Jumat, 12 Juli 2024

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

       Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) penting dipelajari oleh siswa Sekolah Dasar sebab IPA berhubungan dengan cara mencari   tahu   tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan saja tetapi berupa suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya ditekankan pada pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi, agar mempelajari dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Alwi, 2013: 71)

   Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang keteraturan alam, menguasai pengetahuan, baik fakta, konsep, prinsip, proses penemuan dan sikap ilmiah (Gunawan, Harjono dan Sutrio, 2015). Belajar IPA tidak hanya memahami konsep, namun menekankan pada pola berpikir siswa agar mampu menguasai dan memecahkan masalah secara kritis, logis, cermat dan teliti (Darwanti, 2013). IPA merupakan salah satu cabang dari sains, dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2011).

1

          Pembelajaran IPA hendaknya berorientasi pada kegiatan penemuan atau penyelidikan, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penemuan yang telah dirancang untuk meningkatkan pengetahuan  siswa.  (Lupton  2015:22). Siswa diharapkan dapat memilih topik sendiri, bertanya dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah kehidupan   nyata. Hal tersebut sesuai dalam Departemen Pendidikan Nasional bahwa pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Maka dari itu, salah satu alternatif untuk memecahkan masalah rendahnya hasil belajar IPA adalah dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri.

            Para ahli pendidikan IPA (sains) memandang pembelajaran IPA tidak hanya terdiri atas produk yang terdiri dari fakta, konsep dan teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan dan proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum dapat diterangkan (Nur, 1998: 2). Secara garis besar hakikat IPA terdiri atas empat komponen utama, yaitu : (1) sikap ilmiah (2) proses ilmiah (3) produk ilmiah (4) aplikasi (Trianto, 2007 : 100).

              Berdasarkan hasil  observasi  yang dilakukan pada siswa   kelas V SDN  07/II Desa Bedaro, dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SDN  07/II Desa Bedaro  pada  pelajaran  IPA  adalah  70 namun  yang mampu memenuhi kriteria tersebut hanya 3 siswa dari 20 siswa atau sebesar 15,%. Berikut hasil ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran tematik muatan IPA kelas V SDN  07/II Desa Bedaro.

            Berdasarkan hasil dokumentasi awal pra penlitian penulis di Sekolah Dasar  07/II Desa Bedaro, dimana nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas V pada mata pelajaran tematik muatan IPA belum mencapai ketuntasan yang baik.

    Tabel 1 : Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas V pada mata pelajaran tematik muatan IPA di Sekolah Dasar Negeri  07/II Desa Bedaro.

 

No

 

Nama Siswa

 

Nilai

 

KKM

Keterangan

Tuntas

Tidak Tuntas

1

R

60

70

2

RP

60

70

3

AP

60

70

4

G

70

70

5

MM

60

70

6

AR

60

70

7

RV

60

70

8

AN

60

 

70

9

WR

60

70

10

HA

60

70

11

RS

75

70

12

NSH

60

70

13

NS

60

70

14

RS

60

70

15

FN

60

70

16

APR

60

70

17

R

60

70

18

FM

60

70

19

PA

75

70

20

NI

60

70

 

Nilai Rata-rata

62,00

3

17

Persentase

15%

85%

 

(Dukmentasi : Hasil harian tematik muatan IPA kelas V SDN  07/II Desa Bedaro)

    Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa kriteria ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran tematik muatan IPA kelas V SDN  07/II Desa Bedaro masih sangat rendah. Hal ini sangat jelas bahwa dari 20 siswa kelas V hanya 3 orang yang mencapai ketuntasan KKM atau hanya 15%. Sedangkan yang belum tuntas yaitu 17 siswa atau sebesar 85% yang masih perlu bimbingan belajar untuk mencapai ketuntasan KKM. Oleh karena itu perlu adanya konsep atau metode dalam proses pembelajaran IPA kelas V salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri Learning

    Mengacu dari permasalahan tersebut hal ini sangat membutuhkan adanya solusi dalam proses pembelajaran agar kemampuan penguasaan konsep IPA siswa meningkat. Salah satu solusinya adalah dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri. Mengetahui berbagai permasalahan di atas pembelajaran IPA dapat menggunakan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model untuk mengembangkan kemampuan penguasaan konsep peserta didik dalam pembelajaran IPA (Lia, 2018). Model pembelajaran ini menuntut peserta didik untuk aktif selama proses pembelajaran sekaligus mendorong peserta didik untuk mengoptimalkan keterampilan dan kemampuanya (Yeritia, 2017).

       Permasalahan  tersebut  dapat  diatasi dengan melakukan pembelajaran yang bersifat student centered agar peserta didik terlibat secara langsung dalam pembelajaran dan berinteraksi antar peserta didik sehingga mereka dapat saling bertukar pikiran untuk memperbaiki hasil belajar dan siswa dapat menemukan sendiri konsep dari apa yang mereka pelajari. Pembelajaran yang berpusat pada siswa maksudnya yaitu siswalah yang aktif membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru hanya bertugas sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator. (Riyanti, 2016:1282).

       Namun fakta di lapangan menunjukkan, salah satu masalah dalam perkembangan proses pendidikan saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran, dalam proses pembelajaran IPA utamanya, orientasi pembelajaran masih  berpusat pada   guru   (teacher   centered)   sehingga   siswa tidak mendapat berkembang dalam menuaikan ide-ide mereka dalam belajar.

Model pembelajaran inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model pembelajaran inkuiri adalah porses belajar yang memberi kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problem secara sistematika yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian (Nasution, 2012:39). Lebih lanjut dikatakan Model pembelajaran inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Model atau pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan salah satu bentuk pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach). Ciri utama yang dimiliki oleh pendekatan inkuiri yaitu menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan (menempatkan siswa sebagai subjek belajar), seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief) serta mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Wina Sanjaya, 2009: 196-197)

      Model pembelajaran inkuiri yaitu model pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegian belajar yang melibatkan secara   maksimal seluruh   kemampuan siswa   untuk   mecari  dan  menyelidiki secara  sistematis, kritis, logis,  analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Dengan demikian model pembelajaran inkuiri adalah sistematika pembelajaran yang berurutan dalam pelaksanaannya, yang melibatkan seluruh kemampuan belajar siswa serta menuntut siswa untuk mencari dan menemukan dalam penyelidikan sebuah masalah dalam kegiatan belajar. (Anam, 2015:11).

        Berdasarkan hal tersebut, perlunya menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran  dan  menemukan  sendiri  konsep dari apa yang mereka pelajari sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa. Pembelajaran IPA dan inkuiri tidak dapat dipisahkan dengan mengacu pada kurikulum 2013 yang menekankan pada pengalaman  langsung  dalam  rangka pengembangan kompetensi siswa.

        Menurut Dewi (2013) model pembelajaran inkuiri menekankan pada proses penemuan sebuah konsep sehingga muncul sikap ilmiah pada diri siswa dan dapat dirancang penggunaanya oleh guru menurut tingkat perkembangan intelektual siswa. Hal ini dapat disesuaikan juga dengan materi yang sedang dipelajari oleh siswa. Penerapan model pembelajaran inkuiri ini dapat meningkatkan. Melalui kegiatan ini, peserta didik dapat belajar untuk penyajian masalah, membuat atau menyajikan hipotesis, melakukan percobaan untuk memperoleh informasi atau data, mengumpulkan dan menganalisis data dan membuat simpulan.

       Model pembelajaran inkuiri memiliki beberapa tahapan. Adapun tahapan model pembelajaran inkuiri menurut Eggen dan Kauchak (1993) yaitu: menyajikan pertanyaan masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan data dan membuat hipotesis (Nurhikma, 2021).

       Penerapan model pembelajaran inkuiri ini dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari, karena siswa mencari dan menemukan sendiri informasi tentang materi tersebut. Salah satu pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis peserta didik adalah pembelajaran inkuiri (Wahyudi, 2017).

        Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas V SD Negeri  07/II Desa Bedaro”.

 

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Metode yang dipergunakan guru dalam pembelajaran tematik muatan IPA kurang variatif

2. Belum tercapainya ketuntasan hasil belajar siswa pada KKM mata pelajaran tematik muatan IPA sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan yaitu 70.

3. Frekuensi praktikum maupun eksperimen yang dilakukan dalam proses pembelajaran tematik muatan IPA relatif rendah.

4. Proses pembelajaran cenderung terpusat pada guru, sehingga siswa cendrung menoton apa yang disamapaikan guru.

5. Siswa belum mampu memahami penguasaan konsep IPA yang diberikan guru dalam pembelajaran

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah yang telah dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1.  Bagaimana peningkatan penguasaan konsep IPA melalui Model pembelajaran inkuiri learning siswa kelas V di SDN  07/II Desa Bedaro?

2.  Bagaimana penerapan Model pembelajaran inkuiri learning untuk meningkatkan penguasaan konsep IPA Pada siswa kelas V SDN  07/II Desa Bedaro?

 

D. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.    Subyek penelitian ini adalah siswa SDN 07 kelas V yang berjumlah 20 siswa.

2.    Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri learning

3.    Mata pembelajaran tematik muatan IPA kelas V SDN

 

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1.      Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep IPA melalui Model pembelajaran inkuiri learning siswa kelas V di SDN  07/II Desa Bedaro

2.      Untuk mengetahui penerapan Model pembelajaran inkuiri learning untuk meningkatkan penguasaan konsep IPA Pada siswa kelas V SDN  07/II Desa Bedaro

 

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat bagi pembaca, baik itu dalam pembelajaran IPA maupun dalam upaya meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran IPA. Secara umum hasil penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap pembelajaran IPA, utamanya dalam mengembangkan kemampuan penguasaan konsep IPA siswa.

1.    Manfaat teoritis

a. Bagi guru dapat memberikan masukan dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri sebagai bentuk pembelajaran IPA yang lebih baik dan menarik.

b. Bagi siswa agar dapat memiliki kemampuan penguasaan konsep IPA yang baik dalam menyelesaikan soal-soal.

c. Bagi penulis dapat memberikan kontribusikan bagi sekolah serta dapat menambah wawansan penulis mengenai pembelajaran inkuiri dan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S.1) pada jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2.    Manfaat praktis

     Untuk menambah wawasan tentang pembelajaran dengan model Inkuiri khususnya dimata pembelajaran temaktik muatan IPA kelas V SD.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN TEORI

 

A.  Model Pembelajaran Inkuiri

1.    Pengertian Model Pembelajaran

    Pembelajaran didefinisikan sebagai upaya pemahiran keterampilan melalui pembiasaan siswa secara bertahap dan terperinci dalam memberikan respon atau stimulus yang diterimanya yang diperkuat oleh tingkah laku yang patut dari pengajar. Namun jika dilihat dari sudut pandang kognitif, pembelajaran diartikan sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya peningkatan penguasaan materi yang baik terhadap materi pelajaran (Yunus, 2014:18).

    Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (Dewi, 2019:41). Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,  termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengolaan kelas. Banyak sekali model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh guru yang pada dasarnya untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami dan menguasai suatu pengetahuan atau pelajaran tertentu (Isrok’atun, 2018:23).

9

Model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. (Ibadullah Malawi, 2017:96).

   Model pembelajaran merupakan suatu rangkaian proses belajar mengajar dari awal hingga akhir, yang melibatkan bagaimana aktivitas guru dan siswa, dalam desain pembelajaran tertentu yang berbantuan bahan ajar khusus, serta bagaimana interaksi antara guru siswa bahan ajar yang terjadi. Umumnya, sebuah model pembelajaran terdiri beberapa tahapan-tahapan proses pembelajaran yang harus dilakukan. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style), yang keduanya disingkat menjadi solat (Style of Learning and Teaching). (Suhana, 2014:37)

   Berdasarkan beberapa pengertaian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.

2. Pengertian Inkuiri

Inkuiri dalam bahasa inggris Inkuiri, berarti pertanyaan atau pemeriksaan,  penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Pembelajaran inkuiri dibuat untuk melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar secara ilmiah di mana proses  pembelajarannya berpusat pada siswa, dapat diterapkan secara berkelompok yaitu siswa diberikan kesempatan untuk berpikir mandiri serta saling membantu teman yang lain dan mampu membimbing siswa untuk memliki rasa tanggung jawab terhadap diri dan kelompoknya (Mohammad, 2020).

Inkuiri merupakan suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Menurut Gulo dalam journal penelitian (Umami R, 2013), model pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan permasalahan , merancang eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.

     Model pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran inkuiri dengan bimbingan dari guru, yakni suatu cara penyampaian pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat pencarian secara kritis, analitis dan argumentatif secara ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan (Mulyasa, 2004). Selain itu, model pembelajaran inkuiri (guided inkuiri) adalah suatu model pengajaran yang menekankan pada proses penemuan konsep dan hubungan antar konsep di mana siswa merancang sendiri prosedur percobaan sehingga peran siswa lebih dominan, sedangkan guru membimbing siswa kearah yang tepat/benar (Febrina, 2020).

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bahwa pendekatan pembelajaran inkuiri adalah suatu penemuan yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk menemukan sendiri jawabaan dari suatu permasalahan.

3. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri

Menurut Sanjaya dalam kutipan Putra (2013). Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, sebagai berikut:

a.    Orientasi

     Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal-hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini ialah sebagai berikut:

1)      Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

2)      Menerangkan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

3)      Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar, hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

b.    Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri. Oleh karena itu, melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c.    Merumuskan Hipotesis

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (beripotesis) pada setiap siswa adalah mengajukan berbagai pertanyaan yang bisa mendorong siswa agar mampu merumuskan jawaban sementara atau perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

d.    Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikir.

e.    Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir rasional.

f.        Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Oleh sebab itu, agar mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan data kepada siswa tentang data-data yang relevan.

 

           Menurut Aris Shoimin langkah-langkah metode  pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :

a) Membina suasana yang responsif di antara siswa.

b) Mengemukakan permasalahan untuk diinkuirikan (ditemukan).

c) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diajukan bersifat mencari atau mengajukan informasi terkait masalah yang diberikan.

d) Siswa merumuskan hipotesis atau memperkirakan jawaban dari pertanyaan tersebut. Guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan.

e) Menguji hipotesis.

f) Pengambilan kesimpulan dilakukan guru dan siswa. (Aris Shoimin, 2013:85-86)

 

Menurut Wina Sanjaya, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran inkuiri terdiri dari sebagai berikut:

a) Orientasi masalah

b) Merumuskan masalah

c) Mengajukan hipotesis

d) Mengumpulkan data

e) Menguji hipotesis.

f) Merumuskan kesimpulan (Wina Sanjaya (2006:201).

 

     Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa model inkuiri merupakan model pembelajaran yang dapat mengembangkan cara berpikir kritis ilmiah yang menempatkan siswa sebagai pembelajar dan dapat memcahkan permasalahan dan memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan sehingga dapat memahami konsep-konsep sains. Model pembelajaran inkuiri memiliki beberapa langkah yaitu: orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.

 

B.  Kemampuan Penguasaan Konsep

1.    Pengertian Penguasaan Konsep

         Penguasaan konsep adalah hasil dari kegiatan intelektual. Selain siswa mampu menguasai suatu konsep, kreativitas juga sangat diperlukan dalam memecahkan masalah (Silaban, 2014). Penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Definisi penguasaan konsep yang lebih komperhensip dikemukakan oleh Bloom yaitu kemampuan dalam menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu meteri yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikan nya (Hermansyah, Gunawan, & Heriyanti, 2017:32).

          Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Aspek pemahaman merupakan aspek yang mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami suatu konsep dan memaknai arti suatu materi. Aspek pemahaman ini menyangkut kemampuan seseorang dalam menangkap makna suatu konsep dengan kalimat sendiri.

   Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan peserta didik  dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur secara luwas, akurat, dan tepat(Jihad, 2009). Menurut Putri (2012) pemahaman konsep dapat diartikan sebagai cara seseorang yang dapat memahami tentang ide yang dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan noncontoh (Sulaeman, 2013).

  Konsep menunjukkan suatu hubungan antar konsep-konsep yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi (Sagala, 2003: 71). Menurut Dahar (2006: 62) menyatkan konsep merupakan batu pembangun berpikir. Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang mewakili satu stimulus.

Dari pembelajaan di atas dapat disimpulkan penguasaan konsep merupakan pembelajaran yang akan mendapatkan pengalaman dengan diawali dari proses pengamatan secara langsung terhadapsuatu fakta yang dipecahkan kemudian diperoses dengan tanggapan arifakta yang sudah diamati, menjabarkan fakta-fakta pengamatan dan selanjutnya menemukan hal-hal yang terjadi pada proses pengamatan.

2.    Indikator Penguasaan Konsep

     Adapun indikator penguasaan konsep adalah sebagai berikut:

4.      Penerjemahan (translation), yaitu menterjemahkan konsepsi abstrak menjadi suatu model. Misalnya dari lambing ke arti. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menterjemahkan, mengubah, mengilustrasikan, memberikan definisi dan menjelaskan kembali

5.      Penafsiran (interpretation), yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, misalnya diberikan suatu diagram, tabel, grafik atau gambar-gambar dan di tafsirkan. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menginterprestasikan,membedakan, menjelaskan dan menggambarkan.

6.      Ekstrapolasi (extrapolation), yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah memperhitungkan, menduga, menyimpulkan, meramalkan, membedakan, menentukan dan mengisi. (Rosiyanti, 2015:12).

        Indikator penguasaan konsep terdiri dari: a). mampu menyajikan situasi kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan; b). mampu mengklasifikasikan objek-objek bedasarkan terpenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep; c). mampu menghubungkan antara konsep dan prosedur; d). mampu memberikan contoh konsep yang dipelajari. (Silviana, 2011: 50).

        Sedangkan menurut Wirasito menyatakan indikator penguasaan konsep sebagai berikut: a. mengetahui ciri-ciri suatu konsep; b. dapat menghubungkan antar konsep; c. dapat kembali di konsep itu dalam berbagai situasi; d. dapat menggunakan konsep dalam menyelesaikan suatu masalah. (Silviana, 2011: 50).

       Indikator penguasaan konsep yaitu seseorang dapat dikatakan menguasai suatu konsep jika orang tersebut benar-benar memahami konsep yang dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi tidak mengubah makna yang ada didalamnya. (Sumaya, 2004:43)

       Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna pelajaran secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari atau kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengungkapkan ilmu yang sudah didapatkan meskipun di buat dengan kata-kata yang berbeda tetapi memiliki makna yang sama. Pemahaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pemahaman dan penguasaan konsep dapat membuat peserta didik menguasai ciri dan sifat, penerapan dan pengemabangan konsep yang telah dipelajari.

 

C.  Muatan IPA

1.    Pengertian IPA

Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam “merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris” Natural Science” secara singkat sering disebut “Science “. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Untuk selanjutnya kita akan menggunakan kata IPA sebagai suatu istilah (Iskandar, 2015).

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu susunan teratur pengetahuan yang telah diperoleh manusia, termasuk cara-cara dalam mengembangkan pengetahuan serta kriteria (ukuran) atau cara menguji kebenaran ilmu. (Silviana, 2011: 12). IPA merupakan suatu kumpulan ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. (Trianto, 2010: 136).

Menurut Kardi & Nur IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang ilmu alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan diluar angkasa baik yang dapat diamati dengan indera maupun yang tidak dapat diamati oleh indera. (Trianto, 2010: 136).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian, peristiwa dan fenomena yang ada di alam semesta. IPA sendiri juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari tentang berbagai gejala- gejala yang ada di bumi yang dapat dilakukan dan dibenarkan dengan cara melakukan penemuan dan percobaan secara langsung.

 

 

 

2.    Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Kurikulum 2013 yang berbasis pada kompetensi tujuan pembelajaran untuk tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas memiliki penekanan yang berbeda. Pada prinsipnya pembelajaran sains di Sekolah Dasar membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk mengetahui dan cara mengerjakannya yang dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar, sedang secara rinci tujuan pembelajaran sains di Sekolah Dasar adalah :

a.    Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat

b.    Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

c.    Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

d.    Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

e.    Menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan (Asyari, 2016).

 

          Menurut Susanto (2012: 171) menyatakan pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal sebagai pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA), konsep IPA disekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri.

          Menurut Iskandar, tujuan pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7)

          Mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kempapuan sebagai berikut :

1. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat.

2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.    

4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari.

5. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.

6. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini, 2007: 40)

         Menurut Badan Standar Pendidikan (BSNP) dalam (Susanto, 2012: 171) menyatakan. Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dimaksudkan untuk:

1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa bedasarkan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;

2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;

3) mengembangkan sikap rasa ingin tahu pada siswa, sikap positif dan kesadaran tentang adanya suatu hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat;

4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan suatu masalah dan membuat keputusan;

5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam;

6) meningfkatkan kesadaran dalam menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampiulan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

          Bedasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA bertujuan sebagai bekal untuk siswa dalam mengembangkan rasa ingin tahu, sikap posistif dan kesadaran tentang alam dan juga bertujuan sebagai pengembangkan dalam keterampilan proses dalam menyelidiki alam sekitar.

D.  Penelitian yang Relevan

      Sebagai acuan penelitian ini membutuhkan pertimbangan bebarapa hasil penelitian terdahulu yang menjadi kevalidan penelitian ini, ada beberapa penelitian yang berhubungan dan mendapatkan hasil positif atau berhasil berikut diantaranya:

1.    Suci (2017) dalam penelitiannya yang berjudul tentang Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis IPA Siswa SDN 112 Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa Pada hasil observasi dan refleksi guru kelas menunjukkan adanya peningkatan rata-rata hasil kognitif dan setiap siklusnya yaitu siklus I sebesar 5,90, siklus II 7,29 dan pada siklus III 7,67. Nilai kerja siswa turut mengalami peningkatan dari siklus I rata-rata yang diperoleh sebesar 7,55, siklus II 7,77, dan siklus III 8,00. Pada kemampuan penguasaan konsep 57% (40 siswa) memilki kemampuan penguasaan konsep sedang, 19% (13 anak) kemampuan penguasaan konsep tinggi. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Penguasaan Konsep IPA, sementara perbedaan penelitian ini adalah waktu dan tempat penelitian nya.

2.    Kurniawati (2014) dalam penelitiannya yang berjudul tentang Penerapan Pembelajaran Inkuiri Integrasi Peer Instruction terhadap Penguasaan konsep dan Kemampuan Berpikir kritis siswa SD Negeri 84 Pare-Pare. Berdasarkan hasil analisis data dan perhitungan LSD penelitian ini terlihat bahwa penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa lebih tinggi dengan menggunakan pembelajaran inkuiri integrasi peer instruction dari pada pembelajaran konvensional.  Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Penguasaan Konsep IPA, sementara perbedaan penelitian ini adalah waktu dan tempat penelitian nya.

3.    Wandika (2020) yang berjudul tentang Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep IPA siswa Kelas IV SDN 12 Batu Sangkar. Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri nilai rata-rata posttest lebih tinggi dari pada nilai rata-rata pretest dilihat dari nilai sebelum dan sudah diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran inkuiri Nilai tertinggi posttest adalah 100 dan nilai terendah 60 sedangkan nilai pretest tertinggi adalah 66 dan nilai terendah 25. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Penguasaan Konsep IPA, sementara perbedaan penelitian ini adalah waktu dan tempat penelitian nya.

4.    Nurhayati, (2018) yang berjudul tentang Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan kemampuan Pemahaman Konsep IPA siswa Kelas V SD. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan soal tes. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Dari hasil penelitian penelitian diperoleh bahwa setelah menggunakan model, rata-rata hasil belajar siswa meningkat pada siklus I maupun siklus II. Presentase ketuntasan siswa juga mendekati sempurna yaitu rata-rata kelas pada siklus I sebesar 68,47 dan pada siklus II sebesar 73,64 sehingga peningkatan sebesar 5,17 serta presentase ketuntasan hasil belajar dai siklus I ke siklus II sebesar 78,81%.

5.    Devita Cahyani  Nugraheny  dengan  judul  “Penerapan  Lembar  Kerja Peserta Didik berbasis Life Skills untuk meningkatkan keterampilan proses dan sikap ilmiah di SMK Negeri 1 Panjatan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengembangkan dan mengetahui kualitas LKPD industry kecil kimia berbasis life skill untuk meningkatkan keterampilan proses dan sikap ilmiah peserta didik, 2) mengetahui ada tidaknya peningkatan keterampilan proses dan sikap ilmiah peserta didik setelah penggunaan LKPD berbasis life skill dalam pembelajaran. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi dan teknik angket. Dan LKPD yang di kembangkangkan ini layak di gunakan sebagai media pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan keterampilan proses dan sikap ilmiah peserta didik.

            Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti menemukan beberapa kesamaan dengan penelitian yang telah dipaparkan di atas yaitu adanya penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep IPA siswa.

E.  Kerangka Berpikir

         Penelitian ini diketahui ada dua variabel, variabel independen dan variabel dependen. Variabel independent yaitu model pembelajaran inkuiri, sedangkan variabel dependen yaitu kemampuan penguasaan konsep IPA siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri bisa dijadikan alternative untuk mengatasi permasalahan yang ada.

           Ketertarikan siswa untuk belajar diharapkan dapat timbul karena dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya terpaku pada satu orang guru, namun dapat bertanya pada guru yang lainnya. Maka dengan penerapan model pembelajaran inkuiri ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penguasaan konsep IPA siswa di SD Negeri 07 Bedaro. Adapun bentuk kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kerangka pikir penguasaan konsep siswa pada materi pembelajaran IPA

Kondisi awal

Penguasaan konsep IPA  siswa rendah

Tindakan

Penerapan model pembelajaran Inquiry

 

 

 

 

 

 

 

Hasil

Peningkatan kemampuan Melalui Penerepan Model Inkuiri

- Siswa Kurang Komunikatif

- Minat Siswa Rendah

- Hasil belajar Tidak Tuntas

rendah

- Menggunakan Konsep

- LKPD

- Siswa komunikatif

- Minat tinggi

- Hasil belajar meningkat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


                                   

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

      Berdasarkan skema yang tergambar diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti harus melihat kondisi awal yang dialami oleh sekolah dan peneliti menemukan bahwa kemampuan penguasaan konsep IPA siswa masih rendah dan tindakan yang akan di lakukan oleh peneliti atau guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dan hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah dapat meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyanto PTK adalah sebuah bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu supaya bisa memperbaiki atau meningkatkan penerapan pembelajaran di kelas dengan lebih baik lagi (Priatna, 2008).

Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa PTK merupakan sebuah penelitian yang akar permasalahannya muncul di dalam kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang mengajar sehingga susah untuk dibenarkan jika ada pendapat lain bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas didapat dari pemahaman atau khayalan seorang peneliti (Suharsimi Arikunto, 2009).

Menurut Stephen Kemmis PTK atau action research ialah sebuah bentuk penelitian melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi social (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari tindakan-tindakan social atau pendidikan yang mereka lakukan sendiri, pemahaman mereka terhadap tindakan-tindakan tersebut, dan situasi di tempat tindakan itu dilakukan (Suprijono, 2014).

Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada gambar dibawah ini.

 

 

 

23

 

 

 


SKEMA DESAIN PENELITIAN

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS I

Perencanaan

SIKLUS II

Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar Prosedur PTK Model Kurt Lewin

B. Setting dan Subjek Penelitian.

1. Setting penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 07 Bedaro Peneliti memilih sekolah ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui masalah apa yang mungkin terjadi pada sekolah tersebut.

2. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa Kelas V SDN 07 Bedaro yang berjumlah 20 siswa.

 

C. Prosedur Penelitian

         Penelitian Tindakan  Kelas (PTK) dilaksanakan melalui kegiatan berdaur yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Secara keseluruhan, empat tahap dalam bentuk spiral untuk mengatasi masalah yang mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Siklus pertama dilakukan untuk mengetahui sampai mana tingkat kemampuan siswa. Siklus kedua dilaksanakan apabila siklus pertama ada hal yang kurang berhasil dilakukan penulis. Siklus ketiga dilaksanakan jika siklus sebelumnya belum bisa mengatasi masalah, dan begitu pula untuk siklus selanjutnya.

1. Siklus I

a. Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi, perencanaan merupakan bagian awal dari rancangan penelitian tindakan yang berisi tentang persiapan yang dilakukan untuk memecahkan masalah.

b. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan, skenario kerja tindakan, perbaikan dan prosedur tindakan yang diterapkan. Tahap pelaksanaan merupakan pembelajaran yang telah disiapkan pada tahapperencanaan.

c. Pengamatan (observasi) terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung ditunjukan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan aktivitas yang terjadi apabila masukan baik atau feedback dilakukan dengan cermat pengamatan yang dilakukan oleh penelitian adalah: Situasi kegiatan pembelajaran, keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran, hasil belajar siswa danrefleksi.

d. Refleksi adalah memikirkan sesuatu yang hasil dari kegiatan sebelumnya direfleksikan untuk melihat apakah hasil yang tercapai sudah memenuhi kriteria keberhasilan peneltitan atau belum. Dan akan dilakukan tindakan perbaikan atas kekurangan-kekurangan pada siklus selanjutnya. 

2. Siklus II

a.    Perencanaan dimana peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

b.    Pelaksanaan tindakan dimana guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi berdasarkan siklus pertama dengan pembelajaran IPA menggunakan metode Inkuiri learning.

c.    Pengamatan dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran.

d.    Refleksi adalah upaya melihat kembali mengorganisasi, kembali menganalisis, kembali mengklarifikasi dan kembali mengevaluasi hal-hal yang telahdipelajari.

 

 

D. Sumber Data

Pada penelitian ini, sumber data yang dibutuhkan yaitu dari siswa dan guru kelas, kepala sekolah dan kegiatan yang dilakukan siswa dan guru selama pembelajaran IPA dengan menggunakan metode pembelajran nkuiri learning Sumber data dibuat peneliti untuk melihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas dan kesesuaian langkah pembelajaran yang dilakuan oleh guru dengan rencana pembelajaran.

 

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

      1.            Observasi

  Observasi yaitu pengamatan secara langsung dan mendalam terhadap objek penelitian untuk mengumpulkan data. Menurut (Moleong, 2014:37) metode observasi yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan serta untuk mengetahui peran guru dalam menerapkan Kurikulum 2013.

      2.       Tes

 Tes adalah suatu tolak ukur atau alat ukur yang tertera pada sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah siswa untuk menggungkapkan tingkat dari perkembangan (pemahaman) tes yang dimaksud oleh peneliti adalah tes tulis berbentuk uraian yakni 10 soal uraian. Tujuan tes ini dipilih oleh peneliti supaya mengetahui sejauhmana peningkatan penguasaan konsep IPA melalui Model pembelajaran inkuiri learning siswa kelas V di SDN 07/II Desa Bedaro. Tes diberikan pada pertemuan akhir dari setiap siklus  untuk mengetahui hasil belajar IPA pada setiap siklusnya. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan menggunakan metode tes kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif  kuantitatif

3. Wawancara

         Wawancara yaitu sebagai tukar-menukar pandangan antara dua orang atau lebih percakapan dengan tujuan tertentu. Kemudian percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan di wawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan data pelengkap berupa keadaan atau kondisi sosial, budaya dan kecendrungan di sekitar subjek, atau bahkan digunakan untuk memperoleh jenis data primer seperti peneliti maksudkan di atas.

4.  Dokumentasi

    Dokumentasi yaitu teknik untuk memperoleh data dari responden. Menurut (Sugiyono, 2016:35-37). Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi dokumen dengan maksud agar dapat mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian ini serta dokumen-dokumen yang dianggap memiliki relevansi terhadap data yang diperlukan.

F. Teknik Analisis Data

    Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam pengolahan data yang berhubungan erat dengan rumusan masalah yang telah diajukan pada bab 1sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif yaitu :

1.    Data Kuantitatif

Hasil tes yng diperoleh dari siswa dianalisis untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keaktifan dengan menggunkan metode pembelajaran Inkuiri Learning pada mata pelajaran IPA Analisis ini dilakukan dengan menghitung jumlah siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Serta menghitung nilai rerata kelas. Jika minimal 70 dari siswa mencapai KKM.

Minimal KKM yakni sebesar 70 dan rerata nilai kelas minimal 70 sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi metode pembelajaran Inkuiri learning dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA.

Untuk mencari perhitungan nilai rerata kelas menggunakan rumus mean.

Keterangan :

Mean: nilai rerata

∑x: jumlah seluruh nilai

N: jumlah siswa

1.      Analisis data kualiatif

Untuk data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi atas hasil pengamatan terhadap guru dan siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung dianalisis dengan menggunakan model alur.

1.    Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan focus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan (M. B. M. & A. M. Huberman, 2009). Penelitian ini dilakukan pemfokuskan dan penyisihan data observasi pembelajaran tematik yang kurang bermakna. Data yang diperoleh direduksi dengan memfokuskan perhatian pada hal-hal yang berkenaan dengan aspek-aspek pemahaman terhadap pembelajaran tematik.

2.    Penyajian Data

Setelah reduksi data siap dibeberkan. Artinya, tahap analisis sampai pada pembeberan data. Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu dibeberkan dengan tertata rapi dalam bentuk narasi plus matriks, grafik, dan diagram (M. mattew B. & A. M. Huberman, 2009a). Dalam penelitian ini data yang telah direduksi, dipaparkan secara sistematis dalam bentuk diagram atau grafik untuk memudahkan pemhaman sehingga memudahkan dalam penarikan kesimpulan.

 

3.    Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada akhir siklus I, ke kesimpulan terevisi pada akhir siklus II dan seterusnya, dan kesimpulan terakhir pada akhir siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dengan kesimpulan pertama sebagai pijakan. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan tidak hanya terbatas pada data tentang perubahan/peningkatan.

G. Kriteria Keberhasilan Data

Indikator keberhasilan yang ingin dicapai dengan PTK ini adalah menumbuhkan sikap cermat dan mandiri serta meningkatkan nilai hasil belajar peserta didik pada pembelajaran subtema hidup rukun dengan menggunakan model Inkuiri Learning. Peserta didik yang menjadi objek penelitian dikatakan berhasil jika kemampuan mengidentifikasi pada pembelajaran subtema hidup rukun memperoleh nilai KKM 65 sebanyak 85%. Jadi apabila peserta didik sudah tercapai KKM 85% maka penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil atau menumbuhkan sikap cermat dan mandiripun dihentikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

 

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Historis dan Geografis SDN 07/II Bedaro

            Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro adalah salah satu satuan pendidikan dengan jenjang SD di Bedaro Kecamatan Muko Muko Batin VII Kabpaten Bungo Provinsi Jambi. Dalam menjalankan kegiatannya, SD Negeri 07II Bedaro berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro berdiri pada tahun 1982 seluas -+ 1230 KM persegi. Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro beralamat jalan Bungo-Babeko KM.35 bertempatan di Desa Bedaro RT.04 Kecamatan Muko Muko Batin VII Kabupaten Bungo provinsi Jambi, dengan kode pos 37261.

            Berikut profil atau identitas Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro  Kecamatan Muko-muko Bathin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.

Tabel : 4.1. Profil Sekolah Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro 

Nama

:

SD Negeri 07/II Bedaro

NPSN

:

10500959

Kode Pos

:

37261

Desa / Kelurahan

:

Bedaro

Kecamatan

:

Muko Muko Batin VII

Kabupaten / Kota

:

Bungo

Provinsi

:

Jambi

Status Sekolah

:

Negeri

Jenjang Pendidikan

:

SD

Waktu Penyelenggaraan

:

6 / Pagi hari

Lokasi Geografis

:

Lintang -1 Bujur 102

No. SK. Akreditasi

:

1011/BAN-SM/SK/2019

Tanggal SK. Akreditasi

:

18-11-2019

30

(sumber data : Bagian TU SDN 07/II Bedaro, tentang identitas sekolah)

 

2. Struktur Organisasi SDN 07/II Bedaro

            Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro merupakan lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat pimpinan/kepala, wakil kepala sekolah, guru-guru, karyawan, tata usaha, dan siswa. Agar Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan lancar perlu adanya organisasi yang terorganisir, dengan adanya organisasi yang terorganisir sesuai dengan kompetensi setiap individu Sekolah Dasar 07/II Bedaro akan dapat melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Dengan demikian pada suatu organisasi sekolah, baik di bawah naungan langsung pemerintah maupun swasta, besar maupun kecil tidak terlepas dari adanya struktur organisasi agar semua pihak dapat saling bekerja sama dan tolong-menolong untuk tujuan pendidikan tersebut. Begitulah arti pentingnya struktur organisasi pada lembaga sekolah.

               Selain itu, struktur organisasi merupakan suatu tolak ukur dalam suatu lembaga pendidikan. Organisasi yang baik dapat menunjukkan kegiatan yang baik dan juga merupakan pendukung dalam pelaksanaan segala program kerja yang ada di Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro.

            Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro dapat di lihat sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro

Kecamatan Muko-Muko Bahtin VII Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

Tahun Ajaran 2022-2023

Kepala Sekolah

Efrianti, S.Pd.

 

Komite Sekolah

Hermanto

Bendahara

Ibrahim,A.Ma.Pd

 

Operator Sekolah

Darmawan

Wali Kls I.A

Siti Maimuna

Wali Kls II

Ruslan A, S.Pd.I

Wali Kls III

Hasan, S.Pd

 

Wali Kls IV.A

Herlina,S.Pd

Wali Kls V

Despianti S.Pd

Wali Kls VI.A

Ibrahim,A.Ma.Pd

Guru PAI

Suyatmi, S.Pd

 

Guru PJOK

Muhardi, A.Ma

Guru PAI

Firdaus, S.Pd.I

Siswa-Siswi

Guru SBK

Desmariyanti, S.Pd.I

 

Guru Mulok

Rosi Widayanti, S.Pd.I

 

Perpustakaan

Nurhayati, S.Pd.I

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)

 

 

 

 

 

 

 

3. Keadan Guru, Karyawan dan Siswa SDN 07/II Bedaro

a. Data Guru dan Karyawan

            Dalam proses pembelajaran, guru merupakan komponen yang sangat penting. Karena tanpa adanya guru proses pembelajaran tidak akan terlaksana. Kemudian seorang tidak hanya mengajar apa yang diketahuinya semata, tetapi juga bertugas membantu siswanya mencapai kedewasaan diri, karena guru merupakan suri tauladan yang baik dari perkataan maupun dari segi perilakunya.

               Begitu juga pada dasarnya guru sebagai tenaga pengajar di Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro ini cukup bagus dan berpengalaman karena sebagaian ada yang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diperbantukan sampai saat ini, sedangkan yang lainnya diambil dari guru-guru honor terutama lulusan S.1 bagi yang honor tersebut sering kali terjadi pergantian dan menyatakan berhenti dengan alasan bahwa kesejahteraan tidak sesuai dengan tenaga yang diharapkan, hal tersebut di akui oleh pihak yayasan.

    Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro memiliki guru yang professional dan handal dalam bidangnya masing-masing, mereka rata-rata tamatan Starata Satu. Dan semua guru-guru disekolah ini saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan tenaga pengajar dan Karyawan di Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro ini dapat dilihat ada tabel beriktu ini :

Tabel : 4. 2. Keadaan guru dan Karyawan Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro Tahun 2022-2023

No

Nama

JK

Jabatan

          1.             

Efrianti, S.Pd

P

Kepala Sekolah

          2.             

Siti Maimuna

 

P

Wali Kelas I

          3.             

Ruslan A, S.Pd.I

 

L

Wali Kelas II

          4.             

Hasan, S.Pd

 

L

Wali Kelas III

          5.             

Herlina,S.Pd

 

P

Wali Kelas IV

          6.             

Despianti S.Pd

 

P

Wali Kelas V

          7.             

Ibrahim,A.Ma.

L

Wali Kelas V

          8.             

Suyatmi, S.Pd

 

P

Guru PAI

          9.             

Firdaus, S.Pd.I

 

L

Guru PAI

      10.             

Muhardi, A.Ma

 

L

Guru PJOK

     11.             

Desmariyanti, S.Pd.I

 

P

Guru SBK

      12.             

Rosi Widayanti, S.Pd.I

 

L

Guru Mulok

      13.             

Darmawan

 

L

Operator Sekolah

      14.             

Nurhayati, S.Pd.I

 

P

Perpustakaan

      15.             

Junaidi

L

Penjaga Sekolah

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)

     Dari tebel diastas menunjukkan bahwa keadaan guru dan karyawan Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro Tahun 2022-2023 berjumlah 15 orang dan dibantu beberapa karyawan untuk kelancaran administrasi.

b. Keadaan Siswa

         Salah satu factor penunjang dalam pendidikan adalah siswa karena siswa merupakan bagian dari unsur-unsur yang terpenting dalam proses pendidikan. Tanpa adanya siswa mustahil pendidikan atau proses pembelajaran tidak akan bisa berjalan dengan baik.

Siswa keberadaannya pada suatu lembaga pendidikan sangat dibutuhkan, terlebih pelaksanaan pendidikan di sekolah siswa merupakan subjek sekaligus objek dalam proses mentranspormasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukannya

          Berdasarkan data yang penulis peroleh dari dokumentasi Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro bahwa siswa yang ada disekolah ini berjumlah 137 orang, dari kelas satu sampai kelas enam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel : 4. 3.  Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro Tahun 2022/2023.

No

Kelas

Jumlah

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1

I

10

17

27

2

II

10

15

25

3

III

11

13

24

4

IV

9

13

22

5

V

10

10

20

6

VI

8

11

19

Jumlah

58

79

137

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)

 

4. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro

         Sarana pendidikan adalah fasilitas-fasilitas yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai. Sedangkan prasarana pendidikan merupakan segala sesuatu yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan menjadi penting karena mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui pengadaan sarana dan prasarana.

Pemerintah melalui menteri pendidikan menerbitkan peraturan pemerintah No. 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana. Standar sarana dan prasarana berdasarkan PP No.19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro ini kalau di tinjau dari segi kemampuan yang ada belum memadai karena masih masih terdapat kekuarangan fasilitas-fasiltas pendukung dalam proses pengajaran.

          Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah segala sesuatu yang dapat menunjang terselenggaranya program pendidikan atau proses pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro. Sedangkan sisa yang lainnya merupakan pekarangan sekolah yang sebagian besar digunakan untuk lapangan Badminton, lapangan Volly dan lapangan untuk kegiatan upacara Bendera setiap hari Senin.

Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan fasilitas yang ada di Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro akan dijelaskan di tabel berikut:

Tabel : 4.4. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro Tahun 2022/2023

 

No

 

Jenis Ruang

 

Jml

Keadaan

Baik

Rusak ringan

Rusak berat

2.       

Ruang Kepsek

1

 

 

3.       

Ruang Guru

1

 

 

4.       

Ruang Operasioal

1

 

 

5.       

Ruang Kelas

6

 

 

6.       

Kursi dan Meja Siswa

137

 

 

7.       

Perpustakaan

1

 

 

8.       

UKS

1

 

 

9.       

Wc guru

2

 

 

10.   

Wc murid

4

 

 

11.   

Lapangan volly

1

 

 

12.   

Pos Kemanaan

1

 

 

13.   

Tempat parkir

1

 

 

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)

 

 

 

 

 

 

B. Penjelasan Data Per-Siklus

1. Pra Siklus  

            Pra siklus merupakan tahap orientasi yaitu sebelum peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Kegiatan pra siklus ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dalam pembelajaran. Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan metode Inkuiri Learning, terlebih dulu peneliti melakukan observasi awal melakukan pra siklus untuk mengidentifikasi permasalahan–permasalahan yang ada pada saat berlangsungnya proses pembelajaran tematik muatan IPA dikelas V Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro Kecamatan Muko Muko Batin VII Kabupaten Bungo. Observasi dilaksanakan dengan memperhatikan guru mengajar, keaktifan siswa dan hasil belajar penyebab  perubahan  benda.     Temuan awal hasil belajar siswa Sekolah Dasar 07/II Desa Bedaro, dimana nilai rata-rata siswa kelas V pada mata pelajaran tematik muatan IPA pada rencana pembelajaran dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar IPA kelas V SDN 07/II Desa Bedaro Pra Siklus

No

Aspek Ketuntasan

Jumlah Siswa

Jumlah Nilai

Persentase

Keterangan

1

Tuntas

3 orang

220

15%

Nilai > 70

2

Belum Tuntas

17 orang

1020

85%

Nilai < 70

Jumlah

20 orang

1240

100%

 

 

Rumus rata-rata adalah :

                        x = ∑ x

                              N

Keterangan:

x = nilai rata-rata

N = jumlah siswa (aspek penilaian)

∑ x = jumlah nilai rumus rata-rata adalah

            x = 1240 x

                    20

 

                = 6,02

 

            Hasil data siswa yang memperoleh nilai 70 keatas sebanyak 3 orang, dengan persentase 15%. Hasil tersebut belum mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal, maka peneliti akan melakukan rencana perbaikan pembelajaran dengan mengunakan metode Inkuiri Leraning pada pembelajaran tematik muatan IPA pada konsep  dikelasV Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro.

            Adapun hasil dokumentasi awal pra siklus di Sekolah Dasar  07/II Desa Bedaro, dimana nilai rata-rata siswa kelas V pada mata pelajaran tematik muatan IPA belum mencapai ketuntasan yang baik.

Tabel 4.2 : Hasil pra siklus nilai rata-rata siswa kelas V pada mata pelajaran tematik muatan IPA di Sekolah Dasar Negeri  07/II Desa Bedaro.

 

No

 

Nama Siswa

 

Nilai

 

KKM

Keterangan

Tuntas

Tidak Tuntas

1

R

60

70

2

RP

60

70

3

AP

60

70

4

G

70

70

5

MM

60

70

6

AR

60

70

7

RV

60

70

8

AN

60

70

9

WR

60

70

10

HA

60

70

11

RS

75

70

12

NSH

60

70

13

NS

60

70

14

RS

60

70

15

FN

60

70

16

APR

60

70

17

R

60

70

18

FM

60

70

19

PA

75

70

20

NI

60

70

Nilai Rata-rata

62,00

3

17

Persentase

15%

85%

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)

            Tabel di atas menunjukkan bahwa kriteria ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran tematik muatan IPA kelas V SDN  07/II Desa Bedaro masih sangat rendah. Hal ini sangat jelas bahwa dari 20 siswa kelas V hanya 3 orang yang mencapai ketuntasan KKM atau hanya 15%. Sedangkan yang belum tuntas yaitu 17 siswa atau sebesar 85% yang masih perlu bimbingan belajar untuk mencapai ketuntasan KKM.

                                                                 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

           

            Diagram di atas menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran tematik muatan IPA kelas V belumlah tuntas, karena dari 20 siswa hanya 3 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan mendapatkan nilai KKM 70. Disamping itu tingkat ketidaktuntasan siswa mencapai 85% atau 17 siswa dari 20 siswa.

            Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, dengan memperhatikan guru mengajar, keaktifan siswa dan hasil belajar siswa mengenai penyebab  perubahan  benda, maka perlu adanya sebuah metode yang dapat meningkatkan Kemampuan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas V SD Negeri 07/II Desa Bedaro, disini peneliti bersama wali kelas V mengklaborasikan penggunaan metode inkuiri learning sebagai metode untuk meningkatkan kemampuasn penguasaan konsep IPA bagi siswa kelas V SD Negeri 07/II Desa Bedaro. 

 

 

2. Siklus I

       Tahap awal yang dilakukan pada tindakan siklus I yaitu perencanaan. Perencanaan yang dilakukan  pada  siklus I yaitu  menyusun  rencana  perbaikan pembelajaran,  merumuskan  tujuan  pembelajaran, lembar observasi dan  strategi belajar konsep  yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Pembelajaran pada siklus I bertujuan meningkatkan kemampuan siswa terhadap materi gaya.

a. Perencanaan.

        Tahap ini diawali dengan kegiatan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah sehingga diperoleh permasalahan. Adapun perencanaan-perencanaan yang akan disusun pada kegiatan ini meliputi:

1) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) pada mata pelajaran tematik muatan IPA mengenai konsep  IPA.

2) Menyusun lembar pengamatan guru dan siswa.

3) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam perbaikan pembelajaran.

4) Membuat alat evaluasi berupa tes dan kunci jawabannya.

 

b. Pelaksanaan Tindakan.

         Kegiatan yang dilakuan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Langkah-langkah pembelajaran pada siklus I sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

a) Membuka pelajaran

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran

c) Mengadakan tanya jawab

2) Kegiatan inti

a) Memberikan motivasi kepada siswa dalam pelaksanan metode inkuiri learning Menjelaskan  faktor-faktor  penyebab  perubahan  benda   (pelapukan, perkaratan, pembusukan) melalui pengamatan.

b) Dengan pengawasan guru setiap siswa mencontohkan benda–benda sekitar yang mengalami pembusukan, perkaratan dan pelapukan

c) Masing–masing siswa dapat mengidentifikasikan penyebab dari  pembusukan,  perkaratan  dan pelapukan

3) Kegiatan akhir

       Dengan pengawasan guru setiap siswa mengulang kembali menjelaskan   tentang   pengertian   pembusukan,   pelapukan,   dan perkaratan serta Menyebutkan faktor dan penyebab dari pembusukan, pelapukan, dan perkaratan.

c. Tahap pengamatan

       Pada pelaksanan siklus I dilaksanakan pengamatan terhadap kegiatan aktivitas guru dan siswa yang sedang berlangsung dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat.

Pengamat memberikan tanda (√ ) terhadap aspek yang diamati.

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I

        Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh pengamat terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh Guru dan Siswa pada Siklus I di peroleh data-data berikut:

Tabel 4.5 Hasil observasi Aktivitas guru pada siklus I menggunakan konsep  mata pelarajaran tematik muatan IPA kelas V SDN 07/II Desa Bedaro dengan menggunakan metode inkuri learning

No

Aktivitas yang diamati

Dilakukan

Ya

Tidak

3.       

Guru menjelaskan materi pembelajaran

 

4.       

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

 

5.       

Guru mampu memberikan contoh konsep yang dipelajari

 

6.       

Guru mampu mengklasifikasikan objek-objek bedasarkan terpenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep

 

7.       

Guru dapat menghubungkan antar konsep dan dapat kembali di konsep itu dalam berbagai situasi

 

8.       

Guru menyimpulkan pembelajaran

 

 

Jumlah

4

2

Persentase

66.67%

33.33%

Kategori

Baik

 

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)

            Pada tabel di atas menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam penerapan pembelajaran melalui konsep  masih terlihat adanya kekurangan. Aktivitas yang dilakukan guru dalam pembelajaran yaitu 66.67 % dan yang tidak dilakukan yaitu 33.33%. Guru tidak memberikan penjelasan untuk memperkuat bagan dan materi, dan lupa menyimpulkan pembelajaran.

            Tabel 4.7: Hasil observasi penguasaan konsep siswa pada siklus I menggunakan konsep  mata pelarajaran tematik muatan IPA kelas V SDN 07/II Desa Bedaro dengan menggunakan metode inkuri learning.

 

No

 

Nama Siswa

Aktivitas yang diamati

Jumlah

1

2

3

4

5

6

 

1

R

 

5

2

RP

 

 

5

3

AP

6

4

G

 

 

 

 

2

5

MM

 

 

 

 

2

6

AR

6

7

RV

6

8

AN

 

 

4

9

WR

 

5

10

HA

 

 

4

11

RS

6

12

NSH

 

5

13

NS

 

5

14

RS

 

5

15

FN

 

5

16

APR

 

5

17

R

 

 

 

3

18

FM

 

5

19

PA

 

5

20

NI

 

5

Jumlah

18

6

18

19

12

20

Kategori

Amat Baik

 

Kurang

Amat

Baik

Amat

Baik

 

Cukup

Amat

Baik

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)

 

 

Keterangan:

1. Siswa menjawab pertanyaan guru sebagai perangsang pengetahuan awal

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru

3. Siswa berdiskusi dengan kelompok tentang pengklasifikasi benda-benda sesuai perubahan wujud

4. Siswa membuat konsep sesuai dengan materi

5. Siswa menyimpulkan dan memberi contoh-contoh lain tentang benda-benda sesuai perubahan wujud.

 

            Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa menjawab pertanyaan guru  sebagai  perangsang  pengetahuan  awal  masih  dikategorikan  kurang. Siswa masih merasa bingung dalam membuat konsep  hal ini terbukti dari 13 siswa yang bisa membuat konsep , dan masih dikategorikan cukup

2)  Hasil Belajar

            Pada siklus I diadakan tes berupa ulangan harian. Tes ini adalah suatu teknik untuk mengetahui  keberhasilan  belajar  siswa  dalam  memahami  konsep  perubahan  benda (pelapukan, perkaratan, pembusukan). Tes yang dilakukan adalah tes tertulis. Alat tes yang digunakan adalah soal. Berikut adalah gambaran hasil belajar siswa berupa ulangan harian melalui pembelajaran konsep.

            Perolehan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Melalui Konsep Siklus I Kompetensi Dasar: faktor penyebab perubahan benda.

Tabel 4.8 : Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Melalui Konsep Siklus I Kompetensi Dasar: faktor penyebab perubahan benda di Sekolah Dasar Negeri  07/II Desa Bedaro.

 

No

 

Nama Siswa

 

Nilai

 

KKM

Keterangan

Tuntas

1

R

60

70

Tidak Tuntas

2

RP

80

70

Tuntas

3

AP

100

70

Tuntas

4

G

40

70

Tidak Tuntas

5

MM

55

70

Tidak Tuntas

6

AR

95

70

Tuntas

7

RV

85

70

Tuntas

8

AN

100

70

Tuntas

9

WR

80

70

Tuntas

10

HA

60

70

Tidak Tuntas

11

RS

100

70

Tuntas

12

NSH

70

70

Tuntas

13

NS

95

70

Tuntas

14

RS

85

70

Tuntas

15

FN

50

70

Tidak Tuntas

16

APR

55

70

Tidak Tuntas

17

R

85

70

Tuntas

18

FM

90

70

Tuntas

19

PA

75

70

Tuntas

20

NI

100

70

Tuntas

Rata-rata

78.33

 

 

Persentase Ketuntasan

 

 

71,42 %

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)

 

            Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA  melalui  peta  konsep,  yaitu  71,42%  siswa  tuntas  dari  nilai  KKM  70. Sedangkan rata-rata siswa kelas V yaitu 78,33. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada grafik berikut.

           

            Pada grafik di atas terlihat ketuntasan siswa dalam pembelajaran IPA materi perubahan benda yaitu 71.42% dan tidak tuntas 28.58%. Hal ini disebabkan belum terbiasanya pembelajaran dengan menggunakan konsep.

 

d.  Refleksi

            Adapun  keberhasilan  dan  kegagalan  yang  terjadi  pada  siklus  pertama adalah sebagai berikut:

1)  Guru belum terbiasa mengajar dengan menggunakan konsep . Hal ini diperoleh dari hasil belajar siswa yaitu hanya mencapai 71,42 % yang tuntas. Indikator keberhasilan yang diuraikan sebelumnya adalah 75 % dari jumlah siswa ≥ KKM sekolah yaitu 70.

2)  Sebagian siswa belum terbiasa dengan belajar melalui konsep .

3)  Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata 78,33.

4)  Masih ada kelompok yang sedikit yang mengisi bagan konsep.

            Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.

1)  Memberikan   motivasi   kepada   kelompok   agar   lebih   aktif   dalam pembelajaran.

2)  Lebih intensif membimbing siswa dalam mengisi bagan konsep.

3)  Memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik.

 

3. Siklus II

Dengan melakukan refleksi peneliti dapat mengetahui kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki lagi. Siklus  kedua  ini  dilaksanakan  yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

a.   Perencanaa (Planning)

Perencanaa  pada  siklus  kedua  berdasarkan  replanning  siklus  pertama yaitu:

1)  Membuat rencana pelaksanan pembelajaran konsep 

2) Memberikan motivasi kepada kelompok   agar lebih aktif dalam pembelajaran.

3) Lebih intensif membimbing siswa dama mengisi bagan konsep.

4)  Memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik.

 

b. Pelaksanaan (Acting)

Suasana   pembelajara suda mengara kepad pembelajaran melalui konsep . Kelompok sudah bisa mengisi bagan konsep  dan LKS  yang  diberikan  guru.  Siswa  dalam  satu  kelompok  menunjukkan saling kerja sama untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan guru. Sebagian besar siswa termotivasi untuk menunjukkan hasil kerjanya. Siswa siap memberikan contoh-contoh lain yang berkaitan dengan materi. Kelompok pada siklus pertama diubah dan menjadi kelompok yang baru pada siklus  keduahal  ini  disebabkan  agar  siswa  tidakaku  dan  bisa berinteraksi sesama teman yang lain.

 

c. Observasi dan Evaluasi

Hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam PBM selama siklus kedua mengalami peningkatan, aktivitas guru meningkat dari ferleksi pada siklus I sehingga diperbaiki, dan aktivitas siswa sudah tampak dan terbiasa dengan pembelajaran konsep seperti yang diajarkan pada siklus I. untuk aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9 Hasil observasi Aktivitas guru dan siswa pada siklus II menggunakan konsep mata pelarajaran tematik muatan IPA kelas V SDN 07/II Desa Bedaro dengan menggunakan metode inkuri learning

No

Aktivitas yang diamati

Dilakukan

Ya

Tidak

      1.             

Guru menjelaskan materi pembelajaran

 

      2.             

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

 

      3.             

Guru mampu memberikan contoh konsep yang dipelajari

 

      4.             

Guru mampu mengklasifikasikan objek-objek bedasarkan terpenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep

 

      5.             

Guru dapat menghubungkan antar konsep dan dapat kembali di konsep itu dalam berbagai situasi

 

      6.             

Guru menyimpulkan pembelajaran

 

 

Jumlah

4

0

Persentase

100%

0%

Kategori

Amat Baik

 

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)

 

            Pada tabel di atas menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam penerapan pembelajaran melalui konsep  meningkat. Aktivitas yang dilakukan guru dalam  pembelajaran  yaitu  100%.  Guru  melakukan  semua  aktivitas  sesuai dengan item yang disebutkan.

Tabel 4.11: Hasil observasi penguasaan konsep siswa pada siklus II menggunakan konsep  mata pelarajaran tematik muatan IPA kelas V SDN 07/II Desa Bedaro dengan menggunakan metode inkuri learning.

 

No

 

Nama Siswa

Indikator yang diamati

Jumlah

1

2

3

4

5

6

 

1

R

6

2

RP

6

3

AP

6

4

G

 

 

4

5

MM

 

5

6

AR

6

7

RV

6

8

AN

6

9

WR

6

10

HA

 

5

11

RS

6

12

NSH

6

13

NS

6

14

RS

6

15

FN

6

16

APR

6

17

R

6

18

FM

6

19

PA

6

20

NI

6

Jumlah

20

20

20

20

20

20

Kategori

Amat Baik

Amat Baik

Amat Baik

Amat Baik

Amat Baik

Amat

Baik

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)

 

 

Keterangan:

1. Siswa menjawab pertanyaan guru sebagai perangsang pengetahuan awal

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru

3. Siswa berdiskusi dengan kelompok tentang pengklasifikasi benda-benda sesuai perubahan wujud

4. Siswa membuat konsep sesuai dengan materi

5. Siswa menyimpulkan dan memberi contoh-contoh lain tentang benda-benda sesuai perubahan wujud.

            Dari tabel di atas terlihat aktivitas siswa dapat dilakukan dengan sempurna. Semua aktivitas siswa dapat dilakuakan oleh siswa dengan menjawab semua pertanyaan guru untuk pengetahuan awal. Secara klasikal aktivitas siswa dikategirikan amat baik.

1)  Hasil Belajar

            Pada siklus kedua diadakan tes berupa ulangan harian. Berikut adalah gambaran hasil belajar siswa berupa ulangan harian melalui pembelajaran konsep  materi.

Tabel 4.12 : Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Melalui Konsep Siklus II Kompetensi Dasar: faktor penyebab perubahan benda di Sekolah Dasar Negeri  07/II Desa Bedaro.

 

No

 

Nama Siswa

 

Nilai

 

KKM

Keterangan

Tuntas

1

R

80

70

Tuntas

2

RP

80

70

Tuntas

3

AP

90

70

Tuntas

4

G

69

70

Tidak Tuntas

5

MM

65

70

Tidak Tuntas

6

AR

95

70

Tuntas

7

RV

85

70

Tuntas

8

AN

90

70

Tuntas

9

WR

80

70

Tuntas

10

HA

80

70

Tuntas

11

RS

100

70

Tuntas

12

NSH

75

70

Tuntas

13

NS

80

70

Tuntas

14

RS

85

70

Tuntas

15

FN

68

70

Tidak Tuntas

16

APR

80

70

Tuntas

17

R

85

70

Tuntas

18

FM

75

70

Tuntas

19

PA

75

70

Tuntas

20

NI

90

70

Tuntas

Rata-rata

81,43

 

 

Persentase Ketuntasan

 

 

85,71 %

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)

 

            Tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus kedua terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui konsep , yaitu

85,71% siswa tuntas dari nilai KKM 70. Dibandingkan rata-rata kelas siklus pertama, pada siklus kedua ini rata-rata siswa kelas V meningkat yaitu 81,43. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan konsep  sangat cocok dalam peningkatan  hasil  belajar  IPA  siswa.  Peningkatan  hasil  belajar  tersebut  dapat dilihat pada grafik berikut.

Berikut grafik penguasaan konsep IPA siswa kelas V Siklus II

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

            Dari grafik di atas terlihat adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dari 71,42% (siklus I) menjadi 85.71% (siklus II).  Peningkatan hasil belajar siswa dari grafik di atas menunjukkan bahwa penerapan konsep  sudah cocok dan bias meningkatkan hasil belajar IPA siswa

 

d.  Refleksi (Reflecting)

            Adapun keberhasilan keberhasilan yang dicapai pada siklus kedua ini adalah sebagai berikut:

1) Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah pada pembelajaran yang menggunakan  peta  kosep  secara  lebih  baik.  Siswa  sudah  bisa mengisi bagan konsep  sesuai dengan yang diharapkan. Siswa mampu bekerja sama dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran konsep . Hal   ini dapat dilihat dari  tabel aktivitas siswa meningkat yang dikategorikan baik.

2)  Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 78,33 (ulangan harian I) menjadi 81,43 (ulangan harian II) dan ketuntasan hasil belajar pada mata pelajaran IPA dari 71,42% (ulangan harian I) menjadi 85,71% (ulangan harian II)

3)  Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran melalui konsep . Guru intensif membimbing siswa dalam pembelajaran.

 

C. Pembahasan

            Sebelum melakanakan kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi di kelas V SD Negeri 07/II Bedaro Kecamatan Kecamatan Muko Muko Batin VII Kabpaten Bungo Provinsi Jambi dan hasilnya peneliti memperoleh data awal berupa dokumen daftar nilai akhir semester ganjil tahun ajaran 2022/2023 mata pelajaran IPA dengan nilai rata-rata 62,00 dan persentase ketuntasan  belajar  15%.  Dari  data  awal tersebut, diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa dalam memahami materi pembelajaran IPA masih tergolong rendah.

            Dari hasil penelitian terlihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan konsep  dalam pembelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I dan Siklus II dengan pembelajaran menggunakan konsep.

Tabel 4.13 : Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri  07/II Desa Bedaro Per Siklus

NO

NAMA

Siklus I

KKM

KET

Siklus II

KKM

KET

1

R

60

70

Tidak Tuntas

80

70

Tuntas

2

RP

80

70

Tuntas

80

70

Tuntas

3

AP

100

70

Tuntas

90

70

Tuntas

4

G

40

70

Tidak Tuntas

69

70

Tidak Tuntas

5

MM

55

70

Tidak Tuntas

65

70

Tidak Tuntas

6

AR

95

70

Tuntas

95

70

Tuntas

7

RV

85

70

Tuntas

85

70

Tuntas

8

AN

100

70

Tuntas

90

70

Tuntas

9

WR

80

70

Tuntas

80

70

Tuntas

10

HA

60

70

Tidak Tuntas

80

70

Tuntas

11

RS

100

70

Tuntas

100

70

Tuntas

12

NSH

70

70

Tuntas

75

70

Tuntas

13

NS

95

70

Tuntas

80

70

Tuntas

14

RS

85

70

Tuntas

85

70

Tuntas

15

FN

50

70

Tidak Tuntas

68

70

Tidak Tuntas

16

APR

55

70

Tidak Tuntas

80

70

Tuntas

17

R

85

70

Tuntas

85

70

Tuntas

18

FM

90

70

Tuntas

75

70

Tuntas

19

PA

75

70

Tuntas

75

70

Tuntas

20

NI

100

70

Tuntas

90

70

Tuntas

Rata-rata

78,33

 

 

81,35

 

 

Persentase Ketuntasan

 

71,42%

 

85,71%

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)

 

            Dari tabel di atas pada siklus I, setelah diberikan ulangan harian sebagai patokan hasil belajar siswa terdapat siswa tuntas 71,42% ( 16 siswa) dan tidak tuntas 28.58% (6 siswa) berdasarkan KKM IPA SD Negeri 07/II Bedaro yaitu 65. Pada siklus ini pembelajaran belum terbiasa dengan menggunakan konsep .

Pada siklus II, terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I yaitu siswa tuntas dengan 85,71% ( 19 siswa) dan siswa tidak tuntas dengan 14,29% (3 siswa). Siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran IPA melalui konsep . Tetapi dari siklus I sampai siklus II ada 3 siswa yang tidak tuntas atau tidak ada peningkatan sama sekali. Hal ini disebabkan beberapa faktor: (1) adanya siswa yang daya tangkapnya rendah dibandingkan siswa lain, (2) siswa tersebut suka membolos, (3) keluar masuk ruangan pada waktu belajar berlangsung, (4) pernah tinggal kelas selama 2 tahun, dan (5) tidak berani dan takut untuk mengungkapkan jawaban dari guru.

 

 

            Keefektifan penerapan konsep  secara keseluruhan yaitu adanya perubahan keaktifan siswa dan guru, siswa tidak tuntas pada siklus I menjadi tuntas pada siklus II, serta peningkatan hasil belajar IPA. Seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

 

 

 

Tabel 4.14 : Rekapitulasi Observasi Aktivitas Guru dengan Penerapan Konsep  IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri  07/II Desa Bedaro Per Siklus

NO

Aktivitas yang diamati

Siklus 1

Siklus 2

Ya

Tidak

Ya

Tidak

1

Guru menjelaskan materi pembelajaran

 

 

2

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

 

 

3

Guru mampu memberikan contoh konsep yang dipelajari

 

 

4

Guru mampu mengklasifikasikan objek-objek bedasarkan terpenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep

 

 

5

Guru dapat menghubungkan antar konsep dan dapat kembali di konsep itu dalam berbagai situasi

 

 

6

Guru menyimpulkan pembelajaran

 

 

 

Jumlah

4

2

6

0

 

Persentase

66.67%

33.33%

100%

0%

 

Kategori

Cukup

 

Amat

 

Baik

 

 

(Sumber data : Dokumentasi SDN 07/II Bedaro tahun 2023)

 

            Dari tabel aktivitas guru di atas dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan aktivitas dengan pembelajaran konsep . Pada siklus I aktivitas yang dilaksanakan hanya 4 item, setelah refleksi pembelajaran maka pada siklus II seluruh ítem dilaksanakan seluruhnya dengan baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hasil tes akhir tindakan siklus I memperlihatkan bahwa hasil skor tertinggi yang diperoleh adalah 100, skor terendah 55, dan banyaknya siswa yang tuntas berjumlah 14 orang sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 orang. Ketuntasan belajar klasikal siswa 71,42%. Hal ini berarti ketuntasan belajar pada siklus I belum mencapai standar yang ingin dicapai yaitu 75% hasil yang diperoleh siswa tersebut sangat jauh dari yang diharapkan.

Hasil penelitian pada siklus I terlihat jelas masih terdapat kelemahan, hal ini disebabkan oleh faktor guru dan faktor siswa. Faktor dari siswa terjadi karena siswa masih terlihat diam ketika guru bertanya, masih ada siswa  kurang  percaya  diri  menyampaikan pendapatnya, dan pada saat kerja kelompok berlangsung masih ada siswa yang tidak bekerja sama sehingga situasi kelas terlihat hening. Dari faktor guru disebabkan karena guru  kurang  membimbing  siswa  di  awal

pembelajaran, kurang menguasai kelas pada saat menjelaskan materi, kurang menggali daya berpikir siswa, kurang membimbing siswa bekerja kelompok sehingga siswa mengalami kesulitan pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Selain itu, guru juga kurang memberikan motivasi   kepada   siswa   sehingga   siswa kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran. oleh karena itu, peneliti mencoba membuat alternatif tindakan untuk menutupi kekurangan pada siklus I tersebut yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II.

Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan I persentase aktivitas guru mencapai 66,67% berada pada kategori baik kemudian pada pertemuan II persentase aktivitas guru meningkat menjadi 100% berada pada kategori baik dengan kata lain pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti  pada  siklus  ini  menunjukkan peningkatan dari pada siklus I dan hasil observasi  aktivitas  siswa  diperoleh persentase    siklus  II  pertemuan  I  sebesar

77,78%  berada  pada  kategori  baik. Kemudian pada pertemuan II mengalami peningkatan sebesar 85,18% berada pada kategori baik hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam siklus sebelumnya.

 

 

            Hasil  tes  akhir  tindakan  siklus  II memperlihatkan bahwa adanya peningkatan hasil skor tertinggi mencapai 100, skor terendah 68, dan banyaknya siswa yang tuntas berjumlah 17 orang sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang. Ketuntasan belajar klasikal siswa 85,71% lebih tinggi dibandingkan pada siklus sebelumnya hanya mencapai 71,42%. Meskipun demikian masih ada beberapa orang siswa yang tidak mampu menjawab soal dengan baik namun secara klaikal sudah mencapai target indikator kinerja yaitu melebihi 75%. Hal ini disebabkan oleh faktor guru  dan  faktor  siswa.  Faktor  dari  siswa terjadi karena siswa sudah terlihat antusias dalam proses pembelajaran, siswa menunjukkan percaya diri menyampaikan pendapatnya, dan pada saat kerja kelompok berlangsung siswa menunjukkan kerja sama yang baik antar anggota kelompok sehingga situasi kelas terlihat hidup. Dari faktor guru terjadi karena guru telah memahami dan melaksanakan pembelajaran dengan baik.

            Berikut grafik perbandingan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

            Grafik di atas menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan siswa pada siklus I hanya mampu diangka 70% dalam katagori Amat baik, namun pada siklus II aktivitas siswa sangat meningkat dari siklus I yaitu menjadi 90% atau dengan kata lain naik sebesar 20%.

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

 

A.  Kesimpulan

1.      Penerapan model pembelajaran inkuiri learning untuk meningkatkan kemampuan penguasaan konsep IPA Siswa Kelas V SD Negeri 07/II Desa Bedaro dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penerapan model pembelajaran inkuiri, guru telah melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan enam langkah atau sintaks dari model pembelajaran inkuiri, yaitu a) menyajikan masalah; b) membuat hipotesis; c) melakukan percobaan untuk pengumpulan data; d) pengolahan (analisis) data; e) verifikasi data; dan f) membuat kesimpulan. Selain hasil belajar yang meningkat, respon kognitif siswa pada proses  pembelajaran  pun  terlihat meningkat  pada  setiap pelaksanaan siklusnya. Keterlaksanaan kegiatan siswa pada siklus I adalah 71,42% dan kemudian meningkat menjadi 100% pada siklus II. Demikian pula pada hasil observasi kegiatan guru yang pada siklus I terlaksana sebanyak 85,71% dan meningkat menjadi 100% pada siklus II.

2. Siswa   dapat mengikuti   setiap   langkah-langkah pembelajaran dari model pembelajaran inkuiri ini dengan antusias dan aktif. Dengan penerapan model pembelajaran   inkuiri   ini   siswa   lebih mudah  memahami  apa  yang  akan dipelajari karena siswa melakukan proses pembelajaran dan guru bertindak sebagai sumber belajar, fasilitator, motivator,  dan pembimbing, serta hampir semua siswa dapat dengan mudah mengerjakan soal evaluasi yang diberikan.

3.

56

Hasil penelitian untuk meningkatkan hasil  belajar  IPA siswa  kelas  V dengan menerapkan model pembelajaran  inkuiri ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Hal tersebut terlihat dari peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal pada setiap siklusnya. Pada siklus I ketuntasan belajar  secara klasikal mencapai 71,42% dan pada siklus II meningkat menjadi 85,71%. Nilai rata-rata kelas pada siklus I 78,53 dan meningkat pada   siklus   II   menjadi   81,35.   Nilai tertinggi   (maksimum)   pada   suklus   I adalah 100 dan pada siklus II adalah 100, dan nilai terendah (minimum) pada siklus I adalah 55 dan pada siklus II adalah 69. Selain   itu,   peningkatan   hasil   belajar afektif siswa juga terlihat dari rata-rata kelas  pada  siklus  I  adalah  10,72  dan meningkat menjadi 12,67 pada siklus II. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 07/II Bedaro.

 

B. Saran

            Pembelajaran melalui konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran IPA, maka disaran hal-hal sebagai berikut.

1.  Bagi siswa diharapkan dapat untuk dapat aktif dalam belajar serta dapat meningkatkan hasil belajar IPA melalui  konsep.

2.  Bagi  guru  diharapkan  menjadikan  pembelajaran  melalui kosep sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pelajaran IPA maupun pelajaran lain.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Agustina, K., Sahidu, H., & Gunada, I. W. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media PheT Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis IPA Peserta Didik SMA. 6(1).

Ana Jayanti, B. D. A. (2018). Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Barru. April, 23–28.

Budiyono, A., & Hartini, H. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Wacana Didaktika, 4(2), 141–149. https://doi.org/10.31102/wacanadidaktika.4.2.141-149

Dahemmuksi, G. (2019). Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Negeri Merangin.

Dewi, C., Utami, L., & Octarya, Z. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Integrasi Peer Instruction terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Laju Reaksi. 3(2), 196–204.

Hariyadi, D., Rahayu, S., Universitas, P. D., & Malang, N. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Lingkungan Terhadap Keterampilan Proses Dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas VII Pada Materi Ekosistem. 1567–1574.

Harjilah, N., Medriati, R., & Hamdani, D. (2019). Penerapan Model Inkuiri Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Pada Mata Pelajaran IPA. 2(2), 79–84.

Kurniawati, I. D., & Diantoro, M. (2014). Penerapan Pembelajaran Inkuiri Integrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. 10, 36–46. https://doi.org/10.15294/jpfi.v10i1.3049

Kusdiastuti, M., Harjono, A., & Sahidu, H. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Laboratorium Virtual Terhadap Penguasaan Konsep IPA Peserta Didik. II(3), 116–122.

M. Hajirin, W. S. I. G. A. G. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran IPA Kelas X IPA SMA Negeri. 9(1), 63–74.

Mohammad Liwa Ilhamdi, D. N. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kristis IPA SD.

Murni, S. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik.

 

Penyusun, T., Hakim, H. L., Jamil, Z. A., Imron, K., Susanti, T., & Wahab, A.

Sukma, Laili Komariyah, M. S. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri (Guided Inkuiri) Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa.

Susilawati, S., Rahman, A. H., & Fitriyanto, S. (2019). Penerapan Penerapan Model Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran IPA.

Syahriani Yulianci, Gunawan, A. D. (2017). Model Inkuiri Berbantuan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA Peserta Didik. 3(2).

Tari, F. A. (2020). Penerapan Penggunaan Modul Berbasis Inkuiri Berbantuan PhET Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas Islam Al-Falah Kota Jambi.

Wahyuni, S., Kosim, K., & Gunawan, G. (2018). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Berbantuan Eksperimen Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa. Jurnal Pendidikan IPA Dan Teknologi, 4(2), 240. https://doi.org/10.29303/jpft.v4i2.891

Wandika. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Jambi.

Wulan, D. D., & Sungkowo, B. T. (2021). Penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap penguasaan konsep IPA siswa kelas X SMA Negeri I Lawang pokok bahasan suhu dan kalor. 1(7), 570–577. https://doi.org/10.17977/um067v1i7p570-577

Yohana Salwati, S. D. A. (n.d.). Penerapan Model Pembelajaran Dan Keterampilan Proses Sains Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.

Yono Edy Kristanto, H. S. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP. 100–102.


0 $type={blogger}:

Postingan Populer

Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Kota Jambi, Indonesia

Putra Muaro Bungo

Putra Muaro Bungo
Jadilah Diri Sendiri Tanpa Berharap Kepada Manusia

Simpel Aja

Simpel Aja

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

My Famili

SELAMAT DATANG DI

BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN

Arsip Blog

Pengikut

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman

TERIM KASIH

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT