Jumat, 12 Juli 2024

 

                                                            BAB I 

                                                    PENDAHULUAN

 

 

A. A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan menulis permulaan merupakan keterampilan yang harus dikuasai siswa sekolah dasar sejak dini, karena keterampilan menulis permulaan  merupakan keterampilan yang sangat mendasar bagi siswa sekolah dasar. Menulis permulaan merupakan keterampilan menulis yang diajarkan pada kelas rendah, yakni kelas I sampai kelas III sekolah dasar sebagai pembelajaran menulis pada tingkat dasar.   Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh siswa  pada  pembelajaran  menulis  permulaan  tersebut  akan  menjadi  dasar dalam  peningkatan  dan  pengembangan  kemampuan  siswa  pada  jenjang selanjutnya (Darmiyati Zuhdi, 1996/ 1997: 62-63).

 Kemampuan menulis terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: menulis permulaan  dan  menulis  lanjutan.  Pembelajaran  menulis  permulaan  ditujukan  untuk peserta didik dikelas-kelas rendah, yaitu kelas I-III. Menulis permulaan merupakan tahap awal proses belajar menulis yang difokuskan pada penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan kalimat sederhana, dan tanda baca (huruf kapital, titik, koma, dan tanda tanya). (Lestari, 2013:16)

1

Menulis  permulaan  merupakan  prasyarat  dalam  upaya  belajar  berbagai bidang studi yang lain. Karena kesulitan menulis permulaan tidak hanya menim- bulkan masalah bagi peserta didik tetapi juga guru, misalnya tulisan yang tidak jelas baik peserta didik maupun guru tidak dapat membaca tulisan tersebut. Jika menulis permulaan tidak bisa dipahami peserta didik dengan baik dan benar, maka pembelajaran perlu diulang kembali, dan guru bertugas untuk mencari faktor penyebab peserta didik tersebut mengalami kesulitan dalam belajar menulis permulaan, serta bagaimana cara memilih metode dan model pembelajaran yang tepat, agar membantu peserta didik memahami pembelajaran menulis permulaan (Wulandari dan Samiha, 2015:350-351).

Pembelajaran menulis permulaan yang dikatakan sebagai acuan dasar tersebut baik dan kuat, maka diharapkan hasil pengembangan keterampilan menulis sampai tingkat selanjutnya akan menjadi baik pula. Guru hendaklah mengupayakan pembelajaran yang baik untuk menuntun siswanya menguasai keterampilan menulis sejak dini.

Sejalan dengan seruan untuk membaca, Allah juga mewahyukan kepada hambnya dan diperintahkan untuk menulis, hal tersebut tersirat dari kata  “Alqalam”. Kata Alqalam sebagai segala macam alat tulis menulis sampai kepada mesin-mesin tulis. Anjuran menulis ini ditegaskan oleh Allah dalam sebuah ayat dalam al-qur’an surah al-qolam ayat 1 yang berbunyi :


Artinya : Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis. (Anonim,1987).

 

Ayat diatas menjelaskan bahwa kata Al-qalam menyeru manusia untuk menulis dan mencatat. Atas dasar Alquran menggunakan bahasa arab maka kegiatan tulis-menulis yang amat ditekankan adalah tulis-menulis huruf-huruf arab huruf hijaiyah sebagai bahasa Alquran, bahasa penduduk surga dan bahasa Rasulullah. Namun tidak terlepas juga menulis bahasa selain yang demikian.

Mengajarkan  menulis  permulaan  bukanlah  hal  yang  mudah.  Banyak siswa kelas IIII  MI/SD  yang  kemampuan  menulis  permulaannya masih  rendah. Kebanyakan siswa kelas III MI/SD masih kesulitan untuk memahamami materi menulis mermulaan yang disajikan guru secara abstrak. Tak mengherankan jika hal tersebut terjadi, karena tahapan berpikir mereka masih berada pada tahap operasional konkret. Selain itu, di kelas I siswa baru terbiasa belajar untuk merangkai huruf menjadi kata atau kalimat. Sedangkan untuk kelas III  tuntutan kompetensi yang harus dikuasai siswa lebih tinggi. Pembelajaran menulis permulaan di   kelas III sudah dituntut untuk menyatakan ide / pesan secara tertulis. Sedangkan tahap berpikir siswa kelas III masih berada pada tahap operasional konkret. Oleh karena itu banyak siswa kelas III MI/SD menganggap   pembelajaran   menulis   permulaan   itu   sulit.   Hal   tersebut disebabkan karena mereka belum bisa berpikir abstrak.

Setidaknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam menulis permulaan yaitu: (1) motorik, (2) perilaku, (3) persepsi, (4) memori, (5) kemampuan melaksanakan cross modal, (6) penggunaan  tangan  yang  dominan,  dan  (7)  kemampuan  memahami  intruksi. Selain masalah menulis  yang dikemukakan  Lerner, kemampuan menulis anak juga dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. Menurut teori Piaget (dikutip Mutiah, 2012:53-68) perkembangan kognitif anak memiliki beberepa tahap yaitu: tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), dan operasional formal (11-15 tahun) (Abdurrahman, 2012:181)

Selanjutnya penyebab terbatasnya peserta didik dalam kemampuan menulis adalah guru kurang kreatif dalam memilih bahan ajar, metode, dan media pembelajaran. Kreativitas guru sangat  dibutuhkan  dalam  memilih  sumber  belajar  menggunakan  metode  yang sesuai  dengan  kebutuhan,  minat,  perhatian  dan  lingkungan  kehidupan  peserta didik. Dalam pengajaran membaca dan menulis permulaan ada berbagai metode yang dapat di terapakan guru di sekolah dasar. Metode yang dimaksud adalah metode:  Abjad,  Eja/bunyi,  Kata  lembaga,  Global,  Iin-aan,  Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) (Mujiburrahman, 2014:384)

Permasalahan tentang kesulitan peserta didik dalam pembelajaran menulis permulaan tidak terbatas dari hal itu saja. Bahan ajar yang digunakan guru dalam pembelajaran  menulis  permulaan  juga  berpengaruh  terhadap keterbatasan peserta didik dalam menulis. Hal ini karena perubahan kurikulum 2013 yang menerapkan buku tema. Buku tema lebih ditujukan bagi peserta didik yang sudah mampu dalam membaca dan menulis, karena di dalam buku tema tersebut berisi teks-teks bacaan dan tugas-tugas menulis beberapa kata dan kali- mat. Sedangkan persyaratan masuk sekolah yang dibuat Departemen Pendidikan Nasional yaitu sekolah wajib menerima peserta didik yang tidak berasal dari sekolah Taman kanak-kanak asalkan memenuhi beberapa persyaratan yang lain seperti: Berusia 6 tahun, berdomisili diwilayah sekitar sekolah (berdasrakan Kartu Keluarga). Oleh karena itu, banyak peserta didik yang tidak berasal dari taman kanak-kanak dan bisa dikatakan belum mengenal huruf diterima di sekolah. Ketika di kelas 1 mereka belajar dengan buku tema yang basicnya ditujukan untuk peserta didik yang melek huruf.

            Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) adalah Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolahan kelas.

Suprijono (2012:54) menyatakan pembelajaran cooperative adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Sedangkan menurut  Roder dalam (Miftahul Huda, 2014:29) menyatakan: Cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learnees in group in which each learner is held accountable foe his or her own learning and is motivated to increase the learning.

Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada  perubahan  informasi  secara  sosial  diantara  kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajara bertanggung jawab atas pembelajaran anggota-anggota yang lain. Sejalan dengan pendapat tersebut Miftahul huda (2014:31) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan “sebagai pembentukkan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk berkerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran siswa-siswa lainnya”. Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda.

 

Permasalahan  serupa  tentang  kurangnya  keterampilan  menulis  juga terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 05 Merangin dimana kemampuan menulis permulaan siswa kelas III MIN 05 masih sangat rendah. Hal ini dimana siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis permulaan dan kebanyakan siswa merasa bahwa pelajaran menulis permulaan sulit .

Berdasarkan  hasil  observasi  peneliti  di  MIN 05 Merangin, peneliti menemukan bahwa pada kelas III banyak siswa masih memiliki kemampuan  menulis yang rendah. Faktor yang menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar menulis yaitu siswa kurang latihan, dan kemampuan guru yang masih bersifat konvensional, belum menerapkan pembelajaran yang  inovatif,  dimana siswa belum berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran masih berpusat pada guru, selain itu guru belum mampu menerapkan metode pembelajaran secara maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah tindakan pembelajaran dengan metode yang berbeda. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis    permulaan    adalah    dengan    metode pembelajaran  kooperatif  Cooperative   Integrated   Reading   and   Composition (CIRC). Karena metode ini dipandang sebagai metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis permulaan bagi siswa kelas III di MIN 05 Merangin

Berdasarkan  uraian  di  atas,  penulis ingin  mengembangkan  suatu  metode  pembelajaran agar memudahkan dalam menyampaikan suatu pembelajaran yang nantinya dijadikan sebuah metode untuk mempermudah siswa memahami materi pelajaran yaitu menggunkana metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC). Dari latar belakang masalaha diatas, penulis tertarik meneliti lebih jauh permasalahan yang terjadi dilapangan dalam sebuah karya ilmiyah yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Pemulaan Menggunakan Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Pada Pelajaran Tematik Kelas III di MIN 05 Merangin”.

 


B.B.   Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut .

1.  Pembelajaran menulis permulaan masih terpusat pada guru.

2. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis permulaan  masih rendah.

3.  Kemampuan siswa dalam hal menulis permulaan masih rendah.

4. Guru belum menggunakan metode (CIRC) pada saat pembelajaran menulis permulaan, maka materi yang diajarkan guru terkesan abstrak sehingga sulit dipahami siswa.

 

C.C.  Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan menulis pemula pada pelajaran Tematik Kelas III di MIN 05 Merangin.

 

D. D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai bertikut :

1.Ingin mendiskripsikan bagaimanakah meningkatkan  kemampuan menulis      permulaan menggunakan  metode (CIRC)  pada pelajaran Tematik kelas III MIN 05 Merangin

2.Ingin mendiskripsikan apakah  penggunaan  metode (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan siswa kelas III MIN 05 Merangin.

 

E. Manfaat penelitian

Adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Manfaat teoritik

Hasil penelitian ini merupakan salah satu khasanah pembelajaran yang sederhana dan mudah untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis  permulaan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru

        Manfaat   penelitian   ini   bagi   guru   adalah   untuk   memberikan masukan tentang pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami siswa, sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis permulaan.

b. Bagi Siswa

       Manfaat penelitian ini bagi guru adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas III SD dalam menulis permulaan.

c. Bagi Sekolah

Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah sebagai bahan pertimbangan sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran yang berimplikasi pada kemajuan sekolah dan peningkatan kualitas pendidikan.

d. bagi penulis

     Untuk menambah wawasan penulis tentang metode (CIRC) dan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S.1) pada ilmu pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

 


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A. Kajian Teoritis

1. Keterampilan Menulis Permulaan

a. Pengertian menulis

Dalam belajar bahasa ada empat keterampilan yang harus dikuasai, yakni berbicara, menyimak, membaca, dan menulis.    Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang penting   untuk dikuasai dalam belajar bahasa. Pembelajaran menulis diajarkan sejak SD kelas rendah, secara bertahap (Sabarti Akhadiah, 1991/1992:64).

Menulis dalam arti yang sederhana adalah merangkai-rangkai huruf menjadi kata atau kalimat (Zainuddin, 1991:97). Kemampuan menulis berarti kemampuan untuk mengungkapkan gagasan , pendapat, dan  perasaan  kepada  pihak  lain  melalui  bahasa  tulis.  Kemampuan menulis diperoleh melalui proses yang panjang. Dimulai dari mengenal huruf, menyalin huruf, menulis kata, menulis kalimat, menulis paragraf, dan seterusnya sampai menulis karya ilmiah. Tentu saja pada tahap sekolah dasar tahap menulis belumlah kompleks. Karena itu, belajar menulis tersebut, terus dipelajari sampai perguruan tinggi.

Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik dan mengungkapkannya secara tersurat (Sabarti Akhadiah, dkk, 1988). Hal itu  berarti  dalam  menulis  gagasan  diungkapkan  secara  terstruktur. Sedangkan,  Zainuddin  (1992:97)  memaparkan  bahwa  menulis  adalah merangkai-rangkai huruf mejadi kata atau kalimat. Selanjutnya, Tample 1988  (Saleh Abbas, 2006:127) menerangkan bahwa menulis adalah proses berpikir yang berkesinambungan, mulai dari mencoba, dan sampai dengan mengulas kembali. Menulis sebagai proses berpikir berarti bahwa sebelum dan atau saat setelah menuangkan gagasan dan perasaan secara tertulis diperlukan keterlibatan proses berpikir.

8

Berbeda dengan pendapat Pappas 1994 (Saleh Abbas, 2006:127) menulis merupakan aktivitas yang bersifat aktif, konstruktif, dan menuangkan  gagasan  berdasarkan  skemata,  pengetahuan  dan pengalaman yang dimiliki secara tertulis. Dalam proses tersebut, diperlukan kesungguhan mengolah, menata, mempertimbangkan secara kritis   dan   menata   ulang   gagasan   yang   dicurahkan.   Hal   tersebut diperlukan agar tulisan yang dihasilkan dapat terpahami pembaca dengan baik.  Sedangkan,  Djago  Tarigan  1983  (Haryadi,  1996:77) mengemukakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafis tersebut, kalau siswa memahami bahasa dan lambang grafis tersebut.

Sabarti  Akhadiah  1998  (Ahmad  Rofi’uddin  dkk,  1998:262) menyebutkan    bahwa  menulis   dapat  diartikan sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau  perasaan ke dalam lambang- lambang kebahasaan. Dengan menulis, maka ide, gagasan, pikiran, atau perasaan dapat diketahui oleh orang lain tanpa harus mengatakannya kepada orang tersebut, jika orang yang membaca tulisan memahami lambang kebahasaan tersebut.

Kemampuan atau keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapakan  gagasan, pendapat, dan  perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis (Saleh Abbas, 2006:125). Dengan menulis maka seseorang akan dapat mengungkapkan ide ataupun sesuatu yang ada dalam pikirannya ke dalam lambang grafis, dengan tujuan orang lain dapat membaca apa yang telah diungkapkan.

Selanjutnya, Saleh Abbas (2006:126) mengungkapkan bahwa belajar  menulis  secara  konvensional  diartikan  sebagai  belajar menuliskan sesuatu dalam sistem tulisan tertentu yang dapat dibaca oleh orang yang telah menguasai sistem itu. Melalui tulisan, seseorang akan dapat mengungkapkan gagasan maupun perasaannya kepada orang lain melalui lambang-lambang grafis, tanpa harus bertemu langsung dengan orang lain tersebut. Orang akan mengetahui gagasan atau perasaan orang lain lewat tulisan jika orang itu memahami bahasa dan lambang grafis yang digunakan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah serangkaian kegiatan menuangkan ide/ pikiran maupun perasaannya ke dalam lambang grafis, dengan tujuan orang lain dapat mengetahui ide/ pikiran maupun perasaanya tersebut jika orang yang membaca memahami bahasa dan lambang grafis tersebut. Supaya orang yang membaca dapat memahami isi tulisan, maka menulis harus menggunakan aturan.

b. Tujuan menulis

Pembelajaran menulis dilaksanakan sejak dini, yakni sejak SD kelas rendah. Hal tersebut dilakukan mengingat betapa pentingnya kemampuan menulis itu. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan sesuatu yang ada dalam pikirannya, sehingga dapat dibaca oleh orang lain. Untuk mempelajari ilmu yang lain tidak bisa lepas dari menulis.

Kemampuan menulis yang siswa miliki memungkinkan siswa untuk mengkomunikasikan ide, penghayatan dan pengalaman ke berbagai pihak, terlepas dari ikatan waktu  dan  tempat.  Berkomunikasi  tidaklah hanya  dengan  berbicara, tetapi menulis juga merupakan salah satu bentuk dari komunikasi. Sebagai contoh, untuk berkomunikasi dengan suatu instansi biasanya memakai surat. Tulisan jangkauannya juga lebih luas dibandingkan hanya dengan berbicara. Misalnya, tulisan di surat kabar akan menjangkau semua pembaca surat kabar tersebut walaupun pembaca berada di tempat yang jauh. (Darmiyati, dkk. (1996:123) Jadi menulis bertujuan agar seseorang dapat mengkomunikasikan ide,  penghayatan  dan  pengalaman  ke  berbagai  pihak,  terlepas  dari ikatan waktu dan tempat. Selain itu, menulis juga bertujuan untuk dapat memahami bahasa komunikasi. Dengan belajar    menulis, maka seseorang   akan   dapat   melakukan   komunikasi   dalam   kehidupan sosialnya sehari–hari.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi menulis

Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak menulis, seperti berikut.

1). Motorik

Anak yang  perkembangan  motoriknya  belum  matang atau  mengalami  gangguan,  akan  mengalami  kesulitan menulis. Tulisannya tidak jelas, terputus-putus atau tidak mengikuti garis.

 

 

 

2). Perilaku

Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan menulis.

3). Persepsi

Anak  yang terganggu  persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya yang terganggu, memungkinkan anak sulit membedakan bentuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti “d” dengan “b”, “p” dengan “q”, “h” dengan “n” atau “m” dengan “w”. Jika persepsi auditorisnya yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menuliskan kata-kata yang diucapkan guru.

4). Memori

Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. (Lerner 1985:402)

d. Manfaat menulis

Kemampuan baca tulis dikenal sebagai kunci pembuka untuk memasuki dunia yang lebih luas. Seperti yang dikemukakan oleh Ahmad Rofi’uddin bahwa melalui pengajaran baca-tulis yang baik akan dapat dipacu penguasaan kemampuan berpikir kritis - kreatif dan perkembangan dimensi afektif dapat dioptimalkan. Itu berarti, selain membaca, menulis juga sangat penting manfaatnya bagi siswa. (Ahmad Rofi’uddin, 1998: 37). Dengan tulisan, maka gagasan/ ide dapat diketahui oleh orang lain tanpa harus bertemu langsung. Anak juga akan dapat berpikir kritis dan kreatif dengan menuangkan gagasannya/ pemikirannya ke dalam tulisan secara sistematis.  Kemampuan  afektif anak  pun  dapat  dikembangkan melalui menulis, yakni kemampuan siswa mengembangkan perasaan dan emosinya secara lebih professional dan bertanggung jawab kearah tercapainya keseimbangan antara rasio, indera, persepsi imajinasi, dan karsa.

e. Prinsip-prinsip perkembangan menulis

 Perkembangan menulis mengikuti prinsip - prinsip berikut.

 

 

1). Prinsip keterulangan

Siswa menyadari bahwa suatu kata bentuk yang sama terjadi berulang-ulang.  Siswa  memperagakannya  dengan  cara menggunakan suatu bentuk secara berulang-ulang.

2). Prinsip generatif

Anak menyadari bentuk-bentuk tulisan secara lebih rinci, menggunakan beberapa huruf dalam kombinasi dan pola yang beragam. Mereka mulai memperhatikan adanya keteraturan huruf dalam suatu kata.

3).  Konsep tanda

Anak memahami kearbriteran  tanda-tanda dalam bahasa tulis. Untuk mempermudah kegiatan komunikasi, orang dewasa perlu menghubungkan benda tertentu dengan kata yang mewakilinya.

4). Fleksibilitas

Anak menyadari bahwa suatu tanda secara fleksibel dapat berupa tanda yang lain, dengan menambahkan tanda-tanda tertentu.

5). Arah tanda

Anak menyadari bahwa tulisan bersifat linier, bergerak dari satu huruf ke huruf yang lain sampai membentuk suatu kata, dari arah kiri menuju ke arah kanan, bergerak dari baris yang satu menuju baris yang lain. (Ahmad Rofiuddin  dan  Darmiyati  Zuchdi,  1998:77)

f. Kajian Menulis Permulaan

Anak-anak sudah terdorong untuk menulis jauh sebelum anak masuk TK. Anak sering kelihatan memegang alat tulis dan sibuk menulis. Hasil tulisannya walaupun masih berupa corat-coret atau gambar, jika anak ditanya menulis apa, anak akan menjawab sesuai dengan apa yang mereka maksudkan. Anak menulis dengan cara anak sendiri. Hal ini sebagai bukti bahwa anak sudah belajar menulis secara alami di rumah dan di masyarakat. Begitu anak mulai belajar menggunakan simbol-simbol untuk kata-kata, anak menyadari   bahwa tulisan itu memiliki makna.

Menulis permulaan adalah tujuan sementara yang kemudian diharapkan siswa akan berkembang dan menggunakan kemampuan menulisnya untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan pribadinya lebih lanjut (Sabarti Akhdiah, 1991:75). Pembelajaran menulis permulaan difokuskan pada: penulisan huruf, penulisan kata, penulisan kalimat sederhana, dan penulisan tanda baca. Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1998/ 1999: 80) juga mengemukakan bahwa menulis permulaan difokuskan pada penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan kalimat sederhana, dan tanda baca (huruf capital, titik, koma, dan tanda tanya). Sedangkan Sabarti Akhadiah (1992:66) menyatakan  bahwa  siswa  kelas  2  SD  diharapkan  dapat  menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan dapat menyatakan ide/ pesan secara tertulis.

Kemampuan menulis permulaan merupakan keterampilan yang harus dikuasai siswa sekolah dasar sejak dini, karena keterampilan menulis permulaan merupakan keterampilan yang sangat mendasar bagi siswa sekolah dasar. Menulis permulaan merupakan keterampilan menulis yang diajarkan pada kelas rendah, yakni kelas I dan II sekolah dasar sebagai pembelajaran menulis pada tingkat dasar. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh siswa pada pembelajaran menulis permulaan tersebut akan menjadi dasar dalam peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa pada jenjang selanjutnya. Apabila pembelajaran menulis permulaan yang dikatakan sebagai acuan dasar tersebut baik dan kuat, maka diharapkan hasil pengembangan keterampilan menulis sampai tingkat selanjutnya akan menjadi baik pula.

Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997:62) menjelaskan bahwa kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahsa tulis yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan, dalam hal ini mennghasilkan  tulisan.  Menulis  merupakan  kegiatan  yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan antara lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan  mengungkapkan  pikiran  atau  gagasan  secara  jelas, dengan   menggunakan   bahasa   yang   efektif,   dan   kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis dengan baik.

Pernyataan tersebut ditegaskan, bahwa kemampuan menulis dapat diperoleh melalui proses yang panjang. Sebelum sampai pada tingkat mampu  menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal, tingkat permulaan, mulai dari pengenalan lambang-lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pada tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan itu, akan menjadi dasar peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa selanjutnya. Apabila dasar itu baik, kuat, maka dapat diharapkan hasil pengembangannya pun akan baik pula, dan apabila dasar itu kurang baik atau lemah, maka dapat diperkirakan hasil pengembangannya akan kurang baik juga.

g. Tahap-tahap perkembangan menulis

Tahapan-tahapan perkembangan  menulis  anak  adalah  tahap  mencoret  dan  menggores pengulangan  linear,  huruf  acak,  menulis  fonetik,  eja  transisi,  dan  eja konvensional. Adapun dapat dijelaskan sebagai berikut:

1). Tahap mencoret dan menggores (scrible stage)

Pada tahap ini anak mulai membuat coretan. Bagi anak, coretan itu adalah sebuah tulisan yang bermakna. Pada tahap ini, tulisan  guru  dan  orang  tua  sangat  dibutuhkan  sebagai  model menulis bagi anak.

2). Tahap pengulangan linear (linear repetitive stage)

Tahap ini anak “menulis dengan bentuk linear dan menangkap kesan bahwa kata-kata ada yang berbentuk panjang, dan ada pula yang pendek. “kata-kata” itu diwujudkan dalam garis bergelombang panjang atau pendek. Pada tahap ini anak membutuhkan dukungan, sehingga garis-garis bergelombang itu mudah membentuk huruf-huruf.

3). Tahap huruf acak (random letter stage)

Pada tahap  ini  anak  mulai  menuliskan  huruf-huruf  yang walaupun bukan kata-kata yang konvensional, tetapi bagi mereka adalah kata-kata.

4). Tahap menulis fonetik (phonetik writing stage)

       Pada tahap ini, anak mulai menghubungkan bentuk tulisan dengan bunyinya. Tahap ini disebut menulis nama huruf karena anak menuliskan huruf-huruf yang nama dan bunyinya sama.

5). Tahap eja transisi (transitional spelling stage)

Pada tahap ini anak mulai belajar tentang sistem tulisan, yaitu bahasa tulis yang konvensional. Mereka mulai melafalkan huruf-huruf dalam rangkaian kata secara konvensional.

6). Tahap eja konvensional (conventional spelling stage)

Pada tahap ini anak dapat menulisdengan bentuk yang konfensional. Kata mendung  misalnya ditulis “mendunng”dan bukan “mendong”. (Tadkiroatun    Musfiroh    (2009:6)

h. Teknik pengajaran menulis permulaan

Teknik strategi pengajaran menulis permulaan antara lain adalah ; mengeblat, menghubungkan titik-titik, menyalin, dan dikte. Adapun dapat dijelaskan sebagai berikut:

1). Mengeblat

Pengajaran mengeblat adalah menirukan atau menebalkan suatu  tulisan  yang  telah  ada.  Pengajaran  mengeblat  ini dimaksudkan untuk melatih gerakan jari-jari siswa dalam menulis suatu   tulisan.   Langkah-langkah   pengerjaannya   adalah   guru membagikan kertas yang bertuliskan beberapa kata atau huruf dengan tulisan tipis. Selanjutnya siswa diinstruksikan untuk menebalkan tulisan tersebut. dalam hal ini, guru hendaknya memperhatikan cara siswa ketika memegang pensil, sikap duduk dan proses penulisan. Guru hendaknya juga memberikan dorongan dan bimbingan kepada siswa.

2). Menghubungkan titik-titik

Untuk melatih siswa menulis permulaan dapat juga dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk huruf atau tulisan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih jari-jari siswa dalam menuliskan suatu tulisan.

3). Menyalin

Apabila siswa dianggap guru telah terlatih dalam mengkoordinasikan mata, ingatan dan jari-jarinya. Langkah selanjutnya adalah menyalin tulisan. Tulisan yang disalin tersebut dapat berupa hasil yang terdapat dalam buku pelajaran atau tulisan guru di papan tulis.

4). Dikte

Dikte adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan agar apa yang dilisankan oleh guru ditulis oleh siswa. Dikte dalam pembelajaran  menulis  bertujuan  untuk  mengetahui  sejauh  mana hal-hal yang telah dipelajari siswa sungguh-sungguh sudah melekat pada pola ingatannya atau belum.

5.   Melengkapi

Untuk melatih siswa menulis permulaan dapat juga dengan malakukan latihan melengkapi. Latihan melengkapi yaitu melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, kata, atau kata) yang sengaja dihilangkan. Teknik ini akan melatih inngatan anak dalam menuliskan huruf. (Purwanto, 2000: 25)

 

i. Indikator Menulis

            Menulis merupakan   keterampilan   yang   kompleks   dan   sulit dukuasai. Indikator menulis menghendaki penguasaan bebagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi unsur karangan. Baik unsur bahasa atau unsur isi pesan harus terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut, padu, dan berisi. (Nurgiyantoro, 2010:422). Secara lebih rinci indikator menulis yaitu bermakna, jelas, bulat atatu utuh, ekonomis, dan memenuhi kaidah-kaidah gramatikal. (Fachruddin,1988: 8)

a. Bermakna

            Karangan yang baik harus mampu menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi seseorang dan memberikan bukti terhadap apa yang dikatakannya itu. Karangan harus memiliki makna dan meninggalkan  kesan  bagi  pembaca.  Karangan  yang  tidak meninggalkan  makna  atau  kesan  akan  cenderung sia-sia,  meskipun karangan itu ditulis dengan baik dan benar.

b. Jelas

            Tulisan dapat dikatakan jelas jika itu mudah dipahami maknanya dan tidak membuat bingung pembacanya. Tulisan yang memiliki makna sumbang akan cenderung membuat tujuan penulis tidak tersampaikan kepada pembaca, dan bahkan dapat menimbulkan perbedaan persepsi antara pembaca dan penulis.

c. Padu dan Utuh

            Sebuah tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutikarangan  dengan  mudah  karena  tulisan  itu  terorganisir dengan   jelas.   Antara   paragraf   satu   dengan   yang   lain   saling berhubungan satu sama lain dan tidak melompat-lompat.

 

d. Ekonomis

            Sebuah karangan dikatakan ekonomis jika kalimat-kalimat di dalamnya banyak menggunakan kalimat efektif. Seorang penulis karangan harus mampu mengurangi kata-kata yang berlebihan jika tujuan utamanya adalah memberi informasi. karangan yang tidak ekonomis akan cenderung membuat waktu pembaca hilang terbuang sia-sia.

e. Mengikuti Kaidah Gramatika

            Karangan  yang  mengikuti  kaidah  gramatika  adalah  tulisan yang di dalamnya menggunakan kata-kata baku yang sesuai dengan EYD. Pemakaian bahasa baku akan membantu pembaca untuk memahami isi tulisan, karena bahasa baku dapat mudah dipahami oleh masyarakat  karena  sudah  dipelajarai  sejak  Sekolah  Dasar  hingga

Perguruan Tinggi.

 

2. Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)

a. Pengertian Metode (CIRC)

Metode CIRC merupakan suatu program komprehensif untuk pengajaran

membaca dan menulis pada kelas-kelas rendah maupun kelas tinggi. Siswa bekerja dalam tim belajar kooperatif yang beranggotakan empat orang (Nur, 2005: 12). Siswa terlibat dalam rangkaian kegiatan bersama, saling membacakan satu sama lain, menulis tanggapan terhadap isi bacaan, membuat ikhtisar, berlatih pengejaan, dan pembendaharaan kata. Metode CIRCadalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif-kelompok (Suyatno, 2009: 8).

Metode (CIRC) merupakan singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition. Dimana cooperative merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama satu sama lain lalu integrated yang berarti terpadu atau suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam mata pelajaran. Reading artinya membaca  yang dimana membaca disini fokus dalam pemahaman siswa dalam membaca teks cerita maupun kosakata. Sedangkan composition/komposisi yang artinya menulis yaitu siswa mampu menyimpulkan isi dari teks cerita tersebut lalu

menulisnya.

Pada metode ini siswa dibentuk kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap wacana dengan langkah langkah sebagai berikut; (1) membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen, (2) guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran, (3) siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada kertas, (4) mempresentasikan hasil kelompok, (5) guru membuat kesimpulan, (6) refleksi

 Dari beberapa pendapat diatas maka dapat Dapat  disimpulkan  CIRC  merupakan  salah  satu  model  pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis, dimana peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dalam membaca,  menulis,  memahami  kosakata  dan  seni  berbahasa.  Fokus  utama kegiatan CIRC adalah membuat penggunaan waktu menjadi lebih efektif. Siswa dikondisikan dalam tim-tim kooperatif yang kemudian dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya memenuhi tujuan lain seperti pemahaman membaca,   kosakata,   pembacaan   pesan,   dan   ejaan.   Dengan   begitu   siswa termotivasi untuk saling bekerja sama dalam sebuah tim.

b. Unsur-unsur Metode CIRC

Unsur-unsur utama dalam CIRC adalah :

1.      Para siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok menulis yang terdiri atas 2-3 orang berdasarkan tingkat kemampuan membaca mereka yang heterogen. Proses pembentukan kelompok seharusnya ditentukan oleh guru agar kemampuan membaca para peserta didik dalam satu kelompok benar-benar berbeda satu sama lain

2.      Peserta didik ditempatkan berpasangan di dalam kelompok menulis mereka. Dan selanjutnya, pasangan-pasangan tersebut dibagi ke dalam tim yang terdiri dari pasangan-pasangan dari dua kelompok menulis yang berbeda. Misalnya, sebuah tim terdiri dari dua siswa yang memiliki kemampuan menulis tingkat tinggi dan dua orang siswa yang memiliki kemampuan membaca tingkat rendah

3.      Seni berbahasa dan Menulis Terintegrasi. Bagian ini penekanannya adalah pada proses menulis, kemampuan mekanika bahasa yang diperkenalkan sebagai tambahan khusus terhadap pelajaran menulis. Pada bagian ini siswa diminta untuk membuat konsep karangan setelah berkonsultasi dengan teman satu tim dan kepada guru mengenai gagasan-gagasan mereka, rencana pengaturan, bekerja sama dengan teman satu tim untuk merevisi isi karangan mereka, kemudian saling menyunting pekerjaan antara satu dengan yang lainnya menggunakan formulir penyuntingan yang menekankan pada kebenaran tata bahasa dan mekanika bahasa. Pada akhirnya, para siswa akan menerbitkan karangan akhir mereka dalam buku-buku tim atau kelas. (Robert E. Slavin, 2009:209)

 

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode CIRC

            Adapun Kelebihan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) menurut Slavin adalah :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC amat tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pembelajaran. 

2. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.

3. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok.

4. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaan. 

5. Membantu siswa yang lemah dalam memahami tugas yang diberikan

6.  Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. (Izzaaljannah, 2017:13)

 

            Adapun kekurangan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah dimana metode CIRC adalah pada saat presentasi, hanya siswa yang aktif, yang tampil memerlukan waktu yang relatif lama, adanya kegiatan-kegiatan kelompok yang tidak bisa berjalan seperti apa yang diharapkan. Akan tetapi,  Penggunaan model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) menimbulkan sebuah masalah yaitu apabila guru sedang mengajarkan satu kelompok membaca, siswa lain di dalam kelas tersebut harus diberikan kegiatan-kegiatan yang dapat mereka selesaikan dengan sedikit pengarahan dari guru. Hal ini dapat dihindari apabila guru bisa mengelola waktu dan kelas secara baik. Pembelajaran dengan metode ini dapat efektif apabila dilakukan dengan periode

yang panjang.

 

3. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

    Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe atau jenis dari model pembelajaran terpadu. Menurut Depdiknas,  istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa  mata  pelajaran  sehingga  dapat  memberikan  pengalaman bermakna kepada siswa. (Trianto. 2013: 147).

        Kurikulum terpadu adalah kurikulum di mana para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek- aspek tertentu dari lingkungan mereka. Ia melihat pertautan antara kemanusiaan, seni komunikasi, ilmu pengetahuan alam, matematika, studi sosial, musik, dan seni. Keterampilan pengetahuan dikembangkan dan diterapkan di lebih dari satu wilayah studi. (Trianto. 2013: 148).

b. Model Pembelajaran Tematik

Ada  tiga  pembelajaran  tematik  yang  dipilih  dan  dikembangkan  di program Pendidikan Guru Sekolah, yaitu:

1)  Model keterhubungan (connected)

Model keterhubungan (connected) ialah model pembelajaran yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan   konsep   lain,   satu   topik   dengan   topik   lain,   satu keterampilan  dengan  keterampilan  lain,  tugas-tugas  yang dilakukan pada satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan pada hari  berikutnya,  bahkan  ide-ide  yang  dipelajari  yang  dipelajari pada  satu  semester  dengan  ide-ide  yang  akan  dipelajari  padasemester  berikutnya  di  dalam  satu  bidang  studi. 

2)  Model jaring laba-laba (webbed)

Model jaring laba-laba (webbed) merupakan model pembelajaran tematik  yang pengembangannya  dimulai  dengan  menentukan tema. Tema  bisa  ditetapkan  dengan  negosiasi  antara  guru  dan siswa, tetapi dapat pula dengan diskusi sesama guru. Setelah tema disepakati, dikembangkan sub-subtemanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan  aktivitas  belajar  yang  harus  dilakukan  siswa.

3)  Model keterpaduan (integrated)

Model keterpaduan (integrated) merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar-bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep,  sikap  yang  saling  tumpang  tindih  di  dalam  beberapa bidang studi. Berbeda dengan model jaring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, dalam model keterpaduan yang berkaitan dan bertumpang tindih merupakan hal yang terakhir ingin dicari dan dipilih oleh guru  dalam  tahap  perencanaan  program.  Pertama  kali  guru menyeleksi    konsep-konsep,    keterampilan,    dan    sikap    yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi. Selanjutnya dipilih beberapa konsep keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai bidang studi. Tokoh yang mengembangkan model ini adalah John Milton. (Abdul Majid, 201476-77)

 

B. Kerangka Berfikir

Kerangka pikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis peraturan antara variabelyang akan diteliti. Jadi secara  teoritis  perlu  dijelaskan  hubungan  antar  variabel  independen  dan dependen. Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih biasanya  dirumuskan hipotesis yang bebentuk komparasi maupun hubungan. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa menyakinkan sesama ilmuan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam   membangun   suatu   kerangka   berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. (Sugiyono,2016: 92)

Kemampuan menulis anak masih rendah sebab anak belum mampu menulis huruf dengan baik. Akibatnya, ketika menulis memerlukan  waktu yang lama. Hal ini didukung oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang  bervariasi  selama proses pembelajaran menulis.

Melihat  situasi  tersebut  maka  perlu  dilakukan  pemecahan  masalah yang bersangkutan dengan motorik siswa. Dalam hal ini, fokus masalah yang diteliti yaitu pada hambatan motorik halus tepatnya dalam kegiatan menulis. Pada penelitian ini peneliti memilih metode (CIRC) untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Teknik SAS memiliki banyak variasi latihan yang menarik dan disukai oleh siswa. Melalui metode (CIRC)  dimungkinkan  dapat  melatih  gerakan-gerakan otot-otot pergelangan tangan dan jari-jemari menjadi lebih lentur sehingga mengurangi kekakuan yang dialami oleh siswa agar tulisan anak menjadi lebih rapi dan jelas untuk dibaca.

Guru

-Teknik yang digunakan lebih bervariasi

 

Murid

- Siswa menunjukan sikap antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis

permulaan

Kondisi Awal

Pembelajaran menulis

permulaan di kelas II SD/MI

Guru

- Teknik yang digunakan kurang bervariasi Pembelajaran menulis permulaan di kelas II SD/MI

Murid

- Kurang antusias dan bersemangat dalam memgikuti pembelajaran menulis permulaan

Menghubungkan titik-titik

Menyalin

Proses

tindakan

Penerapan Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)

Kondisi akhir

Hasil menulis meningkat

Siklus I dan siklus II

 


 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 


 

 


 

 

 

 

 

 

 

 


(Gambar. 1.2: Alur kerangka pikir dalam penelitian)


C.  Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan bahwa Penerapan Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan siswa pada pelajaran Tematik Kelas III di MIN 05 Merangin

 

D. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan metode (CIRC) dengan hasil sebagai berikut:

1. Dwi  indrianty yang berjudul  penerapan metode  SAS (Struktural Analitik Sintetik) untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 1 SDN 88 pekanbaru. Hasil yang dilakukan diperoleh pada siklus satu, yakni 60% pertemuan 1 kategori cukup, 75% pertemuan II kategori baik meningkat pada siklus II dengan kategori 80% pertemuan I kategori baik, dan 95% pertemuan II kategori sangat baik.

2. Muhsin yang berjudul upaya meningkatkan kemampuan menulis permulaan siswa melalui metode (CIRC) siswa kelas 1 SDN Tondo Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali. Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh pada siklus I daya serap klasikal 50,00% dana ketuntasan belajar klasikal 33,33%. Pada siklus II terjadi peningkatan dengan perolehan daya serap klasikal 78,88% sedangkan ketuntasan belajar klasikal 100%.

3. Sri Oktaviani Sude terhadap siswa Kelas III SDN 6 Limboto Barat Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa penggunaan metode (CIRC) sangat efektif untuk digunakan dalam meningkatkan kemampuan menulis permulaan siswa. Pelaksanaan pembelajaran menulis yang dilakukan oleh Sri Oktaviani Sude yaitu dengan menyuruh sebagian siswa menuliskan kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata, dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti.

    Dari beberapa hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat  meningkatkan  kemampuan  menulis  permulaan  di  kelas  rendah SD/MI.

BAB III

METODE PENELITIAN

 

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin yang beralamat di Jalan Bangko-Kerinci KM.43 Kelurahan Sungai Manau Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022 dan pelaksaannya di sesuaikan dengan jam mata Bahasa Indonesia.

 

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian tindakan kelas (class room action research). Penelitian tinakan kelas dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut  dengan  cara  melakukan  berbagai  tindakan  yang  terencana  dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. (Wina Sanjaya (2009: 20). Pendapat lain, penelitian tindakan kelas adalah pemberian tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. (Suharsimi Arikunto (2010: 4)

Selanjutnya   I.G.A.K   Wardani,   Kuswaya   Wihardit;   Noehi   Nasution merumuskan   pengertian   penelitian   tindakan   kelas   sebagai   berikut: penelitian  tindakan  kelas  adalah  yang  dilakukan  oleh  guru  di  dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehinggahasil belajar siswa menjadi meningkat”. Penelitian tindakan kelas (PTK) sangat bermanfaat bagi guru,pembelajaran siswa, serta bagi sekolah.(Igak Wardani, 2010:136)

24

Penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok pada ranah praktis yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas kinerja melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.

Bentuk Penelitian Tindakan Kelas yang dipilih adalah bentuk kolaborasi antara guru dan peneliti  dimana  guru  kelas  yang melakukan  tindakan  dan  peneliti  sebagai pengama (artisipant), hal ini dimaksud agar penelitian bersifat objektif. Pelaksanaan penelitian ini melalui proses pengkajian bersama yang terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Daur PTK ditujukan sebagai  perubahan  atas  hasil  refleksi  tindakan  sebelumnya  yang dianggap belum berhasil, maka masalah tersebut dipecahkan kembali dengan mengikuti daur sebelumnya. Berikut ini merupakan visuali CIRCi dari model yang dikembangkan Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010:132).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(Gambar 2 : Model Penelitian Tindakan Kelas)

 

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian  ini adalah guru dan siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin  serta  proses kegiatan   belajar   mengajar   dalam   pembelajaran   bahasa   Indonesia khususnya keterampilan menulis permulaan, berupa teknik, situasi belajar dan kondisi siswa. Jumlah siswa yang berada di Kelas III (dua) ini adalah 20 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.

 

D. Prosedur Penelitian

        Desain peneltian ini mengacu kepada model penelitian tindakan kelas yang   terdiri   dari   4   (empat)   komponen   yaitu   perencanaan,   tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara bersiklus dimana apabila siklus yang pertama belum berhasil maka akan di lakukan siklus yang kedua dan siklus selanjutnya apabila masih diperlukan. Setiap siklus dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Namun sebelum melakukan siklus   terlebuh dahulu dilakukan tes pra tindakan. Berikut dipaparkan siklus yang akan dilaksanakan:

Siklus I

1. Perencanaan

           Adapun  kegiatan  yang  dilakukan  dalam  tahap  perencanaan  ini  adalah sebagai berikut :

a. Mendiskusikan pelaksanaan teknik latihan graphomotor pada menulis permulaan  yang  akan  diajarkan  pada  proses  tindakan  dengan  guru kelas

b. Membuat  rencana  pelaksanaan   pembelajaran  dengan  menerapkan teknik

c. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi proses belajar mengajar di  kelas  pada saat  teknik  graphomotor diterapkan dalam menulis permulaan.

d. Menyiapkan  tes  kemampuan  menulis  permulaan  pra  tindakan  dan pasca tindakan latihan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis permulaan melalui teknik latihan graphomotor.

 

2. Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan pertama:

a. Guru  menjelaskan  kegiatan  pembelajaran  yang  akan  dilaksanakan yakni menulis permulaan dengan menggunakan metode CIRC

b. Guru  menjelaskan  tentang  cara  memegang  alat  tulis  serta  teknik menulis yang baik dan benar

 

c. Guru  memberikan  contoh  latihan menggunakan metode CIRC  yakni  latihan menarik garis horisontal, vertikal dan garis miring dari segala arah.

d. Siswa  diarahkan  untuk  menirukan  contoh  dan  guru  membimbing secara klasikal

e.   Guru   memberikan   contoh   menghubungkan   titik-titik   sesui   pola kemudiaan meminta siswa menirukanya

f.  Guru memberikan tes kemampuan menghubungkan titik-titik sesuai pola (huruf abjad kapital, huruf abjad kecil, suku kata, kata dan kalimat sederhana)

g. Guru   melakukan   refleksi   kegiatan   dengan   cara   mengungkapkan perasaan dan pendapatnya

h. Guru  bersama siswa membuat  kesimpulan  rangkuman  hasil  belajar yang telah dilakukan.

Pertemuan kedua:

a. Guru  menjelaskan  kegiatan  pembelajaranyang  akan  dilaksanakan yakni menulis permulaan dengan menggunakan teknik latihan graphomotor.

b. Guru  menjelaskan  tentang  cara  memegang  alat  tulis  serta  teknik menulis yang baik dan benar.

c. Guru  memberikan  contoh  latihan teknik  graphomotor  yakni  latihan menarik  garis  secara  bergelombang  dari  satu  gelombang  sampai gelombang berliku-liku.

d. Siswa  diarahkan  untuk  menirukan  contoh  dan  guru  membimbing secara klasikal.

e. Guru memberikan contoh menyalin huruf besar, huruf kecil dan suku kata kemudian mengarahkan siswa untuk mengikutinya.

f.  Guru   memberikan   tes   kemampuan   menulis   permulaan   dengan menyalin huruf besar, huruf kecil dan suku kata.

g.   Guru   melakukan   refleksi   kegiatan   dengan   cara   mengungkapkan perasaan dan pendapatnya.

h. Guru  bersama  siswa  membuat  kesimpulan  rangkuman  hasilbelajar yang telah dilakukan.

Pertemuan ketiga:

a. Guru  menjelaskan  kegiatan  pembelajaranyang  akan  dilaksanakan yakni menulis permulaan dengan menggunakan metode CIRC.

b. Guru  menjelaskan  tentang  cara  memegang  alat  tulis  serta  teknik menulis yang baik dan benar.

c. Guru  memberikan  contoh  latihan teknik  graphomotor  yakni  latihan membentuk  gambar  geometri  sederhana  seperti  segitiga,  persegi, peregi panjang dan lingkaran, dilanjutkan dengan latihan menarik garis secara keseluruhan dengan bentuk yang lebih rumit.

d.  Siswa  diarahkan  untuk  menirukan  contoh  dan  guru  membimbing secara klasikal

e. Guru  memberikan  contoh  menyalin  kata  dan  kalimat  sederhana kemudian mengarahkan siswa untuk mengikutinya.

f. Guru   memberikan   tes   kemampuan   menyalin   kata   dan   kalimat sederhana.

g. Guru   melakukan   refleksi   kegiatan   dengan   cara   mengungkapkan perasaan dan pendapatnya.

h. Guru  bersama siswa membuat  kesimpulan  rangkuman  hasil  belajar yang telah dilakukan.

 

3. Observasi

         Tahap observasi atau pengamatan merupakan kegiatan mengamati proses pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan melalui penerapan metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) siswa Kelas III MIN 05 Kabupaten Merangin mulai dari kegiatan awal, kegiatan akhir hingga kegiatan akhir  dalam  pembelajaran.  Kegiatan  observasi  dilakukan  oleh peneliti selaku partisipan observer.

4. Refleksi

         Refleksi  yang digunakan  oleh peneliti  untuk  menganalisis  hasil pengamatan pada proses pembelajaran, sehingga melalui kegiatan ini peneliti dapat mengetahui peningkatan kemampuan menulis permulaan siswa melalui metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC). Peningkatan diketahui melalui hasil tes kemampuan menulis permualaan, observasi siswa dan kinerja guru  selama  proses  tindakan.  Kegiatan refleksi  dilakukan  setiap  akhir pertemuan pada setiap tahap pembelajaran. Dalam kegiatan ini seluruh informasi yang berhasil di himpun selanjutnya dikaji dan dibahas bersama dengan guru. Hasil analisis data yang dilaksanakan akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

         Kemampuan siswa dikatakan meningkat apabila nilai pasca tindakan lebih baik dibanding dengan nilai pra tindakan dan dapat mencapai KKM yaitu sebesa   ≥70 dengan kategori tinggi. Akan tetapi, jika dalam pelaksanaan siklus I masih terdapat   kendala-kendala   maka   perlu   dilakukan   siklus   II   untuk memperbaiki  kendala  yang  terjadi  dengan  memodifikasi  atau menambahkan rancangan rencana tindakan. Pemberian tidakan pembelajaran akan dilaksanakan dalam beberapa siklus sampai ketika tujuan dari penelitian ini dapat tercapai yaitu meningkatnya kemampuan menulis permulaan melalui metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) pada  siswa Kelas III MIN 05 Merangin.

 

E. Instrument Penelitian

         Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan diginakan oleh peneliti dalam kegiatanya menumpulkan  data  agar  kegiatan  tersebut  menjadi  sistematis  dan  mudah dalam mengolahnya. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan  data dalam  penelitian  tindakan  kelas  ini  berupa instrumen observasi dan instrumen tes. (Suharsimi Arikunto, 2006: 160).

1. Instrumen observasi

         Instrumen observasi ini berfungsi untuk menhimpun data penting atau aktivitas yang dijadikan sebagai penguat dalam membuat kesimpulan. Dalam panduan observasi, terdapat dua hal yang diamati pada penelitian ini yaitu observasi kinerja guru dan observasi aktifitas murid.

2. Instrumen tes

         Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja, yaitu tes yang dilakukan dengan cara siswa menjawab beberapa item soal dengan cara tertulis. Pembuatan naskah tes penguasaan materi menulis permulaan menggunakan kisi-kisi yang sudah di diskusikan dan ditentukan oleh guru dan peneliti aspek yang diukur  yaitu aspek menghubungkan titik-titik dan menyalin. Masing-masing aspek terdiri dari lima indikator (abjad besar, abjad kecil, suku kata kata dan kalimat sederhana.

 

F. Teknik Pengumpulan Data

         Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. (Sudaryono, dkk (2012: 29). Teknik pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh keterangan dan informasi yang dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik observasi dan tes hasil belajar.

 1. Observasi

         Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Teknik pengumpulan data dengan observasi  digunakan  apabilapenelitian  berkenaan  dengan  perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2012: 203). Tujuan observasi pada penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlibatan siswa dan kinerja guru dalam mengikuti pembelajaran menulis permulaan menggunakan teknik latihan graphomotor.

2. Tes

         Tes adalah serentetan  prtanyaan  atau  latihan serta alat  lain  yang digunakan  untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang   dimiliki   oleh   individu   atau   kelompok. (Suharmini Arikunto (2006: 150).  Untuk   menegtahui kemampuan awal siswa maka terlebih daluhlu diberikan tes pra tindakan. Setelah diberikan tindakan, selanjutnya diberikan tes pasca tindakan. Adapun tes yang diberikan terdiri dari dua aspek yang akan diukur, yang pertama yaitu siswa diminta untuk menghubungkan titik-titik dengan baik dan rapi  sesuai pola huruf abjad besar dan kecil, suku kata, kata dan kalimat sederhana pada lembar tes  yang diberikan. Aspek  yang kedua yaitu siswa menyalin huruf abjad besar dan kecil, suku kata, kata dan kalimat sederhana pada lembar tes yang diberikan. Test diberikan pada setiap pertemuan siklus, yang mana siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Alokasi waktu yang diberikan untuk menjawab tes yaitu 2×15 menit. Selama mengerjakan tes guru akan mengamati dan mengawasi kegiatan siswa.

3. Wawancara/ interview

        Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.” (Suharsimi Arikunto, 2006: 158). Metode ini gunanya untuk memperoleh data melalui wawancara langsung secara terpimpin antara peneliti dengan orang yang memberikan informasi dengan menggunakan daftar wawancara.

4. Dokumentasi

      Dokumentasi sebagai salah satu cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrif, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, legger agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Dokumentasi penulis gunakan sebagai Instrumen utama untuk memproleh semua data-data yang berhubungan dengan gambaran umum.

 

G. Teknik Analisis Data

         Analisis data adalah kegiatan mencermati,  menguraikan  dan  mengaitkan  setiap  informasi  yang  terkait dengan kondisi awal, proses belajar dan hasil pembelajaran untuk memperoleh simpulan tentang keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran. (Muhadi, (2011: 140). Teknik analisis data digunakan untuk mengungkapkan hasil tes dan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru serta penggunaan tek nik latihan graphomotor dalam menulis permulaan.

         Teknik analisis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif dan deskriftif kualitatif. Teknik kuantitatif di gunakan untuk mengolah data kuantitatif yang diproleh dari hasil tes ketercapaian siswa atas kemampuan menulis permulaan. Data yang berupa angka kemudian dideskrifsikan. Perbandingan akan dilakukan antara skor pra tindakan   dan   pasca   tindakan   untuk   mengetahui   besarnya   peningkatan kemampuan menulis permulaan pada siswa yang diteliti. Berdasrkan hasil tes penelitian pada siklus I dan siklus II maka perlu dilakukan perhitungan nilai akhir. Analisis ini dihitung dengan menggunakan rumus:

Nilai akhir = skor perolehan  100

                            skor maksimal

 

         Kategori keberhasilan murid dalam peningkatan kemampuan menulis akan  digunakan  skala  lima. Teknik kategori dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1 KategoriCIRCi Standar Keberhasilan Siswa

 

Skor

Kategori

0-29

Sangat Rendah

 

30-49

Rendah

50-69

Sedang

70-89

Tinggi

90-100

Sangat Tinggi

 

(Depertemen pendidikan 2010: 39)

         Berikut  dipaparkan  rumus  yang  akan  digunakan  untuk  menghitung skor rata-rata keberhasilan belajar murid yaitu dengan rumussebagai berikut:

Keterangan:

x    = nilai rata-rata

∑x = jumlah nilai seluruh murid

 n    = banyaknya murid yang mengikuti tes

 

         Adapun teknik deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang berupa kata-kata tertulis yang tidak dapat diukur dengan angka. Data yang diolah dalam penelitian ini berupa data keterlibatan siswa dan kinerja guru  ketika  proses  kegiatan  pembelajaran  menulis  permulaan.  Deskriptif kualitatif juga digunakan untuk mencari perbandingan antara kegiatan pembelajaran sebelum diberi tindakan dan sesudah diberi tindakan. Dalam penelitian kualitatifanalisis data lebih berfokus padakan selama prosesdilapangan  bersamaan  dengan  mengumpulkan  data.  (sugiyono  2016:336) menyatakan bahwa dalam kenyataanya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data.

 

 

H. Indikator Keberhasilan

1.  Adanya  peningkatan  kemampuan  menulis  permulaan  hingga  mencapai hasil kategori tinggi dapat ditinjau dari indikator kemampuan menulis permulaan  yaitu  menulis    huruf  kapital  dan  kecil,  kata,  dan  menulis kalimat sederhana dengan jelas.

2. Adanya   peningkatan   nilai   rata-rata   hasil   tes   kemampuan   menulis permulaan pada siswa yaitu telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesa  ≥ 70 yang  elah ditentukan.

3.  Pembelajaran telah mencapai ketuntasan secara klasikal yaitu apabila 80% siswa atau individu dalam kelas telah mencapai nilai standar KKM sebesar ≥ 70 yang telah ditentukan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

 

A. Temuan Khusus

     1. Historis Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin

     Madrasah Tsanawiyah Negeri lima Merangin pada awalnya berasal dari sekolah Ibtidaiyah swasta Nurul Falah non formal yang mempunyai murid belajar sore khususnya pelajaran agama semenjak tahun 1940-2008 setelah itu barulah diubah menjadi di Madrasah Ibtidaiyah swasta formal yang belajar di waktu pagi hari dan setelah 4 tahun mis Nurul Falah diresmikan menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri lima Merangin pada tanggal 19 Juni 2009.

      Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 terletak di Jalan Bangko Kerinci km 45 Desa Sungai Manau Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin.  Ibtidaiyah Negeri 5  Merangin,  terletak pada lokasi yang cukup luas dan pinggir pasar Sungai Manau yang memiliki bangunan berbentuk empat persegi,  masing-masing terdiri dari 6 lokal dan 2 bangunan lagi dipakai untuk kantor ruang Kepala Sekolah dan ruang guru dan memiliki satu ruang perpustakaan.  jadi jumlah keseluruhan ruangan yang ada di Madrasah negeri 5 Merangin adalah 8 ruangan.  Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin pekarangan yang cukup luas di mana ada lapangan voli,  sepak bola dan bulu Tangkis. (Dokumentasi MIN 05 Merangin 2022)

34

Dari tahun ke tahun MIN 5 Merangin mengalami kemajuan yang sangat pesat karena kebersamaan dan kedisiplinan yang tinggi oleh keputusan kepala sekolah,  beserta guru dan karyawan yang mempunyai visi dan misi,  visi tersebut yaitu terwujudnya pendidikan keagamaan dan Madrasah berkualitas berdaya saing dalam sistem pendidikan nasional dan misi tersebut yaitu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dengan landasan iman dan taqwa disertai dengan penetapan ilmu pengetahuan dan teknologi dan keterampilan hidup menyiapkan generasi yang berpendidikan agama Islam.

 Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin memiliki 9 ruang tenaga pendidik dan satu orang satpam jumlah siswa kelas 1 sampai dengan kelas 6 pada tahun 2001/ 2002 berjumlah 112 orang.

 2 Geografis Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin

Secara geografis Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin berada di lokasi Pasar Sungai Manau letak gedung ini sangat strategis sekali karena tidak terlalu dekat dengan jalan raya sehingga siswa-siswi tidak terganggu polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan roda dua maupun roda empat yang banyak berlalu-lalang dan kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.

 Adapun luas kawasan Madrasah Ibtidaiyah Negeri berbentuk persegi empat dengan batasan sebagai berikut:

a.     sebelah barat berbatas dengan Masjid Jami’

b.     sebelah timur berbatas dengan Pasar Senen

c.     sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya

d.     sebelah utara berbatas dengan rumah penduduk. (Dokumentasi MIN 05 Merangin 2022)

3. Struktur organisasi si Min 5 Merangin

          Dalam suatu organisasi,  baik di bawah naungan langsung pemerintah maupun swasta,  besar maupun kecil semuanya tidak terlepas dari struktur organisasi.  Maju mundurnya suatu organisasi sangat ditentukan oleh pengurus dan setiap anggota organisasi tersebut,  dimana setiap pengurus dan anggotanya bertanggung jawab terhadap masing-masing tugasnya dalam rangka Memajukan organisasi yang dipimpin atau dikelolanya.

             Dalam melaksanakan tugasnya baik pimpinan maupun guru beserta staf tata usaha perlu menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota dan pengelola pendidikan.  Dengan demikian setiap yang dapat tugas agar dapat melaksanakan tugasnya tersebut dengan sebaik-baiknya dan penuh dengan rasa tanggung jawab.  struktur organisasi sangat berfungsi di setiap lembaga pendidikan dalam rangka mencapai tujuan perencanaan maupun penyusunan Dalam proses pembelajaran. 

              Adapun bentuk struktur madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Bendahara

Pelita Hayati

Wali Kelas I

Rofikoh, A.Ma

Wali Kelas II.B

Muniroh, A.Ma

Wali Kelas IV

Erniyati, S.Pd.I

Wali Kelas V.B

Rapiko, S.Pd.I

Waka Kesiswaan

Maimunah, S.Pd

Kepala Sekolah

Niswah, S.Pd.I

Komite Sekolah

Syamsuddin

Tata Usaha

Roby Andika

Wali Kelas VI

Irma Suryani, A.Ma

Wali Kelas V.A

Damaanhuri,  A.Ma

Wali Kelas III

Nur Asiah, S.Pd.I

Wali Kelas II.A

Rini Lestari, S.Pd

Waka Kurikulum

Yusmawati, S.Pd

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 


(Dokumentasi, MIN 05 Merangi Tahun Pelajaran 2021/2022)

 

 

 

 

4.  Keadaan guru dan siswa MIN 5 Merangin

a.  Keadaan Guru

            Guru dan karyawan adalah orang yang bertanggung jawab terselenggaranya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas, terutama guru karena tanpa adanya guru kegiatan belajar mengajar Tidak akan terlaksana Adapun jumlah guru yang ngajar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin tahun 2001/ 2022 berjumlah 13 orang.

 Tabel 4.1 :  Keadaan guru MIN 5 Merangin Tahun Pelajaran 2021/2022

NO

Nama

Jabatan

Mata Pelajaran

1

Niswah, S.Pd.I

Kepala Sekolah

-

2

Rofikoh, A.Ma

Wali Kelas I

Fiqh

3

Rini Lestari, S.Pd

Wali Kelas III.A

Bahasa Indonesia

4

Muniroh, A.Ma

Wali Kelas III.B

SKI

5

Nur Asiah, S.Pd.I

Wali Kelas IIII

MTK

6

Erniyati, S.Pd.I

Wali Kelas IV

IPA

7

Damaanhuri,  A.Ma

Wali Kelas V.A

PPKn

8

Rapiko, S.Pd.I

Wali Kelas V.B

Bahasa Inggris

9

Irma Suryani, A.Ma

Wali Kelas VI

IPS

10

Maimunah, S.Pd

Guru

Penjaskes

11

Sri Bulkis, S.Pd.I

Guru

Aqidah Akhlak

12

Suibatul Islamiyah, S.Pd.

Guru

Bahasa Arab

13

Yusmawati, S.Pd.I

Guru

Al-qur’an Hadis

(Dokumentasi MIN 05 Merangin 2022)

 

 

b. Keadaan siswa

            Keadaan siswa siswi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin merupakan siswa-siswi yang terdaftar pada tahun 2021- 2022.  Adapun jumlah siswa siswi di Madrasah  Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin berjumlah 170 siswa.  yang terbagi menjadi 8 kelas,  laki-laki berjumlah 77 siswa,  sedangkan perempuan berjumlah 93 siswi dengan jumlah total keseluruhannya 170 orang siswa siswi. 

          Untuk lebih jelasnya mengenai  keadaan siswa siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.2 :  Keadaan siswa MIN 5 Merangin Tahun Pelajaran 2021/2022

No

Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah

 

LK

PR

1

Kelas I

11

12

23

2

Kelas II. A

9

11

20

3

Kelas II. B

8

11

19

4

Kelas III

11

12

23

5

Kelas IV

9

11

20

6

Kelas V.A

11

10

21

7

Kelas V.B

7

13

20

8

Kelas VI

11

13

24

Jumlah Siswa

77

93

170

 

(Dokumentasi MIN 05 Merangin 2022)

5. Keadaan sarana dan prasarana Min 5 Merangin

            Sarana dan prasarana merupakan syarat mutlak bagi terlaksananya suatu lembaga pendidikan,  tanpa adanya sarana dan prasarana yang tidak memadai,  maka pendidikan tidak akan denngan baik dan lancar,  yang dimaksud dengan sarana dan prasarana adalah hal-hal penunjang dalam proses pembelajaran.  Sarana dan prasarana merupakan perlengkapan yang dibutuhkan oleh Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin berupa sarana. yang dapat membantu terlaksananya pendidikan.

 

            Begitu juga dengan kehadiran sarana prasarana di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Merangin merupakan suatu kebutuhan yang mendasar bagi terlaksananya proses pembelajaran dengan lancar dan baik.  untuk itu sarana dan prasarana adalah sangat mutlak bagi proses pembelajaran di suatu lembaga pendidikan,  tanpa adanya sarana dan prasarana yang lengkap maka proses pembelajaran akan terganggu oleh karena itu pihak sekolah selalu menuntun melengkapi sarana prasarana tersebut agar terciptanya proses pembelajaran dengan baik.

           Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang ada di Madrasah  Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel : 4.3: Keadaan Sarana dan Prasarana MIN 05 Merangin

No

Jenis

Jumlah

Keterangan

  1.  

Ruang Kepala

1

Baik

  1.  

Ruang TU

1

Baik

  1.  

Ruang Guru

1

Baik

  1.  

Ruang Belajar

8

Baik

  1.  

Perpustakaan

1

Baik

  1.  

UKS

1

Baik

  1.  

WC

4

Baik

  1.  

Meja dan Kursi Guru

13

Baik

  1.  

Meja dan Kursi Siswa

169

Baik

  1.  

Lemari

5

Baik

  1.  

Komputer

2

Baik

  1.  

Printer

1

Baik

  1.  

Jam dinding

9

Baik

  1.  

Lapangan Voly

1

Baik

  1.  

Lapangan Bola Kaki

1

Baik

(Dokumentasi MIN 05 Merangin 2022)

 

 

B. Penjelasan Data Per-siklus

1. Kegiatan Siklus Pra Tindakan

       Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti membuat jadwal penelitian, serta melakukan observasi langsung ke Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin untuk melihat situasi dan kondisi sekolah serta berkonsultasi dengan guru bahasa indonesia tentang siswa yang akan diteliti. Subjek penelitian yang menerima tindakan adalah siswa Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin tahun ajaran 2021/2022 dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.

       Dari hasil pra tindakan siklus di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin  pada siswa Kelas III, peneliti memberikan tes awal kepada siswa yaitu tes menulis. Tes ini diberikan untuk mengetahui kemampuan menulis awal yang dimiliki siswa dengan memberikan tanda cetang (√) bagi siswa yang menacapai skor kemampuan menulis. Adapun hasil tes awal dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4: Hasil Tes Awal Pra Tindakan Siswa Setiap Indikator pada pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin

NO

Nama

Indikator Tes Menulis

Kerapian Tulisan

Kelengkapan Kata

Susunan Kata Dalam Kalimat

1

Adinda Azzahra

 

2

Alfahri

 

 

3

Alisa Sabila

 

 

4

Arifa Kirana Aisya

 

 

5

Arini

 

 

6

Arsy Alsaihan

 

 

7

Cheryl Oktavia

 

 

8

Dafita Nur Azizah

 

 

 

9

Hafizah Azzahra

 

 

 

10

Isqina Ilma

 

11

Karin Afriani

 

 

 

12

Leni Latifah

 

 

 

13

Lukya Fahira

 

 

 

14

M. Al Fikri

 

 

15

M. Al Ihsan

 

 

 

16

M. Alfan Fauzi

 

 

 

17

M. Lucky Aliansyah

 

 

 

18

Mhd. Rehan Kaffa

 

 

19

Muhammad Dhanis

 

 

20

Purwandi

 

 

Jumlah

5

4

5

Pesrsentase

25%

20%

25 %

Rata-Rata

23,33%

(Sumber: Hasil Tes Awal di Pra Tindakan Siswa Kelas III MIN 05 Merangin).

 

            Dari tabel diatas menunjukkan bahwa kemampuan siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin diatas rata-rata 23,33% dari jumlah siswa 20 orang. Adapun skor yang diperoleh masing-masing indikator adalah dengan rincian kerapian tulisan 5 orang siswa atau hanya 25%, kelengkapan kata 4 orang siswa atau 20% dan menyusun kata dalam kalimat terdapat 5 orang siswa atau 25%. Dari hasil pra tindakan diatas bahwa KKM yang diperoleh siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 hanya mencapai 23%.             Berikut penulis lampirkan hasil dari aspek penilian menulis femula siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 pada pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai berikut :

Tabel 4.5: Hasil Tes Awal Pra Tindakan Siswa Setiap Indikator pada pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin

No.

Aspek yang dinilai

Skor Setiap Indikator

Tuntas

Tidak Tuntas

1

Kerapian Tulisan

5

15

Persentase

25%

75%

2

Kelengkapan Kata

4

16

Persentase

20%

80%

3

Susunan Kata dalam Kalimat

5

15

Persentase

25%

75%

Rata-Rata

23,33%

 

(Sumber: Hasil Tes Awal di Pra Tindakan Siswa Kelas III MIN 05 Merangin).

            Berdasarkan tabel di atas dilihat bahwa indikator kemampuan menulis permulaan tergolong kedalam tiga aspek, aspek indikator yang paling rendah yaitu pada indikator kelengkapan kata yaitu 20,00%. Sementara itu indikator lainnya mendapat hasil  diatas indikator kelengkapan kata,  yaitu pada  indikator kerapian tulisan mendapat skor 25,00% dan indikator susunan kata dalam kalimat mendapat skor 25,00%. Penilaian pada aspek kerapian tulisan ini berbeda dari aspek lainnya yang dinilai pada skor 4, aspek kerapian tulisan hanya dinilai pada skor 5 saja, karena tulisan setiap siswa tidak ada yang benar-benar rapi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa setiap indikator berada dibawah 50% yaitu berada pada kriteria kurang dan gagal. Maka untuk itu pada siklus I guru harus mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), instrumen tes, lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.

2. Penerapan Siklus I

       Siklus I terdiri atas tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan refleksi.

    a. Tahap Perencanan

          Pada tahap ini peneliti mempersiapkan beberapa hal, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP I). Selain itu, peneliti juga menyiapkan alat dan bahan pembelajaran yang dibutuhkan dalam pembelajaran baik RPP,  lembar kerja peserta didik (LKPD), instrumen tes (tes siklus I, siklus II, tes awal dan tes akhir).

          Berikut penulis lampirkan hasil dari aspek penilian menulis femula siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I sebagai berikut :

Tabel 4.6: Hasil Tes Siklus I Siswa Setiap Indikator pada pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin

No.

Aspek yang dinilai

Skor Setiap Indikator

Tuntas

Tidak Tuntas

1

Kerapian Tulisan

8

12

Persentase

40%

60%

2

Kelengkapan Kata

7

13

Persentase

35%

65%

3

Susunan Kata dalam Kalimat

13

7

Persentase

65%

35%

Rata-Rata

46,66%

 

            Berdasarkan tabel di atas dilihat pada siklus I menunjukkan bahwa indikator kemampuan menulis permulaan tergolong kedalam tiga aspek, aspek indikator yang paling rendah yaitu masih pada indikator kelengkapan kata yaitu 35,00%. Sementara itu indikator lainnya mendapat hasil  diatas indikator kelengkapan kata,  yaitu pada  indikator kerapian tulisan mendapat skor 40,00% dan indikator susunan kata dalam kalimat mendapat skor 65,00%.

            Penilaian pada aspek kerapian tulisan pada siklus I ini berbeda dari aspek lainnya yang dinilai pada skor 4, aspek kerapian tulisan hanya dinilai pada skor 8 saja, karena tulisan setiap siswa tidak ada yang benar-benar rapi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa setiap indikator berada dibawah 50% yaitu berada pada kriteria kurang dan gagal. Maka untuk itu pada siklus I guru harus mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), instrumen tes, lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.

b. Tahap Pelaksanaan (Tindakan)

            Tahap pelaksanaan (tindakan) RPP I dilakukan. Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru dalam pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Struktur Analitik Sintetik. Kegiatan pembelajaran dibagi kedalam tiga tahap,  yaitu kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti dan kegiatan akhir (penutup).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

 

 

Nama Sekolah     

:

Madrasah Ibrtidaiyah Negeri 05 Merangin

Kelas / Semester

:

II / Genap

Materi Pokok           

:

Kegiatan menulis permulaan

Aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah

Alokasi Waktu    

:

1 x Pertemuan (6 JP x 35 Menit)

 

 

A.  Kompetensi Inti

 

1.    Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

 

2.    Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengankeluarga, teman, tetangga, dan guru

3.    Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

4.    Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B.  Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

 

 

Kompetensi Dasar

Indikator

Pencapaian Kompetensi

1.2  Mengenal kegiatan persiapan menulis permulaan (cara duduk, cara memegang pensil, cara meletakkan buku, jarak antara mata dan buku, pemilihan tempat dengan cahaya yang terang) yang benar

2.1   Menunjukkan gambar kegiatan persiapan menulis permulaan yang benar.

2.2 Menceritakan kegiatan persiapan menulis permulaan yang benar

1.2. Mempraktikkan kegiatan persiapan menulis permulaan (cara duduk, cara memegang pensil, cara meletakkan buku, jarak antara mata dan buku, gerakan tangan atas-bawah, kiri kanan

2.3 Mengurutkan kegiatan persiapan menulis permulaan yang benar

 

1.3  Mengenal            teks

deskriptif       tentang anggota   tubuh   dan pancaindra,      wujud dan sifat benda, serta peristiwa   siang   dan malam            dengan bantuan    guru    atau teman  dalam  bahasa indonesia   lisan   dan tulis yang dapat diisi dengan         kosakata bahasa  daerah  untuk membantu pemahaman.

2.4 Menirukan kegiatan persiapan menulis permulaan (cara duduk, cara memegang pensil, cara meletakkan buku, dengan benar

 

2.5 Menunjukkan kegiatan persiapan menulis permulaan (cara duduk, cara memegang pensil, cara meletakkan buku, dengan benar.

1.4    Mengamati           dan

menirukan teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindra,  wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang dan malam   secara mandiri   dalam bahasa    indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian.

2.6. Menuliskan berbagai macam  kosa kata tentang         wujud dan sifat benda   dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia tulis.

2.7       Menuliskan     berbagai     macam kalimat tentang     wujud dan sifat benda   dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia tulis.

2.8       Menuliskan     berbagai     macam kalimat tentang     wujud dan sifat benda      secara mandiri dalam bahasa Indonesia tulis.

 

C.  Pendekatan dan Metode

 

Pendekatan  : Saintifik (mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan)

Metode              : Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)

D.  Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1). Pendahuluan

Ø  Guru mengucapkan  salam.

Ø  Guru menanyakan kabar, kemudian salah seorang peserta didik diminta untuk memimpin berdoa, dan guru mengecek kehadiran peserta didik.

Ø  Apersepsi:

·         Guru bertanya jawab dengan siswa tentang wujud benda: nah, coba sebutkan, wujud benda apa yang pernah kalian temui  dirumah?

 

Ø  Motivasi

·           Guru menyampaikan   tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan, yaitu pembelajaran bertujuan agar siswa nantinya mampu mengetahui pola bangun dasar dan mampu menulis dengan  indah  berdasarkan  gambar tentang wujud dan sifat benda.

·           Guru  menyampaikan  rencana  kegiatan yang akan dilakukan peserta didik hari ini,  yaitu memberikan  informasi terkait materi pembelajaran, skenario pembelajaran  kali  ini,  yaitu: Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC).

2). Kegiatan Inti

Ø  Mengekplorasi

·         Guru dan siswa secara bersama-sama membaca kalimat tersebut Guru    menguraikan    kalimat    tersebut dengan menulis kedalam bentuk kata-kata, suku kata dan huruf secara perlahan-lahan dipapan tulis dan siswa diminta untuk memperhatikan gerakan tangan guru saat menulis, serta menyuruh siswa mengikuti guru untuk menuliskan uraian kalimat tersebut dibuku latihan.

Ø  Mengamati:

·      Siswa  memperhatikan guru mensintesiskan  uraian  kalimat  tadi menjadi kalimat utuh dipapan tulis.

·      Siswa menuliskan kalimat utuh yang telah ditulis oleh guru.

·      Guru  memberikan  LKPD  kepada  siswa secara individu dan siswa mengerjakannya dengan aturan dan tata tertib yang telah disetujui

·      Siswa mempresentasikan  hasil   tugas individu dengan menuliskan kalimat utuh berdasarkan jawaban   yang ada pada LKPD di papan tulis dengan aturan dan tata tertib yang telah disetujui

 

3). Penutup

·         Guru  menilai  hasil  dari  LKPD  individu (evaluasi)

·         Siswa diarahkan untuk mengajukan pertanyaan masing-masing sesuai dengan materi menulis tentang wujud dan sifat benda dan bangun datar. (tanya/jawab)

·         Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi menulis tentang wujud dan sifat benda dan bangun datar (kesimpulan)

·         Siswa memberikan tanggapan bagaimana hasil pembelajaran pada hari ini (refleksi)

·         Guru memberikan pesan moral.

·         Guru menutup pembelajaran   

            

       Sebelum memasuki pembelajaran siklus I, guru membagikan tes awal kepada setiap siswa. Setelah itu dilanjutkan dengan  kegiatan pembelajaran pada tahap   pendahuluan   yang   diawali   dengan   motivasi   dan   apersepsi   yaitu memberikan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan  kehidupan sehari- hari  secara  klasikal  untuk  membangkitkan  rasa  ingin  tahu  siswa  terhadap pembelajaran yang akan dipelajari. Serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan metode Struktur Analitik Sintetik.

             Tahap selanjutnya yaitu kegiatan inti. Pada tahap ini guru menjelaskan materi menulis tentang wujud dan sifat benda dengan memperlihatkan media gambar seri  yang berhubungan dengan materi  tersebut. Guru  juga  memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa lainnya. Guru tidak lupa memberikan penguatan atas pertanyaan-pertanyaan yang siswa berikan. Kemudian melanjutkan tanya jawab tentang materi menulis “wujud dan sifat benda”. Selanjutnya guru membagikan LKPD yang berisi uraian kalimat putus-putus per individu. Setelah setiap siswa selesai mengerjakan LKPD, setiap siswa dipersilahkan mempresentasikan hasil pengerjaan LKPD tersebut.

            Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan akhir (penutup). Pada tahap ini guru menanyakan kepada siswa apakah ada yang belum paham dan meminta kepada siswa untuk bertanya jika ada yang kurang paham tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru mengarahkan siswa menarik kesimpulan dari pembelajaran siklus I tersebut dan menguatkan kembali kesimpulan tersebut. Diakhir pembelajaran, guru memberikan soal tes siklus I untuk mengukur kemampuan menulis permulaan siswa setelah proses pembelajaran. Adapun lembaran soal dapat dilihat pada lampiran.

c.   Tahap Pengamatan (Observasi)

         Observasi dilakukan terhadap kemampuan   guru, aktivitas siswa, dan kemampuan menulis permulan siswa, serta mencatat hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran.

1)  Observasi Kemampuan Guru Siklus I

            Pada tahap ini, pengamatan terhadap kemampuan guru menggunakan instrumen yang  berupa lembar observasi kemampuan guru.

Tabel : 4.7: Hasil observsi Tes Siklus I Siswa Setiap Indikator pada pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin

No.

Aspek yang diamati

Nilai

Keterangan

1

Kemampuan  melakukan  apersepsi  kepada siswa    sebelum    menyampaikan    tujuan pembelajaran.

3

Baik

2

Kemampuan   memotivasi   siswa   dengan mengemukakan kegunaan materi yang akan dipelajari

4

Sangat Baik

3

Kemampuan menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan pembelajaran melalui metode struktur analitik sintetik

2

Cukup

4

Kemampuan  menjelaskan  materi   dengan menggunakan    metode    struktur    analitik sintetik

3

Baik

5

Kemampuan memberi  kesempatan  kepada siswa untuk bertanya

2

Cukup

6

Kemampuan menghargai berbagai pendapat siswa

3

Baik

7

Kemampuan memberikan penguatan kepada siswa

3

Baik

8

Kemampuan guru memberikan pertanyaan kepada siswa

2

Cukup

9

Kemampuan   mengarahkan   siswa   untuk menyelesaikan tugas secara individu

3

Baik

10

Kemampuan guru menguasai kelas

2

Cukup

11

Kemampuan guru menyimpulkan terhadap materi yang telah diajarkan

4

Sangat Baik

12

Kemampuan mengalokasikan waktu

4

Sangat Baik

13

Adanya interaksi antara siswa dan guru

4

Sangat Baik

Jumlah

37

Cukup

Nilai Persentase

75%

Sumber: Hasil Observasi di MIN 05 Merangin tahun 2022

 

 Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran melalui metode Struktur Analitik Sintetik mendapatkan skor persentase 75% yang berada pada kategori cukup. Data di atas juga menjelaskan bahwa masih ada beberapa kemampuan guru yang masih rendah dan perlu ditingkatkan, yaitu diantaranya guru belum mampu menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan pembelajaran melalui metode struktur analitik sintetik, belum mampu memberikan pertanyaan kepada siswa dan belum mampu menguasai kelas dengan baik.

2)  Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Pada tahap ini adalah kegiatan mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran   berlangsung, dari awal sampai akhir untuk sertiap pertemuan. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada RPP I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8: Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran

                 Siklus I

No.

Aktivitas yang diamati

Nilai

Keterangan

1

Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru

2

Cukup

2

Mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi

3

Baik

3

Antusias siswa dalam belajar

3

Baik

4

Pengerjaan  LKPD  yang  diberikan  oleh guru

2

Cukup

5

Presentasi siswa terhadap hasil tugas individu

2

Cukup

6

Menarik kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan

3

Baik

7

Perilaku yang tidak relevan dengan KMB Seperti: melamun, jalan jalan di kelas, membaca buku/mengerjakan tugas mata pelajaran  lain,  bermain-main  dengan teman dan lain-lain

3

Baik

Jumlah

18

Kurang

Nilai Persentase

64,28%

Sumber: Hasil Lembar Observasi di MIN 05 Merangin tahun 2022

 

            Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran   melalui   metode   Struktur   Analitik   Sintetik   pada   siklus   I memperoleh hasil kurang, yaitu diantaranya masih banyak siswa yang kurang mendengarkan/memperhatikan penjelasan dari guru, kurang mengerti bagaimana cara pengerjaan LKPD yang benar dan juga cara persentase siswa yang tidak sesuai dengan arahan guru. Nilai presentase aktivitas siswa pada siklus I ini memperoleh hasil 64,28% yang termasuk dalam kategori kurang.

            Di akhir proses pembelajaran siklus I, peneliti memberikan tes dalam bentuk essay dengan jumlah 2 soal. Hasil jawaban siswa berupa nilai tes dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9: Hasil Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Per Indikator pada

                   Siklus I

No.

Aspek yang dinilai

Skor Setiap Indikator

Tuntas

Tidak Tuntas

1

Kerapian Tulisan

13

7

Persentase

65%

35%

2

Kelengkapan Kata

10

10

Persentase

50%

50%

3

Susunan Kata dalam Kalimat

12

8

Persentase

60%

40%

Rata-Rata

62,00%

            Berdasarkan hasil tes siklus I tiap indikator pada Tabel di atas diketahui bahwa kemampuan menulis pada indikator kelengkapan kata memperoleh hasil  persentase dibawah 50%  yaitu 18,51% yang berada pada kriteria gagal. Sementara indikator lainnya berada diatas 50% yaitu kerapian tulisan  65,06%  berada  pada  kriteria  baik  dan  susunan  kata  dalam  kalimat 60,00% berada pada kriteria cukup. Untuk indikator kerapian tulisan tidak ada yang memperoleh skor 4 karena hasil tulisan siswa tidak ada yang sangat rapi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat 1 indikator yang masih gagal yaitu pada aspek kelengkapan kata, 1 indikator baik yaitu aspek kerapian tulisan dan 1 indikator cukup yaitu aspek susunan kata dalam kalimat.

d. Refleksi Siklus I

Refleksi adalah kegiatan untuk mengingat dan melihat kembali semua kegiatan pada kegiatan siklus pebelajaran yang telah dilakukan, untuk menyempurnakan  siklus  berikutnya.  

Adapun  hasil  refleksi  kegiatan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10: Kemampuan Menulis Permulaan Siswa, Refleksi Kemampuan Guru dan Siswa

 

No

Refleksi

Hasil Temuan

Revisi

1

Kemampuan Guru

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran masih sangat kurang yaitu karena guru belum mampu menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan pembelajaran melalui metode struktur analitik sintetik, guru belum mampu memberikan pertanyaan dan belum mampu memberikan kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan serta guru masih belum akurat dalam penguasaan kelas yaitu suasana kelas ribut dan tidak terkontrol.

Untuk pertemuan selanjutnya guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan pembelajaran melalui metode struktur analitik sintetik sebelum pelajaran dimulai, memberikan pertanyaan kepada siswa dan memberi kesempatan siswa lain untuk menjawab dan memperhatikan siswa yang dianggap memperburuk suasana pembelajaran sehingga penguasaan kelas akan terkontrol dan pembelajaran berjalan dengan lancar.

2

Aktivitas
Siswa

Aktivitas siswa pada siklus I ini masih banyak kekurangan-kekurangan diantaranya yaitu ketika mengikuti pembelajaran banyak siswa yang kurang mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, tidak benar dalam penyelesaian LKPD dan presentasi yang dilakukan tidak sesuai dengan arahan guru

Untuk pertemuan selanjutnya guru harus lebih memperhatikan dan mengarahkan siswa agar fokus dan berkonsentrasi dalam mendengarkan / memperhati kan penjelasan guru, dalam menyelesaikan LKPD dan mengarahkan siswa mempresentasikan hasil LKPD tersebut

3

Hasil Tes
Siklus I

Pada siklus I terdapat indikator yang termasuk dalam kriteria gagal yaitu aspek kelengkapan kata yang mendapat nilai dibawah 50% yaitu 18,51% dan kriteria cukup yaitu aspek susunan kata dalam kalimat yang mendapat nilai diatas 50% yaitu 62,96%.

Untuk pertemuan selanjutnya, guru harus lebih memperhatikan dan mengarahkan setiap siswa agar dapat menulis dengan benar dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru.

 

2. Siklus II

       Siklus II terdiri atas tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi.

a. Tahap Perencanaan

            Oleh  karena  pada  siklus  I  indikator penelitian  yang  telah  ditetapkan belum tercapai, maka dilanjutkan dengan siklus II.

b. Tahap Pelaksanaan (Tindakan)

        Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan hampir sama dengan kegiatan pada siklus I yaitu mencakup kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Diakhir pembelajaran  juga diberikan soal tes seperti halnya siklus I yaitu soal tes siklus II.

c. Tahap Pengamatan (Observasi)

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran siklus II berlangsung. Observasi dilakukan terhadap kemampuan menulis permulan siswa, kemampuan guru dan aktivitas siswa serta mencatat hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran.

1)  Observasi Kemampuan Guru Siklus II

Pada tahap ini, pengamatan terhadap kemampuan guru menggunakan instrumen yang  berupa lembar observasi kemampuan guru. Data hasil observasi kemampuan guru dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel : 4.11: Hasil observsi Tes Siklus II Siswa Setiap Indikator pada pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin

No.

Aspek yang diamati

Nilai

Keterangan

1

Kemampuan  melakukan  apersepsi  kepada siswa    sebelum    menyampaikan    tujuan pembelajaran.

4

Sangat Baik

2

Kemampuan   memotivasi   siswa   dengan mengemukakan kegunaan materi yang akan dipelajari

4

Sangat Baik

3

Kemampuan menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan pembelajaran melalui metode struktur analitik sintetik

3

Baik

4

Kemampuan  menjelaskan  materi   dengan menggunakan    metode    struktur    analitik sintetik

4

Sangat Baik

5

Kemampuan memberi  kesempatan  kepada siswa untuk bertanya

4

Sangat Baik

6

Kemampuan menghargai berbagai pendapat siswa

4

Sangat Baik

7

Kemampuan memberikan penguatan kepada siswa

4

Sangat Baik

8

Kemampuan guru memberikan pertanyaan kepada siswa

4

Sangat Baik

9

Kemampuan   mengarahkan   siswa   untuk menyelesaikan tugas secara individu

4

Sangat Baik

10

Kemampuan guru menguasai kelas

3

Baik

11

Kemampuan guru menyimpulkan terhadap materi yang telah diajarkan

4

Sangat Baik

12

Kemampuan mengalokasikan waktu

4

Sangat Baik

13

Adanya interaksi antara siswa dan guru

4

Sangat Baik

Jumlah

50

Sangat Baik

Nilai Persentase

96,15%

(Sumber: Hasil Observasi di MIN 05 Merangin tahun 2022)

 

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran melalui metode Struktur Analitik Sintetik mendapatkan skor persentase 96,15% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil yang diperoleh pada siklus II lebih meningkat dari siklus I.

2)  Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Pada tahap ini adalah kegiatan mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran   berlangsung, dari awal sampai akhir untuk sertiap pertemuan. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada RPP II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12: Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran Siklus II

 

No.

Aktivitas yang diamati

Nilai

Keterangan

1

Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru

4

Sangat Baik

2

Mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi

3

Baik

3

Antusias siswa dalam belajar

4

Sangat Baik

4

Pengerjaan  LKPD  yang  diberikan  oleh guru

3

Baik

5

Presentasi siswa terhadap hasil tugas individu

3

Baik

6

Menarik kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan

4

Sangat Baik

7

Perilaku yang tidak relevan dengan KMB Seperti: melamun, jalan jalan di kelas, membaca buku/mengerjakan tugas mata pelajaran  lain,  bermain-main  dengan teman dan lain-lain

3

Baik

Jumlah

25

Baik

Nilai Persentase

85,71%

 

Berdasarkan data di atas, terlihat jelas aktivitas siswa pada pembelajaran bahasa indonesia melalui metode Struktur Analitik Sintetik pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dengan nilai persentase 85,71% yang termasuk kedalam kategori baik.

3)  Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Pada Siklus II

            Setelah dilakukan  kegiatan pembelajaran pada RPP II, guru memberikan Tes Siklus II untuk mengetahui  kemampuan menulis siswa setelah diterapkan pembelajaran melalui metode Struktur Analitik Sintetik. Skor kemampuan menulis permulaaan siswa pada RPP II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13: Hasil Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Per Indikator                    pada Siklus II

 

No.

Aspek yang dinilai

Skor Setiap Indikator

1

2

3

4

1.

Kerapian Tulisan

 

Soal 1

-

4

23

-

Persentase

0%

14,81%

85,18%

0%

2.

Kelengkapan Kata

 

Soal 1

-

4

2

21

Persentase

0%

14,81%

7,40%

77,77%

3.

Susunan Kata

dalam Kalimat

 

Soal 2

-

-

3

24

Persentase

0%

0%

11,11%

88,88%

 

Berdasarkan hasil tes siklus II pada Tabel di atas diketahui bahwa kemampuan menulis permulaan paling rendah di siklus I telah meningkat yaitu pada indikator kelengkapan kata memperoleh hasil persentase 18,51% menjadi

77,77% yaitu kriteria meningkat dari gagal menjadi baik. Sementara indikator lainnya yang berada diatas 50% pada siklus I juga mengalami peningkatan di siklus II ini yaitu pada indikator kerapian tulisan 66,66% menjadi 85,18% yaitu meningkat dari baik menjadi baik sekali dan susunan kata dalam kalimat 62,96% menjadi 88,88% yaitu meningkat dari cukup menjadi baik sekali.

 

 

d.  Refleksi Siklus II

          Refleksi adalah kegiatan untuk mengingat dan melihat kembali semua kegiatan pada kegiatan siklus pembelajaran yang telah dilakukan, untuk menyempurnakan siklus berikutnya. Karena siklus II ini telah   meningkat dari siklus  I dan sudah mencapai indikator  yang diinginkan, maka tidak  adanya refleksi di siklus II ini.

3. Hasil Tes Akhir

       Guna   memperoleh   hasil   belajar   kemampuan   menulis   siswa   secara keseluruhan maka diberikannya soal tes akhir. Maka tes akhir dilaksanakan. Hasil jawaban siswa berupa nilai tes akhir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14: Hasil Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Per Indikator pada Tes Akhir.

No.

Aspek yang dinilai

Skor Setiap Indikator

1

2

3

4

1.

Kerapian Tulisan

 

Soal 1

-

3

24

-

Persentase

0%

11,11%

88,88%

0%

2.

Kelengkapan Kata

 

Soal 1

-

-

4

23

Persentase

0%

0%

14,81%

85,18%

3.

Susunan Kata

dalam Kalimat

 

Soal 2

-

-

3

24

Persentase

0%

0%

11,11%

88,88%

 

            Berdasarkan hasil tes akhir pada Tabel di atas diketahui bahwa kemampuan menulis permulaan sudah berada pada kriteria baik sekali. Pada setiap aspek  yaitu kerapian tulisan, kelengkapan kata  dan susunan kata dalam kalimat berada diatas 85% yang termasuk kedalam kriteria baik sekali. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis permulaan siswa setiap siklus dan pada tes akhir  meningkat dan tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa siswa Kelas III MIN 05 Merangin telah mampu menulis sesuai dengan apa yang diharapkan.

 

 

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil  penelitian  yang  dilakukan peneliti di MIN 05 Merangin, dengan melakukan penelitian   terhadap   kegiatan   belajar   mengajar   dengan   menggunakan   lembar observasi guru dan siswa serta memberikan soal tes awal, LKPD dan tes akhir yang berbentuk Essay dengan jumlah dua soal disiklus I dan II pada siswa Kelas III di MIN 05 Merangin.

1. Kemampuan Guru

            Berdasarkan hasil penelitian observasi kemampuan guru menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode CIRC mengalami peningkatan yaitu, siklus I memperoleh hasil 75% yang termasuk kedalam kategori cukup dan siklus II memperoleh hasil 96,15% yang termasuk kedalam kategori sangat baik. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran yang terlihat aktif membimbing dan mengarahkan setiap siswa belajar menulis yaitu guru menulis kalimat di papan tulis secara perlahan-lahan dan siswa memperhatikan gerakan tangan guru serta menuliskannya  dibuku    dan  guru  menghampiri  setiap  siswa  yang  terlihat kesulitan saat menulis dan mengajarkannya bagaimana cara menulis yang baik. Sehingga kriteria indikator menulis permulaan siswa yang diinginkan oleh guru tercapai dan hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode CIRC sangat efektif.

 

2. Aktivitas Siswa

            Berdasarkan hasil penelitian observasi aktivitas siswa melalui metode CIRCmenunjukkan bahwa siswa terlihat lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Timbulnya rasa semangat siswa ini karena proses pembelajaran melalui  metode CIRC dilengkapi dengan media  gambar seri,  sehingga siswa menjadi semangat dan tertarik memperhatikan penjelasan guru. Adanya media gambar seri tersebut memudahkan siswa untuk mendengar cerita yang disampaikan oleh guru dan membuat siswa menjadi semangat menulis karena pada setiap lembar soal yang diterima oleh siswa terdapat gambar seri yang menarik. Hal ini sesuai dengan meningkatnya hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dengan nilai persentase 64,28% yang termasuk kedalam kategori cukup dan siklus II   dengan nilai persentase 85,71% yang termasuk kedalam kategori baik.

3. Kemampuan Menulis Permulaan Siswa

            Bedasarkan analisis kemampuan menulis permulaan siswa Kelas III pada siklus I dan II melalui metode CIRCmengalami peningkatan per indikatornya yaitu pada siklus I aspek kelengkapan kata memperoleh hasil 18,51% yang termasuk kedalam kriteria gagal, sedangkan pada siklus II memperoleh hasil 77,77% yang termasuk kedalam kriteria baik.

            Sementara dua aspek lainnya juga mengalami   peningkatan   yaitu   pada   aspek   kerapian   tulisan   di   siklus   I memperoleh hasil 66,66% menjadi 85,18% yang meningkat dari baik menjadi baik sekali dan pada aspek susunan kata dalam kalimat di siklus I memperoleh hasil 62,96% menjadi 88,88% yang meningkat dari cukup ke baik. Peningkatan ini  terjadi  karena  adanya  proses  bimbingan menulis  secara  terstruktur  yang dilakukan oleh guru di setiap siklusnya, sehingga siswa dengan mudah   dapat mengingat bagaimana cara menulis huruf, suku kata, kata dan kalimat dengan benar.

            Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode  Struktur Analitik Sintetik dapat meningkatkan kemampuan menulis permulan siswa. Dari siklus I dan II tersebut terdapat peningkatan setiap indikator.

            Dengan demikian kemampuan menulis permulaan siswa meningkat dalam pembelajaran melalui metode Struktur Analitik Sintetik. Rincian persentase kemampuan menulis permulaan siswa pada masing- masing indikator berdasarkan siklus I dan II dapat dilihat dalam tabel dan gambar diagram batang berikut ini :

Tabel 4.15: Hasil Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Per Indikator pada Siklus I dan II

Indikator

Tes Siklus I

Tes Siklus II

%

Kriteria

%

Kriteria

Kerapian Tulisan

66,66%

Baik

85,18%

Baik Sekali

Kelengkapan Kata

18,51%

Gagal

77,77%

Baik

Susunan Kata dalam

Kalimat

62,96%

Cukup

88,88%

Baik Sekali

Rata-rata

49,37%

Kurang

83,94%

Baik Sekali

Meningkat 34,57%

 

            Peningkatan kemampuan menulis permulaan yang terjadi pada persentase untuk masing-masing indikator di atas dapat terjadi karena, pada proses pembelajaran guru membimbing dan mengajarkan siswa menulis secara berstruktur dan LKPD yang diberikan oleh guru juga sesuai untuk meningkatkan setiap   aspek   penilaian   tersebut,   yaitu   dalam   proses   pengerjaan   LKPD diantaranya menebalkan kalimat putus-putus yang telah di analisis dan menuliskan kalimat sesuai dengan apa yang diperintahkan tanpa adanya bantuan kalimat  putus-putus seperti  sebelumnya.  Proses  inilah  yang  secara  otomatis melatih siswa menulis dengan rapi, mengingat setiap bentuk huruf, suku kata, kata, dan kalimat serta mengetahui susunan kata dalam  kalimat dengan benar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram batang yang disajikan di bawah ini:

 

 

 

Keterangan :

A  : Kerapian Tulisan

B  : Kelengkapan Kata

C  : Susunan Kata dalam kalimat

 

Berdasarkan data yang terdapat pada diagram di atas dapat disimpulkan bahwa  kemampuan  menulis  permulaan  siswa  dalam  pembelajaran  bahasa indonesia melalui metode Struktur Analitik Sintetik mengalami peningkatan per indikator. Hal ini didasri dari hasil kerapian tulisan siswa pada siklus I sebesar 66,66% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 85,18%. Sementara  Kemampuan siswa melengkapi kata dalam kalimat pada siklus I sebesar 18,51%sedangkan pada  siklus  II meningkat menjadi 77,77% dan kemampuan  siswa  dalam  menyusun  kata  dalam  kalimat  pada  siklus  I sebesar 62,96% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 88,88%. Dari hasil siklus I dan siklus II tersebut terjadi peningkatan sebesar 25,92%.

 

 

                                                            BAB V                                          

PENUTUP

 

 

A.    Kesimpulan

           Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan penulis pada bab sebelumnya melalui pra-tindakan, siklus I dan Siklus II pada masing-masing langkah penelitian tindakan kelas, hingga penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1.      Kemampuan menulis permulaan siswa pada konsep menulis permulaan di kelas II Madarash Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin melalui metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) mengalami peningkatan per indikator dimana pada Kerapian tulisan siswa pada siklus I sebesar 66,66% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 85,18%. Dari hasil siklus I dan siklus II tersebut terjadi peningkatan sebesar 18,5 2%. Sementara  Kemampuan siswa melengkapi kata dalam kalimat pada siklus I sebesar 18,51%sedangkan pada  siklus  II meningkat menjadi 77,77%. Dari hasil siklus I dan siklus II tersebut terjadi peningkatan sebesar 59,26%. Dan Kemampuan  siswa  dalam  menyusun  kata  dalam  kalimat  pada  siklus  I sebesar 62,96% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 88,88%. Dari hasil siklus I dan siklus II tersebut terjadi peningkatan sebesar 25,92%.

2.      Kemampuan guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) pada konsep menulis permulaan, pada RPP Siklus  I  sudah  mencapai  kategori  cukup  yaitu  75%.  Pada  RPP  Siklus  II meningkat menjadi 96,15% dengan kategori sangat baik

3.      Aktivitas siswa selama proses pembelajaran melalui metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) pada konsep menulis permulaan, pada RPP Siklus I mencapai kategori  cukup  yaitu  64,28%.  Pada  RPP  siklus  II  mengalami  peningkatan menjadi 85,71% yang termasuk kedalam kategori baik


B. Saran

     1. Bagi Guru Kelas II

         Diharapkan dapat menerapkan metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dalam pembelajaran bahasa Indonesia agar dapat mempelajari secara lebih mendalam dan dapat menerapkan pembelajaran melalui metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dalam pelaksanaan belajar mengajar di dalam kelas karena Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) ini menekankan keterampilan menulis secara terstruktur yang dilengkapi dengan gambar  seri sehingga membuat siswa aktif dan menyenangkan dalam belajar dan tidak terkesan untuk membuat siswa membosankan

2. Bagi Siswa

           Untuk dapat mengikuti proses pembelaaran bahasa Indonesia dengan baik. Giat dan terlatih dalam mengerkan semua tugas yang diberikan guru.

3. Bagi Sekolah

          Hasil  penelitian  ini  hendaknya  dapat  menjadi  masukan  bagi  sekolah dan  guru bidang studi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan serta meningkata kualitas pendidikan di sekolah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (2012). Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

 

Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi. (1998/ 1999). Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi. Jakarta:   Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

 

Alben Ambarita. (2006). Manajemen pembelajaran. Jakarta:   Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorak Ketenagaan.

 

Azhar  Arsyad,  M.A.  (2002).  Media  Pembelajaran.  Jakarta:  Raja  Grafindo Bandung: Rosdakarya

 

Basuki Wibawa & Farida Mukti. (1991/ 1992). Media Pengajaran. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Cipta.

 

Dadan Djuanda. (2006). Pembelajaran bahasa Indonesia Yang Komunikatif  Dan Menyenangkan. Jakarta:   Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

 

Darmiyati Zuhdi & Budiasih. (1996/ 1997). Pendidikan Bahasa Dan Sastra Di Kelas Rendah. Jakarta:   Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

 

Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Referensi, 2013)

 

Haryadi & Zamzani. (1996/ 1997). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta:  Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

 

Haryanto, dkk. (2003). Stategi Belajar Mengajar. Jakarta:    Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

 

Imam Bernadip. (2002). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Jasa Ungguh Muliawan. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Gava Indonesia, Jakarta: Erlangga. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Kasihani Kasbolah E.S. (1998/ 1999). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Lestari,  Ngreni.  2013.  Peningkatan  Kemampuan  Menulis  Permulaan Menggunakan  Media  Gambar  dengan  Pendekatan  Keterampilan Proses Siswa Kelas 2 SD Malangrejo Kabupaten Sleman. Skripsi. Yogyakarta. UNY.Media

 

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosda Karya.

 

Moh. Uzer Usman. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja

 

Muhibbin   Syah.   (2008).   Psikologi   Pendidikan   dengan   pendekatan   baru.

 

Mujjiburrahman & Heryana Y. (2014). Perkembangan Multimedia Pembelajaran Menulis dan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar. Jurnal Kependidikan.13(4): 383-391

 

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

 

Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2013)

 

Sabarti   Akhadiah,   dkk.   (1988).   Pembinaan   kemampuan   menulis   Bahasa

 

Sabarti  Akhadiah  M.K.,  dkk.  (1991/  1992).  Bahasa  Indonesia  I.  Jakarta: Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

 

Sabarti  Akhadiah  M.K.,  dkk.  (1991/  1992).  Bahasa  Indonesia  II.  Jakarta: Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

 

Sabarti Akhadiah, dkk. (1991/ 1992). Bahasa Indonesia III. Jakarta:  Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

 

Saleh  Abbas.  (2006).  Pembelajaran  Bahasa  Indonesia  Yang  Efektif  Di  SD.

 

Siti Anisatun Nafiah, Model-Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2018)

 

St.  Y.  Slamet,  Dasar-Dasar  Pembelajaran  Bahasa  dan  Sastra  Indonesia  Di Sekolah Dasar (Surakarta: Uns Press, 2017)


 

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori & Praktek. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

 

Suharsimi  Arikunto.  (2006).  Prosedur  Penelitian  Suatu  Pendekatan  Praktik.

 

Sunarto  dan  Agung  Hartono.  (1995).  Perkembangan  Peserta  Didik,  Jakarta: Rineka Cipta

 

Suprihadi  Saputro  &  H.  Zainul  Abidin  &  I Wayan  Sutama  (2000).  Strategi Pembelajaran. Jakarta:   Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Tinggi.

 

Tadkiroatun, Musfirah. 2009. Menumbuhkan Baca-Tulis Anak Usia Dini. Jakarta. PT. Grasindo.

 

Trianto. 2013.Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.

 

Umar Tirtaraharja. (1994). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal

 

Wulandari, Siska & Yulia T Samiha. (2015). Pembelajaran Menulis Permulan Melalui Metode Abjad (Alphabet) Bagi Siswa Berkesulitan Menulis  Jurnal Ilmiah PGMI vol 1, No 2

 

Zainal Aqib. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya Persada. Rosdakarya.

 

Zainuddin. (1991). Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka

 

 



0 $type={blogger}:

Postingan Populer

Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Kota Jambi, Indonesia

Putra Muaro Bungo

Putra Muaro Bungo
Jadilah Diri Sendiri Tanpa Berharap Kepada Manusia

Simpel Aja

Simpel Aja

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

My Famili

SELAMAT DATANG DI

BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN

Arsip Blog

Pengikut

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman

TERIM KASIH

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT