BAB I
PENDAHULUAN
A. A. Latar Belakang
Masalah
Kemampuan
menulis permulaan merupakan keterampilan yang harus dikuasai siswa sekolah
dasar sejak dini, karena keterampilan menulis permulaan merupakan keterampilan yang sangat mendasar
bagi siswa sekolah dasar. Menulis permulaan merupakan keterampilan menulis yang
diajarkan pada kelas rendah, yakni kelas I sampai kelas III sekolah
dasar sebagai pembelajaran menulis pada tingkat dasar. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh
siswa pada pembelajaran
menulis permulaan tersebut
akan menjadi dasar dalam
peningkatan dan pengembangan
kemampuan siswa pada
jenjang selanjutnya
(Darmiyati Zuhdi, 1996/ 1997: 62-63).
Kemampuan menulis terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:
menulis permulaan dan menulis
lanjutan. Pembelajaran menulis
permulaan ditujukan untuk peserta didik dikelas-kelas rendah,
yaitu kelas I-III. Menulis permulaan merupakan tahap awal proses belajar
menulis yang difokuskan pada penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan
kalimat sederhana, dan tanda baca (huruf kapital, titik, koma, dan tanda
tanya). (Lestari, 2013:16)
1 |
Pembelajaran menulis permulaan yang
dikatakan sebagai acuan dasar tersebut baik dan kuat, maka diharapkan hasil
pengembangan keterampilan menulis sampai tingkat selanjutnya akan menjadi baik
pula. Guru
hendaklah mengupayakan pembelajaran yang baik untuk menuntun siswanya menguasai
keterampilan menulis sejak dini.
Sejalan dengan seruan untuk membaca, Allah juga
mewahyukan kepada hambnya dan diperintahkan untuk menulis, hal tersebut tersirat dari kata “Alqalam”. Kata Alqalam sebagai segala macam
alat tulis menulis sampai kepada mesin-mesin tulis. Anjuran menulis ini
ditegaskan oleh
Allah dalam sebuah ayat dalam al-qur’an surah al-qolam ayat 1 yang berbunyi :
Artinya : Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis. (Anonim,1987).
Ayat diatas menjelaskan bahwa kata Al-qalam menyeru manusia untuk menulis dan
mencatat. Atas dasar Alquran menggunakan bahasa arab maka kegiatan
tulis-menulis yang amat ditekankan adalah tulis-menulis huruf-huruf arab huruf
hijaiyah sebagai bahasa Alquran, bahasa penduduk surga dan bahasa Rasulullah. Namun tidak terlepas juga menulis bahasa selain yang
demikian.
Mengajarkan
menulis permulaan bukanlah
hal yang mudah.
Banyak siswa kelas IIII MI/SD yang
kemampuan menulis permulaannya masih rendah. Kebanyakan siswa kelas III MI/SD masih kesulitan untuk memahamami materi menulis
mermulaan yang disajikan guru secara abstrak. Tak mengherankan jika hal
tersebut terjadi, karena tahapan berpikir mereka masih berada pada tahap
operasional konkret. Selain itu, di kelas I siswa baru terbiasa belajar untuk merangkai huruf
menjadi kata atau kalimat. Sedangkan untuk kelas III tuntutan
kompetensi yang harus dikuasai siswa lebih tinggi. Pembelajaran menulis
permulaan di kelas III sudah dituntut
untuk menyatakan ide / pesan secara tertulis. Sedangkan tahap berpikir siswa
kelas III masih berada pada tahap operasional konkret. Oleh karena itu banyak
siswa kelas III MI/SD
menganggap pembelajaran menulis
permulaan itu sulit.
Hal tersebut disebabkan karena
mereka belum bisa berpikir abstrak.
Setidaknya ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kemampuan anak dalam menulis permulaan yaitu: (1) motorik, (2)
perilaku, (3) persepsi, (4) memori, (5) kemampuan melaksanakan cross modal, (6)
penggunaan tangan yang
dominan, dan (7)
kemampuan memahami intruksi. Selain masalah menulis yang dikemukakan Lerner, kemampuan menulis anak juga
dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. Menurut teori Piaget (dikutip
Mutiah, 2012:53-68) perkembangan kognitif anak memiliki beberepa tahap yaitu:
tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), dan
operasional formal (11-15 tahun) (Abdurrahman, 2012:181)
Selanjutnya penyebab terbatasnya
peserta didik dalam kemampuan menulis adalah guru kurang kreatif dalam memilih
bahan ajar, metode, dan media pembelajaran. Kreativitas guru sangat dibutuhkan
dalam memilih sumber
belajar menggunakan metode
yang sesuai dengan kebutuhan,
minat, perhatian dan lingkungan
kehidupan peserta didik. Dalam
pengajaran membaca dan menulis permulaan ada berbagai metode yang dapat di
terapakan guru di sekolah dasar. Metode yang dimaksud adalah metode: Abjad,
Eja/bunyi, Kata lembaga,
Global, Iin-aan, Cooperative
Integrated Reading And Composition (CIRC) (Mujiburrahman, 2014:384)
Permasalahan tentang kesulitan
peserta didik dalam pembelajaran menulis permulaan tidak terbatas dari hal itu
saja. Bahan ajar yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis
permulaan juga berpengaruh
terhadap keterbatasan peserta didik dalam menulis. Hal ini karena
perubahan kurikulum 2013 yang menerapkan buku tema. Buku tema lebih ditujukan
bagi peserta didik yang sudah mampu dalam membaca dan menulis, karena di dalam
buku tema tersebut berisi teks-teks bacaan dan tugas-tugas menulis beberapa
kata dan kali- mat. Sedangkan persyaratan masuk sekolah yang dibuat Departemen
Pendidikan Nasional yaitu sekolah wajib menerima peserta didik yang tidak
berasal dari sekolah Taman kanak-kanak asalkan memenuhi beberapa persyaratan
yang lain seperti: Berusia 6 tahun, berdomisili diwilayah sekitar sekolah
(berdasrakan Kartu Keluarga). Oleh karena itu, banyak peserta didik yang tidak
berasal dari taman kanak-kanak dan bisa dikatakan belum mengenal huruf diterima
di sekolah. Ketika di kelas 1 mereka belajar dengan buku tema yang basicnya
ditujukan untuk peserta didik yang melek huruf.
Metode Cooperative Integrated Reading And
Composition (CIRC) adalah Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam perencanaan pembelajaran
di
kelas atau
pembelajaran dalam tutorial. Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolahan kelas.
Suprijono (2012:54) menyatakan
pembelajaran cooperative adalah
“konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh
guru
atau diarahkan
oleh guru”. Sedangkan menurut Roder dalam (Miftahul Huda, 2014:29) menyatakan:
“Cooperative learning is
group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learnees in group in which each learner is held accountable foe
his or her own learning and is
motivated to increase the learning”.
Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok
yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan
pada perubahan
informasi
secara sosial
diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajara bertanggung jawab atas
pembelajaran anggota-anggota yang lain. Sejalan dengan pendapat tersebut
Miftahul huda (2014:31) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
“sebagai pembentukkan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa
yang dituntut untuk berkerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan
pembelajaran siswa-siswa lainnya”. Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan
kelompok yang terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula
yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda.
Permasalahan
serupa tentang kurangnya
keterampilan menulis juga terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
(MIN) 05 Merangin dimana kemampuan menulis permulaan siswa kelas III MIN 05
masih sangat rendah. Hal ini dimana siswa kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran menulis permulaan dan kebanyakan siswa merasa bahwa pelajaran
menulis permulaan sulit .
Berdasarkan hasil observasi
peneliti di MIN 05 Merangin, peneliti menemukan bahwa
pada kelas III banyak siswa masih memiliki kemampuan menulis yang rendah. Faktor yang menjadi
penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar menulis yaitu siswa kurang
latihan, dan kemampuan guru yang masih bersifat konvensional, belum menerapkan
pembelajaran yang inovatif, dimana siswa belum berperan aktif dalam
kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran masih berpusat pada guru, selain itu
guru belum mampu menerapkan metode pembelajaran secara maksimal. Oleh karena
itu, perlu dilakukan sebuah tindakan pembelajaran dengan metode yang berbeda.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
menulis permulaan adalah
dengan metode pembelajaran kooperatif
Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC). Karena
metode ini dipandang sebagai metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan
membaca dan menulis permulaan bagi siswa kelas III di MIN 05 Merangin
Berdasarkan
uraian di atas, penulis ingin mengembangkan suatu metode
pembelajaran
agar memudahkan dalam menyampaikan suatu pembelajaran yang nantinya dijadikan sebuah
metode untuk mempermudah siswa memahami materi pelajaran yaitu menggunkana
metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC). Dari latar
belakang masalaha diatas, penulis tertarik meneliti lebih jauh permasalahan yang
terjadi dilapangan dalam sebuah karya ilmiyah yang berjudul “Meningkatkan
Kemampuan Menulis Pemulaan Menggunakan Metode Cooperative Integrated Reading
And Composition (CIRC) Pada Pelajaran Tematik Kelas III di MIN 05
Merangin”.
B.B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang masalah di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut .
1. Pembelajaran menulis permulaan masih terpusat
pada guru.
2. Motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis permulaan
masih rendah.
3. Kemampuan siswa dalam hal menulis permulaan
masih rendah.
4. Guru belum menggunakan metode
(CIRC) pada saat pembelajaran
menulis permulaan, maka materi yang diajarkan guru terkesan abstrak sehingga
sulit dipahami siswa.
C.C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
masalah, dan identifikasi masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan menulis pemula pada
pelajaran Tematik Kelas III di MIN 05 Merangin.
D. D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah
sebagai bertikut :
1.Ingin mendiskripsikan bagaimanakah
meningkatkan
kemampuan menulis permulaan
menggunakan metode (CIRC) pada pelajaran Tematik kelas III MIN 05 Merangin
2.Ingin mendiskripsikan apakah penggunaan
metode (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan siswa kelas
III MIN 05 Merangin.
E. Manfaat penelitian
Adanya penelitian
ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1.
Manfaat teoritik
Hasil
penelitian ini merupakan salah satu khasanah pembelajaran yang sederhana dan
mudah untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis permulaan.
2.
Manfaat praktis
a. Bagi Guru
Manfaat
penelitian ini bagi
guru adalah untuk
memberikan masukan tentang pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami
siswa, sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis permulaan.
b. Bagi Siswa
Manfaat penelitian ini bagi guru adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa kelas III SD dalam menulis permulaan.
c. Bagi Sekolah
Manfaat
penelitian ini bagi sekolah adalah sebagai bahan pertimbangan sekolah dalam
rangka perbaikan pembelajaran yang berimplikasi pada kemajuan sekolah dan
peningkatan kualitas pendidikan.
d. bagi penulis
Untuk menambah
wawasan penulis tentang metode (CIRC) dan salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana strata satu (S.1) pada ilmu pendidikan Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Keterampilan Menulis Permulaan
a.
Pengertian menulis
Dalam belajar bahasa ada empat keterampilan yang harus
dikuasai, yakni berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut
saling berkaitan. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang penting untuk dikuasai dalam belajar bahasa.
Pembelajaran menulis diajarkan sejak SD kelas rendah, secara bertahap (Sabarti
Akhadiah, 1991/1992:64).
Menulis dalam arti yang sederhana adalah
merangkai-rangkai huruf menjadi kata atau kalimat (Zainuddin, 1991:97).
Kemampuan menulis berarti kemampuan untuk mengungkapkan gagasan , pendapat,
dan perasaan kepada
pihak lain melalui
bahasa tulis. Kemampuan menulis diperoleh melalui proses
yang panjang. Dimulai dari mengenal huruf, menyalin huruf, menulis kata,
menulis kalimat, menulis paragraf, dan seterusnya sampai menulis karya ilmiah.
Tentu saja pada tahap sekolah dasar tahap menulis belumlah kompleks. Karena
itu, belajar menulis tersebut, terus dipelajari sampai perguruan tinggi.
Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara
sistematik dan mengungkapkannya secara tersurat (Sabarti Akhadiah, dkk, 1988).
Hal itu berarti dalam
menulis gagasan diungkapkan
secara terstruktur.
Sedangkan, Zainuddin (1992:97)
memaparkan bahwa menulis
adalah merangkai-rangkai huruf mejadi kata atau kalimat. Selanjutnya,
Tample 1988 (Saleh Abbas, 2006:127)
menerangkan bahwa menulis adalah proses berpikir yang berkesinambungan, mulai
dari mencoba, dan sampai dengan mengulas kembali. Menulis sebagai proses
berpikir berarti bahwa sebelum dan atau saat setelah menuangkan gagasan dan
perasaan secara tertulis diperlukan keterlibatan proses berpikir.
8 |
Sabarti
Akhadiah 1998 (Ahmad
Rofi’uddin dkk, 1998:262) menyebutkan bahwa
menulis dapat diartikan sebagai aktivitas pengekspresian
ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke
dalam lambang- lambang kebahasaan. Dengan menulis, maka ide, gagasan, pikiran,
atau perasaan dapat diketahui oleh orang lain tanpa harus mengatakannya kepada
orang tersebut, jika orang yang membaca tulisan memahami lambang kebahasaan
tersebut.
Kemampuan atau keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapakan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa
tulis (Saleh Abbas, 2006:125). Dengan menulis maka seseorang akan dapat
mengungkapkan ide ataupun sesuatu yang ada dalam pikirannya ke dalam lambang
grafis, dengan tujuan orang lain dapat membaca apa yang telah diungkapkan.
Selanjutnya, Saleh Abbas (2006:126) mengungkapkan bahwa
belajar menulis secara
konvensional diartikan sebagai
belajar menuliskan sesuatu dalam sistem tulisan tertentu yang dapat
dibaca oleh orang yang telah menguasai sistem itu. Melalui tulisan, seseorang
akan dapat mengungkapkan gagasan maupun perasaannya kepada orang lain melalui
lambang-lambang grafis, tanpa harus bertemu langsung dengan orang lain
tersebut. Orang akan mengetahui gagasan atau perasaan orang lain lewat tulisan
jika orang itu memahami bahasa dan lambang grafis yang digunakan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa menulis adalah serangkaian kegiatan menuangkan ide/ pikiran maupun
perasaannya ke dalam lambang grafis, dengan tujuan orang lain dapat mengetahui
ide/ pikiran maupun perasaanya tersebut jika orang yang membaca memahami bahasa
dan lambang grafis tersebut. Supaya orang yang membaca dapat memahami isi
tulisan, maka menulis harus menggunakan aturan.
b.
Tujuan menulis
Pembelajaran menulis dilaksanakan sejak dini, yakni
sejak SD kelas rendah. Hal tersebut dilakukan mengingat betapa pentingnya
kemampuan menulis itu. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan sesuatu yang
ada dalam pikirannya, sehingga dapat dibaca oleh orang lain. Untuk mempelajari
ilmu yang lain tidak bisa lepas dari menulis.
Kemampuan
menulis yang siswa miliki memungkinkan siswa untuk mengkomunikasikan ide,
penghayatan dan pengalaman ke berbagai pihak, terlepas dari ikatan waktu dan
tempat. Berkomunikasi tidaklah hanya dengan
berbicara, tetapi menulis juga merupakan salah satu bentuk dari
komunikasi. Sebagai contoh, untuk berkomunikasi dengan suatu instansi biasanya
memakai surat. Tulisan jangkauannya juga lebih luas dibandingkan hanya dengan
berbicara. Misalnya, tulisan di surat kabar akan menjangkau semua pembaca surat
kabar tersebut walaupun pembaca berada di tempat yang jauh. (Darmiyati,
dkk. (1996:123) Jadi menulis bertujuan agar seseorang dapat
mengkomunikasikan ide, penghayatan dan pengalaman ke
berbagai pihak, terlepas
dari ikatan waktu dan tempat. Selain itu, menulis juga bertujuan untuk
dapat memahami bahasa komunikasi. Dengan belajar menulis, maka seseorang akan
dapat melakukan komunikasi
dalam kehidupan sosialnya
sehari–hari.
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi menulis
Beberapa
faktor yang mempengaruhi kemampuan anak menulis, seperti berikut.
1).
Motorik
Anak yang
perkembangan motoriknya belum
matang atau mengalami gangguan,
akan mengalami kesulitan menulis. Tulisannya tidak jelas,
terputus-putus atau tidak mengikuti garis.
2).
Perilaku
Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah
teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan
menulis.
3).
Persepsi
Anak yang
terganggu persepsinya dapat menimbulkan
kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya yang terganggu, memungkinkan
anak sulit membedakan bentuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti “d” dengan
“b”, “p” dengan “q”, “h” dengan “n” atau “m” dengan “w”. Jika persepsi
auditorisnya yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk
menuliskan kata-kata yang diucapkan guru.
4).
Memori
Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya
kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan
ditulis. (Lerner 1985:402)
d.
Manfaat menulis
Kemampuan baca tulis dikenal sebagai kunci pembuka
untuk memasuki dunia yang lebih luas. Seperti yang dikemukakan oleh Ahmad
Rofi’uddin bahwa melalui pengajaran baca-tulis yang baik akan dapat dipacu
penguasaan kemampuan berpikir kritis - kreatif dan perkembangan dimensi afektif
dapat dioptimalkan. Itu berarti, selain membaca, menulis juga sangat penting
manfaatnya bagi siswa. (Ahmad Rofi’uddin, 1998: 37). Dengan tulisan, maka gagasan/ ide dapat diketahui oleh
orang lain tanpa harus bertemu langsung. Anak juga akan dapat berpikir kritis
dan kreatif dengan menuangkan gagasannya/ pemikirannya ke dalam tulisan secara
sistematis. Kemampuan afektif anak
pun dapat dikembangkan melalui menulis, yakni kemampuan
siswa mengembangkan perasaan dan emosinya secara lebih professional dan
bertanggung jawab kearah tercapainya keseimbangan antara rasio, indera,
persepsi imajinasi, dan karsa.
e.
Prinsip-prinsip perkembangan menulis
Perkembangan
menulis mengikuti prinsip - prinsip berikut.
1).
Prinsip keterulangan
Siswa menyadari bahwa suatu kata bentuk yang sama
terjadi berulang-ulang. Siswa memperagakannya dengan
cara menggunakan suatu bentuk secara berulang-ulang.
2).
Prinsip generatif
Anak menyadari bentuk-bentuk tulisan secara lebih
rinci, menggunakan beberapa huruf dalam kombinasi dan pola yang beragam. Mereka
mulai memperhatikan adanya keteraturan huruf dalam suatu kata.
3). Konsep tanda
Anak memahami kearbriteran tanda-tanda dalam bahasa tulis. Untuk
mempermudah kegiatan komunikasi, orang dewasa perlu menghubungkan benda
tertentu dengan kata yang mewakilinya.
4).
Fleksibilitas
Anak menyadari bahwa suatu tanda secara fleksibel dapat
berupa tanda yang lain, dengan menambahkan tanda-tanda tertentu.
5).
Arah tanda
Anak menyadari bahwa tulisan bersifat linier, bergerak
dari satu huruf ke huruf yang lain sampai membentuk suatu kata, dari arah kiri
menuju ke arah kanan, bergerak dari baris yang satu menuju baris yang lain.
(Ahmad Rofiuddin dan Darmiyati
Zuchdi, 1998:77)
f.
Kajian Menulis Permulaan
Anak-anak sudah terdorong untuk menulis jauh sebelum
anak masuk TK. Anak sering kelihatan memegang alat tulis dan sibuk menulis.
Hasil tulisannya walaupun masih berupa corat-coret atau gambar, jika anak
ditanya menulis apa, anak akan menjawab sesuai dengan apa yang mereka
maksudkan. Anak menulis dengan cara anak sendiri. Hal ini sebagai bukti bahwa
anak sudah belajar menulis secara alami di rumah dan di masyarakat. Begitu anak
mulai belajar menggunakan simbol-simbol untuk kata-kata, anak menyadari bahwa tulisan itu memiliki makna.
Menulis permulaan adalah tujuan sementara yang kemudian
diharapkan siswa akan berkembang dan menggunakan kemampuan menulisnya untuk
menambah pengetahuan dan mengembangkan pribadinya lebih lanjut (Sabarti
Akhdiah, 1991:75). Pembelajaran menulis permulaan difokuskan pada: penulisan
huruf, penulisan kata, penulisan kalimat sederhana, dan penulisan tanda baca.
Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1998/ 1999: 80) juga mengemukakan bahwa
menulis permulaan difokuskan pada penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan
kalimat sederhana, dan tanda baca (huruf capital, titik, koma, dan tanda
tanya). Sedangkan Sabarti Akhadiah (1992:66) menyatakan bahwa
siswa kelas 2
SD diharapkan dapat
menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan dapat menyatakan ide/
pesan secara tertulis.
Kemampuan menulis permulaan merupakan keterampilan yang
harus dikuasai siswa sekolah dasar sejak dini, karena keterampilan menulis permulaan
merupakan keterampilan yang sangat mendasar bagi siswa sekolah dasar. Menulis
permulaan merupakan keterampilan menulis yang diajarkan pada kelas rendah,
yakni kelas I dan II sekolah dasar sebagai pembelajaran menulis pada tingkat
dasar. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh siswa pada
pembelajaran menulis permulaan tersebut akan menjadi dasar dalam peningkatan
dan pengembangan kemampuan siswa pada jenjang selanjutnya. Apabila pembelajaran
menulis permulaan yang dikatakan sebagai acuan dasar tersebut baik dan kuat,
maka diharapkan hasil pengembangan keterampilan menulis sampai tingkat
selanjutnya akan menjadi baik pula.
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997:62)
menjelaskan bahwa kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan
berbahsa tulis yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis ini merupakan
kemampuan yang menghasilkan, dalam hal ini mennghasilkan tulisan.
Menulis merupakan kegiatan
yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang
diperlukan antara lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis,
kemampuan mengungkapkan pikiran
atau gagasan secara
jelas, dengan menggunakan bahasa
yang efektif, dan
kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis dengan baik.
Pernyataan
tersebut ditegaskan, bahwa kemampuan menulis dapat diperoleh melalui proses
yang panjang. Sebelum sampai pada tingkat mampu
menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal, tingkat permulaan, mulai
dari pengenalan lambang-lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh
pada tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan itu, akan menjadi
dasar peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa selanjutnya. Apabila dasar
itu baik, kuat, maka dapat diharapkan hasil pengembangannya pun akan baik pula,
dan apabila dasar itu kurang baik atau lemah, maka dapat diperkirakan hasil
pengembangannya akan kurang baik juga.
g. Tahap-tahap perkembangan
menulis
Tahapan-tahapan perkembangan menulis
anak adalah tahap
mencoret dan menggores pengulangan linear,
huruf acak, menulis
fonetik, eja transisi,
dan eja konvensional. Adapun
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Tahap mencoret dan menggores (scrible stage)
Pada tahap ini anak mulai membuat coretan. Bagi anak,
coretan itu adalah sebuah tulisan yang bermakna. Pada tahap ini, tulisan guru
dan orang tua
sangat dibutuhkan sebagai
model menulis bagi anak.
2). Tahap pengulangan linear (linear repetitive stage)
Tahap ini anak “menulis dengan bentuk linear dan menangkap
kesan bahwa kata-kata ada yang berbentuk panjang, dan ada pula yang pendek.
“kata-kata” itu diwujudkan dalam garis bergelombang panjang atau pendek. Pada
tahap ini anak membutuhkan dukungan, sehingga garis-garis bergelombang itu
mudah membentuk huruf-huruf.
3). Tahap huruf acak (random letter stage)
Pada tahap ini anak
mulai menuliskan huruf-huruf
yang walaupun bukan kata-kata yang konvensional, tetapi bagi mereka
adalah kata-kata.
4). Tahap menulis fonetik (phonetik writing stage)
Pada tahap
ini, anak mulai menghubungkan bentuk tulisan dengan bunyinya. Tahap ini disebut
menulis nama huruf karena anak menuliskan huruf-huruf yang nama dan bunyinya
sama.
5). Tahap eja transisi (transitional spelling stage)
Pada tahap ini anak mulai belajar tentang sistem tulisan,
yaitu bahasa tulis yang konvensional. Mereka mulai melafalkan huruf-huruf dalam
rangkaian kata secara konvensional.
6). Tahap eja konvensional (conventional spelling stage)
Pada tahap ini anak dapat menulisdengan bentuk yang
konfensional. Kata mendung misalnya
ditulis “mendunng”dan bukan “mendong”. (Tadkiroatun Musfiroh
(2009:6)
h. Teknik pengajaran menulis permulaan
Teknik strategi pengajaran menulis permulaan antara lain
adalah ; mengeblat, menghubungkan titik-titik, menyalin, dan dikte. Adapun
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Mengeblat
Pengajaran mengeblat adalah menirukan atau menebalkan
suatu tulisan yang
telah ada. Pengajaran
mengeblat ini dimaksudkan untuk
melatih gerakan jari-jari siswa dalam menulis suatu tulisan.
Langkah-langkah pengerjaannya adalah
guru membagikan kertas yang bertuliskan beberapa kata atau huruf dengan
tulisan tipis. Selanjutnya siswa diinstruksikan untuk menebalkan tulisan
tersebut. dalam hal ini, guru hendaknya memperhatikan cara siswa ketika
memegang pensil, sikap duduk dan proses penulisan. Guru hendaknya juga
memberikan dorongan dan bimbingan kepada siswa.
2). Menghubungkan titik-titik
Untuk melatih siswa menulis permulaan dapat juga dengan
cara menghubungkan titik-titik yang membentuk huruf atau tulisan. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk melatih jari-jari siswa dalam menuliskan suatu tulisan.
3). Menyalin
Apabila siswa dianggap guru telah terlatih dalam
mengkoordinasikan mata, ingatan dan jari-jarinya. Langkah selanjutnya adalah
menyalin tulisan. Tulisan yang disalin tersebut dapat berupa hasil yang
terdapat dalam buku pelajaran atau tulisan guru di papan tulis.
4). Dikte
Dikte adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan agar apa yang dilisankan oleh guru ditulis oleh siswa. Dikte dalam
pembelajaran menulis bertujuan
untuk mengetahui sejauh
mana hal-hal yang telah dipelajari siswa sungguh-sungguh sudah melekat
pada pola ingatannya atau belum.
5. Melengkapi
Untuk melatih siswa menulis permulaan dapat juga dengan
malakukan latihan melengkapi. Latihan melengkapi yaitu melengkapi tulisan
(melengkapi huruf, suku kata, kata, atau kata) yang sengaja dihilangkan. Teknik
ini akan melatih inngatan anak dalam menuliskan huruf. (Purwanto, 2000: 25)
i. Indikator Menulis
Menulis
merupakan keterampilan yang
kompleks dan sulit dukuasai. Indikator menulis
menghendaki penguasaan bebagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu
sendiri yang akan menjadi unsur karangan. Baik unsur bahasa atau unsur isi
pesan harus terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang
runtut, padu, dan berisi. (Nurgiyantoro, 2010:422). Secara lebih rinci
indikator menulis yaitu bermakna, jelas, bulat atatu utuh, ekonomis, dan
memenuhi kaidah-kaidah gramatikal. (Fachruddin,1988: 8)
a. Bermakna
Karangan
yang baik harus mampu menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi seseorang
dan memberikan bukti terhadap apa yang dikatakannya itu. Karangan harus
memiliki makna dan meninggalkan kesan bagi
pembaca. Karangan yang
tidak meninggalkan makna atau
kesan akan cenderung sia-sia, meskipun karangan itu ditulis dengan baik dan
benar.
b. Jelas
Tulisan
dapat dikatakan jelas jika itu mudah dipahami maknanya dan tidak membuat
bingung pembacanya. Tulisan yang memiliki makna sumbang akan cenderung membuat
tujuan penulis tidak tersampaikan kepada pembaca, dan bahkan dapat menimbulkan
perbedaan persepsi antara pembaca dan penulis.
c. Padu dan Utuh
Sebuah
tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutikarangan dengan
mudah karena tulisan
itu terorganisir dengan jelas.
Antara paragraf satu
dengan yang lain
saling berhubungan satu sama lain dan tidak melompat-lompat.
d. Ekonomis
Sebuah
karangan dikatakan ekonomis jika kalimat-kalimat di dalamnya banyak menggunakan
kalimat efektif. Seorang penulis karangan harus mampu mengurangi kata-kata yang
berlebihan jika tujuan utamanya adalah memberi informasi. karangan yang tidak
ekonomis akan cenderung membuat waktu pembaca hilang terbuang sia-sia.
e. Mengikuti Kaidah Gramatika
Karangan yang
mengikuti kaidah gramatika
adalah tulisan yang di dalamnya
menggunakan kata-kata baku yang sesuai dengan EYD. Pemakaian bahasa baku akan
membantu pembaca untuk memahami isi tulisan, karena bahasa baku dapat mudah
dipahami oleh masyarakat karena sudah
dipelajarai sejak Sekolah
Dasar hingga
Perguruan Tinggi.
2. Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)
a. Pengertian Metode (CIRC)
Metode CIRC merupakan suatu program komprehensif untuk pengajaran
membaca dan menulis
pada kelas-kelas rendah maupun kelas tinggi. Siswa bekerja dalam tim belajar kooperatif yang
beranggotakan empat orang
(Nur, 2005: 12).
Siswa terlibat dalam rangkaian kegiatan bersama, saling
membacakan satu sama lain,
menulis tanggapan terhadap isi bacaan, membuat
ikhtisar, berlatih pengejaan, dan pembendaharaan kata.
Metode CIRCadalah
komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif-kelompok (Suyatno,
2009: 8).
Metode (CIRC) merupakan singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition. Dimana cooperative merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama satu sama lain lalu integrated
yang berarti terpadu atau suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam mata
pelajaran. Reading artinya membaca yang dimana membaca disini fokus dalam pemahaman siswa dalam
membaca teks cerita maupun kosakata. Sedangkan composition/komposisi yang artinya menulis yaitu siswa mampu menyimpulkan isi dari teks cerita tersebut lalu
menulisnya.
Pada metode ini siswa dibentuk kelompok untuk memberikan
tanggapan terhadap wacana dengan langkah langkah sebagai berikut; (1) membentuk
kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen, (2) guru memberikan
wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran, (3) siswa bekerjasama saling
membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana dan
ditulis pada kertas, (4) mempresentasikan hasil kelompok, (5) guru membuat
kesimpulan, (6) refleksi
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat Dapat
disimpulkan CIRC merupakan
salah satu model
pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis, dimana peserta
didik dibagi menjadi beberapa kelompok untuk meningkatkan kemampuan pemahaman
dalam membaca, menulis, memahami
kosakata dan seni
berbahasa. Fokus utama kegiatan CIRC adalah membuat
penggunaan waktu menjadi lebih efektif. Siswa dikondisikan dalam tim-tim
kooperatif yang kemudian dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca,
supaya memenuhi tujuan lain seperti pemahaman membaca, kosakata,
pembacaan pesan, dan
ejaan. Dengan begitu
siswa termotivasi untuk saling bekerja sama dalam sebuah tim.
b. Unsur-unsur Metode CIRC
Unsur-unsur
utama dalam CIRC adalah :
1.
Para siswa dibagi ke dalam
beberapa kelompok menulis yang terdiri atas 2-3 orang berdasarkan tingkat
kemampuan membaca mereka yang heterogen. Proses pembentukan kelompok seharusnya
ditentukan oleh guru agar kemampuan membaca para peserta didik dalam satu
kelompok benar-benar berbeda satu sama lain
2.
Peserta didik ditempatkan
berpasangan di dalam kelompok menulis mereka. Dan selanjutnya,
pasangan-pasangan tersebut dibagi ke dalam tim yang terdiri dari
pasangan-pasangan dari dua kelompok menulis yang berbeda. Misalnya, sebuah tim
terdiri dari dua siswa yang memiliki kemampuan menulis tingkat tinggi dan dua
orang siswa yang memiliki kemampuan membaca tingkat rendah
3.
Seni berbahasa dan Menulis
Terintegrasi. Bagian ini penekanannya adalah pada proses menulis, kemampuan
mekanika bahasa yang diperkenalkan sebagai tambahan khusus terhadap pelajaran
menulis. Pada bagian ini siswa diminta untuk membuat konsep karangan setelah
berkonsultasi dengan teman satu tim dan kepada guru mengenai gagasan-gagasan
mereka, rencana pengaturan, bekerja sama dengan teman satu tim untuk merevisi
isi karangan mereka, kemudian saling menyunting pekerjaan antara satu dengan
yang lainnya menggunakan formulir penyuntingan yang menekankan pada kebenaran
tata bahasa dan mekanika bahasa. Pada akhirnya, para siswa akan menerbitkan
karangan akhir mereka dalam buku-buku tim atau kelas. (Robert E. Slavin,
2009:209)
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode CIRC
Adapun Kelebihan Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) menurut Slavin adalah :
1. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC amat tepat untuk meningkatkan
pemahaman siswa pada materi pembelajaran.
2. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.
3. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam
kelompok.
4. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek
pekerjaan.
5. Membantu siswa yang lemah dalam memahami tugas yang diberikan
6. Meningkatkan hasil belajar
khususnya dalam menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. (Izzaaljannah,
2017:13)
Adapun kekurangan Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) adalah dimana metode CIRC adalah pada saat presentasi,
hanya siswa yang aktif, yang tampil memerlukan waktu yang relatif lama, adanya
kegiatan-kegiatan kelompok yang tidak bisa berjalan seperti apa yang
diharapkan. Akan tetapi, Penggunaan
model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) menimbulkan
sebuah masalah yaitu apabila guru sedang mengajarkan satu kelompok membaca,
siswa lain di dalam kelas tersebut harus diberikan kegiatan-kegiatan yang dapat
mereka selesaikan dengan sedikit pengarahan dari guru. Hal ini dapat dihindari
apabila guru bisa mengelola waktu dan kelas secara baik. Pembelajaran dengan
metode ini dapat efektif apabila dilakukan dengan periode
yang panjang.
3. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe atau jenis dari model pembelajaran terpadu. Menurut Depdiknas,
istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran
sehingga
dapat
memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa.
(Trianto. 2013: 147).
Kurikulum terpadu adalah kurikulum di mana para siswa dapat
mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-
aspek tertentu dari lingkungan mereka. Ia melihat pertautan antara kemanusiaan, seni komunikasi, ilmu pengetahuan alam, matematika,
studi sosial, musik, dan seni. Keterampilan pengetahuan dikembangkan dan
diterapkan di lebih dari satu wilayah studi. (Trianto. 2013: 148).
b. Model
Pembelajaran Tematik
Ada
tiga pembelajaran tematik
yang dipilih dan
dikembangkan di program
Pendidikan Guru Sekolah, yaitu:
1) Model keterhubungan (connected)
Model keterhubungan (connected) ialah model
pembelajaran yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep
dengan konsep lain,
satu topik dengan
topik lain, satu keterampilan dengan
keterampilan lain, tugas-tugas
yang dilakukan pada satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan pada
hari berikutnya, bahkan
ide-ide yang dipelajari
yang dipelajari pada satu
semester dengan ide-ide
yang akan dipelajari
padasemester berikutnya di
dalam satu bidang
studi.
2) Model jaring laba-laba (webbed)
Model jaring laba-laba (webbed) merupakan model
pembelajaran tematik yang
pengembangannya dimulai dengan
menentukan tema. Tema bisa ditetapkan
dengan negosiasi antara
guru dan siswa, tetapi dapat pula
dengan diskusi sesama guru. Setelah tema disepakati, dikembangkan
sub-subtemanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari
sub-sub tema ini dikembangkan
aktivitas belajar yang
harus dilakukan siswa.
3) Model keterpaduan (integrated)
Model keterpaduan (integrated) merupakan model
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar-bidang studi. Model ini
diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan
prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, sikap
yang saling tumpang
tindih di dalam
beberapa bidang studi. Berbeda dengan model jaring laba-laba yang
menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, dalam model
keterpaduan yang berkaitan dan bertumpang tindih merupakan hal yang terakhir
ingin dicari dan dipilih oleh guru
dalam tahap perencanaan
program. Pertama kali
guru menyeleksi
konsep-konsep, keterampilan, dan
sikap yang diajarkan dalam satu
semester dari beberapa bidang studi. Selanjutnya dipilih beberapa konsep
keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih
di antara berbagai bidang studi. Tokoh yang mengembangkan model ini adalah John
Milton. (Abdul Majid, 201476-77)
B. Kerangka
Berfikir
Kerangka
pikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis peraturan antara variabelyang
akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu
dijelaskan hubungan antar
variabel independen dan dependen. Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel
atau lebih biasanya dirumuskan hipotesis yang bebentuk komparasi
maupun hubungan. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa
menyakinkan sesama ilmuan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun
suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang
berupa hipotesis. (Sugiyono,2016: 92)
Kemampuan menulis anak masih rendah sebab anak belum mampu
menulis huruf dengan baik. Akibatnya, ketika menulis memerlukan waktu yang lama. Hal ini didukung oleh
penggunaan metode pembelajaran yang kurang
bervariasi selama proses pembelajaran
menulis.
Melihat
situasi tersebut maka
perlu dilakukan pemecahan
masalah yang bersangkutan dengan motorik siswa. Dalam hal ini, fokus
masalah yang diteliti yaitu pada hambatan motorik halus tepatnya dalam kegiatan
menulis. Pada penelitian ini peneliti memilih metode (CIRC) untuk meningkatkan
kemampuan menulis siswa. Teknik SAS memiliki banyak variasi latihan yang
menarik dan disukai oleh siswa. Melalui metode (CIRC) dimungkinkan
dapat melatih gerakan-gerakan otot-otot pergelangan tangan
dan jari-jemari menjadi lebih lentur sehingga mengurangi kekakuan yang dialami
oleh siswa agar tulisan anak menjadi lebih rapi dan jelas untuk dibaca.
Guru -Teknik yang digunakan lebih
bervariasi Murid - Siswa menunjukan sikap antusias dan
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis permulaan |
Kondisi Awal |
Pembelajaran menulis permulaan di kelas II SD/MI |
Guru - Teknik yang digunakan kurang bervariasi
Pembelajaran menulis permulaan di kelas II SD/MI Murid - Kurang antusias dan bersemangat dalam
memgikuti pembelajaran menulis permulaan |
Menghubungkan titik-titik |
Menyalin |
Proses tindakan |
Penerapan Metode
Cooperative Integrated Reading And
Composition (CIRC) |
Kondisi akhir |
Hasil menulis meningkat |
Siklus I dan siklus II |
(Gambar. 1.2: Alur kerangka pikir dalam penelitian)
C. Hipotesis
Berdasarkan
kajian teori dan kerangka berpikir maka hipotesis dalam penelitian ini
dirumuskan bahwa “Penerapan Metode Cooperative
Integrated Reading And Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan siswa pada
pelajaran Tematik Kelas III di MIN 05 Merangin”
D. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan
dengan menggunakan metode (CIRC) dengan hasil sebagai berikut:
1. Dwi indrianty yang
berjudul penerapan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) untuk
meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 1 SDN 88 pekanbaru. Hasil yang
dilakukan diperoleh pada siklus satu, yakni 60% pertemuan 1 kategori cukup, 75%
pertemuan II kategori baik meningkat pada siklus II dengan kategori 80%
pertemuan I kategori baik, dan 95% pertemuan II kategori sangat baik.
2. Muhsin yang berjudul upaya meningkatkan kemampuan menulis
permulaan siswa melalui metode (CIRC) siswa kelas 1 SDN Tondo Kecamatan Bungku
Barat Kabupaten Morowali. Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh pada siklus
I daya serap klasikal 50,00% dana ketuntasan belajar klasikal 33,33%. Pada
siklus II terjadi peningkatan dengan perolehan daya serap klasikal 78,88% sedangkan
ketuntasan belajar klasikal 100%.
3. Sri Oktaviani Sude terhadap siswa Kelas III SDN 6 Limboto
Barat Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa penggunaan metode (CIRC) sangat
efektif untuk digunakan dalam meningkatkan kemampuan menulis permulaan siswa.
Pelaksanaan pembelajaran menulis yang dilakukan oleh Sri Oktaviani Sude yaitu
dengan menyuruh sebagian siswa menuliskan kartu huruf, kartu suku kata, kartu
kata, dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa menempel kata-kata yang
tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti.
Dari beberapa hasil penelitian
diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat
meningkatkan kemampuan menulis permulaan di
kelas rendah SD/MI.
METODE
PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin yang beralamat
di Jalan Bangko-Kerinci KM.43 Kelurahan
Sungai Manau Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Penelitian ini dilaksanakan pada
Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022 dan
pelaksaannya di sesuaikan dengan jam mata Bahasa Indonesia.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian tindakan kelas (class room action research). Penelitian tinakan kelas dapat
diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui
refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan
cara melakukan berbagai
tindakan yang terencana
dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan
tersebut. (Wina Sanjaya (2009: 20). Pendapat lain, penelitian tindakan kelas
adalah pemberian tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
(Suharsimi Arikunto (2010: 4)
Selanjutnya I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit; Noehi Nasution merumuskan pengertian penelitian tindakan kelas
sebagai berikut: “penelitian tindakan
kelas
adalah
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehinggahasil belajar siswa menjadi
meningkat”. Penelitian tindakan
kelas (PTK) sangat bermanfaat
bagi guru,pembelajaran
siswa,
serta bagi sekolah.(Igak Wardani, 2010:136)
24 |
(Gambar 2 : Model Penelitian Tindakan Kelas)
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian
ini adalah guru dan siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05
Merangin serta proses kegiatan belajar
mengajar dalam pembelajaran bahasa
Indonesia khususnya keterampilan menulis permulaan, berupa teknik,
situasi belajar dan kondisi siswa. Jumlah siswa yang berada di Kelas III (dua) ini adalah 20 siswa yang terdiri dari 14
siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.
D. Prosedur
Penelitian
Desain peneltian ini mengacu kepada
model penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari 4
(empat) komponen yaitu
perencanaan, tindakan,
pengamatan (observasi) dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
secara bersiklus dimana apabila siklus yang pertama belum berhasil maka akan di
lakukan siklus yang kedua dan siklus selanjutnya apabila masih diperlukan.
Setiap siklus dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Namun sebelum melakukan
siklus terlebuh dahulu dilakukan tes
pra tindakan. Berikut dipaparkan siklus yang akan dilaksanakan:
Siklus I
1. Perencanaan
Adapun kegiatan
yang dilakukan dalam
tahap perencanaan ini
adalah sebagai berikut :
a. Mendiskusikan pelaksanaan teknik latihan graphomotor pada
menulis permulaan yang akan
diajarkan pada proses
tindakan dengan guru kelas
b. Membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran
dengan menerapkan teknik
c. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi
proses belajar mengajar di kelas pada saat
teknik graphomotor diterapkan dalam
menulis permulaan.
d. Menyiapkan tes kemampuan
menulis permulaan pra
tindakan dan pasca tindakan
latihan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis permulaan melalui teknik
latihan graphomotor.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama:
a. Guru
menjelaskan kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan yakni menulis permulaan dengan
menggunakan metode CIRC
b. Guru
menjelaskan tentang cara
memegang alat tulis
serta teknik menulis yang baik
dan benar
c. Guru
memberikan contoh latihan menggunakan metode CIRC yakni
latihan menarik garis horisontal, vertikal dan garis miring dari segala
arah.
d. Siswa
diarahkan untuk menirukan
contoh dan guru
membimbing secara klasikal
e. Guru memberikan
contoh menghubungkan titik-titik
sesui pola kemudiaan meminta
siswa menirukanya
f. Guru memberikan tes
kemampuan menghubungkan titik-titik sesuai pola (huruf abjad kapital, huruf
abjad kecil, suku kata, kata dan kalimat sederhana)
g. Guru melakukan refleksi
kegiatan dengan cara
mengungkapkan perasaan dan pendapatnya
h. Guru bersama siswa
membuat kesimpulan rangkuman
hasil belajar yang telah
dilakukan.
Pertemuan kedua:
a. Guru
menjelaskan kegiatan pembelajaranyang akan
dilaksanakan yakni menulis permulaan dengan menggunakan teknik latihan
graphomotor.
b. Guru
menjelaskan tentang cara
memegang alat tulis
serta teknik menulis yang baik
dan benar.
c. Guru
memberikan contoh latihan teknik graphomotor
yakni latihan menarik garis
secara bergelombang dari
satu gelombang sampai gelombang berliku-liku.
d. Siswa
diarahkan untuk menirukan
contoh dan guru
membimbing secara klasikal.
e. Guru memberikan contoh menyalin huruf besar, huruf kecil
dan suku kata kemudian mengarahkan siswa untuk mengikutinya.
f. Guru memberikan
tes kemampuan menulis
permulaan dengan menyalin huruf
besar, huruf kecil dan suku kata.
g. Guru melakukan
refleksi kegiatan dengan
cara mengungkapkan perasaan dan
pendapatnya.
h. Guru bersama siswa
membuat kesimpulan rangkuman
hasilbelajar yang telah dilakukan.
Pertemuan ketiga:
a. Guru
menjelaskan kegiatan pembelajaranyang akan
dilaksanakan yakni menulis permulaan dengan menggunakan metode CIRC.
b. Guru menjelaskan tentang
cara memegang alat
tulis serta teknik menulis yang baik dan benar.
c. Guru
memberikan contoh latihan teknik graphomotor
yakni latihan membentuk gambar
geometri sederhana seperti
segitiga, persegi, peregi panjang
dan lingkaran, dilanjutkan dengan latihan menarik garis secara keseluruhan
dengan bentuk yang lebih rumit.
d. Siswa diarahkan
untuk menirukan contoh
dan guru membimbing secara klasikal
e. Guru
memberikan contoh menyalin
kata dan kalimat
sederhana kemudian mengarahkan siswa untuk mengikutinya.
f. Guru
memberikan tes kemampuan
menyalin kata dan
kalimat sederhana.
g. Guru
melakukan refleksi kegiatan
dengan cara mengungkapkan perasaan dan pendapatnya.
h.
Guru bersama siswa membuat kesimpulan
rangkuman hasil belajar yang telah dilakukan.
3. Observasi
Tahap
observasi atau pengamatan merupakan kegiatan mengamati proses pelaksanaan
pembelajaran menulis permulaan melalui penerapan metode Cooperative Integrated Reading
And Composition (CIRC) siswa Kelas III MIN 05 Kabupaten Merangin mulai dari kegiatan awal, kegiatan akhir hingga
kegiatan akhir dalam pembelajaran.
Kegiatan observasi dilakukan
oleh peneliti selaku partisipan observer.
4. Refleksi
Refleksi yang digunakan oleh peneliti
untuk menganalisis hasil pengamatan pada proses pembelajaran, sehingga melalui
kegiatan ini peneliti dapat mengetahui peningkatan kemampuan menulis permulaan
siswa melalui metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC). Peningkatan diketahui melalui hasil
tes kemampuan menulis permualaan, observasi siswa dan kinerja guru selama
proses tindakan. Kegiatan refleksi dilakukan
setiap akhir pertemuan pada
setiap tahap pembelajaran. Dalam kegiatan ini seluruh informasi yang berhasil
di himpun selanjutnya dikaji dan dibahas bersama dengan guru. Hasil analisis
data yang dilaksanakan akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan
siklus berikutnya.
Kemampuan
siswa dikatakan meningkat apabila nilai pasca tindakan lebih baik dibanding
dengan nilai pra tindakan dan dapat mencapai KKM yaitu sebesa ≥70 dengan kategori tinggi. Akan tetapi,
jika dalam pelaksanaan siklus I masih terdapat
kendala-kendala maka perlu
dilakukan siklus II
untuk memperbaiki kendala yang
terjadi dengan memodifikasi
atau menambahkan rancangan rencana tindakan. Pemberian tidakan
pembelajaran akan dilaksanakan dalam beberapa siklus sampai ketika tujuan dari
penelitian ini dapat tercapai yaitu meningkatnya kemampuan menulis permulaan
melalui metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) pada
siswa Kelas III MIN 05 Merangin.
E. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan
diginakan oleh peneliti dalam kegiatanya menumpulkan data
agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan
mudah dalam
mengolahnya. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian tindakan kelas
ini berupa instrumen observasi
dan instrumen tes. (Suharsimi Arikunto, 2006: 160).
1. Instrumen observasi
Instrumen
observasi ini berfungsi untuk menhimpun data penting atau aktivitas yang
dijadikan sebagai penguat dalam membuat kesimpulan. Dalam panduan observasi,
terdapat dua hal yang diamati pada penelitian ini yaitu observasi kinerja guru
dan observasi aktifitas murid.
2. Instrumen tes
Tes
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja, yaitu tes yang
dilakukan dengan cara siswa menjawab beberapa item soal dengan cara tertulis.
Pembuatan naskah tes penguasaan materi menulis permulaan menggunakan kisi-kisi
yang sudah di diskusikan dan ditentukan oleh guru dan peneliti aspek yang
diukur yaitu aspek menghubungkan
titik-titik dan menyalin. Masing-masing aspek terdiri dari lima indikator
(abjad besar, abjad kecil, suku kata kata dan kalimat sederhana.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. (Sudaryono, dkk (2012: 29). Teknik pengumpulan data dalam
penelitian dimaksudkan untuk memperoleh keterangan dan informasi yang dapat
dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
teknik observasi dan tes hasil belajar.
1. Observasi
Observasi
ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
diteliti. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan
apabilapenelitian berkenaan dengan
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2012: 203). Tujuan observasi pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlibatan siswa dan kinerja guru
dalam mengikuti pembelajaran menulis permulaan menggunakan teknik latihan
graphomotor.
2. Tes
Tes
adalah serentetan prtanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu
atau kelompok. (Suharmini
Arikunto (2006: 150). Untuk menegtahui kemampuan awal siswa maka
terlebih daluhlu diberikan tes pra tindakan. Setelah diberikan tindakan,
selanjutnya diberikan tes pasca tindakan. Adapun tes yang diberikan terdiri
dari dua aspek yang akan diukur, yang pertama yaitu siswa diminta untuk
menghubungkan titik-titik dengan baik dan rapi
sesuai pola huruf abjad besar dan kecil, suku kata, kata dan kalimat
sederhana pada lembar tes yang
diberikan. Aspek yang kedua yaitu siswa
menyalin huruf abjad besar dan kecil, suku kata, kata dan kalimat sederhana
pada lembar tes yang diberikan. Test diberikan pada setiap pertemuan siklus, yang
mana siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Alokasi waktu yang diberikan untuk
menjawab tes yaitu 2×15 menit. Selama mengerjakan tes guru akan mengamati dan
mengawasi kegiatan siswa.
3. Wawancara/ interview
Wawancara adalah sebuah dialog yang
dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.”
(Suharsimi Arikunto, 2006: 158). Metode ini gunanya untuk memperoleh data
melalui wawancara langsung secara terpimpin antara peneliti dengan orang yang
memberikan informasi dengan menggunakan daftar wawancara.
4. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai salah satu cara mencari
data mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrif,
buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, legger agenda dan sebagainya.
(Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Dokumentasi penulis gunakan
sebagai Instrumen utama untuk memproleh semua data-data yang berhubungan dengan
gambaran umum.
G.
Teknik Analisis Data
Analisis
data adalah kegiatan mencermati,
menguraikan dan mengaitkan
setiap informasi yang
terkait dengan kondisi awal, proses belajar dan hasil pembelajaran untuk
memperoleh simpulan tentang keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran.
(Muhadi, (2011: 140). Teknik analisis data digunakan untuk mengungkapkan hasil
tes dan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru serta penggunaan
tek nik latihan graphomotor dalam menulis permulaan.
Teknik
analisis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif kuantitatif dan deskriftif kualitatif. Teknik kuantitatif di gunakan
untuk mengolah data kuantitatif yang diproleh dari hasil tes ketercapaian siswa
atas kemampuan menulis permulaan. Data yang berupa angka kemudian
dideskrifsikan. Perbandingan akan dilakukan antara skor pra tindakan dan
pasca tindakan untuk
mengetahui besarnya peningkatan kemampuan menulis permulaan pada
siswa yang diteliti. Berdasrkan hasil tes penelitian pada siklus I dan siklus
II maka perlu dilakukan perhitungan nilai akhir. Analisis ini dihitung dengan
menggunakan rumus:
Nilai akhir = ∑ skor
perolehan 100
skor maksimal
Kategori
keberhasilan murid dalam peningkatan kemampuan menulis akan digunakan
skala lima. Teknik kategori dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 KategoriCIRCi Standar
Keberhasilan Siswa
Skor |
Kategori |
0-29 |
Sangat Rendah |
30-49 |
Rendah |
50-69 |
Sedang |
70-89 |
Tinggi |
90-100 |
Sangat Tinggi |
(Depertemen
pendidikan 2010: 39)
Berikut dipaparkan
rumus yang akan
digunakan untuk menghitung skor rata-rata keberhasilan
belajar murid yaitu dengan rumussebagai berikut:
Keterangan:
x
= nilai rata-rata
∑x = jumlah nilai seluruh murid
n =
banyaknya murid yang mengikuti tes
Adapun
teknik deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang berupa
kata-kata tertulis yang tidak dapat diukur dengan angka. Data yang diolah dalam
penelitian ini berupa data keterlibatan siswa dan kinerja guru ketika
proses kegiatan pembelajaran
menulis permulaan. Deskriptif kualitatif juga digunakan untuk
mencari perbandingan antara kegiatan pembelajaran sebelum diberi tindakan dan
sesudah diberi tindakan. Dalam penelitian kualitatifanalisis data lebih
berfokus padakan selama prosesdilapangan
bersamaan dengan mengumpulkan
data. (sugiyono 2016:336) menyatakan bahwa dalam kenyataanya,
analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada
setelah selesai pengumpulan data.
H.
Indikator Keberhasilan
1. Adanya peningkatan
kemampuan menulis permulaan
hingga mencapai hasil kategori
tinggi dapat ditinjau dari indikator kemampuan menulis permulaan yaitu
menulis huruf kapital
dan kecil, kata,
dan menulis kalimat sederhana
dengan jelas.
2. Adanya
peningkatan nilai rata-rata
hasil tes kemampuan
menulis permulaan pada siswa yaitu telah mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yaitu sebesa ≥ 70
yang elah ditentukan.
3. Pembelajaran telah
mencapai ketuntasan secara klasikal yaitu apabila 80% siswa atau individu dalam
kelas telah mencapai nilai standar KKM sebesar ≥ 70 yang telah ditentukan.
TEMUAN
LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Khusus
1. Historis Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05
Merangin
Madrasah Tsanawiyah Negeri lima Merangin
pada awalnya berasal dari sekolah Ibtidaiyah swasta Nurul Falah non formal yang
mempunyai murid belajar sore khususnya pelajaran agama semenjak tahun 1940-2008
setelah itu barulah diubah menjadi di Madrasah Ibtidaiyah swasta formal yang
belajar di waktu pagi hari dan setelah 4 tahun mis Nurul Falah diresmikan
menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri lima Merangin pada tanggal 19 Juni 2009.
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 terletak di
Jalan Bangko Kerinci km 45 Desa Sungai Manau Kecamatan Sungai Manau Kabupaten
Merangin. Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin, terletak pada lokasi
yang cukup luas dan pinggir pasar Sungai Manau yang memiliki bangunan berbentuk
empat persegi, masing-masing terdiri dari 6 lokal dan 2 bangunan lagi
dipakai untuk kantor ruang Kepala Sekolah dan ruang guru dan memiliki satu
ruang perpustakaan. jadi jumlah keseluruhan ruangan yang ada di Madrasah
negeri 5 Merangin adalah 8 ruangan. Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin
pekarangan yang cukup luas di mana ada lapangan voli, sepak bola dan bulu
Tangkis. (Dokumentasi MIN 05 Merangin 2022)
34 |
Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 5 Merangin memiliki 9 ruang tenaga pendidik dan satu orang satpam jumlah
siswa kelas 1 sampai dengan kelas 6 pada tahun 2001/ 2002 berjumlah 112 orang.
2 Geografis Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin
Secara geografis Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin berada di lokasi Pasar Sungai Manau letak gedung
ini sangat strategis sekali karena tidak terlalu dekat dengan jalan raya
sehingga siswa-siswi tidak terganggu polusi udara yang diakibatkan oleh
kendaraan roda dua maupun roda empat yang banyak berlalu-lalang dan kegiatan
belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.
Adapun luas kawasan
Madrasah Ibtidaiyah Negeri berbentuk persegi empat dengan batasan sebagai berikut:
a.
sebelah barat berbatas dengan Masjid Jami’
b.
sebelah timur berbatas dengan Pasar Senen
c.
sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya
d.
sebelah utara berbatas dengan rumah penduduk. (Dokumentasi MIN 05 Merangin 2022)
3. Struktur organisasi si Min 5 Merangin
Dalam suatu organisasi, baik di bawah naungan
langsung pemerintah maupun swasta, besar maupun kecil semuanya tidak
terlepas dari struktur organisasi. Maju mundurnya suatu organisasi sangat
ditentukan oleh pengurus dan setiap anggota organisasi tersebut, dimana
setiap pengurus dan anggotanya bertanggung jawab terhadap masing-masing
tugasnya dalam rangka Memajukan organisasi yang dipimpin atau dikelolanya.
Dalam melaksanakan tugasnya baik
pimpinan maupun guru beserta staf tata usaha perlu menyadari tugas dan tanggung
jawabnya sebagai anggota dan pengelola pendidikan. Dengan demikian setiap
yang dapat tugas agar dapat melaksanakan tugasnya tersebut dengan
sebaik-baiknya dan penuh dengan rasa tanggung jawab. struktur organisasi
sangat berfungsi di setiap lembaga pendidikan dalam rangka mencapai tujuan
perencanaan maupun penyusunan Dalam proses pembelajaran.
Adapun bentuk struktur madrasah Ibtidaiyah
Negeri 5 Merangin dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Bendahara Pelita Hayati |
Wali Kelas I Rofikoh, A.Ma |
Wali Kelas II.B Muniroh, A.Ma |
Wali Kelas IV Erniyati, S.Pd.I |
Wali Kelas V.B Rapiko, S.Pd.I |
Waka Kesiswaan Maimunah, S.Pd |
Kepala Sekolah Niswah, S.Pd.I |
Komite Sekolah Syamsuddin |
Tata Usaha Roby Andika |
Wali Kelas VI Irma Suryani, A.Ma |
Wali Kelas V.A Damaanhuri, A.Ma |
Wali Kelas III Nur Asiah, S.Pd.I |
Wali Kelas II.A Rini Lestari, S.Pd |
Waka Kurikulum Yusmawati, S.Pd |
(Dokumentasi, MIN 05 Merangi Tahun Pelajaran 2021/2022)
4. Keadaan guru dan siswa MIN 5 Merangin
a. Keadaan Guru
Guru dan karyawan adalah orang yang
bertanggung jawab terselenggaranya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
di kelas, terutama guru karena tanpa adanya guru kegiatan belajar mengajar
Tidak akan terlaksana Adapun jumlah guru yang ngajar di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 5 Merangin tahun 2001/ 2022 berjumlah 13 orang.
Tabel 4.1 : Keadaan guru MIN 5
Merangin Tahun Pelajaran 2021/2022
Nama |
Jabatan |
Mata Pelajaran |
|
1 |
Kepala Sekolah |
- |
|
2 |
Rofikoh, A.Ma |
Wali Kelas I |
Fiqh |
3 |
Wali Kelas III.A |
Bahasa Indonesia |
|
4 |
Muniroh, A.Ma |
Wali Kelas III.B |
SKI |
5 |
Nur Asiah, S.Pd.I |
Wali Kelas IIII |
MTK |
6 |
Erniyati, S.Pd.I |
Wali Kelas IV |
IPA |
7 |
Damaanhuri, A.Ma |
Wali Kelas V.A |
PPKn |
8 |
Rapiko, S.Pd.I |
Wali Kelas V.B |
Bahasa Inggris |
9 |
Irma Suryani, A.Ma |
Wali Kelas VI |
IPS |
10 |
Maimunah, S.Pd |
Guru |
Penjaskes |
11 |
Sri Bulkis, S.Pd.I |
Guru |
Aqidah Akhlak |
12 |
Suibatul Islamiyah, S.Pd. |
Guru |
Bahasa Arab |
13 |
Yusmawati, S.Pd.I |
Guru |
Al-qur’an Hadis |
(Dokumentasi MIN 05 Merangin 2022)
b. Keadaan siswa
Keadaan siswa siswi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5
Merangin merupakan siswa-siswi yang terdaftar pada tahun 2021- 2022.
Adapun jumlah siswa siswi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin
berjumlah 170 siswa. yang terbagi menjadi 8 kelas, laki-laki
berjumlah 77 siswa, sedangkan perempuan berjumlah 93 siswi dengan jumlah
total keseluruhannya 170 orang siswa siswi.
Untuk
lebih jelasnya mengenai keadaan siswa siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5
Merangin dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.2 : Keadaan siswa MIN 5
Merangin Tahun Pelajaran 2021/2022
No |
Kelas |
Jenis Kelamin |
Jumlah |
|
|||
LK |
PR |
||||||
1 |
Kelas I |
11 |
12 |
23 |
|||
2 |
Kelas II. A |
9 |
11 |
20 |
|||
3 |
Kelas II. B |
8 |
11 |
19 |
|||
4 |
Kelas III |
11 |
12 |
23 |
|||
5 |
Kelas IV |
9 |
11 |
20 |
|||
6 |
Kelas V.A |
11 |
10 |
21 |
|||
7 |
Kelas V.B |
7 |
13 |
20 |
|||
8 |
Kelas VI |
11 |
13 |
24 |
|||
Jumlah Siswa |
77 |
93 |
170 |
||||
|
(Dokumentasi MIN 05 Merangin 2022)
5. Keadaan sarana dan prasarana Min 5 Merangin
Sarana dan prasarana merupakan syarat mutlak bagi terlaksananya suatu
lembaga pendidikan, tanpa adanya sarana dan prasarana yang tidak
memadai, maka pendidikan tidak akan denngan baik dan lancar, yang
dimaksud dengan sarana dan prasarana adalah hal-hal penunjang dalam proses
pembelajaran. Sarana dan prasarana merupakan perlengkapan yang dibutuhkan
oleh Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Merangin berupa sarana. yang dapat membantu
terlaksananya pendidikan.
Begitu juga dengan kehadiran sarana prasarana di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Merangin merupakan suatu kebutuhan yang mendasar bagi terlaksananya proses
pembelajaran dengan lancar dan baik. untuk itu sarana dan prasarana
adalah sangat mutlak bagi proses pembelajaran di suatu lembaga
pendidikan, tanpa adanya sarana dan prasarana yang lengkap maka proses
pembelajaran akan terganggu oleh karena itu pihak sekolah selalu menuntun
melengkapi sarana prasarana tersebut agar terciptanya proses pembelajaran
dengan baik.
Untuk lebih
jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang ada di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 5 Merangin dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel : 4.3: Keadaan Sarana dan Prasarana MIN 05
Merangin
No |
Jenis |
Jumlah |
Keterangan |
|
Ruang Kepala |
1 |
Baik |
|
Ruang TU |
1 |
Baik |
|
Ruang Guru |
1 |
Baik |
|
Ruang Belajar |
8 |
Baik |
|
Perpustakaan |
1 |
Baik |
|
UKS |
1 |
Baik |
|
WC |
4 |
Baik |
|
Meja dan Kursi Guru |
13 |
Baik |
|
Meja dan Kursi Siswa |
169 |
Baik |
|
Lemari |
5 |
Baik |
|
Komputer |
2 |
Baik |
|
Printer |
1 |
Baik |
|
Jam dinding |
9 |
Baik |
|
Lapangan Voly |
1 |
Baik |
|
Lapangan Bola Kaki |
1 |
Baik |
(Dokumentasi MIN 05 Merangin 2022)
1.
Kegiatan Siklus Pra Tindakan
Sebelum
melaksanakan penelitian, peneliti membuat jadwal penelitian, serta melakukan
observasi langsung ke Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin untuk melihat
situasi dan kondisi sekolah serta berkonsultasi dengan guru bahasa indonesia
tentang siswa yang akan diteliti. Subjek penelitian yang menerima tindakan
adalah siswa Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin tahun ajaran
2021/2022 dengan jumlah siswa 20 orang
yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.
Dari
hasil pra tindakan siklus di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin pada siswa Kelas III, peneliti memberikan tes awal kepada
siswa yaitu tes menulis. Tes ini diberikan untuk mengetahui kemampuan menulis
awal yang dimiliki siswa dengan memberikan tanda cetang (√)
bagi siswa yang menacapai skor kemampuan menulis. Adapun hasil tes awal dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4: Hasil Tes Awal
Pra Tindakan Siswa Setiap Indikator
pada pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin
Nama |
Indikator Tes
Menulis |
|||
Kerapian
Tulisan |
Kelengkapan
Kata |
Susunan Kata Dalam Kalimat |
||
1 |
Adinda Azzahra |
√ |
|
√ |
2 |
Alfahri |
|
|
√ |
3 |
Alisa Sabila |
|
√ |
|
4 |
Arifa Kirana Aisya |
|
√ |
|
5 |
Arini |
|
√ |
|
6 |
Arsy Alsaihan |
|
|
√ |
7 |
Cheryl Oktavia |
√ |
|
|
8 |
Dafita Nur Azizah |
|
|
|
9 |
Hafizah Azzahra |
|
|
|
10 |
Isqina Ilma |
√ |
√ |
|
11 |
Karin Afriani |
|
|
|
12 |
Leni Latifah |
|
|
|
13 |
Lukya Fahira |
|
|
|
14 |
M. Al Fikri |
√ |
|
|
15 |
M. Al Ihsan |
|
|
|
16 |
M. Alfan Fauzi |
|
|
|
17 |
M. Lucky Aliansyah |
|
|
|
18 |
Mhd. Rehan Kaffa |
√ |
|
|
19 |
Muhammad Dhanis |
|
|
√ |
20 |
Purwandi |
|
|
√ |
Jumlah |
5 |
4 |
5 |
|
Pesrsentase |
25% |
20% |
25 % |
|
Rata-Rata |
(Sumber: Hasil Tes Awal di Pra Tindakan Siswa Kelas III MIN 05 Merangin).
Tabel 4.5: Hasil Tes Awal
Pra Tindakan Siswa Setiap Indikator
pada pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin
Aspek
yang dinilai |
Skor Setiap Indikator |
||
Tuntas |
Tidak Tuntas |
||
1 |
Kerapian Tulisan |
5 |
15 |
Persentase |
25% |
75% |
|
2 |
Kelengkapan Kata |
4 |
16 |
Persentase |
20% |
80% |
|
3 |
Susunan Kata dalam Kalimat |
5 |
15 |
Persentase |
25% |
75% |
|
Rata-Rata |
23,33% |
(Sumber: Hasil Tes Awal di Pra Tindakan Siswa Kelas III MIN 05 Merangin).
2. Penerapan Siklus I
Siklus I terdiri atas tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan refleksi.
a. Tahap Perencanan
Pada tahap ini
peneliti mempersiapkan beberapa hal, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP I). Selain itu, peneliti juga menyiapkan alat dan bahan pembelajaran yang
dibutuhkan dalam pembelajaran baik RPP,
lembar kerja peserta didik (LKPD), instrumen tes (tes siklus I, siklus
II, tes awal dan tes akhir).
Berikut penulis lampirkan hasil dari aspek penilian menulis femula siswa
Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada
siklus I sebagai berikut :
Tabel 4.6: Hasil
Tes Siklus I Siswa Setiap Indikator
pada pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin
Aspek
yang dinilai |
Skor Setiap
Indikator |
||
Tuntas |
Tidak Tuntas |
||
1 |
Kerapian Tulisan |
8 |
12 |
Persentase |
40% |
60% |
|
2 |
Kelengkapan Kata |
7 |
13 |
Persentase |
35% |
65% |
|
3 |
Susunan Kata dalam Kalimat |
13 |
7 |
Persentase |
65% |
35% |
|
Rata-Rata |
Penilaian pada aspek kerapian
tulisan pada siklus I ini berbeda dari aspek lainnya yang dinilai pada skor 4,
aspek kerapian tulisan hanya dinilai pada skor 8 saja, karena tulisan setiap
siswa tidak ada yang benar-benar rapi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
setiap indikator berada dibawah 50% yaitu berada pada kriteria kurang dan
gagal. Maka untuk itu pada siklus I guru harus mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), instrumen
tes, lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.
b. Tahap Pelaksanaan
(Tindakan)
Tahap pelaksanaan
(tindakan) RPP I dilakukan. Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru
dalam pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Struktur Analitik
Sintetik. Kegiatan pembelajaran dibagi kedalam tiga tahap, yaitu kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan
inti dan kegiatan akhir (penutup).
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah
|
: |
Madrasah Ibrtidaiyah Negeri 05
Merangin |
Kelas / Semester |
: |
II / Genap |
Materi Pokok |
: |
Kegiatan
menulis permulaan Aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah |
Alokasi Waktu
|
: |
1 x Pertemuan (6
JP
x 35 Menit) |
A. Kompetensi
Inti
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengankeluarga,
teman,
tetangga,
dan
guru
3. Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan
tempat
bermain
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang
jelas dan logis dan sistematis, dalam
karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak
beriman dan
berakhlak
mulia.
B. Kompetensi Dasar
dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi
Dasar |
Indikator Pencapaian
Kompetensi |
1.2 Mengenal
kegiatan persiapan menulis
permulaan (cara duduk, cara memegang pensil, cara meletakkan buku, jarak antara mata dan buku,
pemilihan tempat dengan cahaya
yang
terang)
yang
benar |
2.1 Menunjukkan
gambar kegiatan
persiapan
menulis permulaan
yang
benar. 2.2 Menceritakan
kegiatan persiapan menulis permulaan yang
benar |
1.2. Mempraktikkan kegiatan
persiapan
menulis permulaan
(cara duduk, cara memegang pensil, cara meletakkan buku, jarak antara
mata dan buku, gerakan tangan atas-bawah, kiri kanan |
2.3 Mengurutkan
kegiatan
persiapan
menulis permulaan
yang benar |
1.3 Mengenal teks deskriptif tentang anggota tubuh
dan
pancaindra,
wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang dan
malam dengan bantuan
guru
atau teman dalam bahasa
indonesia lisan dan
tulis yang dapat diisi dengan
kosakata bahasa daerah
untuk
membantu pemahaman. |
2.4 Menirukan
kegiatan persiapan menulis permulaan (cara
duduk, cara
memegang
pensil, cara
meletakkan buku, dengan
benar 2.5 Menunjukkan kegiatan
persiapan menulis permulaan (cara duduk, cara memegang
pensil, cara
meletakkan buku, dengan
benar. |
1.4 Mengamati dan menirukan teks
deskriptif tentang anggota
tubuh dan pancaindra,
wujud dan sifat benda, serta
peristiwa siang dan malam
secara mandiri dalam bahasa
indonesia lisan dan
tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah
untuk membantu penyajian. |
2.6. Menuliskan berbagai
macam kosa
kata tentang wujud dan sifat
benda dengan bantuan guru atau
teman dalam bahasa Indonesia
tulis. 2.7 Menuliskan berbagai macam
kalimat tentang
wujud dan sifat benda dengan
bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia tulis. 2.8 Menuliskan berbagai macam
kalimat tentang
wujud dan sifat benda secara
mandiri dalam bahasa Indonesia
tulis. |
C. Pendekatan dan Metode
Pendekatan : Saintifik (mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan)
Metode : Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1).
Pendahuluan
Ø
Guru mengucapkan salam.
Ø
Guru menanyakan kabar, kemudian salah seorang
peserta didik diminta untuk memimpin
berdoa, dan guru
mengecek
kehadiran peserta didik.
Ø Apersepsi:
·
Guru bertanya jawab dengan siswa tentang wujud benda: “nah, coba
sebutkan, wujud benda apa yang
pernah kalian temui dirumah?”
Ø
Motivasi
·
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran
dan
kompetensi yang
diharapkan, yaitu
pembelajaran
bertujuan agar siswa
nantinya mampu mengetahui
pola bangun dasar dan mampu menulis
dengan indah berdasarkan gambar tentang wujud dan sifat benda.
·
Guru
menyampaikan
rencana
kegiatan
yang akan dilakukan peserta didik hari
ini, yaitu memberikan informasi terkait
materi pembelajaran, skenario pembelajaran
kali ini, yaitu: Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC).
2). Kegiatan Inti
Ø Mengekplorasi
·
Guru dan siswa secara
bersama-sama membaca kalimat tersebut
Guru menguraikan kalimat tersebut dengan menulis
kedalam bentuk kata-kata, suku
kata dan huruf secara perlahan-lahan dipapan tulis dan siswa
diminta untuk memperhatikan gerakan tangan guru
saat
menulis, serta menyuruh siswa mengikuti guru untuk
menuliskan uraian kalimat tersebut dibuku latihan.
Ø Mengamati:
·
Siswa memperhatikan guru mensintesiskan uraian kalimat tadi
menjadi kalimat utuh dipapan tulis.
·
Siswa menuliskan kalimat utuh yang telah ditulis oleh guru.
·
Guru memberikan LKPD kepada siswa
secara individu dan siswa mengerjakannya
dengan aturan dan tata tertib yang
telah disetujui
·
Siswa mempresentasikan hasil tugas individu dengan menuliskan kalimat utuh berdasarkan jawaban yang ada pada LKPD di papan tulis dengan aturan
dan
tata tertib yang telah disetujui
3).
Penutup
·
Guru menilai hasil
dari
LKPD
individu
(evaluasi)
·
Siswa diarahkan untuk mengajukan
pertanyaan masing-masing sesuai dengan materi menulis
tentang wujud dan sifat
benda dan bangun
datar. (tanya/jawab)
·
Siswa dan guru bersama-sama
menyimpulkan
materi menulis
tentang wujud dan sifat benda dan bangun datar (kesimpulan)
·
Siswa memberikan tanggapan bagaimana hasil
pembelajaran
pada hari ini (refleksi)
·
Guru memberikan pesan moral.
·
Guru menutup pembelajaran
Sebelum memasuki
pembelajaran siklus I, guru membagikan tes awal kepada setiap siswa. Setelah
itu dilanjutkan dengan kegiatan
pembelajaran pada tahap
pendahuluan yang diawali
dengan motivasi dan
apersepsi yaitu memberikan
pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan
kehidupan sehari- hari
secara klasikal untuk
membangkitkan rasa ingin
tahu siswa terhadap pembelajaran yang akan dipelajari.
Serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan metode Struktur
Analitik Sintetik.
Tahap selanjutnya yaitu kegiatan inti.
Pada tahap ini guru menjelaskan materi menulis tentang wujud dan sifat benda
dengan memperlihatkan media gambar seri
yang berhubungan dengan materi
tersebut. Guru juga memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa lainnya. Guru tidak
lupa memberikan penguatan atas pertanyaan-pertanyaan yang siswa berikan.
Kemudian melanjutkan tanya jawab tentang materi menulis “wujud dan sifat
benda”. Selanjutnya guru membagikan LKPD yang berisi uraian kalimat putus-putus
per individu. Setelah setiap siswa selesai mengerjakan LKPD, setiap siswa
dipersilahkan mempresentasikan hasil pengerjaan LKPD tersebut.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan akhir
(penutup). Pada tahap ini guru menanyakan kepada siswa apakah ada yang belum
paham dan meminta kepada siswa untuk bertanya jika ada yang kurang paham
tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru mengarahkan siswa
menarik kesimpulan dari pembelajaran siklus I tersebut dan menguatkan kembali
kesimpulan tersebut. Diakhir pembelajaran, guru memberikan soal tes siklus I
untuk mengukur kemampuan menulis permulaan siswa setelah proses pembelajaran.
Adapun lembaran soal dapat dilihat pada lampiran.
c.
Tahap Pengamatan (Observasi)
Observasi dilakukan terhadap
kemampuan guru, aktivitas siswa, dan
kemampuan menulis permulan siswa, serta mencatat hal-hal yang terjadi selama
pelaksanaan pembelajaran.
1) Observasi Kemampuan Guru Siklus I
Pada tahap ini, pengamatan terhadap
kemampuan guru menggunakan instrumen yang
berupa lembar observasi kemampuan guru.
Tabel : 4.7: Hasil observsi Tes Siklus I Siswa Setiap Indikator pada pembelajaran Bahasa Indonesia
Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin
Aspek
yang diamati |
Nilai |
Keterangan |
|
1 |
Kemampuan
melakukan apersepsi kepada siswa sebelum
menyampaikan tujuan
pembelajaran. |
3 |
Baik |
2 |
Kemampuan
memotivasi siswa dengan mengemukakan kegunaan materi yang
akan dipelajari |
4 |
Sangat Baik |
3 |
Kemampuan menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan
pembelajaran melalui metode struktur analitik sintetik |
2 |
Cukup |
4 |
Kemampuan
menjelaskan materi dengan menggunakan metode
struktur analitik sintetik |
3 |
Baik |
5 |
Kemampuan memberi
kesempatan kepada siswa untuk
bertanya |
2 |
Cukup |
6 |
Kemampuan menghargai berbagai pendapat siswa |
3 |
Baik |
7 |
Kemampuan memberikan penguatan kepada siswa |
3 |
Baik |
8 |
Kemampuan guru memberikan pertanyaan kepada siswa |
2 |
Cukup |
9 |
Kemampuan
mengarahkan siswa untuk menyelesaikan tugas secara individu |
3 |
Baik |
10 |
Kemampuan guru menguasai kelas |
2 |
Cukup |
11 |
Kemampuan guru menyimpulkan terhadap materi yang telah
diajarkan |
4 |
Sangat Baik |
12 |
Kemampuan mengalokasikan waktu |
4 |
Sangat Baik |
13 |
Adanya interaksi antara siswa dan guru |
4 |
Sangat Baik |
Jumlah |
37 |
Cukup |
|
Nilai
Persentase |
75% |
Sumber: Hasil Observasi di MIN 05
Merangin tahun 2022
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan
bahwa kegiatan pembelajaran melalui metode Struktur
Analitik Sintetik mendapatkan skor persentase 75%
yang berada pada kategori cukup. Data di atas juga menjelaskan bahwa masih ada beberapa kemampuan
guru
yang masih rendah dan perlu ditingkatkan, yaitu diantaranya guru belum mampu menyampaikan
tujuan pembelajaran dan menginformasikan pembelajaran melalui metode struktur analitik
sintetik, belum
mampu memberikan pertanyaan kepada siswa dan belum mampu menguasai kelas dengan baik.
2) Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Pada tahap ini adalah kegiatan mengamati
aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung, dari awal sampai akhir untuk sertiap pertemuan.
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada RPP I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8: Lembar Observasi
Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran
Siklus I
No. |
Aktivitas yang diamati |
Nilai |
Keterangan |
1 |
Mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru |
2 |
Cukup |
2 |
Mengajukan
pertanyaan yang berhubungan dengan materi |
3 |
Baik |
3 |
Antusias siswa
dalam belajar |
3 |
Baik |
4 |
Pengerjaan LKPD yang
diberikan oleh guru |
2 |
Cukup |
5 |
Presentasi siswa terhadap hasil tugas individu |
2 |
Cukup |
6 |
Menarik
kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan |
3 |
Baik |
7 |
Perilaku yang tidak relevan dengan KMB Seperti: melamun,
jalan jalan di kelas, membaca buku/mengerjakan tugas mata pelajaran lain,
bermain-main dengan teman dan
lain-lain |
3 |
Baik |
Jumlah |
18 |
Kurang |
|
Nilai Persentase |
64,28% |
Sumber: Hasil Lembar Observasi di MIN 05 Merangin tahun 2022
Berdasarkan
Tabel diatas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran melalui
metode Struktur Analitik
Sintetik pada siklus
I memperoleh hasil kurang, yaitu diantaranya masih banyak siswa yang
kurang mendengarkan/memperhatikan penjelasan dari guru, kurang mengerti
bagaimana cara pengerjaan LKPD yang benar dan juga cara persentase siswa yang
tidak sesuai dengan arahan guru. Nilai presentase aktivitas siswa pada siklus I
ini memperoleh hasil 64,28% yang termasuk dalam kategori kurang.
Di akhir
proses pembelajaran siklus I, peneliti memberikan tes dalam bentuk essay dengan
jumlah 2 soal. Hasil jawaban siswa berupa nilai tes dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel
4.9: Hasil Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Per Indikator pada
Siklus I
No. |
Aspek yang dinilai |
Skor Setiap Indikator |
|
Tuntas |
Tidak Tuntas |
||
1 |
Kerapian
Tulisan |
13 |
7 |
Persentase |
65% |
35% |
|
2 |
Kelengkapan
Kata |
10 |
10 |
Persentase |
50% |
50% |
|
3 |
Susunan Kata dalam Kalimat |
12 |
8 |
Persentase |
60% |
40% |
|
Rata-Rata |
Berdasarkan hasil tes siklus I tiap
indikator pada Tabel di atas diketahui bahwa kemampuan menulis pada indikator
kelengkapan kata memperoleh hasil
persentase dibawah 50% yaitu
18,51% yang berada pada kriteria gagal. Sementara indikator lainnya berada diatas
50% yaitu kerapian tulisan 65,06% berada
pada kriteria baik
dan susunan kata
dalam kalimat 60,00% berada pada
kriteria cukup. Untuk indikator kerapian tulisan tidak ada yang memperoleh skor
4 karena hasil tulisan siswa tidak ada yang sangat rapi. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa terdapat 1 indikator yang masih gagal yaitu pada aspek
kelengkapan kata, 1 indikator baik yaitu aspek kerapian tulisan dan 1 indikator
cukup yaitu aspek susunan kata dalam kalimat.
d. Refleksi Siklus I
Refleksi adalah kegiatan untuk mengingat
dan
melihat kembali
semua
kegiatan pada kegiatan siklus pebelajaran yang telah dilakukan, untuk
menyempurnakan
siklus berikutnya.
Adapun hasil
refleksi
kegiatan
pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.10: Kemampuan Menulis Permulaan Siswa, Refleksi Kemampuan
Guru dan Siswa
No |
Refleksi |
Hasil Temuan |
Revisi |
1 |
Kemampuan Guru |
Kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran masih sangat kurang yaitu karena guru belum
mampu menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan pembelajaran
melalui metode struktur analitik sintetik, guru belum mampu memberikan
pertanyaan dan belum mampu memberikan kesempatan siswa untuk menjawab
pertanyaan serta guru masih belum akurat dalam penguasaan kelas yaitu suasana
kelas ribut dan tidak terkontrol. |
Untuk
pertemuan selanjutnya guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menginformasikan pembelajaran melalui metode struktur analitik sintetik
sebelum pelajaran dimulai, memberikan pertanyaan kepada siswa dan memberi
kesempatan siswa lain untuk menjawab dan memperhatikan siswa yang dianggap
memperburuk suasana pembelajaran sehingga penguasaan kelas akan terkontrol
dan pembelajaran berjalan dengan lancar. |
2 |
Aktivitas |
Aktivitas
siswa pada siklus I ini masih banyak kekurangan-kekurangan diantaranya yaitu
ketika mengikuti pembelajaran banyak siswa yang kurang
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, tidak benar dalam penyelesaian
LKPD dan presentasi yang dilakukan tidak sesuai dengan arahan guru |
Untuk
pertemuan selanjutnya guru harus lebih memperhatikan dan mengarahkan siswa
agar fokus dan berkonsentrasi dalam mendengarkan / memperhati kan penjelasan
guru, dalam menyelesaikan LKPD dan mengarahkan siswa mempresentasikan hasil
LKPD tersebut |
3 |
Hasil Tes |
Pada siklus
I terdapat indikator yang termasuk dalam kriteria gagal yaitu aspek
kelengkapan kata yang mendapat nilai dibawah 50% yaitu 18,51% dan kriteria
cukup yaitu aspek susunan kata dalam kalimat yang mendapat nilai diatas 50%
yaitu 62,96%. |
Untuk
pertemuan selanjutnya, guru harus lebih memperhatikan dan mengarahkan setiap
siswa agar dapat menulis dengan benar dan sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh guru. |
Siklus
II terdiri atas tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
pengamatan, dan refleksi.
a. Tahap Perencanaan
Oleh
karena pada siklus
I indikator penelitian yang
telah ditetapkan belum tercapai,
maka dilanjutkan dengan siklus II.
b. Tahap Pelaksanaan
(Tindakan)
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan hampir sama dengan
kegiatan pada siklus I yaitu mencakup kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Diakhir
pembelajaran
juga diberikan soal tes seperti halnya siklus I yaitu
soal tes siklus
II.
c. Tahap Pengamatan (Observasi)
Observasi dilakukan
selama proses pembelajaran siklus
II berlangsung.
Observasi dilakukan terhadap
kemampuan menulis permulan siswa, kemampuan guru dan aktivitas siswa serta mencatat hal-hal yang
terjadi selama pelaksanaan pembelajaran.
1) Observasi
Kemampuan Guru Siklus II
Pada tahap ini, pengamatan terhadap kemampuan guru menggunakan
instrumen yang
berupa lembar observasi kemampuan guru. Data hasil observasi kemampuan guru dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel : 4.11: Hasil observsi Tes Siklus II Siswa Setiap Indikator pada pembelajaran Bahasa Indonesia
Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 Merangin
Aspek
yang diamati |
Nilai |
Keterangan |
|
1 |
Kemampuan
melakukan apersepsi kepada siswa sebelum
menyampaikan tujuan
pembelajaran. |
4 |
Sangat
Baik |
2 |
Kemampuan
memotivasi siswa dengan mengemukakan kegunaan materi yang
akan dipelajari |
4 |
Sangat
Baik |
3 |
Kemampuan menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menginformasikan pembelajaran melalui metode struktur analitik sintetik |
3 |
Baik |
4 |
Kemampuan
menjelaskan materi dengan menggunakan metode
struktur analitik sintetik |
4 |
Sangat
Baik |
5 |
Kemampuan memberi
kesempatan kepada siswa untuk
bertanya |
4 |
Sangat
Baik |
6 |
Kemampuan menghargai berbagai pendapat siswa |
4 |
Sangat
Baik |
7 |
Kemampuan memberikan penguatan kepada siswa |
4 |
Sangat
Baik |
8 |
Kemampuan guru memberikan pertanyaan kepada siswa |
4 |
Sangat
Baik |
9 |
Kemampuan
mengarahkan siswa untuk menyelesaikan tugas secara individu |
4 |
Sangat
Baik |
10 |
Kemampuan guru menguasai kelas |
3 |
Baik |
11 |
Kemampuan guru menyimpulkan terhadap materi yang telah
diajarkan |
4 |
Sangat
Baik |
12 |
Kemampuan mengalokasikan waktu |
4 |
Sangat
Baik |
13 |
Adanya interaksi antara siswa dan guru |
4 |
Sangat
Baik |
Jumlah |
50 |
Sangat
Baik |
|
Nilai
Persentase |
(Sumber: Hasil Observasi di MIN 05
Merangin tahun 2022)
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan
bahwa kegiatan pembelajaran melalui metode Struktur Analitik Sintetik mendapatkan
skor persentase 96,15%
yang termasuk ke dalam kategori sangat baik. Hal tersebut membuktikan bahwa
hasil yang diperoleh pada siklus II lebih meningkat dari siklus I.
2) Observasi
Aktivitas Siswa Siklus II
Pada tahap ini adalah kegiatan mengamati
aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung, dari awal sampai akhir untuk sertiap pertemuan.
Hasil pengamatan
aktivitas siswa pada RPP II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12: Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran Siklus II
No. |
Aktivitas yang diamati |
Nilai |
Keterangan |
1 |
Mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru |
4 |
Sangat Baik |
2 |
Mengajukan
pertanyaan yang berhubungan dengan materi |
3 |
Baik |
3 |
Antusias siswa
dalam belajar |
4 |
Sangat Baik |
4 |
Pengerjaan LKPD yang
diberikan oleh guru |
3 |
Baik |
5 |
Presentasi siswa terhadap hasil tugas individu |
3 |
Baik |
6 |
Menarik
kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan |
4 |
Sangat Baik |
7 |
Perilaku yang tidak relevan dengan KMB Seperti: melamun,
jalan jalan di kelas, membaca buku/mengerjakan tugas mata pelajaran lain,
bermain-main dengan teman dan
lain-lain |
3 |
Baik |
Jumlah |
25 |
Baik |
|
Nilai Persentase |
Berdasarkan
data di atas, terlihat jelas aktivitas siswa pada pembelajaran bahasa indonesia melalui metode Struktur Analitik Sintetik pada siklus II
mengalami peningkatan yaitu dengan nilai persentase
85,71% yang termasuk kedalam kategori baik.
3)
Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Pada Siklus II
Setelah
dilakukan kegiatan pembelajaran pada RPP
II, guru memberikan Tes Siklus II untuk mengetahui kemampuan menulis siswa setelah diterapkan
pembelajaran melalui metode Struktur Analitik Sintetik. Skor kemampuan menulis
permulaaan siswa pada RPP II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.13: Hasil Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Per Indikator pada Siklus II
Aspek yang dinilai |
Skor Setiap Indikator |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1. |
Kerapian Tulisan |
|
|||
Soal 1 |
- |
4 |
23 |
- |
|
Persentase |
0% |
14,81% |
85,18% |
0% |
|
2. |
Kelengkapan Kata |
|
|||
Soal 1 |
- |
4 |
2 |
21 |
|
Persentase |
0% |
14,81% |
7,40% |
77,77% |
|
3. |
Susunan Kata dalam Kalimat |
|
|||
Soal 2 |
- |
- |
3 |
24 |
|
Persentase |
0% |
0% |
11,11% |
88,88% |
Berdasarkan
hasil tes siklus II pada Tabel di atas diketahui bahwa
kemampuan menulis permulaan paling rendah di siklus I telah meningkat yaitu
pada indikator kelengkapan kata memperoleh hasil persentase 18,51% menjadi
77,77% yaitu kriteria meningkat dari gagal menjadi baik. Sementara indikator
lainnya yang berada diatas 50% pada siklus I juga mengalami peningkatan
di siklus II ini yaitu pada indikator kerapian tulisan 66,66% menjadi 85,18% yaitu
meningkat dari
baik menjadi baik sekali
dan
susunan kata dalam kalimat 62,96% menjadi 88,88%
yaitu meningkat dari cukup menjadi baik sekali.
Refleksi adalah kegiatan untuk mengingat dan
melihat kembali semua kegiatan pada kegiatan siklus pembelajaran yang telah
dilakukan, untuk menyempurnakan siklus berikutnya. Karena siklus II ini telah meningkat dari siklus I dan sudah mencapai indikator yang diinginkan, maka tidak adanya refleksi di siklus II ini.
3. Hasil Tes Akhir
Guna memperoleh
hasil belajar kemampuan
menulis siswa secara keseluruhan maka diberikannya soal
tes akhir. Maka tes akhir dilaksanakan. Hasil jawaban siswa berupa nilai tes
akhir dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14: Hasil Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Per Indikator
pada Tes Akhir.
Aspek yang
dinilai |
Skor Setiap
Indikator |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1. |
Kerapian Tulisan |
|
|||
Soal 1 |
- |
3 |
24 |
- |
|
Persentase |
0% |
11,11% |
88,88% |
0% |
|
2. |
Kelengkapan Kata |
|
|||
Soal 1 |
- |
- |
4 |
23 |
|
Persentase |
0% |
0% |
14,81% |
85,18% |
|
3. |
Susunan Kata dalam Kalimat |
|
|||
Soal 2 |
- |
- |
3 |
24 |
|
Persentase |
0% |
0% |
11,11% |
88,88% |
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
yang
dilakukan peneliti di MIN 05 Merangin, dengan melakukan penelitian terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar
observasi guru dan siswa serta memberikan soal tes awal, LKPD dan tes akhir yang berbentuk Essay dengan jumlah dua soal disiklus I dan
II pada siswa Kelas
III di MIN 05 Merangin.
1. Kemampuan Guru
Berdasarkan hasil
penelitian observasi kemampuan guru menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan metode CIRC mengalami peningkatan yaitu, siklus I memperoleh
hasil 75% yang termasuk kedalam kategori cukup dan siklus II memperoleh hasil
96,15% yang termasuk kedalam kategori sangat baik. Hal tersebut dibuktikan
berdasarkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran yang terlihat
aktif membimbing dan mengarahkan setiap siswa belajar menulis yaitu guru
menulis kalimat di papan tulis secara perlahan-lahan dan siswa memperhatikan
gerakan tangan guru serta menuliskannya
dibuku dan guru
menghampiri setiap siswa
yang terlihat kesulitan saat
menulis dan mengajarkannya bagaimana cara menulis yang baik. Sehingga kriteria
indikator menulis permulaan siswa yang diinginkan oleh guru tercapai dan hal
ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode CIRC sangat
efektif.
2. Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil
penelitian observasi aktivitas siswa melalui metode CIRCmenunjukkan bahwa siswa
terlihat lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Timbulnya rasa
semangat siswa ini karena proses pembelajaran melalui metode CIRC dilengkapi dengan media gambar seri,
sehingga siswa menjadi semangat dan tertarik memperhatikan penjelasan
guru. Adanya media gambar seri tersebut memudahkan siswa untuk mendengar cerita
yang disampaikan oleh guru dan membuat siswa menjadi semangat menulis karena
pada setiap lembar soal yang diterima oleh siswa terdapat gambar seri yang
menarik. Hal ini sesuai dengan meningkatnya hasil observasi aktivitas siswa
pada siklus I dengan nilai persentase 64,28% yang termasuk kedalam kategori
cukup dan siklus II dengan nilai
persentase 85,71% yang termasuk kedalam kategori baik.
3. Kemampuan Menulis Permulaan Siswa
Bedasarkan analisis
kemampuan menulis permulaan siswa Kelas III pada siklus I dan II melalui metode
CIRCmengalami peningkatan per indikatornya yaitu pada siklus I aspek
kelengkapan kata memperoleh hasil 18,51% yang termasuk kedalam kriteria gagal,
sedangkan pada siklus II memperoleh hasil 77,77% yang termasuk kedalam kriteria
baik.
Sementara dua aspek
lainnya juga mengalami peningkatan yaitu
pada aspek kerapian
tulisan di siklus
I memperoleh hasil 66,66% menjadi 85,18% yang meningkat dari baik
menjadi baik sekali dan pada aspek susunan kata dalam kalimat di siklus I
memperoleh hasil 62,96% menjadi 88,88% yang meningkat dari cukup ke baik.
Peningkatan ini terjadi karena
adanya proses bimbingan menulis secara
terstruktur yang dilakukan oleh
guru di setiap siklusnya, sehingga siswa dengan mudah dapat mengingat bagaimana cara menulis
huruf, suku kata, kata dan kalimat dengan benar.
Berdasarkan pernyataan di
atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan
metode Struktur Analitik Sintetik dapat
meningkatkan kemampuan menulis permulan siswa. Dari siklus I dan II tersebut
terdapat peningkatan setiap indikator.
Dengan demikian kemampuan
menulis permulaan siswa meningkat dalam pembelajaran melalui metode Struktur
Analitik Sintetik. Rincian persentase kemampuan menulis permulaan siswa pada
masing- masing indikator berdasarkan siklus I dan II dapat dilihat dalam tabel
dan gambar diagram batang berikut ini :
Tabel 4.15: Hasil Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Per Indikator
pada Siklus I dan II
Indikator |
Tes Siklus I |
Tes Siklus II |
||
% |
Kriteria |
% |
Kriteria |
|
Kerapian Tulisan |
66,66% |
Baik |
85,18% |
Baik Sekali |
Kelengkapan Kata |
18,51% |
Gagal |
77,77% |
Baik |
Susunan Kata dalam Kalimat |
62,96% |
Cukup |
88,88% |
Baik Sekali |
Rata-rata |
49,37% |
Kurang |
83,94% |
Baik
Sekali |
Meningkat 34,57% |
Peningkatan kemampuan
menulis permulaan yang terjadi pada persentase untuk masing-masing indikator di
atas dapat terjadi karena, pada proses pembelajaran guru membimbing dan
mengajarkan siswa menulis secara berstruktur dan LKPD yang diberikan oleh guru
juga sesuai untuk meningkatkan setiap
aspek penilaian tersebut,
yaitu dalam proses
pengerjaan LKPD diantaranya
menebalkan kalimat putus-putus yang telah di analisis dan menuliskan kalimat
sesuai dengan apa yang diperintahkan tanpa adanya bantuan kalimat putus-putus seperti sebelumnya.
Proses inilah yang
secara otomatis melatih siswa
menulis dengan rapi, mengingat setiap bentuk huruf, suku kata, kata, dan
kalimat serta mengetahui susunan kata dalam
kalimat dengan benar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
diagram batang yang disajikan di bawah ini:
Keterangan :
A : Kerapian Tulisan
B : Kelengkapan Kata
C : Susunan Kata dalam kalimat
Berdasarkan data yang terdapat pada diagram di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan menulis
permulaan siswa dalam
pembelajaran bahasa indonesia
melalui metode Struktur Analitik Sintetik mengalami peningkatan per indikator.
Hal ini didasri dari hasil kerapian tulisan siswa pada siklus I sebesar 66,66% sedangkan pada siklus
II meningkat menjadi 85,18%.
Sementara Kemampuan siswa melengkapi
kata dalam kalimat pada siklus I sebesar 18,51%sedangkan pada siklus
II meningkat menjadi 77,77% dan kemampuan siswa
dalam menyusun kata
dalam
kalimat pada
siklus
I
sebesar 62,96% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 88,88%.
Dari hasil siklus I dan siklus II tersebut terjadi peningkatan sebesar 25,92%.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Kemampuan menulis permulaan siswa pada konsep menulis permulaan di kelas II Madarash
Ibtidaiyah Negeri 05
Merangin melalui metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) mengalami peningkatan per indikator dimana
pada Kerapian tulisan siswa pada siklus I sebesar 66,66% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 85,18%. Dari hasil siklus I dan siklus II tersebut
terjadi peningkatan sebesar 18,5
2%. Sementara Kemampuan siswa melengkapi kata dalam kalimat
pada siklus I sebesar 18,51%sedangkan pada
siklus II meningkat menjadi
77,77%. Dari hasil siklus I dan siklus II tersebut terjadi peningkatan sebesar
59,26%. Dan Kemampuan siswa
dalam menyusun kata
dalam
kalimat pada
siklus
I
sebesar 62,96% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 88,88%.
Dari hasil siklus I dan siklus II tersebut terjadi peningkatan sebesar 25,92%.
2.
Kemampuan guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative
Integrated Reading And Composition
(CIRC) pada konsep menulis permulaan, pada RPP Siklus
I sudah
mencapai kategori cukup
yaitu
75%.
Pada
RPP Siklus II
meningkat menjadi 96,15% dengan kategori sangat baik
3.
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran melalui metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) pada konsep menulis permulaan,
pada RPP Siklus I mencapai
kategori cukup
yaitu
64,28%.
Pada RPP
siklus II
mengalami peningkatan
menjadi 85,71% yang termasuk kedalam kategori baik
B. Saran
1. Bagi Guru Kelas II
Diharapkan dapat menerapkan metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dalam pembelajaran bahasa
Indonesia agar dapat mempelajari secara lebih mendalam dan dapat menerapkan pembelajaran melalui metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dalam pelaksanaan belajar mengajar di dalam kelas
karena Metode Cooperative
Integrated Reading And Composition
(CIRC) ini menekankan keterampilan menulis
secara terstruktur
yang dilengkapi dengan gambar
seri sehingga membuat siswa aktif dan menyenangkan dalam belajar dan tidak terkesan untuk membuat siswa membosankan
2. Bagi Siswa
Untuk dapat
mengikuti proses pembelaaran bahasa Indonesia dengan baik. Giat dan terlatih
dalam mengerkan semua tugas yang diberikan guru.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian
ini
hendaknya
dapat
menjadi masukan
bagi sekolah dan guru bidang studi dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan
serta meningkata kualitas pendidikan di sekolah.
Abdurrahman, Mulyono. (2012).
Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Ahmad Rofi’uddin
& Darmiyati Zuhdi. (1998/
1999). Pendidikan Bahasa
Dan Sastra Indonesia Di Kelas
Tinggi. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal
Pendidikan
Tinggi.
Alben Ambarita. (2006). Manajemen pembelajaran. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorak Ketenagaan.
Azhar
Arsyad,
M.A.
(2002).
Media
Pembelajaran. Jakarta: Raja
Grafindo Bandung: Rosdakarya
Basuki Wibawa & Farida Mukti. (1991/ 1992). Media Pengajaran.
Jakarta:
Departemen pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal
Pendidikan
Tinggi. Cipta.
Dadan Djuanda. (2006). Pembelajaran bahasa Indonesia
Yang
Komunikatif Dan
Menyenangkan. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal
Pendidikan
Tinggi.
Darmiyati Zuhdi & Budiasih. (1996/ 1997). Pendidikan Bahasa Dan Sastra Di Kelas Rendah. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Referensi, 2013)
Haryadi & Zamzani. (1996/ 1997). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen
pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan
Tinggi.
Haryanto, dkk. (2003). Stategi Belajar
Mengajar. Jakarta:
Departemen
pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Imam Bernadip. (2002). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa. Jasa Ungguh Muliawan. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Gava Indonesia, Jakarta: Erlangga. Jakarta: Rineka Cipta.
Kasihani Kasbolah E.S.
(1998/ 1999). Penelitian Tindakan
Kelas. Malang: Departemen
Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal
Pendidikan
Tinggi.
Majid,
Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Moh. Uzer Usman. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung
: PT Remaja
Muhibbin Syah. (2008). Psikologi Pendidikan dengan pendekatan
baru.
Mujjiburrahman
& Heryana Y. (2014). Perkembangan Multimedia Pembelajaran Menulis dan Membaca Permulaan
Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar. Jurnal Kependidikan.13(4): 383-391
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2013)
Sabarti
Akhadiah, dkk. (1988). Pembinaan
kemampuan
menulis Bahasa
Sabarti Akhadiah
M.K., dkk. (1991/ 1992). Bahasa
Indonesia I. Jakarta:
Departemen pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal
Pendidikan
Tinggi.
Sabarti Akhadiah M.K., dkk. (1991/
1992). Bahasa
Indonesia II.
Jakarta:
Departemen pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal
Pendidikan
Tinggi.
Sabarti Akhadiah, dkk. (1991/ 1992). Bahasa Indonesia III. Jakarta:
Departemen pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Saleh Abbas.
(2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Efektif Di SD.
Siti Anisatun Nafi’ah, Model-Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2018)
St. Y. Slamet, Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di Sekolah Dasar (Surakarta: Uns Press, 2017)
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto.
(2006). Prosedur Penelitian
Suatu
Pendekatan Praktik.
Sunarto dan
Agung Hartono.
(1995). Perkembangan Peserta Didik,
Jakarta:
Rineka Cipta
Suprihadi Saputro & H. Zainul
Abidin &
I Wayan Sutama
(2000). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Departemen
pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Tinggi.
Tadkiroatun,
Musfirah. 2009. Menumbuhkan Baca-Tulis Anak Usia Dini. Jakarta. PT. Grasindo.
Trianto.
2013.Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini & Anak Usia Kelas Awal
SD/MI. Jakarta: Kencana.
Umar Tirtaraharja. (1994). Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Wulandari, Siska & Yulia T Samiha. (2015).
Pembelajaran Menulis Permulan Melalui Metode Abjad (Alphabet) Bagi Siswa
Berkesulitan Menulis Jurnal Ilmiah PGMI
vol 1, No 2
Zainal Aqib. (2006). Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung:
Yrama
Widya Persada. Rosdakarya.
Zainuddin. (1991). Materi Pokok Bahasa
dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka
0 $type={blogger}:
Posting Komentar