa yang berprilaku kurang baik di sekolah mengengah pertama
negeri 16 Kerinci. Guru telah melakukan berbagai kegiatan pembelajaran dalam
pembinaan siswa, adapun kegiatan pembelajaran tersebut yaitu pembelajaran
mengenai akhlak terpuji terhadap Allah SWT meliputi melaksanakan shalat zuhur
berjamaah, mengadakan berbagai kegiatan keagamaan, membiasakan membaca doa
sebelum pelajaran dimulai dan kegiatan akhlak terpuji terhadap sesama manusia
meliputi membiasakan salam terhadap guru, memberikan teguran terhadap siswa
yang bersalah, dan memberikan contoh serta teladan yang baik dari segi ucapan,
pakaian maupun perbuatan terhadap siswa. Namun, meskipun telah dilakukan
berbagai pembinaan dalam pelajaran pendidikan agama islam, masih ada saja siswa
yang melakukan akhlak tercela seperti ribut didalam kelas, tidak menghargai
guru, berbicara dengan nada yang tinggi terhadap guru, mengganggu teman,
berkelahi, saling mengejek satu sama lain, membolos sekolah, dan melanggar tata
tertib sekolah. (Observasi, 23 Maret 2021).
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Siswa Di Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 16 Kerinci Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi”
B. Fokus penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan
menghindari pembahasan menjadi terlalu luas, maka penulis perlu membatasinya.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai Upaya Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Siswa Di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Kerinci Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Selanjutnya penulis
membatasi penelitian di pada kelas VIII. A sebanyak 27 siswa.
C.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pelaksanaan pembinaan akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Kerinci?
2.
Apa saja kendala yang dihadapi guru
pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Kerinci?
3.
Bagaimana upaya yang dilakukan guru PAI untuk mengatasi kendala yang
terjadi dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Kerinci?
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah
diatas, tujuan penelitian ini adalah:
a.
Ingin mengetahui pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam
membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
b.
Ingin mengetahui kendala yang dihadapi guru pendidikan agama Islam dalam
membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
c.
Ingin mengetahui upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang
terjadi dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Kerinci
2.
Manfaat Penelitian
Dengan
melaksanakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a.
Sebagai masukan bagi para praktisi atau tenaga kependidikan dalam
menyelenggarakan pengolahan sekolah/madrasah khususnya bagi: Guru pendidikan
agama islam dapat menjadikan pembelajaran pendidikan agama islam untuk
membentuk akhlakul karimah.
b.
Bagi siswa, dapat memberikan dorongan atau motivasi dalam belajar,
bertanggung jawab pada setiap tugas-tugasnya serta dapat memberikan bekal untuk
dapat bekerja sama dengan orang lain dalam konteks akhlak yang mulia.
c.
Bagi peneliti, mendapatkan pengetahuan, memperkaya wawasan berikut
praktiknya dilapangan yang berguna bagi pilihan profesi peneliti di masa yang
akan datang.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Landasan
Teori
1.
Pengertian Upaya
Upaya menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah usaha (syarat) untuk menyampaikan suatu maksud, akal, ikhtiar,
(suatu daya upaya), supaya-upayanya (sedapay-dapatnya), berusaha (berikhtiar),
mengupayakan atau mengikhtiarkansupaya dapat melakukan sesuauuntuk mencari akal
(jalan dan sebagainya). (Anonim KBBI, 2006, hal. 1345).
Pengertian upaya guru adalah
usaha yang harus dilakukan oleh guru agar siswa itu menjadi pribadi yang
disiplin. Sebelum mengetahui tentang upaya guru dalam menumbuhkan kedisiplinan
siswa, guru harus mengetahui pribadi siswa, dimana siswa sebagai peserta didik
merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasila proses pendidikan.
Boleh dikataka hampir semua kegiatan disekolah pada akhirnya ditunjukkan untuk
membantu siswa mengembangkan potensi dirinya. (Muhaimin,
2005, hal.50).
Poerwadarminta
mengatakan bahwa upaya dalah usaha untuk menyampaikan maksud, akal dan ikhtiar.
Peter Salim dan Yeni Salim mengatakan upaya adalah bagian yang dimainkan oleh
guru atau bagian dari tugas utama yang harus dilakukan. (Peter
Salim dan Yeni Salim, 2005: 1187).
Upaya adalah statu hal dari pengajaran yang
memungkinkan seseorang untuk berbuat
baik secara kebiasaan atau langsung. Adapun menurut pendapat Robinson
mengatakan bahwa upaya adalah kemampuan seseorang untuk berbuat semua kegiatan
dan pada intinya kemampuan tersebut akan mencakupi dari faktor yaitu kemampuan
berpikir dan kemapuan berbuat. (Martinis Yamin, 2010: 2)
8
2.
Pengertian Guru
Guru adalah
orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. “Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu,
tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di
surau/mushola, di rumah, dan sebagainya”. (Syaiful
Bahrin Djamarah, 2005 : hlm 31).
Guru adalah
tenaga profesional yang bertanggung jawab untuk mendidik dan mengajarkan anak
didik dengan pengelaman yang dimiliknya baik dalam bentuk formal dan nonformal.
“Guru adalah orang yang peling penting statusnya di dalam kegiatan belajar
mengajar karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu mengatur dan
mengemudikan kelas”. (Suharsimi Arikunto, 2009 : hlm 293).
Guru
merupakan pendidik dan pengajar bagi anak sewaktu berada di lingkungan sekolah,
sosok guru diibaratkan seperti orang tua kedua yang mengajarkan berbagai macam
hal yang baru da sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengemagkan
potensi dasar dan kemampuannya secara optimal. Guru merupakan sosok yang rela
mencurahkan sebagian waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara
penghargaan dari sisi material, misalnya, sangat jauh dari harapan. Gaji
seorang guru rasanya terlalu jauh untuk mencapai kesejahteraan hidup layak
sebagai profesi yang menjadi salah satu alas an mengapa guru di sebut sebagai
pahlawan tampa tanda jasa. (Ngainun Naim, 2009 : 1)
Guru
merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem kependidikan, karena
gurulah yang akan mengantarkan anak didik pada tujuaan yang telah di tentukan, (Khoirun Rosyadi, 2004 : 172) menurut dzakiyah
dradjat dan kawan-kawan dalam bukunya
ilmu pendidikan islam menguraikan bahwa guru adalah pendidik profesinal,
karenanya secara inflisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul
sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua.
Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus berarti
pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru.Hal itu pun
menunjukan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada
sembarag guru/sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat guru. (Zakiyah Daradjat Dkk, 2000 : 39)
Sedangkan
dalam Undang-Undang RI NO. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menegaskan
bahwa Guru adalah “pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, da pendidikan menengah. (UU RI No.14
th 2005 : 3)
Kemudian
menurut Al-Ghazali dalam ihya’ ulumuddin, sebagai mana di kutip Khoiron Rosyadi
mengatakan bahwa guru adalah seseorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan
ilmunya itu, dialah yang bekerja di bidang pendidkan. Sesungguhnya ia telah
memiliki pekerjaan yang terhormat dan yang sanga penting, maka hendaknya ia
memelihara adab sopan santun dalam tugasnya ini. (Khoiron Rosyadi, 2004 : 178)
Jadi,guru adalah orang yang memberikan informasi atau ilmu
pengetahuan kepada peserta didik dengan rasa tanggung jawab, baik itu pendidikan
formal maupun non formal.
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan
Islam ditinjau dari segi kelembagaan mengandung makna bahwa kelembagaan
pendidikan Islam adalah kelembagaan yang menekankan untuk dapat merealisasi
seluruh aspek-aspek pendidikan Islam yang telah disebutkan terdahulu, baik pada
pendidikan formalnya maupun pendidikan nonformal dan informalnya. (Haidar Putra Daulay, 2009: 9-10).
Pendidikan
Islam yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam harus bisa menanamkan atau
membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut. (M.Arifin,
2011: 9). Proses pendidikan dalam keluarga juga tidak selamanya berjalan
lancar tanpa hambatan. Pada saat tertentu orang tua atau lingkungan di luar
keluarga mempengaruhi proses pendidikan yang ada. Kapasitasnya juga tidak menentu. Ada yang ringan, berat
dan ada juga yang fatal permasalahan tersebut. Untuk itu orang tua dan
penanggung jawab pendidikan yang lainnya harus bijaksana dalam menyelesaikan
atau mengatasi masalah tersebut.
Dari aspek
visi, misi dan tujuan, pendidikan Agama Islam sejatinya tidak terpisahkan dari
tugas kekhalifahan manusia yakni, membangun kehidupan dunia yang makmur,
dernokratis, adil, dinamis, harmonis, lestari, taat hukum, yang didasarkan pada
nilai-nilai ilahiyah. (Ansori LAL, 2012: 24-29). Maka
misi dan visi pendidikan Islam menunjang transformasi menuju masyarakat yang
memiiiki identitas berdasarkan nilai-nilai Islam dan budaya Indonesia dan dapat
menghasilkan individu yang religius, memiliki pengetahuan keterampilan,
teknologi, integritas pribadi yang mereka, demokratis, toleransi kemanusiaan
demi yang tinggi, taat hukum, hak asasi manusia serta memiliki orientasi global
dan berpikir lokal dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan
Islam secara subtansial tujuan pendidikan agama islam adalah mengasuh,
membimbing, mendorong, mengusahakan, menumbuh kembangkan manusia takwa.
Pendidikan
Islam bersumber pada pendidikan yang
diberikan Allah SWT sebagai pendidik, seluruh ciptaannya termasuk
manusia.Pendidikan Islam mengandung arti memelihara dan menjaga fitrah anak
didik menjelang dewasa, mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan dan
melaksanakan pendidikan secara bertahap. Pendidikan Agama Islam adalah upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama
Islamdari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.
(Ramayulis, 2012: 21).
Pendidikan
Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang
untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita ajaran Islam, karena
nilai-nilai ajaran Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannyat
sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri untuk menghasilkan anak
yang cerdas, bermental baik, sehat jasmani dan rohani yaitu insan yang sempurna
setelah orang mengalami pendidikan.
Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang
berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan.
Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga,
masyarakat dan pemerintah. (Zakiah Darajat, 2014: 86-88). Pendidikan, bagi
sebagian orang dipahami sebagai pengajaran, karena pendidikan pada umumnya
selalu membutuhkan pengajaran. Apabila pengertian pendidikan dalam hal ini
dijadikan acuan, maka setiap orang yang berkewajiban mendidik tentu harus
melakukan perbuatan mengajar, sedangkan diketahui bahwa mengajar pada umumnya
diartikan secara sempit dan formal, sebagai kegiatan menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa, agar mereka menerima dan menguasai materi pelajaran
tersebut, atau siswa tersebut memiliki ilmu pengetahuan.
Tujuan
pendidikan Islam dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan islam adalah sesuatu
yang diharapkan tercapai setelah proses pendidikan berakhir. Tujuan ini diklasifikan
kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional.
Banyak sekali konsep dan teori tujuan pendidikan islam yang telah dikemukakan
oleh para ahli pendidikan, baik pada zaman klazik, pertengahan maupun dewasa
ini. Namun dapat difahami, bahwa beragamnya konsep dan teori tujuan pendidikan
agama islam tersebut merupakan bukti adanya usaha dari para intelektual muslim
dan masyarakat muslim umumnya untuk menciptakan suatu system pendidikan yang
baik bagi masyarakatnya.
Pendidikan
Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang
untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita ajaran Islam, karena
nilai-nilai ajaran Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya
(peserta didik). Tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah sasaran yang akan
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang yang melaksanakan suatu kegiatan.
Karena itu, tujuan ilmu pendidikan Islam yaitu sasaran, yang akan dicapai oleh
seseorang atau kelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam, fungsi tujuan
itu ada 4 macam, yaitu: mengakhiri usaha, mengarahkan usaha, merupakan titik
pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik tujuan-tujuan baru maupun
tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama dan memberi nilai (sifat) pada
usaha-usaha itu. (Djamaluddin dan Abdullah Aly, 2006:
14).
Pendidikan Islam mengisyaratkan tiga macam
dimensi dalam upaya mengembangkan kehidupan manusia, yaitu sebagai berikut:
a.
Dimensi kehidupan duniawi yang mendorong manusia sebagai
hamba Allah untuk mengembangkan dirinya dalam ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan nilai-nilai Islam yang mendasari kehidupan.
b.
Dimensi kehidupan ukhrawi yang mendorong manusia untuk
mengembangkan dirinya dalam pola hubungan yang serasi dan seimbang dengan
Tuhan. Dimensi inilah yang melahirkan berbagai usaha agar seluruh aktivitas
manusia senantiasa sesuai dengan nilainilai Islam.
c.
Dimensi hubungan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi yang
mendorong manusia untuk berusaha menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang utuh
dan paripurna dalam bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta menjadi
pendukung dan pelaksana ajaran Islam. (Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiat,
2012: 22-23).
Tujuan pendidikan merupakan faktor yang
sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu.
Tujuan pendidikan secara formal diartikan sebagai rumusan kualifikasi,
pengetahuan, kemampuan dan sikap yang harus dimiliki oleh anak didik setelah
selesai suatu pelajaran di sekolah, karena tujuan berfungsi mengarahkan,
mengontrol dan memudahkan evaluasi suatu aktivitas sebab tujuan pendidikan itu
adalah identik dengan tujuan hidup manusia.
Pendidikan
Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita ajaran Islam, karena nilai-nilai
ajaran Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya (peserta didik).
(Muzayyin Arifin, 2009 :10). Pendidikan merupakan aktivitas atau kegiatan yang
selalu menyertai kehidupan manusia, mulai dari bangsa yang sederhana
peradabannya sampai kepada bangsa yang tinggi peradabannya. Persoalan itu
sendiri muncul bersamaan dengan keberadaan manusia di dalam lingkungannya, hal
ini di karenakan manusia merupakan makhluk yang selalu harus mendapat bimbingan
dan bantuan dalam hidupnya. Lebih jauh dari itu, manusia harus pula dapat
mendidik baik dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat pada umumnya yang ada di
lingkungan sekitarnya.
Pendidikan
Agama Islam, yaitu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama
islam menuju terbentukrya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan
pengertian lain, seringkali beliau menvatakan kepribadian utama dengan istilah
kepribadian musiim, laitu kepribadian yang rnemiliki nilai-nilai agama lslam-
memlih, dan mernutuskan serla berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan
bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. (Djamaluddin dan
Abdullah Aly, 2012: 9).
Pendidikan
merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah lantaran
mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan budaya masyarakat. Pendidikan dari
masa ke masa mengalami kemajuan yang sangat pesat, demikian juga piranti
pendidikan yang canggih, oleh sebab itu perubahan yang terjadi di tengah
masyarakat adalah diakibatkan oleh majunya dunia pendidikan. Pendidikan tidak
hanya merambah dunia nyata akan tetapi sudah merambah dunia maya, yang menurut
pemikiran lama masih dalam bentuk hayalan dan angan-angan, sekarang sudah dalam
bentuk kenyataan. Perkembangan dan perubahan pendidikan yang maju menuntut kita
untuk mempersiapkannya dengan matang pula, tenaga pengajar dituntut untuk
mengembangkan kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan dan keahlian
agar guru dan dosen tidak tergilasnya oleh majunya pendidikan dalam situasi
bagaimauapun sang guru dan dosen tetap menjadi kemudi untuk mencapai masyarakat
madani.
Tujuan
pendidikan ini adalah membina insan paripurna yang taarrub kepada Allah, bahagia di dunia dan akhirat.
Tidak dapat dilupakan pula orang yang rajin mengikuti pendidikan akan
memperoleh kelezatan ilmu yang dipelajarinya dan kelezatan ini pula dapat
mengantarkannya pada pembentukan insan paripurna sebagaimana dijelaskan di
atas. (Djamaluddin dan Abdullah Aly, 2012: 15).
Pendidikan
Agama itu lebih banyak ditujukan pada perbaikan sikap mental yang akan bewujud
dalam damai perbuatan, baik dalam segi keperluan diri sendiri maupun orang
lain. Pada segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoretis saja.
Ajaran Islam tidak membedakan antara iman dan amal soleh. Oleh karena itu,
pendidikan Islam sekaligus merupakan pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan
karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi di
masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perseorangan dan bersama, maka
pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidrkan masy'arakat. Semula
orangyang berlugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul, rutmun selanjutnya para
ulama dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.
Agama
mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia Pancasila sebab agama
merupakan motivasi hidup dan diri yang amat penting. OIeh karena itu agama
perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia lndonesia agar dapat
menjadi dasar kepribadian sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh.
Agama mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan manusia dengan manusia,
hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan dirinya yang dapat
menjamin keselarasan, keseimbangan, dan keserasian dalam hidup manusia, baik sebagai
pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam mencapai kemajuan lahiriyah dan
kebahagiaan rohaniyah. (Zakiah Darajat, 2014: 86).
Oleh karena
agama sebagai dasar tata nilai merupakan penentu dalam perkembangan dan
pembinaan rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, maka pemahaman dan
pengalamannya dengan tepat dan benar dipertukan untuk menciptakan kesatuan
bangsa. Bahan pendidikan agama bagi masing-masing pemeluknya berasal dari
sumber-sumber agamanya masing-masing. Pelaksanaan pendidikan agama dilakukan
oleh pengajar yang meyakini, mengamalkan, dan menguasai bahan agama tersebut.
Dan salah satu tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (Zakiah Darajat, 2014: hlm. 86-87). Untuk
mencapai tujuan itu, pendidikan agama perlu diberikan pada semua jenjang dan
jenis sekolah dan dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah tingkat dasar sampai
dengan tingkat tinggi.
4. Membina Akhlak Siswa
a.
Pengertian Membina akhlak
Berbicara
tentang pembinaan akhlak sama dengan berbicara pada tujuan pendidikan islam.
Akhlak dan kepribadian manusia tentun dapat ditingkatkan dan dibina. Pembinaan
akhlak dan kepribadian manusia dapat dilakukan dengan cara menyucikan diri atau
disebut dengan takziyah al-nafs, takziyah berarti penyucian sedangkan al-nafs
berarti pribadi. Jadi takziyah al-nafs berarti penyucian pribadi.
Al-Ghazali menekankan takziyah al-nafs sebagai pembinaan akhlak manusia,
menurutnya pribadi yang sehat bersumber dari akhlak yang terpuji serta
memutuskan segala hubungan yang dapat merugikan kesempurnaan pribadi. Ia
menilai bahwa kualitas pribadi seseorang dapat dilihat dari penampilan
akhlaknya. Orang yang baik akhlaknya menandakan bahwa orang itu sehat pribadinya,
ia memiliki kedudukan yang paling mulia disisi-Nya. Sebaliknya orang yang buruk
akhlaknya adalah orang yang menyimpang dari hakikat kemanusiaannya.
Terbentuknya akhlak yang baik dibutuhkan metode yang tepat yaitu mujahadat
(kesungguhan) dan riyadah al-nafs (latihan kepribadian), kedua metode
ini bila diganbungkan mengandung arti menahan diri dan melatih diri yakni
berupaya melatih diri untuk melakukan amal perbuatan yang memberikan akhlak
yang baik sehingga menjadi kebiasaan bahkan menjadi kebiasaan bahkan menjadi
sesuatu yang menyenangkan
Usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai macam metode
terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan
pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim
yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada ibu-bapak,
sayang kepada sesama makhluk Tuhan dan seterusnya.
Sebagaimana Firman Allah SWT surat Luqman ayat 14 yang
berbunyi :
وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ
حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٖ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ
ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ (سورة لقمان : 14)
Artinya
: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. ( QS. Al-Lukman: 14 )
Sebaliknya, keadaan menunjukkan bahwa
anak-anak yang tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan,
dan pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat,
melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa
akhlak perlu dibina
Pembentukan
atau pembinaan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam
rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang
terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisiten.
Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil
usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada
pada diri manusia, termasuk dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah,
kata hati, nurani, dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan
yang tepat
b.
Tujuan pembinaan akhlak
Islam
menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak yang mulia ini
sangat ditekankan karena disamping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga
sekaligus membawa kebahagiaan masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa
akhlak utama yang ditampilkan seseorang, tujuannya adalah untuk mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat
Para ahli
pendidikan Islam berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan
akhlak. Muhammad Athiyah Al-Abrasy mengatakan pembinaan akhlak dalam Islam
adalah untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, sopan dalam berbicara
dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, bersifat bijaksana, sopan dan beradab.
Jiwa dari pendidikan Islam pembinaan moral atau akhlak. Ibnu Maskawaih
merumuskan tujuan pembinaan akhlak yaitu terwujudnya sikap batin yang mampu
mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik,
sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati dan sempura
dalam arti yang sempurna. Tujuan pembinaan akhlak bersifat menyeluruh yakni
mencakup kebahagiaan hidup manusia dalam arti yang seluas-luasnya. Allah SWT
menggambarkan dalam Al-Qur‟an tentang janji-Nya terhadap orang yang senantiasa
berakhlak baik, diantaranya QS. an-Nahl : 97.
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ
أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ
وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
Artinya
:“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” ( Q.S An-Nahl : 97 )
c. Metode Pembinaan Akhlak
Adapun
beberapa metode pembinaan akhlak yaitu :
1)
Pembiasaan
Pembiasaan
merupakan upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik. M, Mujib
merumuskan tiga pokok metode. (Abdul kosim, 2018, hal.176) :
a)
Adanya relevansi dengan kecenderungan dan watak peserta didik
baik aspek intelegensi, social, ekonomi, dan status keberadaan orang tua.
b)
Memelihara prinsip umum diantaranya berangsur-angsur dari
yang mudah menuju ke yang sulit dari yang terperinci menuju ke yang terstruktur
c)
Memperhatikan perbedaan individual misalnya nilai keimanan
tidak begitu saja hadir dalam jiwa seseorang tetapi perlu ia tanamkan,
diarahkan dan menjadi motivasi semangat dan control terhadap pola tingkah laku.
2)
Paksaan
Dalam tahap-tahap tertentu pembinaan akhlak, khususnya akhlak
lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama-kelamaan tidak lagi
terasa dipaksa. Seseorang yang ingin menulis dan mengatakan kata-kata yang bagus misalnya pada mulanya ia harus
memaksakan tangan dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan huruf
yang bagus. Apabila pembinaan ini sudah berlangsung lama, maka paksaan tersebut
sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan (Abuddin Nata, 2017, hal.141).
3)
Keteladanan
Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran,
instruksi dan larangan. Sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak
cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan
itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada
pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika
disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. (Abuddin Nata,
2017, hal.141) Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh Rasulullah SAW,
keadaan ini dinyatakan dalam ayat yang berbunyi :
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ
لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا
Artinya
: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(Q.S Al- Ahzab :21) (Qur’an, 2013)
4). Melihat kekurangan diri
sendiri
Dalam hubungan ini, Ibnu Sina mengatakan jika seseorang menghendaki
dirinya berakhlak hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat
yang ada dalam dirinya. Dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat
kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan. (Abuddin
Nata, 2017, hal. 141
5). Memperhatikan factor kejiwaan sasaran yang akan dibina
Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan
memperhatikan factor kejiwaan sasaran yang akan dibina, menurut hasil
penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut perbedaan
tingkat usia. (Abuddin Nata, 2017, hal. 141).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak
1)
Agama
Agama dalam membina akhlak manusia dikaitkan dengan ketentuan
hukum agama yang sifatnya pasti dan jelas, misalnya wajib, mubah, makruh dan
haram, pembinaan tersebut dijelaskan secara rinci oleh agama, maka dari itu
pembinaan akhlak tidak dapat dipisahkan dari agama.
2)
Tingakah laku
Tingkah laku
manusia ialah sikap seseorang yang dimanifestasikan kedalam perbuatan.
3)
Nafsu
Nafsu dapat
mendorong manusia berbuat buruk ataupun baik nafsu dapat menyingkirkan semua
pertimbangan akal, mempengaruhi hati nurani dan menyingkirkan hasrat baik yang
lainnya.
4)
Adat istiadat
Kebiasaan
terjadi sejak lahir, lingkungan yang baik mendukung kebiasaan yang baik pula,
lingkungan dapat mengubah kepribadian seseorang. Lingkungan yang tidak baik
dapat menolak adanya sikap disiplin dan pendidikan. Kebiasaan buruk mendorong
kepada hal-hal yang lebih rendah, yaitu kembali kepada adat kebiasaan yang
masih primitif.
5)
Lingkungan
Lingkungan
mampu mempengaruhi aklak manusia, lingkungan dapat menjadi pendorong terhadap
perkembangan kecerdasan, dan sebaliknya lingkungan juga dapat menghambat
perkembangan seseorang sehingga tidak dapat mengambil manfaat dari kecerdasan
yang diwarisi.
5. Macam-Macam Akhlak
Ulama akhlak mengatakan bahwa akhlak yang baik merupakan
sifat para nabi dan orang-orang ,siddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan
sifat syaitan dan orang yang tercela.maka pada dasarnya, akhlak itu menjadi dua
macam jenis;
a). Akhlak baik atau terpuji (Al-Akhlaqu al-Mahmud’ah) yaitu
perbuatan baik terhadap tuhan, sesama
manusia dan makhluk-makhluk yang lain (Mahjuddin,2009,
hal.10). Akhlak baik terhadap tuhan yang meliputi antara lain:
1)
Bertaubat (Al-Taubah) yaitu suatu sikap yang menyesali
perbuatan buruk yang pernah dilakukan dan berusaha menjauhinya, serta melakukan
perbuatan baik.
2)
Bersabar (Al-Sabru) yaitu suatu sikap yang betah atau dapat
menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar
itu langsung menyerah tanpa upaya melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi
oleh manusia. maka sabar yang dimaksud
adalah sikap yang diawali dengan ikhtiyar, lalu diakhiri dengan sikap menerima
dan ikhlas ,bila seseorang dilanda suatu cobaan dari tuhan.
3)
Besyukur (Al-Shukru) yaitu suatu sikap yang selalu ingin
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh allah swt.
Baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Lalu disertai dengan peningkatan
pendekatan diri kepada yang memberi nikmat, yaitu allah swt.
4)
Bertawakal. (Al-Tawakkul) yaitu menyerahkan segala urusan
kepada allah setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang
diharapkannya, harus lebih dahulu berupaya sekuat tenaga, lalu menyerahkan
ketentuannya kepada allah swt. Maka dengan cara yang demikian itu manusia dapat
meraih kesuksesan dalam hidupnya.
5)
Ikhlas (Al-Ikhlas) yaitu sikap menjauhkan diri dari riya’
(menunjuk-nunjukkan kepada orang lain) ketika mengerjakan amal baik. Maka
amalan seseorang dapat dikatakan jernih, bila dikerjakan dengan ikhlas.
6)
Raja’ (Al-Raja’) yaitu sikap jiwa yang sedang menunggu
(mengharapkan) sesuatu yang disenangi oleh allah swt. Setelah melakukan hal-hal
yang menyebabkan yang terjadi sesuatu
yang diharapkannya. Oleh karena itu bila tidak mengerjakan penyebabnya, lalu
menunggu sesuatu yang diharapkan, maka hal itu disebut “tamanni” atau hayalan.
7)
Bersikap takut (Al-Khauf) yaitu suatu sikap jiwa yang sedang
menunggu sesuatu yang tidak disenangi dari allah swt. Maka manusia perlu
berupaya agar apa yang ditakutkan itu, tidak akan terjadi.
b). Akhlak buruk atau tercela (Al-Akhlaqul Al- Mazmumah)
yaitu perbuatan buruk terhadap tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk
lainnya. (Mahjuddin,2009,hal.17) akhlak buruk terhadap tuhan yang meliputi
antara lain:
1)
Takabbur (Al- Kibru) yaitu suatu sikap yang menyombongkan
diri, sehingga tidak mau mengakui kekuaaan allah di alam ini, termasuk
mengingkari nikmat allah yang ada padanya.
2)
Musyrik (Al-Isyrak) yaitu suatu sikap yang mempersekutukan
allah dengan makhluknya, dengan cara mengnggap bahwa ada suatu makhluk yang
menyamai kekuasaannya.
3)
Murtad (Al-Riddah) yaitu sikap yang meninggalkan atau keluar
dari agama islam, untuk menjadi kafir.
4)
Munafiq (Al-Nifaq) yaitu suatu sikap yang menampilkan
dirinya bertentangan dengan kemauan
hatinya dalam kehidupan beragama.
5)
Riya’ (Al-Riya) yaitu suatu sikap yang menunjuk-nunjukkan
sikap baik yang dilakukannya. Maka dia berbuat bukan karena allah , melainkan
hanya ingin di puji sesama manusia. Jadi
perbuatan ini kebalikan dari sikap ikhlas.
6)
Boros atau berfoya-foya (Al-Israf) yaitu perbuatan yang
selalu melampaui batas-batas ketentuan agama. Tuhan melarang bersikap boros,
karena hal itu dapat melakukan dosa terhadapnya., merusak perekonomian manusia,
merusak hubungan social, serta merusak diri sendiri.
7)
Rakus atau Tamak (Al-Hirsu atau Al-Tama’u) yaitu suatu sikap
yang tidak pernah merasa cukup, sehingga, selalu ingin menambah apa yang
seharus nya ia mliki, tanpa memperhatikan hak-hak orang lain. Hal ini, termasuk
kebalikan dari rasa cukup Al-Qona’ah) dan merupakan akhlak buruk terhadap allah
swt, karena melanggar ketentuan larangan-larangan nya.
6. Unsur-Unsur Pembinaan
Berhasil tidaknya suatu pembinaan ditentukan oleh para
pelakunya, dalam halii ada tiga unsur
1)
Guru
Tugas dari guru atau pendidik adalah sebagai media agar anak didik
mencapai tujuan yang dirumuskan. Tanpa
pendidik, tujuan pendidikan tidak akan tercapai, oleh sebab itu diperlukan guru
yang profesional, karena guru yang profesional tentu akan lebih mampu dan lebih
menguasai teori pelajaran yang akan diberikan dan tentu lebih berhasil pula
sebagai guru untuk membina dan mengembangkan kemampuan siswa.
2)
Siswa
Siswa adalah orang yang belajar atau menerima bimbingan dari
guru dalam kegiatan pendidikan, antara guru dan siswa merupakan dua faktor yang
tidak dapat dipisahkan dan tidak bisa berdiri sendiri, dimana guru sebagai
pemberi pelajaran dan siswa sebagai penerima pembelajaran, keduanya harus
aktif, bukan guru saja tetapi siswa dalam menerima pelajaran harus dengan
perhatian dan minat yang besar oleh sebab itu, anak didik harus diperhatikan
dalam kegiatan pendidikan.
3)
Sekolah
Sekolah merupakan tempat dimana anak mendapatkan pendidikan
agama yang membentuk perilaku seseorang agar menjadi lebih sempurna secara
moral sehingga hidupnya senantiasa melakukan kebaikan. Sekolah juga merupakan
lembaga pendidikan formal yang secara teatur dan terencana melakukan pembinaan terhadap generasi muda
dan guru adalah contoh tauladan dalam pembinaan akhlak bagi peserta didik.
B. Studi
Relevan
Penelitian upaya guru akidah akhlak dalam meningkatkan
kecerdasan spiritual siswa kelas X di Sekoloah Menengah Pertama Negeri 16
Kerinci adalah dari hasil pemikiran penulis langsung dengan cara melakukan
penelitian langsung kelapangan, setelah itu barulah mendapatkan masalah dan
jadilah sebuah skripsi. Berbagai temuan yang ada dilapangan penulis dapatkan
dengan sumber yang bermacam-macam. Studi yang relevan dengan penelitian ini
antara lain:
1.
Skripsi saudara Riska (TP 140876) dengan judul Upaya Guru
Akidah Akhlak Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Di Madrasah Aliyah Riyadhul
Jannah Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabungn Barat. Skripsi ini
menjelaskan bahwa bagaimana upaya guru akidah akhlak dalam mengatasi kenakalan
pada siswa untuk mengajak ke perbuatan yang lebih baik.
2.
Skripsi saudara Dita Probo Susanti (13410205) dengan Judul
Pembelajaran Akidah Akhlak dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa di
MAN 3 Sleman. Skripsi ini menjelaskan tentang guru Akidah Akhlak mengembangkan
kecerdasan spiritual pada siswa nya, proses cara pengajaran sama-sama
menanamkan nilai-nila keagamaan.
3.
Skripsi saudara Taufik Nugroho (G000130148) dengan judul
peran guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa
di sekolah menengah pertama (SMP) Negeri
1 Mojosongo Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi ini menjelaskan tentang
peran guru dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa.
Dari beberapa penelitian diatas maka terdapat persamaan dan
perbedaan dengan peneliti yang akan saya lakukan, yaitu:
a.
Persamaan
Persamaannya adalah
penelitiannya sama-sama mengenai tentang upaya guru dalam membagun kecerdasan
spiritual pada siswa
b.
Perbedaan
Dari hasil penelitian saya
dengan penelitian diatas terdapat perbedaan dalam upaya yang dilakukan para
guru di sekolah khusunya guru yang bersangkutan, didalam penelitian saya
kendala yang dihadapi adalah terdapat pada kurang waktu pelajaran dalam mata
pelajaran agama, dan kesadaran siswa akan pentingnya kecerdasan spiritual. Dan
penulis disini memfokuskan pada guru
Akidah Akhlak yang bertanggung jawab dengan kegiatan-kegiatan spiritual
dari sekolah.
Sedangkan
pada penelitian-penelitian yang menjadi study relevan di atas kendala yang
dihadapi guru adalah kurangnya perhatian orang tua siswa akan perilaku anak-anaknya,
kurangnya kecerdasan spiritual pada anak, sehingga kurangnya minat anak dalam
membangun kecerdasan spiritual.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk memberikan
jawaban atas permasalahan yang telah dibentangkan, karena sifatnya menggunakan
penekatan analisis deskriptif. Dengan kata lain penelitian ini berupaya menggambarkan, menguraikan suatu
keadaan yang sedang berlangsung beradsarkan fakta dan informasi yang diperoleh
dari lapangan dan kemudian dianalisis beradasarkan variable yang satu dengan lainnya sebagai upaya untuk memberikan
solusi tentang pencegahan kekerasan dalam pembelajaran, yang dimana lokasi di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Kerinci.
Menurut Sugiyono
bahwa pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan
pengambilan sampel secara random dengan pengumpulan data menggunakan instrumen,
analisis data bersifat statistic. (Sugiono, 2015:14).
Pendekatan
kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan pada kondisi objek yang alamiah, dan peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive
sample, yaitu pengambilan sampel dengan cara memberikan ciri khusus yang sesuai
tujuan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan trianggulasi dan
analisis data bersifat induktif/kualitatif serta hasil dari penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. (Sugiono, 2015:15).
26
B.
Setting dan Subjek
Penelitian
1.
Setting penelitian
Lokasi penilitian
ini dilakukan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci tentang
permasalah bagaimana pelakasanan guru pendidikan agama islam dalam membina
akhlak siswa, kendala yang
dihadapi guru pendidikan agama islam dalam membina akhlak siswa, serta upaya
yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam membina akhlak
siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
2.
Subjek penelitian
Penelitian kualitatif tidak dikenal konsep “keterwakilan
contoh/sample dalam rangka generalisasi yang berlaku bagi populasi. (Sanafiah
Faisal, 1990: 38) Untuk memperoleh hasil yang ideal maka penentuan sample dan
informan ditentukan oleh empat faktor; derajat kesimpulan, proposisi yang
dikehendaki dalam penelitian ini, rencana analisa, tenaga, biaya, dan waktu.
Atas berbagai pertimbangan sebagaimana dikemukakan di atas
maka yang akan dijadikan sebagai informan (Subjek penelitian) ini adalah:
a)
Kepala sekolah
b)
Guru pendidikan agama islam
c)
Siswa-Siswi kelas VIII.A
Adapun teknik
pengambilan sample dan informan dalam penelitian ini menggunakan cara Purposive
Sampling. Purpossive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan
menentukan kriteria-kriteria tertentu. (Sugiyono, 2008).
Sebagai subjek
utama yaitu bapak Mupridul Mahpus (Guru pendidikan agama islam) yang
bertanggung jawab akan kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa. Adapun sebagai
sumber informasi untuk memperoleh data tentang realita upaya guru pendidikan
agama Islam dalam menerapkan pembinaan akhlak di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Kerinci metode-metode pembelajaran yang diterapkan.
C. Jenis Dan Sumber Data
1.
Jenis data
a.
Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. (Lexy J. Moleong, 2004:
20). Data primer yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah data upaya
guru pendidikan agama islam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Kerinci diantaranya :
2)
Apa saja kendala yang dihadapi guru
pendidikan agama islam dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Kerinci?
3)
Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang terjadi
dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci?
b.
Data sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran
keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. (Lexy J. Moleong, 2004: 91). Data
sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil mengenai gambaran umum
tentang keadaan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci seperti :.
1) Historis dan
Geografis Sejarah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
2) Visi dan Misi
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
3) Struktur Organisasi
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
4) Keadaan Guru dan
Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
5) Keadaan sarana dan
prasarana Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
2.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data
dapat diperoleh. (Suharsimih Arikunt, 2002: 107) Sedangkan sumber data dalam
penelitian ini terdiri dari orang dan dokumentasi meliputi:
a. Kepala Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
b. Guru Pendidikan
Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
c. Siswa dan Siswi
kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
D. Teknik
Pengumpulan Data
- Observasi
Metode observasi
atau disebut juga dengan pengematan merupakan kegiatan pemuatan perhatian semua
objek dengan menggunakan seluruh indera”.(Suharsimi Arikunto, 2006: 156). Dalam
pengertian psikologik, observasi atau disebut pula dengan pengamatan, meliputi
kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan alat
indera. (Suharsimi Arikunto, 2006: 156)
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang mana secara
langsung dapat mengamati hal-hal yang berhubungan dengan penerapan dan proses
pendidikan di lingkungan Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci langkah-langkah yang dilakukan:
b)
Apa saja kendala yang dihadapi guru pendidikan agama islam dalam membina
akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
c)
Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang terjadi
dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
- Wawancara/ interview
Wawancara
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi
dari terwawancara.” (Suharsimi Arikunto, 2006: 158). Metode ini gunanya untuk
memperoleh data melalui wawancara langsung secara terpimpin antara peneliti
dengan orang yang memberikan informasi dengan menggunakan daftar wawancara.
Adapun datanya meliputi:
a) Bagaimana
pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam dalam membina akhlak siswa di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
b) Apa saja kendala
yang dihadapi guru pendidikan agama islam dalam membina akhlak siswa di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
c) Bagaimana upaya
yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam membina akhlak
siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
Interview ditinjau dari segi
pelaksanaannya, maka dibedakan menjadi:
a)
Interview bebas (inguided
interview) dimana pewancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat
akan data apa yang akan dikumpulkan.
b)
Interview terpimpin (guided interview) yaitu interview yang dilakukan oleh
pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci
seperti,yang dimaksud dalam interview terstruktur.
c)
Interview bebas terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas dan
interview terpimpin (Suharsimi Arikunto,2002, hal.132).
- Dokumentasi
Dokumentasi
sebagai salah satu cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-variabel
yang merupakan catatan manuskrif, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,
prasasti, legger agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2006: 231),
menurut (Sugiono, 2016: 329) dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumental
seseorang. Dokumentasi penulis gunakan sebagai Instrumen utama untuk memproleh
semua data-data yang berhubungan dengan gambaran umum tentang bagaimana guru
pendidikan agama islam membangun kecerdasan spiritual siswa di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16 Kerinci seperti:
a.
Historis dan Geografis Sejarah
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
b.
Visi dan Misi Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16 Kerinci
c.
Struktur Organisasi Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
d.
Keadaan Guru dan Siswa Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
e.
Keadaan sarana dan prasarana
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini yang akan di
analisis adalah melalui pendekatan kualitatif dengan menggunakan cara deduktif.
Deduktif adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan permasalahan yang
bersifat umum kemudian dibahas kepada permasalahan yang bersifat khusus.
Analisis data meliputi:
1.
Reduksi data
Proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara,
observasi, dan dokumentasi (Jam’an Satori, 2009, hal: 219). Setelah dibaca dipelajari
maka langkah selanjutnya adalah reduksi data .
Reduksi data merupakan proses pemilihan,
pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi
data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis dilapangan. Reduksi
data dilakukan selama penelitian berlangsung.
2.
Penyajian Data
Setelah melalui reduksi data langkah selanjutnya dalam analisa data
adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan penelitian
melakukan penarikan kesimpulan.
3.
Verifikasi / Penarikan Kesimpulan
Setelah data terkumpul direduksi yang selanjutnya disajikan.Maka langkah
terakhir dalam penganalisa data adalah menarik kesimpulan atau verifikasi dan
analisanya menggunakan analisa model interaktif, artinya analisa ini dilakukan
dalam bentuk ineraktif dari ketiga komponen utama tersebut.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
1.
Diskusi dengan Teman Sejawat.
Hal ini memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data
yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari
responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan
juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
2.
Perpanjangan Waktu Peneliti.
Dilakukan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti,
serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
3.
Triangulasi Data
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai perbandingan terhadap data itu.Penelitian ini menggunakan
triangulasi dengan sumber membandingkan dan mengecek balik derajat
keperayaan/informasi yang diperoleh melalui waktu penelitian kualitatif.
Triangulasi dengan metode menurut Moleong adalah: pertama,
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaaan beberapa sumber data
dengan metode yang sama. Triangulasi dengan penyidik memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data
atau dengan cara membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analis
lainnya. Sedangkan, triangulasi dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara induktif dan secara logika. (Lexy J. Moleong, 2004: 306-307).
Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b. Membandingkan apa
yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi
c. Membandingkan apa
yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu
d. Membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
seperti rakyat biasa, dan orang berpendidikan.
e. Membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
G.
Jadwal Penelitian
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian
dilapangan, maka penulis menyusun agenda secara sistematis yang terlihat pada tabel
jadwal penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan selama (lima) bulan, mulai
dari Juni 2021 sampai Nopember 2021, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jadwal
Penelitian
No |
Kegiatan |
Tahun 2021 |
||||||||||||||||||||
Agustus |
Septem ber |
Oktober |
Nopem ber |
Desember |
||||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
|||
1 |
Persiapan
penelitian |
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
Menyusun atau
menulis konsep proposal |
|
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
Mengajukan judul
ke Fakultas untuk persetujuan judul |
|
|
|
|
X |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
Konsultasi dengan
dosen pembimbing |
|
|
|
|
|
x |
X |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
Seminar proposal |
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6 |
Izin atau
perintah riset |
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7 |
Pelaksanaan riset |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
x |
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8 |
Penulisan konsep
skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
9 |
Konsultasi kepada
dosen pembimbing |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
x |
|
|
|
|
|
|
10 |
Penggandaan
skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
|
11 |
Munaqasah dan
perbaikan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
12 |
Penggandaan
skripsi dan penyampaian skripsi kepada tim Penguji dan Fakultas |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
x |
X |
|
TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Singkat Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16 Kerinci
Pada mulanya Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Kerinci belum dikenal dengan SMPN 16 seperti sekarang ini. Sekolah
tersebut dulu bernama SMP filyar Tanjung Pauh yang dipimpin oleh bapak Rudin
Akim yang terletak di Jalan Impres disamping Sekolah Dasar Impres Desa Koto
Patah. Sementara gedung sekolah ini
didirikan pertama kalinya pada tahun 1982 atas swadaya masyarakat sekitar yang
sangat antusias dalam pendidikan anak-anak khususnya di Desa Koto Patah, hingga
akhirnya masyarakat bersama-sama secara swadaya mendirikan sekolah ini. Namun
pada tahun 1982 sekolah ini dirombak atas swadaya masyarakat menjadi Sekolah
Menengah Pertama (SMP PGRI) yang dipimpin oleh bapak Muktarudin.
Dengan perkembangan desa Kedepatian
Semerap, maka perkembangan sekolah ini pun ikut terwarnai dengan sangat cepat
pada waktu itu. Adapun siswa-siswi yang belajar atau yang mendapat pendidikan
disana bukan saja siswa yang berasal dari daerah setempat saja (Desa Kedepatian
Semerap), melainkaan sebagian berasal dari desa Lempur Danau. (Sumber :
Dokumentasi SMPN 16 Kerinci 2021)
35
Penambahan ruang belajar menjadi
terkendala disebabkan areal Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci yang
sempit, sehingga kemudian kepala sekolah bersama jajarannya melakukan
komunikasi aktif dengan para tokoh masyarakat dengan langkah-langkah positif
terkait dengan rencana madrasah ini dipindahkan ke areal khusus yang tentunya
permanen dan representatif, karena selama ini kondisi Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Kerinci. Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci setelah mengalami
perubahan status menjadi negeri.
Berikut adalah yang memimpin Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci dari dulu sampai sekarang.
Tabel 4.1 : Masa Kepemimpinan Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci dari
dari tahun 1982 sampai sekarang.
No |
Nama |
MasaTugas |
Keterangan |
|
Rudin Akim |
1982 s/d 1983 |
SMP Filiyar SMP PGRI |
|
Muktarudin |
1983 s/d 1984 |
SMPN 16 Kerinci |
|
Ilyas Muktar |
1984 s/d 1987 |
SMPN 16 Kerinci |
|
IlyasYakub Samsi |
1987 s/d 1992 |
SMPN 16 Kerinci |
|
A.
Wahab Arifin |
1992 s/d 1997 |
SMPN 16 Kerinci |
|
Zulkifli
Kidri, BA |
1997 s/d 2004 |
SMPN 16 Kerinci |
|
Drs . Ahmad
Yani |
2004 s/d 2009 |
SMPN 16 Kerinci |
|
Dakir
Yahya, S.Pd |
2009 s/d 2010 |
SMPN 16 Kerinci |
|
Sulaiman,
S.Pd |
2010 s/d 2013 |
SMPN 16 Kerinci |
|
Agusman,
S.Pd |
2013 s/d sekarang |
SMPN 16 Kerinci |
(Dokumentasi : SMPN 16
Kerinci tahun 2021)
2.
Geografis
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci terletak di desa Koto Patah Semerap
Kecamatan Keliling Danau. Sekolah ini berdiri di atas tanah lebih kurang 20.000M². Sekolah ini berada lebih kurang 70
M dari jalan kecamatan (Jalan Raya) dan berkisaran antara 12 Km dari Kota
Sungai Penuh.
Keadaan
geografis Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci berada pada posisi yang sangat
strategis, sebab jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk desa, keadaan inilah yang
dapat menciptakan suasana belaja rmengajar yang lebih baik sehingga dapat
menunjang kelancaran proses belajar
mengajar.
Struktur
lokasi Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci dari aspek geografis dapat
dikatagorikan sebagai lokasi yang cukup strategis, dimana sekolah tersebut
berada di jauh dari permukiman warga setempat. Secara rinci tata letak SMPN 16
Kerinci dapat dilihat berikut ini:
a).
Sebelah timur
berbatasan dengan jalan umum.
b).
Sebelah barat
berabatasan dengan kebun warga.
c).
Sebelah
selatan berbatasan dengan kebun warga.
d).
Sebelah utara
berbatasan dengan pemukiman warga. (Dokumentasi, SMPN 16 Kerinci Tahun 2021)
Kemudian dari letak bangunan, Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci ini
merupakan suatu tempat yang dipandang sangat baik untuk kegiatan belajar
mengajar, dimana lokasi atau areal sekolah tersebut jauh dari pemukiman warga
dan cukup jauh dari kebisingan, mengingat jalan raya tempat keramaian kendaraan
dengan tonase tinggi berjarak sekitar 2 kilometer dari lokasi sekolah. Sehingga
kemudian belum memberikan dampak negatif terhadap kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci.
Namun apabila
dilihat dari letaknya yang jauh bagi peserta didik dan guru, sedikit mengalami
kesulitan atau kesukaran bagi mereka dalam hal cepat atau lambatnya sampai ke
sana, karena tidak adanya alat transportasi atau angkutan umum yang jalur
trayeknya bisa langsung masuk ke areal Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci.
3. Profil Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Kerinci
NPSN : 10502316
Nama Sekolah : SMPN 16 Kerinci
Alamat : Semerap, Kecamatan Keliling
Danau
Kode Pos : 37173
Luas
Tanah : 20.000
m2
Sumber
Listrik : PLN
Status
Sekolah : Negeri
Akreditasi
: B
Status
Kepemilikan : Pemerintah
Pusat
4. Visi dan Misi Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
Setiap lembaga pendidikan memiliki
visi, misi, dan tujuan. Visi dan misi menjadi standar dan acuan dalam kegiatan
pendidikan yang dilakukan di lembaga pendidikan tersebut, sehingga kemudian
lembaga tersebut selalu berupaya mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan
melalui berbagai kegiatan pendidikan, baik intra maupun ekstra. Sekolah sebagai
salah satu lembaga pendidikan umum tetap konsisten mempertahankan nilai-nilai
Islami dalam proses pendidikan dengan tujuan untuk menghasilkan out put
pendidikan yang tidak hanya memiliki kompetensi kognitif yang baik, tetapi
lebih dari itu, mampu mengamalkan nilai-nilai Islam melalui perilaku yang baik
Adapun Visi dan Misi dari Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci adalah sebagai berikut :
- Visi
“
Terwujudnya peserta didik yang beriman, cerdas, terampil dan berwawasan global“
- Misi
a. Menanamkan
keimanan dan ketakwaan melalui ajaran agama
b. Mengoptimalkan
proses pembelajaran dan bimbingan
c. Mengembangkan
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan minat bakat, dan potensi
peserta didik
d. Membina
kemandirian peserta didik melalui kegiatan pembiasaan, kewirausaha, dan
pengembangan diri yang terencana dan berkelanjutan
e. Menjalin
kerjasama yang harmonis antar warga sekolah, dan lembaga yang terkait
f. Menjadikan
sekolah sebagai pusat wawasan wiyatamandala yang bersih, rindang dan nyaman
g. Mempelopori
kebiasaan gemar membaca dan menulis
h. Membekali
kemampuan siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi
i. Menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif. (Dokumentasi : SMPN 16 Kerinci
tahun 2021)
5. Srtuktur
Organisasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
Struktur
organisasi merupakan suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas-tugas
dibidang masing-masing yang akhirnya akan dipertanggung jawabkan. Struktur
organisasi juga dapat di artikan sebagai penggambaran hubungan formal antara
satu orang dan orang lain yang masing-masing mempunyai wewenang, tanggung jawab
maupun posisinya dalam struktur organisasi. Untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang baik, maka harus
ada suatu kerja sama antara guru, kepala sekolah, tata usaha, pihak komite
sekolah, siswa dan pemerintah.
Struktur
organisasi mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting terhadap
keberhasilan suatu sekolah/madrasah. Struktur organisasi adalah sebagai
kerangka pembangunan dan pengelompokan tugas. Kegiatan apapun namanya di suatu lembaga
instansi pemerintahan maupun lembaga organisasi masyarakat, proses kegiatan
diharapkan dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. Tentu diharapkan
pendistribusian yang baik pula dengan melalui organisasi yang baik sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing komponen organisasi.
Dalam
mewujudkan kerjasama yang baik, Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci juga
memiliki sebuah organisasi. Organisasi yang baik terdiri dari beberapa personil
yang memiliki kemampuan untuk menjalankan program Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Kerinci. Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci struktur
organisasi dapat dilihat pada bagan berikut:
Srtuktur
Organisasi
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Kerinci tahun 2021-2022
MAJELIS GURU Wali Kelas
VII.A Hidayati, S.Pd. Wali Kelas
IX.A Mhd. Yusuf, S.Pd Wali Kelas
VIII.B Roza Maya Sartika, S.Pd SISWA/SISWI Kepala
Labor Tasman, S.Pd Kepala
Perpustakaan Jamilah, S.Pd Wali Kelas
IX.B Noveraria, S.Pd Wali Kelas
VII.B Hermansyah, S.Pd. Wali Kelas
VIII.A Tuti Krisna Dwiva, S.Pd. Kepala Sekolah Agusman,
S.Pd Ka. TU Zulbaidah Anggota Abu
Hapas Mat
Rajab Neni
Sepniyati, S.Pd.I Neldya
Asmiyanti, S.Pd Ati
Arlita, S.Pd Nasrul
Hidayat, A.Md Waka.
Kurikulum Hj. Eka yuliani, S.Pd Bendahara Taufiq, S.Pd KOMITE SEKOLAH Waka. Kesiswaan Syamsinar, S.Pd Waka. Sarpama Siderhana, S.Pd
(Dokumentasi : SMPN 16
Kerinci tahun 2021)
6. Keadaaan
Guru, Karyawan dan Siswa SMPN 16 Kerinci
a.
Keadaan
Guru
Guru adalah
pelaksana dan pengembang program kegiatan proses belajar mengajar, bagaimanapun
guru merupakan peraturan dalam menyampaikan materi pelajaran untuk tercapainya
suatu pendidikan. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan proses belajar dan mengajar
sangat tergantung peran dari guru SMPN 16 Kerinci, sebagai tenaga pengajar atau
pendidik didalam memupuk minat dan menumbuhkan semangat peserta didik dalam memberikan bekal ilmu
pengetahuan melalui program pembelajaran.
Keberhasilan dalam setiap
mata pelajaran tentunya didukung oleh semangat guru dalam menyampaikan materi
pelajaran. Guru di SMPN 16 Kerinci merupakan unsur dari terlaksananya pedidikan
dan pengajaran dalam suatu lembaga pendidikan. Guru merupakan fasilitator
penting dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik atau yang
disebut pemberi informasi, tentunya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
baik dalam mengembangkan potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam diri
peserta didik. Tanpa guru, suatu lembaga pendidikan tidak akan berjalan
sebagaimana mestinya. Sebagaimana di SMPN 16 Kerinci dimana sekolah ini
memiliki tenaga-tenaga pengajar berjumlah 37 orang yang di dalamnya termasuk
kepala sekolah juga memegang mata pelajaran
Tenaga pendidikan atau guru
yang mengajar di SMPN 16 Kerinci terbagi dua golongan, pertama guru tetap dan
kedua guru tidak tetap. Guru yang mengajar di SMPN 16 Kerinci berjumlah 37
orang dan sudah memiliki kualifikasi sesuai dengan jenjang pendidikan dan
bidang studi yang mereka ampuh. Untuk melihat keadaan guru di SMPN 16 Kerinci
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel
4.2 : Keadaan guru Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Kerinci tahun pelajaran 2021/2022.
NO |
NAMA |
JABATAN |
B. STUDI |
1 |
Agusman, S.Pd |
Kepala |
- |
2 |
Hj. Eka yuliani, S.Pd |
Waka Kurikulum |
B. Inggris |
3 |
Syamsinar, S.Pd. |
Waka. Kesiswaan |
Matematika |
4 |
Siderhana, S.Pd |
Waka. Sarpama |
IPS |
5 |
Hidayati, S.Pd. |
Wali Kelas VII A |
Matematika |
6 |
Hermansyah, S.Pd. |
Wali Kelas VII B |
Bahasa Inggris |
7 |
Tuti Krisna Dwiva, S.Pd. |
Wali Kelas VIII A |
IPS |
8 |
Roza Maya Sartika, S.Pd |
Wali Kelas VIII B |
Bahasa Indonesia |
9 |
Mhd. Yusuf, S.Pd. |
Wali Kelas IX A |
BK |
10 |
Noveraria, S.Pd |
Wali Kelas IX B |
PKN |
11 |
Nurjati, S.Pd. |
Guru |
Bahasa Indonesia |
12 |
Jamilah, S.pd. |
Guru |
Matematika |
13 |
Asmita, S.Pd. |
Guru |
IPA |
14 |
Tasman, S.Pd. |
Guru |
IPA |
15 |
Pinul Dartuti |
Guru |
Penjas |
16 |
Arita Nelyati, S.Pd. |
Guru |
Bahasa Inggris |
17 |
Ari Budiarti, S.Pd. |
Guru |
Matematika |
18 |
Sispordiana, S.Pd. |
Guru |
Bahasa Inggris |
19 |
Misrawati |
Guru |
IPS |
20 |
Hermansyah, S.Pd |
Guru |
Bahasa Indonesia |
21 |
Noveraria, S.Pd |
Guru |
BK |
22 |
Roza Maya Sartika, S.Pd |
Guru |
Matematika |
23 |
Tuti Krisna Dwiva, S.Pd |
Guru |
Seni Budaya |
24 |
Hidayati, S.Pd |
Guru |
IPS |
25 |
Bustian, S.Pd. |
Guru |
Prakarya |
26 |
Ardi Yoka, S.Pd. |
Guru |
Prakarya |
27 |
Dwi Fujiani, M.Pd |
Guru |
IPA |
28 |
Lisa Anggraini, S.Pd. |
Guru |
Prakarya |
29 |
Yudha Hidayat, S.pd. |
Guru |
BK |
30 |
Misdipiar, S.Pd. |
Guru |
Prakarya |
31 |
Sopia Dewi, S.Pd. |
Guru |
PKN |
32 |
Lia Aristantia, S.Pd |
Guru |
PKN |
33 |
Liska Maya, S.Pd. |
Guru |
Prakarya |
34 |
Rika Anggraini, S.Pd. |
Guru |
PKN |
35 |
Oki Hardinol, S.Pd. |
Guru |
Penjas |
36 |
Triya Evaningsih, S.Pd |
Guru |
Prakarya |
37 |
Syafriana, S.Pd |
Guru |
PAI |
(Dokumentasi : SMPN 16
Kerinci tahun 2021)
b. Karyawan
Karyawan merupakan salah satu
unsur penting dalam sebuah organisasi, terutama organisasi sekolah/madrasah
yang membutuhkan dukungan kinerja yang baik dari para karyawan dan tenaga
administrasi. Pengelolaan administrasi yang baik membutuhkan tenaga-tenaga terampil
dengan kompetensi individual dan keilmuan yang sesuai dengan tugas dan fungsi
yang diberikan. Oleh sebab itu, sekolah/madrasah pada umumnya memiliki tenaga
karyawan dan pengelola administrasi untuk membantu kepala sekolah/madrasah
dalam mengerjakan berbagai tugas dan pekerjaan administrasi.
Administrasi pada suatu
lembaga pendidikan dipandang perlu sebagai penunjang agar penidikan dan
pengajaran berlangsung dengan baik, demi mencapai tujuan pendidikan yang
dicita-citakan. Kegiatan administrasi di SMP Negeri 16 Kerinci meliputi
aktivitas-aktivitas dan pelaksanaan dari segala sesuatu yang berhubungan dengan
urusan-urusan sekolah, baik yang menyangkut urusan dalam maupun luar sekolah.
Kegiatan organisasi akan
berjalan dengan baik apabila didukung dengan tenaga terampil yang mampu
memberikan layanan prima dalam berbagai kegiatan organisas. Demikian halnya
dengan administrasi SMP Negeri 16 Kerinci, aktivitas administrasi dibantu oleh
karyawan Tata Usaha (TU) yang membantu pelaksanaan tugas kepala sekolah dan
guru dalam mengelola SMP Negeri 16 Kerinci.
Untuk itu, administrator di
suatu lembaga pendidikan sangat dibutuhkan bagi kelancaran proses pendidikan
dan pembelajaran. Inilah yang sudah disadari oleh pihak SMP Negeri 16 Kerinci.
Untuk penanjang proses pembelajaran di SMP Negeri 16 Kerinci tentunya tidak
terlepas dari pengelola layanan sekolah, baik itu sebagai tenaga administrasi,
keuangan dan lain sebagainya. Adapun jumlah karyawan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16 Kerinci berjumlah 8 orang dan masing-masing mempunyai tugas
yang telah ditugaskan dari sekolah.
Untuk
melihat keadaan karyawan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Kerinci dapat dilihat pada tebel berikut ini :
Tabel
4.3 : Keadaan Karyawan Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Kerinci tahun pelajaran 2021/2022.
Nama |
Jabatan |
|
1 |
Zulbaidah |
Kep. Tata Usaha |
2 |
Taufiq, S.Pd |
Bendahara |
3 |
Abu Hapas |
Bagian Personalia |
4 |
Mat Rajab |
Bagian Kearsipan |
5 |
Neni Sepniyati, S.Pdi |
Bagian Kesiswaan |
6 |
Neldya Asmiyanti, S.Pd |
Bagian Buku Induk |
7 |
Ati Arlita, S.Pd |
Bagian Inventaris |
8 |
Nasrul Hidayat, A.Md |
Bagian Pelaporan |
(Dokumentasi : SMPN 16
Kerinci tahun 2021)
c.
Siswa
Peserta
didik merupakan salah satu elemen penting dalam lembaga pendidikan disamping
guru dan materi pelajaran. Peserta didik sebagai objek pendidikan harus
mendapatkan perlakuan edukatif secara berkesinambungan, sehingga kemudian
diharapkan dapat memenuhi kuota out put pendidikan yang ideal
sebagaimana diharapkan
Jumlah
peserta didik di SMPN 16 Kerinci pada tahun ajaran 2021-2022 berjumlah 137
orang. Dengan rincian sebagai berikut :
Tabel
4.4 : Keadaan Siswa Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Kerinci tahun pelajaran 2021/2022.
NO |
Kelas |
Jenis Kelamin |
Jumlah |
|
LK |
PR |
|||
1 |
VII.A |
12 |
13 |
25 |
2 |
VII.B |
12 |
13 |
25 |
3 |
VIII.A |
15 |
12 |
27 |
4 |
VIII.B |
16 |
11 |
27 |
5 |
IX.A |
8 |
8 |
16 |
6 |
IX.B |
9 |
8 |
17 |
Jumlah |
72 |
65 |
137 |
(Dokumentasi : SMPN 16
Kerinci tahun 2021)
7. Keadaan Sarana dan Prasarana SMPN 16 Kerinci
Meskipun diakui bahwa sarana dan prasarana dalam konteks
pendidikan bukanlah faktor utama kesuksesan proses pendidikan. Namun demikian,
fasilitas pendidikan tersebut dianggap cukup urgen dalam mendukung elemen
pendidikan lainnya seperti guru, peserta didik, materi ajar, dan lain
sebagainya. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang vital dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang harus ada di SMP Negeri 16
Kerinci, karena itu apabila ada sarana dan prasarana kurang mendukung maka
penyelenggaraan atau pelaksanaan proses pembelajaran di SMP Negeri 16 Kerinci
tidak dapat berjalan dengan baik.
Begitupun sebaliknya, sarana dan prasarana yang mendukung
lengakap akan memudahkan proses pembelajaran, karena dengan lengkapnya sarana
dan prasarana akan memberi variasi pada proses pembelajaran, secara khusus
ataupun pelaksanaan sistem pendidikan secara umum di SMP Negeri 16 Kerinci
tentunya. SMP Negeri 16 Kerinci sangat membutuhkan sarana dan prasarana yang
mendukung pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran. SMP Negeri 16 Kerinci
mempunya gedung serta fasilitas lainnya yang memadai bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar. Sarana dan prasarana tersedia merupakan faktor penunjang
lancarnya suatu proses belajar mengajar di SMP Negeri 16 Kerinci.
Adapun fasilitas yang terdapat di SMP Negeri 16 Kerinci,
diantaranya adalah dua bangunan utama, yang mana bangunan pertama terdiri dari
satu ruangan labor komputer, satu ruang perpustakaan, satu ruang kantor, dimana
ruangan kantor ini terdiri dari ruang kepala sekolah, dan ruang tata usaha,
satu ruang guru yang terdiri dari ruang wakil kurikulum , dua ruang kamar
mandi, dan satu ruang gudang. Bagunan yang kedua yaitu terdiri dari enam
ruangan kelas dan beberapa perlengkapan atau peralatan yang di perlukan dalam
proses belajar mengajar.
Tabel 4.5 : Keadaan Sarana dan Prasarana
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Kerinci tahun pelajaran 2021/2022
NO |
Jenis Sarana |
Jumlah |
Keterangan |
|
Ruang Kepala |
1 |
Baik |
|
Ruang Wakil Sekolah |
1 |
Baik |
|
Ruang Guru |
1 |
Baik |
|
Ruang Tata Usaha |
1 |
Baik |
|
Ruang Bendahara |
1 |
Baik |
|
Ruang UKS |
1 |
Baik |
|
Ruang Perpustakaan |
1 |
Baik |
|
Ruang Lab. IPA |
1 |
Baik |
|
Ruang Kelas |
6 |
Baik |
|
Ruang OSIS |
1 |
Baik |
|
Musholla |
1 |
Baik |
|
WC |
7 |
Baik |
|
Lapangan Bola Kaki |
1 |
Baik |
|
Meja dan Kursi Guru |
37 |
Baik |
|
Meja dan Kursi Siswa |
137 |
Baik |
|
Lemari |
5 |
Baik |
|
Kursi Tamu |
4 |
Baik |
|
Kantin |
2 |
Baik |
|
Ruang Arsip |
1 |
Baik |
|
Lapangan Tenis Meja |
2 |
Baik |
(Dokumentasi : SMPN 16
Kerinci tahun 2021)
B.
Temuna Khusus
1.
Pelaksanaan
Pembinaan Akhlak Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci berjalan dengan lancar dan baik dan
terencana dengan melakukan serangkaian kegiatan. Sebelum dilaksanakannya proses
belajar mengajar, ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh guru pendidikan
agama Islam. Tahapan tersebut sesuai dengan Rancana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah dibuat oleh guru PAI sebelum mengajarkan materi Aqidah Akhlak
pada kelas VIII di SMP 16 Kerinci.
(Observasi, 11 Desember 2021).
Dalam kesempatan itu penulis mencoba mewawncarai guru PAI
di kelas VIII yaitu Ibu Syafriana, S.Pd beliau mengatakan :
“Proses pembelajaran PAI pada
kelas VIII sesuai dengan Langkah awal yang saya lakukan sebelum dimulainya
proses kegiatan belajar mengajar yaitu mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) yang kemudian melakukan serangkaian proses pembelajaran dengan
membuka pelajaran, menyampaikan materi, serta menutup pelajaran diakhir proses
pembelajaran saya selalu memberikan tugas untuk siswa dikerjakan di rumah”
(Wawancara, 13 Desember 2021)
Dari
hasil observasi penulis dan wawancara diatas dapatlah dipahami bahwa guru PAI
dalam proses pembelajaran aqidah akhlak selalu menggungakan RPP yang telah
dirancang dalam proses pembelajaran, tujuan tersebut agara materi yang
disampaikan dapat berjalan dengan baik.
Sebagaimana
diketahui bahwa pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan, didalamnya
terjadi proses interaksi antara berbagai komponen yaitu guru, siswa, dan materi
pelajaran ataupun sumber belajar. Interaksi antara ketiga komponen utama ini
melibatkan sarana dan prasarana seperti metode, media, dan penataan lingkungan
tempat belajar, sehingga tercipta suatu proses pembelajaran yang memungkinkan
tercapainya tujuan yang telah direncanakan.
Kemudian
berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada kelas VIII di SMP 16 Kerinci,
penulis juga menemukan bahwa kegiatan pembelajaran aqidah akhlak yang dilakukan
di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci dilaksanakan satu kali dalam seminggu
disetiap kelasnya dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. (Observasi, 13 Desember
2021)
Adapun
pelaksanaan pembelajaran PAI di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci terdiri
dari kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup.
Berikut
penulis paparkan proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran PAI di Sekolah
Menengah Pertama 16 Kerinci.
a.
Kegiatan
Awal Membuka Pelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran dikelas VIII di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci merupakan
salah satu langkah yang dilakukan oleh guru PAI sebagai upaya pembinaan akhlak
siswa. Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Ibu Syafriana, S.Pd selaku
guru PAI di kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci mengungkapkan :
“Dalam proses pembelajaran PAI
di kelas VIII saya selalu membuka pelajaran yang pertama mengucap salam dahulu
setelah itu saya absen menayakan siswa yang hadir ataupun tidak setelah itu
saya akan menyampaikan tujuan dari pembelajaran”(Wawancara, 13 Desember 2021)
Hasil observasi dan wawancara diatas, pada
saat proses pembelajaran di dalam kelas VIII Ibu Syafriana, S.Pd sedang
menyampaikan materi pelajaran. Adapun hal pertama yang dilakukan dalam
pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak adalah appersepsi yaitu mengucapkan
salam, mengecek kehadiran siswa, menanyakan kabar siswa dan didalam kegiatan
membuka pelajaran ini guru memberikan penjelasan mengenai tujuan dari materi
yang akan dipelajari serta kilas balik terhadap materi yang lalu.
Dalam
kegiatan membuka pelajaran sebelum masuk ke kegiatan inti guru PAI menyiapkan
sumber belajar yaitu buku paket aqidah akhlak SMP lalu memberikan beberapa
pertanyaan kepada siswa untu mengukur kemampuan yang telah dimiliki
siswanya.(Observasi, 15 Desember 2021)
Kemudian penulis juga mewawancarai salah seorang siswa
kelas VIII yang bernama Iwan di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci
mengungkapkan :
“Setiap pembelajaran PAI, guru
sebelum menyampaikan materi pembelajaran selalu mengecek kehadiran kami, dimana
guru membuka pelajaran yang pertama mengucap salam dahulu setelah itu guru
mengabsen menayakan siswa yang hadir ataupun tidak setelah itu guru beru
menyampaikan tujuan dari pembelajaran”(Wawancara, 13 Desember 2021)
Hal sama diungkap oleh Irmawati siswi kelas VIII di
Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci mengungkapkan :
“Hal pertama yang dilakukan guru
saat proses pembelajaran PAI di kelas, dimana guru membuka pelajaran yang pertama
mengucap salam dahulu setelah itu guru mengabsen menayakan kami yang hadir
ataupun tidak setelah itu guru beru menyampaikan tujuan dari
pembelajaran”(Wawancara, 13 Desember 2021)
Dari
hasil wawancara diatas sangatlah jelas bahwa, guru PAI dalam setiap
menyampaikan materi pembelajaran PAI dikelas VIII terlebih dahulu mengucapkan
salam dan mengecek absen kehadiran siswa.
Kemudian
setelah melakukan langkah pertama yaitu membuka pelajaran selanjutnya guru PAI
menjutkan langkah kedua yaitu kegiatan inti.
b.
Kegiatan
inti
Kegiatan
inti bukan hanya gurunya saja yang aktif menjelaskan dan berbicara namun
siswanya juga semangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk menciptakan
suasana kelas yang kondusif, apabila terdapat siswa yang ribut sendiri ataupun
terlihat mengantuk maka akan diberikan teguran. (Observasi, 17 Desember 2021).
Lebih
lanjut dalam hasil obervasi penulis di kelas VIII dan untuk mengetahui proses
pembelajaran PAI yang dilakukan oleh Ibu Syafriana, S.Pd di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 16
Kerinci beriku hasil wawancara penulis dengan belia mengatakan:
“Sebelum saya menyampaikan
materi inti dari pembelajaran, saya juga penyusunan tempat duduk siswa, hal ini
saya menggunakan format baris yang telah ditentukan sekolah, karena jika melakukan
perubahan itu akan memakan banyak waktu ditambah lagi ruangan kelasnya kecil
dan sempit paling saya akan memindah anak-anak yang nakal untuk duduk didepan
agar tidak membuat keributan”(Wawancara, 22 Desember 2021)
Berdasarkan
hasil wawancara diatas jelaslah bahwa penataan ruang kelas yang dilakukan oleh
Ibu Syafriana, S.Pd menggunakan format berbaris sesuai dengan pengaturan
sekolah, jika ingin melakukan perubahan maka akan memakan banyak waktu ditambah
lagi ruangan yang tidak memungkinkan jika melakukan berbagai variasi tempat
duduk. Selain itu, kelas bukan hanya dilakukan untuk pembelajaran PAI saja,
namun untuk belajar mata pelajaran lain juga.
Sebagaimana
pengamatan yang peneliti lakukan bahwa pada saat Ibu Syafriana,S.Pd menjelaskan
materi pelajaran Aqidah Akhlak beliau menggunakan metode ceramah untuk
menjelaskan bagian-bagian dari materi pelajaran tersebut. (Observasi, 22
Desember 2021)
Hasil
wawancara penulis dengan ibu Ibu Syafriana, S.Pd di kelas VII Sekolah Menengah
Pertama 16 Kerinci belia mengatakan:
“Dalam kegiatan inti ini, dimana
saat saya mengajar materi saya selalu
menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan selain itu agar
apa yang saya ajarkan meresap pada diri siswa maka saya menggunakan metode
keteladanan dan pembiasaan, pada akhirnya saya mengharpkan kepada semua siswa
ikut berperan dalam sesi tanya jawab mengenai materi yang saya ajarkan”
(Wawancara, 23 Desember 2021)
Kemudian
penulis juga mencoba mewawancarai beberapa siswa kelas VIII yang bernama
Ulyanti, Syarifah dan Denisyah mereka mengatakan:
“Saat proses pembelajaran PAI di
kelas, dimana Ibu Syafriana yang saat menjelaskan pelajaran materi Aqidah
Akhlak kami selalu antusias penjelasn dari ibu, setelah itu dibuka sesi tanya
jawab, kemudian biasanya Ibu Syafriana juga langsung memberi tugas kepada kami
untuk mengisi lembaran soal dalam buku LKS”(Wawancara, 23 Desember 2021)
Dengan
adanya metode ceramah dan tanya jawab, dapat menjadikan siswa paham akan materi
yang dijelaskan oleh guru sehingga peserta didik akan mengingat dan kemudian
akan mengaplikasikan kedalam kehidupannya sehari-hari.
Wawancara
penulis dengan beberapa siswa kelas VIII yang bernama Safwan, Nurhadi dan
Hidayat mereke mengatakan :
“Adanya metode tanya jawab, kami
yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, serta dapat membuat kami memilih-milih
mana hal yang baik dan mana hal yang buruk yang harus dihindari. Kemudian juga
dengan adanya metode penugasan kami rajin belajar dan lebih aktif mencari tahu
tentang materi akidah akhlak” (Wawancara, 23 Desember 2021)
Selain
itu, untuk membentuk kepribadian yang baik, guru juga memberikan keteladanan
dan pembiasaan yang baik. Dengan keteladanan yang baik dari seorang guru mampu
membangkitakn semangat serta memotivasi siswa untuk meniru apa yang telah dilakukan
guru baik itu bersikap, perbuatan maupun dari segi berbicara.
Berdasarkan
observasi yang penulis lakukan di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 16
Kerinci penulis menemukan bahwa dalam memberikan keteladanan terhadap siswa,
sebelum memasuki kelas Ibu Syafriana, S.Pd mengucapkan salam terlebih dahulu,
berbicara dengan bahasa yang sopan terhadap siswa ataupun terhadap sesama guru
lainnya, membiasakan senyum, sapa, salam saat bertemu.(Observasi, 22 Desember
2021)
Keteladanan
tersebut harus dibiasakan dalam sehari-hari agar menjadi terbiasa. Pembiasaan
sangat penting dilakukan, karena dengan pembiasaan yang baik, akan membentuk
kepribadian manusia yang baik pula.
Kemudian
setelah melaksanakan kegiatan inti daro proses pemebelajaran PAI di kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci terkahir guru PAI melanjutkan kegiatan
ketiga yaitu kegiatan penutup.
c.
Kegiatan
penutup
Untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran adalah dengan mengevaluasi materi yang telah
diajarkan, memberikan beberapa pertanyaan ataupun tugas kepada peserta didik.
Setelah itu memberitahukan materi yang
akan dipelajari minggu depan lalu bersama-sama mengucap hamdallah dan
mengucapkan salam. (Observasi, 22 Desember 2021)
Pada
kesempatan itu penulis juga mewawancarai Ibu Syafriana, S.Pd di kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci beliau mengatakan bahwa :
“Setiap akhir proses
pembelajaran, saya selalu mengevaluasi peserta didik dengan memberikan beberapa
pertanyaan seputar materi yang telah saya jelaskan lalu memberi tugas kepada
siswa untuk dikerjakan di rumah dan akan diperiksa pada pertemuan
berikutnya”(Wawancara, 22 Desember 2021)
Pada
kesempatan itu juga penulis mencoba mewawncarai bapak kepala sekolah yaitu
Bapak Agusman, S.Pd mengatakan bahwa :
“Alhamdulillah di Sekolah
Menengah Pertama 16 Kerinci ini belum ada keluhan mengenai pelajaran aqidah
akhlak baik itu dari gurunya taupun muridnya, tidak seperti pelajaran lain yang
banyak dikeluhkan karena kesulitan memahami materi pelajaran, saya sangat
mengapresiasi kepada guru PAI kelas VIII dimana guru PAI nya cukup handal dalam
memberikan materi kepada siswa sehingga suasana kelas menjadi nyaman dan
berlangung kondusif. (Wawancara, 22 Desember 2021)
Dari
hasil wawancara diatas, baik dengan guru PAI dan kepala sekolah di Sekolah
Menengah Pertama 16 Kerinci dapat dipahami bahwa pelaksanaan pembelajaran PAI
pada materi aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa berjalan dengan lancar
walau hanya menggunakan metode tradisional.
2.
Kendala
Yang Dihadapi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Siswa di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
Tidak
bisa dipungkiri bahwa dalam suatu proses pasti adanya kendala-kendala, baik
yang dihadapi guru maupun siswa. Namun hal demikain untuk menyukseskan proses
belajar mengajar secara terus menerus harus ada langkah-langkah yang nantinya
diambil oleh seorang guru dalam mengatasi kendala tersebut.
Adapun
kendala yang dihadapi guru PAI dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah
Pertama 16 Kerinci adalah sebagai berikut :
a. Minimnya Fasilitas Pendukung
Keterbatasan fasilitas pendukung seperti
LCD ataupun infocus yang dapat menunjang proses pembelajaran PAI di Sekolah
Menengah Pertama 16 Kerinci boleh dikatan tidak ada, sehingga guru saat
menyampaikan materi pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab, sehingga hal ini juga membuat siswa menjadi bosan dalam belajar.
(Observasi, 23 Desember 2021).
Hasil
wawancara penulis dengan Ibu Syafriana, S.Pd S.Pd.I di kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama 16 Kerinci beliau mengatakan :
“Dalam proses pembelajaran PAI
di kelas VIII ini, ada sedikit kendala yang saya hadapi saat proses
pembelajaran yaitu yang pertama ya dari faktor diri saya sendiri, saya belum
bisa mengajar menggunakan alat-alat infocus atau yang lainnya, dikarenakan minimnya
fasilitas yang tersedia disini yang mendukung proses belajar mengajar, selain
itu saya juga tidak pernah mengajar menggunakan media sehingga jika mengajar
terkesan membosankan. Kendala yang kedua yaitu disaat belajar terkadang siswa
sering izin untuk keluar ruangan dengan alasan ke kamar kecil,
sebentar-sebentar sudah ada yang permisi secara bergantian, ya kita tidak bisa
melarangnya” (Wawancara, 23 Desember 2021).
Berdasarkan
ungkapan dari Ibu Syafriana, S.Pd tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kendala
yang dihadapi selama proses pelaksanaan pembelajaran yaitu dikarenakan minimnya
fasilitas yang disediakan sekolah seperti LCD ataupun infocus, dari segi guru
pengajarnya yaitu guru kurang menguasai teknologi dan guru aqidah masih
menggunakan metode tradisional seperti ceramah sehingga murid terkadang merasa
bosan, dari segi peserta didiknya yaitu peserta didiknya juga masih belum
memperhatikan pembelajaran atupun perlengkapan lain yang menunjang proses
pembelajaran.
Berdasarkan
wawancara terhadap bapak Agusman, S.Pd selaku kepala Sekolah Menengah Pertama
16 Kerinci mengatakan bahwa :
“Saya juga merasakan bahwa
fasilitas pendukung dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama 16
Kerinci sangatlah kurang dan belum memadai, seperti infocus ataupun alat
penunjang pembelajaran lainnya masih terbatas, problematika yang dihadapi semua
guru dalam pembelajaran selama ini masih dalam batas wajar, namun hal ini saya
pun terus berupaya agar nanti fasilitas pendukung dapat tercapai sehingga
guru-guru dapat menggunakannya dengan baik” (Wawancara, 23 Desember 2021)
Berdasarkan
pengamatan yang peneliti lakukan memang benar adanya, fasilitas yang tersedia
di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci masih minim, selama proses kegiatan
pembelajaranpun guru PAI tidak pernah menggunakan infocus ataupun alat
penunjang pembelajaran lainnya. (Observasi, 23 Desember 2021)
Berdasarkan
hasil wawancara dan observasi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI, kendala yang terjadi masih bersifat wajar dan bukan sesuatu
yang fatal.
Kendala
kedua yang dihadapi guru PAI kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci
adalah keterbatasan alokasi waktu belajar.
b. Keterbatasan Alokasi Waktu
Mengajar
Setiap
materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu
sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan kreativitas guru, tetapi dilain
pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan kreativitas guru. Bahan
pelajaran dengan tingkat kesukaran yang
tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi anak didik yang
kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu.
Hasil
wawancara penulis dengan Ibu Syafriana, S.Pd di kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama 16 Kerinci beliau mengatakan :
“Kami masih dihadapkan pada
masalah kekurangan jam pelajaran agama di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Kerinci dimana alokasi waktu mengajar hanya 2 jam perminggu, dimana
satu jam pelajaran hanya dilaksanakan satu kali dalam seminggu disetiap
kelasnya dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dan ini membuat kami kesulitan
memberikan materi secara maksimal” (Wawancara, 23 Desember 2021).
Lebih
lanjut Ibu Syafriana, S.Pd menjelaskan bahwa :
“Waktu yang kurang mencukupi
untuk satu materi pembahasan sangat mengganggu pelaksanaan proses pembelajaran.
Artinya, penetapan waktu pembelajaran bagi materi tersebut sudah habis dan
seharusnya kami telah memasuki materi lain jika waktu selanjutnya. Jika hal ini
dipaksakan, maka banyak materi lain yang kekurangan penyampaiannya” (Wawancara,
23 Desember 2021).
Kemudian hasil wawancara penulis
beberapa siswa kelas VIII yaitu Tuti, Ismaniyah dan Gumalasari di Sekolah
Menengah Pertama 16 Kerinci mereka mengatakan :
“Kami memang belajar agama
sekali dalam seminggu, dan menurut kami ini sangat kurang sekali untuk belajar
agama, dimana alokasi waktu yang diberikan pihak sekolah hanya 2 x 40 menit dan
ini membuat kami kesulitan memahami materi yang diberikan guru kepada kami”
(Wawancara, 23 Desember 2021).
Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa kekurangan jam
pelajaran agama di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci menjadi problematika
bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran Agama di Sekolah
Menengah Pertama 16 Kerinci.
3.
Upaya
Yang Dilakukan Guru PAI untuk Mengatasi Kendala Yang Terjadi Dalam Membina
Akhlak Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci
Kegiatan
pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara
aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Sehubungan dengan itu, maka hasil
observasi di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci pada mata pelajaran PAI
ditemukan bahwa guru berusaha mengaktifkan siswa dengan membangkitkan motivasi
mereka agar tertuju pada pemberian materi pelajaran yang disampaikan di kelas.
Begitu
juga di Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci masih memerlukan usaha untuk
memperbaiki semua kekurangan yang ada, sehingga masalah yang ada dapat
diselesaikan dengan cepat dan apa yang diharapkan kedepannya dapat terwujud. Untuk
mengatasi semua kendala-kendala yang dihadapi merupakan kewajiban setiap kepala
sekolah dan guru untuk mengatasinya, karena hal itu merupakan jalan untuk
meningkatkan pendidikan disekolah dan harus dilaksanakan dengan baik.
(Observasi, 23 Desember 2021).
Adapun upaya yang dilakukan guru PAI untuk mengatasi kendala yang
terjadi dalam membina akhlak siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Kerinci adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan Motivasi Siswa
Guru
terlihat lebih mengeraskan suaranya agar didengar sampai ke bangku siswa yang
di belakang dengan jelas, lalu guru juga terlihat sesekali menerangkan
pelajaran dengan berjalan-jalan mengitari bangku siswa agar siswa bisa fokus
dalam belajar, dan guru juga tidak memberikan materi pelajaran begitu banyak
dalam waktu yang lama, namun guru membaginya kepada beberapa waktu agar siswa
dapat bertanya tentang materi yang belum mereka mengerti, semua hal tersebut
sebelumnya jarang dilakukan guru di kelas.
Wawancara penulis dengan beberapa siswa
kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci
mereka adalah Subhan, Iin Candra dan Imanuddin mereka mengatakan:
“Kami bisa berkonsetrasi dalam
menyimak materi pelajaran yang disampaikan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak,
karena guru mengeraskan suaranya dalam mengajar, guru juga menerangkan
pelajaran dengan berjalan-jalan mengitari bangku kami, dan guru membaginya
kepada beberapa waktu dalam menyampaikan materi pelajaran agar kami dapat
bertanya tentang materi yang belum mereka mengerti. Untuk merangsang anak-anak melaksanakan
kegiatan agama maka guru PAI selalu memberikan memberikan Motivasi secara lisan
berupa nasehat yang tepat untuk diberikan kepada siswa (Wawancara, 23 Desember
2021).
Disamping itu juga guru PAI dalam hal
ini juga mencari solusi agar saat proses pembelajar PAI siswa tidak meras bosan
dengan metode itu-itu saja, denagan demikian adanya teknologi zaman sekarang
ini juga dimanfaat oleh Ibu Syafriana, S.Pd dalam mengajarakan materi
pembelajaran PAI di kelas, salah satunya adalah dengan menggunakan leptop untuk
mengajarkan siswa di kelas. (Observasi, 23 Desember 2021).
Hasil
wawancara penulis dengan Ibu Syafriana, S.Pd di kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama 16 Kerinci beliau mengatakan :
“Salah satu upaya untuk
mengatasi kendala yang terjadi, saya berusaha belajar mengenai alat teknologi
biar tidak di bilang Gaptek, sampai-sampai saya beli laptop sendiri dan belajar
bersama guru lain. Untuk siswa yang tidak mau mengikuti proses pembelajaran
saya akan memberikan peringatan yang kemudian jika masih belum ada perubahan,
maka saya akan berkoordinasi dengan waka kesiswaan” (Wawancara, 23 Desember
2021)
Sarana
dan prasarana merupakan hal yang mutlak dipenuhi untuk memberikan kemudahan
dalam menyelenggarakan suatu kegiatan walaupun belum bisa memenuhi sarana dan
prasarana dengan sebagaimana mestinya. Jika sebuah lembaga pendidikan memiliki
sebuah sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap, maka hal ini akan sangat
menunjang lancarnya proses pembelajaran, dan tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.
Sebaliknya, sarana dan prasarana yang tidak memadai tentu akan menjadi hambatan
dalam sebuah proses pembelajaran.
b.
Meningkatkan Metode Mengajar yang Bervariasi
Guru menyadari bahwa metode yang dipakai
mempengaruhi pembelajaran yang berlangsung, sehingga dengan demikian guru
menggunakan metode mengajar yang lebih bervariasi. Berkaitan dengan itu, maka
wawancara dengan Ibu Syafriana, S.Pd, selaku guru PAI di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci dimana beliau mengatakan :
”Untuk menciptakan suasana
belajar yang aktif dan interaktif, maka saya melakukan penggunaan sejumlah
metode yang biasanya jarang digunakan. Metode yang ditambah seperti
demonstrasi, kerja kelompok, drill, problem soviling, dan memberikan tugas
kepada siswa untuk membaca ulang, pada intinya saya berharap apa yang saya
ajarkan dapat dipahami siswa dan dapat mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari”. (Wawancara, 23 Desember 2021)
Disamping itu juga masih ditemukan saat
belajar siswa sering rebut dikelas tidak memperhatikan guru saat mengajar dan
tidak memiliki konsentrasi penuh untuk menerima pelajaran. Tindakan yang
digunakan guru adalah mengarahkan siswa agar memperhatikan materi yang
diajarkan. Salah satunya guru PAI juga berupaya memberikan metode mengajar yang
variatif. Metode yang sering digunakan guru saat mengajar adalah ceramah,
diskusi, unjuk kerja, dan demontrasi yang digunakan secara bergiliran sesuai
dengan materi yang diberikan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
disimpulkan beberapa hal penting
mengenai pembelajaran Aqidah Akhlak dalam membina akhlak siswa yaitu :
1.
Pelaksanaan pembina akhlak siswa di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kerinci terdiri dari
kegiatan membuka pelajaran, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Guru
menggunakan metode ceramah, penugasan dan tanya jawab. Dengan metode ceramah
peserta didik diharapkan dapat mengerti akan penjelasan materi yang disampaikan
oleh guru terutama mengenai perilaku terpuji. Dengan adanya metode tanya jawab
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang
belum dimengerti sehingga yag awalnya tidak tahu menjadi tahu, setelah tahu
maka mereka dapat membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang
harus dihindari. Dengan adanya metode penugasan diharapkan peserta didik akan
rajin belajar dan lebih aktif dalam mencari tahu materi aqidah akhlak. Selain
itu untuk membentuk perilaku terpuji guru juga memberikan keteladanan dan
kebiasaan yang baik. Dengan keteladanan yang baik dari seorang guru akan
membangkitkan motivasi siswanya untuk mengikuti perilaku yang telah
dicontohkannya. Guru memberikan teladan kepada peserta didik mengenai akhlak
yang baik dalam hubungannya dengan Allah Swt, hubungan yang baik dengan alam semesta,
dan hubungan yang baik terhadap lingkungan sosial yang mencakup akhlak yang
baik terhadap orang tua, guru dan sesama
teman. Keteladanan dari guru harus dibiasakan dalam sehari-hari, pembiasaan
sangat penting dilakukan karena dengan pembiasaan yang baik akan membentuk
kepribadian manusia yang baik pula.
2.
58
3.
Adapun solusi
untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dari pihak guru aqidah akhlak berusaha
membenahi diri dan lebih belajar lagi mengenai tehnologi, dan memberikan
teguran serta nasihat kepada siswa yang tidak mengikuti peraturan sekolah serta
tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Dari pihak sekolah berusaha
mencari donatur sehingga sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana maupun
fasilitas yang lebih baik lagi sehingga dapat mendukung proses kegiatan belajar
mengajar.
B. Saran
Dari kesimpulan yang penulis kemukakan diatas selanjutnya penulis akan
memberikan saran-saran terhadap berbagai kalangan atau kompenen-kompenen yang
terkait yaitu :
1.
Bagi guru
Pendidikan Agama Islam hendaknya selalu mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan dalam mengajar terutama yang berhubungan dengan akhlak siswa, dan
dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi agar proses pembelajaran
tidak membosankan serta melakukan pencegahan terhadap hal-hal yang dapat
merusak akhlak maupun perilaku siwa dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Kepada lembaga
pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama 16 Kerinci hendaknya terus
berusaha memperbaiki sarana dan prasarana sekolah guna kelancaran proses
belajar mengajar.
3.
Kepada orang
tua/wali murid hendaknya selalu menanamkan ajaran agama agar mereka selalu
bertaqwa kepada Allah SWT, berbakti kepada kedua orang tua serta terhindar dari
perilaku yang buruk yang dapat merusak masa depan mereka.
4.
Kepada siswa
hendaknya selalu tanamkan sikap sopan santun terhadap orang tua maupun guru,
menjalankan tugasnya dan menjauhi larangannya agar menjadi anak yang berbakti
dan memiliki akhlak mulia.
C. Kata Penutup
Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah
atas rahmat dan inayah dari Allah Swt penulis dapat menyelesaikan karya ilmiyah
ini. Penulis menyadari akan kekurangan Ilmu pengetahuan yang penulis miliki,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk menambah ilmu pengetahuan bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semuanya dan mudah-mudahan perlindungan serta petunjuk akan
senantiasa tercurrahkan kepada kita semua. Amin
ya Rabbal’alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Al-Quran dan Terjemahanya, (Jakarta: Karya
Insan Indonesia, 2004)
............, Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta: Pustaka Setia, 2010)
Abdul kosim dan Faturrahman, Pendidikan Agama
Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018)
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2014)
Akhmad Muhaimin Azzet, Menjadi Guru Faforit,
(Jokjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011)
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet ke-2
Ansori LAL, Pendidikan Islam Transpormatif,
(Jakarta: Referensi, 2012)
Anwar Rosihon Akidah Akhlak, (Bandung: CV Pustaka
setia, 2008)
Azmi, Muhammad . Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra
Sekolah, (Yogyakarta: Belukar, 2006)
Baeni Ahmad Saebani, Abdul Hamid, Ilmu Akhlak,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2012)
Beni ahmad saebani dan Abdul Hamid, Ilmu akhlak,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2010)
Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiat, Ilmu
Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012)
Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta
Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2010)
Gunawan, Heri, Pendidikan Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014)
Gunawan, Heri. Pendidikan karakter, (Bandung:
Alfabeta, 2017)
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam
di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)
M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011)
Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen pembelajaran
kelas (Jakarta: Gaung persada 2012)
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rodakarya, 2012)
Pratiwi, Indah dwi. Upaya guru akidah akhlak dalam
membina akhlak siswa di MTs Darussalam Tanggerang Selatan, 2019. ( Skripsi
Universitas Muhammadiyah Jakarta)
Putri, Juwita. Peran guru Akidah akhlak dalam
membina akhlak peserta didikdi MIN 2 Teluk Betung Bandar Lampung, 2017 (Skripsi
IAIN Raden Intan Lampung)
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2012)
Sugiono, Metode penelitian kualitiatif,
kauntitatifdan R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2018)
Syaiful
Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010)
Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014)
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2014)
0 $type={blogger}:
Posting Komentar