Jumat, 12 Juli 2024

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang Masalah

             Pendidikan agama harus berorientasi pada prinsip-prinsip tertentu yang dijadikan acuan dalam memformulasikan tuuan pendidikan agama yang adaptik, diantaranya prinsip adaptik, keseimbangan, kejelasan, kesesuaian, dilaksanakan, perubahan tingkah laku dan dinamis. Peran ulama sebagai pemersatu umat tidak akan terwujud melainkan dengan iltizam (komitmen) dan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ulama memiliki kedudukan yang sangat penting dan menjadi bagian vital dalam masyarakat muslim.              

               Perubahan zaman berpengaruh terhadap perkembangan potensi dan kepribadian anak atau remaja, karena merupakan kondisi dimana jarak antara aturan/norma yang satu dengan norma yang lain sudah tidak ada batas lagi. Dimana aturan, budaya, norma dan lain sebagainya sudah mulai memudar. Pengaruh sosial budaya pada era teknologi informasi dan komunikasi yang paling rentan adalah remaja, bila permasalahan ini tidak dikondisikan dengan baik dan benar bisa menimbulkan perilaku yang menyimpang sehingga dapat merugikan diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

         Di era globalisasi saat ini selain memberikan danfak positif juga memberikan danfak negatif, salah satu danfak positifnya terbukanya akses informasi di berbagai media dan mempermudah akses informasi dan danfak negatifnya era globalisasi dapat merugikan masarakat. Maka dari itu sebagian besar masarakat memasuki putra putrinya ke pondok pesantren. Karna pondok pesantren memainkan peran yang sangat penting dalam menhadapi era yang penuh dengan tantangan . pendidikan islam juga harus berperan dalam menghadapi laju perkembangan zaman dan arus era globalisasai saat ini. Penndidikan islam yang semestinya.

      Melahirkan generasi-generasi yang haus akan ilmu pendidikan. Terutama dalil yang mengisaratkan akan pentingnya sebuah pendidikan, didalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah Ayat: 11

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

    Artinya “ Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadalah : 11).

 

    Dalam surah Al-mujadilah ayat 11 menjelaskan tentang keutamaan orangorang yang beriman dan berilmu. Allah SWT telah menjanjikan kepada orangorang yang beriman dan berilmu. Akan diangkat derajatnya oleh Allah swt. orang yang berilmu akan dihormati orang lain karena mampu dalam mengelola apa saja dalam kehidupannya dengan baik dan orang yang beriman tanpa didasari ilmu pengetahuan tidak akan tau apa-apa, sedangkan orang yang berilmu dia tidak beriman maka dia akan tersesat karena ilmu yang digunakan untuk kebaikan.

kedua orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya.Orang tua berkewajiban mendidik anak dengan pendidikan yang baik sehingga diharapkan menjadi generasi-generasi yang baik sesuai dengan tuntunan agama Islam. Peran serta dan motivasi orang tua terhadap anak sangat besar pengaruhnya, karena tanpa pengaruh dan motivasi orang tua maka anak akan sulit menentukan pendidikan yang cocok dan sesuai dengannya. Karena, anak belum dapat memilih sendiri dan keterbatasan cara berpikirnya. Dengan demikian jelas bahwa peran serta motivasiorang tua dalam mengarahkan pendidikan anak sangat berperan dan menentukan sekali dalam proses pembentukan kepribadian anak. Motivasi orang tua dalam mengarahkan pendidikan anaknya tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh berbagai aspek dan faktor. Apabila pendidikan terhadap anak diberikan dengan baik, maka anak juga akan menjadi lebih baik, walaupun ada juga sebagian kecil anak yang tidak demikian. Sebaliknya jika orang tua mendidik anaknya dengan tidak baik, maka anak akan menjadi jahat. Orang tua bertanggung jawab dihadapan Allah terhadap pendidikan anak-anaknya. Sebab merekalah generasi yang akan memegang tongkat estafet perjuangan agama dan khalifah dimuka bumi ini, oleh karena itu, bila pendidikan terhadap anak-anak baik, maka bahagialah orang tua baik dunia maupun akhirat kelak. Sebaliknya, kalau orang tua mengabaikan pendidikan terhadap mereka maka akan sengsara didunia hingga akhirat.

Melihat hal ini orang tua merupakan  orang yang pertama dalam pembentukan kepribadian anak, tanggung jawab orang tua kepada anak-anak adalah suatu hal yang penting karena anak merupakan amanah yang diberikan Allah SWT, kepada setiap orang tua juga bertanggung jawab atas perkembangan dan pendidikan anak-anaknya. Anak adalah bagian dari masyarakat yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Merekalah sebagai generasi penerus yang menjadi dambaan dan harapan bagi orang tua dan masyarakat untuk menerima tongkat estafet kepemimpinan dimana mendatang untuk meneruskan pembangunan bangsa.

  Pendidikan merupakan hal yang diutamakan orang tua kepada anak-anaknya pada masa sekarang ini. Namun pendidikan yang paling pertama yang akan didapat setiap anak adalah pada orang tua masing-masing anak. Orang tua juga berpengaruh dalam setiap jenjang pendidikan yang akan dipilihkan kepada anak-anak mareka. Baik itu pendidikan yang berbasiskan pelajaran umum dan juga pendidikan yang berbasiskan agama. Banyak alasan dan motivasi orang tua dalam memilih lembaga pendidikan untuk anak-anak mareka.

        Motivasi orang tua adalah dorongan terhadap anaknya bagaimana supaya lebih bersemangat dalam meningkatkan prestasi. Motivasi yang kuat membuat anak sanggup ekstra keras untuk mencapai tujuan sesuatu. Karena dengan perhatian dan motivasi orang tua ini akan sangat bermanfaat bagi berlangsungnya kegiatan belajar anak. Dengan adanya motivasi anak akan terdorong untuk lebih semangat dalam belajar. Di sinilah motivasi orang tua diperlukan dalam dunia belajar, khususnya dalam belajar ilmu agama. Dalam pandangan Islam, orang tua memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap masa depan anak-anaknya. Masa depan anak tergantung kepada bekal yang diberikan oleh kedua orang tuanya.

        Setiap orang tua tentunya menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tidak ada satupun orang tua yang menginginkan anaknya gagaldalam kehidupan. Jika para orang tua menyiapkan dan merencanakan pendidikan anaknya sejak dini agar tercapai “kesuksesan bagi anak-anaknya. Tidak jarang para orang tua melakukan interfensi dalam pendidikan anaknya, bahkan interfensi orang tua ini berbias pada otoriter. Masa depan anak seolah-olah milik orang tuanya, sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk menentukan pilihan pendidikannya.

       Para orang tua yang khawatirkan terhadap dampak-dampak negatif perkembangan zaman berusaha mencari solusi melalui lembaga pendidikan yang dianggap mampu mengatasi berbagai permasalahan yang membuat mereka risau. Saat ini banyak bermunculan sekolah-sekolah terpadu, sebagian menggunakan Islam sebagai landasan dasar dalam proses mendidik dan sebagian yang lain tidak. Sekolah Islam terpadu dapat menjadi salah satu alternatif pilihan orang tua dalam menentukan lembaga pendidikan yang tepat bagi anak. Orang tua harus selektif dalam memilih sekolah untuk putra-putrinya. Memilih sekolah yang tepat membutuhkan banyak pertimbangan, mulai dari lingkungan sekolah, kurikulum yang digunakan, kondisi sarana dan prasarana yang ada.

       Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak membuat mereka lebih bangga dan meningkatkan perasaan positif pada diri siswa. Mereka mampu melakukan pekerjaan mereka dengan baik, tetapi juga merasakan kebanggaan dan prestasi pribadi ketika mereka menyelesaikan tugas. Disini motivasi orang tua tidak hanya membantu secara teknikal menyelesaikan berbagai masalah siswa, tetapi juga membangun psikologi anak. Dengan dampak positif yang dihasilkan oleh pendidikan yang melibatkan orang tua, maka pentingnya motivasi orang tua dalam pendidikan anak-anak tidak bisa diabaikan lagi.

        Diharapkan melalui pendidikan berbasis madrasah, siswa lulusannya tidak hanya menguasai pengetahuan umum saja, tapi sekaligus mengusai pendidikan agama sehingga mereka memiliki akhlak yang baik dan dapat melaksanakan praktek-praktek ibadah dengan baik, dan betul-betul menjadi sosok manusia yang tertera seperti dalam undang-undang sistem Pendidikan Nasional, bahwa tujuan pendidikan adalah membangun manusia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia.

       Selain itu, sekolah yang berbasis pendidikan agama dapat memainkan peranan penting dalam pembentukan intelektual, emosional dan spiritual anak serta menjadi wadah pemupukan kecerdasan setiap siswa, dan diatas segalanya, menjamin agar setiap peserta didik mendapat kesempatan belajar yang sama dan layak. Sekolah berbasis pendidikan agama juga ikut mempersiapkan generasi muda muslim yang betul-betul tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan tapi juga generasi yang taat beribadah, kemudian mereka bisa melaksanakan praktek-praktek keagamaan dan menguasai ilmu agama.

        Orang tua memiliki peran penting dalam mengarahkan anaknya agar kelak menjadi orang yang sukses, yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Sehingga orang tua perlu selektif dalam memilih lembaga pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, karena disinilah anak-anak mereka akan belajar mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya untuk dapat memperoleh kehidupan yang layak dan lebih baik dari orang tuanya. Oleh karena itu, diperlukan kinerja kolektivitas sistemik antara pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan masyarakat untuk mewujudkan generasi penentu yang berkualitas

        Seorang anak yang tumbuh di lingkungan keluarga Islami, masyarakat agamis, dan sekolah agamis akan memiliki kualitas keagamaan yang lebih baik. Konsekuensi logisnya, orang tua harus lebih selektif untuk memilih sekolah maupun memilih tepat tinggal untuk anak-anaknya. Untuk mewujudkan generasi unggulan diperlukan kinerja kolektivitas sistemik antara

pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan masyarakat yang sinergi.

        Sekolah yang berbasis agama dapat menjadi salah satu alternatif pilihan orang tua dalam menentukan tempat bagi anak-anaknya bersekolah, dengan catatan sekolah terpadu tersebut memiliki track record yang baik. Bagaimanapun tempat anak bersekolah dapat menjadi penyempurna nilai-nilai dan pengetahuan yang telah didapatkan anak di rumah. Dalam memilih sekolah ada hal yang tidak kalah penting selain memperhatikan kualitas sekolah, yaitu kesanggupan dari orang tua itu sendiri.

    Dari hasil obesrvasi awal (Grand Tour) penulis menemukan bahwa banyak nya orang tua yang memilih dan memasuki anaknya ke pondok Al-Jauharen ini sejak lulusan SD. Mereka datang dari berbagai daerah di luar kota Jambi, bahkan kebanyakan mereka dari luar kota Jambi. Alasan kenapa mereka memasukkan anaknya ke pondok Al-Jauharen ini karna mereka mengingin anak nya pinta ilmu agama dan terbentuknya akhlakul karimah, dan hal ini juga kebanyakkan dari anak mereka sendiri yang meminta agar mereka di masukan ke lembaga pondok pesantren dan belajar-belajar ilmu agama. (observasi, 12 Juli 2021).

    Dengan demikian orang tua yang memasuki anaknya ke lembaga pendidikan di pondok pesantren sangatlah berperan bagi anak-ankanya agar menjadikan anak yang berakhlakul karimah anak yang berguna bagi agama dan negara sesuai apa yang di harapkan para orang tua dalam sebuah pendidikan, maka dari itu pentingnya motivasi orang tua atau dorongan orang tua sangatlah berpengaruh bagi generasi muda yaitu cikal bakal penerus bangsa, anak-anak yang sukses dalam pendidikanya. Dalam pendidikan sangatlah berperan dalam mendorong anaknya dalm pendidikan formal maupun non formal, pendidikan pondok pesantren yang agamnya dan pendidikan sekolah. Maka dari itu orang tua yang memasuki anaknya ke pondok pesantren karna masarakat menganggap pondok pesantren yang mampu membina anak-anak mereka baik dalam bidang pendidikan akhlak agar tidak terjerumus hal-hal yang negatif.

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk meneliti permasalahan dengan judul:“Motivasi Orang Tua Menyengolahkan Anaknya di Pondok Pesantren Al–Jauharen  Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi”.

 

B. Rumusan Masalah

       Rumusan masalah memiliki kriteria masalah yang baik diantaranya mempunyai kontribusi teoritis dan praktis, artinya hasil penelitian nentinya memberikan kontribusi atau andil yang jelas. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan pokok masalah yaitu:

1.      Bagaimana motivasi orang tua yang menyekolahkan anaknya di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi?

2.      Apasaja kendala orang tua menyengolahkan anaknya di Pondok Pesantren Tanjung Johor Kota Jambi?

3.      Apasaja upaya orang tua mengatasi kendala dalam menyekolahkan anak di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi?

 

C. Tujuan Penelitian

       Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa setiap kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seseorang pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapaun tujuan penelitian  ini adalah:

1.      Untuk mengetahui motivasi orang tua yang menyekolahkan anaknya di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi.

2.      Untuk mengetahui kendala orang tua menyengolahkan anaknya di Pondok Pesantren Tanjung Johor Kota Jambi.

3.      Untuk mengetahui upaya orang tua dalam mengatasi kendala untuk menyekolahkan anak di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi.

D. Manfaat Penelitian

1.  Secara teoritis

        Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengembangan khasanah keilmuan dalam bidang kajian pendidikan Islam khususnya tentang motivasi orang tua lebih memilih Pondok Pesantren al mujahirin sebagai sarana pembinaan moral bagi anak

 2. Manfaat praktis

     Adapun manfaat secara praktis yang diharapkan di antaranya:

a.       Bagi Pesantren: penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara umum tentang apa motivasi orang tua santri dalam mengirimkan anaknya ke pesantren, agar pesantren mengetahui tujuan dan harapan orang tua santri yang mengirimkan anaknya di Pondok Pesantren Al-Jauharen

b.      Bagi Orang tua: penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran orang tua dalam mengawasi, memantau, membimbing dan membantu perkembangan anak terutama dalam hal membina moral (akhlak) anak.

c.       Bagi mahasiswa umum: penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian permasalahan tentang pentingnya Pendidikan agama harus berorientasi pada prinsip-prinsip tertentu yang dijadikan acuan dalam memformulasikan tuuan pendidikan agama yang adaptik.

d.      Bagi masyarakat luas: penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi agar mengetahui dan dapat meniru bagaimana cara pembinaan moral anak yang dilakukan oleh pondok pesantren dalam kehidupan sehari-hari.

e.       Bagi penulis: penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan kemampuan menulis, serta salah sayarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S.1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A. Kajian Teoritik

    1. Pengertian Motivasi

     Motivasi berasal dari kata motif yang berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu (M.Ngalim Purwanto, 1996: 60). Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga dalam memunculkan suatu tingkah laku tertentu. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Selain itu motivasi adalah dorongan besar yang menggerakkan seseorang ke tingkah laku.

        Motivasi juga dapat diartikan sebagai usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga tercapai hasil dan tujuan tertentu. Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan stimulasi perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang diharapkan. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah, 2011: 3).

        Menurut Hamalik (1995: 106), Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari pengertian di atas penulis menegaskan bahwa motivasi adalah kekuatan atau semangat yang timbul dari dalam diri invidu yang dapat menggerakkan individu tersebut agar tercapai tujuan dan cita-citanya.

Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Motif dapat juga diartikan sebagai suatu kondisi intern atau kesiapan” (Fathurrohman dan Sutikno, 2011:19). Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku seseorang. Dalam motivasi terdapat/ terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu. Menurut Khoiru Ahmadi (2012: 5) menyebutkan bahwa motivasi adalah proses mendorong dan mempertahankan tujuan dengan mengarahkan perilaku pada yang dituju.

Motivasi sangat diperlukan sebab seseorang tidak mungkin mempunyai motivasi dalam bertindak dan berbuat, tidak akan mungkin melakukan aktivitas (Haryu Islamuddin, 2012: 259). Motivasi merupakan “pengetahuan tentang proses yang dapat membantu guru menjelaskan tingkah laku yang diamati dan meramalkan tingkah laku orang lain. Menentukan karateristik proses ini berdasarkan petunjuk-petunjuk tingkah laku seseorang dan petunjuk tersebut dapat dipercaya apabila tampak kegunaannya untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku lainnya.

Motivasi adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam sebuat proses tindakan, tanpa adanya motivasi sukar bagi seseorang untuk berkembang dalam aktifitasnyua. (Husdarta dan Yudha, 2013:12). Motivasi merupakan suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang di tandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam rumusan tersebut ada tiga unsur yang saling berkaitan, ialah sebagai berikut: Motivasi di mulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Motivasi menurut teori Maslow di tandai oleh timbulnya perasaan (affective arousal). Mula-mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa suasana emosi. Motivasi ini di tandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan pribadi yang bermotivasi memberikan respon-respon kearah suatu tujuan tertentu.

2. Macam-Macam Motivasi

         Motivasi memiliki banyak persamaan makna atau beberapa istilah memiliki   makna seperti Motivasi dalam berbagai literatur, seperti needs, drives, wants, interests, desires. Motivasi merupakan suatu proses psikologi yang mencermikan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. (Engkoswara dan Aan  Komariah, 2012: 213). Motivasi sendiri ada dua, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi esktrinsik.

a.       Motivasi Instrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.

b.      Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga  dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu (Fathurrohaman dan Sutikno, 2011:19-20).

        Ada tiga fungsi motivasi yaitu sebagai berikut:

a.       Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap  kegiatan yang akan dikerjakan.

b.      Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c.       Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan (Fathurrohaman dan Sutikno, 2011:20).

Dalam proses melakukan, memberikan motivasi belajar kepada seseorang itu menjadi penting, karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatanyang dilakukan. Karena itu, prinsip-prinsip penggerakkan motivasi sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip kegiatan yang dilakukan itu sendiri. (Fathurrohaman dan Sutikno, 2011:20). Motivasi ini bukanlah tumbuh diakibatkan oleh dorongan dari luar diri seseorang seperti dorongan dari orang lain dan sebagainya. Manakala seseorag melakukan dengan sungguh-sungguh untuk mengharapkan hasil yang maksimal, mendapat hadiah ini merupakan motivasi yang tumbuh sesuai kebutuhan yang secara mutlak tidak secara mutlak berkaitan kegiatan yang dilakukan.

          Motivasi merupakan sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Motivasi sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

           Motivasi yang paling berguna untuk menunjang kesuksesan adalah motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri bukan faktor dari luar yang berupa dorongan dari orang lain. Jika ada motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri cukup besar, maka individu akan selalu mengerjakan dengan penuh gairah/semangat jika dilakukan dengan suasana hati yang nyaman, Motivasi ini meliputi: dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif, dan optimisme. Oleh karena itu, pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut: motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan perbuatan seseorang, karena tanpa adanya motivasi, sulit untuk berhasil. Perbuatan yang bermotivasi, pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, dan minat yang ada pada seseorang.

3. Unsur Motivasi

         Motivasi adalah “perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang di tandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Di dalam motivasi ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut:

a.       Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neuro psikologis dalam organisme manusia. Misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motivasi lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak di ketahui.

b.      Motivasi di tandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotivasi. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena ia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar.

c.       Motivasi di tandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respon yang tertuju kearah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah kearah mencapai tujuan, misalnya si A ingin mendapat hadiah maka ia akan melakukan sesuatu yang sesuai dengan tujuan seperti mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, dan mengikuti tes (Hamalik, 2010:158-159).

           Fungsi dari motivasi secara umum adalah sebagai berikut: mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan (Hamalik, 2010:161). Motivasi itu bukan hanya sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan, tetapi juga menentukan hasil perbuatan. Motivasi akan mendorong untuk melakukan suatu perbuatan dengan sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya akan menentukan pula hasil pekerjaannya. Jadi motivasi adalah dorongan yang timbul dari individu yang mengerahkannya untuk mengejar agar lebih baik.

4.  Pengertian Orang Tua

Orang tua adalah ayah dan ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli) (Ngalim Purwanto, 1998:73). Orang tua merupakan pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Oleh karena itu, dari merekalah awal anak menerima pendidikan. Setiap orang tua ingin selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya, mulai dari merawat, membesarkan, mencukupi kebutuhannya, dan memberikan pendidikan yang baik agar kelak mereka dapat mengerti mana yang baik dan buruk.

   Orang tua (ayah dan ibu) sangatlah berperan penting atas pendidikan anak, karena dari mereka anak dapat tumbuh dan berkembang. Namun orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini bukan hanya ayah dan ibu kandung saja, akan tetapi orang yang mengasuh dan merawatnya meskipun orang tersebut bukan orang tua kandungnya Dari uraian di atas penulis dapat memberikan penjelasan bahwa motivasi orang tua adalah suatu kekuatan atau semangat yang timbul dari dalam diri orang tua yang menggerakkan agar tercapai tujuan dan cita-citanya.

      Orang tua merupakan orang yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap perkembangan anak, baik dari segi psikis ataupun psikologis. Disamping perkembangan psikis dan psikologis, orang tua juga sangat berpengaruh dalam hal pembinaan moral bagi anak, karena dengan pengaruh yang sangat besar tersebut, maka orang tua memiliki keinginan yang sangat besar pula agar kelak anaknya bisa menjadi anak yang dapat mereka banggakan. Namun dengan kesibukan atau aktifitas yang orang tua lakukan, maka tidak sedikit orang tua yang dirasa kurang dalam memberikan pembinaan moral bagi anaknya. Dengan demikian banyak pula orang tua yang lebih memilih pondok pesantren sebagai sarana pembinaan moral bagi anaknya.

5. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anaknya

a. Menanamkan iman dan aqidah yang kuat Sebagaimana Firman Allah SWT yang termaktub dalam Q.S Luqman ayat 13: 26:

øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ  

Artinya: “dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Q.S. Luqman: 13).(Sukses Publishing: 936)

b. Meningkatkan kecerdasan bagi anaknya

         Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Isra‟ ayat 36

  Ÿwur ß#ø)s? $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# uŽ|Çt7ø9$#ur yŠ#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ  

Artinya: “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Q.S. Al Isra‟: 36)

 c. Mengajarkan membaca dan menulis

          Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S. Al Alaq ayat 3-5:

 

ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  

Artinya: “Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan peraturan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak manusia ketahui.” (Q.S. Al-Alaq: 3-5).

d. Bersikap adil terhadap anak-anak Dalam bersikap orang tua tidak boleh membeda-bedakan antara anak yang satu dengan yang lainnya. Orang tua harus bersikap adil terhadap semua anak-anaknya.

e. Mendidik anak Setiap anak yang dilahirkan masih dalam keadaan suci, bersih dari dosa-dosa apapun. Maka dari itu, orang tuanya lah yang pertama kali memberikan pendidikan kepadanya.

 

6. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Anaknya

        Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya terwujud dalam bentuk yang bermacam-macam. Secara garis besar bila diuraikan maka tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah bergembira menyambut kelahiran anaknya, memberi nama yang baik, memperlakukannya dengan lembut dan kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan akidah, melatih dan mengajarkan shalat, bersikap adil, memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberikan hiburan, mencegah perbuatan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal yang berbau porno, menempatkannya dalam lingkungan yang baik, memperkenalkan kerabat kepada anak, serta mendidiknya bertetangga dan bermasyarakat yang baik (Djamarah, 2004: 28). Beberapa peran orang tua dalam mendidik anak di antaranya yaitu:

a.       Menyayangi anak bukan memanjakannya Agama Islam sangat menekankan sikap kasih sayang terhadap anak, maka dari itu sangatlah penting mendidik anak dengan penuh kasih sayang.

b.      Sikap bijak dalam mendidik anak Sebagai orang tua kita harus bersungguh-sungguh dalam hal mendidik dan membimbing anak. Berhasil atau tidaknya proses pendidikan anak juga bergantung pada sikap bijak orang tua dalam mendidik anak.

c.       Membangun komunikasi yang baik dan efektif dengan anak Situasi dan kondisi yang efektif untuk membangun komunikasi yang baik antara lain, seperti saat makan bersama, berlibur bersama dan berkumpul di rumah.

d.      Menjaga kesehatan jasmani dan rohani anak sejak dini Agar seorang anak tumbuh menjadi generasi yang kuat dan sehat, maka orang tua harus memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani anak-anaknya, serta menjaga mereka dari penyimpangan moral sejak kecil.

e.       Memberikan pembinaan moral anak Pembinaan adalah suatu proses penggunaan manusia, alat peralatan, uang, waktu, metode dan sistem yang didasarkan pada 29 prinsip tertentu untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan daya dan hasil yang sebesar-besarnya. Moral anak adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya yang terdapat dan ditanamkan pada diri anak (Sunarto, B. Agung Hartono, 2002:69).

f.        Pondok pesantren dirasa sangat tepat sebagai salah satu alternatif bagi orang tua dalam memberikan pembinaan moral anaknya di samping kesibukannya dalam bekerja. Pondok pesantren hadir dengan berbagai macam visi misi dan juga backgroundnya masing-masing. Maka orang tua lah yang lebih selektif dalam memilih pondok pesantren bagi anaknya. Dari uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa masih banyak orang tua yang merasa belum mampu memberikan pembinaan moral pengawasan secara optimal bagi anaknya karena kesibukannya dalam bekerja dan beraktifitas sehari-hari.

g.      Terdapat dua harapan Orang dalam memotivasi kepada anaknya dalam dunia pendidikan mapun dalam keluarga, yang pertama keluarga mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sholeh dan solehah, anak yang cerdas, patuh, terampil, dan anak yang selalu menjalankan semua tuntunan Agama. Karna anak yang didambakan islam berbadan kuat dan sehat, terampil, berilmu, bercita-cita tinggi, berakhlak mulia, dan taat kepada perintah Allah SWT. (M. Syahlan syfei, 2006:1)

h.      Setiap orang tua tentunya mengharapkan anaknya menjadi sukses ketika dewasa nanti, dalam kriteria kesuksesan bermacam-macam, seperti anak dapat mengamalkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk masyarakat, jujur, bertanggung jawab, dan disiplin. Peran serta orang tua dalam membina anak dalam memilih lembaga pendidikan itu sudah menujukan bahwa orang tua ingin memiliki anaknya imu pengtahuan, agama dan dapat mengarahkan hidupnya di masa yang akan datang. Tujuanya agar anaknya menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Memilih lembaga pondok pesantren.

i.        Dengan demikian motivasi orang tua sangatlah penting. Bagaimanapun keberhasilan seorang anak tergantung kedua orang tuanya, dan sebagi orang tua harus mempunyai tujuan mau jadi seperti apa anaknya dalam pendidikan. terutama dalam memilih pendidikan anaknya agar berhasil dalam apa yang di citacitakan dalam pendidikanya.

 

7. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah Pesantren berasal dari kata santri, yang diawali dengan awalan “pe” dan diakhiri dengan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal para santri Abu Ahmad (1992: 103). Istilah pesantren juga disebut dengan Surau di daerah Minang, Pesantren di daerah Madura, Pondok di daerah Jawa Barat, dan Rangkang di daerah Aceh. Santri adalah orang yang mempelajari agama Islam. Menurut Johns sebagaimana yang dikutip oleh Zamakhsyari Dhofier (1985:18) bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamli, yang berarti guru mengaji.

    Sedangkan menurut C.C Berg bahwa kata santri berasal dari istilah Shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Kata Shastri berasal dari kata Shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Sejarah telah mencatat posisi strategis lembaga pendidikan Islam ini, menurut Nurcholish Madjid yang dikutip oleh Khoiruddin Bashori (2003: 76-77) bahwa dari segi historis pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi juga ke-Indonesiaan, sebab lembaga yang serupa juga sudah pernah ada pada kekuasaan HinduBudha. Umat Islam hanya meneruskan dan mengislamkannya saja. Sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan agama Islam pondok pesantren lahir dan berkembang sejak masa permulaan agama Islam datang ke Indonesia.

   Pondok pesantren tidak begitu saja lahir dan tumbuh berkembang menjadi besar, akan tetapi melewati tahapantahapan tertentu. Umumnya pondok pesantren lahir karena kreasi dan motivasi dari seorang kyai (syarat pertama) yang bermaksud menularkan ilmunya kepada orang lain. Ketika maksud tersebut mendapat tanggapan dari masyarakat dengan mengirimkan anakanaknya untuk menjadi santri, maka kyai telah menemukan (syarat pesantren yang kedua).

    Aktivitas menularkan ilmu membutuhkan sarana yang dapat digunakan sebagai pusat belajar mengajar. Biasanya, masjid menjadi syarat pokok (yang ketiga). Eksistensi pesantren akan terlihat jelas ketika kyai membulatkan tekad untuk mendirikan lembaga pendidikan Islam itu. Tempat suci ini tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah mahdhoh saja, tetapi juga menjadi sentral aktivitas pendidikan pada pesantren. Syarat yang (keempat) adalah sistem pendidikan yang menjadi rujukan kegiatannya. Tentunya setiap pesantren memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri. Meskipun demikian, secara umum dapat disebutkan beberapa ciri yang hampir ada pada setiap pesantren, yaitu :

a.       Pesantren dipimpin oleh seorang kyai.

b.      Kyai dan santri hidup dalam suatu kompleks sebagai sebuah keluarga besar, dan kyai sebagai orang yang tertinggi (kepala keluarga).

c.       Pesantren didirikan untuk mengembangkan syi‟ar Islam dengan mencetak para ulama    dan kader-kader da‟i.

d.      Motivasi kyai sebagai pendidik dan santri sebagai si terdidik semata-mata didasari dengan niatan beribadah lillahita’ala.

e.       Dalam pesantren, kyai merupakan pusat tauladan dan figur sentral bagi santi-santrinya.

f.        Tempat belajar dipusatkan di serambi masjid atau disebuah bangunan yang disediakan secara khusus sebagai tempat belajar, rumah-rumah (atau petak-petak) kecil sebagai tempat menginap para santri dan menyimpan barang-barangnya disebut dengan pondok. (Khoiruddin Bashori, 2003:76-77)

8. Karakteristik Pondok Pesantren

         Ada beberapa karakteristik pesantren secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut Dian Nafi dkk (2007: 9):

a.       Pesantren tidak menggunakan batasan umur bagi santri-santrinya,

b.      Pesantren tidak menerapkan batas waktu pendidikan, karena sistem pendidikan di pesantren bersifat seumur hidup life-long education.

c.       Santri-santri di pesantren tidak diklasifikasikan dalam jenjangjenjang menurut kelompok usia, sehingga siapa pun di antara masyarakat yang ingin belajar dapat menjadi santri,

d.      Santri boleh bermukim di pesantren sampai kapan pun bahkan bermukim di situ selamanya,

e.       Pesantren pun tidak memiliki peraturan administrasi yang tetap. Kyai mempunyai wewenang penuh dalam menentukan kebijakan dalam pesantren, baik mengenai tata tertib maupun sistem pendidikannya, termasuk menentukan materi/silabus pendidikan dan metodenya.

        Sebagai lembaga pendidikan yang dikelola seutuhnya oleh kyai dan santri, keberadaan pondok pesantren pada dasarnya berbeda di berbagai tempat dalam kegiatan maupun bentuknya. Meskipun demikian, dapat dilihat adanya pola yang sama pada pesantren. Menurut Zamakhsyari Dhofier (1985:20) ada lima elemen dasar yang harus ada dalam pesantren yaitu:

a.                             Pondok sebagai asrama santri,

b.                             Masjid sebagai sentral peribadatan dan pendidikan Islam,

c.                             Santri sebagai peserta didik,

d.                             Kyai sebagai pemimpin dan pengajar di pesantren, dan

e.                             Pengajaran kitab-kitab Islam klasik (kitab kuning).

 

9. Pola Pendidikan Pondok Pesantren

   Pengertian yang populer dari pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bertujuan mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian tafaqquh fi al-din dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat. Orientasi dan tujuan didirikannya pesantren adalah memberikan pendidikan dan pengajaran tentang keagamaan. Pengajaran-pengajaran yang diberikan di pesantren adalah mengenai ilmu-ilmu agama dalam segala macam bidangnya, seperti tauhid, fiqh, ushul fiqh, tafsir, hadits, akhlak, tasawuf, bahasa Arab, dan sebagainya. Diharapkan santri yang keluar dari pesantren dapat memahami beragam mata pelajaran agama dengan kemampuan merujuk pada kitab-kitab Islam klasik (kitab kuning).

 Seiring dengan perkembangan zaman yang ada, pondok pesantren mengalami beberapa perubahan, baik dari segi tempat, sistem pengajaran, ataupun sistem pengorganisasian. Pondok pesantren zaman sekarang ada yang sudah tidak memakai kebiasaan-kebiasaan tradisional pada pondok pesantren zaman dahulu, akan tetapi juga masih ada pesantren yang tetap mempertahankan kebiasaan-kebiasaan pondok pesantren zaman dahulu. Berikut adalah jenis-jenisa pondok pesantren yang mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman sekarang

a.       Pondok Pesantren Tradisional. Pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum, model pengajarannya pun lazim diterapkan dalam pesantren salafi yaitu dengan metode sorogan dan bandongan (Ghazali, 2003: 14). Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara invidual ataupun secara kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik berbahasa Arab. Penjenjangannya tidak berdasarkan pada satuan waktu, melainkan pada tamatnya kitab yang dipelajari.

b.      Pondok Pesantren Modern. Yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasah) memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta memberikan pendidikan keterampilan (Ghazali, 2003: 14). Pembelajaran yang diterapkan pada pondok pesantren khalafiyah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan, dengan satuan progam berdasarkan pada suatu waktu, seperti catur wulan, semester, tahun/kelas, dan seterusnya. Pondok pesantren khalafiyah lebih banyak yang berfungsi sebagai asrama yang memberikan lingkungan kundusif untuk pendidikan agama.

c.       Pondok Pesantren Campuran/kombinasi. Pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah dengan penjelasan di atas adalah salafiyah dan khalafiyah yang dalam bentuknya yang ekstrim. Barangkali, kenyataan di lapangan tidak ada atau sedikit sekali pondok pesantren salafiyah atau khalafiyah dengan pengertian tersebut. Sebagian besar yang ada sekarang adalah pondok pesantren yang berada diantara rentangan dua pengertian tersebut di atas (Depeartemen Agama RI, 2003: 30). Sebagian besar pondok pesantren yang mengaku atau menamakan diri pesantren salafiyah pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan secara klasikal dan berjenjang, walaupun tidak dengan nama madrasah atau sekolah.

         Demikian pula dengan pondok pesantren khalafiyah pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan pendekatan kitab klasik (pengajian menggunakan kitab kuning) itulah yang diakui selama ini sebagai satu identitas pokok pesantren. Tanpa menyelenggarakan kitab kuning agak janggal disebut sebagai pondok pesantren (Departemen Agama RI, 2003: 30). Bebagai macam dan jenis pondok pesantren yang berkembang pada zaman sekarang tentunya memiliki kelebihannya masing-masing, akan tetapi pada dasarnya semua pondok pesantren mempunyai tujuan yang sama yaitu mencetak manusia sebagai insan kamil dan sebgai khalifah di bumi, serta menghidupkan agama Allah dengan berbagai cara yang baik menurut ajaran agama Islam.

 

B. Studi Relevan

        Penelitian Motivasi Orang Tua Menyengolahkan Anaknya di Pondok Pesantren Al–Jauharen  Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi adalah hasil dari pemikiran langsung dengan cara malakukan penelitian langsung kelapangan, setelah itu barulah mendapatkan masalah dan jadilah sebuah sekripsi, Berbagai temuan yang ada dilapangan penulis dapatkan dengan sumber yang bermacam-macam. Study yang relevan dengan penelitian ini antara yang lain:

1.      Skripsi Tri Hartaty dengan judul Motivasi Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama  Anak. Hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan, bagi sebagian orang dipahami sebagai pengajaran, karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Orang tua tidak bisa memberikan pendidikan dan pengajaran secara langsung kepada anak apabila mereka sendiri secara tingkat pendidikan rendah. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga berlangsung secara alamiah dan wajar, sehingga disebut pendidikan informal yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak yang mana kegiatan pendidikannya dilaksanakan tanpa suatu organisasi yang ketat dan alokasi waktu. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga berlangsung secara alamiah dan wajar, sehingga disebut pendidikan informal yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak yang mana kegiatan pendidikannya dilaksanakan tanpa suatu organisasi yang ketat dan alokasi waktu. Dari beberapa informasi yang diperoleh dari informan dan data pendukung lainnya, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa motivasi orang tua terhadap pendidikan agama anak adalah positif. Kondisi ini ditandai dengan keinginan orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah berbasis agama ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

2.      Yudi Ananda, dengan judul skripsi Motivasi orang Tua Terhadap Pendidikan Anaknya di Desai Kumpeh Ilir Kabupaten Muaro Jambi. Dan dalam Skripsi ini menjelaskan tentan lemahnya motivasi orang tua terhadap pendidikan anaknya. Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: adanya pengalaman dan kondisi sekarang yang berimplikasi kepada sulitnya ketika anak yang sudah menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh pekerjaan, maka orang tua memiliki keraguan tentang potensi pekerjaan yang didapat oleh anaknya ketika menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Adanya kondisi yang hampir sama pada sudut pandang orang tua yang memandang pendidikan itu penting sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai dan proses sosialisasi, menunjukan bahwa sebenarnya orang tua memandang pendidikan itu sangat penting. Tetapi karena mayoritas mereka bekerja sebagai petani dengan kondisi perekonomian yang minim, menyebabkan orientasi mereka kepada anaknya setelah menyelesaikan sekolah adalah sebisa mungkin mendapatkan pekerjaan untuk membantu perekonomian keluarga. Selain itu, kondisi yang kritis adalah adanya upaya untuk mengembalikan biaya yang dikeluarkan ketika mereka bersekolah. Hal ini tidak bisa dilihat secara sepihak dengan memberikan stigma negatif kepada orang tua, karena pendidikan adalah suatu hal yang tergolong mewah sehingga tidak jarang bagi orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya harus berhemat bahkan sampai mengurangi kebutuhkan pokok termasuk berkaitan dengan urusan konsumsi dan kebutuhan primer lainnya.

    Berbeda dengan skripsi yang dibuat dalam skripsi ini, perbedaan skripsi yang penulis buat ini dibandingkan dengan skripsi sebelumnya pernah dibuat orang lain adalah skripsi ini lebih fokus dengan Motivasi Orang Tua Menyengolahkan Anaknya di Pondok Pesantren Al–Jauharen  Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi.

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

A.    Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

          Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif, umumnya bertujuan mendeskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu mengenai berbagai sifat dan faktor tertentu. (Gempur Santoso, 2012: 29).

              Penelitian ini  berupaya menggambarkan, menguraikan suatu keadaan yang sedang berlangsung beradsarkan fakta dan informasi yang diperoleh dari lapangan yaitu mengenai motivasi orang tua menyengolahkan anaknya ke Pondok Pesantren Al–Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi.

2. Metode Penelitian

  Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif bertitik tolak dari fenomenologis yang menekankan pada pemahaman makna tingkah laku manusia sebagaimana yang dimaksud oleh pelakunya sendiri. Pandangan fenologis tidak mengakui bahwa peneliti tahu apa makna sesungguhnya suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh orang-orang yang sedang diteliti. Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku, didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan mengimperprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. (Mardalis, 2014: 26).  

B.  Setting dan Waktu Penelitian

1.  Setting Penelitian

                Penelitian ini akan di lakukan di pondok pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor di Kota Jambi, atas berbagai pertimbangan : permasalahan nya diantaranya adalah bagaimana motivasi orang tua yang menyekolahkan anaknya di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi, apasaja kendala orang tua menyengolahkan anaknya di Pondok Pesantren Tanjung Johor Kota Jambi serta apasaja upaya orang tua mengatasi kendala dalam menyekolahkan anak di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi, atas berbagai pertimbangan penulis memilih setting di Pondok Pesantren Al–Jauharen karena secara moril dan materil masih terjangkau oleh peneliti, selain itu pondok pesantren ini cukup tinggi perkembangan nya dalam lima tahun terakhir ini dan peneliti lebih mudah melakukan pengambilan data untuk penelitian.

2. Waktu Penelitian

                Waktu penelitian ini dilakukan kurang lebih selama lima bulan, terhitung mulai dari bulan Juni sampai November tahun 2021.

 

C. Jenis dan Sumber Data

1.    Jenis Data

a. Data Primer

 Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. (Sugiyono, 2009 : 137)

Adapun data Primer dalam penelitian ini diantaranya :

1). Pimpinan Pondok Pesantren Al–Jauharen

2). Kepala MTs

3). Guru PAI

4). Majlis Guru

5). Siswa-Siswi kelas VII

6). Wali Murid

 

b). Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. (Sugiyono, 2009:91).

Data sekunder adalah kata yang telah lebih dahulu dikumpul dan dilaporkan oleh orang diluar diri penyidik sendiri yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data asli. Data sekunder terdiri atas berbagai macam, seperti surat, buku, sampai dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Jadi data sekunder yaitu data yang di ambil secara tidak langsung dari sumbernya dan digunakan sebagai pelengkap atau pendukung data primer, misalnya data yang di dokumentasikan. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumentasi yang meliputi profil Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi, historis dan geografis Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi, struktur organisasi Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi, keadaan guru dan siswa Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi serta keadaan sarana dan prasarana Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi

2.      Sumber Data

             Sumber data adalah dimana data diperoleh. Sumber data atau informasi baik jumlah maupun keragamanya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian. Sumber data adalah bahan pokok yang dapat diolah dan diananlisa untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian. sumber data bersifat umum yang memiliki informasi tentang objek penelitian. (Trianto, 2010: hlm. 253). Adapun sumber data yang mungkin dimanfaatkan untuk memanfaatkan data atau informasi yang digunakan adalah orang tua siswa yang ada di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi.

 

D.    Metode Pengumpulan Data

             Metode pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data penelitian melalui beberapa langkah yang terstruktur. Pada bagian ini, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Peneliti menggunakan 3 teknik dalam pengumpulan data, yakni :

1.      Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. (Suharsimi Arikunto, 2006:155). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, yakni wawancara yang pewancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara jenis ini disusun dengan rapi dan ketat. (Lexy J Moelong, 2017:90)

Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan kepada para responden. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian dan dilakukan oleh peneliti dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan penelitian.Wawancara merupakan alat pengumpul informasi dengan cara meng ajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interviu adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee).

                 Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan pembicaraan santai dalam berbagai situasi, dilakukan secara terus menerus untuk mendapatkan informasi dan penjelasan yang utuh, mendalam, terperinci dan lengkap. Wawancara yaitu pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan secara lisan dan pertanyaan yang diajukan dalam wawancara itu telah dipersiapkan secara tuntas dilengkapi dengan instrumen.

                  Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih saling bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan. Adapun data hasil wawancara dalam penelitian ini dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti dan akan diajukan kepada responden penelitian.

2.  Observasi

           Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi non partisipan dan teknik observasi terbuka. Yang dimaksud dengan teknik observasi non partisipan, yakni pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan. (Narbuko dan Abu Achmadi, 2016:70).

  Adapun teknik observasi terbuka, kehadiran pengamat secara terbuka diketahui oleh subjek yang secara sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi, dan mereka menyadari ada orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka. (Narbuko dan Abu Achmadi, 2016:70).

Teknik observasi nonpartisipan digunakan karena dalam proses penelitian ini peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan, akan tetapi hanya berperan mengamati kegiatan. Kalaupun ikut dalam kegiatan itu hanya dalam lingkup yang terbatas sesuai kebutuhan peneliti untuk memperoleh data yang benar-benar valid. Pemilihan teknik jenis ini dilakukan agar peneliti dapat lebih fokus dalam melakukan pengamatan terhadap objek yang sedang diamati sehingga data observasi yang dihasilkan benar-benar valid dan sesuai dengan kondisi yang sedang diamati. Metode atau pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, prilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya.

Observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan kegiatan pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh indera. Metode observasi jdalam penelitian ini digunakan sebagai pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yalg diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, dapat dikontrol keandalannya (reliabilitasnya) dan kesahihannya (validitasnya).

3.      Dokumentasi

         Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh seorang psikolog dalam meneliti perkembangan klien melalui catatan pribadinya. Dokumentasi sebagai berikut cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat khabar, majalah, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2006:231).

        Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi non manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-catatan, pengumuman, instruksi, aturan-aturan, laporan, keputusan atau surat-surat lainnya. Data yang dikumpulkan mengenai teknik tersebut berupa kata-kata, tindakan dan dokumen tertulis lainnya, dicatat dengan menggunakan catatan-catatan. Dalam teknik yang terakhir ini peneliti melakukannya dengan cara mencari dan mendokumentasikan segala informasi yang dapat mendukung fokus penelitian. Dapat berupa gambar-gambar, foto-foto, maupun dokumen-dokumen tertulis.

 

E.     Metode Analisis Data

            Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data seperti yang diberikan Miles and Huberman dan Spradley. Miles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga samapai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Langkahlangkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut.

1. Reduksi Data

      Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan (Miles dan Huberman (1992:16).

 

          Begitu banyak data yang harus penulis catat secara teliti dan rinci yang ada dilapangan serta memilih hal-hal pokok, oleh karenanya penulis hanya memfokus merudiksi data tentang motivasi orang tua yang menyekolahkan anaknya di Pondok Pesantren Al-Jauharen sebagai sarana pembinaan moral anak, apa saja kendala orang tua menyengolahkan anaknya di Pondok Pesantren sebagai, dan bagaimana  upaya orang tua mengatasi kendala dalam menyekolahkan anak di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi.

          Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar yang membedakanya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.

       Teknik analisis data merupakan proses katagori urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, katagori dan satuan uraian dasar. Analisis dalam penelitian jenis apapun, adalah cara berfikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola. Setelah selesai penelitian ini, maka data yang di peroleh terlebih dahulu diseleksi menurut kelompok variabel-variabel tertentu dan dianalisis melalui segi kualitatif.

2. Penyajian Data

  Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif. (Sugiono, 2009:341). Langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data dilakukan dengan bentuk uraian singkat, grafik, bagan, hubungan antar kategori, dan flowchart. Dalam hal ini Miles and Huberman Data collection Data reduction Data display Conclusion drawing/verifying 59 (1984) menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut

3. Verifikasi

            Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara , dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh buktibukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibel.

               Setelah data disajikan yang juga dalam rangkaian analisis data, maka proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Proses verifikasi dalam hal ini adalah tinjauan ulang terhadap catatan lapangan, tukar pikiran dengan teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektivitas”. (Salim dan Syahrum , 2016:150).

 

F. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data

       Untuk menetapkan keterpercayaan data, maka di perlakukan teknik pemeriksaan.pelaksanaan pemeriksaan di dasarkan jumlah kriteria tertentu, ada beberapa teknik yang digunakan dalam penecekaan keabsahan temuan di antranya:

1. Perpanjang keikutsertaan

         Perpanjangan keikutsertaan dalam artian memperpanjang waktu dilapangan sehingga kejenuhan pengumpulan data tercapai .jika hal ini dilakukan maka membatasi gangguan dari dampak peniliti pada konteks ,membatasi keliruan peneliti ,dan mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian atau pristiwa yang memiliki pengaruh sesaat.perpanjangan waktu di lapangan akan memungkinkan penungkatan derajat kepercayaan data yang di kumpul (Sugiono,2012:219)

a). Ketekunan pengamatan

        Ketekunan dalam pengamatan berarti menemukaan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri terhadap hal hal tersebut secara rinci berkesinambung terhadap faktor faktor yang menonjol .(Sugiono, 2012:99)

b). Triangulasi

         Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu diluar data pokok.untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu ,terdapat empat macam teknik pemerikssan mengunakan sumber ,metode, penyidik, dan teori. (Lex J Moleong, 2011:178). Hal ini dapat di capai dengan jalan:

1)      Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2)      Membandingkan apa yang di katakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi

3)      Membandingkan apa yang dikatakan orang –orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu

4)      Membandingkan keadaan dan perspektif seorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa ,dan orang berpendidikan .

5)      Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

 

G. Jadwal Penelitian

            Jadwal penelitian menggambarkan rencana penelitian yang harus memuat penetapan atau perumusan mengenai: latar belakang suatu penelitian, kecenderungan yang tengah berlaku, anggapan dasar, prakiraan jawaban (berupa hipotesis), tujuan dari penelitian tersebut, sasaran dari penelitian tersebut dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan dilapangan, maka penulis menggunakan kegiatan yang terjadwal sebagai berikut:

 

 

 

Tabel 1.1. Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Tahun 2021

Juni

Juli

Agustus

September

Nopember

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

Persiapan penelitian

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

Menyusun atau menulis konsep proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

Mengajukan judul ke Fakultas untuk persetujuan judul

 

 

 

 

X

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4

Konsultasi dengan dosen pembimbing

 

 

 

 

 

x

X

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

Seminar proposal

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6

Izin atau perintah riset

 

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7

Pelaksanaan riset

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

x

x

 

 

 

 

 

 

 

 

8

Penulisan konsep skripsi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

9

Konsultasi kepada dosen pembimbing

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

x

 

 

 

 

 

10

Penggandaan skripsi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

11

Munaqasah dan perbaikan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

12

Penggandaan skripsi dan penyampaian skripsi kepada tim Penguji dan Fakultas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

x

X

 

Keterangan: Jadwal Penelitian diatas dapat berubah sewaktu-waktu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

 

A.  Temuan Umum

1. Historis dan Geografis Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Seberang Kota Jambi

           Pondok Pesantren Al-Jauharen yang didirikan oleh Al-Alimul Alamah Syeh H. Usman Bin Haji Ali pada tahun 1300 H bertepatan pada tahun 1872 M di Sungai Asam Darat selanjutnya Pondok Pesantren Al-Jauharen tersebut pindah dari Sungai Asam ke Tanjung Johor pada tahun 1305 H bertepatan pada tahun 1877 M. Sebelum didirikan bangunan Maktabah Al-Jauharen, beliau mengajar para santri di rumah dengan bertambahnya santri tersebut maka pengajian santri dipindahkan ke masjid guru H. Abdul Kafi Bin H. Abu Bakar Tanjung Johor lebih kurang 29 tahun berada di Tanjung Johor tepatnya 1 Zulkaedah tahun 1333 H bersamaan tahun 1915 M beliau mendirikan persatuan kematian yang dinamakan “Samaratul Insan” yang berarti “Manusia yang Berguna” yang beranggotakan:

1.    Guru H. Abdul Somad Bin H. Ibrahim Khop Penghulu Jambi

2.    Guru H. Ibrahim Bin H. Abdul Majid Kampung Tengah

3.    Guru H. Ahmad Bin Abdul Syukur Tahtul Yaman

4.    Guru H. Usman Bin H. Ali Tanjung Johor

5.    Guru H. Kms. Muhammad Saleh Bin Kms. H. M. Yasin Tanjung Pasir

6.    Sayyid Alwi Bin Muhammad Sihab Pasar Jambi. (Dokumentasi, 2021)

 

35

       Kemudian lebih kurang 12 tahun setelah didirikan persatuan kematian Samaratul Insan tepatnya pada tahun 1346 H. bersamaan tahun 1927 M dengan izin Allah swt. sepakatlah masyarakat Tanjung Johor membangun gedung Maktab Al-Jauharen. Setelah didirikannya bangunan Maktab Al-Jauharen beliaupun sudah tua maka diserahkanlah kepemimpinan Maktab Al-Jauharen kepada Guru H. Abdul Majid Bin Hamzah selanjutnya pada tahun 1938 M.


36

masyarakat  Tanjung Johor sepakat untuk membangun kembali Masjid Guru H. Abdul Kafi yang sekarang dipimpin oleh Guru H. Jamaludin Abdullah. Salah satu bukti peninggalan berupa Mimbar dan Tongkat Besi yang ada sekarang berasal dari Masjid Jami’ Sungai Asam Darat setelah meninggalnya H. Abdul Majid Bin Hamzah Pimpinan Maktab Al-Jauharen pada masa itu. Kemudian kepemimpinan diserahkan kepada Guru H. Jamaludin Abdullah sampai pada tahun 1940 M.

Kemudian dilanjutkan kepemimpinan Maktab Al-Jauharen kepada Guru H. Ahmad Zein bin Najhun 1940 s/d 1951. Kemudian dari tahun 1951-1962 dipimpin oleh Guru Muhammad Yusup bin Saprudin. Dilanjutkan kepemimpinan Maktab Al-Jauharen oleh Guru H. Mahfudz Jalil pada tahun 1962 s/d 1966. Dan pada tahun 1967 s/d 1975 kepemimpinan  maktab Al-Jauharen. (Observasi, Pondok Pesantren Al Jauharen)

Jauharen dikembalikan lagi kepada Guru Muhammad Yusup bin Saprudin, kemudian diserahkan lagi kepada Guru Muhammad Tahir Ja’far pada 1975 s/d 1981. Kemudian pada tahun 1982 s/d 1989 kepemimpinan Maktab Al-Jauharen diserahkan kembali kepada Guru H. Mahfudz Jalil, dan sampai akhir tahun 1989 mangalami kefakuman (tidak berjalan sebagai mestinya).

Maka pada tahun 2003 atas dorongan Ulama beserta tokoh masyarakat Tanjung Johor, dan diprakarsai para pemuda sepakat untuk mengaktifkan kembali Maktabah Al-Jauharen yang sangat dicintai namun dengan format yang lebih baik yang sesuai dengan tuntunan perkembangan zaman yang mengarah pada arti nama Al-Jauharen yaitu Dua Mutiara”. Dua mutiara dimaksud adalah mutiara dunia dan mutiara akhirat (pendidikan umum dan agama) format yang baru ini dikenal dengan nama Pondok Pesantren Al-Jauharen adapun sistem pendidikan yang digunakan adalah perpaduan dua kurikulum yakni salafiah dan kholafiah. Kurikulum salafiah dikembangkan oleh para guru agama yang rata-rata lulusan dari pesantren dan langsung dipimpin oleh guru KH. Sirojuddin H. Muhammad sedangkan kurikulum kholafiah (umum) merupakan ketentuan dari DIKNAS.

Perkembangan Pondok Pesantren Al-Jauharen dengan format yang terbaru dikembangkan oleh Guru KH. Sirojuddin H. Muhammad sebagai pimpinan membuahkan hasil pada perkembangan pondok yang terus mengalami kemajuan

dengan jumlah santri yang semakin meningkat. Peningkatan kuantitas dan kualitas Pondok Pesantren Al-Jauharen ini diharapkan bisa berdampak baik pada kemajuan agama dan bangsa Indonesia. (Dokumentasi, 22 Februari 2020)

Adapun lokasi madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen terletak di Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi tepatnya berada di pinggir sungai Batanghari, hal ini disebabkan punya alasan tersendiri bagi pendirinya. Jalaur transportasi sungai adalah jalur yang paling mudah digunakan, dan cepat menjangkau madrasah terutama bagi mereka yang berasal dari desa-desa yang berada si sepanjang sungai Batanghari.Disamping itu pula air sungai Batanghari dapat dimanfaatkan oleh santri untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi, mencuci pakaian dan lain-lain.

Letak madrasah ditengah kota ternyata dapat juga memberikan dampak positif, tidak hanya bagi pihak madrasah tapi juga bagi masyarakat sekitar. Keberadaan  madrasah di tengah kota akan lebih mudah terkontrol oleh masyarakat, yang secara emosional memiliki konsem dengan pesantren. Demikian pula sebaliknya, bagi masyarakat sekitar, keberadaan madrasah akan memberikan warna islam yang sanagt kontras di tengah mereka. Sebab kegiatan keagamaan kerap berbau dengan kegiatan (keagamaan) masayarakat.

Seiring dengan semakin berkembangnya daerah perkotaan maka daerah sekitar madrasah pun mengalami kemajuan dari segi aktifitas dan jumlah penduduk.Dalam pengamatan penulis, masyarakat Tanjung Johor adalah masyarakat yang taat beribadah.Ini terlihat dari jumlah yang datang untuk melaksanakan sholat berjamaah di masjid.

Adapun batas-batas yang mengelilingi madrasah Al-Jauharen adalah:

a. Sebelah barat berbatasan dengan pabrik Remco (pabrik getah)

b. Sebelah timur berbatasan dengan sawah penduduk

c. Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk

d. Sebelah selatan berbatasan dengan sungai batanghari

      

 

Perkembangan pondok pesantren Al-Jauharen dengan format yang terbaru dikembangkan oleh Guru KH.Sirojuddin H.Muhammad sebagai pimpinan membuatkan hasil pada perkembangan pondok yang terus mengalami kemajuan dengan jumlah santri yang semakin meningkat.Peningkatan kuantitas dan kualitas pondok pesantren Al-Jauharen ini diharapkan bisa berdampak baik pada kemajuan agama dan bangsa Indonesia.

Dari situlah muncul beberapa tingkatan belajar di pondok pesantren Al-Jauharen mulai dari tingkat Rudatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.Maka madrasah Tsanawiyah dipimpin Oleh Drs. Muhammad Rafi’I, sampai sekarang.

 

2. Visi Dan Misi Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor

       Pondok Pesantren yang efektif adalah madrasah yang mempunyai visi dan misi, tujuan, sasaran, peningkatan mutu dan menghasilkan alumni yang bisa di andalkan. Artinya lembaga pendidikan islam memiliki visi dan misi yang baik akan dapat menentukan antisipasi berbagai perubahan dan tantangan pendidikan. Madrasah dengan visinya akan mampu membuka perencanaan pendidikan yang tepat berkaitan dengan kurikulum, sistem, tenaga kependidikan, sarana, pengembangan program dan lain-lain yang menyangkut komponen-komponen sistem pendidikan.

       Pondok Pesantren Al-Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan  Kota Jambi mempunyai visi untuk mencapai prestasi unggulan sesuai dengan tujuan dengan tekad pesantren Al-Jauharen juga amanat masyarakat. Sementara misi yang telah disepakati secara bersama sama adalah : 1) mewujudkan generasi islam yang menjunjung tinggi dan menegakkan nilai-nilai iman dan taqwa serta berakhlakul karimah, 2) meningkatkan pelayanan pendidikan baik intrakurikuler, 3) menimbulkan kesadaran akan pentingnya keteladanan sesuai dengan jiwa Tut Wuri Handayani yang selaras dengan pengawasan efektif dan efesien.

       Berangkat dari visi dan misi yang telah disepakati tersebut, dapat dipahami bahwa madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen memfokuskan diri pada pengembangan tiga ranah (wilayah), yaitu ilmu pengetahuan, keimanan dan ketaqwaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan pimpinan pondok pesantren bahwa ada tiga filsafah yang dimiliki pesantren Al-Jauharen yaitu ilmu, iman dan amal.  Ketiga filsafah inilah yang menjadi dasar dalam merencanakan dan mengelolah madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen menjadi sebuah lembaga pendidikan alternative bagi masyarakat terutama dalam menghadapi perkembangan global dari tuntutan moral agama.

 

3. Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen

          Suatu lembaga pendidikan sudah mutlak adanya suatu organisasi kerja dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Dalam organisasi tersebutterdapat adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab menurut bidang dan bagian yang ditentukan, sehingga diharapkan tidak adanya saling lempar tugas dan tanggung jawab yang merusak kelancaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

           Sebagai tujuan organisasi, baik itu suatu lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta, kecil atau besar tidak akan terlepas dari suatu struktur organisasi kepengurusan. Karena itulah yang akan menjalankan roda-roda organisasi. Maju atau mundurnya suatu organisasi sangat tergantung pada manusia yang duduk di pengurusan tersebut.Kemudian tugas seorang pemimpin untuk mengatur dan memberikan kebijaksanaan dalam mengatur langkah-langkah yang harus ditempuh karena pemimpinlah yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab secara penuh dan konsekuen. Begitu juga halnya dengan MTs Al-Jauharen yang merupakan lembaga pendidikan yang memiliki berbagai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

            Dengan adanya pengorganisasian maka kegiatan-kegiatan dalam suatu lembaga dapat terbentuk, sehingga personil dapat memangku jabatannya pada setiap program kegiatyan Mts Al-Jauharen ini dengan lacar dan akan terbentuknya tata kerja yang baik menurut tugasnya madding-masing serta penempatan dan pengaturan orang-orang dalam kelompok dengan tepat. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi Mts Al-Jauharen dapat dilihat di bawah ini :

Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi Tahun 2021

Komite

Sihabudin Chodori. S.Ag

Kepala

Drs. Muhammad Rafii

NIP : 196108062000031003

 

 


                                                           

Tata Usaha

Rahim Fadli

 

                                                                                            

Waka Kurikulum

M. Ikhlas, S.Pd

 

Waka Kesiswaan

Alwi HM. S.Pd.I

MAJELIS GURU

Kepala Lab IPA

Muslimaini. S.Pd.I

Kepala Perpustakaan

Nike Fitria. S.Pd.I

WALI KELAS

SISWA/I

Waka Sapras

Siti Aisyah. S.Pd.I

Bendahara

Hermantoni. S.Pd.I

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(Dokumentasi, Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi Tahun 2021)

 

            Berdasarkan struktur diatas bahwa tata kelola madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen adalah sebagai berikut:

a.       Kepala madrasah, selaku manager dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di madrasah. Disamping itu ada juga bertanggung jawab dalam memimpin rapat-rapat yang diadakan di madrasah, dan juga mengontrol kehadiran para guru dan pengawai yang bertugas di madrasahnya.

b.      Wakil kepala madrasah yang membantu kepala madrasah terutama yang berhubungan dengan administrasi, suirat menyurat dan registrasi siswa, dan membantu kepala madrasah dalam menyeklesaikan permaalahan yang berhubungan langsung dengan siswa.

c.       Tata usaha adalah orang yang diberikan tugas mengurus administrasi pendidikan di madrasah, perkantoran dan apa yang berhubungan dengan kelangsungan pendidikan dan pengajaran di sekolah.

d.      Siswa/siswi adalah pelaksana dari proses belajar mengajar, baik itu berupa pengetahuan, bimbingan yang bersifat jasmani maupun rohani.

 

4. Keadaan Tenaga Pendidik Pondok Pesantren Al Jauharen

       Pendidikan dikalangan umat islam dipandang sebagai petunjuk ke jalan yang luar biasa. Disamping memiliki tanggung jawab yang besar, pendidik juga memegang peranan penting dalam proses transfer pengetahuan kepada anak didik untuk mengembangkan potensinya.

       Peranan pendidik sebagai tenaga pengajar sangatlah penting dalam menumbuhkan semangat siswa untuk menerima pelajaran. Keberhasilan seorang pendidik dalam setiap bidang studi akan didukung oleh kemampuannya dalam menyampaikan materi pelajaran.

       Para guru di Pondok Pesantren Al-Jauharen, dalam hal mengajar dan mendidik santri, mereka berpandangan bahwa mengajar hendaklah mencontoh sifat Rasulullah SAW yang tidak mengharapkan gaji dan lain sebagainya. Motivasi yang kuat bagi mereka untuk mengajar adalah karena allah SWT semata-mata dan mengharapkan kehadirannya.  Karenanya mengajar bagi mereka adalah ibadah, sehingga prinsip kelulusan dan keikhlasan mewarnai dari mereka dalam mengajar ilmu.

       Guru di Pondok Pesantren Al-Jauharen terdiri dari berbagai macam lulusan serta disiplin ilmuseperti di Darul Musthofa Yaman, Rubath Tarim Yaman, IAIN, STAI Ma’arif, Universitas Jambi dan perguruan tinggi lainnya dan bahkan ada juga yang lulusan Madrasah Aliyah, dengan berbagai disiplin ilmu yang dimiliki oleh para guru itu diharapkan akan tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Guru di MTs Al-Jauharen ini memang patut diacungkan jempol, karena keteguhan mereka untuk tetap mengabdi di pondok pesantren Al-Jauharen ini, walaupun gaji yang mereka terima tergolong kecil.

       Pondok Pesantren Al-Jauharen berdasarkan data terakhir memiliki 21 orang tenaga pendidik.Dari jumlah pondok tersebut, 16 orang alumni dari berbagai perguruan tinggi dan selebihnya 6 orang alumni MA sederajat. Untuk lebih jelasnya keadaan pendidik pada MTs Al-Jauharen dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

 

Tabel 2.1 : Tenaga Kependidikan Pondok Pesantren Al-Jauhren Tahun 2020/2021

No

NAMA

JABATAN

PENDIDIKAN

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Drs. Muhammad Rafi’i

Hermantoni, S.Pd.I

Rahim Fadli

M. Ikhlas

Ahmad Hidri

Muslimaini, S.Pd

Marlina, S.Pd.I

Siti Aisyah, S.Pd.I

Siti Mutmainnah, S.Pd.I

Nike Fitria, S.Pd.I

Fitri Hajariah, S.Pd.I

Nurhikmah

Rif’ah

Hendra Saputra, S.Pd.I

A.Hifzi, S.Pd.I

Miftah

Alwi Mahfudz, S.Pd.I

Ummi Khoirotus sa’idah

Dra. Siti Raihani

Jamilah Nurdini, S.Pd.I

Edi Susanto, S.Pd

Kepala

Bendahara

Tata Usaha

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

Guru MTs

IAIN STS

STAI Ma’arif

Sa’adatuddaren

Sa’adatuddaren

Sa’adatuddaren

UNJA

IAIN STS

IAIN STS

IAIN STS

STAI Ma’arif

IAIN STS

AL-Jauharen

AL-Jauharen

IAIN STS

IAIN STS

Sa’adatuddaren

STAI Ma’arif

STAI Ma’arif

IAIN STS

STAI Ma’arif

UNJA

                

(Dokumentasi, Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi Tahun 2021)

 

5. Keadaan Siswa Pondok Pesantren Al Jauharen

       Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, siswa merupakan salah satu factor pendidikan yang paling utama, tanpa adanya siswa pendidikan dan proses pembelajaran tidak akan berlangsung .siswa atau anak didik merupakan suatu faktor yang menjadi syarat berdirinya sebuah lembaga pendidikan. Selain daripada itu anak didik juga sebagai obyek dalam proses pembelajaran untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari para guru kepada siswanya yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebagai anak didik mereka harus menyiapkan diri secara sempurna untuk menerima informasi ilmiah yang disampaikan oleh para guru.

      Berbicara mengenai keadaan siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen pada tahun ajaran 2020/2021 saat ini berjumlah 223 siswa yang terdiri dari 6 kelas, yang gambaran umumnya dapat dilihat tabel dibawah ini:

 

 

 

 

 

Tabel 3.1 : Keadaan siswa Pondok Pesantren Al-Jauharen tahun Ajaran 2020/2021

NO

KELAS

JUMLAH SISWA

KETERANGAN

1

VII A

54

LAKI-LAKI

2

VII B

49

PEREMPUAN

3

VIII A

36

LAKI-LAKI

4

VIII B

32

PEREMPUAN

5

IX A

18

LAKI-LAKI

6

IX B

34

PEREMPUAN

           

(Dokumentasi, Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi Tahun 2021)

     

             Berdasarkan tabel diatas dapat dipahami bahwa siswa madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen pada tahun ajaran 2019/2020 berjumlah 223 orang yanf terdiri dari 6 kelas, siswa kelas VII berjumlah 103 orang yang terdiri dari 2 kelas, kelas VII A berjumlah 54 orang siswa, VII B berjumlah 49 orang siswa, sementara siswa kelas VIII yang terdiri dari 2 kelas berjumlah 68 orang siswa yang terdiri dari kelas VIII A 36 orang siswa, kelas VIII B berjumlah 32 orang siswa, sedangkan siswa kelas IX juga terdiri dari 2 kelas yang berjumlah 52 orang siswa, kelas IX A berjumlah 18 orang siswa, kelas IX B berjumlah 34 orang siswa. Jadi jumlah siswa yang belajar di MTs Al-Jauharen tahun ajaran 2019/2020 berjumlah 223 orang siswa.

 

6. Sarana dan Fasilitas Pondok Pesantren Al Jauharen

       Sebagaimana layaknya sebuah madrasah tentu harus memilki sarana dan prasarana sebagai pelengkap untuk perjalanannya proses pembelajaran dengan baik. Sarana prasarana merupakan hal yang mempengaruhi terhadap pemilihan dan penentuan metode, karena sarana dan prasarana merupakan kelengkapan yang menunjang proses belajar mengajar siswa.

      Demikian pula halnya dengan Pondok Pesantren Al-Jauharen, juga memiliki beberapa alat perlengkapan untuk membantu jalannya proses pembelajaran tersebut, secara umum menuruit data dokumentasi yang penulis temukan serta dicatat dalam penelitian ini boleh dikatakan telah terpenuhi. Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang ada di MTs Al-Jauharen dapat di lihat dalam tabel berikut ini:

1.Tabel 4.1

Data Ruang Belajar

NO

Jenis Ruangan

Jumlah (buah)

Ukuran (PxL)

Kondisi

1.

Perpustakaan

1

8x8 m

Darurat

2.

Labor IPA

1

6x4 m

Baik

3.

Keterampilan

-

-

-

4.

Multimedia

1

8x8

-

5.

Kesenian

-

-

-

6.

Labor Bahasa

-

-

-

7.

Labor Komputer

1

8x8

Baik

8.

PTD

-

-

-

9.

Serbaguna/ Aula

-

-

-

10.

Ruang Belajar

3/3

8x8/ 6x4

Baik

 

2. Tabel 5.1

Data Ruang Kantor

NO

Jenis Ruangan

Jumlah Ruangan

Ukuran (PxL)

Kondisi

1

Kepala Sekolah

1

3x4 m

Baik

2

Waka Sekolah

-

-

Belom Ada

3

Guru

1

5x5 m

baik

4

Tata Usaha

1

3x4 m

Baik

5

Tamu

1

5x5 m

Baik

 

3. Tabel 6.1

Data Ruangan Penunjang

No

Jenis Ruangan

Jumlah (Buah)

Ukuran (PxL)

Kondisi

1

Gudang

1

2x2 m

Baik

2

Dapur

1

6x6

Baik

3

Asrama Putri

12

45x45

Baik

4

KM/WC/Guru

5

1x1.5 m

Baik

5

KM/WC/Siswa

22

6x7 m

Baik

6

Reproduksi

-

-

-

7

BK

-

-

-

8

PMR/Pramuka

-

-

-

9

OSIS

1

3x5

Baik

10

Ibadah

1

40x40

Baik

11

UKS

1

6x6

Baik

12

Koperasi

1

8x8

Baik

13

Hall/Lobi

-

-

-

14

Kantin

1

3x3 m

Baik

15

Bangsal Kendaraan

1

12x12 m

Baik

16

Rumah Penjaga

1

-

Baik

17

Pos Penjaga

1

1x1,5

Baik

 

4. Tabel 7.1

Lapangan Olahraga

Lapangan

Jumlah (Buah)

Ukuran (PxL)

Kondisi

Keterangan

Lapangan Olahraga

-          Volley Ball

-          Badminton

-          Takraw

-          Futsal

 

 

1

1

1

1

 

16x6 m

9x3 m

13x 4,5

20x10

 

Baik

Baik

Baik

Baik

 

 

(Dokumentasi, Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi Tahun 2021)

 

B. Temuan Khusus

4.  Motivasi orang tua yang menyekolahkan anaknya di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi

    Orang tua menyadari bahwa pentingnya akan pendidikan bagi anak karena tanpa pendidikan dan pengetahuan kita akan menjadi ketertinggalan dan keterbelakangan tidak ada upaya yang dilakukan oleh orang tua selain memberikan pendidikan yang tinggi kepada anak-anak mereka. Apa lagi setelah anaknya lulus dari Sekolah Dasar (SD), para orang tua telah memikirkan kemana melanjutkan pendidikan anak mereka selanjutnya. Banyak lembaga pendidikan yang menjadi idola ditengah- tengah masyarakat mulai dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) baik negeri maupun swasta, ada pula pilihan lain yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs) baik negeri maupun swasta, begitu juga dengan kehadiran pondok pesantren yang sudah menjamur di berbagai daerah salah satu nya adalah pondok pesantren Al Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi.

Adapun motivasi orang tua yang menyekolahkan anaknya di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi adalah sebagai berikut :

a.  Pendidikan Agama untuk Masa Depan Anak Sangat Penting

Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Seperti keterangan salah satu orang tua siswa yaitu bapak Rahmadi yang menyatakan bahwa memiliki pendapat positif mengenai pentingnya pendidikan agama bagi anak, ia menjelaskan sebagai berikut:

“Pendidikan agama penting untuk anak-anak karena memiiiki identitas berdasarkan nilai-nilai Islam dan budaya Indonesia dan dapat menghasilkan individu yang religius, memiliki pengetahuan keterampilan, teknologi, integritas pribadi yang mereka, demokratis, toleransi kemanusiaan demi yang tinggi, taat hukum, hak asasi manusia serta memiliki orientasi global dan berpikir lokal dalam kehidupan masyarakat. (Wawancara, 6 Agustus 2021).

 

Pemberian pendidikan pada anak diamati di dalam keluarga, keluarga merupakan tempat pertama sebagai sumber sosialisasi bagi anak. Bentuknya bisa melalui perhatian, karena dengan perhatian yang baik, anak akan merasa dibutuhkan dan berharga dalam keluarga. Anak akan menganggap bahwa keluarga merupakan bagian dari dirinya yang sangat dibutuhkan dalam segala hal.

Hasil observasi penulis di pondok pesantren Al Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi pada saat penerimaan siswa baru, penulis menemukan bahwa tingkat motivasi orang tua sangat antusias memasukkan anaknya ke pondok pesantren Al Jauharen. Mereka para orang tua bukan hanya datang dari kelurahan Tanjung Johor saja, bahkan banyak yang datang dari berbagai daerah yang ada di provinsi Jambi. (Observasi, 12 Agutus 2021).

            Wawancara penulis dengan kepala Madrasah Tsanwiyah Pondok Pesantren Al Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kota Jambi yaitu Bapak Drs. Muhammad Rafi’i beliau mengatakan :

“Pemilihan sekolah pondok pesantren pada zaman sekarang sangatlah tepat bagi anak-anak kita, karena di pondok pesantren mereka tidak hanya diajarkan belajar membaca dan menulis serta menghafal, bahkan mereka juga diajarkan ilmu mandiri, mulai dari belajar, makan, tidur, mandi dan sebagainya. Hal ini agar mereka nanti keluar dari pesantren sudah mempunyai ketarampilan bagi dirinya sendiri”. (Wawancara, 12 Agutus 2021).

 

Seperti hasil wawancara peneliti dengan salah satu orang tua siswa yaiti bapak Mulyadi di Pondok Pesantren Tanjung Johor Kota Jambi mengatakan :

“Saya selalu memberikan semangat kepada anak saya untuk selalu mendukung dan menyeklahkan anak ke pondok pesantren Al Jauharen, karena menurut saya pendidikan bagi anak sangatlah penting, apalagi zaman sekarang anak-anak diwajibkan sekolah minimal 12 tahun, artinya seiap orang tua berkewajiban menyekolahkan anak-anaknya sehingga anak bisa memperoleh pengetahuan untuk masa depanya” (Wawancara,12 Agustus 2021).

 

Pandangan orang tua  mengenai pendidikan di pondok pesantren sangatlah beragam. Pandangan yang mereka sampaikan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapatkan. Sebagaimana hasil observasi penulis di pondok pesantren Al Jauharen mengapa para orang tua memilih menyekolahkan anaknya di pondok ini, ada beberapa alasan mereka diantaranya ; pertama, belajar di pondok pesantren anak dapat mandiri serta lebih banyak pelajaran agamanya, kedua, anak lebih berkhalak ketimbang mereka belajar di luar pesantren, ketiga, kenyaman anak di pesantren lebih dapat dipercaya sehingga mereka tidak keluyuran. (Observasi, 12 Agustus 2021).

 Motivasi orang tua dalam menyekolahkan anaknya sangatlah beragam, salah satunya adalah supaya anak nya paham dengan norma-norma agama yang sesuai syariat islam  dalam kehidupan sehari hari. Pandangan orang tentang pendidikan agama, ada juga sebagian orang tua yang memasukan anaknya kesekolahan  agama.

 Hal ini yang diungkapkan oleh bapak Mulyadi orang tua dari Mizan” mengatakan :

“Alasan saya memasukan anak saya ke pondok pesantren Al Jauharen, menurut saya adalah pondok pesantren lebih banyak memberikan ilmu pengetahuan tentang agama dan umum juga jadi ilmu dunia dapat ilmu akhirat juga dapat. Disamping itu juga anak lebih terarah dalam pendidikan di pondok pesantren ketimbang ia belajar di luar pesantren. (Wawancara, 21 Agustus 2021).

 

Lain hal yang di ungkapkan oleh bapak Lutfi salah satu orang tua santri mengatakan ”

“Alasan saya memasukan anak saya disekoalahan agama atau pesantren adalah supaya  anak saya masuk keseloah agama itu memiliki nuansa keislaman mulai dari kurikulumnya ,visi, misi, ekstrakulikulernya ,kegiatan sehari harinya ,busananya, (Wawancara, 25 Agustus 2021)

 

Adanya sekolahan berbasis islam terutama pondok pesantren dapat membantu orang tua dalam mendidik anak karena keterbatasan orang tua tidak bisa memberikan pendidikan agama sepenuhnya kepada anak.

b. Mendukung Sepenuhnya Pendidikan Anak di Pesantren

Orang tua harusnya mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama bahwa tujuan dari pendidikan adalah selain untuk mendapatkan kecerdasan secara kognitif, tetapi juga memperoleh kecerdasan secara afektif berupa moral, akhlak, serta yang sifatnya psikomotorik yaitu implikasi dari pendidikana seperti cerdas secara pemikiran dan intelektual tetapi dapat bersosialisasi dengan baik dan mempunyai akhlak, moral, serta nilai-nilai kemanusiaan.

Dukungan merupakan suatu intraksi yang positif atau prilaku menolong yang diberikan kepada individu dalam menghadapi suatu peristiwa atau kejadian yang menekankan dan dianggap penting dalam proses kehidupan. Dukungan yang dirasakan oleh individu dalam kehidupannya membuat individu tersebut merasa dicintai, dihargai, dan diakui serta membuat dirinya menjadi lebih berarti dan dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam individu tersebut.

 

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan orang tua Bapak Herman orang tua santri mengatakan bahwa:

“Saya   selalu   memberi   dukungan   kepada   anak   saya   apapun bentuknya asalkan itu hal yang baik, apalagi anak saya mau masuk ke pondok pesantren saya sangat mendukung anak saya karena saya ingin anak saya menjadi seorang alih agama, dengan memberi dukungan yang kuat dapat membangkitkan semangat anak untuk belajar di pesantren”. (Wawancara, 9 September 2021)

 

    Dari hasil wawancara, terlihat bahwa salah satu usaha dalam  memotivasi anak yaitu memberikan dia dukungan. Dengan memberi dukungan anak akan merasa bahwa orang tuanya memang menginginkannya menjadi seorang ahli agama dan dukungan  ini juga memperlihatkan betapa senangnya orangtua melihat anaknya sukses.

Wawancara penulis dengansalah seorang santri yang bernama Latifah mengatakan :

Orang tua saya sangat mendukung saya untuk belajar di pesantren, karena ia menginginkan anaknya menjadi seorang ahli agama, orang tua saya selalu memberi apa yang akan menjadi kebutuhan selama saya di pesantren” (Wawancara, 9 September 2021).

 

Dari hasil wawancara penulis diatas, dalam  hal  ini  tidak  hanya  orang  tua  yang  mendukung  anaknya belajar di pesantren, akan tetapi tokoh masyarakat juga ikut mendukunya jalannya proses pendidikan di pesantren karena mereka merasa akan ada generasi penerus agama yang berkelajutan.

 

5.    Kendala orang tua menyengolahkan anaknya di Pondok Pesantren Tanjung Johor Kota Jambi

Kendala merupakan hal terkadang biasa saja terjadi dalam setiap proses menyekolahkan anaknya untuk mencapai tujuan tertentu, terkadang itu menjadi masalah dan sesuatu yang sulit untuk mencapai suatu tujuan tertentu, begitu juga kendala orang tua dalam menyekolahkan anaknya.

Karena setiap mempunyai kemampuan masing-masing dalam sesuatu pendidikan, Setiap orang tua pasti menginginkan anak –anaknya menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas dan sukses , sukses berati tercapai segala apa yang dicita- citakan dalam pendidikan anak.

            Adapun kendala orang tua menyengolahkan anaknya di Pondok Pesantren Tanjung Johor Kota Jambi diantaranya :

a. Keterbatasan Penghasilan Orang Tua

        Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga berlangsung secara alamiah dan wajar, sehingga disebut pendidikan informal yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak yang mana kegiatan pendidikannya dilaksanakan tanpa suatu organisasi yang ketat dan alokasi waktu.          

Kendati demikian, para orang tua tentunya ingin menyekolahkan anaknya di tempat yang lebih baik dan biaya pun murah, namun tidak lah demikian adanya. Dari hasil observasi penulis menemukan bahwa salah satu kendala para orang tua menyekolah anaknya di pondok pesantren adalah keterbatasan penghasilan, dimana kebayakan mereka adalah petani yang pendapatan mereka tidak menentu, sehingga mereka takut nantinya tidak mampu membiayai anaknya di pondok pesantren. (Observasi, 23 September 2021).

            Wawancara penulis dengan bapak Drs. Muhammad Rafi’i selaku kepala MTs  pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor beliau mengatakan :

“Rata-rata orang tua wali murid yang memasukkan anaknya ke pondok pesantren Al Jauharen ini adalah petani, dimana mereka sebelum memasukkan anaknya ke pondok ini selalu menanyakan biaya masuk dan uang SPP dan biaya makan, adapula yang menanyakan jika mereka terlambat membayar uang SPP apakah diberi sanksi, karena mereka takut nantinya tidak tepat waktu membayar uang sekolah anaknya”. (Wawancara, 23 September 2021).

 

Lebih lanjut penulis mewawancarai salah seorang wali murid siswa yaitu bapak M. Yazid beliau mengatakan :

“Sebagai kepala keluarga saya memang bertanggung jawab menyekolahkan anak-anak, saya memilih sekolah yang berbasis agama selain ilmu dan pelajaran yang diajarkan bernuasa islami biaya yang ditawarkan kepada masyarakat juga lebih terjangkau, misalnya seperti pondok Al Jauharen yang selalu memahami penghasilan para orang tua yang kebanyakan sebagai petani” (Wawancara, 23 September 2021). 

 

              Kemudian wawancara penulis dengan bapak ibu Siti Mutmainnah, S.Pd.I selaku guru PAI di pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor beliau mengatakan:

“Orang tua memotivasi anaknya dalam bentuk berbeda –beda karena keadaan sosial dan ekonomi orang tua siswa pun berbeda – beda, akan tetapi orang tua yang mampu hanya memberi motivasi saja kepada anaknya dalam bentuk kata – kata dan nasehat.  Maka dari itu dalam memberikan motivasi kepada anak- anaknya  kendala- kendala yang dihadapi yaitu kurangnya waktu orang tua untuk mengontrol atau memperhatikan anaknya dalam belajar, karena kedua orangtua mereka sibuk dengan pekerjaan nya mereka masing- masing”. (Wawancara, 23 September 2021).

 

            Dari hasil wawancara penulis datas jelaslah bahwa pendapatan sebuah keluarga juga sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses belajar anak. Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak dan dalam keluarga ini dapat ditanamkan sikap-sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya.

Seperti keterangan salah satu orang tua siswa yaitu bapak Rahmadi yang menyatakan bahwa memiliki pendapat positif mengenai pentingnya pendidikan anak, ia menjelaskan sebagai berikut:

“Penghasilan masyarakat disini memang rata-rata tidak terlalu banyak, karena mayoritas sebagai petani, oleh karena itu para orang tua disini kebanyakan menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah yang menawarkan biaya sekolah yang cukup terjangkau” (Wawancara, 23 September 2021).

 

Faktor penghasilan orang tua yang termasuk kedalam faktor ekonomi, turut mempengaruhi bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Hal ini sangat beralasan karena walaupun persepsi orang tua terhadap pendidikan baik, jika orang tua tidak punya uang untuk menyekolahkan anak, maka semua itu terasa sia-sia

b. Faktor Pendidikan Orang Tua

Faktor pendidikan dapat dikategorikan sebagai faktor fungsional, dengan faktor personal itu sendiri merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal yang termasuk apa yang dimaksud sebagai karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus tersebut termasuk dalam hal ini adalah pendidikan.

Seperti hasil wawancara penulis dengan orang tua siswa yaitu bapak Rahmadi, yang memberikan keterangan sebagai berikut:

“Saya merasa dulu saya tidak sekolah, dan akhirnya saya tidak memiliki ilmu serta pengalaman, alhasil masa depan saya sangat sulit, khususnya dalam mencari ekonomi, oleh karena itu saya selalu mendukung anak-anak untuk tetap bersekolah hingga tamat, dan saya mempercayakan sekolah sebagai tempat yang tepat untuk anak-anak saya menuntut ilmu. (Wawancara, 23 September 2021).

 

        Seorang anak tidak akan bisa memperoleh pendidikan formal dilingkungan keluarganya, untuk itulah diperlukan sekolah sebagai wadah resmi dan legal yang disediakan oleh pemerintah agar anak-anak dapat memperoleh pendidikan dan pengajaran sebagai tanggung jawab pemerintah. Tujuannya adalah untuk menciptakan peserta didik yang beriman, bertakwa, serta mempunyai kecerdasan dan integritas yang tinggi. Anak yang berasal dari keluarga berpendidikan rendah, secara tidak langsung orang tuanya berorientasi dalam memandang pendidikan hanya sebagai sarana untuk memperoleh pekerjaan.

Seperti keterangan kepala bapak Drs. Muhammad Rafi’i selaku kepala MTs  pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor beliau mengatakan :

“Masyarakat disini memang tidak semua berpendidikan tinggi, masih ada  beberapa orang tua yang memang berpendidikan rendah, oleh karena itu menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan motivasinya untuk menyekolahkan anak-anaknya, karena mereka berfikir anak-anak yang sekolah juga tetap sulit mendapatkan pekerjaan” (Wawancara, 23 September 2021).

 

       Pendidikan rendah adalah terhambatnya pendidikan anak dikarenakan rendahnya pendidikan orang tua sehingga orientasi dalam memandang pendidikan hanya sebagai sarana untuk memperoleh pekerjaan. Dengan rendahnya pendidikan orang tua, maka sekolah merupakan sarana pendidikan yang harus diberikan kepada anak karena jika mengharapkan pengajaran dan pendidikan dari orang tua secara langsung itu sangat tidak memungkinkan.

        Masyarakat yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yang rendah cenderung memiliki tingkat pendidikan yang rendah pula. Masyarakat masih kurang memahami akan pentingnya pendidikan. Masyarakat masih beranggapan bahwa pendidikan bukan merupakan jaminan bisa hidup sejahtera, jauh dari kemiskinan.

Dengan anggapan bahwa sekolah hanya membuang waktu dan biaya saja. Pendidikan dasar saja belum cukup untuk menunjang pembangunan yang sedang berlangsung, masih banyak masyarakat yang tidak berhasil menyelesaikan pendidikan dasar sampai dengan selesai.

Meskipun masih ada masyarakat yang berasal dari latar belakang pendidikan rendah, ada juga masyarakat di kelurahan Tanjung Johor yang pernah mengenyam pendidikan sedang, misalnya orang tua siswa adalah tamatan atau lulusan SMA sederajat, seperti hasil wawancara penulis dengan bapak Rahmadi yang juga merupakan salah satu orang tua siswa yang pernah mengenyam pendidikan SMA, iamenjelaskan sebagai berikut:

“Saya memang hanya lulusan SMA, tetapi saya merasa sangat berarti karena saya bisa mendidik anak-anak dengan menanamkan nilai atau norma-norma yang berlaku berdasarkan ilmu dan pengalaman yang saya dapat ketika saya sekolah, oleh karena itu saya sedikit memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak saya. (Wawancara, 4 Oktober 2021)

 

         Pendidikan sedang dalam arti orang tua siswa yang taraf pendidikanya sedang akan berpengaruh pada motivasi orang tua dalam menyekolahkan anak-anaknya. Pendidikan orang tua di rumah dan dalam keluarga sangat menentukan ilmu dan cara pandangan anak. Hal ini dikarenakan hampir setiap saat anak berinteraksi dengan orang tuanya, sehingga akan tertanam dan terinternalis nilai-nilai dari orang tuanya. Pada umumnya nilai-nilai seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa lalu.

       Selain latar belakang pendidikan orang tua siswa dengan kategori rendah dan sedang, pendidikan tinggi merupakan aspek yang paling penting bagi setiap orang karena dengan pendidikan akan memperoleh berbagai manfaat. Salah satunya adalah meningkatkan kemampuan berfikir seseorang selain tentunya membuka peluang seseorang untuk memasuki dan mendapatkan pekerjaan tertentu. Hal ini terutama sektor formal yang menerima calon pencari kerja untuk ditempatkan pada posisi pekerjaan yang membutuhkan orang-orang yang berpendidikan tinggi. Orang tua tidak bisa memberikan pendidikan dan pengajaran secara langsung kepada anak apabila mereka sendiri secara tingkat pendidikan rendah.

6.    Upaya orang tua mengatasi kendala dalam menyekolahkan anak di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi

            Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Oleh karena itu,orang tua juga beranggung jawab memberikan arahan dan pemahaman kepada anak-anaknya tentang pentingnya pendidikan agama bagi kehidupan masa depanya.

Adapun upaya orang tua mengatasi kendala dalam menyekolahkan anak di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi diantaranya adalah :

a.  Memilih ketertiban sekolah, biaya yang terjangkau

        Ketertiban dan kebersihan sekolah sangatlah penting dipertimbangkan oleh para orang tua. Kondisi sekolah yang nyaman, teduh, tenang, tertib dan lingkungan yang bersih tentu saja akan mendukung suasana proses pembelajaran. Seperti hasil wawancara peneliti dengan Drs. Muhammad Rafi’i selaku kepala MTs  pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor beliau mengatakan:

“Untuk menegakkan disiplin di sekolah perlu ditunjang oleh seperangkat peraturan oleh ketentuan yang secara organisasi mengikat setiap komponen sekolah baik siswa, guru maupun kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seperangkat peraturan atau ketentuan dimaksud disebut dengan tata tertib, memiliki tata tertib untuk dipatuhi para warga sekolah. (Wawancara, 4 Oktober 2021)

 

         Menegakkan disiplin dan tata tertib di sekolah haruslah dimulai dan unsur/ kelompok sekolah itu sendiri, yakni kepala sekolah, guru dan siswa serta unsur formal lainnya. Disiplin dan tata tertib merupakan dua hal yang saling terkait, sebab tata tertib pada dasarnya perangkat untuk menegakkan disiplin.

Disiplin dan tata tertib yang dilaksanakan mempunyai dampak secara langsung kualitas dan hasil pelaksanaan KBM itu sendiri. Dalam kaitanya dengan itulah guru memegang peranan penting dan strtegis, karena disiplin lebih terkait dengan pembentukan sikap mental dan ketauladanan. Pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor cukup menerapkan tata tertib dengan baik, oleh karena itu orang tua diharapkan lebih memilih lembaga sekolah yang menjunjung tinggi tata tertib. (Wawancara, 11 Oktober 2021)

         Selain ketertiban sekolah yang menjadi perihal penting perhatian para orang tua, masalah biaya pendidikan juga harus menjadi pertimbangan para orang tua untuk memilih lembaga pendidikan anak-anaknya. Biaya pendidikan. Kemungkinan bagi sebagian kalangan, faktor biaya ini menjadi pertimbangan paling utama dalam memutuskan sekolah yang dipilih, terutama bagi masyarakat yang secara ekonomi kelas menengah ke bawah.

Hasil wawancara penulis dengan ibu Siti Mutmainnah, S.Pd.I selaku guru PAI di pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor beliau mengaakan :

“Biaya pendidikan yang ditarik pihak sekolah secara umum terdiri iuran SPP, bantuan pembangunan/gedung, seragam, buku, praktikum dan kegiatan ekstrakurikuler tidak memasang biaya yang terlalu mahal, bahkan untuk menentukan pembayan SPP dan sebagainya ditentukan berdasarkan program sekolah” (Wawancara, 11 Oktober 2021)


        Biaya pendidikan biasanya berkaitan dengan fasilitas pembelajaran dan program-program unggulan yang ditawarkan. Namun yang perlu diingat bahwa, tingginya biaya pendidikan yang diterapkan pihak sekolah hendaknya diikuti juga dengan pelayanan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, sebelum menentukan pilihan sekolah, orang tua diharapkan sudah mampu mengukur kemampuan secara ekonomi tentang biaya pendidikan yang harus dikeluarkan termasuk anggaran lain di luar program sekolah, seperti uang saku, transportasi, perlengkapan sekolah dan lain-lain.

Para orang tua yang akan menentukan sekolah untuk anak-anaknya harus memperhatikan prestasi dan profil output sekolah yang dipilih, seperti bagaimana perkembangan bakat dan potensinya, sikap, perilaku, kemandirian, keterampilan dan keahlian lain yang mendukung. Sedangkan Keberhasilan alumni dapat diukur dari lulusan sekolah dapat diterima di sekolah lanjutan yang kualitasnya baik serta memiliki life skill yang cukup untuk mampu eksis di tengah masyarakat.

 

 

 

b. Memilih profil pendidik dan kurikulum pembelajaran yang Baik

        Keberhasilan dari proses dan hasil output pendidikan tidak dapat dilepaskan dari andil guru. Boleh dikatakan guru sebagai ujung tombak pendidikan untuk mencetak dan mengkader generasi penerus yang didambakan. Keadaan pendidik di pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor cukup berkualitas, seperti keterangan kepala sekolah yang memberikan informasi sebagai berikut:

“Masyarakat disini mempercayakan anak-anaknya untuk bersekolah disini karena selain pondok ini pembelajaranya seimbang antara pelajaran agama dan umum, kualitas guru yang mengajar disini juga cukup baik, dari beberapa guru yang mengajar disini adalah lulusan sarjana pendidikan agama dan sarjana pendidikan umum. Oleh karena itu keadaan pendidik di pondok pesantren ini cukup baik” (Wawancara, 11 Oktober 2021)

 

       Selain kompetensi pendidik, kurikulum suatu sekolah juga sangat penting ditelaah oleh para orang tua. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan, mempunyai kedudukan sentral, menentukan kegiatan dan hasil pendidikan. Seperti hasil wawancara peneliti dengan Drs. Muhammad Rafi’i selaku kepala MTs  pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor beliau mengatakan:

“Penyusunan kurikulum memerlukan fondasi yang kuat, didasarkan atas hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Kurikulum yang lemah akan mengahasilkan manusia yang lemah pula. Oleh karena itu dalam menentukan kurikulum sekolah harus benar-benar mengacu kepada kebutuhan masyarakatnya” (Wawancara, 11 Oktober 2021)

 

        Wawancara penulis dengan bapak ibu Siti Mutmainnah, S.Pd.I selaku guru PAI di pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor beliau mengatakan:

“Interaksi pendidik dan terdidik dalam pencapaian tujuan, bagimana isi, dan proses pendidikan memerlukan fondasi filosofis, agar interaksi melahirkan pengertian yang bijak dan perbuatan yang bijak pula, hal ini merupakan poin-poin dalam menentukan kurikulum sekolah, oleh karena itu para orang tua dalam memilih sekolah anak harus memahami filosofi kurikulum yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan” (Wawancara, 11 Oktober 2021)

 

        Pengembangan kurikulum pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan untuk kemajuan. Kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang ada pada dunia pendidikan. Secara garis besar, kurikulum dapat diartikan sebagai perangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Perlunya pengembangan kurikulum dalam dunia pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Dalam pengembangan kurikulum harus sesuai dengan pengertian kurikulum yakni seperangkat perencanaan dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.

            Wawancara penulis dengan bapak ibu Siti Mutmainnah, S.Pd.I selaku guru PAI di pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor beliau mengatakan:

“Perlunya pengembangan kurikulum yang dapat melayani keanekaragaman kemampuan sumber daya manusia, kemampuan siswa, sarana pembelajaran, dan budaya di daerah pengembangan kurikulum  menjamin hasil pendidikan bermutu yang dapat membentuk masyarakat yang damai sejahtera, demokrastis dan berdaya saing untuk maju, oleh karena itu para orang tua seharusnya memahami peran kurikulum untuk pendidikan anak-anak mereka. ” (Wawancara, 11 Oktober 2021)

 

        Dari hasil wawancara penulis diatas jelaslah bahwa salah satu hal mendasar dalam kurikulum baru ini adalah bergesernya orientasi pembelajaran.  Pendidikan tidak lagi menitikberatkan pada aspek koginitf (pengetahuan), tapi lebih berfokus pada perkembangan sikap (spiritual dan sosial) peserta didik. Konsekuensinya, orang tua (seharusnya) lebih berperan dalam tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Hal ini disebabkan penanaman nilai-nilai spiritual dan sosial tentunya akan lebih banyak dilakukan di rumah di mana anak menghabiskan sebagian besar waktunya.

        Pentingnya peran orang tua dalam pengembangan kurikulum pihak sekolah menghimbau agar orang tua berperan aktif dalam menyukseskan tercapainya tujuan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan, seperti parenting skills maupun kegiatan lainnya yang dilakukan secara berkesinambungan, diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang pentingnya peran mereka dalam menindaklanjuti proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Melalui kegiatan-kegiatan semacam ini, orang tua akan lebih memahami tentang hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam upaya untuk menanamkan sikap pada anak. Melalui peran aktif orang tua di rumah, kebijakan untuk melakukan perubahan kurikulum yang menelan anggaran yang cukup besar tersebut memberikan implikasi positif bagi dunia pendidikan.

 

BAB V

PENUTUP

 

 

A.  Kesimpulan

            Dari pemaparan pembahasan pada bab terdahulud tentang Motivasi Orang Tua Menyengolahkan Anaknya Di Pondok Pesantren Al–Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi, sehingga dapatlah penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Motivasi orang tua yang menyekolahkan anaknya di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi sangatlah tinggi dimana para orang tua beranggapan bahwa a). Pendidikan Agama untuk Masa Depan Anak Sangat Penting. Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. b). Mendukung Sepenuhnya Pendidikan Anak di Pesantren. Dukungan ini sepenuhnya orang tua diberikan kepadanya agar kelak anak menjadi anak yang mempunyai ilmu agama yang baik.

2. Kendala orang tua menyengolahkan anaknya di Pondok Pesantren Tanjung Johor Kota Jambi diantaranya adalah ; a). Keterbatasan Penghasilan Orang Tua.   Kendati demikian, para orang tua tentunya ingin menyekolahkan anaknya di tempat yang lebih baik dan biaya pun murah, namun tidak lah demikian adanya. b). Faktor Pendidikan Orang Tua. Faktor pendidikan dapat dikategorikan sebagai faktor fungsional, dengan faktor personal itu sendiri merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal yang termasuk apa yang dimaksud sebagai karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus tersebut termasuk dalam hal ini adalah pendidikan.

59

3. Upaya orang tua mengatasi kendala dalam menyekolahkan anak di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi diantaranya adalah ; a). Memilih ketertiban sekolah, biaya yang terjangkau. Ketertiban dan kebersihan sekolah sangatlah penting dipertimbangkan oleh para orang tua. Kondisi sekolah yang nyaman, teduh, tenang, tertib dan lingkungan yang bersih tentu saja akan mendukung suasana proses pembelajaran. b). Memilih profil pendidik dan kurikulum pembelajaran yang Baik.   Keberhasilan dari proses dan hasil output pendidikan tidak dapat dilepaskan dari andil guru. Boleh dikatakan guru sebagai ujung tombak pendidikan untuk mencetak dan mengkader generasi penerus yang didambakan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1.      Kepada Bapak Kepala Pondok Pesantren Al–Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi untuk dapat memperhatikan fasilitas dan kurikulum yang baik bagi anak didik sehingga para orang tua tertarik menyekolahkan anaknya di pondok pesantren.

2.      Kepada orang tua wali murid tetap terus memberikan kebutuhan baik primer maupun sekunder bagi anaknya dalam mengenyam pendidikan di pondok pesantren.

3.      Kepada santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Al–Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi tetaplah semangat dalam belajarnya.

 

C. Kata Penutup

            Alhamdulilah penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, meskipun masih terdapat kekurangan, penulis  berharap kritikan dan masukan dari para pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini dan akhirnya penuis mengucapkan terima kasih yang sebeesar-besarnya atas  kritik dan sarannya.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

............., Al-Qur,an dan terjemahan, (Jakarta : Depag RI, 2010)

 

………., Mushaf Al-Quran Terjemahan Departemen Agama RI, Depok, Al-Huda, 2002.

 

Aan Komariah. Engkoswara. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2010

 

Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak. Jakarta: Penerbit Nuansa. Azmi. 2006

 

Ahmadi, Iif Khoiru, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta : Prestasi Pustaka, 2011

 

Ainiyah, Iva, Skripsi: Peran Kepemimpinan Kiai Dalam Meningkatkan Kualitas Santri Pesantren Nurul Hidayah Pahesan Godong Grobogan, Semarang: IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah, 2009.

 

Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2011

 

Bashori, K, Problem Psikologis Kaum Santri: Resiko Insekuritas Kelekatan. Yogyakarta : Forum Kajian Budaya dan Agama.2003

 

Basuki, Imam Agus, “Model Penilaian Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Menulis di SMP”. Jurnal Ilmu Pendidikan, 17 (3): 196. 2014

 

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3S, 1985.

 

Fathurrohman, Pupuh Dan M Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam. Bandung: Refika Aditama, 2011

 

Ghazali, Terjemah Ihya' Ulumiddin, (Semarang : CV Asy Syifa, 2003), Jilid 1

 

Haedari, Amin, Masa Depan Pesantren Dalam Modernitas Dan Tantangan Kopleksitas Global, Jakarta: IRD Press, 2004.

 

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006

 

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011

 

Husdarta dan Yudha, Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Depdiknas, 2000

 

 Islamuddin, Haryu, Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012

 

J. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004

 

 Kaelany, Gontor  Dan Kemandirian (Pondok, Santri, Dan Alumni), Jakarta: PT. Bina Utama Publishing, 2002.

 

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Toritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009

 

Maunah, Binti, Tradisi Intelektual Santri, Yogyakarta: Teras, 2009

 

Milati, Skripsi: Kepemimpinan KH. Muhaiminan Gunardho Di Pondok Pesantren Parak Bamboo Runcing Parakan Kabupaten Temanggung, Semarang: IAIN Walisongo Fakultas Dakwah, 2011

 

Miles, M. B. & Huberman, M, Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit. Universitas Indonesia, 1992

 

Mughits, Abdul, Kritik Nalar Fiqh Pesantren, Jakarta: Kencana, 2008. Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu, Kementrian Agama RI: Badan Litbang Dan Diklat, 2010

 

Mundir, Agus, Skripsi: Pola Kepemimpinan Dan Strategi Dakwah KH.Wahab Mahtuphi Dan Pengembangan Pondok Pesantren Asy Syarifah Desa Brumbung Kecamatan Mranggen, Semarang: IAIN Walisongo Fakultas Dakwah, 2009.

 

Nafi', M. Dian, dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren, Yogyakarta: PT. LkiS, 2007

 

Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif : Konsep dan Aplikasi dalam Ilmu Sosial, Keagamaan dan Pendidikan, Bandung: Citapustaka Media, 2016

 

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2017

 

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009

 

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2006

 

Sunarto, Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2002

 

Syafei, M. Sahlan, Bagaimana Anda Mendidik Anak. Bogor: Ghalia. Indonesia, 2006

 

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2006

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



0 $type={blogger}:

Postingan Populer

Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Kota Jambi, Indonesia

Putra Muaro Bungo

Putra Muaro Bungo
Jadilah Diri Sendiri Tanpa Berharap Kepada Manusia

Simpel Aja

Simpel Aja

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

My Famili

SELAMAT DATANG DI

BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN BLOG KHAIRUL AKMAN

Arsip Blog

Pengikut

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman

TERIM KASIH

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT