BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) penting dipelajari oleh siswa Sekolah Dasar sebab
IPA berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan saja
tetapi berupa suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya ditekankan pada
pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi, agar mempelajari dan
memahami alam sekitar secara
ilmiah (Alwi, 2013: 71)
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang
keteraturan alam, menguasai pengetahuan, baik fakta, konsep, prinsip, proses
penemuan dan sikap ilmiah (Gunawan, Harjono dan Sutrio, 2015). Belajar IPA
tidak hanya memahami konsep, namun menekankan pada pola berpikir siswa agar
mampu menguasai dan memecahkan masalah secara kritis, logis, cermat dan teliti
(Darwanti, 2013). IPA merupakan salah satu cabang dari sains, dan merupakan
ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan
masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen,
penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat dikatakan bahwa
hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui
serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar
sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas
tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, teori yang berlaku secara
universal (Trianto, 2011).
1 |
Para
ahli pendidikan IPA (sains) memandang pembelajaran IPA tidak hanya
terdiri atas produk yang terdiri dari fakta, konsep dan teori yang dapat
dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan dan proses aktif menggunakan
pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum dapat
diterangkan (Nur, 1998: 2). Secara garis besar hakikat IPA terdiri atas empat
komponen utama, yaitu : (1) sikap ilmiah (2) proses ilmiah (3) produk ilmiah
(4) aplikasi (Trianto, 2007 : 100).
Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan pada siswa kelas
V SDN 07/II Desa Bedaro, dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SDN
07/II Desa Bedaro pada pelajaran
IPA adalah 70 namun
yang mampu memenuhi kriteria tersebut hanya 3 siswa dari 20 siswa atau
sebesar 15,%. Berikut hasil ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran tematik
muatan IPA kelas V SDN 07/II Desa
Bedaro.
No |
Nama Siswa |
Nilai |
KKM |
Keterangan |
|
Tuntas |
Tidak Tuntas |
||||
1 |
R |
60 |
70 |
√ |
|
2 |
RP |
60 |
70 |
√ |
|
3 |
AP |
60 |
70 |
√ |
|
4 |
G |
70 |
70 |
√ |
|
5 |
MM |
60 |
70 |
√ |
|
6 |
AR |
60 |
70 |
√ |
|
7 |
RV |
60 |
70 |
√ |
|
8 |
AN |
60
|
70 |
√ |
|
9 |
WR |
60 |
70 |
√ |
|
10 |
HA |
60 |
70 |
√ |
|
11 |
RS |
75 |
70 |
√ |
|
12 |
NSH |
60 |
70 |
√ |
|
13 |
NS |
60 |
70 |
√ |
|
14 |
RS |
60 |
70 |
√ |
|
15 |
FN |
60 |
70 |
√ |
|
16 |
APR |
60 |
70 |
√ |
|
17 |
R |
60 |
70 |
√ |
|
18 |
FM |
60 |
70 |
√ |
|
19 |
PA |
75 |
70 |
√ |
|
20 |
NI |
60 |
70 |
√ |
|
|
Nilai Rata-rata |
62,00 |
3 |
17 |
|
Persentase |
15% |
85% |
(Dukmentasi : Hasil harian tematik muatan IPA kelas V SDN 07/II Desa Bedaro)
Mengacu dari permasalahan
tersebut hal ini sangat membutuhkan adanya solusi dalam proses
pembelajaran agar kemampuan penguasaan konsep IPA siswa meningkat. Salah satu
solusinya adalah dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri. Mengetahui
berbagai permasalahan di atas pembelajaran IPA dapat menggunakan model
pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model
untuk mengembangkan kemampuan penguasaan konsep peserta didik dalam
pembelajaran IPA (Lia, 2018). Model pembelajaran ini menuntut peserta didik
untuk aktif selama proses pembelajaran sekaligus mendorong peserta didik untuk
mengoptimalkan keterampilan dan kemampuanya (Yeritia, 2017).
Permasalahan tersebut
dapat diatasi dengan melakukan
pembelajaran yang bersifat student centered agar peserta didik terlibat
secara langsung dalam pembelajaran dan berinteraksi antar peserta didik
sehingga mereka dapat saling bertukar pikiran untuk memperbaiki hasil belajar
dan siswa dapat menemukan sendiri konsep dari apa yang mereka pelajari.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa maksudnya yaitu siswalah yang aktif
membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru hanya bertugas sebagai
fasilitator, motivator, dan dinamisator. (Riyanti, 2016:1282).
Namun fakta di lapangan
menunjukkan, salah satu masalah dalam perkembangan proses pendidikan saat ini
adalah lemahnya proses pembelajaran, dalam proses pembelajaran IPA utamanya,
orientasi pembelajaran masih berpusat
pada guru (teacher
centered) sehingga siswa tidak mendapat berkembang dalam
menuaikan ide-ide mereka dalam belajar.
Model pembelajaran inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan
guru. Model pembelajaran inkuiri adalah porses belajar yang memberi kesempatan
pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problem secara sistematika yang
memberikan konklusi berdasarkan pembuktian (Nasution, 2012:39). Lebih lanjut
dikatakan Model pembelajaran inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk
mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan
masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Model atau
pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan salah satu bentuk pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach). Ciri
utama yang dimiliki oleh pendekatan inkuiri yaitu menekankan kepada aktivitas
siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan (menempatkan siswa sebagai
subjek belajar), seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief) serta
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Wina
Sanjaya, 2009: 196-197)
Model
pembelajaran inkuiri
yaitu model pembelajaran
inkuiri berarti suatu
rangkaian kegian belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mecari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis,
sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Dengan demikian model pembelajaran inkuiri adalah
sistematika pembelajaran yang
berurutan dalam pelaksanaannya, yang
melibatkan seluruh
kemampuan belajar
siswa
serta menuntut siswa untuk
mencari dan menemukan
dalam penyelidikan sebuah masalah dalam kegiatan belajar. (Anam, 2015:11).
Berdasarkan hal tersebut, perlunya
menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif dalam
proses pembelajaran dan menemukan
sendiri konsep dari apa yang
mereka pelajari sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa.
Pembelajaran IPA dan inkuiri tidak dapat dipisahkan dengan mengacu pada
kurikulum 2013 yang menekankan pada pengalaman
langsung dalam rangka pengembangan kompetensi siswa.
Menurut Dewi (2013) model pembelajaran inkuiri
menekankan pada proses penemuan sebuah konsep sehingga muncul sikap ilmiah pada
diri siswa dan dapat dirancang penggunaanya oleh guru menurut tingkat
perkembangan intelektual siswa. Hal ini dapat disesuaikan juga dengan materi yang sedang
dipelajari oleh siswa. Penerapan model pembelajaran inkuiri ini dapat
meningkatkan. Melalui kegiatan ini, peserta didik dapat belajar untuk penyajian
masalah, membuat atau menyajikan hipotesis, melakukan percobaan untuk
memperoleh informasi atau data, mengumpulkan dan menganalisis data dan membuat
simpulan.
Model pembelajaran inkuiri memiliki beberapa
tahapan. Adapun tahapan model pembelajaran inkuiri menurut Eggen dan Kauchak
(1993) yaitu: menyajikan pertanyaan masalah, membuat hipotesis, merancang
percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan data dan membuat hipotesis
(Nurhikma, 2021).
Penerapan model pembelajaran inkuiri ini dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari, karena
siswa mencari dan menemukan sendiri informasi tentang materi tersebut. Salah satu pembelajaran
yang dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan penguasaan konsep dan
kemampuan berpikir kritis peserta didik adalah pembelajaran inkuiri (Wahyudi,
2017).
Berdasarkan paparan
latar belakang tersebut,
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Konsep IPA Siswa
Kelas V SD Negeri 07/II Desa
Bedaro”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Metode yang
dipergunakan guru dalam pembelajaran tematik muatan IPA kurang variatif
2. Belum tercapainya ketuntasan
hasil belajar siswa pada KKM mata pelajaran tematik muatan IPA sesuai dengan
KKM yang telah ditetapkan yaitu 70.
3. Frekuensi praktikum maupun
eksperimen yang dilakukan dalam proses pembelajaran tematik muatan IPA relatif rendah.
4. Proses pembelajaran
cenderung terpusat pada guru, sehingga siswa cendrung menoton apa
yang disamapaikan guru.
5. Siswa
belum mampu memahami penguasaan konsep IPA yang diberikan guru dalam pembelajaran
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang, identifikasi dan batasan masalah yang telah dikemukakan maka
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peningkatan penguasaan
konsep IPA
melalui Model
pembelajaran inkuiri learning
siswa kelas V di SDN 07/II Desa Bedaro?
2. Bagaimana penerapan Model pembelajaran inkuiri learning untuk meningkatkan penguasaan konsep IPA Pada
siswa kelas V SDN 07/II Desa Bedaro?
D. Batasan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti membatasi
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Subyek
penelitian ini adalah siswa SDN 07 kelas V yang berjumlah 20 siswa.
2. Model
yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri learning
3. Mata
pembelajaran tematik muatan IPA kelas V SDN
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui
peningkatan
penguasaan konsep IPA
melalui Model
pembelajaran inkuiri learning
siswa kelas V di SDN 07/II Desa Bedaro
2.
Untuk mengetahui
penerapan Model pembelajaran inkuiri learning
untuk
meningkatkan penguasaan konsep IPA Pada
siswa kelas V SDN 07/II Desa Bedaro
F. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat bagi pembaca, baik itu dalam pembelajaran
IPA maupun dalam upaya meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran IPA. Secara
umum hasil penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap pembelajaran IPA,
utamanya dalam mengembangkan kemampuan penguasaan konsep IPA siswa.
1. Manfaat
teoritis
a. Bagi guru dapat memberikan masukan dalam
kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri sebagai
bentuk pembelajaran IPA yang lebih baik dan menarik.
b. Bagi siswa agar dapat memiliki kemampuan
penguasaan konsep IPA yang baik dalam menyelesaikan soal-soal.
c. Bagi penulis dapat memberikan kontribusikan bagi sekolah serta dapat menambah
wawansan penulis mengenai pembelajaran inkuiri dan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata
satu (S.1) pada jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Manfaat
praktis
Untuk menambah wawasan tentang
pembelajaran dengan model Inkuiri khususnya dimata pembelajaran temaktik muatan IPA kelas V SD.
BAB II
|
KAJIAN TEORI
A. Model Pembelajaran Inkuiri
1. Pengertian Model Pembelajaran
Pembelajaran didefinisikan sebagai upaya pemahiran
keterampilan melalui pembiasaan siswa secara bertahap dan terperinci dalam
memberikan respon atau stimulus yang diterimanya yang diperkuat oleh tingkah
laku yang patut dari pengajar. Namun jika dilihat dari sudut pandang kognitif,
pembelajaran diartikan sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya peningkatan penguasaan
materi yang baik terhadap materi pelajaran (Yunus, 2014:18).
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer,
kurikulum dan lain-lain (Dewi, 2019:41). Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengolaan kelas. Banyak sekali model
pembelajaran yang telah dikembangkan oleh guru yang pada dasarnya untuk
memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami dan menguasai suatu
pengetahuan atau pelajaran tertentu (Isrok’atun, 2018:23).
9 |
Model pembelajaran merupakan suatu rangkaian proses
belajar mengajar dari awal hingga akhir, yang melibatkan bagaimana aktivitas
guru dan siswa, dalam desain pembelajaran tertentu yang berbantuan bahan ajar
khusus, serta bagaimana interaksi antara guru siswa bahan ajar yang terjadi. Umumnya, sebuah model pembelajaran terdiri
beberapa tahapan-tahapan proses pembelajaran yang harus dilakukan. Model
pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning
style) dan gaya mengajar guru (teaching style), yang keduanya
disingkat menjadi solat (Style of Learning and Teaching). (Suhana, 2014:37)
Berdasarkan beberapa pengertaian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para
guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.
2. Pengertian Inkuiri
Inkuiri dalam bahasa inggris “Inkuiri”, berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses
umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Pembelajaran
inkuiri dibuat untuk melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar
secara ilmiah di mana proses pembelajarannya
berpusat pada siswa, dapat diterapkan secara berkelompok yaitu siswa diberikan
kesempatan untuk berpikir mandiri serta saling membantu teman yang lain dan
mampu membimbing siswa untuk memliki rasa tanggung jawab terhadap diri dan
kelompoknya (Mohammad, 2020).
Inkuiri merupakan suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan
informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau
memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Menurut Gulo dalam journal
penelitian (Umami R, 2013), model pembelajaran inkuiri merupakan suatu
rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuannya. Inkuiri mengandung proses-proses mental
yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan permasalahan , merancang
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai
sikap-sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Model pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran inkuiri
dengan bimbingan dari guru, yakni suatu cara penyampaian pelajaran dengan
penelaahan sesuatu yang bersifat pencarian secara kritis, analitis dan
argumentatif secara ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju
suatu kesimpulan (Mulyasa, 2004). Selain itu, model pembelajaran inkuiri (guided inkuiri) adalah suatu model
pengajaran yang menekankan pada proses penemuan konsep dan hubungan antar
konsep di mana siswa merancang sendiri prosedur percobaan sehingga peran siswa
lebih dominan, sedangkan guru membimbing siswa kearah yang tepat/benar
(Febrina, 2020).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
bahwa pendekatan pembelajaran inkuiri adalah suatu penemuan yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk menemukan sendiri
jawabaan dari suatu permasalahan.
3. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri
Menurut Sanjaya dalam kutipan Putra (2013). Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri, sebagai berikut:
a.
Orientasi
Pada tahap ini
guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
kondusif. Hal-hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini ialah sebagai
berikut:
1)
Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa.
2)
Menerangkan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan.
3)
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar, hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
b.
Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa
siswa kepada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Proses mencari jawaban
itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri. Oleh karena itu, melalui
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c.
Merumuskan Hipotesis
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru
untuk mengembangkan kemampuan menebak (beripotesis) pada setiap siswa adalah
mengajukan berbagai pertanyaan yang bisa mendorong siswa agar mampu merumuskan
jawaban sementara atau perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan
yang dikaji.
d.
Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring
informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses
pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar,
tetapi juga ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikir.
e.
Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan
berfikir rasional.
f.
Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Oleh sebab itu, agar mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan
data kepada siswa tentang data-data yang relevan.
Menurut Aris
Shoimin langkah-langkah metode
pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :
a) Membina suasana yang
responsif di antara siswa.
b) Mengemukakan
permasalahan untuk diinkuirikan (ditemukan).
c) Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diajukan bersifat mencari
atau mengajukan informasi terkait masalah yang diberikan.
d) Siswa merumuskan
hipotesis atau memperkirakan jawaban dari pertanyaan tersebut. Guru membantu
dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan.
e) Menguji hipotesis.
f) Pengambilan kesimpulan
dilakukan guru dan siswa. (Aris Shoimin, 2013:85-86)
Menurut Wina Sanjaya, langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran inkuiri terdiri dari sebagai berikut:
a) Orientasi masalah
b) Merumuskan masalah
c) Mengajukan hipotesis
d) Mengumpulkan data
e) Menguji hipotesis.
f) Merumuskan kesimpulan
(Wina Sanjaya (2006:201).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
model inkuiri merupakan model pembelajaran yang dapat mengembangkan cara
berpikir kritis ilmiah yang menempatkan siswa sebagai pembelajar dan dapat
memcahkan permasalahan dan memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan
sehingga dapat memahami konsep-konsep sains. Model pembelajaran inkuiri memiliki beberapa langkah yaitu: orientasi,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis
dan menarik kesimpulan.
B. Kemampuan Penguasaan Konsep
1.
Pengertian Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep adalah hasil dari kegiatan
intelektual. Selain siswa mampu menguasai suatu konsep, kreativitas juga sangat
diperlukan dalam memecahkan masalah (Silaban, 2014). Penguasaan konsep sebagai
kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Definisi penguasaan konsep yang lebih
komperhensip dikemukakan oleh Bloom yaitu kemampuan dalam menangkap pengertian-pengertian
seperti mampu mengungkapkan suatu meteri yang disajikan ke dalam bentuk yang
lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikan nya
(Hermansyah, Gunawan, & Heriyanti, 2017:32).
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap
arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Aspek pemahaman merupakan aspek
yang mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami suatu konsep dan
memaknai arti suatu materi. Aspek pemahaman ini menyangkut kemampuan seseorang
dalam menangkap makna suatu konsep dengan kalimat sendiri.
Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang
ditunjukkan peserta didik dalam memahami
konsep dan dalam melakukan prosedur secara luwas, akurat, dan tepat(Jihad,
2009). Menurut Putri (2012) pemahaman konsep dapat diartikan sebagai cara
seseorang yang dapat memahami tentang ide yang dapat mengelompokkan objek ke
dalam contoh dan noncontoh (Sulaeman, 2013).
Konsep menunjukkan suatu hubungan antar konsep-konsep
yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap
pertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi
(Sagala, 2003: 71). Menurut
Dahar (2006: 62) menyatkan konsep merupakan batu pembangun berpikir. Konsep
merupakan dasar bagi proses mental yang mewakili satu stimulus.
Dari
pembelajaan di atas dapat disimpulkan penguasaan konsep merupakan pembelajaran
yang akan mendapatkan pengalaman dengan diawali dari proses pengamatan secara
langsung terhadapsuatu fakta yang dipecahkan kemudian diperoses dengan
tanggapan arifakta yang sudah diamati, menjabarkan fakta-fakta pengamatan dan
selanjutnya menemukan hal-hal yang terjadi pada proses pengamatan.
2.
Indikator Penguasaan
Konsep
Adapun indikator penguasaan konsep adalah sebagai berikut:
4.
Penerjemahan (translation), yaitu menterjemahkan konsepsi abstrak menjadi suatu
model. Misalnya dari lambing ke arti. Kata kerja operasional yang digunakan
adalah menterjemahkan, mengubah, mengilustrasikan, memberikan definisi dan
menjelaskan kembali
5.
Penafsiran (interpretation),
yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi,
misalnya diberikan suatu diagram, tabel, grafik atau gambar-gambar dan di
tafsirkan. Kata kerja operasional yang digunakan adalah
menginterprestasikan,membedakan, menjelaskan dan menggambarkan.
6.
Ekstrapolasi (extrapolation), yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang telah
diketahui. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
ini adalah memperhitungkan, menduga, menyimpulkan, meramalkan, membedakan,
menentukan dan mengisi. (Rosiyanti, 2015:12).
Indikator
penguasaan konsep terdiri dari: a). mampu
menyajikan situasi kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan; b). mampu mengklasifikasikan objek-objek
bedasarkan terpenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep; c). mampu menghubungkan antara konsep dan
prosedur; d). mampu
memberikan contoh konsep yang dipelajari. (Silviana, 2011: 50).
Sedangkan menurut
Wirasito menyatakan indikator penguasaan konsep sebagai berikut: a. mengetahui
ciri-ciri suatu konsep; b. dapat menghubungkan antar konsep; c. dapat kembali
di konsep itu dalam berbagai situasi; d. dapat menggunakan konsep dalam
menyelesaikan suatu masalah. (Silviana, 2011: 50).
Indikator penguasaan konsep yaitu seseorang dapat dikatakan
menguasai suatu konsep jika orang tersebut benar-benar memahami konsep yang
dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi tidak mengubah makna yang
ada didalamnya. (Sumaya, 2004:43)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna pelajaran secara ilmiah baik
teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari atau kemampuan yang
dimiliki seseorang dalam mengungkapkan ilmu yang sudah didapatkan meskipun di
buat dengan kata-kata yang berbeda tetapi memiliki makna yang sama. Pemahaman merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran. Pemahaman dan penguasaan konsep dapat membuat peserta didik
menguasai ciri dan sifat, penerapan dan pengemabangan konsep yang telah
dipelajari.
C. Muatan IPA
1.
Pengertian IPA
Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu
Pengetahuan Alam”. Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam “merupakan terjemahan dari
kata-kata Bahasa Inggris” Natural Science” secara singkat sering disebut
“Science “. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau
bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut
sebagai ilmu tentang alam ini. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam. Untuk selanjutnya kita akan menggunakan kata IPA sebagai suatu
istilah (Iskandar, 2015).
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu susunan teratur pengetahuan yang telah
diperoleh manusia, termasuk cara-cara dalam mengembangkan pengetahuan serta
kriteria (ukuran) atau cara menguji kebenaran ilmu. (Silviana, 2011: 12). IPA merupakan suatu kumpulan ilmu pengetahuan
yang tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas
pada gejala-gejala alam. (Trianto, 2010: 136).
Menurut Kardi & Nur
IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang ilmu alam semesta,
benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan diluar angkasa
baik yang dapat diamati dengan indera maupun yang tidak dapat diamati oleh
indera. (Trianto, 2010: 136).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian,
peristiwa dan fenomena yang ada di alam semesta. IPA sendiri juga disebut
sebagai ilmu yang mempelajari tentang berbagai gejala- gejala yang ada di bumi
yang dapat dilakukan dan dibenarkan dengan cara melakukan penemuan dan
percobaan secara langsung.
2.
Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut Kurikulum 2013 yang berbasis pada
kompetensi tujuan pembelajaran untuk tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas memiliki penekanan yang berbeda. Pada
prinsipnya pembelajaran sains di Sekolah Dasar membekali siswa kemampuan
berbagai cara untuk mengetahui dan cara mengerjakannya yang dapat membantu
siswa dalam memahami alam sekitar, sedang secara rinci tujuan pembelajaran
sains di Sekolah Dasar adalah :
a. Menanamkan
rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat
b. Mengembangkan
ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan
c. Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
d. Ikut
serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
e. Menghargai
alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
(Asyari, 2016).
Menurut Susanto (2012: 171) menyatakan
pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal sebagai pembelajaran ilmu
pengetahuan alam (IPA), konsep IPA disekolah dasar merupakan konsep yang masih
terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri.
Menurut Iskandar, tujuan pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan
Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya,
mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan
dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas
dalam Suyitno, 2002: 7)
Mata
pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kempapuan sebagai
berikut :
1. Mengembangkan rasa
ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat.
2. Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan.
3. Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengembangkan
kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari.
5. Mengalihkan
pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.
6. Ikut serta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Menghargai berbagai macam
bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini,
2007: 40)
Menurut
Badan Standar Pendidikan (BSNP) dalam (Susanto, 2012: 171) menyatakan. Adapun
tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dimaksudkan untuk:
1) memperoleh keyakinan
terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa bedasarkan, keindahan, dan keteraturan
alam ciptaan-Nya;
2) mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;
3) mengembangkan sikap
rasa ingin tahu pada siswa, sikap positif dan kesadaran tentang adanya suatu
hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat;
4) mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan suatu masalah
dan membuat keputusan;
5) meningkatkan kesadaran
untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan
alam;
6) meningfkatkan kesadaran
dalam menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan
Tuhan;
7) memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampiulan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP.
Bedasarkan
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA bertujuan sebagai
bekal untuk siswa dalam mengembangkan rasa ingin tahu, sikap posistif dan
kesadaran tentang alam dan juga bertujuan sebagai pengembangkan dalam
keterampilan proses dalam menyelidiki alam sekitar.
D. Penelitian yang Relevan
Sebagai acuan penelitian ini
membutuhkan pertimbangan bebarapa hasil penelitian terdahulu yang menjadi
kevalidan penelitian ini, ada beberapa penelitian yang berhubungan dan
mendapatkan hasil positif atau berhasil berikut diantaranya:
1.
Suci (2017) dalam penelitiannya yang berjudul tentang Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri terhadap Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis IPA Siswa
SDN 112 Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa Pada hasil
observasi dan refleksi guru kelas menunjukkan adanya peningkatan rata-rata
hasil kognitif dan setiap siklusnya yaitu siklus I sebesar 5,90, siklus II 7,29
dan pada siklus III 7,67. Nilai kerja siswa turut mengalami peningkatan dari
siklus I rata-rata yang diperoleh sebesar 7,55, siklus II 7,77, dan siklus III
8,00. Pada kemampuan penguasaan konsep 57% (40 siswa) memilki kemampuan
penguasaan konsep sedang, 19% (13 anak) kemampuan penguasaan konsep tinggi.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri
terhadap Penguasaan Konsep IPA, sementara perbedaan penelitian ini adalah waktu
dan tempat penelitian nya.
2.
Kurniawati (2014) dalam penelitiannya yang berjudul tentang Penerapan
Pembelajaran Inkuiri Integrasi Peer
Instruction terhadap Penguasaan konsep dan Kemampuan Berpikir kritis siswa
SD Negeri 84 Pare-Pare. Berdasarkan hasil analisis data dan perhitungan LSD
penelitian ini terlihat bahwa penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa lebih
tinggi dengan menggunakan pembelajaran inkuiri integrasi peer instruction dari pada pembelajaran konvensional. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama
menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Penguasaan Konsep IPA, sementara
perbedaan penelitian ini adalah waktu dan tempat penelitian nya.
3.
Wandika (2020) yang berjudul tentang Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep IPA siswa Kelas IV SDN 12 Batu Sangkar.
Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa setelah menggunakan model
pembelajaran inkuiri nilai rata-rata posttest
lebih tinggi dari pada nilai rata-rata pretest
dilihat dari nilai sebelum dan sudah diberi perlakuan menggunakan model
pembelajaran inkuiri Nilai tertinggi posttest
adalah 100 dan nilai terendah 60 sedangkan nilai pretest tertinggi adalah 66 dan nilai terendah 25. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menerapkan Model
Pembelajaran Inkuiri terhadap Penguasaan Konsep IPA, sementara perbedaan
penelitian ini adalah waktu dan tempat penelitian nya.
4.
Nurhayati, (2018) yang berjudul tentang Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Untuk Meningkatkan kemampuan Pemahaman Konsep IPA siswa Kelas V SD. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
wawancara dan soal tes. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang
dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Dari hasil penelitian
penelitian diperoleh bahwa setelah menggunakan model, rata-rata hasil belajar
siswa meningkat pada siklus I maupun siklus II. Presentase ketuntasan siswa juga mendekati
sempurna yaitu rata-rata kelas pada siklus I sebesar 68,47 dan pada siklus II
sebesar 73,64 sehingga peningkatan sebesar 5,17 serta presentase ketuntasan
hasil belajar dai siklus I ke siklus II sebesar 78,81%.
5. Devita Cahyani Nugraheny
dengan judul “Penerapan
Lembar Kerja Peserta Didik
berbasis Life Skills untuk meningkatkan keterampilan proses dan sikap ilmiah di
SMK Negeri 1 Panjatan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengembangkan dan
mengetahui kualitas LKPD industry kecil kimia berbasis life skill untuk
meningkatkan keterampilan proses dan sikap ilmiah peserta didik, 2) mengetahui
ada tidaknya peningkatan keterampilan proses dan sikap ilmiah peserta didik
setelah penggunaan LKPD berbasis life skill dalam pembelajaran. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi dan teknik angket. Dan
LKPD yang di kembangkangkan ini layak di gunakan sebagai media pembelajaran di
sekolah untuk meningkatkan keterampilan proses dan sikap ilmiah peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian di
atas, peneliti menemukan beberapa kesamaan dengan penelitian yang telah dipaparkan di atas yaitu adanya penerapan model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep
IPA siswa.
E. Kerangka Berpikir
Penelitian ini
diketahui ada dua variabel, variabel independen dan variabel dependen. Variabel
independent yaitu model pembelajaran inkuiri, sedangkan variabel dependen yaitu
kemampuan penguasaan konsep IPA siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran
inkuiri bisa dijadikan alternative untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Ketertarikan siswa untuk belajar diharapkan dapat timbul
karena dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya terpaku pada satu orang
guru, namun dapat bertanya pada guru yang lainnya. Maka dengan penerapan model
pembelajaran inkuiri ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penguasaan
konsep IPA siswa di SD Negeri 07 Bedaro. Adapun bentuk kerangka berfikir dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kerangka pikir penguasaan konsep siswa pada materi
pembelajaran IPA
Kondisi awal Penguasaan konsep IPA siswa rendah |
Tindakan Penerapan model
pembelajaran Inquiry
|
Hasil Peningkatan
kemampuan Melalui Penerepan Model Inkuiri |
- Siswa Kurang Komunikatif - Minat Siswa Rendah - Hasil belajar Tidak Tuntas rendah |
- Menggunakan Konsep - LKPD |
- Siswa komunikatif - Minat tinggi - Hasil belajar meningkat |
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Berdasarkan skema yang tergambar diatas dapat disimpulkan
bahwa peneliti harus melihat kondisi awal yang dialami oleh sekolah dan
peneliti menemukan bahwa kemampuan penguasaan konsep IPA siswa masih rendah dan
tindakan yang akan di lakukan oleh peneliti atau guru adalah dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri dan hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah dapat meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa.
|
|
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Suyanto PTK adalah sebuah bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu supaya bisa memperbaiki atau meningkatkan
penerapan pembelajaran di kelas dengan lebih baik lagi (Priatna,
2008).
Suharsimi Arikunto
mengatakan bahwa PTK merupakan sebuah penelitian yang akar permasalahannya
muncul di dalam kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang mengajar sehingga
susah untuk dibenarkan jika ada pendapat lain bahwa permasalahan dalam
penelitian tindakan kelas didapat dari pemahaman atau khayalan seorang peneliti
(Suharsimi
Arikunto, 2009).
Menurut Stephen Kemmis PTK
atau action research ialah sebuah bentuk penelitian melalui refleksi
diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi
social (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari
tindakan-tindakan social atau pendidikan yang mereka lakukan sendiri, pemahaman
mereka terhadap tindakan-tindakan tersebut, dan situasi di tempat tindakan itu
dilakukan (Suprijono,
2014).
Dalam pelaksanaannya,
penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa
dalam satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu : (1) perencanaan
(planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4)
refleksi (reflecting). Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut
membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada
gambar dibawah ini.
23
|
SKEMA DESAIN PENELITIAN
Perencanaan |
Refleksi |
Pelaksanaan |
Pengamatan |
SIKLUS I |
Perencanaan |
SIKLUS II |
Pelaksanaan |
Refleksi |
Pengamatan |
Gambar Prosedur PTK Model
Kurt Lewin
B. Setting dan Subjek
Penelitian.
1. Setting penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 07 Bedaro Peneliti memilih sekolah ini
dikarenakan peneliti ingin mengetahui masalah apa yang mungkin terjadi pada
sekolah tersebut.
2. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa Kelas V SDN 07
Bedaro yang berjumlah 20 siswa.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui kegiatan
berdaur yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan (planning),
tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
Secara keseluruhan, empat tahap dalam bentuk spiral untuk mengatasi masalah
yang mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus tersebut saling terkait
dan berkelanjutan. Siklus pertama dilakukan untuk mengetahui sampai mana
tingkat kemampuan siswa. Siklus kedua dilaksanakan apabila siklus pertama ada
hal yang kurang berhasil dilakukan penulis. Siklus ketiga dilaksanakan jika
siklus sebelumnya belum bisa mengatasi masalah, dan begitu pula untuk siklus
selanjutnya.
1. Siklus I
a. Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan
secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi, perencanaan merupakan
bagian awal dari rancangan penelitian tindakan yang berisi tentang persiapan
yang dilakukan untuk memecahkan masalah.
b. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan, skenario
kerja tindakan, perbaikan dan prosedur tindakan yang diterapkan. Tahap
pelaksanaan merupakan pembelajaran yang telah disiapkan pada tahapperencanaan.
c. Pengamatan (observasi) terhadap pembelajaran yang
sedang berlangsung ditunjukan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan
aktivitas yang terjadi apabila masukan baik atau feedback dilakukan dengan
cermat pengamatan yang dilakukan oleh penelitian adalah: Situasi kegiatan
pembelajaran, keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran, hasil belajar
siswa danrefleksi.
d. Refleksi adalah memikirkan sesuatu yang hasil
dari kegiatan sebelumnya direfleksikan untuk melihat apakah hasil yang tercapai
sudah memenuhi kriteria keberhasilan peneltitan atau belum. Dan
akan dilakukan tindakan perbaikan atas kekurangan-kekurangan pada siklus selanjutnya.
2. Siklus II
a.
Perencanaan
dimana peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus pertama.
b.
Pelaksanaan
tindakan dimana guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran
hasil refleksi berdasarkan siklus pertama dengan pembelajaran IPA menggunakan
metode Inkuiri learning.
c.
Pengamatan
dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran.
d.
Refleksi
adalah upaya melihat kembali mengorganisasi, kembali menganalisis, kembali
mengklarifikasi dan kembali mengevaluasi hal-hal yang telahdipelajari.
D. Sumber Data
Pada penelitian ini,
sumber data yang dibutuhkan yaitu dari siswa dan guru kelas, kepala sekolah dan
kegiatan yang dilakukan siswa dan guru selama pembelajaran IPA dengan
menggunakan metode pembelajran nkuiri learning Sumber data dibuat peneliti
untuk melihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas dan
kesesuaian langkah pembelajaran yang dilakuan oleh guru dengan rencana
pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Observasi
Observasi yaitu pengamatan secara langsung dan
mendalam terhadap objek penelitian untuk mengumpulkan data. Menurut (Moleong,
2014:37) metode observasi yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara
pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan
serta untuk mengetahui peran guru dalam menerapkan Kurikulum 2013.
2.
Tes
Tes adalah suatu tolak ukur atau alat ukur
yang tertera pada sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau
sejumlah siswa untuk menggungkapkan tingkat dari perkembangan (pemahaman) tes
yang dimaksud oleh peneliti adalah tes tulis berbentuk uraian yakni 10 soal
uraian. Tujuan
tes ini dipilih oleh peneliti supaya mengetahui sejauhmana peningkatan
penguasaan konsep IPA melalui Model pembelajaran inkuiri learning siswa kelas V di SDN
07/II Desa
Bedaro. Tes diberikan pada pertemuan akhir dari setiap siklus untuk mengetahui hasil belajar IPA pada
setiap siklusnya. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan menggunakan metode tes kemudian
dianalisis
dengan teknik deskriptif kuantitatif
3. Wawancara
Wawancara yaitu sebagai
tukar-menukar pandangan antara dua orang atau lebih percakapan dengan tujuan
tertentu. Kemudian percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(yang mengajukan pertanyaan) dan di wawancarai (yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara
untuk mendapatkan data pelengkap berupa keadaan atau kondisi sosial, budaya dan
kecendrungan di sekitar subjek, atau bahkan digunakan untuk memperoleh jenis
data primer seperti peneliti maksudkan di atas.
4. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik untuk memperoleh data
dari responden. Menurut (Sugiyono, 2016:35-37). Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan studi dokumen dengan maksud agar dapat mengumpulkan data yang
berkaitan dengan penelitian ini serta dokumen-dokumen yang dianggap memiliki
relevansi terhadap data yang diperlukan.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam
pengolahan data yang berhubungan erat dengan rumusan masalah yang telah
diajukan pada bab 1sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Data yang
diperoleh akan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif
yaitu :
1. Data
Kuantitatif
Hasil tes yng diperoleh
dari siswa dianalisis untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keaktifan
dengan menggunkan metode pembelajaran Inkuiri Learning pada mata
pelajaran IPA Analisis ini dilakukan dengan menghitung jumlah siswa yang
memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Serta menghitung nilai rerata
kelas. Jika minimal 70 dari siswa mencapai KKM.
Minimal KKM yakni sebesar 70 dan rerata nilai kelas
minimal 70 sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam penelitian ini,
maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi metode pembelajaran Inkuiri
learning dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA.
Untuk mencari perhitungan
nilai rerata kelas menggunakan rumus mean.
Keterangan :
Mean: nilai rerata
∑x: jumlah seluruh nilai
N: jumlah siswa
1.
Analisis data kualiatif
Untuk data kualitatif yang
diperoleh dari lembar observasi atas hasil pengamatan terhadap guru dan siswa
sebelum proses pembelajaran berlangsung dianalisis dengan menggunakan model
alur.
1. Reduksi
Data
Reduksi data merupakan
proses menyeleksi, menentukan focus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah
bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan (M. B. M. & A. M. Huberman, 2009). Penelitian ini dilakukan
pemfokuskan dan penyisihan data observasi pembelajaran tematik yang kurang
bermakna. Data yang diperoleh direduksi dengan memfokuskan perhatian pada
hal-hal yang berkenaan dengan aspek-aspek pemahaman terhadap pembelajaran
tematik.
2. Penyajian
Data
Setelah reduksi data siap
dibeberkan. Artinya, tahap analisis sampai pada pembeberan data. Berbagai macam
data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu dibeberkan dengan tertata
rapi dalam bentuk narasi plus matriks, grafik, dan diagram (M.
mattew B. & A. M. Huberman, 2009a). Dalam penelitian ini data yang telah direduksi, dipaparkan secara sistematis
dalam bentuk diagram atau grafik untuk memudahkan pemhaman sehingga memudahkan
dalam penarikan kesimpulan.
3. Penarikan
Kesimpulan
Penarikan kesimpulan
dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada
akhir siklus I, ke kesimpulan terevisi pada akhir siklus II dan seterusnya, dan
kesimpulan terakhir pada akhir siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama sampai
dengan yang terakhir saling terkait dengan kesimpulan pertama sebagai pijakan. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan tidak hanya
terbatas pada data tentang perubahan/peningkatan.
G. Kriteria Keberhasilan
Data
Indikator keberhasilan yang ingin dicapai dengan PTK ini
adalah menumbuhkan sikap cermat dan mandiri serta meningkatkan nilai hasil
belajar peserta didik pada pembelajaran subtema hidup rukun dengan menggunakan
model Inkuiri Learning. Peserta didik yang menjadi objek penelitian
dikatakan berhasil jika kemampuan mengidentifikasi pada pembelajaran subtema
hidup rukun memperoleh nilai KKM 65 sebanyak 85%. Jadi apabila peserta
didik sudah tercapai KKM 85% maka penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil
atau menumbuhkan sikap cermat dan mandiripun dihentikan.
|
|
TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Historis dan
Geografis SDN 07/II Bedaro
Sekolah Dasar
Negeri 07/II Bedaro adalah salah satu satuan pendidikan dengan
jenjang SD di Bedaro
Kecamatan Muko Muko Batin VII Kabpaten Bungo Provinsi Jambi. Dalam menjalankan
kegiatannya, SD Negeri 07II Bedaro berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro berdiri
pada tahun 1982 seluas -+ 1230 KM persegi. Sekolah Dasar Negeri 07/II
Bedaro beralamat jalan Bungo-Babeko KM.35 bertempatan di Desa
Bedaro RT.04 Kecamatan Muko Muko Batin VII Kabupaten Bungo provinsi Jambi,
dengan kode pos 37261.
Berikut
profil atau identitas Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro
Kecamatan Muko-muko Bathin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.
Tabel : 4.1. Profil Sekolah Sekolah Dasar Negeri
07/II Bedaro
Nama |
: |
SD Negeri 07/II Bedaro |
NPSN |
: |
10500959 |
Kode Pos |
: |
37261 |
Desa / Kelurahan |
: |
Bedaro |
Kecamatan |
: |
Muko Muko Batin VII |
Kabupaten / Kota |
: |
Bungo |
Provinsi |
: |
Jambi |
Status Sekolah |
: |
Negeri |
Jenjang Pendidikan |
: |
SD |
Waktu Penyelenggaraan |
: |
6 / Pagi hari |
Lokasi Geografis |
: |
Lintang -1 Bujur 102 |
No. SK. Akreditasi |
: |
1011/BAN-SM/SK/2019 |
Tanggal SK. Akreditasi |
: |
18-11-2019 |
30 |
2. Struktur Organisasi SDN 07/II Bedaro
Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro merupakan lembaga pendidikan formal yang di
dalamnya terdapat pimpinan/kepala, wakil kepala sekolah, guru-guru, karyawan,
tata usaha, dan siswa. Agar Sekolah Dasar Negeri
07/II
Bedaro dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan lancar
perlu adanya organisasi yang terorganisir, dengan adanya organisasi yang
terorganisir sesuai dengan kompetensi setiap individu Sekolah Dasar 07/II Bedaro akan
dapat melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Dengan
demikian pada suatu organisasi sekolah, baik di bawah naungan langsung
pemerintah maupun swasta, besar maupun kecil tidak terlepas dari adanya
struktur organisasi agar semua pihak dapat saling bekerja sama dan tolong-menolong
untuk tujuan pendidikan tersebut. Begitulah arti pentingnya struktur organisasi
pada lembaga sekolah.
Selain itu,
struktur organisasi merupakan suatu tolak ukur dalam suatu lembaga pendidikan.
Organisasi yang baik dapat menunjukkan kegiatan yang baik dan juga merupakan
pendukung dalam pelaksanaan segala program kerja yang ada di Sekolah Dasar Negeri
07/II
Bedaro.
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi Sekolah Dasar Negeri
07/II
Bedaro dapat di lihat sebagai berikut:
Gambar 3.1 :
Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro
Kecamatan
Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi
Tahun Ajaran
2022-2023
Kepala Sekolah Efrianti, S.Pd.
|
Komite Sekolah Hermanto |
Bendahara Ibrahim,A.Ma.Pd
|
Operator Sekolah Darmawan |
Wali Kls I.A Siti
Maimuna |
Wali Kls II Ruslan
A, S.Pd.I |
Wali Kls III Hasan, S.Pd
|
Wali Kls IV.A Herlina,S.Pd |
Wali Kls V Despianti S.Pd |
Wali Kls VI.A Ibrahim,A.Ma.Pd |
Guru PAI Suyatmi, S.Pd
|
Guru PJOK Muhardi, A.Ma |
Guru PAI Firdaus,
S.Pd.I |
Siswa-Siswi |
Guru SBK Desmariyanti, S.Pd.I
|
Guru Mulok Rosi Widayanti, S.Pd.I
|
Perpustakaan Nurhayati, S.Pd.I
|
(Sumber data :
Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun
2023)
3. Keadan Guru,
Karyawan dan Siswa SDN 07/II Bedaro
a. Data Guru dan
Karyawan
Dalam
proses pembelajaran, guru merupakan komponen yang sangat penting. Karena tanpa
adanya guru proses pembelajaran tidak akan terlaksana. Kemudian seorang tidak
hanya mengajar apa yang diketahuinya semata, tetapi juga bertugas membantu
siswanya mencapai kedewasaan diri, karena guru merupakan suri tauladan yang
baik dari perkataan maupun dari segi perilakunya.
Begitu juga pada
dasarnya guru sebagai tenaga pengajar di Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro ini
cukup bagus dan berpengalaman karena sebagaian ada yang Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang diperbantukan sampai saat ini, sedangkan yang lainnya diambil dari
guru-guru honor terutama lulusan S.1 bagi yang honor tersebut sering kali
terjadi pergantian dan menyatakan berhenti dengan alasan bahwa kesejahteraan
tidak sesuai dengan tenaga yang diharapkan, hal tersebut di akui oleh pihak
yayasan.
Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro memiliki guru yang
professional dan handal dalam bidangnya masing-masing, mereka rata-rata tamatan
Starata Satu. Dan semua guru-guru disekolah ini saling bekerja sama untuk
mencapai tujuan pendidikan. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan tenaga
pengajar dan Karyawan di Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro ini dapat dilihat
ada tabel beriktu ini :
Tabel : 4. 2. Keadaan guru dan Karyawan Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro
Tahun 2022-2023
No |
Nama |
JK |
Jabatan |
1. |
Efrianti, S.Pd |
P |
Kepala Sekolah |
2. |
Siti
Maimuna
|
P |
Wali Kelas I |
3. |
Ruslan A, S.Pd.I
|
L |
Wali Kelas II |
4. |
Hasan, S.Pd
|
L |
Wali Kelas III |
5. |
Herlina,S.Pd
|
P |
Wali Kelas IV |
6. |
Despianti S.Pd
|
P |
Wali Kelas V |
7. |
Ibrahim,A.Ma. |
L |
Wali Kelas V |
8. |
Suyatmi, S.Pd
|
P |
Guru PAI |
9. |
Firdaus, S.Pd.I
|
L |
Guru PAI |
10. |
Muhardi, A.Ma
|
L |
Guru PJOK |
11. |
Desmariyanti, S.Pd.I
|
P |
Guru SBK |
12. |
Rosi Widayanti, S.Pd.I
|
L |
Guru Mulok |
13. |
Darmawan
|
L |
Operator Sekolah |
14. |
Nurhayati, S.Pd.I
|
P |
Perpustakaan |
15. |
Junaidi |
L |
Penjaga Sekolah |
(Sumber data :
Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun
2023)
Dari tebel diastas
menunjukkan bahwa keadaan guru dan karyawan Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro
Tahun 2022-2023 berjumlah 15 orang dan dibantu beberapa karyawan untuk
kelancaran administrasi.
b. Keadaan Siswa
Salah satu
factor penunjang dalam pendidikan adalah siswa karena siswa merupakan bagian
dari unsur-unsur yang terpenting dalam proses pendidikan. Tanpa adanya siswa
mustahil pendidikan atau proses pembelajaran tidak akan bisa berjalan dengan
baik.
Siswa keberadaannya pada suatu
lembaga pendidikan sangat dibutuhkan, terlebih pelaksanaan pendidikan di
sekolah siswa merupakan subjek sekaligus objek dalam proses mentranspormasikan
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukannya
Berdasarkan
data yang penulis peroleh dari dokumentasi Sekolah Dasar Negeri 07/II
Bedaro bahwa siswa yang ada
disekolah ini berjumlah 137 orang, dari kelas satu sampai kelas enam.
Tabel : 4. 3. Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri 07/II
Bedaro Tahun 2022/2023.
No |
Kelas |
Jumlah |
||
Laki-laki |
Perempuan |
Jumlah |
||
1 |
I |
10 |
17 |
27 |
2 |
II |
10 |
15 |
25 |
3 |
III |
11 |
13 |
24 |
4 |
IV |
9 |
13 |
22 |
5 |
V |
10 |
10 |
20 |
6 |
VI |
8 |
11 |
19 |
Jumlah |
58 |
79 |
137 |
(Sumber data :
Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun
2023)
4. Keadaan
Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro
Sarana
pendidikan adalah fasilitas-fasilitas yang digunakan secara langsung dalam
proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai. Sedangkan prasarana
pendidikan merupakan segala sesuatu yang secara tidak langsung menunjang proses
pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan menjadi penting karena mutu
pendidikan dapat ditingkatkan melalui pengadaan sarana dan prasarana.
Pemerintah melalui menteri pendidikan menerbitkan peraturan pemerintah No.
24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana. Standar sarana dan
prasarana berdasarkan PP No.19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal
tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber
belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Sarana dan prasarana pendidikan
di Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro ini kalau di tinjau dari segi kemampuan
yang ada belum memadai karena masih masih terdapat kekuarangan
fasilitas-fasiltas pendukung dalam proses pengajaran.
Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah
segala sesuatu yang dapat menunjang terselenggaranya program pendidikan atau
proses pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro. Sedangkan sisa yang
lainnya merupakan pekarangan sekolah yang sebagian besar digunakan untuk lapangan
Badminton, lapangan Volly dan lapangan untuk kegiatan upacara Bendera setiap
hari Senin.
Untuk lebih
jelasnya mengenai sarana dan fasilitas yang ada di Sekolah Dasar Negeri 07/II
Bedaro akan dijelaskan di tabel berikut:
Tabel : 4.4. Keadaan Sarana
dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro Tahun 2022/2023
No |
Jenis Ruang |
Jml |
Keadaan |
||
Baik |
Rusak ringan |
Rusak
berat |
|||
2. |
Ruang Kepsek |
1 |
√ |
|
|
3. |
Ruang Guru |
1 |
√ |
|
|
4. |
Ruang Operasioal |
1 |
√ |
|
|
5. |
Ruang Kelas |
6 |
√ |
|
|
6. |
Kursi dan Meja Siswa |
137 |
√ |
|
|
7. |
Perpustakaan |
1 |
√ |
|
|
8. |
UKS |
1 |
√ |
|
|
9. |
Wc guru |
2 |
√ |
|
|
10. |
Wc murid |
4 |
√ |
|
|
11. |
Lapangan
volly |
1 |
√ |
|
|
12. |
Pos Kemanaan |
1 |
√ |
|
|
13. |
Tempat parkir |
1 |
√ |
|
|
(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II
Bedaro tahun 2023)
B. Penjelasan
Data Per-Siklus
1. Pra Siklus
Pra
siklus merupakan tahap
orientasi yaitu sebelum peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
Kegiatan pra siklus ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dalam
pembelajaran. Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan kelas (PTK)
dengan menerapkan metode Inkuiri Learning, terlebih dulu peneliti
melakukan observasi awal melakukan pra siklus untuk mengidentifikasi
permasalahan–permasalahan yang ada pada saat berlangsungnya proses pembelajaran
tematik muatan IPA dikelas V Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro Kecamatan Muko
Muko Batin VII Kabupaten Bungo. Observasi dilaksanakan dengan memperhatikan
guru mengajar, keaktifan siswa dan hasil belajar penyebab perubahan
benda. Temuan awal hasil
belajar siswa Sekolah Dasar 07/II Desa Bedaro, dimana nilai rata-rata siswa
kelas V pada mata pelajaran tematik muatan IPA pada rencana pembelajaran dapat
dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar IPA kelas V SDN 07/II Desa
Bedaro Pra Siklus
No |
Aspek Ketuntasan |
Jumlah Siswa |
Jumlah Nilai |
Persentase |
Keterangan |
1 |
Tuntas |
3 orang |
220 |
15% |
Nilai > 70 |
2 |
Belum Tuntas |
17 orang |
1020 |
85% |
Nilai < 70 |
Jumlah |
20 orang |
1240 |
100% |
|
Rumus rata-rata adalah :
N
Keterangan:
x = nilai rata-rata
N = jumlah siswa (aspek penilaian)
∑ x = jumlah nilai rumus rata-rata
adalah
x = 1240 x
20
= 6,02
Hasil
data siswa yang memperoleh nilai 70 keatas sebanyak 3 orang, dengan persentase
15%. Hasil tersebut belum mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal,
maka peneliti akan melakukan rencana perbaikan pembelajaran dengan mengunakan
metode Inkuiri Leraning pada pembelajaran tematik muatan IPA pada konsep dikelasV Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro.
Adapun hasil dokumentasi
awal pra siklus di Sekolah Dasar 07/II
Desa Bedaro, dimana nilai rata-rata siswa kelas V pada mata pelajaran tematik
muatan IPA belum mencapai ketuntasan yang baik.
No |
Nama Siswa |
Nilai |
KKM |
Keterangan |
|
Tuntas |
Tidak Tuntas |
||||
1 |
R |
60 |
70 |
√ |
|
2 |
RP |
60 |
70 |
√ |
|
3 |
AP |
60 |
70 |
√ |
|
4 |
G |
70 |
70 |
√ |
|
5 |
MM |
60 |
70 |
√ |
|
6 |
AR |
60 |
70 |
√ |
|
7 |
RV |
60 |
70 |
√ |
|
8 |
AN |
60 |
70 |
√ |
|
9 |
WR |
60 |
70 |
√ |
|
10 |
HA |
60 |
70 |
√ |
|
11 |
RS |
75 |
70 |
√ |
|
12 |
NSH |
60 |
70 |
√ |
|
13 |
NS |
60 |
70 |
√ |
|
14 |
RS |
60 |
70 |
√ |
|
15 |
FN |
60 |
70 |
√ |
|
16 |
APR |
60 |
70 |
√ |
|
17 |
R |
60 |
70 |
√ |
|
18 |
FM |
60 |
70 |
√ |
|
19 |
PA |
75 |
70 |
√ |
|
20 |
NI |
60 |
70 |
√ |
|
Nilai Rata-rata |
62,00 |
3 |
17 |
||
Persentase |
15% |
85% |
(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)
Tabel di atas menunjukkan
bahwa kriteria ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran tematik muatan IPA
kelas V SDN 07/II Desa Bedaro masih
sangat rendah. Hal ini sangat jelas bahwa dari 20 siswa kelas V hanya 3 orang
yang mencapai ketuntasan KKM atau hanya 15%. Sedangkan yang belum tuntas yaitu
17 siswa atau sebesar 85% yang masih perlu bimbingan belajar untuk mencapai
ketuntasan KKM.
Diagram di atas
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran tematik muatan
IPA kelas V belumlah tuntas, karena dari 20 siswa hanya 3 siswa yang mencapai
ketuntasan belajar dengan mendapatkan nilai KKM 70. Disamping itu tingkat
ketidaktuntasan siswa mencapai 85% atau 17 siswa dari 20 siswa.
Berdasarkan observasi
yang dilakukan oleh peneliti, dengan memperhatikan guru mengajar, keaktifan
siswa dan hasil belajar siswa mengenai penyebab
perubahan benda, maka perlu
adanya sebuah metode yang dapat meningkatkan Kemampuan Penguasaan Konsep IPA
Siswa Kelas V SD Negeri 07/II Desa Bedaro, disini peneliti bersama wali kelas V
mengklaborasikan penggunaan metode inkuiri learning sebagai metode untuk
meningkatkan kemampuasn penguasaan konsep IPA bagi siswa kelas V SD Negeri
07/II Desa Bedaro.
2. Siklus I
Tahap awal yang dilakukan pada tindakan
siklus I yaitu perencanaan. Perencanaan yang dilakukan pada
siklus I yaitu menyusun rencana
perbaikan pembelajaran,
merumuskan tujuan pembelajaran, lembar observasi dan strategi belajar konsep yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Pembelajaran pada siklus I bertujuan meningkatkan kemampuan siswa terhadap
materi gaya.
a. Perencanaan.
Tahap ini diawali dengan kegiatan
observasi awal untuk mengidentifikasi masalah sehingga diperoleh permasalahan. Adapun
perencanaan-perencanaan yang akan disusun pada kegiatan ini meliputi:
1) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) pada mata pelajaran
tematik muatan IPA mengenai konsep IPA.
2) Menyusun lembar pengamatan guru dan siswa.
3) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam perbaikan pembelajaran.
4) Membuat alat evaluasi berupa tes dan kunci jawabannya.
b. Pelaksanaan
Tindakan.
Kegiatan yang dilakuan pada tahap ini
adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah disusun sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
Langkah-langkah
pembelajaran pada siklus I sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
a) Membuka pelajaran
b) Menyampaikan tujuan
pembelajaran
c) Mengadakan tanya
jawab
2) Kegiatan inti
a) Memberikan motivasi kepada siswa dalam pelaksanan metode inkuiri
learning Menjelaskan faktor-faktor penyebab
perubahan benda (pelapukan, perkaratan, pembusukan) melalui
pengamatan.
b) Dengan pengawasan guru setiap siswa mencontohkan benda–benda sekitar
yang mengalami pembusukan, perkaratan dan pelapukan
c) Masing–masing siswa dapat mengidentifikasikan penyebab dari pembusukan,
perkaratan dan pelapukan
3) Kegiatan akhir
Dengan pengawasan guru setiap siswa mengulang kembali
menjelaskan tentang pengertian
pembusukan, pelapukan, dan perkaratan serta Menyebutkan faktor dan
penyebab dari pembusukan, pelapukan, dan perkaratan.
c. Tahap pengamatan
Pada pelaksanan siklus I dilaksanakan pengamatan terhadap
kegiatan aktivitas guru dan siswa yang sedang berlangsung dengan menggunakan
lembar pengamatan yang telah dibuat.
Pengamat memberikan
tanda (√ ) terhadap aspek yang diamati.
1) Hasil Observasi
Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I
Berdasarkan observasi
yang telah dilakukan oleh pengamat terhadap proses pembelajaran yang dilakukan
oleh Guru dan Siswa pada Siklus I di peroleh data-data berikut:
No |
Aktivitas
yang diamati |
Dilakukan |
|
Ya |
Tidak |
||
3. |
Guru
menjelaskan materi pembelajaran |
√ |
|
4. |
Guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok |
√ |
|
5. |
Guru mampu memberikan contoh konsep yang dipelajari |
√ |
|
6. |
Guru mampu
mengklasifikasikan objek-objek bedasarkan terpenuhi atau tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep |
√ |
|
7. |
Guru dapat menghubungkan antar konsep dan dapat kembali di konsep
itu dalam berbagai situasi |
|
√ |
8. |
Guru
menyimpulkan pembelajaran |
|
√ |
|
Jumlah |
4 |
2 |
Persentase |
66.67%
|
33.33% |
|
Kategori |
Baik |
|
(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II
Bedaro tahun 2023)
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam
penerapan pembelajaran melalui konsep
masih terlihat adanya kekurangan. Aktivitas yang dilakukan guru dalam
pembelajaran yaitu 66.67 % dan yang tidak dilakukan yaitu 33.33%. Guru tidak
memberikan penjelasan untuk memperkuat bagan dan materi, dan lupa menyimpulkan
pembelajaran.
Tabel 4.7: Hasil observasi penguasaan konsep siswa pada
siklus I menggunakan konsep mata
pelarajaran tematik muatan IPA kelas V SDN 07/II Desa Bedaro dengan menggunakan
metode inkuri learning.
No |
Nama Siswa |
Aktivitas yang diamati |
Jumlah |
|||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
|
||
1 |
R |
√ |
|
√ |
√ |
√ |
√ |
5 |
2 |
RP |
√ |
|
√ |
√ |
|
√ |
5 |
3 |
AP |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
4 |
G |
|
|
|
√ |
|
√ |
2 |
5 |
MM |
|
|
|
√ |
|
√ |
2 |
6 |
AR |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
7 |
RV |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
8 |
AN |
√ |
|
√ |
√ |
|
√ |
4 |
9 |
WR |
√ |
|
√ |
√ |
√ |
√ |
5 |
10 |
HA |
√ |
|
√ |
√ |
|
√ |
4 |
11 |
RS |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
12 |
NSH |
√ |
|
√ |
√ |
√ |
√ |
5 |
13 |
NS |
√ |
√ |
√ |
√ |
|
√ |
5 |
14 |
RS |
√ |
|
√ |
√ |
√ |
√ |
5 |
15 |
FN |
√ |
|
√ |
√ |
√ |
√ |
5 |
16 |
APR |
√ |
|
√ |
√ |
√ |
√ |
5 |
17 |
R |
√ |
|
√ |
|
|
√ |
3 |
18 |
FM |
√ |
|
√ |
√ |
√ |
√ |
5 |
19 |
PA |
√ |
|
√ |
√ |
√ |
√ |
5 |
20 |
NI |
√ |
√ |
√ |
√ |
|
√ |
5 |
Jumlah |
18 |
6 |
18 |
19 |
12 |
20 |
||
Kategori |
Amat
Baik |
Kurang |
Amat Baik |
Amat Baik |
Cukup |
Amat Baik |
(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II
Bedaro tahun 2023)
1. Siswa menjawab
pertanyaan guru sebagai perangsang pengetahuan awal
2. Siswa memperhatikan
penjelasan guru
3. Siswa berdiskusi
dengan kelompok tentang pengklasifikasi benda-benda sesuai perubahan wujud
4. Siswa membuat konsep
sesuai dengan materi
5. Siswa menyimpulkan
dan memberi contoh-contoh lain tentang benda-benda sesuai perubahan wujud.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa
menjawab pertanyaan guru sebagai perangsang
pengetahuan awal masih
dikategorikan kurang. Siswa masih
merasa bingung dalam membuat konsep hal
ini terbukti dari 13 siswa yang bisa membuat konsep , dan masih dikategorikan
cukup
2) Hasil Belajar
Pada siklus I diadakan tes berupa ulangan harian. Tes ini
adalah suatu teknik untuk mengetahui
keberhasilan belajar siswa
dalam memahami konsep
perubahan benda (pelapukan,
perkaratan, pembusukan). Tes yang dilakukan adalah tes tertulis. Alat tes yang
digunakan adalah soal. Berikut adalah gambaran hasil belajar siswa berupa
ulangan harian melalui pembelajaran konsep.
Perolehan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Melalui Konsep
Siklus I Kompetensi Dasar: faktor penyebab perubahan benda.
No |
Nama Siswa |
Nilai |
KKM |
Keterangan |
Tuntas |
||||
1 |
R |
60 |
70 |
Tidak Tuntas |
2 |
RP |
80 |
70 |
Tuntas |
3 |
AP |
100 |
70 |
Tuntas |
4 |
G |
40 |
70 |
Tidak Tuntas |
5 |
MM |
55 |
70 |
Tidak Tuntas |
6 |
AR |
95 |
70 |
Tuntas |
7 |
RV |
85 |
70 |
Tuntas |
8 |
AN |
100 |
70 |
Tuntas |
9 |
WR |
80 |
70 |
Tuntas |
10 |
HA |
60 |
70 |
Tidak Tuntas |
11 |
RS |
100 |
70 |
Tuntas |
12 |
NSH |
70 |
70 |
Tuntas |
13 |
NS |
95 |
70 |
Tuntas |
14 |
RS |
85 |
70 |
Tuntas |
15 |
FN |
50 |
70 |
Tidak Tuntas |
16 |
APR |
55 |
70 |
Tidak Tuntas |
17 |
R |
85 |
70 |
Tuntas |
18 |
FM |
90 |
70 |
Tuntas |
19 |
PA |
75 |
70 |
Tuntas |
20 |
NI |
100 |
70 |
Tuntas |
Rata-rata |
78.33 |
|
|
|
Persentase Ketuntasan |
|
|
71,42 % |
(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA melalui peta
konsep, yaitu 71,42%
siswa tuntas dari
nilai KKM 70. Sedangkan rata-rata siswa kelas V yaitu
78,33. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada grafik berikut.
Pada grafik di atas terlihat ketuntasan siswa dalam
pembelajaran IPA materi perubahan benda yaitu 71.42% dan tidak tuntas 28.58%.
Hal ini disebabkan belum terbiasanya pembelajaran dengan menggunakan konsep.
d. Refleksi
Adapun keberhasilan dan
kegagalan yang terjadi
pada siklus pertama adalah sebagai berikut:
1) Guru belum terbiasa mengajar
dengan menggunakan konsep . Hal ini diperoleh dari hasil belajar siswa yaitu
hanya mencapai 71,42 % yang tuntas. Indikator keberhasilan yang diuraikan
sebelumnya adalah 75 % dari jumlah siswa ≥ KKM sekolah yaitu 70.
2) Sebagian siswa belum terbiasa dengan belajar
melalui konsep .
3) Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai
rata-rata 78,33.
4) Masih ada kelompok yang sedikit yang mengisi
bagan konsep.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan
keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan
siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.
1) Memberikan motivasi
kepada kelompok agar
lebih aktif dalam pembelajaran.
2) Lebih intensif membimbing siswa
dalam mengisi bagan konsep.
3) Memberikan penghargaan kepada
kelompok yang terbaik.
3. Siklus II
Dengan
melakukan refleksi peneliti dapat mengetahui kekurangan-kekurangan yang perlu
diperbaiki lagi. Siklus kedua ini dilaksanakan yang
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi.
a. Perencanaa
(Planning)
Perencanaa pada
siklus
kedua berdasarkan
replanning siklus pertama yaitu:
1) Membuat rencana pelaksanan
pembelajaran konsep
2) Memberikan motivasi kepada kelompok
agar lebih aktif dalam pembelajaran.
3) Lebih intensif membimbing siswa dama mengisi bagan konsep.
4) Memberikan penghargaan kepada
kelompok yang terbaik.
b. Pelaksanaan (Acting)
Suasana
pembelajaran sudah mengarah
kepada pembelajaran melalui konsep
. Kelompok sudah bisa mengisi bagan konsep dan
LKS yang diberikan guru.
Siswa dalam satu kelompok
menunjukkan
saling kerja sama untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan guru. Sebagian besar siswa termotivasi untuk menunjukkan hasil kerjanya. Siswa siap
memberikan contoh-contoh lain yang berkaitan dengan
materi.
Kelompok pada siklus
pertama diubah dan menjadi kelompok yang baru pada siklus
kedua, hal ini
disebabkan agar siswa tidak kaku
dan bisa berinteraksi
sesama teman yang lain.
c. Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam PBM selama
siklus kedua mengalami peningkatan, aktivitas guru meningkat dari ferleksi pada siklus
I sehingga diperbaiki, dan aktivitas siswa sudah tampak dan terbiasa dengan pembelajaran konsep
seperti yang diajarkan pada
siklus I. untuk aktivitas guru dan siswa dapat
dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.9 Hasil observasi Aktivitas guru dan siswa pada
siklus II menggunakan konsep mata pelarajaran tematik muatan IPA kelas V SDN
07/II Desa Bedaro dengan menggunakan metode inkuri learning
No |
Aktivitas yang diamati |
Dilakukan |
|
Ya |
Tidak |
||
1. |
Guru menjelaskan materi pembelajaran |
√ |
|
2. |
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok |
√ |
|
3. |
Guru mampu memberikan contoh
konsep yang dipelajari |
√ |
|
4. |
Guru mampu
mengklasifikasikan objek-objek bedasarkan terpenuhi atau tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep |
√ |
|
5. |
Guru dapat menghubungkan antar
konsep dan dapat kembali di konsep itu dalam berbagai situasi |
√ |
|
6. |
Guru menyimpulkan pembelajaran |
√ |
|
|
Jumlah |
4 |
0 |
Persentase |
100% |
0% |
|
Kategori |
Amat Baik |
|
(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II
Bedaro tahun 2023)
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam
penerapan pembelajaran melalui konsep
meningkat. Aktivitas yang dilakukan guru dalam pembelajaran
yaitu 100%. Guru
melakukan semua aktivitas
sesuai dengan item yang disebutkan.
Tabel 4.11: Hasil observasi
penguasaan konsep siswa pada siklus II menggunakan konsep mata pelarajaran tematik muatan IPA kelas V
SDN 07/II Desa Bedaro dengan menggunakan metode inkuri learning.
No |
Nama Siswa |
Indikator yang diamati |
Jumlah |
|||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
|
||
1 |
R |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
2 |
RP |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
3 |
AP |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
4 |
G |
|
|
√ |
√ |
√ |
√ |
4 |
5 |
MM |
√ |
|
√ |
√ |
√ |
√ |
5 |
6 |
AR |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
7 |
RV |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
8 |
AN |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
9 |
WR |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
10 |
HA |
√ |
|
√ |
√ |
√ |
√ |
5 |
11 |
RS |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
12 |
NSH |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
13 |
NS |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
14 |
RS |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
15 |
FN |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
16 |
APR |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
17 |
R |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
18 |
FM |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
19 |
PA |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
20 |
NI |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
√ |
6 |
Jumlah |
20 |
20 |
20 |
20 |
20 |
20 |
||
Kategori |
Amat
Baik |
Amat
Baik |
Amat
Baik |
Amat
Baik |
Amat
Baik |
Amat Baik |
(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II
Bedaro tahun 2023)
Keterangan:
1. Siswa menjawab pertanyaan guru sebagai perangsang pengetahuan awal
2. Siswa memperhatikan penjelasan guru
3. Siswa berdiskusi dengan kelompok tentang pengklasifikasi benda-benda
sesuai perubahan wujud
4. Siswa membuat konsep sesuai dengan materi
5. Siswa menyimpulkan dan memberi contoh-contoh lain tentang benda-benda
sesuai perubahan wujud.
Dari tabel di atas terlihat aktivitas siswa dapat
dilakukan dengan sempurna. Semua aktivitas siswa dapat dilakuakan oleh siswa
dengan menjawab semua pertanyaan guru untuk pengetahuan awal. Secara klasikal
aktivitas siswa dikategirikan amat baik.
1) Hasil Belajar
Pada siklus kedua diadakan tes berupa ulangan harian.
Berikut adalah gambaran hasil belajar siswa berupa ulangan harian melalui
pembelajaran konsep materi.
Tabel 4.12 : Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Melalui
Konsep Siklus II Kompetensi Dasar: faktor penyebab perubahan benda di Sekolah
Dasar Negeri 07/II Desa Bedaro.
No |
Nama Siswa |
Nilai |
KKM |
Keterangan |
Tuntas |
||||
1 |
R |
80 |
70 |
Tuntas |
2 |
RP |
80 |
70 |
Tuntas |
3 |
AP |
90 |
70 |
Tuntas |
4 |
G |
69 |
70 |
Tidak
Tuntas |
5 |
MM |
65 |
70 |
Tidak
Tuntas |
6 |
AR |
95 |
70 |
Tuntas |
7 |
RV |
85 |
70 |
Tuntas |
8 |
AN |
90 |
70 |
Tuntas |
9 |
WR |
80 |
70 |
Tuntas |
10 |
HA |
80 |
70 |
Tuntas |
11 |
RS |
100 |
70 |
Tuntas |
12 |
NSH |
75 |
70 |
Tuntas |
13 |
NS |
80 |
70 |
Tuntas |
14 |
RS |
85 |
70 |
Tuntas |
15 |
FN |
68 |
70 |
Tidak
Tuntas |
16 |
APR |
80 |
70 |
Tuntas |
17 |
R |
85 |
70 |
Tuntas |
18 |
FM |
75 |
70 |
Tuntas |
19 |
PA |
75 |
70 |
Tuntas |
20 |
NI |
90 |
70 |
Tuntas |
Rata-rata |
81,43 |
|
|
|
Persentase Ketuntasan |
|
|
85,71 % |
(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II
Bedaro tahun 2023)
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus kedua terjadi
peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui
konsep , yaitu
85,71% siswa tuntas
dari nilai KKM 70. Dibandingkan rata-rata kelas siklus pertama, pada siklus
kedua ini rata-rata siswa kelas V meningkat yaitu 81,43. Hal ini menunjukkan
bahwa penerapan konsep sangat cocok
dalam peningkatan hasil belajar
IPA siswa. Peningkatan
hasil belajar tersebut
dapat dilihat pada grafik berikut.
Berikut grafik penguasaan konsep IPA siswa kelas V Siklus II
Dari grafik di atas terlihat adanya peningkatan
ketuntasan belajar siswa dari 71,42% (siklus I) menjadi 85.71% (siklus
II). Peningkatan hasil belajar siswa
dari grafik di atas menunjukkan bahwa penerapan konsep sudah cocok dan bias meningkatkan hasil
belajar IPA siswa
d.
Refleksi (Reflecting)
Adapun keberhasilan keberhasilan yang dicapai pada siklus
kedua ini adalah sebagai berikut:
1) Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah pada pembelajaran yang
menggunakan peta kosep
secara lebih baik.
Siswa sudah bisa mengisi bagan konsep sesuai dengan yang diharapkan. Siswa mampu
bekerja sama dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran konsep .
Hal ini dapat dilihat dari tabel aktivitas siswa meningkat yang
dikategorikan baik.
2) Meningkatnya rata-rata nilai
ulangan harian dari 78,33 (ulangan harian I) menjadi 81,43 (ulangan harian II) dan
ketuntasan hasil belajar pada mata pelajaran IPA dari 71,42% (ulangan harian I)
menjadi 85,71% (ulangan harian II)
3) Meningkatnya aktivitas siswa
dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan
meningkatkan suasana pembelajaran melalui konsep . Guru intensif membimbing
siswa dalam pembelajaran.
C. Pembahasan
Sebelum
melakanakan kegiatan pembelajaran dalam
penelitian
ini, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi di kelas V SD Negeri
07/II Bedaro Kecamatan Kecamatan Muko Muko Batin VII Kabpaten Bungo
Provinsi Jambi dan hasilnya
peneliti memperoleh data
awal berupa
dokumen daftar nilai akhir
semester ganjil tahun
ajaran 2022/2023 mata pelajaran IPA
dengan nilai rata-rata
62,00
dan persentase ketuntasan belajar 15%.
Dari data
awal
tersebut, diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa dalam memahami materi
pembelajaran IPA masih tergolong rendah.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa
ada peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan konsep dalam pembelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat
adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I dan Siklus II dengan
pembelajaran menggunakan konsep.
Tabel 4.13 :
Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 07/II Desa Bedaro Per Siklus
NO |
NAMA |
Siklus
I |
KKM |
KET |
Siklus
II |
KKM |
KET |
||
1 |
R |
60 |
70 |
Tidak Tuntas |
80 |
70 |
Tuntas |
||
2 |
RP |
80 |
70 |
Tuntas |
80 |
70 |
Tuntas |
||
3 |
AP |
100 |
70 |
Tuntas |
90 |
70 |
Tuntas |
||
4 |
G |
40 |
70 |
Tidak Tuntas |
69 |
70 |
Tidak Tuntas |
||
5 |
MM |
55 |
70 |
Tidak Tuntas |
65 |
70 |
Tidak Tuntas |
||
6 |
AR |
95 |
70 |
Tuntas |
95 |
70 |
Tuntas |
||
7 |
RV |
85 |
70 |
Tuntas |
85 |
70 |
Tuntas |
||
8 |
AN |
100 |
70 |
Tuntas |
90 |
70 |
Tuntas |
||
9 |
WR |
80 |
70 |
Tuntas |
80 |
70 |
Tuntas |
||
10 |
HA |
60 |
70 |
Tidak Tuntas |
80 |
70 |
Tuntas |
||
11 |
RS |
100 |
70 |
Tuntas |
100 |
70 |
Tuntas |
||
12 |
NSH |
70 |
70 |
Tuntas |
75 |
70 |
Tuntas |
||
13 |
NS |
95 |
70 |
Tuntas |
80 |
70 |
Tuntas |
||
14 |
RS |
85 |
70 |
Tuntas |
85 |
70 |
Tuntas |
||
15 |
FN |
50 |
70 |
Tidak Tuntas |
68 |
70 |
Tidak Tuntas |
||
16 |
APR |
55 |
70 |
Tidak Tuntas |
80 |
70 |
Tuntas |
||
17 |
R |
85 |
70 |
Tuntas |
85 |
70 |
Tuntas |
||
18 |
FM |
90 |
70 |
Tuntas |
75 |
70 |
Tuntas |
||
19 |
PA |
75 |
70 |
Tuntas |
75 |
70 |
Tuntas |
||
20 |
NI |
100 |
70 |
Tuntas |
90 |
70 |
Tuntas |
||
Rata-rata |
78,33 |
|
|
81,35 |
|
|
|||
Persentase Ketuntasan |
|
71,42% |
|
85,71% |
|||||
(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II
Bedaro tahun 2023)
Dari tabel di atas pada siklus I,
setelah diberikan ulangan harian sebagai patokan hasil belajar siswa terdapat
siswa tuntas 71,42% ( 16 siswa) dan tidak tuntas 28.58% (6 siswa) berdasarkan
KKM IPA SD Negeri 07/II Bedaro yaitu 65. Pada siklus ini pembelajaran belum
terbiasa dengan menggunakan konsep .
Pada siklus II,
terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I yaitu siswa tuntas dengan
85,71% ( 19 siswa) dan siswa tidak tuntas dengan 14,29% (3 siswa). Siswa sudah
terbiasa dengan pembelajaran IPA melalui konsep . Tetapi dari siklus I sampai
siklus II ada 3 siswa yang tidak tuntas atau tidak ada peningkatan sama sekali.
Hal ini disebabkan beberapa faktor: (1) adanya siswa yang daya tangkapnya
rendah dibandingkan siswa lain, (2) siswa tersebut suka membolos, (3) keluar
masuk ruangan pada waktu belajar berlangsung, (4) pernah tinggal kelas selama 2
tahun, dan (5) tidak berani dan takut untuk mengungkapkan jawaban dari guru.
Keefektifan penerapan konsep secara keseluruhan yaitu adanya perubahan
keaktifan siswa dan guru, siswa tidak tuntas pada siklus I menjadi tuntas pada
siklus II, serta peningkatan hasil belajar IPA. Seperti yang terlihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.14 : Rekapitulasi
Observasi Aktivitas
Guru dengan Penerapan Konsep
IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri
07/II Desa Bedaro Per Siklus
NO |
Aktivitas yang diamati |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
||
Ya |
Tidak |
Ya |
Tidak |
||
1 |
Guru menjelaskan materi pembelajaran |
√ |
|
√ |
|
2 |
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok |
√ |
|
√ |
|
3 |
Guru mampu memberikan contoh
konsep yang dipelajari |
√ |
|
√ |
|
4 |
Guru mampu
mengklasifikasikan objek-objek bedasarkan terpenuhi atau tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep |
√ |
|
√ |
|
5 |
Guru dapat menghubungkan antar
konsep dan dapat kembali di konsep itu dalam berbagai situasi |
|
√ |
√ |
|
6 |
Guru menyimpulkan pembelajaran |
|
√ |
√ |
|
|
Jumlah |
4 |
2 |
6 |
0 |
|
Persentase |
66.67% |
33.33% |
100% |
0% |
|
Kategori |
Cukup |
|
Amat
Baik |
|
(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II
Bedaro tahun 2023)
Dari
tabel aktivitas guru di
atas
dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan
aktivitas dengan pembelajaran konsep
. Pada siklus I
aktivitas yang
dilaksanakan hanya 4 item, setelah refleksi pembelajaran maka
pada siklus II seluruh
ítem dilaksanakan
seluruhnya dengan baik.
Hasil tes akhir tindakan siklus I memperlihatkan bahwa hasil skor
tertinggi yang
diperoleh adalah 100, skor terendah 55, dan banyaknya siswa yang tuntas berjumlah 14 orang sedangkan siswa yang
tidak tuntas sebanyak
6 orang. Ketuntasan belajar
klasikal siswa 71,42%. Hal ini berarti
ketuntasan belajar pada siklus I
belum
mencapai standar yang ingin dicapai yaitu
75% hasil yang
diperoleh siswa tersebut
sangat jauh dari yang diharapkan.
Hasil penelitian pada siklus I
terlihat jelas
masih terdapat kelemahan,
hal
ini disebabkan oleh faktor guru dan faktor siswa. Faktor dari siswa
terjadi karena siswa masih terlihat diam ketika guru bertanya, masih ada siswa
kurang
percaya
diri
menyampaikan pendapatnya, dan pada saat kerja
kelompok berlangsung
masih ada siswa yang tidak bekerja sama sehingga
situasi kelas terlihat hening. Dari faktor guru disebabkan karena
guru kurang membimbing siswa di awal
pembelajaran, kurang menguasai kelas pada saat
menjelaskan materi, kurang menggali
daya berpikir siswa, kurang membimbing
siswa bekerja kelompok sehingga siswa
mengalami kesulitan pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Selain itu, guru juga kurang
memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa
kurang
semangat dalam mengikuti
pembelajaran. oleh karena itu, peneliti
mencoba membuat alternatif tindakan untuk menutupi kekurangan pada siklus I tersebut yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II.
Hasil observasi aktivitas
guru
pada
siklus II pertemuan I persentase aktivitas guru
mencapai 66,67%
berada
pada
kategori baik kemudian pada pertemuan II
persentase
aktivitas
guru
meningkat menjadi
100% berada pada kategori
baik
dengan
kata
lain pengelolaan pembelajaran yang dilakukan
oleh peneliti
pada siklus ini menunjukkan
peningkatan dari pada siklus I dan hasil observasi aktivitas siswa diperoleh
persentase siklus II pertemuan
I
sebesar
77,78% berada pada
kategori baik. Kemudian pada pertemuan II mengalami
peningkatan sebesar 85,18% berada
pada
kategori baik hal ini menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas siswa
dalam siklus sebelumnya.
Hasil tes akhir
tindakan siklus
II memperlihatkan bahwa adanya peningkatan hasil skor tertinggi mencapai 100, skor terendah 68,
dan
banyaknya siswa yang tuntas berjumlah 17 orang
sedangkan siswa
yang tidak tuntas sebanyak 3 orang. Ketuntasan belajar klasikal siswa
85,71% lebih tinggi dibandingkan pada siklus
sebelumnya hanya mencapai 71,42%. Meskipun demikian masih ada
beberapa orang siswa yang tidak mampu menjawab
soal dengan baik namun secara klaikal sudah
mencapai target indikator
kinerja yaitu
melebihi 75%. Hal ini disebabkan oleh faktor guru
dan
faktor
siswa.
Faktor dari siswa
terjadi karena siswa
sudah terlihat antusias
dalam proses pembelajaran, siswa menunjukkan percaya diri
menyampaikan
pendapatnya, dan pada saat kerja
kelompok berlangsung
siswa menunjukkan kerja sama
yang baik antar anggota kelompok sehingga situasi kelas
terlihat hidup. Dari faktor guru terjadi
karena guru telah memahami dan melaksanakan pembelajaran dengan
baik.
Grafik di atas
menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan siswa pada siklus I hanya mampu
diangka 70% dalam katagori Amat baik, namun pada siklus II aktivitas siswa
sangat meningkat dari siklus I yaitu menjadi 90% atau dengan kata lain naik
sebesar 20%.
|
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Penerapan model
pembelajaran inkuiri learning untuk meningkatkan kemampuan penguasaan konsep
IPA Siswa Kelas V SD Negeri 07/II Desa Bedaro dapat meningkatkan hasil belajar
siswa Dalam penerapan model pembelajaran inkuiri, guru telah melaksanakan
proses pembelajaran dengan menerapkan enam langkah atau sintaks dari model
pembelajaran inkuiri, yaitu a) menyajikan masalah; b) membuat hipotesis; c)
melakukan percobaan untuk pengumpulan data; d) pengolahan (analisis) data; e)
verifikasi data; dan f) membuat kesimpulan. Selain hasil belajar yang
meningkat, respon kognitif siswa pada proses
pembelajaran pun terlihat meningkat pada
setiap pelaksanaan siklusnya.
Keterlaksanaan kegiatan siswa pada siklus I adalah 71,42% dan kemudian
meningkat menjadi 100% pada siklus II. Demikian pula pada hasil observasi
kegiatan guru yang pada siklus I terlaksana sebanyak 85,71% dan meningkat
menjadi 100% pada siklus II.
2. Siswa dapat
mengikuti setiap langkah-langkah pembelajaran dari model
pembelajaran inkuiri ini dengan antusias dan aktif. Dengan penerapan model
pembelajaran inkuiri ini
siswa lebih mudah memahami
apa yang akan dipelajari karena siswa melakukan proses
pembelajaran dan guru bertindak sebagai sumber belajar, fasilitator,
motivator, dan pembimbing, serta hampir
semua siswa dapat dengan mudah mengerjakan soal evaluasi yang diberikan.
3.
56 |
B. Saran
Pembelajaran melalui konsep dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran IPA,
maka disaran hal-hal sebagai berikut.
1. Bagi siswa
diharapkan dapat untuk dapat aktif dalam belajar serta dapat meningkatkan hasil
belajar IPA melalui konsep.
2. Bagi guru
diharapkan menjadikan pembelajaran
melalui kosep sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran IPA untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya
bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara
berkesinambungan dalam pelajaran IPA maupun pelajaran lain.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina,
K., Sahidu, H., & Gunada, I. W. (2020). Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Berbantuan Media PheT Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir
Kritis IPA Peserta Didik SMA. 6(1).
Ana Jayanti, B. D. A. (2018). Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Barru. April,
23–28.
Budiyono, A., & Hartini, H. (2016). Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Wacana Didaktika, 4(2),
141–149. https://doi.org/10.31102/wacanadidaktika.4.2.141-149
Dahemmuksi, G. (2019). Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Negeri
Merangin.
Dewi, C., Utami, L., & Octarya, Z. (2020). Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Integrasi Peer Instruction terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa SMA pada Materi Laju Reaksi. 3(2), 196–204.
Hariyadi, D., Rahayu, S., Universitas, P. D., & Malang, N. (2016). Penerapan
Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Lingkungan Terhadap Keterampilan Proses Dan
Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas VII Pada Materi Ekosistem. 1567–1574.
Harjilah, N., Medriati, R., & Hamdani, D. (2019). Penerapan Model
Inkuiri Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Pada Mata Pelajaran IPA. 2(2),
79–84.
Kurniawati, I. D., & Diantoro, M. (2014). Penerapan Pembelajaran
Inkuiri Integrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa. 10, 36–46.
https://doi.org/10.15294/jpfi.v10i1.3049
Kusdiastuti, M., Harjono, A., & Sahidu, H. (2016). Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Laboratorium Virtual Terhadap Penguasaan Konsep
IPA Peserta Didik. II(3), 116–122.
M. Hajirin, W. S. I. G. A. G. (2019). Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran IPA Kelas
X IPA SMA Negeri. 9(1), 63–74.
Mohammad Liwa Ilhamdi, D. N. (2020). Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kristis IPA SD.
Murni, S. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA dan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik.
|
Sukma, Laili Komariyah, M. S. (2015). Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri (Guided Inkuiri) Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa.
Susilawati, S., Rahman, A. H., & Fitriyanto, S. (2019). Penerapan
Penerapan Model Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan
Proses Sains dalam Pembelajaran IPA.
Syahriani Yulianci, Gunawan, A. D. (2017). Model Inkuiri Berbantuan
Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA Peserta Didik.
3(2).
Tari, F. A. (2020). Penerapan Penggunaan Modul Berbasis Inkuiri
Berbantuan PhET Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas Islam
Al-Falah Kota Jambi.
Wahyuni, S., Kosim, K., & Gunawan, G. (2018). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Berbantuan Eksperimen Untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Siswa. Jurnal Pendidikan IPA Dan Teknologi, 4(2),
240. https://doi.org/10.29303/jpft.v4i2.891
Wandika. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Pemahaman
Konsep IPA Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Jambi.
Wulan, D. D., & Sungkowo, B. T. (2021). Penerapan model
pembelajaran inkuiri terhadap penguasaan konsep IPA siswa kelas X SMA Negeri I
Lawang pokok bahasan suhu dan kalor. 1(7), 570–577. https://doi.org/10.17977/um067v1i7p570-577
Yohana Salwati, S. D. A. (n.d.). Penerapan Model Pembelajaran Dan
Keterampilan Proses Sains Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Yono Edy Kristanto, H. S. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP.
100–102.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar