BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama harus
berorientasi pada prinsip-prinsip tertentu yang dijadikan acuan dalam
memformulasikan tuuan pendidikan agama yang adaptik, diantaranya prinsip
adaptik, keseimbangan, kejelasan, kesesuaian, dilaksanakan, perubahan tingkah
laku dan dinamis. Peran ulama sebagai pemersatu umat tidak akan terwujud melainkan
dengan iltizam (komitmen) dan
berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ulama memiliki kedudukan yang
sangat penting dan menjadi bagian vital dalam masyarakat muslim.
Perubahan zaman berpengaruh
terhadap perkembangan potensi dan kepribadian anak atau remaja, karena
merupakan kondisi dimana jarak antara aturan/norma yang satu dengan norma yang
lain sudah tidak ada batas lagi. Dimana aturan, budaya, norma dan lain
sebagainya sudah mulai memudar. Pengaruh sosial budaya pada era teknologi
informasi dan komunikasi yang paling rentan adalah remaja, bila permasalahan
ini tidak dikondisikan dengan baik dan benar bisa menimbulkan perilaku yang
menyimpang sehingga dapat merugikan diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Di era globalisasi
saat ini selain memberikan danfak positif juga memberikan danfak negatif, salah
satu danfak positifnya terbukanya akses informasi di berbagai media dan
mempermudah akses informasi dan danfak negatifnya era globalisasi dapat
merugikan masarakat. Maka dari itu sebagian besar masarakat memasuki putra
putrinya ke pondok pesantren. Karna pondok pesantren memainkan peran yang
sangat penting dalam menhadapi era yang penuh dengan tantangan . pendidikan
islam juga harus berperan dalam menghadapi laju perkembangan zaman dan arus era
globalisasai saat ini. Penndidikan islam yang semestinya.
Melahirkan generasi-generasi yang haus
akan ilmu pendidikan. Terutama dalil yang mengisaratkan akan pentingnya sebuah
pendidikan, didalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah Ayat: 11
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ
تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا
قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ
وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Artinya “ “Wahai orang-orang yang
beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,”
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan,
“Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadalah : 11).
Dalam surah Al-mujadilah ayat 11
menjelaskan tentang keutamaan orangorang yang beriman dan berilmu. Allah SWT
telah menjanjikan kepada orangorang yang beriman dan berilmu. Akan diangkat
derajatnya oleh Allah swt. orang yang berilmu akan dihormati orang lain karena
mampu dalam mengelola apa saja dalam kehidupannya dengan baik dan orang yang
beriman tanpa didasari ilmu pengetahuan tidak akan tau apa-apa, sedangkan orang
yang berilmu dia tidak beriman maka dia akan tersesat karena ilmu yang
digunakan untuk kebaikan.
kedua orang tua adalah
pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya.Orang tua berkewajiban mendidik
anak dengan pendidikan yang baik sehingga diharapkan menjadi generasi-generasi
yang baik sesuai dengan tuntunan agama Islam. Peran serta dan motivasi orang
tua terhadap anak sangat besar pengaruhnya, karena tanpa pengaruh dan motivasi
orang tua maka anak akan sulit menentukan pendidikan yang cocok dan sesuai
dengannya. Karena, anak belum dapat memilih sendiri dan keterbatasan cara
berpikirnya. Dengan demikian jelas bahwa peran serta motivasiorang tua dalam
mengarahkan pendidikan anak sangat berperan dan menentukan sekali dalam proses
pembentukan kepribadian anak. Motivasi orang tua dalam mengarahkan pendidikan
anaknya tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh
berbagai aspek dan faktor. Apabila pendidikan terhadap anak diberikan dengan
baik, maka anak juga akan menjadi lebih baik, walaupun ada juga sebagian kecil
anak yang tidak demikian. Sebaliknya jika orang tua mendidik anaknya dengan
tidak baik, maka anak akan menjadi jahat. Orang tua bertanggung jawab dihadapan
Allah terhadap pendidikan anak-anaknya. Sebab merekalah generasi yang akan
memegang tongkat estafet perjuangan agama dan khalifah dimuka bumi ini, oleh
karena itu, bila pendidikan terhadap anak-anak baik, maka bahagialah orang tua
baik dunia maupun akhirat kelak. Sebaliknya, kalau orang tua mengabaikan
pendidikan terhadap mereka maka akan sengsara didunia hingga akhirat.
Melihat hal ini orang tua
merupakan orang yang pertama dalam
pembentukan kepribadian anak, tanggung jawab orang tua kepada anak-anak adalah
suatu hal yang penting karena anak merupakan amanah yang diberikan Allah SWT,
kepada setiap orang tua juga bertanggung jawab atas perkembangan dan pendidikan
anak-anaknya. Anak adalah bagian dari masyarakat yang tidak dapat dipisahkan
antara yang satu dengan yang lainnya. Merekalah sebagai generasi penerus yang
menjadi dambaan dan harapan bagi orang tua dan masyarakat untuk menerima
tongkat estafet kepemimpinan dimana mendatang untuk meneruskan pembangunan
bangsa.
Pendidikan merupakan hal yang diutamakan orang tua kepada anak-anaknya
pada masa sekarang ini. Namun pendidikan yang paling pertama yang akan didapat
setiap anak adalah pada orang tua masing-masing anak. Orang tua juga
berpengaruh dalam setiap jenjang pendidikan yang akan dipilihkan kepada
anak-anak mareka. Baik itu pendidikan yang berbasiskan pelajaran umum dan juga
pendidikan yang berbasiskan agama. Banyak alasan dan motivasi orang tua dalam
memilih lembaga pendidikan untuk anak-anak mareka.
Motivasi orang tua adalah dorongan
terhadap anaknya bagaimana supaya lebih bersemangat dalam meningkatkan
prestasi. Motivasi yang kuat membuat anak sanggup ekstra keras untuk mencapai
tujuan sesuatu. Karena dengan perhatian dan motivasi orang tua ini akan sangat
bermanfaat bagi berlangsungnya kegiatan belajar anak. Dengan adanya motivasi
anak akan terdorong untuk lebih semangat dalam belajar. Di sinilah motivasi
orang tua diperlukan dalam dunia belajar, khususnya dalam belajar ilmu agama.
Dalam pandangan Islam, orang tua memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap
masa depan anak-anaknya. Masa depan anak tergantung kepada bekal yang diberikan
oleh kedua orang tuanya.
Setiap orang tua tentunya menginginkan
pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tidak ada satupun orang tua yang
menginginkan anaknya gagaldalam kehidupan. Jika para orang tua menyiapkan dan merencanakan
pendidikan anaknya sejak dini agar tercapai “kesuksesan bagi anak-anaknya.
Tidak jarang para orang tua melakukan interfensi dalam pendidikan anaknya,
bahkan interfensi orang tua ini berbias pada otoriter. Masa depan anak
seolah-olah milik orang tuanya, sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk
menentukan pilihan pendidikannya.
Para orang tua yang khawatirkan terhadap
dampak-dampak negatif perkembangan zaman berusaha mencari solusi melalui
lembaga pendidikan yang dianggap mampu mengatasi berbagai permasalahan yang
membuat mereka risau. Saat ini banyak bermunculan sekolah-sekolah terpadu,
sebagian menggunakan Islam sebagai landasan dasar dalam proses mendidik dan
sebagian yang lain tidak. Sekolah Islam terpadu dapat menjadi salah satu alternatif
pilihan orang tua dalam menentukan lembaga pendidikan yang tepat bagi anak.
Orang tua harus selektif dalam memilih sekolah untuk putra-putrinya. Memilih
sekolah yang tepat membutuhkan banyak pertimbangan, mulai dari lingkungan
sekolah, kurikulum yang digunakan, kondisi sarana dan prasarana yang ada.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan
anak-anak membuat mereka lebih bangga dan meningkatkan perasaan positif pada
diri siswa. Mereka mampu melakukan pekerjaan mereka dengan baik, tetapi juga merasakan
kebanggaan dan prestasi pribadi ketika mereka menyelesaikan tugas. Disini
motivasi orang tua tidak hanya membantu secara teknikal menyelesaikan berbagai
masalah siswa, tetapi juga membangun psikologi anak. Dengan dampak positif yang
dihasilkan oleh pendidikan yang melibatkan orang tua, maka pentingnya motivasi
orang tua dalam pendidikan anak-anak tidak bisa diabaikan lagi.
Diharapkan melalui pendidikan berbasis
madrasah, siswa lulusannya tidak hanya menguasai pengetahuan umum saja, tapi
sekaligus mengusai pendidikan agama sehingga mereka memiliki akhlak yang baik
dan dapat melaksanakan praktek-praktek ibadah dengan baik, dan betul-betul
menjadi sosok manusia yang tertera seperti dalam undang-undang sistem
Pendidikan Nasional, bahwa tujuan pendidikan adalah membangun manusia yang
beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia.
Selain itu, sekolah yang berbasis
pendidikan agama dapat memainkan peranan penting dalam pembentukan intelektual,
emosional dan spiritual anak serta menjadi wadah pemupukan kecerdasan setiap
siswa, dan diatas segalanya, menjamin agar setiap peserta didik mendapat
kesempatan belajar yang sama dan layak. Sekolah berbasis pendidikan agama juga
ikut mempersiapkan generasi muda muslim yang betul-betul tidak hanya menguasai
ilmu pengetahuan tapi juga generasi yang taat beribadah, kemudian mereka bisa
melaksanakan praktek-praktek keagamaan dan menguasai ilmu agama.
Orang tua memiliki peran penting dalam
mengarahkan anaknya agar kelak menjadi orang yang sukses, yang berguna bagi
agama, nusa, dan bangsa. Sehingga orang tua perlu selektif dalam memilih
lembaga pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, karena disinilah anak-anak
mereka akan belajar mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya untuk dapat
memperoleh kehidupan yang layak dan lebih baik dari orang tuanya. Oleh karena
itu, diperlukan kinerja kolektivitas sistemik antara pendidikan keluarga,
pendidikan sekolah, dan masyarakat untuk mewujudkan generasi penentu yang
berkualitas
Seorang anak yang tumbuh di lingkungan
keluarga Islami, masyarakat agamis, dan sekolah agamis akan memiliki kualitas
keagamaan yang lebih baik. Konsekuensi logisnya, orang tua harus lebih selektif
untuk memilih sekolah maupun memilih tepat tinggal untuk anak-anaknya. Untuk
mewujudkan generasi unggulan diperlukan kinerja kolektivitas sistemik antara
pendidikan keluarga, pendidikan
sekolah, dan masyarakat yang sinergi.
Sekolah yang berbasis agama dapat
menjadi salah satu alternatif pilihan orang tua dalam menentukan tempat bagi
anak-anaknya bersekolah, dengan catatan sekolah terpadu tersebut memiliki track record yang baik. Bagaimanapun
tempat anak bersekolah dapat menjadi penyempurna nilai-nilai dan pengetahuan
yang telah didapatkan anak di rumah. Dalam memilih sekolah ada hal yang tidak
kalah penting selain memperhatikan kualitas sekolah, yaitu kesanggupan dari
orang tua itu sendiri.
Dari hasil obesrvasi awal (Grand Tour) penulis menemukan bahwa
banyak nya orang tua yang memilih dan memasuki anaknya ke pondok Al-Jauharen ini
sejak lulusan SD. Mereka datang dari berbagai daerah di luar kota Jambi, bahkan
kebanyakan mereka dari luar kota Jambi. Alasan kenapa mereka memasukkan anaknya
ke pondok Al-Jauharen ini karna mereka mengingin anak nya pinta ilmu agama dan
terbentuknya akhlakul karimah, dan hal ini juga kebanyakkan dari anak mereka
sendiri yang meminta agar mereka di masukan ke lembaga pondok pesantren dan
belajar-belajar ilmu agama. (observasi, 12 Juli 2021).
Dengan demikian orang tua yang memasuki anaknya ke lembaga pendidikan di
pondok pesantren sangatlah berperan bagi anak-ankanya agar menjadikan anak yang
berakhlakul karimah anak yang berguna bagi agama dan negara sesuai apa yang di
harapkan para orang tua dalam sebuah pendidikan, maka dari itu pentingnya motivasi
orang tua atau dorongan orang tua sangatlah berpengaruh bagi generasi muda
yaitu cikal bakal penerus bangsa, anak-anak yang sukses dalam pendidikanya.
Dalam pendidikan sangatlah berperan dalam mendorong anaknya dalm pendidikan
formal maupun non formal, pendidikan pondok pesantren yang agamnya dan
pendidikan sekolah. Maka dari itu orang tua yang memasuki anaknya ke pondok
pesantren karna masarakat menganggap pondok pesantren yang mampu membina
anak-anak mereka baik dalam bidang pendidikan akhlak agar tidak terjerumus
hal-hal yang negatif.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk meneliti
permasalahan dengan judul:“Motivasi
Orang Tua Menyengolahkan Anaknya di Pondok Pesantren Al–Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan
Kota Jambi”.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah memiliki kriteria
masalah yang baik diantaranya mempunyai kontribusi teoritis dan praktis,
artinya hasil penelitian nentinya memberikan kontribusi atau andil yang jelas.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka
penulis merumuskan pokok masalah yaitu:
2.
Apasaja kendala orang tua
menyengolahkan anaknya di Pondok Pesantren Tanjung Johor Kota Jambi?
3.
Apasaja upaya orang
tua mengatasi kendala dalam menyekolahkan anak di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor
Kota Jambi?
C. Tujuan
Penelitian
Sebagaimana yang
telah diketahui bersama bahwa setiap kegiatan atau aktivitas yang dilakukan
seseorang pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapaun tujuan
penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui motivasi orang tua yang menyekolahkan
anaknya di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi.
2.
Untuk mengetahui
kendala orang tua menyengolahkan anaknya
di Pondok Pesantren Tanjung Johor Kota Jambi.
3.
Untuk mengetahui
upaya orang tua dalam mengatasi kendala untuk menyekolahkan anak di Pondok
Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor
Kota Jambi.
D. Manfaat
Penelitian
1. Secara teoritis
Penelitian ini
dapat memberikan pengalaman dan pengembangan khasanah keilmuan dalam bidang
kajian pendidikan Islam khususnya tentang motivasi orang tua lebih memilih Pondok
Pesantren al mujahirin sebagai sarana pembinaan moral bagi anak
2. Manfaat praktis
Adapun manfaat
secara praktis yang diharapkan di antaranya:
a. Bagi
Pesantren: penelitian ini diharapkan mampu
memberikan gambaran secara umum tentang apa motivasi orang tua santri dalam
mengirimkan anaknya ke pesantren, agar pesantren mengetahui tujuan dan harapan
orang tua santri yang mengirimkan anaknya di Pondok Pesantren Al-Jauharen
b. Bagi
Orang tua: penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran orang tua dalam mengawasi, memantau, membimbing dan
membantu perkembangan anak terutama dalam hal membina moral (akhlak) anak.
c.
Bagi mahasiswa umum: penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian permasalahan
tentang pentingnya Pendidikan
agama harus berorientasi pada prinsip-prinsip tertentu yang dijadikan acuan
dalam memformulasikan tuuan pendidikan agama yang adaptik.
d. Bagi
masyarakat luas: penelitian ini diharapkan dapat
menjadi salah satu referensi agar mengetahui dan dapat meniru bagaimana cara pembinaan
moral anak yang dilakukan oleh pondok pesantren dalam kehidupan sehari-hari.
e. Bagi
penulis: penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat dalam mengembangkan kemampuan menulis, serta salah sayarat
untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S.1) pada Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata
motif yang berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak
melakukan sesuatu (M.Ngalim Purwanto, 1996: 60). Motif tidak dapat diamati
secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa
rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga dalam memunculkan suatu tingkah
laku tertentu. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara
sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Selain itu
motivasi adalah dorongan besar yang menggerakkan seseorang ke tingkah laku.
Motivasi juga dapat
diartikan sebagai usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan
menjaga tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga tercapai hasil dan tujuan tertentu. Sumber utama munculnya motif
adalah dari rangsangan stimulasi perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang
diharapkan. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam
diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik
dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah, 2011: 3).
Menurut Hamalik (1995:
106), Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari
pengertian di atas penulis menegaskan bahwa motivasi adalah kekuatan atau
semangat yang timbul dari dalam diri invidu yang dapat menggerakkan individu
tersebut agar tercapai tujuan dan cita-citanya.
Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Motif dapat juga
diartikan sebagai suatu kondisi intern atau kesiapan” (Fathurrohman dan
Sutikno, 2011:19). Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan
dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku seseorang. Dalam motivasi
terdapat/ terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan,
dan mengarahkan sikap dan perilaku individu. Menurut Khoiru Ahmadi (2012: 5)
menyebutkan bahwa motivasi adalah proses mendorong dan mempertahankan tujuan
dengan mengarahkan perilaku pada yang dituju.
Motivasi sangat diperlukan sebab seseorang tidak mungkin mempunyai
motivasi dalam bertindak dan berbuat, tidak akan mungkin melakukan aktivitas
(Haryu Islamuddin, 2012: 259). Motivasi merupakan “pengetahuan tentang proses
yang dapat membantu guru menjelaskan tingkah laku yang diamati dan meramalkan tingkah
laku orang lain. Menentukan karateristik proses ini berdasarkan
petunjuk-petunjuk tingkah laku seseorang dan petunjuk tersebut dapat dipercaya
apabila tampak kegunaannya untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku
lainnya.
Motivasi adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam sebuat proses
tindakan, tanpa adanya motivasi sukar bagi seseorang untuk berkembang dalam
aktifitasnyua. (Husdarta dan Yudha, 2013:12). Motivasi merupakan suatu
perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang di tandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam rumusan tersebut ada tiga
unsur yang saling berkaitan, ialah sebagai berikut: Motivasi di mulai dari
adanya perubahan energi dalam pribadi. Motivasi menurut teori Maslow di tandai
oleh timbulnya perasaan (affective
arousal). Mula-mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa suasana
emosi. Motivasi ini di tandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan pribadi
yang bermotivasi memberikan respon-respon kearah suatu tujuan tertentu.
2. Macam-Macam Motivasi
Motivasi memiliki banyak persamaan
makna atau beberapa istilah memiliki
makna seperti Motivasi dalam berbagai literatur, seperti needs, drives,
wants, interests, desires. Motivasi merupakan suatu proses psikologi yang
mencermikan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang
terjadi pada diri seseorang. (Engkoswara dan Aan Komariah, 2012: 213). Motivasi sendiri ada
dua, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi esktrinsik.
a.
Motivasi Instrinsik.
Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaaan
dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
b.
Motivasi Ekstrinsik.
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau
melakukan sesuatu (Fathurrohaman dan Sutikno, 2011:19-20).
Ada tiga fungsi motivasi yaitu sebagai
berikut:
a.
Mendorong manusia
untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b.
Menentukan arah
perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
c.
Menyeleksi perbuatan,
yakni menentukan perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai
tujuan (Fathurrohaman dan Sutikno, 2011:20).
Dalam proses
melakukan, memberikan motivasi belajar kepada seseorang itu menjadi penting,
karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatanyang
dilakukan. Karena itu, prinsip-prinsip penggerakkan motivasi sangat erat
kaitannya dengan prinsip-prinsip kegiatan yang dilakukan itu sendiri. (Fathurrohaman
dan Sutikno, 2011:20). Motivasi ini bukanlah tumbuh diakibatkan oleh dorongan
dari luar diri seseorang seperti dorongan dari orang lain dan sebagainya.
Manakala seseorag melakukan dengan sungguh-sungguh untuk mengharapkan hasil
yang maksimal, mendapat hadiah ini merupakan motivasi yang tumbuh sesuai
kebutuhan yang secara mutlak tidak secara mutlak berkaitan kegiatan yang
dilakukan.
Motivasi merupakan
sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Motivasi sebagai dorongan
yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti
usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat
kepuasan dengan perbuatannya.
Motivasi yang paling berguna
untuk menunjang kesuksesan adalah motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri bukan faktor
dari luar yang berupa dorongan dari orang lain. Jika ada motivasi yang muncul dari
dalam diri sendiri cukup besar, maka individu akan selalu mengerjakan
dengan penuh gairah/semangat jika dilakukan dengan suasana hati yang nyaman,
Motivasi ini meliputi:
dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif, dan optimisme. Oleh karena itu, pada
garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut: motivasi
menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan perbuatan seseorang, karena
tanpa adanya motivasi, sulit untuk berhasil. Perbuatan yang bermotivasi, pada
hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan,
motif, dan minat yang ada pada seseorang.
3. Unsur Motivasi
Motivasi adalah “perubahan energi
dalam diri (pribadi) seseorang yang di tandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan. Di dalam motivasi ada tiga unsur yang saling
berkaitan, yaitu sebagai berikut:
a.
Motivasi dimulai dari
adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi
timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neuro psikologis dalam
organisme manusia. Misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem pencernaan
maka timbul motivasi lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak di
ketahui.
b.
Motivasi di tandai
dengan timbulnya perasaan affective
arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana
emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotivasi. Perubahan ini
mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam
perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena ia merasa tertarik pada
masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan
lancar dan cepat akan keluar.
c.
Motivasi di tandai
dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan
respons-respon yang tertuju kearah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi
mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya.
Setiap respon merupakan suatu langkah kearah mencapai tujuan, misalnya si A
ingin mendapat hadiah maka ia akan melakukan sesuatu yang sesuai dengan tujuan
seperti mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, dan mengikuti tes (Hamalik,
2010:158-159).
Fungsi dari motivasi
secara umum adalah sebagai berikut: mendorong timbulnya tingkah laku atau
perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan. Motivasi berfungsi
sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang di
inginkan. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah
laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
suatu pekerjaan (Hamalik, 2010:161). Motivasi itu bukan hanya sebagai penentu
terjadinya suatu perbuatan, tetapi juga menentukan hasil perbuatan. Motivasi
akan mendorong untuk melakukan suatu perbuatan dengan sungguh-sungguh (tekun)
dan selanjutnya akan menentukan pula hasil pekerjaannya. Jadi motivasi adalah
dorongan yang timbul dari individu yang mengerahkannya untuk mengejar agar
lebih baik.
4. Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah ayah dan ibu
kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli) (Ngalim Purwanto,
1998:73). Orang tua merupakan pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak.
Oleh karena itu, dari merekalah awal anak menerima pendidikan. Setiap orang tua
ingin selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya, mulai dari merawat,
membesarkan, mencukupi kebutuhannya, dan memberikan pendidikan yang baik agar
kelak mereka dapat mengerti mana yang baik dan buruk.
Orang tua (ayah dan ibu) sangatlah berperan
penting atas pendidikan anak, karena dari mereka anak dapat tumbuh dan
berkembang. Namun orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini bukan hanya ayah
dan ibu kandung saja, akan tetapi orang yang mengasuh dan merawatnya meskipun
orang tersebut bukan orang tua kandungnya Dari uraian di atas penulis dapat memberikan
penjelasan bahwa motivasi orang tua adalah suatu kekuatan atau semangat yang
timbul dari dalam diri orang tua yang menggerakkan agar tercapai tujuan dan
cita-citanya.
Orang tua merupakan orang yang
mempunyai pengaruh sangat besar terhadap perkembangan anak, baik dari segi
psikis ataupun psikologis. Disamping perkembangan psikis dan psikologis, orang
tua juga sangat berpengaruh dalam hal pembinaan moral bagi anak, karena dengan
pengaruh yang sangat besar tersebut, maka orang tua memiliki keinginan yang
sangat besar pula agar kelak anaknya bisa menjadi anak yang dapat mereka
banggakan. Namun dengan kesibukan atau aktifitas yang orang tua lakukan, maka
tidak sedikit orang tua yang dirasa kurang dalam memberikan pembinaan moral
bagi anaknya. Dengan demikian banyak pula orang tua yang lebih memilih pondok
pesantren sebagai sarana pembinaan moral bagi anaknya.
5. Kewajiban Orang Tua
Terhadap Anaknya
a. Menanamkan iman dan
aqidah yang kuat Sebagaimana Firman Allah SWT yang termaktub dalam Q.S Luqman ayat
13: 26:
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ
Artinya: “dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya: “Hai
anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Q.S. Luqman: 13).(Sukses Publishing:
936)
b. Meningkatkan kecerdasan bagi anaknya
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al
Isra‟ ayat 36
wur ß#ø)s? $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# u|Çt7ø9$#ur y#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ
Artinya:
“dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungjawabannya.” (Q.S. Al Isra‟: 36)
c. Mengajarkan membaca dan menulis
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam
Q.S. Al Alaq ayat 3-5:
ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Artinya: “Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan peraturan kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak manusia ketahui.” (Q.S. Al-Alaq: 3-5).
d. Bersikap adil terhadap
anak-anak Dalam bersikap orang tua tidak boleh membeda-bedakan antara anak yang
satu dengan yang lainnya. Orang tua harus bersikap adil terhadap semua
anak-anaknya.
e. Mendidik anak Setiap
anak yang dilahirkan masih dalam keadaan suci, bersih dari dosa-dosa apapun.
Maka dari itu, orang tuanya lah yang pertama kali memberikan pendidikan
kepadanya.
6. Tanggung Jawab Orang
Tua dalam Mendidik Anaknya
Tanggung jawab orang tua terhadap
anaknya terwujud dalam bentuk yang bermacam-macam. Secara garis besar bila
diuraikan maka tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah bergembira
menyambut kelahiran anaknya, memberi nama yang baik, memperlakukannya dengan
lembut dan kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama anak, memberikan
pendidikan akhlak, menanamkan akidah, melatih dan mengajarkan shalat, bersikap
adil, memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberikan hiburan, mencegah
perbuatan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal yang berbau porno, menempatkannya
dalam lingkungan yang baik, memperkenalkan kerabat kepada anak, serta
mendidiknya bertetangga dan bermasyarakat yang baik (Djamarah, 2004: 28).
Beberapa peran orang tua dalam mendidik anak di antaranya yaitu:
a.
Menyayangi anak bukan
memanjakannya Agama Islam sangat menekankan sikap kasih sayang terhadap anak,
maka dari itu sangatlah penting mendidik anak dengan penuh kasih sayang.
b.
Sikap bijak dalam
mendidik anak Sebagai orang tua kita harus bersungguh-sungguh dalam hal
mendidik dan membimbing anak. Berhasil atau tidaknya proses pendidikan anak
juga bergantung pada sikap bijak orang tua dalam mendidik anak.
c.
Membangun komunikasi yang
baik dan efektif dengan anak Situasi dan kondisi yang efektif untuk membangun
komunikasi yang baik antara lain, seperti saat makan bersama, berlibur bersama
dan berkumpul di rumah.
d.
Menjaga kesehatan jasmani
dan rohani anak sejak dini Agar seorang anak tumbuh menjadi generasi yang kuat
dan sehat, maka orang tua harus memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani
anak-anaknya, serta menjaga mereka dari penyimpangan moral sejak kecil.
e.
Memberikan pembinaan
moral anak Pembinaan adalah suatu proses penggunaan manusia, alat peralatan,
uang, waktu, metode dan sistem yang didasarkan pada 29 prinsip tertentu untuk
pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan daya dan hasil yang
sebesar-besarnya. Moral anak adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan
kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya yang terdapat dan ditanamkan pada
diri anak (Sunarto, B. Agung Hartono, 2002:69).
f.
Pondok pesantren dirasa sangat tepat sebagai salah satu alternatif bagi
orang tua dalam memberikan pembinaan moral anaknya di samping kesibukannya
dalam bekerja. Pondok pesantren hadir dengan berbagai macam visi misi dan juga backgroundnya
masing-masing. Maka orang tua lah yang lebih selektif dalam memilih pondok
pesantren bagi anaknya. Dari uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa masih
banyak orang tua yang merasa belum mampu memberikan pembinaan moral pengawasan
secara optimal bagi anaknya karena kesibukannya dalam bekerja dan beraktifitas
sehari-hari.
g.
Terdapat dua harapan Orang dalam memotivasi kepada anaknya dalam dunia
pendidikan mapun dalam keluarga, yang pertama keluarga mengharapkan anaknya
tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sholeh dan solehah, anak yang cerdas,
patuh, terampil, dan anak yang selalu menjalankan semua tuntunan Agama. Karna anak yang didambakan islam berbadan kuat dan sehat, terampil,
berilmu, bercita-cita tinggi, berakhlak mulia, dan taat kepada perintah Allah SWT. (M. Syahlan syfei, 2006:1)
h.
Setiap orang tua tentunya mengharapkan anaknya menjadi sukses ketika
dewasa nanti, dalam kriteria kesuksesan bermacam-macam, seperti anak dapat
mengamalkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk masyarakat, jujur,
bertanggung jawab, dan disiplin. Peran serta orang tua dalam membina anak dalam
memilih lembaga pendidikan itu sudah menujukan bahwa orang tua ingin memiliki
anaknya imu pengtahuan, agama dan dapat mengarahkan hidupnya di masa yang akan
datang. Tujuanya agar anaknya
menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Memilih lembaga pondok pesantren.
i.
Dengan demikian motivasi orang tua sangatlah penting. Bagaimanapun
keberhasilan seorang anak tergantung kedua orang tuanya, dan sebagi orang tua
harus mempunyai tujuan mau jadi seperti apa anaknya dalam pendidikan. terutama
dalam memilih pendidikan anaknya agar berhasil dalam apa yang di citacitakan
dalam pendidikanya.
7. Pengertian Pondok Pesantren
Istilah Pesantren berasal dari
kata santri, yang diawali dengan awalan “pe” dan diakhiri dengan akhiran “an” yang
berarti tempat tinggal para santri Abu Ahmad (1992: 103). Istilah pesantren
juga disebut dengan Surau di daerah Minang, Pesantren di daerah Madura, Pondok
di daerah Jawa Barat, dan Rangkang di daerah Aceh. Santri adalah orang yang
mempelajari agama Islam. Menurut Johns sebagaimana yang dikutip oleh
Zamakhsyari Dhofier (1985:18) bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamli,
yang berarti guru mengaji.
Sedangkan menurut C.C Berg bahwa kata
santri berasal dari istilah Shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang
tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama
Hindu. Kata Shastri berasal dari kata Shastra yang berarti buku-buku suci,
buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Sejarah telah mencatat
posisi strategis lembaga pendidikan Islam ini, menurut Nurcholish Madjid yang
dikutip oleh Khoiruddin Bashori (2003: 76-77) bahwa dari segi historis
pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi juga ke-Indonesiaan,
sebab lembaga yang serupa juga sudah pernah ada pada kekuasaan HinduBudha. Umat
Islam hanya meneruskan dan mengislamkannya saja. Sebagai lembaga pendidikan dan
pengembangan agama Islam pondok pesantren lahir dan berkembang sejak masa
permulaan agama Islam datang ke Indonesia.
Pondok pesantren tidak begitu saja lahir dan
tumbuh berkembang menjadi besar, akan tetapi melewati tahapantahapan tertentu.
Umumnya pondok pesantren lahir karena kreasi dan motivasi dari seorang kyai
(syarat pertama) yang bermaksud menularkan ilmunya kepada orang lain. Ketika
maksud tersebut mendapat tanggapan dari masyarakat dengan mengirimkan
anakanaknya untuk menjadi santri, maka kyai telah menemukan (syarat pesantren
yang kedua).
Aktivitas menularkan ilmu membutuhkan
sarana yang dapat digunakan sebagai pusat belajar mengajar. Biasanya, masjid
menjadi syarat pokok (yang ketiga). Eksistensi pesantren akan terlihat jelas
ketika kyai membulatkan tekad untuk mendirikan lembaga pendidikan Islam itu.
Tempat suci ini tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah mahdhoh saja,
tetapi juga menjadi sentral aktivitas pendidikan pada pesantren. Syarat yang
(keempat) adalah sistem pendidikan yang menjadi rujukan kegiatannya. Tentunya
setiap pesantren memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri. Meskipun demikian,
secara umum dapat disebutkan beberapa ciri yang hampir ada pada setiap
pesantren, yaitu :
a.
Pesantren dipimpin oleh seorang kyai.
b.
Kyai dan santri hidup dalam suatu kompleks sebagai sebuah keluarga
besar, dan kyai sebagai orang yang tertinggi (kepala keluarga).
c.
Pesantren didirikan untuk mengembangkan syi‟ar Islam dengan mencetak
para ulama dan kader-kader da‟i.
d.
Motivasi kyai sebagai pendidik dan santri sebagai si terdidik
semata-mata didasari dengan niatan beribadah lillahita’ala.
e.
Dalam pesantren, kyai merupakan pusat tauladan dan figur sentral bagi
santi-santrinya.
f.
Tempat belajar dipusatkan di serambi masjid atau disebuah bangunan yang
disediakan secara khusus sebagai tempat belajar, rumah-rumah (atau petak-petak)
kecil sebagai tempat menginap para santri dan menyimpan barang-barangnya
disebut dengan pondok. (Khoiruddin Bashori, 2003:76-77)
8. Karakteristik Pondok Pesantren
Ada beberapa
karakteristik pesantren secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut Dian Nafi
dkk (2007: 9):
a.
Pesantren tidak menggunakan batasan umur bagi santri-santrinya,
b.
Pesantren tidak menerapkan batas waktu pendidikan, karena sistem
pendidikan di pesantren bersifat seumur hidup life-long education.
c.
Santri-santri di pesantren tidak diklasifikasikan dalam jenjangjenjang
menurut kelompok usia, sehingga siapa pun di antara masyarakat yang ingin
belajar dapat menjadi santri,
d.
Santri boleh bermukim di pesantren sampai kapan pun bahkan bermukim di
situ selamanya,
e.
Pesantren pun tidak memiliki peraturan administrasi yang tetap. Kyai
mempunyai wewenang penuh dalam menentukan kebijakan dalam pesantren, baik
mengenai tata tertib maupun sistem pendidikannya, termasuk menentukan
materi/silabus pendidikan dan metodenya.
Sebagai lembaga pendidikan yang dikelola
seutuhnya oleh kyai dan santri, keberadaan pondok pesantren pada dasarnya
berbeda di berbagai tempat dalam kegiatan maupun bentuknya. Meskipun demikian,
dapat dilihat adanya pola yang sama pada pesantren. Menurut Zamakhsyari Dhofier
(1985:20) ada lima elemen dasar yang harus ada dalam pesantren yaitu:
a.
Pondok sebagai asrama santri,
b.
Masjid sebagai sentral peribadatan dan pendidikan Islam,
c.
Santri sebagai peserta didik,
d.
Kyai sebagai pemimpin dan pengajar di pesantren, dan
e.
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik (kitab kuning).
9. Pola Pendidikan Pondok Pesantren
Pengertian yang populer dari pesantren
adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bertujuan mendalami ilmu
agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian tafaqquh fi
al-din dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat. Orientasi
dan tujuan didirikannya pesantren adalah memberikan pendidikan dan pengajaran
tentang keagamaan. Pengajaran-pengajaran yang diberikan di pesantren adalah
mengenai ilmu-ilmu agama dalam segala macam bidangnya, seperti tauhid, fiqh,
ushul fiqh, tafsir, hadits, akhlak, tasawuf, bahasa Arab, dan sebagainya.
Diharapkan santri yang keluar dari pesantren dapat memahami beragam mata
pelajaran agama dengan kemampuan merujuk pada kitab-kitab Islam klasik (kitab
kuning).
Seiring dengan perkembangan zaman yang ada,
pondok pesantren mengalami beberapa perubahan, baik dari segi tempat, sistem
pengajaran, ataupun sistem pengorganisasian. Pondok pesantren zaman sekarang
ada yang sudah tidak memakai kebiasaan-kebiasaan tradisional pada pondok
pesantren zaman dahulu, akan tetapi juga masih ada pesantren yang tetap
mempertahankan kebiasaan-kebiasaan pondok pesantren zaman dahulu. Berikut
adalah jenis-jenisa pondok pesantren yang mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan zaman sekarang
a.
Pondok Pesantren Tradisional. Pesantren yang tetap mempertahankan
pelajarannya dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum,
model pengajarannya pun lazim diterapkan dalam pesantren salafi yaitu dengan
metode sorogan dan bandongan (Ghazali, 2003: 14). Pembelajaran ilmu-ilmu agama
Islam dilakukan secara invidual ataupun secara kelompok dengan konsentrasi pada
kitab-kitab klasik berbahasa Arab. Penjenjangannya tidak berdasarkan pada
satuan waktu, melainkan pada tamatnya kitab yang dipelajari.
b.
Pondok Pesantren Modern. Yaitu pesantren yang menerapkan sistem
pengajaran klasikal (madrasah) memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta
memberikan pendidikan keterampilan (Ghazali, 2003: 14). Pembelajaran yang
diterapkan pada pondok pesantren khalafiyah dilakukan secara berjenjang dan
berkesinambungan, dengan satuan progam berdasarkan pada suatu waktu, seperti
catur wulan, semester, tahun/kelas, dan seterusnya. Pondok pesantren khalafiyah
lebih banyak yang berfungsi sebagai asrama yang memberikan lingkungan kundusif
untuk pendidikan agama.
c.
Pondok Pesantren Campuran/kombinasi. Pondok pesantren salafiyah dan
khalafiyah dengan penjelasan di atas adalah salafiyah dan khalafiyah yang dalam
bentuknya yang ekstrim. Barangkali, kenyataan di lapangan tidak ada atau
sedikit sekali pondok pesantren salafiyah atau khalafiyah dengan pengertian
tersebut. Sebagian besar yang ada sekarang adalah pondok pesantren yang berada
diantara rentangan dua pengertian tersebut di atas (Depeartemen Agama RI, 2003:
30). Sebagian besar pondok pesantren yang mengaku atau menamakan diri pesantren
salafiyah pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan secara klasikal dan
berjenjang, walaupun tidak dengan nama madrasah atau sekolah.
Demikian pula dengan
pondok pesantren khalafiyah pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan
dengan menggunakan pendekatan kitab klasik (pengajian menggunakan kitab kuning)
itulah yang diakui selama ini sebagai satu identitas pokok pesantren. Tanpa
menyelenggarakan kitab kuning agak janggal disebut sebagai pondok pesantren
(Departemen Agama RI, 2003: 30). Bebagai macam dan jenis pondok pesantren yang
berkembang pada zaman sekarang tentunya memiliki kelebihannya masing-masing,
akan tetapi pada dasarnya semua pondok pesantren mempunyai tujuan yang sama
yaitu mencetak manusia sebagai insan kamil dan sebgai khalifah di bumi, serta
menghidupkan agama Allah dengan berbagai cara yang baik menurut ajaran agama
Islam.
B. Studi Relevan
Penelitian Motivasi Orang Tua Menyengolahkan Anaknya di
Pondok Pesantren Al–Jauharen Kelurahan
Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi adalah hasil dari
pemikiran langsung dengan cara malakukan penelitian langsung kelapangan,
setelah itu barulah mendapatkan masalah dan jadilah sebuah sekripsi, Berbagai
temuan yang ada dilapangan penulis dapatkan dengan sumber yang bermacam-macam.
Study yang relevan dengan penelitian ini antara yang lain:
1.
Skripsi Tri Hartaty dengan judul Motivasi Orang Tua Terhadap Pendidikan
Agama Anak. Hasil penelitian dapat
diuraikan sebagai berikut: Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang
amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain
akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung
jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan, bagi sebagian orang
dipahami sebagai pengajaran, karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan
pengajaran. Orang tua tidak bisa memberikan pendidikan dan pengajaran secara
langsung kepada anak apabila mereka sendiri secara tingkat pendidikan rendah.
Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga berlangsung secara alamiah dan
wajar, sehingga disebut pendidikan informal yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak yang mana kegiatan pendidikannya
dilaksanakan tanpa suatu organisasi yang ketat dan alokasi waktu. Pendidikan
yang diberikan di lingkungan keluarga berlangsung secara alamiah dan wajar,
sehingga disebut pendidikan informal yang diperoleh seseorang dari pengalaman
sehari-hari dengan sadar atau tidak yang mana kegiatan pendidikannya
dilaksanakan tanpa suatu organisasi yang ketat dan alokasi waktu. Dari beberapa
informasi yang diperoleh dari informan dan data pendukung lainnya, maka dapat
ditarik benang merahnya bahwa motivasi orang tua terhadap pendidikan agama anak
adalah positif. Kondisi ini ditandai dengan keinginan orang tua untuk
menyekolahkan anaknya ke sekolah berbasis agama ke jenjang yang lebih tinggi
lagi.
2.
Yudi Ananda, dengan judul skripsi Motivasi orang Tua Terhadap Pendidikan
Anaknya di Desai Kumpeh Ilir Kabupaten Muaro Jambi. Dan dalam Skripsi ini
menjelaskan tentan lemahnya motivasi orang tua terhadap pendidikan anaknya.
Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: adanya pengalaman dan
kondisi sekarang yang berimplikasi kepada sulitnya ketika anak yang sudah
menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh pekerjaan, maka orang tua memiliki
keraguan tentang potensi pekerjaan yang didapat oleh anaknya ketika
menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Adanya kondisi yang hampir
sama pada sudut pandang orang tua yang memandang pendidikan itu penting sebagai
upaya untuk menanamkan nilai-nilai dan proses sosialisasi, menunjukan bahwa
sebenarnya orang tua memandang pendidikan itu sangat penting. Tetapi karena
mayoritas mereka bekerja sebagai petani dengan kondisi perekonomian yang minim,
menyebabkan orientasi mereka kepada anaknya setelah menyelesaikan sekolah
adalah sebisa mungkin mendapatkan pekerjaan untuk membantu perekonomian
keluarga. Selain itu, kondisi yang kritis adalah adanya upaya untuk
mengembalikan biaya yang dikeluarkan ketika mereka bersekolah. Hal ini tidak
bisa dilihat secara sepihak dengan memberikan stigma negatif kepada orang tua,
karena pendidikan adalah suatu hal yang tergolong mewah sehingga tidak jarang
bagi orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya harus berhemat bahkan sampai
mengurangi kebutuhkan pokok termasuk berkaitan dengan urusan konsumsi dan
kebutuhan primer lainnya.
Berbeda dengan skripsi yang dibuat dalam
skripsi ini, perbedaan skripsi yang penulis buat ini dibandingkan dengan
skripsi sebelumnya pernah dibuat orang lain adalah skripsi ini lebih fokus
dengan Motivasi Orang Tua
Menyengolahkan Anaknya di Pondok Pesantren Al–Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan
Kota Jambi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Metode
Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Penelitian deskriptif,
umumnya bertujuan mendeskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap
suatu populasi atau daerah tertentu mengenai berbagai sifat dan faktor
tertentu. (Gempur Santoso, 2012: 29).
Penelitian
ini berupaya menggambarkan, menguraikan
suatu keadaan yang sedang berlangsung beradsarkan fakta dan informasi yang
diperoleh dari lapangan yaitu mengenai motivasi
orang tua menyengolahkan anaknya ke Pondok Pesantren Al–Jauharen Kelurahan
Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi.
2.
Metode Penelitian
Sedangkan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif bertitik tolak dari
fenomenologis yang menekankan pada pemahaman makna tingkah laku manusia
sebagaimana yang dimaksud oleh pelakunya sendiri. Pandangan fenologis tidak
mengakui bahwa peneliti tahu apa makna sesungguhnya suatu perbuatan atau
tindakan yang dilakukan oleh orang-orang yang sedang diteliti. Sedangkan
penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan apa-apa yang saat
ini berlaku, didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis,
dan mengimperprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.
(Mardalis, 2014: 26).
B. Setting dan Waktu Penelitian
1.
Setting Penelitian
Penelitian ini akan di lakukan di pondok
pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor di Kota Jambi, atas berbagai pertimbangan :
permasalahan nya diantaranya adalah bagaimana motivasi orang tua yang
menyekolahkan anaknya di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi,
apasaja kendala orang tua menyengolahkan anaknya di Pondok Pesantren Tanjung
Johor Kota Jambi serta apasaja upaya orang tua mengatasi kendala dalam
menyekolahkan anak di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi,
atas berbagai pertimbangan penulis memilih setting di Pondok Pesantren
Al–Jauharen karena secara moril dan materil masih terjangkau oleh peneliti,
selain itu pondok pesantren ini cukup tinggi perkembangan nya dalam lima tahun
terakhir ini dan peneliti lebih mudah melakukan pengambilan data untuk
penelitian.
2.
Waktu
Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan kurang lebih
selama lima bulan, terhitung mulai dari bulan Juni sampai November tahun 2021.
C.
Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang dibuat oleh
peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang
ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber
pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. (Sugiyono, 2009 : 137)
Adapun data Primer dalam penelitian ini
diantaranya :
1). Pimpinan Pondok Pesantren Al–Jauharen
2). Kepala MTs
3). Guru PAI
4). Majlis Guru
5). Siswa-Siswi kelas VII
6). Wali Murid
b). Data Sekunder
Data sekunder adalah data
yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro
statistik, majalah, koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya.
(Sugiyono, 2009:91).
Data sekunder adalah kata
yang telah lebih dahulu dikumpul dan dilaporkan oleh orang diluar diri penyidik
sendiri yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data asli. Data sekunder terdiri atas berbagai macam, seperti surat, buku, sampai dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Jadi data sekunder yaitu
data yang di ambil secara tidak langsung dari sumbernya dan digunakan sebagai
pelengkap atau pendukung data primer, misalnya data yang di dokumentasikan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumentasi yang meliputi profil
Pondok
Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi, historis dan geografis Pondok
Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi, struktur organisasi Pondok
Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi, keadaan guru dan siswa Pondok
Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi serta keadaan sarana dan
prasarana Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi
2.
Sumber Data
Sumber data adalah
dimana data diperoleh. Sumber data atau informasi baik jumlah maupun
keragamanya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam
menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian. Sumber data adalah bahan pokok
yang dapat diolah dan diananlisa untuk menjawab permasalahan yang ada dalam
penelitian. sumber data bersifat umum yang memiliki informasi tentang objek
penelitian. (Trianto, 2010: hlm. 253).
Adapun sumber data yang mungkin dimanfaatkan untuk memanfaatkan data atau
informasi yang digunakan adalah orang tua siswa yang ada di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi.
D.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan
untuk memperoleh data penelitian melalui beberapa langkah yang terstruktur.
Pada bagian ini, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan
teknik yang sama. Peneliti menggunakan 3 teknik dalam pengumpulan data, yakni :
1.
Wawancara
Wawancara
adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara. (Suharsimi Arikunto, 2006:155). Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, yakni wawancara yang
pewancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara jenis ini
disusun dengan rapi dan ketat. (Lexy J Moelong, 2017:90)
Wawancara
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan kepada para responden.
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi yang
berhubungan dengan penelitian dan dilakukan oleh peneliti dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada informan penelitian.Wawancara merupakan alat
pengumpul informasi dengan cara meng ajukan sejumlah pertanyaan secara lisan
untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interviu adalah kontak
langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee).
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan
dengan pembicaraan santai dalam berbagai situasi, dilakukan secara terus
menerus untuk mendapatkan informasi dan penjelasan yang utuh, mendalam,
terperinci dan lengkap. Wawancara yaitu pengumpulan data berbentuk pengajuan
pertanyaan secara lisan dan pertanyaan yang diajukan dalam wawancara itu telah
dipersiapkan secara tuntas dilengkapi dengan instrumen.
Wawancara adalah
proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua
orang atau lebih saling bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi
atau keterangan. Adapun data hasil wawancara dalam penelitian ini dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian sehingga dapat
menjawab rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti dan akan diajukan kepada
responden penelitian.
2.
Observasi
Teknik
observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi non
partisipan dan teknik observasi terbuka. Yang dimaksud dengan teknik observasi
non partisipan, yakni pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan
pengamatan. (Narbuko dan Abu Achmadi,
2016:70).
Adapun teknik observasi terbuka, kehadiran
pengamat secara terbuka diketahui oleh subjek yang secara sukarela memberikan
kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi, dan mereka
menyadari ada orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka. (Narbuko dan Abu Achmadi, 2016:70).
Teknik observasi nonpartisipan
digunakan karena dalam proses penelitian ini peneliti tidak ikut serta dalam
kegiatan, akan tetapi hanya berperan mengamati kegiatan. Kalaupun ikut dalam
kegiatan itu hanya dalam lingkup yang terbatas sesuai kebutuhan peneliti untuk
memperoleh data yang benar-benar valid. Pemilihan teknik jenis ini dilakukan
agar peneliti dapat lebih fokus dalam melakukan pengamatan terhadap objek yang
sedang diamati sehingga data observasi yang dihasilkan benar-benar valid dan sesuai dengan kondisi yang
sedang diamati. Metode atau pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi
motif, kepercayaan, perhatian, prilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya.
Observasi
atau disebut juga dengan pengamatan merupakan kegiatan pemuatan perhatian semua
objek dengan menggunakan seluruh indera. Metode observasi jdalam penelitian ini
digunakan sebagai pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap objek
untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya
mengumpulkan data penelitian. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yalg diteliti. Observasi menjadi salah satu
teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan
dan dicatat secara sistematis, dapat dikontrol keandalannya (reliabilitasnya)
dan kesahihannya (validitasnya).
3.
Dokumentasi
Dokumentasi ialah teknik pengumpulan
data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden,
seperti yang dilakukan oleh seorang psikolog dalam meneliti perkembangan klien
melalui catatan pribadinya. Dokumentasi
sebagai berikut cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang
merupakan catatan manuskrip, buku, surat khabar, majalah, notulen rapat,
legger, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2006:231).
Metode dokumentasi dalam penelitian ini
digunakan untuk mendapatkan informasi non manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-catatan,
pengumuman, instruksi, aturan-aturan, laporan, keputusan atau surat-surat
lainnya. Data yang dikumpulkan mengenai teknik tersebut berupa kata-kata, tindakan
dan dokumen tertulis lainnya, dicatat dengan menggunakan catatan-catatan. Dalam
teknik yang terakhir ini peneliti melakukannya dengan cara mencari dan
mendokumentasikan segala informasi yang dapat mendukung fokus penelitian. Dapat
berupa gambar-gambar, foto-foto, maupun dokumen-dokumen tertulis.
E.
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
analisis data seperti yang diberikan Miles and Huberman dan Spradley. Miles and
Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap
tahapan penelitian sehingga samapai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification. Langkahlangkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan,
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan
(Miles dan Huberman (1992:16).
Begitu banyak data yang
harus penulis catat secara teliti dan rinci yang ada dilapangan serta memilih hal-hal
pokok, oleh karenanya penulis hanya memfokus merudiksi data tentang motivasi orang tua yang menyekolahkan anaknya di Pondok Pesantren
Al-Jauharen sebagai sarana pembinaan moral anak, apa saja kendala orang tua menyengolahkan
anaknya di Pondok Pesantren sebagai, dan bagaimana upaya orang tua mengatasi kendala
dalam menyekolahkan anak di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan
dengan proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya kedalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar yang membedakanya dengan penafsiran yaitu
memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaaskan pola
uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.
Teknik analisis data merupakan proses
katagori urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, katagori dan
satuan uraian dasar. Analisis dalam penelitian jenis apapun, adalah cara
berfikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu
untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan
keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola. Setelah selesai penelitian
ini, maka data yang di peroleh terlebih dahulu diseleksi menurut kelompok
variabel-variabel tertentu dan dianalisis melalui segi kualitatif.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah
selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam
hal ini Miles dan Huberman menyatakan “Yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif. (Sugiono,
2009:341). Langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian
data dilakukan dengan bentuk uraian singkat, grafik, bagan, hubungan antar
kategori, dan flowchart. Dalam hal ini Miles and Huberman Data collection Data
reduction Data display Conclusion drawing/verifying 59 (1984) menyatakan “the
most frequent form of display data for qualitative research data in the past
has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut
3. Verifikasi
Langkah
ketiga dalam analisis data menurut Miles and Huberman adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara , dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh buktibukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibel.
Setelah data disajikan yang juga
dalam rangkaian analisis data, maka proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan
atau verifikasi data. Proses verifikasi dalam hal ini adalah tinjauan ulang
terhadap catatan lapangan, tukar pikiran dengan teman sejawat untuk
mengembangkan “kesepakatan intersubjektivitas”. (Salim dan
Syahrum , 2016:150).
F. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menetapkan
keterpercayaan data, maka di perlakukan teknik pemeriksaan.pelaksanaan
pemeriksaan di dasarkan jumlah kriteria tertentu, ada beberapa teknik yang
digunakan dalam penecekaan keabsahan temuan di antranya:
1. Perpanjang keikutsertaan
Perpanjangan
keikutsertaan dalam artian memperpanjang waktu dilapangan sehingga kejenuhan
pengumpulan data tercapai .jika hal ini dilakukan maka membatasi gangguan dari
dampak peniliti pada konteks ,membatasi keliruan peneliti ,dan
mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian atau pristiwa yang memiliki pengaruh
sesaat.perpanjangan waktu di lapangan akan memungkinkan penungkatan derajat
kepercayaan data yang di kumpul (Sugiono,2012:219)
a). Ketekunan pengamatan
Ketekunan dalam pengamatan berarti
menemukaan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri terhadap hal
hal tersebut secara rinci berkesinambung terhadap faktor faktor yang menonjol
.(Sugiono, 2012:99)
b). Triangulasi
Triangulasi merupakan
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu diluar data
pokok.untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu
,terdapat empat macam teknik pemerikssan mengunakan sumber ,metode, penyidik,
dan teori. (Lex J Moleong, 2011:178). Hal ini dapat di capai dengan jalan:
1)
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2)
Membandingkan apa yang di katakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi
3)
Membandingkan apa yang dikatakan orang –orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu
4)
Membandingkan keadaan dan perspektif seorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang seperti rakyat biasa ,dan orang berpendidikan .
5)
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
G. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian menggambarkan
rencana penelitian yang harus memuat penetapan atau perumusan mengenai: latar belakang
suatu penelitian, kecenderungan yang tengah berlaku, anggapan dasar, prakiraan
jawaban (berupa hipotesis), tujuan dari penelitian tersebut, sasaran dari
penelitian tersebut dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk memudahkan dalam
pelaksanaan kegiatan dilapangan, maka penulis menggunakan kegiatan yang
terjadwal sebagai berikut:
Tabel
1.1. Jadwal Penelitian
No |
Kegiatan |
Tahun 2021 |
|||||||||||||||||||
Juni |
Juli |
Agustus |
September |
Nopember |
|||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1 |
Persiapan penelitian |
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
Menyusun atau menulis konsep proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
Mengajukan judul ke Fakultas untuk
persetujuan judul |
|
|
|
|
X |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
Konsultasi dengan dosen pembimbing |
|
|
|
|
|
x |
X |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
Seminar proposal |
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6 |
Izin atau perintah riset |
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7 |
Pelaksanaan riset |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
x |
x |
|
|
|
|
|
|
|
|
8 |
Penulisan konsep skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
|
|
|
9 |
Konsultasi kepada dosen pembimbing |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
x |
|
|
|
|
|
10 |
Penggandaan skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
|
11 |
Munaqasah dan perbaikan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
|
|
|
12 |
Penggandaan skripsi dan penyampaian skripsi
kepada tim Penguji dan Fakultas |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x |
x |
X |
Keterangan: Jadwal Penelitian
diatas dapat berubah sewaktu-waktu
TEMUAN LAPANGAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Temuan Umum
1. Historis dan Geografis Pondok Pesantren Al-Jauharen
Tanjung Johor Seberang Kota Jambi
Pondok Pesantren Al-Jauharen yang
didirikan oleh Al-Alimul Alamah Syeh H. Usman Bin Haji Ali pada tahun 1300 H
bertepatan pada tahun 1872 M di Sungai Asam Darat selanjutnya Pondok Pesantren
Al-Jauharen tersebut pindah dari Sungai Asam ke Tanjung Johor pada tahun 1305 H
bertepatan pada tahun 1877 M. Sebelum didirikan bangunan Maktabah Al-Jauharen,
beliau mengajar para santri di rumah dengan bertambahnya santri tersebut maka
pengajian santri dipindahkan ke masjid guru H. Abdul Kafi Bin H. Abu Bakar
Tanjung Johor lebih kurang 29 tahun berada di Tanjung Johor tepatnya 1
Zulkaedah tahun 1333 H bersamaan tahun 1915 M beliau mendirikan persatuan kematian yang dinamakan “Samaratul
Insan” yang berarti “Manusia yang Berguna” yang beranggotakan:
1.
Guru H. Abdul Somad
Bin H. Ibrahim Khop Penghulu Jambi
2.
Guru H. Ibrahim Bin
H. Abdul Majid Kampung Tengah
3.
Guru H. Ahmad Bin
Abdul Syukur Tahtul Yaman
4.
Guru H. Usman Bin
H. Ali Tanjung Johor
5.
Guru H. Kms.
Muhammad Saleh Bin Kms. H. M. Yasin Tanjung Pasir
6.
Sayyid Alwi Bin
Muhammad Sihab Pasar Jambi. (Dokumentasi, 2021)
35
36
Kemudian dilanjutkan kepemimpinan Maktab Al-Jauharen kepada
Guru H. Ahmad Zein bin Najhun 1940 s/d 1951. Kemudian dari tahun 1951-1962 dipimpin
oleh Guru Muhammad Yusup bin Saprudin. Dilanjutkan kepemimpinan Maktab
Al-Jauharen oleh Guru H. Mahfudz Jalil pada tahun 1962 s/d 1966. Dan pada tahun
1967 s/d 1975 kepemimpinan maktab
Al-Jauharen. (Observasi, Pondok Pesantren Al Jauharen)
Jauharen dikembalikan lagi kepada Guru Muhammad Yusup bin
Saprudin, kemudian diserahkan lagi kepada Guru Muhammad Tahir Ja’far pada 1975
s/d 1981. Kemudian pada tahun 1982 s/d 1989 kepemimpinan Maktab Al-Jauharen
diserahkan kembali kepada Guru H. Mahfudz Jalil, dan sampai akhir tahun 1989
mangalami kefakuman (tidak berjalan sebagai mestinya).
Maka pada tahun 2003 atas dorongan Ulama beserta tokoh
masyarakat Tanjung Johor, dan diprakarsai para pemuda sepakat untuk
mengaktifkan kembali Maktabah Al-Jauharen yang sangat dicintai namun dengan
format yang lebih baik yang sesuai dengan tuntunan perkembangan zaman yang
mengarah pada arti nama Al-Jauharen yaitu “Dua Mutiara”. Dua
mutiara dimaksud adalah mutiara dunia dan mutiara akhirat (pendidikan umum dan
agama) format yang baru ini dikenal dengan nama Pondok Pesantren Al-Jauharen
adapun sistem pendidikan yang digunakan adalah perpaduan dua kurikulum yakni
salafiah dan kholafiah. Kurikulum salafiah dikembangkan oleh para guru agama
yang rata-rata lulusan dari pesantren dan langsung dipimpin oleh guru KH.
Sirojuddin H. Muhammad sedangkan kurikulum kholafiah (umum) merupakan ketentuan
dari DIKNAS.
Perkembangan Pondok Pesantren Al-Jauharen dengan format yang terbaru
dikembangkan oleh Guru KH. Sirojuddin H. Muhammad sebagai pimpinan membuahkan
hasil pada perkembangan pondok yang terus mengalami kemajuan
dengan jumlah santri yang semakin meningkat. Peningkatan
kuantitas dan kualitas Pondok Pesantren Al-Jauharen ini diharapkan bisa
berdampak baik pada kemajuan agama dan bangsa Indonesia. (Dokumentasi, 22
Februari 2020)
Adapun lokasi madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen terletak di
Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi tepatnya berada di
pinggir sungai Batanghari, hal ini disebabkan punya alasan tersendiri bagi
pendirinya. Jalaur transportasi sungai adalah jalur yang paling mudah
digunakan, dan cepat menjangkau madrasah terutama bagi mereka yang berasal dari
desa-desa yang berada si sepanjang sungai Batanghari.Disamping itu pula air
sungai Batanghari dapat dimanfaatkan oleh santri untuk keperluan sehari-hari,
seperti mandi, mencuci pakaian dan lain-lain.
Letak madrasah ditengah kota ternyata dapat juga memberikan
dampak positif, tidak hanya bagi pihak madrasah tapi juga bagi masyarakat
sekitar. Keberadaan madrasah di tengah
kota akan lebih mudah terkontrol oleh masyarakat, yang secara emosional
memiliki konsem dengan pesantren. Demikian pula sebaliknya, bagi masyarakat
sekitar, keberadaan madrasah akan memberikan warna islam yang sanagt kontras di
tengah mereka. Sebab kegiatan keagamaan kerap berbau dengan kegiatan
(keagamaan) masayarakat.
Seiring dengan semakin berkembangnya daerah perkotaan maka
daerah sekitar madrasah pun mengalami kemajuan dari segi aktifitas dan jumlah
penduduk.Dalam pengamatan penulis, masyarakat Tanjung Johor adalah masyarakat
yang taat beribadah.Ini terlihat dari jumlah yang datang untuk melaksanakan
sholat berjamaah di masjid.
Adapun batas-batas yang mengelilingi madrasah Al-Jauharen
adalah:
a. Sebelah barat berbatasan dengan pabrik Remco (pabrik getah)
b. Sebelah timur berbatasan dengan sawah penduduk
c. Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk
d. Sebelah selatan berbatasan dengan sungai batanghari
Perkembangan pondok pesantren Al-Jauharen dengan format yang
terbaru dikembangkan oleh Guru KH.Sirojuddin H.Muhammad sebagai pimpinan
membuatkan hasil pada perkembangan pondok yang terus mengalami kemajuan dengan
jumlah santri yang semakin meningkat.Peningkatan kuantitas dan kualitas pondok
pesantren Al-Jauharen ini diharapkan bisa berdampak baik pada kemajuan agama
dan bangsa Indonesia.
Dari situlah muncul beberapa tingkatan belajar di pondok
pesantren Al-Jauharen mulai dari tingkat Rudatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah,
Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.Maka madrasah Tsanawiyah dipimpin Oleh
Drs. Muhammad Rafi’I, sampai sekarang.
2. Visi Dan Misi
Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor
Pondok Pesantren yang efektif adalah madrasah yang mempunyai visi dan misi, tujuan,
sasaran, peningkatan mutu dan menghasilkan alumni yang bisa di andalkan.
Artinya lembaga pendidikan islam memiliki visi dan misi yang baik akan dapat
menentukan antisipasi berbagai perubahan dan tantangan pendidikan. Madrasah
dengan visinya akan mampu membuka perencanaan pendidikan yang tepat berkaitan
dengan kurikulum, sistem, tenaga kependidikan, sarana, pengembangan program dan
lain-lain yang menyangkut komponen-komponen sistem pendidikan.
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi mempunyai visi untuk mencapai
prestasi unggulan sesuai dengan tujuan dengan tekad pesantren Al-Jauharen juga
amanat masyarakat. Sementara misi yang telah disepakati secara bersama sama
adalah : 1) mewujudkan generasi islam yang menjunjung tinggi dan menegakkan
nilai-nilai iman dan taqwa serta berakhlakul karimah, 2) meningkatkan pelayanan
pendidikan baik intrakurikuler, 3) menimbulkan kesadaran akan pentingnya
keteladanan sesuai dengan jiwa Tut Wuri Handayani yang selaras dengan
pengawasan efektif dan efesien.
Berangkat dari visi dan misi
yang telah disepakati tersebut, dapat dipahami bahwa madrasah Tsanawiyah
Al-Jauharen memfokuskan diri pada pengembangan tiga ranah (wilayah), yaitu ilmu
pengetahuan, keimanan dan ketaqwaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan pimpinan
pondok pesantren bahwa ada tiga filsafah yang dimiliki pesantren Al-Jauharen
yaitu ilmu, iman dan amal. Ketiga
filsafah inilah yang menjadi dasar dalam merencanakan dan mengelolah madrasah
Tsanawiyah Al-Jauharen menjadi sebuah lembaga pendidikan alternative bagi
masyarakat terutama dalam menghadapi perkembangan global dari tuntutan moral
agama.
3. Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen
Suatu lembaga pendidikan
sudah mutlak adanya suatu organisasi kerja dalam rangka untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.Dalam organisasi tersebutterdapat adanya pembagian tugas,
wewenang dan tanggung jawab menurut bidang dan bagian yang ditentukan, sehingga
diharapkan tidak adanya saling lempar tugas dan tanggung jawab yang merusak
kelancaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sebagai tujuan
organisasi, baik itu suatu lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta, kecil
atau besar tidak akan terlepas dari suatu struktur organisasi kepengurusan.
Karena itulah yang akan menjalankan roda-roda organisasi. Maju atau mundurnya
suatu organisasi sangat tergantung pada manusia yang duduk di pengurusan
tersebut.Kemudian tugas seorang pemimpin untuk mengatur dan memberikan
kebijaksanaan dalam mengatur langkah-langkah yang harus ditempuh karena
pemimpinlah yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab secara penuh dan
konsekuen. Begitu juga halnya dengan MTs Al-Jauharen yang merupakan lembaga
pendidikan yang memiliki berbagai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
Dengan adanya
pengorganisasian maka kegiatan-kegiatan dalam suatu lembaga dapat terbentuk,
sehingga personil dapat memangku jabatannya pada setiap program kegiatyan Mts
Al-Jauharen ini dengan lacar dan akan terbentuknya tata kerja yang baik menurut
tugasnya madding-masing serta penempatan dan pengaturan orang-orang dalam
kelompok dengan tepat. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi Mts Al-Jauharen
dapat dilihat di bawah ini :
Struktur Organisasi Pondok Pesantren
Al-Jauharen Tanjung Johor
Kecamatan Pelayangan Kota Jambi Tahun 2021
Komite Sihabudin
Chodori. S.Ag Kepala Drs.
Muhammad Rafii NIP
: 196108062000031003
Tata Usaha Rahim Fadli
Waka Kurikulum M. Ikhlas, S.Pd Waka Kesiswaan Alwi
HM. S.Pd.I MAJELIS GURU Kepala Lab IPA Muslimaini.
S.Pd.I Kepala Perpustakaan Nike
Fitria. S.Pd.I WALI KELAS SISWA/I Waka Sapras Siti
Aisyah. S.Pd.I Bendahara Hermantoni.
S.Pd.I
(Dokumentasi, Pondok Pesantren Al-Jauharen
Kota Jambi Tahun 2021)
Berdasarkan struktur
diatas bahwa tata kelola madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen adalah sebagai
berikut:
a.
Kepala madrasah,
selaku manager dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di madrasah. Disamping itu ada juga bertanggung jawab dalam memimpin
rapat-rapat yang diadakan di madrasah, dan juga mengontrol kehadiran para guru
dan pengawai yang bertugas di madrasahnya.
b.
Wakil kepala
madrasah yang membantu kepala madrasah terutama yang berhubungan dengan
administrasi, suirat menyurat dan registrasi siswa, dan membantu kepala madrasah
dalam menyeklesaikan permaalahan yang berhubungan langsung dengan siswa.
c.
Tata usaha adalah
orang yang diberikan tugas mengurus administrasi pendidikan di madrasah,
perkantoran dan apa yang berhubungan dengan kelangsungan pendidikan dan
pengajaran di sekolah.
d.
Siswa/siswi adalah
pelaksana dari proses belajar mengajar, baik itu berupa pengetahuan, bimbingan
yang bersifat jasmani maupun rohani.
4. Keadaan Tenaga Pendidik Pondok Pesantren Al Jauharen
Pendidikan dikalangan umat islam
dipandang sebagai petunjuk ke jalan yang luar biasa. Disamping memiliki
tanggung jawab yang besar, pendidik juga memegang peranan penting dalam proses
transfer pengetahuan kepada anak didik untuk mengembangkan potensinya.
Peranan pendidik sebagai tenaga pengajar
sangatlah penting dalam menumbuhkan semangat siswa untuk menerima pelajaran.
Keberhasilan seorang pendidik dalam setiap bidang studi akan didukung oleh
kemampuannya dalam menyampaikan materi pelajaran.
Para guru di Pondok Pesantren
Al-Jauharen, dalam hal mengajar dan mendidik santri, mereka berpandangan bahwa
mengajar hendaklah mencontoh sifat Rasulullah SAW yang tidak mengharapkan gaji
dan lain sebagainya. Motivasi yang kuat bagi mereka untuk mengajar adalah
karena allah SWT semata-mata dan mengharapkan kehadirannya. Karenanya mengajar bagi mereka adalah ibadah,
sehingga prinsip kelulusan dan keikhlasan mewarnai dari mereka dalam mengajar
ilmu.
Guru di Pondok Pesantren Al-Jauharen
terdiri dari berbagai macam lulusan serta disiplin ilmuseperti di Darul
Musthofa Yaman, Rubath Tarim Yaman, IAIN, STAI Ma’arif, Universitas Jambi dan
perguruan tinggi lainnya dan bahkan ada juga yang lulusan Madrasah Aliyah,
dengan berbagai disiplin ilmu yang dimiliki oleh para guru itu diharapkan akan
tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Guru di MTs Al-Jauharen ini memang
patut diacungkan jempol, karena keteguhan mereka untuk tetap mengabdi di pondok
pesantren Al-Jauharen ini, walaupun gaji yang mereka terima tergolong kecil.
Pondok Pesantren Al-Jauharen berdasarkan
data terakhir memiliki 21 orang tenaga pendidik.Dari jumlah pondok tersebut, 16
orang alumni dari berbagai perguruan tinggi dan selebihnya 6 orang alumni MA
sederajat. Untuk lebih jelasnya keadaan pendidik pada MTs Al-Jauharen dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 : Tenaga Kependidikan Pondok Pesantren Al-Jauhren
Tahun 2020/2021
No |
NAMA |
JABATAN |
PENDIDIKAN |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 |
Drs. Muhammad Rafi’i Hermantoni, S.Pd.I Rahim Fadli M. Ikhlas Ahmad Hidri Muslimaini, S.Pd Marlina, S.Pd.I Siti Aisyah, S.Pd.I Siti Mutmainnah, S.Pd.I Nike Fitria, S.Pd.I Fitri Hajariah, S.Pd.I Nurhikmah Rif’ah Hendra Saputra, S.Pd.I A.Hifzi, S.Pd.I Miftah Alwi Mahfudz, S.Pd.I Ummi Khoirotus sa’idah Dra. Siti Raihani Jamilah Nurdini, S.Pd.I Edi Susanto, S.Pd |
Kepala Bendahara Tata Usaha Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs Guru MTs |
IAIN STS STAI Ma’arif Sa’adatuddaren Sa’adatuddaren Sa’adatuddaren UNJA IAIN STS IAIN STS IAIN STS STAI Ma’arif IAIN STS AL-Jauharen AL-Jauharen IAIN STS IAIN STS Sa’adatuddaren STAI Ma’arif STAI Ma’arif IAIN STS STAI Ma’arif UNJA |
(Dokumentasi, Pondok Pesantren Al-Jauharen
Kota Jambi Tahun 2021)
5. Keadaan Siswa Pondok Pesantren Al Jauharen
Siswa adalah subjek yang terlibat dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah, siswa merupakan salah satu factor
pendidikan yang paling utama, tanpa adanya siswa pendidikan dan proses
pembelajaran tidak akan berlangsung .siswa atau anak didik merupakan suatu
faktor yang menjadi syarat berdirinya sebuah lembaga pendidikan. Selain
daripada itu anak didik juga sebagai obyek dalam proses pembelajaran untuk
mentransfer ilmu pengetahuan dari para guru kepada siswanya yang bersangkutan.
Oleh karena itu, sebagai anak didik mereka harus menyiapkan diri secara
sempurna untuk menerima informasi ilmiah yang disampaikan oleh para guru.
Berbicara mengenai keadaan siswa Madrasah
Tsanawiyah Al-Jauharen pada tahun ajaran 2020/2021 saat ini berjumlah 223 siswa
yang terdiri dari 6 kelas, yang gambaran umumnya dapat dilihat tabel dibawah
ini:
Tabel 3.1 : Keadaan siswa Pondok Pesantren Al-Jauharen tahun Ajaran 2020/2021
NO |
KELAS |
JUMLAH SISWA |
KETERANGAN |
1 |
VII A |
54 |
LAKI-LAKI |
2 |
VII B |
49 |
PEREMPUAN |
3 |
VIII A |
36 |
LAKI-LAKI |
4 |
VIII B |
32 |
PEREMPUAN |
5 |
IX A |
18 |
LAKI-LAKI |
6 |
IX B |
34 |
PEREMPUAN |
(Dokumentasi, Pondok Pesantren Al-Jauharen
Kota Jambi Tahun 2021)
Berdasarkan tabel diatas dapat dipahami bahwa
siswa madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen pada tahun ajaran 2019/2020 berjumlah 223
orang yanf terdiri dari 6 kelas, siswa kelas VII berjumlah 103 orang yang
terdiri dari 2 kelas, kelas VII A berjumlah 54 orang siswa, VII B berjumlah 49
orang siswa, sementara siswa kelas VIII yang terdiri dari 2 kelas berjumlah 68
orang siswa yang terdiri dari kelas VIII A 36 orang siswa, kelas VIII B
berjumlah 32 orang siswa, sedangkan siswa kelas IX juga terdiri dari 2 kelas yang
berjumlah 52 orang siswa, kelas IX A berjumlah 18 orang siswa, kelas IX B
berjumlah 34 orang siswa. Jadi jumlah siswa yang belajar di MTs Al-Jauharen
tahun ajaran 2019/2020 berjumlah 223 orang siswa.
6. Sarana dan
Fasilitas Pondok Pesantren Al Jauharen
Sebagaimana
layaknya sebuah madrasah tentu harus memilki sarana dan prasarana sebagai
pelengkap untuk perjalanannya proses pembelajaran dengan baik. Sarana prasarana
merupakan hal yang mempengaruhi terhadap pemilihan dan penentuan metode, karena
sarana dan prasarana merupakan kelengkapan yang menunjang proses belajar
mengajar siswa.
Demikian pula
halnya dengan Pondok Pesantren Al-Jauharen, juga memiliki beberapa alat
perlengkapan untuk membantu jalannya proses pembelajaran tersebut, secara umum
menuruit data dokumentasi yang penulis temukan serta dicatat dalam penelitian
ini boleh dikatakan telah terpenuhi. Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan
prasarana yang ada di MTs Al-Jauharen dapat di lihat dalam tabel berikut ini:
1.Tabel 4.1
Data Ruang Belajar
NO |
Jenis Ruangan |
Jumlah (buah) |
Ukuran (PxL) |
Kondisi |
1. |
Perpustakaan |
1 |
8x8 m |
Darurat |
2. |
Labor IPA |
1 |
6x4 m |
Baik |
3. |
Keterampilan |
- |
- |
- |
4. |
Multimedia |
1 |
8x8 |
- |
5. |
Kesenian |
- |
- |
- |
6. |
Labor Bahasa |
- |
- |
- |
7. |
Labor Komputer |
1 |
8x8 |
Baik |
8. |
PTD |
- |
- |
- |
9. |
Serbaguna/ Aula |
- |
- |
- |
10. |
Ruang Belajar |
3/3 |
8x8/ 6x4 |
Baik |
2. Tabel 5.1
Data Ruang Kantor
NO |
Jenis Ruangan |
Jumlah Ruangan |
Ukuran (PxL) |
Kondisi |
1 |
Kepala Sekolah |
1 |
3x4 m |
Baik |
2 |
Waka Sekolah |
- |
- |
Belom Ada |
3 |
Guru |
1 |
5x5 m |
baik |
4 |
Tata Usaha |
1 |
3x4 m |
Baik |
5 |
Tamu |
1 |
5x5 m |
Baik |
3. Tabel 6.1
Data Ruangan Penunjang
No |
Jenis Ruangan |
Jumlah (Buah) |
Ukuran (PxL) |
Kondisi |
1 |
Gudang |
1 |
2x2 m |
Baik |
2 |
Dapur |
1 |
6x6 |
Baik |
3 |
Asrama Putri |
12 |
45x45 |
Baik |
4 |
KM/WC/Guru |
5 |
1x1.5 m |
Baik |
5 |
KM/WC/Siswa |
22 |
6x7 m |
Baik |
6 |
Reproduksi |
- |
- |
- |
7 |
BK |
- |
- |
- |
8 |
PMR/Pramuka |
- |
- |
- |
9 |
OSIS |
1 |
3x5 |
Baik |
10 |
Ibadah |
1 |
40x40 |
Baik |
11 |
UKS |
1 |
6x6 |
Baik |
12 |
Koperasi |
1 |
8x8 |
Baik |
13 |
Hall/Lobi |
- |
- |
- |
14 |
Kantin |
1 |
3x3 m |
Baik |
15 |
Bangsal Kendaraan |
1 |
12x12 m |
Baik |
16 |
Rumah Penjaga |
1 |
- |
Baik |
17 |
Pos Penjaga |
1 |
1x1,5 |
Baik |
4. Tabel 7.1
Lapangan Olahraga
Lapangan |
Jumlah (Buah) |
Ukuran (PxL) |
Kondisi |
Keterangan |
Lapangan Olahraga -
Volley Ball -
Badminton -
Takraw -
Futsal |
1 1 1 1 |
16x6 m 9x3 m 13x 4,5 20x10 |
Baik Baik Baik Baik |
|
(Dokumentasi, Pondok Pesantren Al-Jauharen
Kota Jambi Tahun 2021)
B. Temuan Khusus
4.
Motivasi orang tua yang menyekolahkan anaknya di Pondok
Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi
Orang tua menyadari bahwa pentingnya akan
pendidikan bagi anak karena tanpa pendidikan dan pengetahuan kita akan menjadi
ketertinggalan dan keterbelakangan tidak ada upaya yang dilakukan oleh orang
tua selain memberikan pendidikan yang tinggi kepada anak-anak mereka. Apa lagi
setelah anaknya lulus dari Sekolah Dasar (SD), para orang tua telah memikirkan
kemana melanjutkan pendidikan anak mereka selanjutnya. Banyak lembaga
pendidikan yang menjadi idola ditengah- tengah masyarakat mulai dari Sekolah
Menengah Pertama (SMP) baik negeri maupun swasta, ada pula pilihan lain yaitu
Madrasah Tsanawiyah (MTs) baik negeri maupun swasta, begitu juga dengan
kehadiran pondok pesantren yang sudah menjamur di berbagai daerah salah satu
nya adalah pondok pesantren Al Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan
Pelayangan Kota Jambi.
Adapun motivasi orang
tua yang menyekolahkan anaknya di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor
Kota Jambi adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan Agama
untuk Masa Depan Anak Sangat Penting
Pendidikan agama
merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek
sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan
agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Seperti keterangan
salah satu orang tua siswa yaitu bapak Rahmadi yang menyatakan bahwa memiliki
pendapat positif mengenai pentingnya pendidikan agama bagi anak, ia menjelaskan
sebagai berikut:
“Pendidikan agama penting untuk anak-anak karena memiiiki identitas
berdasarkan nilai-nilai Islam dan budaya Indonesia dan dapat menghasilkan
individu yang religius, memiliki pengetahuan keterampilan, teknologi,
integritas pribadi yang mereka, demokratis, toleransi kemanusiaan demi yang
tinggi, taat hukum, hak asasi manusia serta memiliki orientasi global dan
berpikir lokal dalam kehidupan masyarakat. (Wawancara, 6 Agustus 2021).
Pemberian
pendidikan pada anak diamati di dalam keluarga, keluarga merupakan tempat
pertama sebagai sumber sosialisasi bagi anak. Bentuknya bisa melalui perhatian,
karena dengan perhatian yang baik, anak akan merasa dibutuhkan dan berharga
dalam keluarga. Anak akan menganggap bahwa keluarga merupakan bagian dari
dirinya yang sangat dibutuhkan dalam segala hal.
Hasil observasi
penulis di pondok pesantren Al Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan
Pelayangan Kota Jambi pada saat penerimaan siswa baru, penulis menemukan bahwa
tingkat motivasi orang tua sangat antusias memasukkan anaknya ke pondok pesantren
Al Jauharen. Mereka para orang tua bukan hanya datang dari kelurahan Tanjung
Johor saja, bahkan banyak yang datang dari berbagai daerah yang ada di provinsi
Jambi. (Observasi, 12 Agutus 2021).
Wawancara penulis dengan
kepala Madrasah Tsanwiyah Pondok Pesantren Al Jauharen Kelurahan Tanjung Johor
Kota Jambi yaitu Bapak Drs. Muhammad Rafi’i beliau mengatakan :
“Pemilihan sekolah
pondok pesantren pada zaman sekarang sangatlah tepat bagi anak-anak kita,
karena di pondok pesantren mereka tidak hanya diajarkan belajar membaca dan
menulis serta menghafal, bahkan mereka juga diajarkan ilmu mandiri, mulai dari
belajar, makan, tidur, mandi dan sebagainya. Hal ini agar mereka nanti keluar
dari pesantren sudah mempunyai ketarampilan bagi dirinya sendiri”. (Wawancara, 12 Agutus 2021).
Seperti hasil
wawancara peneliti dengan salah satu orang tua siswa yaiti bapak Mulyadi di Pondok Pesantren Tanjung Johor Kota Jambi mengatakan :
“Saya selalu memberikan semangat kepada
anak saya untuk selalu mendukung dan menyeklahkan anak ke pondok pesantren Al
Jauharen, karena menurut saya pendidikan bagi anak sangatlah penting, apalagi
zaman sekarang anak-anak diwajibkan sekolah minimal 12 tahun, artinya seiap
orang tua berkewajiban menyekolahkan anak-anaknya sehingga anak bisa memperoleh
pengetahuan untuk masa depanya” (Wawancara,12 Agustus 2021).
Pandangan orang tua
mengenai pendidikan di pondok pesantren sangatlah beragam. Pandangan
yang mereka sampaikan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka
dapatkan. Sebagaimana hasil observasi penulis di pondok pesantren Al Jauharen
mengapa para orang tua memilih menyekolahkan anaknya di pondok ini, ada
beberapa alasan mereka diantaranya ; pertama, belajar di pondok pesantren anak
dapat mandiri serta lebih banyak pelajaran agamanya, kedua, anak lebih
berkhalak ketimbang mereka belajar di luar pesantren, ketiga, kenyaman anak di
pesantren lebih dapat dipercaya sehingga mereka tidak keluyuran. (Observasi, 12 Agustus 2021).
Motivasi orang tua
dalam menyekolahkan anaknya sangatlah beragam, salah satunya adalah supaya anak
nya paham dengan norma-norma agama yang sesuai syariat islam dalam kehidupan sehari hari. Pandangan orang
tentang pendidikan agama, ada juga sebagian orang tua yang memasukan anaknya
kesekolahan agama.
Hal ini yang diungkapkan oleh bapak Mulyadi
orang tua dari Mizan” mengatakan :
“Alasan saya
memasukan anak saya ke pondok pesantren Al Jauharen, menurut saya adalah pondok
pesantren lebih banyak memberikan ilmu pengetahuan tentang agama dan umum juga
jadi ilmu dunia dapat ilmu akhirat juga dapat. Disamping itu juga anak lebih
terarah dalam pendidikan di pondok pesantren ketimbang ia belajar di luar
pesantren. (Wawancara, 21 Agustus 2021).
Lain hal yang di
ungkapkan oleh bapak Lutfi salah satu orang tua santri mengatakan ”
“Alasan saya
memasukan anak saya disekoalahan agama atau pesantren adalah supaya anak saya masuk keseloah agama itu memiliki
nuansa keislaman mulai dari kurikulumnya ,visi, misi, ekstrakulikulernya
,kegiatan sehari harinya ,busananya, (Wawancara, 25 Agustus 2021)
Adanya sekolahan berbasis islam terutama pondok pesantren
dapat membantu orang tua dalam mendidik anak karena keterbatasan orang tua
tidak bisa memberikan pendidikan agama sepenuhnya kepada anak.
b. Mendukung Sepenuhnya Pendidikan Anak di Pesantren
Orang tua harusnya mempunyai
persepsi dan pemahaman yang sama bahwa tujuan dari pendidikan adalah selain
untuk mendapatkan kecerdasan secara kognitif, tetapi juga memperoleh kecerdasan
secara afektif berupa moral, akhlak, serta yang sifatnya psikomotorik yaitu
implikasi dari pendidikana seperti cerdas secara pemikiran dan intelektual
tetapi dapat bersosialisasi dengan baik dan mempunyai akhlak, moral, serta
nilai-nilai kemanusiaan.
Dukungan merupakan suatu intraksi
yang positif atau prilaku menolong yang diberikan kepada individu dalam
menghadapi suatu peristiwa atau kejadian yang menekankan dan dianggap penting
dalam proses kehidupan. Dukungan yang dirasakan oleh individu dalam
kehidupannya membuat individu tersebut merasa dicintai, dihargai, dan diakui serta
membuat dirinya menjadi lebih berarti dan dapat mengoptimalkan potensi yang ada
dalam individu tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang
penulis lakukan dengan orang tua Bapak Herman orang tua santri mengatakan
bahwa:
“Saya selalu memberi
dukungan kepada anak
saya apapun bentuknya asalkan
itu hal yang baik, apalagi anak saya mau masuk ke pondok pesantren saya sangat
mendukung anak saya karena saya ingin anak saya menjadi seorang alih agama,
dengan memberi dukungan yang kuat dapat membangkitkan semangat anak untuk
belajar di pesantren”. (Wawancara, 9 September 2021)
Dari hasil
wawancara, terlihat bahwa salah satu usaha dalam memotivasi anak yaitu memberikan dia
dukungan. Dengan memberi dukungan anak akan merasa bahwa orang tuanya memang
menginginkannya menjadi seorang ahli agama dan dukungan ini juga memperlihatkan betapa senangnya
orangtua melihat anaknya sukses.
Wawancara penulis dengansalah seorang santri yang bernama
Latifah mengatakan :
“Orang tua saya sangat mendukung saya untuk belajar di pesantren, karena ia menginginkan anaknya menjadi seorang ahli
agama, orang tua saya selalu memberi apa yang akan menjadi kebutuhan selama
saya di pesantren” (Wawancara, 9 September 2021).
Dari hasil wawancara penulis
diatas, dalam hal ini
tidak hanya orang
tua yang mendukung
anaknya belajar di pesantren, akan tetapi tokoh masyarakat juga ikut
mendukunya jalannya proses pendidikan di pesantren karena mereka merasa akan
ada generasi penerus agama yang berkelajutan.
5.
Kendala orang tua menyengolahkan anaknya di Pondok Pesantren Tanjung
Johor Kota Jambi
Kendala merupakan hal terkadang biasa saja terjadi dalam
setiap proses menyekolahkan anaknya untuk mencapai tujuan tertentu, terkadang
itu menjadi masalah dan sesuatu yang sulit untuk mencapai suatu tujuan
tertentu, begitu juga kendala orang tua dalam menyekolahkan anaknya.
Karena setiap mempunyai kemampuan masing-masing dalam sesuatu
pendidikan, Setiap orang tua pasti menginginkan anak –anaknya menjadi generasi
penerus bangsa yang berkualitas dan sukses , sukses berati tercapai segala apa
yang dicita- citakan dalam pendidikan anak.
Adapun
kendala orang tua menyengolahkan anaknya
di Pondok Pesantren Tanjung Johor Kota Jambi diantaranya :
a. Keterbatasan Penghasilan Orang
Tua
Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga berlangsung secara
alamiah dan wajar, sehingga disebut pendidikan informal yang diperoleh
seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak yang mana
kegiatan pendidikannya dilaksanakan tanpa suatu organisasi yang ketat dan
alokasi waktu.
Kendati demikian,
para orang tua tentunya ingin menyekolahkan anaknya di tempat yang lebih baik
dan biaya pun murah, namun tidak lah demikian adanya. Dari hasil observasi
penulis menemukan bahwa salah satu kendala para orang tua menyekolah anaknya di
pondok pesantren adalah keterbatasan penghasilan, dimana kebayakan mereka
adalah petani yang pendapatan mereka tidak menentu, sehingga mereka takut
nantinya tidak mampu membiayai anaknya di pondok pesantren. (Observasi, 23
September 2021).
Wawancara penulis dengan
bapak Drs. Muhammad Rafi’i selaku kepala MTs
pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor beliau mengatakan :
“Rata-rata orang
tua wali murid yang memasukkan anaknya ke pondok pesantren Al Jauharen ini
adalah petani, dimana mereka sebelum memasukkan anaknya ke pondok ini selalu
menanyakan biaya masuk dan uang SPP dan biaya makan, adapula yang menanyakan
jika mereka terlambat membayar uang SPP apakah diberi sanksi, karena mereka
takut nantinya tidak tepat waktu membayar uang sekolah anaknya”. (Wawancara, 23
September 2021).
Lebih lanjut
penulis mewawancarai salah seorang wali murid siswa yaitu bapak M. Yazid beliau
mengatakan :
“Sebagai kepala
keluarga saya memang bertanggung jawab menyekolahkan anak-anak, saya memilih
sekolah yang berbasis agama selain ilmu dan pelajaran yang diajarkan bernuasa
islami biaya yang ditawarkan kepada masyarakat juga lebih terjangkau, misalnya
seperti pondok Al Jauharen yang selalu memahami penghasilan para orang tua yang
kebanyakan sebagai petani” (Wawancara, 23 September 2021).
Kemudian wawancara penulis dengan bapak ibu
Siti Mutmainnah, S.Pd.I selaku guru PAI di pondok pesantren Al Jauharen Tanjung
Johor beliau mengatakan:
“Orang tua memotivasi anaknya dalam bentuk berbeda –beda karena keadaan
sosial dan ekonomi orang tua siswa pun berbeda – beda, akan tetapi orang tua
yang mampu hanya memberi motivasi saja kepada anaknya dalam bentuk kata – kata
dan nasehat. Maka dari itu dalam
memberikan motivasi kepada anak- anaknya
kendala- kendala yang dihadapi yaitu kurangnya waktu orang tua untuk
mengontrol atau memperhatikan anaknya dalam belajar, karena kedua orangtua
mereka sibuk dengan pekerjaan nya mereka masing- masing”. (Wawancara, 23
September 2021).
Dari hasil wawancara penulis datas
jelaslah bahwa pendapatan sebuah keluarga juga sangat berpengaruh terhadap
kelancaran proses belajar anak. Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang
dikenal oleh anak dan dalam keluarga ini dapat ditanamkan sikap-sikap yang
dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya.
Seperti keterangan salah satu orang tua siswa yaitu bapak
Rahmadi yang menyatakan bahwa memiliki pendapat positif mengenai pentingnya
pendidikan anak, ia menjelaskan sebagai berikut:
“Penghasilan masyarakat disini memang rata-rata tidak terlalu banyak,
karena mayoritas sebagai petani, oleh karena itu para orang tua disini
kebanyakan menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah yang menawarkan biaya sekolah
yang cukup terjangkau” (Wawancara, 23 September 2021).
Faktor penghasilan
orang tua yang termasuk kedalam faktor ekonomi, turut mempengaruhi bagi orang
tua untuk menyekolahkan anaknya. Hal ini sangat beralasan karena walaupun persepsi
orang tua terhadap pendidikan baik, jika orang tua tidak punya uang untuk
menyekolahkan anak, maka semua itu terasa sia-sia
b. Faktor Pendidikan Orang Tua
Faktor pendidikan
dapat dikategorikan sebagai faktor fungsional, dengan faktor personal itu sendiri
merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal
yang termasuk apa yang dimaksud sebagai karakteristik orang yang memberikan
respons pada stimulus tersebut termasuk dalam hal ini adalah pendidikan.
Seperti hasil
wawancara penulis dengan orang tua siswa yaitu bapak Rahmadi, yang memberikan
keterangan sebagai berikut:
“Saya merasa dulu saya tidak sekolah, dan akhirnya saya tidak memiliki
ilmu serta pengalaman, alhasil masa depan saya sangat sulit, khususnya dalam
mencari ekonomi, oleh karena itu saya selalu mendukung anak-anak untuk tetap
bersekolah hingga tamat, dan saya mempercayakan sekolah sebagai tempat yang
tepat untuk anak-anak saya menuntut ilmu. (Wawancara, 23 September 2021).
Seorang anak tidak akan bisa memperoleh pendidikan formal dilingkungan
keluarganya, untuk itulah diperlukan sekolah sebagai wadah resmi dan legal yang
disediakan oleh pemerintah agar anak-anak dapat memperoleh pendidikan dan
pengajaran sebagai tanggung jawab pemerintah. Tujuannya adalah untuk
menciptakan peserta didik yang beriman, bertakwa, serta mempunyai kecerdasan
dan integritas yang tinggi. Anak yang berasal dari keluarga berpendidikan
rendah, secara tidak langsung orang tuanya berorientasi dalam memandang
pendidikan hanya sebagai sarana untuk memperoleh pekerjaan.
Seperti keterangan
kepala bapak Drs. Muhammad Rafi’i selaku kepala MTs pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor
beliau mengatakan :
“Masyarakat disini
memang tidak semua berpendidikan tinggi, masih ada beberapa orang tua yang memang berpendidikan
rendah, oleh karena itu menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan
motivasinya untuk menyekolahkan anak-anaknya, karena mereka berfikir anak-anak
yang sekolah juga tetap sulit mendapatkan pekerjaan” (Wawancara, 23 September 2021).
Pendidikan rendah adalah terhambatnya pendidikan anak dikarenakan
rendahnya pendidikan orang tua sehingga orientasi dalam memandang pendidikan
hanya sebagai sarana untuk memperoleh pekerjaan. Dengan rendahnya pendidikan
orang tua, maka sekolah merupakan sarana pendidikan yang harus diberikan kepada
anak karena jika mengharapkan pengajaran dan pendidikan dari orang tua secara
langsung itu sangat tidak memungkinkan.
Masyarakat yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yang rendah cenderung
memiliki tingkat pendidikan yang rendah pula. Masyarakat masih kurang memahami
akan pentingnya pendidikan. Masyarakat masih beranggapan bahwa pendidikan bukan
merupakan jaminan bisa hidup sejahtera, jauh dari kemiskinan.
Dengan anggapan
bahwa sekolah hanya membuang waktu dan biaya saja. Pendidikan dasar saja belum
cukup untuk menunjang pembangunan yang sedang berlangsung, masih banyak
masyarakat yang tidak berhasil menyelesaikan pendidikan dasar sampai dengan
selesai.
Meskipun masih ada masyarakat
yang berasal dari latar belakang pendidikan rendah, ada juga masyarakat di
kelurahan Tanjung Johor yang pernah mengenyam pendidikan sedang, misalnya orang
tua siswa adalah tamatan atau lulusan SMA sederajat, seperti hasil wawancara
penulis dengan bapak Rahmadi yang juga merupakan salah satu orang tua siswa
yang pernah mengenyam pendidikan SMA, iamenjelaskan sebagai berikut:
“Saya memang hanya
lulusan SMA, tetapi saya merasa sangat berarti karena saya bisa mendidik
anak-anak dengan menanamkan nilai atau norma-norma yang berlaku berdasarkan
ilmu dan pengalaman yang saya dapat ketika saya sekolah, oleh karena itu saya
sedikit memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak saya. (Wawancara, 4 Oktober 2021)
Pendidikan sedang dalam arti orang tua siswa yang taraf pendidikanya
sedang akan berpengaruh pada motivasi orang tua dalam menyekolahkan
anak-anaknya. Pendidikan orang tua di rumah dan dalam keluarga sangat
menentukan ilmu dan cara pandangan anak. Hal ini dikarenakan hampir setiap saat
anak berinteraksi dengan orang tuanya, sehingga akan tertanam dan terinternalis
nilai-nilai dari orang tuanya. Pada umumnya nilai-nilai seseorang ditentukan
oleh pendidikan, pengalaman, dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa
lalu.
Selain latar belakang pendidikan orang tua siswa dengan kategori rendah
dan sedang, pendidikan tinggi merupakan aspek yang paling penting bagi setiap
orang karena dengan pendidikan akan memperoleh berbagai manfaat. Salah satunya
adalah meningkatkan kemampuan berfikir seseorang selain tentunya membuka
peluang seseorang untuk memasuki dan mendapatkan pekerjaan tertentu. Hal ini
terutama sektor formal yang menerima calon pencari kerja untuk ditempatkan pada
posisi pekerjaan yang membutuhkan orang-orang yang berpendidikan tinggi. Orang
tua tidak bisa memberikan pendidikan dan pengajaran secara langsung kepada anak
apabila mereka sendiri secara tingkat pendidikan rendah.
6.
Upaya orang tua
mengatasi kendala dalam menyekolahkan anak di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi
Pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga
orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab
sekolah. Oleh karena itu,orang tua juga beranggung jawab memberikan arahan dan
pemahaman kepada anak-anaknya tentang pentingnya pendidikan agama bagi
kehidupan masa depanya.
Adapun upaya orang
tua mengatasi kendala dalam menyekolahkan anak di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi diantaranya adalah :
a. Memilih ketertiban sekolah, biaya yang
terjangkau
Ketertiban dan kebersihan sekolah sangatlah penting dipertimbangkan oleh
para orang tua. Kondisi sekolah yang nyaman, teduh, tenang, tertib dan
lingkungan yang bersih tentu saja akan mendukung suasana proses pembelajaran.
Seperti hasil wawancara peneliti dengan Drs. Muhammad Rafi’i selaku kepala
MTs pondok pesantren Al Jauharen Tanjung
Johor beliau mengatakan:
“Untuk menegakkan
disiplin di sekolah perlu ditunjang oleh seperangkat peraturan oleh ketentuan
yang secara organisasi mengikat setiap komponen sekolah baik siswa, guru maupun
kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seperangkat
peraturan atau ketentuan dimaksud disebut dengan tata tertib, memiliki tata
tertib untuk dipatuhi para warga sekolah. (Wawancara, 4 Oktober 2021)
Menegakkan disiplin dan tata tertib di sekolah haruslah dimulai dan
unsur/ kelompok sekolah itu sendiri, yakni kepala sekolah, guru dan siswa serta
unsur formal lainnya. Disiplin dan tata tertib merupakan dua hal yang saling
terkait, sebab tata tertib pada dasarnya perangkat untuk menegakkan disiplin.
Disiplin dan tata
tertib yang dilaksanakan mempunyai dampak secara langsung kualitas dan hasil
pelaksanaan KBM itu sendiri. Dalam kaitanya dengan itulah guru memegang peranan
penting dan strtegis, karena disiplin lebih terkait dengan pembentukan sikap
mental dan ketauladanan. Pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor cukup
menerapkan tata tertib dengan baik, oleh karena itu orang tua diharapkan lebih
memilih lembaga sekolah yang menjunjung tinggi tata tertib. (Wawancara, 11 Oktober 2021)
Selain ketertiban sekolah yang menjadi perihal penting perhatian para
orang tua, masalah biaya pendidikan juga harus menjadi pertimbangan para orang
tua untuk memilih lembaga pendidikan anak-anaknya. Biaya pendidikan.
Kemungkinan bagi sebagian kalangan, faktor biaya ini menjadi pertimbangan
paling utama dalam memutuskan sekolah yang dipilih, terutama bagi masyarakat
yang secara ekonomi kelas menengah ke bawah.
Hasil wawancara penulis dengan ibu Siti Mutmainnah, S.Pd.I
selaku guru PAI di pondok pesantren Al Jauharen Tanjung Johor beliau mengaakan
:
“Biaya pendidikan
yang ditarik pihak sekolah secara umum terdiri iuran SPP, bantuan
pembangunan/gedung, seragam, buku, praktikum dan kegiatan ekstrakurikuler tidak
memasang biaya yang terlalu mahal, bahkan untuk menentukan pembayan SPP dan
sebagainya ditentukan berdasarkan program sekolah” (Wawancara, 11 Oktober 2021)
Biaya pendidikan biasanya
berkaitan dengan fasilitas pembelajaran dan program-program unggulan yang
ditawarkan. Namun yang perlu diingat bahwa, tingginya biaya pendidikan yang
diterapkan pihak sekolah hendaknya diikuti juga dengan pelayanan pendidikan
yang berkualitas. Oleh karena itu, sebelum menentukan pilihan sekolah, orang
tua diharapkan sudah mampu mengukur kemampuan secara ekonomi tentang biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan termasuk anggaran lain di luar program
sekolah, seperti uang saku, transportasi, perlengkapan sekolah dan lain-lain.
Para orang tua yang
akan menentukan sekolah untuk anak-anaknya harus memperhatikan prestasi dan
profil output sekolah yang dipilih, seperti bagaimana perkembangan bakat dan
potensinya, sikap, perilaku, kemandirian, keterampilan dan keahlian lain yang
mendukung. Sedangkan Keberhasilan alumni dapat diukur dari lulusan sekolah
dapat diterima di sekolah lanjutan yang kualitasnya baik serta memiliki life skill yang cukup untuk mampu eksis
di tengah masyarakat.
b. Memilih profil pendidik dan kurikulum
pembelajaran yang Baik
Keberhasilan dari proses dan
hasil output pendidikan tidak dapat dilepaskan dari andil guru. Boleh dikatakan
guru sebagai ujung tombak pendidikan untuk mencetak dan mengkader generasi
penerus yang didambakan. Keadaan pendidik di pondok pesantren Al Jauharen
Tanjung Johor cukup berkualitas, seperti keterangan kepala sekolah yang
memberikan informasi sebagai berikut:
“Masyarakat disini mempercayakan
anak-anaknya untuk bersekolah disini karena selain pondok ini pembelajaranya
seimbang antara pelajaran agama dan umum, kualitas guru yang mengajar disini
juga cukup baik, dari beberapa guru yang mengajar disini adalah lulusan sarjana
pendidikan agama dan sarjana pendidikan umum. Oleh karena itu keadaan pendidik
di pondok pesantren ini cukup baik” (Wawancara, 11 Oktober 2021)
Selain kompetensi pendidik,
kurikulum suatu sekolah juga sangat penting ditelaah oleh para orang tua.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan, mempunyai kedudukan sentral, menentukan
kegiatan dan hasil pendidikan. Seperti hasil wawancara peneliti dengan Drs.
Muhammad Rafi’i selaku kepala MTs pondok
pesantren Al Jauharen Tanjung Johor beliau mengatakan:
“Penyusunan kurikulum memerlukan fondasi
yang kuat, didasarkan atas hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Kurikulum yang lemah akan mengahasilkan manusia yang lemah pula. Oleh karena itu
dalam menentukan kurikulum sekolah harus benar-benar mengacu kepada kebutuhan
masyarakatnya” (Wawancara, 11 Oktober 2021)
Wawancara penulis dengan
bapak ibu Siti Mutmainnah, S.Pd.I selaku guru PAI di pondok pesantren Al
Jauharen Tanjung Johor beliau mengatakan:
“Interaksi pendidik dan terdidik dalam
pencapaian tujuan, bagimana isi, dan proses pendidikan memerlukan fondasi
filosofis, agar interaksi melahirkan pengertian yang bijak dan perbuatan yang
bijak pula, hal ini merupakan poin-poin dalam menentukan kurikulum sekolah,
oleh karena itu para orang tua dalam memilih sekolah anak harus memahami
filosofi kurikulum yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan” (Wawancara, 11 Oktober 2021)
Pengembangan kurikulum
pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan untuk kemajuan. Kurikulum
digunakan dalam dunia pendidikan dan mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan dan dinamika yang ada pada dunia pendidikan. Secara garis besar,
kurikulum dapat diartikan sebagai perangkat materi pendidikan dan pengajaran
yang diberikan kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.
Perlunya pengembangan kurikulum dalam dunia pendidikan, baik pendidikan formal
maupun non formal. Dalam pengembangan kurikulum harus sesuai dengan pengertian
kurikulum yakni seperangkat perencanaan dan media untuk mengantarkan lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Wawancara penulis dengan
bapak ibu Siti Mutmainnah, S.Pd.I selaku guru PAI di pondok pesantren Al
Jauharen Tanjung Johor beliau mengatakan:
“Perlunya pengembangan kurikulum yang dapat
melayani keanekaragaman kemampuan sumber daya manusia, kemampuan siswa, sarana
pembelajaran, dan budaya di daerah pengembangan kurikulum menjamin hasil
pendidikan bermutu yang dapat membentuk masyarakat yang damai sejahtera,
demokrastis dan berdaya saing untuk maju, oleh karena itu para orang tua
seharusnya memahami peran kurikulum untuk pendidikan anak-anak mereka. ”
(Wawancara, 11 Oktober 2021)
Dari hasil wawancara penulis
diatas jelaslah bahwa salah satu hal mendasar dalam kurikulum baru ini adalah
bergesernya orientasi pembelajaran. Pendidikan tidak lagi menitikberatkan
pada aspek koginitf (pengetahuan), tapi lebih berfokus pada perkembangan sikap
(spiritual dan sosial) peserta didik. Konsekuensinya, orang tua (seharusnya)
lebih berperan dalam tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Hal ini
disebabkan penanaman nilai-nilai spiritual dan sosial tentunya akan lebih
banyak dilakukan di rumah di mana anak menghabiskan sebagian besar waktunya.
Pentingnya peran orang tua
dalam pengembangan kurikulum pihak sekolah menghimbau agar orang tua berperan
aktif dalam menyukseskan tercapainya tujuan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan,
seperti parenting skills maupun kegiatan lainnya yang dilakukan secara
berkesinambungan, diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang pentingnya
peran mereka dalam menindaklanjuti proses pendidikan yang dilakukan di sekolah.
Melalui kegiatan-kegiatan semacam ini, orang tua akan lebih memahami tentang
hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam upaya untuk menanamkan sikap pada
anak. Melalui peran aktif orang tua di rumah, kebijakan untuk melakukan
perubahan kurikulum yang menelan anggaran yang cukup besar tersebut memberikan
implikasi positif bagi dunia pendidikan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan pembahasan
pada bab terdahulud tentang Motivasi
Orang Tua Menyengolahkan Anaknya Di Pondok Pesantren Al–Jauharen Kelurahan
Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi, sehingga dapatlah penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut
:
1. Motivasi orang tua yang menyekolahkan anaknya di Pondok
Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota Jambi sangatlah tinggi dimana para orang tua beranggapan
bahwa a). Pendidikan Agama untuk Masa Depan Anak Sangat Penting. Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat
penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak
dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab
keluarga, masyarakat dan pemerintah. b). Mendukung
Sepenuhnya Pendidikan Anak di Pesantren. Dukungan ini sepenuhnya orang tua diberikan kepadanya agar kelak anak
menjadi anak yang mempunyai ilmu agama yang baik.
2. Kendala orang tua menyengolahkan anaknya di Pondok Pesantren Tanjung
Johor Kota Jambi diantaranya
adalah ; a). Keterbatasan Penghasilan Orang
Tua. Kendati demikian, para orang tua tentunya
ingin menyekolahkan anaknya di tempat yang lebih baik dan biaya pun murah,
namun tidak lah demikian adanya. b). Faktor Pendidikan
Orang Tua. Faktor pendidikan
dapat dikategorikan sebagai faktor fungsional, dengan faktor personal itu
sendiri merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan
hal-hal yang termasuk apa yang dimaksud sebagai karakteristik orang yang
memberikan respons pada stimulus tersebut termasuk dalam hal ini adalah
pendidikan.
59
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1.
Kepada Bapak Kepala Pondok Pesantren Al–Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan
Pelayangan Kota Jambi untuk dapat memperhatikan fasilitas dan kurikulum yang
baik bagi anak didik sehingga para orang tua tertarik menyekolahkan anaknya di
pondok pesantren.
2.
Kepada orang tua wali murid tetap terus memberikan kebutuhan baik primer
maupun sekunder bagi anaknya dalam mengenyam pendidikan di pondok pesantren.
3.
Kepada santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Al–Jauharen Kelurahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan
Kota Jambi tetaplah semangat dalam belajarnya.
C. Kata Penutup
Alhamdulilah penulis telah dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, meskipun masih terdapat kekurangan,
penulis berharap kritikan dan masukan
dari para pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini dan akhirnya penuis mengucapkan
terima kasih yang sebeesar-besarnya atas
kritik dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA
............., Al-Qur,an
dan terjemahan, (Jakarta : Depag RI, 2010)
………., Mushaf Al-Quran
Terjemahan Departemen Agama RI, Depok, Al-Huda, 2002.
Aan Komariah. Engkoswara. Administrasi
Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2010
Abu Huraerah, Kekerasan
Terhadap Anak. Jakarta: Penerbit Nuansa. Azmi. 2006
Ahmadi, Iif Khoiru, dkk, Strategi
Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta : Prestasi Pustaka, 2011
Ainiyah, Iva, Skripsi: Peran
Kepemimpinan Kiai Dalam Meningkatkan Kualitas Santri Pesantren Nurul Hidayah
Pahesan Godong Grobogan, Semarang: IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah, 2009.
Anonim, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2011
Bashori, K, Problem
Psikologis Kaum Santri: Resiko Insekuritas Kelekatan. Yogyakarta : Forum
Kajian Budaya dan Agama.2003
Basuki, Imam Agus, “Model
Penilaian Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Menulis di SMP”.
Jurnal Ilmu Pendidikan, 17 (3): 196. 2014
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi
Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3S, 1985.
Fathurrohman, Pupuh Dan M
Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan
Konsep Islam. Bandung: Refika Aditama, 2011
Ghazali, Terjemah Ihya'
Ulumiddin, (Semarang : CV Asy Syifa, 2003), Jilid 1
Haedari, Amin, Masa Depan
Pesantren Dalam Modernitas Dan Tantangan Kopleksitas Global, Jakarta: IRD
Press, 2004.
Hamalik, Oemar, Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006
Hamzah B. Uno, Teori
Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011
Husdarta dan Yudha, Belajar
Dan Pembelajaran. Bandung: Depdiknas, 2000
Islamuddin, Haryu, Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012
J. Moleong, Lexy, Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004
Kaelany, Gontor Dan Kemandirian (Pondok, Santri, Dan
Alumni), Jakarta: PT. Bina Utama Publishing, 2002.
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Toritis dan Praktis, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2009
Maunah, Binti, Tradisi
Intelektual Santri, Yogyakarta: Teras, 2009
Milati, Skripsi: Kepemimpinan
KH. Muhaiminan Gunardho Di Pondok Pesantren Parak Bamboo Runcing Parakan
Kabupaten Temanggung, Semarang: IAIN Walisongo Fakultas Dakwah, 2011
Miles, M. B.
& Huberman, M, Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit. Universitas
Indonesia, 1992
Mughits, Abdul, Kritik
Nalar Fiqh Pesantren, Jakarta: Kencana, 2008. Mulyadi, Kepemimpinan Kepala
Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu, Kementrian Agama RI: Badan
Litbang Dan Diklat, 2010
Mundir, Agus, Skripsi: Pola
Kepemimpinan Dan Strategi Dakwah KH.Wahab Mahtuphi Dan Pengembangan Pondok
Pesantren Asy Syarifah Desa Brumbung Kecamatan Mranggen, Semarang: IAIN
Walisongo Fakultas Dakwah, 2009.
Nafi',
M. Dian, dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren, Yogyakarta: PT.
LkiS, 2007
Salim dan Syahrum, Metodologi
Penelitian Kualitatif : Konsep dan Aplikasi dalam Ilmu Sosial, Keagamaan
dan Pendidikan, Bandung: Citapustaka Media, 2016
Sugiono, Metode Penelitian
Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung:
Alfabeta, 2017
Sugiyono, Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Sunarto, Agung Hartono, Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2002
Syafei, M. Sahlan, Bagaimana
Anda Mendidik Anak. Bogor: Ghalia. Indonesia, 2006
Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2006
0 $type={blogger}:
Posting Komentar